Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di W

LAPORAN AKHIR

“Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep,

Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015”

Disusun Oleh:

Kelompok 7 Kelas D 2013

Nama Anggota

NIM

Ardianto Pradhana Putra 25010113140284 Altriza Juliyandari

25010113140300 Julliana Purdianingrum

25010113140301 Nisa Zakiyah

25010113140302 Tri Amdani Kumbasari

25010113130303 Yuniar Widya Larasati

25010113130304 Ervina Anggiasari

25010113140305 Rusliana Apriliasari

25010113130307 Syifa Sakinah

25010113140308 Fitriana Dwi Fidiawati

Tugas PBL dilakukan untuk memenuhi salah satu Tugas MK Isu Terkini Penyakit Tidak

Menular Semester V 3 sks

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

HALAMAN PENGESAHAN

(Laporan Project Based Learning Isu Terkini Penyakit Tidak Menular)

1. Judul : Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

2. Penyusun : Nama/NIM

 Ardianto Pradana Putra 25010113140284  Altriza Juliyandari

25010113140300  Julliana Purdianingrum

25010113140301  Nisa Zakiyah

25010113140302  Tri Amdani Kumbasari

25010113130303  Yuniar Widya Larasati

25010113130304  Ervina Anggiasari

25010113140305  Rusliana Apriliasari

25010113130307  Syifa Sakinah

25010113140308  Fitriana Dwi Fidiawati

Kelompok/Semester/Tahun : Kelompok 7 / Semester V / 2015

1. Nama Mata Kuliah/sks : Isu Terkini Penyakit Tidak Menular / 3 sks

2. Lokasi Kegiatan : Puskesmas Ngesrep, Banyumanik

3. Waktu Kegiatan : 5 Oktober 2015 – 5 November 2015

Sudah diperiksa isi materi keilmuan dan disetujui.

Semarang, 6 November 2015

Dosen Pembimbing/Penguji PBL,

Lintang Dian Saraswati, SKM, M.Kes. NIP. 198111042003122001

Menyetujui, Penanggung Jawab Mata Kuliah Isu Terkini Penyakit Tidak Menular

dr. Baju Widjasena, M. Erg. NIP. 197006281997021001

ABSTRAK

Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya (Depkes RI, 2009). Prevalensi anemia di Kota Semarang juga masih tergolong tinggi. Hal tersebut dibuktikan dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) dengan hasil survei anemia ibu hamil pada 15 kabupaten pada tahun 2007, bahwa prevalensi anemia di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Tembalang Semarang pada Januari-Oktober tahun 2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan pengambilan data dengan wawancara dengan kuesioner pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan case control dan jumlah sampel sebanyak 38 responden, dengan 19 responden sebagai sampel kasus dan 19 responden lainnya sebagai control, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya hubu `ngan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil ( p =0.486), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kejadian anemia ( p =0.003, OR = 8,125), dan terdapat hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil ( p =0,002, OR = 11,688). Disarankan untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung banyak zat besi dengan mengadakan penyuluhan secara berkala dari pihak puskesmas. Selain itu, adanya dukungan dari pihak keluarga untuk terus memantau konsumsi tablet Fe pada ibu hamil.

Kata Kunci : Ibu Hamil, Anemia Ibu Hamil, Umur, Pengetahuan, Tablet Fe

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Umur Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Tahun 2015 ………………………………………………

26 Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Tahun 2015 ………………………………………..

27 Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Pekerjaan Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Tahun 2015 ………………………………………..

27 Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Gravida Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep ……………………………………………………………

27 Tabel 4.5 Distribusi Ibu Hamil Menurut Kejadian Anemia Kelurahan Ngesrep dan Sumurboto Puskesmas Ngesrep …………………………………………... 28 Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015 ………………………………….. 28 Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Kejadian Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015 ………………………………….. 29 Tabel 4.8 Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015 ………………….

29

DAFTAR ISTILAH

1. Abortus : Suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu hidup di luar rahim (belum viable ), dengan kriteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin 500 gram.

2. Partus Lama : Perjalanan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi belum menimbulkan komplikasi maternal atau fetal.

3. Sepsis Puerperalis : Istilah yang merujuk ke infeksi traktur genetalis setelah melahirkan. Sepsis diartikan sebagai respons berat sistemik terhadap infeksi. Sedangkan puerperalis sendiri diartikan sebagai periode 42 minggu setelah kelahiran janin dan ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan membran.

4. Asfiksia Neonatorum : Suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Betz dan Sweden, 2002). Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ

bayi dalam menjalankan fungsinya seperti pengembangan paru. Asfiksia neonatorum dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, gangguan atau penyakit paru dan gangguan kontraksi usus, pada ibu hamil yang kehamilannya berisiko dan faktor plasenta.

5. Prematuritas : Dimaksudkan dengan persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi diantara umur kehamilan 29-

36 minggu dengan berat badan lahir bayi kurang dari

2.5 kg.

6. Hipervolemia : Keadaan dimana di dalam tubuh terjadi peningkatan

jumlah ion Na + dan air.

7. Malaise : Keadaan atau perasaan kurang sehat dan lesu yang biasanya mendahului timbulnya keadaan sakit yang lebih parah.

8. Anoreksia : Kelainan psikis yang diderita seseorang yang berupa kekurangan nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Kalaupun mereka makan, maka mereka akan memuntahkan kembali makanan tersebut.

9. Nausea : Biasa disebut mual yaitu rasa tidak enak sebagai

tanda ingin muntah.

10. Vomiting : Biasa disebut muntah yaitu pengeluaraan involunteer dan ekspulsi yang kuat semua isi lambung dari mulut.

11. Palpitasi : Perasaan jantung berdetak terlalu cepat, kuat, dan kadang disertai dengan irama yang tidak teratur.

12. Takikardi : Kasus dimana denyut jantung lebih cepat daripada

kecepatan normal.

13. Kelainan Kongenital : Merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh, diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang subur, dll.

14. Perdarahan Antepartum : Perdarahan pada trimester terakhir dari kehamilan. Penyebab utama kejadian ini, yaitu abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.

15. Eritopoesis : Proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang belakang sehingga terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin.

16. Hepatosit : Satu satunya sel dengan kadar tinggi.

17. Makrofag : Jenis sel darah putih yang membersihkan tubuh dari partikel mikroskopis yang tidak diinginkan seperti bakteri dan sel sel mati.

18. Anemia : Kondisi dengan kadar Hb dalam darah kurang yaitu

dibawah 11gr%.

19. Anemia Megaloblastik : Anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Penyebabnya adalah kekurangan vitamin B12.

20. Anemia Hipoplastik : Anemia pada ibu hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel darah merah baru.

21. Anemia Hemolitik : Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya

22. Gravida : Merupakan istilah medis untuk wanita hamil. Istilah ini diawali untuk menunjukkan jumlah kehamilan.

23. Partus Imatur : Persalinan yang kurang dari bulan yang seharusnya.

24. Dismaturitas : Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi, dalam artian bayi mengalami retardasi partumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

25. Mikrosomi : Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan morbiditas maternal dan neonatal, termasuk peningkatan kemungkinan persalinan dengan bedah caesar dan distosia bahu. Makrosomia ditentukan dengan adanya kehamilan berat bayi > 4,00 gram.

26. Inertia Uteri : Pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-

duanya dari kala pembukaan.

27. Paritas : Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh 27. Paritas : Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

28. ANC : Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standard pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).

29. Asfiksia Intrauterin : Keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur sehingga dapat menurunkan oksigen dan semakin meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

30. Gestosis : Penyakit komplikasi yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum.

31. Dekompensati Okordis : Ketidak mampuan jantung untuk memompa darah dalam memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.

32. Inpartu : Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

33. Missed Abortion : Aborsi yang embrio atas janinnya meninggal.

BAB` I PENDAHULUAN

1.1 Judul Project Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep

Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

1.2 Latar Belakang Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah (Varney, 2007). Anemia pada ibu hamil disebut juga sebagai Pontential Danger to Mother And Child (Pontensial Bahaya untuk Ibu dan Anak), karena itu anemia sangat memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2001). Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus , partus lama, sepsis puerperalis , kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum , dan prematuritas . Menurut WHO kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya (Manuaba, 2001). Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil diantaranya adalah pengetahuan ibu, konsumsi suplemen zat besi, dan usia.

Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika tahapan ibu hamil, bukan dimulai sebelum kehamilan. Total penderita anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%. Artinya dari 10 ibu hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia. Penyebab langsung kejadian anemia karena infeksi, perdarahan, dan penyakit seperti kelainan sumsum tulang belakang, sedangkan penyebab tidak langsung seperti asupan makanan berupa nutrisi yang kurang mencukupi kebutuhan besi dalam tubuh (Sinsin,I.,2008).

Prevalensi anemia di Kota Semarang juga masih tergolong tinggi. Hal tersebut dibuktikan dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) dengan hasil survei anemia ibu hamil pada 15 kabupaten pada tahun 2007, bahwa prevalensi anemia di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Dari data Dinas Kesehatan tahun 2010 bahwa prevalensi anemia tertinggi pada ibu hamil di Puskesmas Bandarharjo 81,82%, Puskesmas Pandanaran 77,65%, dan Puskesmas Karangayu 69,35%. Sedangkan keseluruhan prevalensi ibu hamil yang menderita anemia di Kota Semarang berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) tahun 2011 yaitu sebesar 17,93%.

1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul dari faktor risiko anemia pada ibu hamil, antara lain :

a. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus , partus lama, sepsis peurperalis , kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum , dan prematuritas .

b. Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika tahapan ibu hamil, bukan dimulai sebelum kehamilan.

c. Prevalensi anemia di wilayah Jawa Tengah sebesar 57,7%, angka ini melebihi dari angka nasional, yakni 50,9%.

d. Anemia di Kota Semarang tergolong tinggi dengan prevalensi tertiggi di Puskesmas Bandarharjo 81,82% dan Puskesmas Pandanaran 77,65%.

1.4 Batasan Masalah Agar penulisan proposal ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan 1.4 Batasan Masalah Agar penulisan proposal ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan

a. Penelitian ini dibatasi pada faktor risiko berupa pengetahuan, umur, dan konsumsi zat besi.

b. Peniltian dilakukan dengan metode pengambilan data berupa kuesioner pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang mempengaruhi kondisi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara umur ibu terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola konsumsi zat besi saat hamil terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, serta mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan.

1.6.2 Bagi Responden

Menambah pengetahuan ibu hamil tentang faktor risiko apa saja yang dapat menimbulkan kondisi anemia selama kehamilan, sehingga para ibu hamil dapat mencegah terjadinya kondisi tersebut.

1.6.3 Bagi Institusi Kesehatan

Dapat memperkaya ilmu dan menambah wawasan pembaca mengenai faktor risiko yang dapat menimbulkan kondisi anemia pada ibu hamil.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Anemia Ibu Hamil

Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya (Depkes RI, 2009).

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan (Hoffbrand.AV, et al, 2005).

Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi. Kebutuhan besi meningkat pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang (Hoffbrand.AV, et al, 2005).

WHO menetapkan kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya (Depkes RI, 2009). Klasifikasi anemia pada ibu hamil berdasarkan berat ringannya anemia pada ibu hamil dikategorikan adalah anemia ringan dan anemia berat. Dikatakan anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah adalah 8 gr% sampai kurang dari 11 gr%, sementara dikatakan anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8 gr% (Depkes RI, 2009).

2.1.2 Riwayat Alamiah Anemia Ibu Hamil

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agen) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host). Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin kurangdari 11 mg/dL (Basu, 2010). Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL, sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL (Lee,2004).

Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18%, dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah ( hipervolemia ), sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.

Namun pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen, sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedang kan, dari unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.

Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis, dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia, seperti cepat lelah, sering pusing, malaise , anoreksia , nausea , dan vomiting yang lebih hebat, Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis, dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia, seperti cepat lelah, sering pusing, malaise , anoreksia , nausea , dan vomiting yang lebih hebat,

2.1.3 Patogenesis Anemia Ibu Hamil

Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Amiruddin, 2007).

Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa, dan sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam plasma, padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik, sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik.

Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik, dimana anemia terjadi karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat kehilangan darah akut/kronis (Basu, 2010). Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan, maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan, atau kematian.

Manifestasi klinis anemia, diantaranya adalah :

Tanda : Takikardi, Hipotensi, Hemoglobin kurang dari 11 gr/dL Gejala : Cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan

vomiting, palpitasi , pucat pada kulit dan mukosa Kemudian tahap pathogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan, dan bahkan kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya, janinnya, persalinannya, dan bayi nantinya. Yang berdampak pada kehamilan, seperti abortus dan partusimatur, yang berdampak pada janinnya adalah dismaturitas, mikrosomi, BBLR, gangguan pertumbuhan janin. Yang berdampak pada persalinannya yaitu partus lama, perdarahan, inertia uteri. Sedangkan, yang berdampak pada bayi nantinya adalah kelainan/kecacatan, asfiksia, infeksi (Amiruddin, 2007).

2.1.4 Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil, yaitu :

1. Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk 1. Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk

Perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara berkembang diperkirakan menderita anemia dibanding negara maju. Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan miskin akan menghasilkan generasi yang kekurangan gizi dan mudah terinfeksi penyakit. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum atau selama hamil.

Status gizi ibu hamil ditentukan dengan kesejahteraan keluarga yang dilihat melalui pendapatan. Keadaan perekonomian ibu hamil yang rendah akan mempengaruhi biaya, daya beli, dan tingkat konsumsi ibu akan makanan yang membantu penyerapan zat besi, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi ibu hamil (Pujiati, 2001).

2. Umur Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu 9 hamil yang berumur 20 – 35 tahun, yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia (Amiruddin, 2007).

3. Paritas Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Herlia, 2006).

4. Kurang Energi Kronis (KEK) Terdapat sekitar dua juta ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA kurang dari 23.5 cm. Ibu hamil yang mengalami KEK memiliki risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

5. Pengetahuan Merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat dan cara mencegah anemia, maka ibu hamil tersebut akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pegalaman yang berasal dari berbagai sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000).

Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg pada trimester I dan meningkat tajam pada trimester III, yaitu 6,3 mg Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg pada trimester I dan meningkat tajam pada trimester III, yaitu 6,3 mg

6. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter dalam penyiapan gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat besi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilannya yang sedang ia jalani (Arisman, 2004).

7. Infeksi dan Penyakit Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah, atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan 7. Infeksi dan Penyakit Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah, atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan

8. Jarak Kehamilan Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas

1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat berisiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil belum pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya. (Amirudin, 2007).

9. Kunjungan Antenatal Care Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan malnutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Apabila dilakukan ANC, kejadian anemia dapat terdeteksi secara dini, karena anemia pada tahap awal tidak terlalu memberikan keluhan yang bermakna. Keluhan biasanya terasa jika sudah masuk tahap lanjut.

10. Pola Konsumsi Tablet Fe Pada trimester ke 2 dan ke 3, faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar hemoglobin pada trimester sebelumnya. Konsumsi tablet besi (Fe) sangat berpengaruh terhadap terjadinya anemia khususnya pada trimester II, trimester III, dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar dibandingkan trimester I dan menunjukkan pentingnya pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas (Notobroto, 2003). Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia defisiensi pada ibu hamil di Indonesia (Saifuddin, 2006). Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan pencernaan, atau terlampau banyaknya besi keluar, misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester IIIyaitu, 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melaluimakanan (Arisman, 2004).

2.1.5 Dampak Anemia Ibu Hamil

Akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan, adalah :

a. Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortion , dan kelainan kongenital.

b. Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum , gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine, b. Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum , gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine,

c. Saat inpartu : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif.

Pengaruh anemia dalam kehamilan :

a. Pengaruh pada ibu hamil baik dalam masa kehamilan, persalinan dan pascapersalinan : abortus, partus prematur, partus lama, perdarahan post partus, infeksi, anemia, dll.

b. Pengaruh terhadap janin : kematian janin, kematian perinatal, prematur, cacat bawaan, cadangan Fe bayi kurang.

(Purwitasari, 2009)

2.1.6 Pencegahan Anemia Ibu Hamil

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl, sedangkan untuk keadaan hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Selain itu, bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009).

makan dengan mengkombinasikan menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Mengindari makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi, yaitu kopi dan teh. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati, mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei, 2009).

Kepandaian

dalam

mengatur

pola

Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah – buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula menambahkan substansi yang mendahulukan penyerapan zat besi, seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam, dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan kopi patut dihindari.

2.1.7 Pengendalian Anemia Ibu Hamil

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester

III ibu hamil non anemic Hb ≥ 11 gr/dl, sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009).

makan dengan mengkombinasikan menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Menghindari makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi, yaitu kopi dan teh. 1) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati. 2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei, 2009).

Penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengadung zat besi, seperti sayuran yang berwarna hijau tua, yaitu bayam. Dalam mengkonsumsi makanan yang Penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengadung zat besi, seperti sayuran yang berwarna hijau tua, yaitu bayam. Dalam mengkonsumsi makanan yang

2.1.8 Epidemiologi Anemia Ibu Hamil

Menurut WHO (2008), secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013). Data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target Milenium Develpomen Goals (MDG’s) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011).

Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari

10 wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia kehamilan terbanyak. Hasil survei anemia pada ibu hamil di 15 kabupaten di Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan bahwa pravalensi anemia di Jawa

Tengah adalah 57,7%, angka ini lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9%. Dimana anemia tertinggi terjadi di Kabupaten Sukoharjo 82,4% (Dinkes Prov Jateng, 2009).

2.2 Kerangka Teori

Faktor Dasar :

- Sosial Ekonomi

- Pengetahuan

Faktor Tidak Langsung :

- Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Anemia Ibu Hamil

- Paritas - Umur

- Jarak Kehamilan - Riwayat Kesehatan

Faktor Langsung :

- Infeksi dan Penyakit

- Kurang Energi Kronis (KEK) - Pola Konsumsi Tablet FE

Keterangan : : yang diteliti

: yang tidak diteliti

Bab III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas :

- Pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi zat

Variabel Terikat :

besi - Kehamilan ibu di usia

- Kejadian Anemia <20 dan >35 tahun

- Konsumsi tablet Fe oleh Ibu hamil

3.2 Hipotesis

Hipotesis ialah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006).

Hipotesis dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian penyakit tidak menular anemia pada ibu hamil.

2. Ada hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian penyakit tidak menular anemia pada ibu hamil.

3. Ada hubungan antara konsumsi tablet oleh ibu hamil dengan kejadian penyakit tidak menular anemia pada ibu hamil.

3.3 Jenis dan Desain Studi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian case control yaitu survei analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunkan Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian case control yaitu survei analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunkan

Dalam penelitian ini kelompok kasus, yakni responden yang menderita anemia yang telah ditetapkan oleh tenaga medis di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Kelurahan Ngesrep dan Kelurahan Sumurboto. Sedangkan kelompok control, yakni tetangga penderita yang tidak menderita anemia serta memiliki kesamaan karakteristik usia kehamilan, wilayah tempat tinggal dengan kelompok kasus.

3.4 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Umumunya, Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Sabar R. 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan Hb darah dan menderita anemia di Puskesmas Ngesrep, Kelurahan Ngesrep dan Sumurboto Tahun 2015 sebanyak 19 orang. Sedangkan populasi control adalah ibu hamil yang tidak menderita anemia serta memiliki kesamaan karakteristik usia kehamilan, dan wilayah tempat tinggal dengan populasi kasus.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel kasus diambil dari populasi kasus sebanyak 19 ibu hamil menderita anemia, sehingga seluruh populasi kasus dijadikan sebagai sampel kasus. Sedangkan sampel control diambil dari populasi control yakni ibu hamil yang tidak menderita anemia serta mempunyai kesamaan karakteristik usia kehamilan dan wilayah tempat tinggal dengan populasi kasus dengan menggunakan perbandingan 1:1.

3.5 Variabel yang Diukur

3.5.1 Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Soekidjo N., 2005). Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor – faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian anemia yaitu : pengetahuan, umur dan pola konsumsi zat besi.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ngesrep Tahun 2015.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

a. Variabel terikat, yaitu kejadian anemia pada ibu hamil Kejadian anemia ibu hamil adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darah ibu hamil kurang dari 11 gr/dl yang diukur dengan menggunakan metode cyan-methemoglobin yang telah ditetapkan oleh tenaga medis. Kejadian Anemia menurut WHO dikategorikan menjadi :

1. Anemia : Jika Hb kurang atau sama dengan 11 g/dL

2. Tidak anemia : Jika Hb lebih dari 11 g/dL Cara Ukur

: Wawancara

Alat Ukur

: Kwesioner

Hasil Ukur : 1. Ibu hamil menderita anemia

2. Ibu hamil tidak menderita anemia Skala pengukuran

: Nominal : Nominal

1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari ibu hamil setelah melakukan penginderaan terhadap perihal anemia yang diukur berdasarkan kemampuan ibu hamil dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang anemia, makanan sumber zat besi, dan tablet tambah darah yang dinyatakan dalam skor pengetahuan. Analisis dengan menggunakan metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan pengolahan data dari kuesioner yang telah disusun. Teknik analisis data yang digunakan merupakan langkah dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Data dari kuesioner yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa teknik, yaitu:

 Mencari Mean Mean merupakan rata-rata matematik yang harus dihitung dengan cara tertentu dan dapat sebagai jumlah semua angka dibagi banyaknya angka yang dijumlahkan. Untuk mencari mean menggunakan rumus :

Keterangan : M = Mean N = Jumlah Total Responden FX = Jumlah Total X

 Mencari Deviasi Rata-Rata Rumus Standar deviasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah :

a. Varians :

SD =

b. Deviasi Standar :

SD =

Keterangan :

X : Skor Respon N : Jumlah Respon M : Rata-rata skor kelompok SD : Standar deviasi skor kelompok

 Menentukan Kategorisasi Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok - kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Pada penelitian ini penentuan kategorisasi yang digunakan sebagai berikut (Azwar, 2009)

a. Tinggi = X ≥(M + 1,0 SD)

b. Sedang = (M- 1,0 SD) ≥ X < (M+1,0 SD)

c. Rendah = X ≤ (M – 1,0 SD)

2. Umur Adalah lama hidup seseorang sejak lahir sampai saat penilitian yang dihitung ini dihitung dengan alat bantu kartu tanda penduduk. Menurut Manuaba, variable umur dikategorikan menjadi :

1. Risiko Anemia Kurang dari 20 tahun dan lebih dari

35 tahun

2. Tidak Risiko Anemia 20 tahun sampai 35 tahun

3. Pola Konsumsi Zat Besi (Tablet Tambah Darah) Kegiatan mengkonsumsi zat tambah darah yang dilakukan oleh ibu hamil.

a. Ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet tambah darah

b. Ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah

3.6 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh terdiri dari :

a. Data Primer

Data primer adalah sumber – sumber dasar yang terdiri dari bukti – bukti atau saksi dari kejadian obyek yang diteliti dan juga gejala yang terjadi di lapangan (Sumantri, 2011). Dimana, data primer diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui kuesioner oleh responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia di lapangan, selain itu dikaitkan dengan sumber selain dokumen langsung yang menjelaskan tentang suatu gejala (Arif S., 2011). Dimana, data sekunder didapatkan dari Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

3.7 Instrumen

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner pada para ibu hamil di Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi sendiri kuesioner yang telah dibagikan lalu peneliti meminta kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden saat itu juga.

3.8 Pengelolaan Data

1. Pengelolaan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto S., 2006 adalah :

a. Editing Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap.

b. Coding Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap – tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya

c. Skoring Skoring adalah kegiatan memberi angka berdasarkan jawaban- jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

d. Entri Data Merupakan kegiatan memasukan data ke dalam alat bantu untuk menganalisis, yaitu computer.

e. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam table.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat Analisa ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase setiap variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan untuk menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square.

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Proses penelitian dilaksanakan dengan menyesuaikan jadwal yang telah disusun. Berikut adalah susunan jadwal penelitian :

Bulan / Minggu ke No

Uraian Kegiatan

Oktober

November

1 Pembuatan proposal Pengambilan data

2 lapangan

3 Pengolahan data

4 Analisis data

5 Penyusunan laporan

6 Presentasi hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep

Puskesmas Ngesrep terletak di Kecamatan Banyumanik dan memiliki wilayah kerja di 3 kelurahan yang meliputi Sumurboto, Tinjomoyo dan Ngesrep. Puskesmas Ngesrep merupakan kesatuan organisasi kesehatan fungsional dan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga berfungsi memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa kegiatan pokok perawatan kesehatan.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24