Sejarah Pemilu di Jakarta pdf

Sejarah Pemilu di Jakarta
Pemilihan Umum untuk:
DPD di wilayah Jakarta
DPR di wilayah Jakarta
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
DPRD DKI Jakarta
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta
Kevin Evans
www.pemilu.asia
Jakarta, 2017

Sejarah Pemilu di Jakarta
Pembukaan
Sebagai Ibu Kota Republik, wajar jika ada banyak perhatian yang
ditujukan kepada perkembangan di Jakarta. Perhatian ini tidak terbatas
kepada posisi Jakarta sebagai Ibu Kota melainkan sebagai satuan politik
tersendiri serta sebagai wilayah urban paling besar di Indonesia.
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri dari 5 lima wilayah: Jakarta
Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Utara
serta satu Kabupaten Kepulauan Seribu. Keenam wilayah ini merupakan
wilayah Administratif yang berarti walikota dan bupati ditunjuk

langsung oleh Gubernur ditambahkan tidak ada DPRD Kota atau DPRD
Kabupaten.
Sejak Tahun 2007 Gubernur and Wakil Gubernur DKI Jakarta dipilih
langsung oleh pemilih di Jakarta. DPRD DKI Jakarta juga dipilih. Pada
Pemilu 2014 sebanyak 106 anggota dipilih. Dibandingkan provinsi
dengan penduduk yang mirip misalnya Banten, jumlah anggota DPRD
Jakarta lebih banyak. Dasar penambahan anggota dikaitkan dengan
kenyataan bahwa tidak ada DPRD kota dan kabupaten di Jakarta (Pasal
12 (4), UU 29 Tahun 2007 ttg Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta).

Sosio-budaya masyarakat Jakarta
Berdasarkan Sensus 2010, jumlah penduduk di DKI Jakarta adalah
9.607.787 jiwa. Dengan demikian penduduk Jakarta merupakan 4% dari
semua penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk di DKI 1,41% per
tahun. Angka ini sedikit di bawah rata2 di Indonesia yakni 1,49% per
tahun. Angka pertumbuhan di Jakarta masih jauh di bawah rata2 di
Banten (2,78%) dan Jawa Barat (1,90). Jakarta mengalami pertumbuhan
penduduk pesat yang mencapai 3,2% per tahun dari Tahun 1970an
sampai dengan Tahun 1980an.


Saat ini di wilayah DKI pertumbuhan penduduk yang paling lamban
adalah Kota Jakarta Pusat (0,31%). Di antara kota lain di Jakarta
pertumbuhan paling cepat adalah di Kota Jakarta Barat (1,82%). Kisaran
pertumbuhan per tahun di ketiga kota lain (Selatan, Timur, Utara)
adalah di antara 1,38 s/d 1,49% per tahun. Di Kabupaten Kepulauan
Seribu pertumbuhan penduduk mencapai 2,03% dengan total penduduk
hanya 0.2% dari total penduduk DKI Jakarta.
Dari segi kemajemukan penduduk, Jakarta cukup majemuk. Dari segi
kehidupan keagamaan, Jakarta cukup mirip dengan Indonesia secara
keseluruhan. Islam merupakan agama dari mayoritas besar penduduk.
Persentase masyarakat Nasrani (Protestan dan Katolik) kurang lebih
sama juga dengan persentase penduduk secara nasional. Persentase
Hindu di Jakarta lebih jarang dibandingkan dengan Indonesia secara
keseluruhan sedangkan persentase masyarakat Buddha lebih banyak di
Jakarta dari pada di Indonesia secara keseluruhan. Grafis di bawah
menggambarkan pola kehidupan keagamaan di setiap wilayah di
Jakarta.

Pembagian suku bangsa di Jakarta juga menunjukkan kemajemukan
yang menonjol. Tabel 1 menggambarkan kemajemukan ini

dibandingkan dengan keadaan total untuk Indonesia. Tiga perempat
penduduk Jakarta berketurunan suku Jawa, Betawi dan Sunda.
Tabel 1: Latar belakang suku bangsa penduduk Jakarta
Keturunan suku
Total
DKI Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep
bangsa
Indonesia Jakarta Pusat Timur Selatan Barat Utara Seribu
Jawa
40
Betawi
3
Sunda
16
Cina
1
Batak
4
Minangkabau
3

Melayu
5
Madura
3
Bugis/Makassar
4
Lain
21
Sumber: Sensus 2010, BPS

36
28
15
7
3
3
2
1
1
5


29
34
15
8
2
4
2
1
1
5

Dari segi pendapatan per kapita, Jakarta juga merupakan wilayah paling
maju di Indonesia. Pada Tahun 2014 pendapatan per kapita di Jakarta
mencapai Rp 174 Juta per tahun. Di Indonesia secara keseluruhan
angkanya mencapai Rp 42 juta per tahun. Walaupun angkanya sudah
paling tinggi, namun pertumbuhan per kapita di Jakarta tetap lebih pesat
dari pada angka nasional. Hal in berarti masyarakat Jakarta menjadi
semakin makmur secara per kapita. Hasil ini tidak mempertimbangkan
isu pemerataan pendapatan per kapita di dalam wilayah Jakarta.


38
40
31
39
9
30
32
30
16
42
14
13
15
16
15
1
1
14
12

0
5
3
2
3
0
4
4
2
1
0
2
2
2
2
2
1
1
0
2

1
1
1
0
3
8
5
4
4
8
*24
* termasuk 17% Banten dan 5% Mandar

Dari segi pemerataan pendapatan salah satu cara yang sering digunakan
untuk mengukur tingkat pemerataan atau ketimpangan pendapatan
adalah Indeks Gini. Angka yang dihasilkan berkisar angka 1 (segalanya
dimiliki golongan teratas) sampai dengan angka 0 (setiap orang
mempunyai pendapatan yang sama). Kedua angka ini paling ekstrim dan
tidak dicapai di dunia nyata. Secara ideal semakin mendekati angka 0
semakin merata pembagian pendapatan di dalam masyarakat yang

diukur.

Di antara suku minoritas yang berketurunan Cina/Tiongkok paling
banyak tinggal di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Tiga kelompok
masyarakat yang berasal dari Sumatera (Batak, Minang dan Melayu)
cukup menonjol di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sedangkan
masyarakat kerturunan Sulawesi Selatan cukup menonjol di Jakarta
Utara dan di Kepulauan Seribu.

Untuk Indonesia angka mencapai 0,397. Untuk Jakarta angka mencapai
0,411. Dengan demikian nampak pendapatan di Jakarta lebih tidak
merata dari pada rata2. Jika dilihat secara lebih mendetail yang muncul
adalah wilayah perkotaan di Indonesia cenderung lebih tidak merata
(0,410) dari pada wilayah pedesaan (0,327). Mengingat semua
penduduk Jakarta dihitung sebagai penduduk perkotaan, maka tingkat
ketimpangan di Jakarta hampir sama dengan penduduk urban di
Indonesia secara keseluruhan.

Sosio-ekonomi masyarakat Jakarta
Dari segi pembangunan manusia masyarakat Jakarta sudah mencapai

nilai paling tinggi di antara semua provinsi di Indonesia, yaitu 79,0.
Angka untuk Indonesia secara keseluruhan adalah 69,6. Di provinsi
tetangga DKI, Indeks Pembangunan Manusia di Banten mencapai 70,3
sedangkan di Jawa Barat angkanya mencapai 69,5.

Pemilu di Jakarta setelah Kemerdekaan
Masyarakat Jakarta telah ikut semua pemilu dalam sejarah Republik
Indonesia mulai dari Pemilu DPR 1955 dan Pemilu Konstituante Tahun
1955 serta Pemilu Daerah Tahun 1957. Mulai Pemilu 1971 setiap pemilu
legislatif dilaksanakan pada hari yang sama. Sejak Tahun 2004 pemilih
Jakarta memilih 4 senator yang duduk di DPD.

Untuk pemilihan Kepala Negara/Kepala Pemerintah, pemilih Jakarta
mulai memilih Presiden secara langsung sejak 2004 dan memilih
Gubernur sejak Pilkada Gubernur Tahun 2007. Pemilu yang berikut akan
terjadi pada Tanggal 15 Pebruari 2017 dengan pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur.
Data yang ditampilkan di bawah mulai dengan ringkasan dari hasil
pemilu di Jakarta, baik untuk DPR di wilayah Jakarta maupun untuk
DPRD Provinsi DKI. Bagian berikutnya terdiri dari Hasil Pilkada 2012

dan Hasil Pilkada 2007 sampai ke tingkat kelurahan.

Paket info berikut menggambarkan Hasil Pemilu DPRD Jakarta Tahun
2014 di tingkat daerah pemilihan.
Selain itu Hasil Pemilihan DPD untuk Jakarta dari 2004 sampai dengan
2014 ditampilkan.
Terakhir hasil pemilihan Presiden di wilayah Jakarta mulai dari Pemilu
Presiden 2004 sampei dengan 2014 ditampilkan.

Sejarah Hasil pemilu DPR dan DPRD di DKI Jakarta
Grafis 2 di bawah menggambarkan perkembangan dan pergeseran suara
antara pemilu-pemilu di wilayah Jakarta. Yang ditampilkan adalah 11
pemilu untuk DPR khusus di daerah pemilihan di Jakarta. Ada juga 1
hasil pemilu untuk Konstituante (Tahun 1955) serta penghitungan
kembali Hasil Pemilu 1971 berdasarkan penggabungan suara dari
masing-masing partai yang difusikan ke dalam 3 organisasi politik yang
ikut pemilu antara Pemilu 1977 dan 1997, yaitu Murba, PNI, Partai
Katholik, Parkindo dan IPKI yang digabungkan untuk membentuk PDI
serta Parmusi, PSII, Perti dan NU yang digabungkan untuk membentuk
PPP . Selain itu ditampilkan 3 pemilu daerah DPRD Jakarta, yaitu Pemilu
DPRD Tahun 1957, 2009 dan 2014.

Pada Pemilu Orde Baru Golkar berhasil menang di setiap pemilu kecuali
Pemilu 1977. Pada saat itu PPP mengalahkan Golkar. Pada setiap pemilu
selama Orde Baru kecuali Pemilu 1987 PPP mengalahkan PDI. Pada
Pemilu 1987 nama Sukarno, melalui Ibu Megawati Sukarnoputri,
pertama kali tampil dalam Pemilu dalam Orde Baru. Pemilu 1987 juga
merupakan pemilu pertama sejak NU keluar dari PPP pada Tahun 1984.
Upaya netralitas NU pada saat itu mempunyai dampak negatif pada
dukungan PPP mulai dari 1987. Khusus untuk Golkar patut dicatat
bahwa dukungan untuk partai ini di Jakarta selalu lebih rendah dari pada
tingkat dukungannya secara nasional bahkan sampai dengan Pemilu
2014.

Khusus untuk Pemilu Tahun 1957 patut dicatat bahwa pemilu legislatif
sebelum Tahun 1971 dilaksanakan pada Tahun yang berbeda dengan
pemilu legislatif untuk tingkat nasional.

Pada Pemilu transisi Tahun 1999, PDIP tampil paling meyakinkan
dengan dukungan hampir sama dengan tingkat Dukungan untuk partai
kedua dan ketiga terbesar yaitu PAN dan PPP.

Pada pemilihan selama Tahun 1950an Masjumi tampil sebagai partai
paling besar di Jakarta. Pada Pemilu Daerah tahun 1957 PKI berhasil
meningkatkan dukungannya sehingga tampil sebagai partai kedua
terbesar di DRPD Hasil Pemilu 1957. Masjumi tetap tampil sebagai partai
terbesar di Jakarta.

Golkar tampil sebagai partai keempat terbesar, Partai Keadilan yang
kemudian hari dikenal sebagai PKS berhasil meraih dukungan 5% suara.
Dari basis 5% ini PKS berhasil membuat kejutan lagi pada Pemilu 2004
pada saat tampil sebagai partai terbesar di Jakarta disusul dengan partai
baru, Demokrat yang tampil pertama kali dalam sebuah Pemilu dengan
20% suara di Jakarta.
Dukungan baru untuk PKS dinilai berasal dari mantan pendukung PAN
dan PPP yang pindah dukungan kepada partai ini sedangkan Demokrat
dinilai berhasil meraih banyak suara dari PDIP. Satu lagi partai baru
yang membuat kejutan pada Tahun 2004 adalah PDS; partai berbasis
masyarakat Nasrani pertama yang mencapai 5% di Jakarta termasuk
7,6% di Jakarta Barat dan 6,5% di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
Pada Pemilu 2009 posisi Demokrat dan PKS tertukar dengan Demokrat
yang tampil sebagai partai terbesar di DPRD Jakarta. Dukungan partai
lama yaitu PDIP, Golkar, PAN dan PPP tetap kehilangan dukungan.
Partai baru, Gerindra berhasil meraih 5,2%, angka yang sedikit lebih
tinggi dari pada nilainya secara nasional.
Pada Pemilu 2014, PDIP berhasil meraih kembali dukungan signifikan
sehingga menjadi partai terbesar lagi di Jakarta. Partai baru dari 2009,
Gerindra, muncul sebagai partai kedua terbesar dengan dukungan yang
kurang lebih sama dengan tingkat dukungannya secara nasional di
Indonesia. Partai lain yang baru tampil pertama kali pada Pemilu 2009,
yaitu Hanura, berhasil meraih 5,9% suara untuk DPR dan bahkan 7,9%
untuk DPRD Jakarta, angka ini cukup lebih tinggi di Jakarta dibandingkan
dengan dukungan Hanura secara masional.
Di antara partai lain dukungan untuk PKS dan PPP lebih tinggi di Jakarta
dari pada di Indonesia secara keseluruhan. Untuk PAN, Golkar dan
Demokrat hasil di Jakarta lebih kecil dibandingkan dengan dukungannya
secara nasional.

Secara umum dalam sejarah kepemiluan Jakarta, partai berbasis Islam
cenderung lebih kuat dari pada berbasis garis nasionalis/populis.
Misalnya pada Pemilu 1955, 1971, 1977, 1982, 1992, 1997, 2004 dan
2009 partai berbasis Islam tampil lebih kuat dibandingkan dengan
partai berbasis garis nasionalis/populis. Partai berbasis garis
nasionalis/populis berhasil mengalahkan partai berbasis Islam pada
Pemilu 1987, 1999 dan 2014. Dengan demikian patut disimpulkan
bahwa pemilih Jakarta secara sejarah cenderung berhaluan politik
tengah-kanan bukan tengah-kiri.

Satu hasil yang mulai kelihatan sejak sistem pemilu berdasarkan daftar
calon terbuka mulai diterapkan adalah hasil suara di tingkat DPR di
Jakarta dan untuk DPRD Jakarta mulai berbeda. Misalnya pada Pemilu
Tahun 1999, persentase suara partai untuk DPR and DPRD di Jakarta
kurang lebih sama. Demikian juga pengalaman di semua daerah lain di
Indonesia.

Hasil Pilkada Jakarta Tahun 2012
Pemilihan umum untuk Gubernur/Wakil Gubernur Jakarta pada Tahun
2012 diselenggarakan berdasarkan 2 putaran. Pada Putaran pertama ada
lima pasangan. Dasar dukungan untuk masing-masing pasangan sebagai
berikut:
Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama
diusung oleh PDIP dan Gerindra
Faisal Basri – Biem Benyamin
diusung secara perseorangan

Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli
diusung oleh Dem, PAN, PKB Hanura

Alex Nurdin – Nono Sampono
diusung oleh Golkar, PPP

Hendraji Supanji – Ahmad Reza Patria
diusung secara perseorangan

Hidayat Nur Wahid – Didik Rachbini
diusung oleh PKS

Pada Hasil Putaran Pertama, Pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja
Purnama berhasil meraih 42,6% suara sedangkan pasangan kedua
terkuat Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli meraih 34,1% suara.

Pasangan peraih suara ketiga adalah Hidayat Nur Wahid – Didiek Rachbini
yang meraih 11,7%. Pasangan Faisal Basri – Biem Benyamin meraih 5,5%
sedangkan pasangan Alex Nurdin – Nono Sampono meraih 4,7%.
Pasangan terakhir adalah Hendardji Supanji – Ahmad Reza Patria yang
meraih 2,0% suara.
Mengingat belum ada pasangan yang berhasil meraih 50% suara maka
kedua calon ini tampil kembali dalam Putaran Kedua.
Pada Putaran kedua dukungan dari Golkar, PPP dan PKS dialihkan ke
Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli.

Kampanye untuk Putaran Kedua sangat sengit dan blak-blakan. Isu
kampanye yang dikedepankan termasuk isu kesukuan Betawi sebagai
pertanda sah sebagai potensi pemimpin di DKI serta isu keagamaan
yaitu perspektif bahwa pemimpin di Jakarta harus atau tidak perlu
beragama Islam. Dalam banyak hal suasana berkampanye pada Putaran

Kedua ini agak mirip dengan suaran kampanye untuk pemilihan Presiden
pada Tahun 2014.
Hasil Putaran Kedua menunjukkan dukungan untuk pasangan Joko
Widodo – Basuki Tjahaja Purnama 53,8% sedangna pasangan Fauzi Bowo
– Nachrowi Ramli meraih 46,2% suara. Dengan demikian Fauzi Bowo
sebagai petahana dikalahkan dan digantikan oleh Joko Widodo sebagai
Gubernur DKI Jakarta.
Grafis-grafis berikut menggambarkan hasil dari kedua putaran untuk
Pilkada DKI pada Tahun 2012. Grafis ini mulai dari tingkat paling tinggi,
yaitu hasil total untuk DKI ditambahkan hasil di setiap kota/kabupaten seDKI. Berikut ada hasil di setiap kota beserta kecamatannya.
Kelompok grafis terakhir menggambarkan hasil pilkada untuk putaran 1
dan 2 di setiap keluruhan di setiap kecamatan.
Data yang ditampilkan juga menyebut jumlah pemilih di wilayah tersebut
serta persentase suara sah yang dihitung di setiap wilayah.

Hasil Pilkada 2012 DKI untuk tingkat Provinsi

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Kepulauan Seribu

Hasil Pilkada 2012 DKI di kelurahan, Kepulauan Seribu

Hasil Pilkada Jakarta Tahun 2007
Pemilihan umum untuk Gubernur/Wakil Gubernur Jakarta pada Tahun
2007 hanya terdiri dari 2 pasangan calon, yaitu:
Fauzi Bowo – Prijanto
diusung oleh Dem, PDIP, Golkar, PPP, PAN, PDS, PKB, PBR, PKPB,
Patriot, PNUI, PDK, PKPI, PDI, Pelopor, PBSD, PIB, Merdeka, PPD.
Adang Daradjatun – Dani Anwar
diusung oleh PKS.
Dari segi suara, pasangan Fauzi - Prijanto didukung 19 partai yang meraih
sebanyak 74,6% suara pada Pemilu Tahun 2004 untuk DPRD DKI.
Pasangan Daradjatun – Dani didukung satu partai yang meraih 23,3%
suara pada Pemilu Tahun 2004 untuk DPRD DKI. Selain 20 partai ini ada
4 partai yang tidak dicatat sebagai pengusung salah satu pasangan, yaitu
PBB, PNBK, PSI dan PNIM. Keempat partai ini meraih sebanyak 2,1%
suara pada Pemilu Tahun 2004 untuk DPRD DKI.
Dari segi jumlah kursi di DPRD DKI pengusung pasangan Fauzi – Prijanto
menguasai 57 kursi (76% total kursi di DPRD DKI pada saat itu).
Pengusung pasangan Daradjatun – Dani menguasai 18 kursi (24% total
kursi di DRD DKI pada saat itu).
Pada hasil Pilkada Jakarta Tahun 2007 pasangan Fauzi Bowo – Prijanto
berhasil meraih 57,9% suara sedangkan pasangan Adang Daradjatun –
Dani Anwar meraih 42,1% suara. Dengan demikian, dan mengingat inilah
pemilihan daerah langsung pertama dalam sejarah Jakarta, maka Fauzi
Bowo terpilih sebagai Gubernur pertama dalam sejarah Jakarta yang
dipilih langsung. Demikian pula Prijanto yang terpilih langsung sebagai
Wakil Gubernur Jakarta pertama dalam sejarah Jakarta.
Grafis-grafis berikut menggambarkan hasil Pilkada DKI Tahun 2007 serta
Hasil Pilkada DKI Tahun 2012 sebagai pembanding.

Hasil Pilkada 2007 dan 2012 per kota

Hasil Pilkada 2007 dan 2012 per kota

Hasil Pilkada 2007 dan 2012 per kota

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Timur

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Selatan

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Barat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Pusat

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Jakarta Utara

Hasil Pilkada 2007 dan 2012, Kepulauan Seribu

Hasil pemilihan umum untuk Dewan Perwakilan Daerah
Salah satu hasil amendemen UUD Tahun 2001 (Amendemen Ketiga)
adalah pendirian Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai bagian dari
kelembagaan legislatif tingkat nasional.
Dalam pemilihan DPD pemilih di setiap provinsi termasuk DKI memilih 4
wakil dengan masing-masing pemilih memilih satu wakil di antara semua
calon yang menawarkan diri. Calon untuk DPD tidak berafiliasi dengan
partai walau bisa saja berpengalaman sebagai aktivis bahkan anggota DPR
dari salah satu partai sebelum pemilu. Dengan demikian setiap calon
merupakan single fighter . Sistem pemilihan yang berlaku boleh disebut
sistem distrik berwakil empat.
Sejak amendemen Tahun 2001, pemilihan keanggotaan DPD telah
dilaksanakan pada Pemilu 2004, 2009 dan 2014.

Hasil Pemilihan Umum untuk Presiden/Wakil Presiden di wilayah Jakarta
Bagian terakhir naskah ini menguraikan informasi tentang Hasil
Pemilihan Umum untuk Presiden/Wakil Presiden di wilayah Jakarta.
Grafis di bawah menggambarkan hasil di setiap Pemilihan Umum untuk
Presiden/Wakil Presiden mulai dari Putaran I Tahun 2004 sampai dengan
2014.
Hal yang paling menonjol dari gambar ini adalah pemilih Jakarta selalu
memilih calon presiden yang akhirnya menang.

Grafis berikut (yang dibawah) menggambarkan hasil Pilpres Tahun 2014
di setiap daerah di wilayah DKI Jakarta. Sebagaimana dilihat Hasil total di
DKI hampir sama dengan hasil secara nasional.
Namun di Jakarta tercatat dua wilayah di mana pemilih lebih mendukung
calon presiden Prabowo yaitu Jakarta Timur dan Jakarta Selatan
sedangkan di ke-empat daerah lain, pemilih lebih mendukung calom
presiden Joko Widodo.

Penutupan
Data yang disajikan dalam naskah ini berasal dari beberapa Badan
penyelenggaran Pemilu, termasuk KPU, KPUD Jakarta, LPU (untuk Zaman
Orde Baru). Data dari Tahun 1950s berasal dari data PPI (badan
penyelenggara Pemilu pada saat itu) sebagaimana dicatat oleh buku (Alm)
Prof Alfian Hasil Pemilihan Umum 1955 untuk Dewan Perwakilan Rakjat
yang diterbitkan Leknas LIPI Tahun 1974. Hasil Pemilu untuk
Konstituante 1955 dan Hasil Pemilu Daerah Tahun 1957 ditemukan di
Universitas Cornell, New York, yang sejak dulu tekun mendalami
pengetahuan tentang Indonesia. Data tentang isu sosio-budaya dan sosioekonomi berasal dari data BPS termasuk Hasil Sensus 2010.
Semoga info yang disajikan berguna.
Hormat kami,
Kevin Evans
Pendiri
www.pemilu.asia
21 Januari 2017