PAPER Wujudkan Birokrasi Indonesia Berke
PAPER
“Wujudkan Birokrasi Indonesia Berkelas Dunia Dengan Dynamic
Governance Melalui Reformasi Birokrasi”
Oleh
Nama
: Anggri Kristiyanto Yofen Ndun (24.1369)
Natasya Okta Wijayanti (24.)
Asal Kampus
: Sumatera Barat
Pangkat
: Nindya Praja
No. Handphone
: 085317839813 / 082378466691
Jurusan
: Manajemen Keuangan Daerah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
BASO, 2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SAW Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan Paper ini dengan baik. Paper ini kami beri
judul “Wujudkan Birokrasi Indonesia Berkelas Dunia Dengan Dengan Dynamic
Governance Melalui Reformasi Birokrasi”.
Paper ini merupakan naskah yang kami buat sebagai syarat untuk mengikuti Lomba
Karya Tulis Ilmiah dalam rangka Pekan Ilmu Pemerintahan ke-3 yang diadakan oleh Plato’s
Club kampus Institut Ilmu Pemerintahan Cilandak. Penulisan paper ini berpedoman pada teori –
teori beberapa ahli pamarintahan Indonesia maupun internasional dan juga fakta dan data yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pada kesempatan ini juga izinkan kami
mengucapkan limpah terima kasih kami kepada beberapa pihak yang telah berperan penting
hingga terselesaikannya paper ini dengan baik di antaranya bapak Dr.Drs.Tjahjo Suprajogo,M.Si,
bapak Drs.Mustaufik Amin,M.Si dan rekan – rekan Nindya Praja kelas AB dan EF IPDN
Kampus Sumatera Barat.
Akhir kata semoga paper ini dapat menjadi referensi dan bahan pembelajaran bagi kita
insan akademisi, calon pamong praja muda dan pelopor revolusi mental termasuk para birokrat
dalam rangka mewujudkan birokrasi Indonesia yang berkelas dunia, oleh karena itu kami akan
sangat senang menerima segala bentuk saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan
tulisan kami di masa yang akan datang .
Baso, 09 Februari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah salah satu bentuk perubahan yang membawa dampak nyata terhadap
kehidupan umat manusia baik secara individu maupun organisasi. Organisasi pemerintahan
(birokrasi) selama ini masih sangat statis terhadap perubahan sehingga belum dapat menjawab
tantangan global. Birokrasi selalu menjadi perhatian masyarakat, setiap mendengar kata
“birokrasi”, masyarakat umum langsung terpikir mengenai urusan yang memiliki berbagai
prsedur dan formalitas. Masyarakat selalu memandang birokrasi sebagai sebuah sistem dan alat
manajemen pemerintahan yang amat buruk.
Definisi birokrasi memang sangat kompleks dan setiap orang bahkan para ahli sendiri
pun mempunyai cara pandang masing – masing dalam menjelaskan birokrasi, berikut adalah
definisi birokrasi menurut para ahli :
a. Peter M. Blau dan W. Meyer
Birokrasi dalam bukunya “Bureaucracy” adalah tipe organisasi yang dimaksudkan untuk
mencapai tugas – tugas administratif dengan cara mengkoordinasikan secara sistematis
teratur pekerjaan dari banyak anggota organisasi.
b. Yahya Muhaimin
Birokrasi sebagai “keseluruhan aparat pemerintah, sipil maupun militer yang melakukan
tugas membantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu”.
c. Karl Marx
Birokrasi adalah alat kelas yang berkuasa, yaitu kaum borjuis dan kapitalis untuk
mengekploitasi kaum proletar. Birokrasi adalah parasit yang eksistensinya menempel
pada kelas yang berkuasa dan dipergunakan untuk menghisap kelas proletar.1
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa birokrasi adalah organisasi
pemerintah (sipil maupun militer) yang terorganisir secara formal, teratur dan sistematis
menjalankan tugas pemerintahan dengan berkoordinasi dengan anggota organisasi maupun
organisasi lainnya.
Dalam penyelengaraan birokrasi pemerintahan dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma rule government menjadi good governance. Dalam paradigma rule government
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik senantiasa menyandarkan
1Setiawan, Irfan, Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah, Jawa Barat : IPDN PRESS, 2014 hlm. 2.
pada peraturan perundang – undangan yang berlaku. Sementara itu, peradigma good governance
tidak hanya tebatas pada penggunaan peraturan perundang – undangan yang berlaku, tetapi juga
menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang tidak hanya melibatkan
pemerintah atau negara semata, tetapi harus melibatkan internal maupun eksternal birokrasi.
Pemahaman governance tentu tidak sama dengan konsep goverment. Konsep government
lebih ditujukan pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan kekuasaan tertinggi (negara dan
pemerintahan). Di sisi lain, governance tidak sekedar melibatkan pemerintah, tetapi juga
melibatkan peran stakeholder di luar negara dan pemerintah sehingga pihak yang terlibat
menjadi sangat luas. Sementara itu, konsep governance diartikan pemerintahan menunjuk pada
proses, yaitu proses pemerintahan dalam suatu negara yang melibatkan unsur eksekutif, legislatif
dan yudikatif, masyarakat dan pihak swasta. Praktik yang terbaiknya disebut good governance
(kepemerintahan yang baik).
Dynamic Governance(Pemerintahan yang Dinamis) adalah kunci sukses di dunia yang
mengalami percepatan globalisasi dan kemajuan teknologi tak kenal lelah, pemerintahan yang
mampu berfikir cerdas dalam menghadapi perubahan, menjadikan perubahan sebagai peluang,
dan mampu menciptakan suatu kebijakan yang efektif dalam menghadapi tuntutan
perkembangan zaman sehingga menghasilkan pemerintah dengan sistem kelembagaan yang
profesional dengan outcome yang baik. Jika lembaga dapat berkembang, menanamkan budaya
dan kemampuan yang memungkinkan belajar dan berubah terus-menerus, kontribusi mereka ke
sebuah kemajuan sosio-negara dan kemakmuran ekonomi akan sangat besar.
Untuk itu
pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tanpa melibatkan unsur pemerintahan lainnya dalam hal ini
masyarakat dan swasta. Untuk mampu mencapai pemerintahan yang dinamis dibutuhkan tiga
kemampuan utama dalam mewujudkan pemerintahan yang dinamis, yaitu:
a. Thinking Ahead (berfikir ke depan), dimana berfikir dalam suatu pemerintahan dengan
interaksinya dengan lingkungan yang serba tidak pasti, maka dari itu diperlukan langkah
antisipasi dalam menghadapi itu semua. Perubahan pola fikir yaitu bertindak ketika
kejadian (reaktif) menjadi berfikir sebelum kejadian (proaktif) adalah mutlak dilakukan
dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Pemerintah juga harus berfikir
ke depan bagaimana dunia memberikan dampak kepada negara dan daerah dan membuat
kebijakan yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanggulangi dan
mengatasi ancaman yang ada di depan dan memanfaatkan semua kesempatan yang ada
untuk menjadi lebih menguntungkan.
b. Thinking Again (berfikir kembali), pola fikir dengan cara belajar dan mengevaluasi
terhadap berbagai kebijakan yang telah dibuat dan mungkin saja ada kebijakan yang telah
usang dan telah mengurangi efektivitas kerja. Hal ini perlu dilakukan agar kebijakan yang
telah ada tidak out of date dan masih relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat
yang berjangka. Kebijakan yang telah direvisi akan melanjutkan keefektifan yang telah
ada sehingga terwujudlah pemerintahan yang dinamis.
c. Thinking Across, dimana pola pikir pemerintah agar terus belajar dan berinovasi di
tengah era pengetahuan dan ekonomi pembaharuan agar dapat terus bertahan dan
menjawab tantangan yang ada dan dapat memanfaatkan setiap kesempatan menjadi
keuntungan bagi masyarakat. Berpikir lintas batas merupakan kemampuan dan
keterbukaan untuk menyeberang batas-batas untuk belajar dari pengalaman orang lain
sehingga ide-ide baru dan konsep dapat diperkenalkan ke dalam sebuah institusi.
Pada dasarnya, Dynamic Governance dapat terjadi ketika pembuat kebijakan dapat terus
berfikir kedepan (thinking ahead), berfikir kembali (thinking again) untuk mengevaluasi /
mengintropeksi apa yang sudah dan sedang dilakukan, dan berfikir kepada lingkungan (thinking
across) untuk belajar dari yang lain, dan secara berkelanjutan menyatukan persepsi baru,
pengalaman dan pengetahuan ke dalam keyakinan, aturan, kebijakan dan struktur masyarakat
dan pemerintah sehingga mampu menyesuaikan ke dalam perubahan lingkungan yang dinamis.
Namun pada kenyataannya kondisi birokrasi Indonesia saat ini adalah lembaga pemerintah
biasanya tidak dianggap sebagai organisasi yang dinamis dan inovatif, akan tetapi sebagai
organisasi yang lambat, gemuk (kaya struktur miskin fungsi), dan statis tanpa pernah berpikir
memperbarharui aturan yang sudah ketinggalan zaman. Sistem tersebut masih dinilai belum
bekerja dengan efektif dalam mewujudkan pelayanan di berbagai aspek, seperti pendidikan,
kesehatan, administrasi dasar, dan lainnya. Permasalahan terkait birokrasi tersebut ditunjukan
secara gamblang oleh tingginya korupsi, rendahnya pelayanan masyarakat, dan rendahnya
akuntabilitas kinerja organisasi. Permasalahan - permasalahan tersebut merupakan akibat dari
lemahnya birokrasi pemerintah Indonesia, dinamisme pemerintahan yang dicirikan oleh ide-ide
baru, persepsi segar, upgrade terus-menerus, tindakan cepat, fleksibel, adaptif dan inovatif tidak
dirasakan dalam pelayanan yang diharapkan masyarakat. Berbagai bentuk inovasi birokrat dalam
menyikapi perubahan lingkungan baik lokal, nasional maupun global tidak dapat berjalan efektif
apabila tidak diimbangi dengan perubahan – perubahan struktur maupun kultural dari organisasi
pemerintahan itu sendiri.
BAB II
PENDAHULUAN
Pentingnya Reformasi Birokrasi dalam Dynamic Governance
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good
governance melalui pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan
sumber daya manusia aparatur. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah harus
menyadari betul reformasi birokrasi sebagai kebutuhannya untuk menghadapi perubahan –
perubahan lingkungan eksternal maupun internal, sehingga dalam menjalankan pemerintahan
yang dinamis segala upaya berpikir ke depan , berpikir kembali dan berpikir lintas batas bisa
efektif.
Berikut merupakan beberapa strategi perubahan dalam reformasi birokrasi:
1. Kelembagaan Birokrasi Pemerintahan
Saya berkeyakinan bahwa kelembagaan merupakan hal pertama yang harus diperbaharui.
Jika kelembagaan diperbaharui maka akan ditemukan suatu sistem yang tepat.
Pambaharuan kelembagaan ini dimulai dari perilaku SDM aparatur pemerintah. Oleh
karena itu, strategi pertama yang harus diterapkan adalah pembenahan kelembagaan
aparatur birokrasi pemerintahan.
Dalam kelembagaan terdapat kultur dan struktur. Kultur inilah yang nantinya akan
membentuk suatu boundary yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi
lainnya. Adapun struktur merupakan kerangka yang dipergunakan sebagai tata aliran
proses bagaimana kultur tersebut dapat diterapkan dan diwujudkan dalam suatu
pemerintahan. Kultur dalam lembaga pemerintahan Indonesia yang sering kali muncul
dan dipakai adalah yang menjamin Asal Bapak Senang (ABS), melaporkan hal-hal baik
kepada atasan yang sebenarnya hanya untuk memberikan pencitraan baik individu
tersebut terhadap atasan dimana hal ini justru akan membuat tidak adanya perbaikan
terhadap sistem yang sudah ada karena sistem dianggap sudah baik. Inilah yang harus
dihindari dalam strategi pembaharuan kelembagaan, kultur yang harus kita tumbuhkan
adalah kultur yang responsif, partisipatif, Inovatif, demokratis, dan terbuka. Hal ini akan
bisa melahirkan tata kepemerintahan yang baik (good governance). Perubahan kultur ini
juga harus ditunjang dengan perubahan struktur dalam kerangka yang sesuai.
2. Sistem Birokrasi Pemerintahan
Sistem merupakan sesuatu yang acap kali dipertanyakan oleh banyak pihak. Mana yang
terlebih dahulu diperbaiki, sistemnya, pelakunya, atau sumber daya manusianya.
Bagaimanapun sistem merupakan sesuatu yang harus diutamakan karena saya
mempunyai keyakinan dengan sistem yang baik maka orang yang kurang baik akan
menjadi baik, tetapi jika orang yang baik berada pada sistem yang kurang baik maka
orang tersebut akan mengalami degradasi dikarenakan sistem yang ada tidak menunjang
kompetensi yang dimiliki orang tersebut. Oleh karena itu sistem yang dipilih harus
sesuai dengan kebutuhan dan target yang ingin dicapai. Sistem penataan kelembagaan
yang bisa menjamin adanya profesionalisme yang berdasarkan pada kompetensi,
akuntabilitas, transparansi akan bisa mendorong kinerja yang baik.2
3. Sumber Daya Aparatur
2Thoha Miftah, Birokrasi Pemerintah Indonesia Di Era Reformasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008
hlm. 111.
Rendahnya kualitas sumber daya aparatur dan profesionalitas pegawai ini mengakibatkan
sering terjadinya diskriminasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sebagian besar
masyarakat menerima pelayanan
dengan maksimal sedangkan sebagian lagi hanya
menerima pelayanan yang sekedarnya3. Selain itu sering ditemukan adanya
ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki seorang pegawai dengan tugas yang
dibebankan kepadanya, hal ini menyebabkan berbagai kesulitan baik terhadap pegawai
maupun terhadap kinerja instansi pemerintahan secara keseluruhan.
Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan profesionalitas aparatur
menjadi suatu aspek yang perlu diperhatikan dalam reformasi birokrasi demi terciptanya
pelayan publik yang cepat, tepat, tanpa diskriminasi serta mewujudkan kinerja instansi
pemerintahan yang baik.
Reformasi birokrasi merupakan hal yang sangat penting bagi birokrasi dalam
membangun pemerintahan yang dinamis (dynamic governance) agar secara skruktural dan
kultural birokrat kita siap untuk menghadapi setiap perubahan. Pemerintahan yang dimanis tidak
lepas dari fungsi – fungsi pemerintahan itu sendiri. Fungsi pemerintahan yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat adalah pelayanan publik, masyarakat tidak akan merasakan
kehadiran negara jika tidak melalui pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Inovasi dan
pembaharuan – pembaharuan yang dilakukan pemerintah harus berorientasi kepada peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Konsep reformasi birokrasi yang digagas oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Pemberdayaan Aparatur Negara adalah upaya riil yang sedang di tempuh oleh pemerintah
Indonesia untuk mencipkatan birokrasi Indonesia yang berkelas dunia, yang mampu
menyelenggarakan pemerintahan dengan prinsip akuntabilitas, transparansi, jujur, bersih dan
berwawasan global. Reformasi birokrasi menjadi tonggak penyelenggaraan pemerintahan yang
berorientasi pada pelayanan publik. Konsep inilah yang disambut baik oleh pemerintah Kota
Surabaya di bawah kepemimpinan walikota Tri Rismaharini yang telah menjadikan Kota
Surabaya sebagai model penyelenggaraan pemerintahan yang dinamis (dynamic governance),
model penyelenggaraan reformasi birokrasi dan contoh birokrasi yang berkelas dunia.
3Setiawan, Irfan, Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah, Jawa Barat : IPDN PRESS, 2014 hlm. 186.
Pada masa kepemimpinan Risma, Kota Surabaya telah meraih berbagai penghargaan
tidak hanya di tingkat nasional tapi juga tingkat dunia di antaranya adalah sebagai berikut:
Kota terbaik se-Asia Pasifik versi Citynet pada tahun 2012
Penghargaan kota berkelanjutan Asean, Environmentally Award 2012
Meraih 2 kategori penghargaan tingkat Asia Pasifik dalam ajang FurureGov Award 2013,
yakni data center melalui Data Center Pemerintah Kota Surabaya dan Data Inclusion
melalui Boardband Learning Center (BLC). Menyingkirkan 800 kota di Asia Pasifik.
Taman Bangkul mendapatkan penghargaan pada tahun 2013 The Asian Townscap Award
dari PBB
Mendapatkan penghargaan Socrates Award kategori Future City dari European Business
Assembly (EBA) pada April 2014.
Sumber: Radar Surabaya: Jawa Pos Gruop
Di Indonesia sendiri sudah memiliki beberapa pemerintah daerah yang menjadi model
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menerapkan konsep Dynamic Governance. seperti
yang disampaiakan salah seorang pemerhati tata kelola pemerintahan Sarwono Kusumaatmaja
dalam MetroTV News “Surabaya dan Jembarana Jadi Contoh Pemerintahan Yang Dinamis”
tanggal 6 Maret 2015 beliau mengatakan bahwa :
"Surabaya adalah daerah yang sudah berhasil mentransformasikan bentuk
pemerintahannya secara cerdas. Secara langsung konsep dinamic governance telah
berjalan di daerah tersebut," kata Sarwono dalam diskusi di Kedai Tjikini, Jalan Cikini
Raya, Jakarta Pusat, Senin (16/3/2015).
Sarwono memaparkan, Walikota Risma mengubah kotanya menjadi indah dengan
taman-taman yang kelas dunia dan pelayanan publik yang baik. Ini adalah bentuk nyata
dari pemerintahan yang dinamis."
Contoh lain, Kabupaten Jembrana yang mendapat label kabupaten termiskin di pulau
Bali," kata Sarwono.
Walau menjadi kabupaten termiskin, Bupati I Gede Winasa mampu memberikan fasilitas
pendidikan dan kesehatan gratis kepada masyarakat. Hal ini bisa ditempuhnya melalui
program efesiensi anggaran dan inovasi kebijakan.
Selain pembanguan fisik dan pelayanan publik yang berkelas dunia, konsep reformasi
birokrasi dan dynamic governance pemerintahan di kota ini dinyatakan melalui peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pertumbuhan ekonominya sebagai tolak ukur
pembangunan ekonomi
Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya tahun 2010-2014
Kota
2010
2011
2012
2013
2014
Surabaya
65,36
66,06
66,74
67,55
68,14
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya tahun 2015.
Berdasarkan data tersebut sejak tahun 2010 IPM Kota Surabaya selalu mengalami
peningkatan, IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pembangunan, dan kehidupan yang
layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait oleh banyak
faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka hidup waktu lahir, selanjutnya
untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan indikator angka melek huruf dan rata – rata
lama sekolah. Adapun mengukur dimensi layak hidup digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata – rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan
untuk hidup. Penigkatan IPM menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota
Surabaya, sejak masa pemerintahan Ibu Tri Rismaharini beliau sangat menekankan pada
pembangunan manusia terlebih dahulu (pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan) sebagaimana
disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengan Kota Surabaya.
Peningkatan IPM ini merupakan konsekuensi logis dari dari kemudahan – kemudahan
yang disajikan pemerintah dalam bentuk pelayanan publik yang berkelas dunia, pelayan publik
ini merupakan upaya pemkot Surabaya untuk mempercepat proses pelayanan publik dalam
rangka penyelenggaraan good governance. Prof. Dr. Ing. Poernomosidi Hadjisarosa (Menteri
Pekerjaan Umum RI tahun 1978-1983) menyakatakan bahwa kemudahan (easyness) diartikan
sebagai tersedianya fasilitas pelayanan (ekonomi dan sosial) sehingga masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, informasi, pelayanan
ibadah dan lainnya4. Pemerintah kota Surabaya berhasil menghadirkan kemudahan – kemudahan
akses bagi warganya. Berikut adalah tabel Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Surabaya terhadap
pelayanan publik
4Adisasmita, Rahardjo, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013 hlm. 99.
Hasil Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Playanan Publik Kota Surabaya
Tahun
Hasil
Kinerja Unit
Pengukuran
Pelayanan
2012
70,75
Baik
2014
74,22
Baik
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya Tahun 2015
Mutu Pelayanan
B
B
Unsur minimal IKM merupakan pengembangan 10 prinsip pelayanan yang terdapat pada
Keputusan Menteri PAN no. 63/Kep/M.PAN/7/2003. Unsur pelayanan yang diukur dalam IKM
merupakan 14 unsur yang relevan, valid, dan reliabel, yaitu prosedur pelayanan, persyaratan
pelayanan, kejelasan petugas, Kedisiplinan petugas pelayanan, tanggungjawab petugas
pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan
pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya
pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan.
Transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai tonggak
good governance juga menjadi fokus pemerintah kota Surabaya, sistem manajemen pemerintah
yang sudah menggunakan GRMS (General Resources Management System) membuat kinerja di
lingkup Pemkot Suabaya lebih efektif dan mudah terpantau karena semua serba elektronik, salah
satu contohnya adalah e-Budgeting yang dari situ dapat diketahui rincian kebutuhan masng –
masing dinas. Dari sini juga bisa ketahuan kebutuhan dan pengeluaran setiap SKPD mulai dari
proyek fisik hingga kebutuhan alat tulis kantor. Dalam menjalankan fungsi pengawasannya,
Pemkot Surabaya selalu mengedepankan aspek transparansi. Melalui e-Controlling, semua pihak
termasuk masyarakat berhak ikut mengawasi jalannya proyek, lagi – lagi pemanfaatan teknologi
harus dimaksimalkan untuk sektor pelayanan publik. Pemerintahan kota Surabaya telah
mengkonversikan banyak bentuk pengelolaan administrasi dalam sistem elektronik yang
diketegorikan ke dalam dua bentuk yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan
pelayanan publik. Sistem yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah terdiri dari eBudgeting, e-Project, e-Procuresment, e-Delivery, e-Controlling dan e-Performance, sedangkan
yang berkaitan dengan pelayanan publik sendiri terdapat e-Sapawarga, e-Perizinan, eMusrenbang, e-Health dan yang terbaru adalah Surabaya Sinlge Windows (SSW). Pelayanan
perizinan misalnya yang merupakan inovasi terbaru pemkot Surabaya melaui Badan Koordinasi
Pelayanan dan Penanaman Modal (BKPPM) kota Surabaya awal Februari 2016 ini dengan
membuka Pelayan Terpadu Satu Pintu untuk SIUP-TDP Online. Penyelenggaraan PTSP ini
dilakukan
dengan
mempertimbangkan
beberapa
aspek
yaitu
penyederhanaan
persyaratanperizinan, percepatan waktu penyelesaian permohonan, penyediaan informasi
kepastian biaya, kepastian prosedur, pemebrian kemudahan, penyampaian pangaduan dan
kejelasan penyelesaian penegaduan. Percepatan proses perizinan PSTP ini dikarenakan didukung
penuh teknologi informasi (IT).
Merubah sistem pemerintahan yang serba elektronik pemerintah kota Surabaya berupaya
mewujudkan transparansi dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahanseperti yang
dinyatakan Mitah Thoha bahwa perubahan sistemlah yang harus dilakukan terlebih dahulu dan
itulah yang diperbuat oleh pemerintah kota Surabaya. Selain itu sistem ini sendiri secara
langsung mengaktifkan pengawasan masyarakat sebagai salah satu unsur pemerintahan
(governance) sehingga pengawasan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah atau lembaga
fongsional semata. Elektronik government yang diterapkan bukan sistem yang rumit sehingga
dapat digunakan dengan mudah bagi seluruh kalangan masyarakat kota Surabaya.
Sistem yang telah dirancang sedemikan rupa sehingga dapat dikatakan berkelas dunia
harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang berstandar internasional
dalam bingkai nilai dan budaya – budaya lokal. SDM Aparatur pemerintahan Kota Surabaya
terus ditingkatkan melalui berbagai daya upaya mulai dari perekruitmen sampai pada pembinaan
dan pengawasan dalam peningkatan kompetensinya. Peningkatan SDM Aparatur untuk
mewujudkan
pemerintahan
yang
berorientasi
pada
pelayanan
merupakan
prioritas
penyelenggaraan pemerintahan kota Surabaya yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Surabaya 2010-2015 yaitu Misi “menghadirkan suasana kota yang
MANUSIAWI melalui peningkatan aksesibilitas, kapasitas, dan kualitas pelayanan publik,
reformasi birokrasi, serta pemanfaatan sumber daya kota untuk sebesar-besar kesejahteraan
warga”. Misi tersebut kemudian dijabarkan dalam Rencana Strategis Badan Kepegawaian
Daerah Kota Surabaya.
BAB III
KESIMPULAN
Pemerintahan yang dinamis, birokrasi yang berkelas dunia dapat dicapai dengan melihat
setiap perubahan yang terjadi secara tiga arah (berpikir ke depan, berpikir lagi dan berpikir lintas
batas). Paradigma pemerintahan yang bersifat kaku, Idealisme pemerintahan yang berlebihan dan
tidak terbuka terhadap perubahan serta pola pikir pemerintahan yang kurang kreatif, inovatif, dan
visioner yang selama ini menjadi citra pemerintahan Indonesia harus segera mengalami
pembaharuan melalui reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi dilakukan melalui 3 strategi, yaitu pembenahan kelembagaan
birokrasi pemerintahan secara struktural maupun kultural, pembenahan sistem birokrasi
pemerintahan dengan mewujudkan sistem penataan yang menjamin profesionalisme yang
berdasarkan pada kompetensi, akuntabilitas, dan transparansi, serta peningkatan kualitas sumber
daya aparatur dan profesionalisme pegawai.
Beberapa bentuk penerapan strategi reformasi birokrasi telah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Surabaya yaitu melaui penerapan sistem elektronik pemerintahan (e-Government) yang
merupakan solusi yang tepat dalam mewujudkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui Pelayan Terpadu
Satu Pintu (PTSP). Peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur melalui perbaikan sistem
rekruitmen sampai pada pembinaan, pengawasan, dan peningkatan kompetensi. Penerapan
strategi tersebut tentunya juga didukung oleh target yang jelas dan terukur seperti peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam
pelayanan Publik, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dynamic Governance tentunya tidak
akan terwujud tanpa adanya kerjasama yang baik antara seluruh elemen yang ada dalam sistem
pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Indrayana, Denny,2008. Negara Antara Ada Dan Tiada. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Ndraha, Taliziduhu, 2005. Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Setiawan, Irfan, 2014. Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah. IPDN PRESS Jawa Barat.
Thoha, Miftah, 2008. Birokrasi Pemerintah Indonesia Di Era Reformasi. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Wasistiono, Sadu, 2013. Pengantar Ekologi Pemerintahan. IPDN Press. Jawa Barat.
“Wujudkan Birokrasi Indonesia Berkelas Dunia Dengan Dynamic
Governance Melalui Reformasi Birokrasi”
Oleh
Nama
: Anggri Kristiyanto Yofen Ndun (24.1369)
Natasya Okta Wijayanti (24.)
Asal Kampus
: Sumatera Barat
Pangkat
: Nindya Praja
No. Handphone
: 085317839813 / 082378466691
Jurusan
: Manajemen Keuangan Daerah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
BASO, 2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SAW Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan Paper ini dengan baik. Paper ini kami beri
judul “Wujudkan Birokrasi Indonesia Berkelas Dunia Dengan Dengan Dynamic
Governance Melalui Reformasi Birokrasi”.
Paper ini merupakan naskah yang kami buat sebagai syarat untuk mengikuti Lomba
Karya Tulis Ilmiah dalam rangka Pekan Ilmu Pemerintahan ke-3 yang diadakan oleh Plato’s
Club kampus Institut Ilmu Pemerintahan Cilandak. Penulisan paper ini berpedoman pada teori –
teori beberapa ahli pamarintahan Indonesia maupun internasional dan juga fakta dan data yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pada kesempatan ini juga izinkan kami
mengucapkan limpah terima kasih kami kepada beberapa pihak yang telah berperan penting
hingga terselesaikannya paper ini dengan baik di antaranya bapak Dr.Drs.Tjahjo Suprajogo,M.Si,
bapak Drs.Mustaufik Amin,M.Si dan rekan – rekan Nindya Praja kelas AB dan EF IPDN
Kampus Sumatera Barat.
Akhir kata semoga paper ini dapat menjadi referensi dan bahan pembelajaran bagi kita
insan akademisi, calon pamong praja muda dan pelopor revolusi mental termasuk para birokrat
dalam rangka mewujudkan birokrasi Indonesia yang berkelas dunia, oleh karena itu kami akan
sangat senang menerima segala bentuk saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan
tulisan kami di masa yang akan datang .
Baso, 09 Februari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah salah satu bentuk perubahan yang membawa dampak nyata terhadap
kehidupan umat manusia baik secara individu maupun organisasi. Organisasi pemerintahan
(birokrasi) selama ini masih sangat statis terhadap perubahan sehingga belum dapat menjawab
tantangan global. Birokrasi selalu menjadi perhatian masyarakat, setiap mendengar kata
“birokrasi”, masyarakat umum langsung terpikir mengenai urusan yang memiliki berbagai
prsedur dan formalitas. Masyarakat selalu memandang birokrasi sebagai sebuah sistem dan alat
manajemen pemerintahan yang amat buruk.
Definisi birokrasi memang sangat kompleks dan setiap orang bahkan para ahli sendiri
pun mempunyai cara pandang masing – masing dalam menjelaskan birokrasi, berikut adalah
definisi birokrasi menurut para ahli :
a. Peter M. Blau dan W. Meyer
Birokrasi dalam bukunya “Bureaucracy” adalah tipe organisasi yang dimaksudkan untuk
mencapai tugas – tugas administratif dengan cara mengkoordinasikan secara sistematis
teratur pekerjaan dari banyak anggota organisasi.
b. Yahya Muhaimin
Birokrasi sebagai “keseluruhan aparat pemerintah, sipil maupun militer yang melakukan
tugas membantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu”.
c. Karl Marx
Birokrasi adalah alat kelas yang berkuasa, yaitu kaum borjuis dan kapitalis untuk
mengekploitasi kaum proletar. Birokrasi adalah parasit yang eksistensinya menempel
pada kelas yang berkuasa dan dipergunakan untuk menghisap kelas proletar.1
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa birokrasi adalah organisasi
pemerintah (sipil maupun militer) yang terorganisir secara formal, teratur dan sistematis
menjalankan tugas pemerintahan dengan berkoordinasi dengan anggota organisasi maupun
organisasi lainnya.
Dalam penyelengaraan birokrasi pemerintahan dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma rule government menjadi good governance. Dalam paradigma rule government
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik senantiasa menyandarkan
1Setiawan, Irfan, Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah, Jawa Barat : IPDN PRESS, 2014 hlm. 2.
pada peraturan perundang – undangan yang berlaku. Sementara itu, peradigma good governance
tidak hanya tebatas pada penggunaan peraturan perundang – undangan yang berlaku, tetapi juga
menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang tidak hanya melibatkan
pemerintah atau negara semata, tetapi harus melibatkan internal maupun eksternal birokrasi.
Pemahaman governance tentu tidak sama dengan konsep goverment. Konsep government
lebih ditujukan pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan kekuasaan tertinggi (negara dan
pemerintahan). Di sisi lain, governance tidak sekedar melibatkan pemerintah, tetapi juga
melibatkan peran stakeholder di luar negara dan pemerintah sehingga pihak yang terlibat
menjadi sangat luas. Sementara itu, konsep governance diartikan pemerintahan menunjuk pada
proses, yaitu proses pemerintahan dalam suatu negara yang melibatkan unsur eksekutif, legislatif
dan yudikatif, masyarakat dan pihak swasta. Praktik yang terbaiknya disebut good governance
(kepemerintahan yang baik).
Dynamic Governance(Pemerintahan yang Dinamis) adalah kunci sukses di dunia yang
mengalami percepatan globalisasi dan kemajuan teknologi tak kenal lelah, pemerintahan yang
mampu berfikir cerdas dalam menghadapi perubahan, menjadikan perubahan sebagai peluang,
dan mampu menciptakan suatu kebijakan yang efektif dalam menghadapi tuntutan
perkembangan zaman sehingga menghasilkan pemerintah dengan sistem kelembagaan yang
profesional dengan outcome yang baik. Jika lembaga dapat berkembang, menanamkan budaya
dan kemampuan yang memungkinkan belajar dan berubah terus-menerus, kontribusi mereka ke
sebuah kemajuan sosio-negara dan kemakmuran ekonomi akan sangat besar.
Untuk itu
pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tanpa melibatkan unsur pemerintahan lainnya dalam hal ini
masyarakat dan swasta. Untuk mampu mencapai pemerintahan yang dinamis dibutuhkan tiga
kemampuan utama dalam mewujudkan pemerintahan yang dinamis, yaitu:
a. Thinking Ahead (berfikir ke depan), dimana berfikir dalam suatu pemerintahan dengan
interaksinya dengan lingkungan yang serba tidak pasti, maka dari itu diperlukan langkah
antisipasi dalam menghadapi itu semua. Perubahan pola fikir yaitu bertindak ketika
kejadian (reaktif) menjadi berfikir sebelum kejadian (proaktif) adalah mutlak dilakukan
dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Pemerintah juga harus berfikir
ke depan bagaimana dunia memberikan dampak kepada negara dan daerah dan membuat
kebijakan yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanggulangi dan
mengatasi ancaman yang ada di depan dan memanfaatkan semua kesempatan yang ada
untuk menjadi lebih menguntungkan.
b. Thinking Again (berfikir kembali), pola fikir dengan cara belajar dan mengevaluasi
terhadap berbagai kebijakan yang telah dibuat dan mungkin saja ada kebijakan yang telah
usang dan telah mengurangi efektivitas kerja. Hal ini perlu dilakukan agar kebijakan yang
telah ada tidak out of date dan masih relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat
yang berjangka. Kebijakan yang telah direvisi akan melanjutkan keefektifan yang telah
ada sehingga terwujudlah pemerintahan yang dinamis.
c. Thinking Across, dimana pola pikir pemerintah agar terus belajar dan berinovasi di
tengah era pengetahuan dan ekonomi pembaharuan agar dapat terus bertahan dan
menjawab tantangan yang ada dan dapat memanfaatkan setiap kesempatan menjadi
keuntungan bagi masyarakat. Berpikir lintas batas merupakan kemampuan dan
keterbukaan untuk menyeberang batas-batas untuk belajar dari pengalaman orang lain
sehingga ide-ide baru dan konsep dapat diperkenalkan ke dalam sebuah institusi.
Pada dasarnya, Dynamic Governance dapat terjadi ketika pembuat kebijakan dapat terus
berfikir kedepan (thinking ahead), berfikir kembali (thinking again) untuk mengevaluasi /
mengintropeksi apa yang sudah dan sedang dilakukan, dan berfikir kepada lingkungan (thinking
across) untuk belajar dari yang lain, dan secara berkelanjutan menyatukan persepsi baru,
pengalaman dan pengetahuan ke dalam keyakinan, aturan, kebijakan dan struktur masyarakat
dan pemerintah sehingga mampu menyesuaikan ke dalam perubahan lingkungan yang dinamis.
Namun pada kenyataannya kondisi birokrasi Indonesia saat ini adalah lembaga pemerintah
biasanya tidak dianggap sebagai organisasi yang dinamis dan inovatif, akan tetapi sebagai
organisasi yang lambat, gemuk (kaya struktur miskin fungsi), dan statis tanpa pernah berpikir
memperbarharui aturan yang sudah ketinggalan zaman. Sistem tersebut masih dinilai belum
bekerja dengan efektif dalam mewujudkan pelayanan di berbagai aspek, seperti pendidikan,
kesehatan, administrasi dasar, dan lainnya. Permasalahan terkait birokrasi tersebut ditunjukan
secara gamblang oleh tingginya korupsi, rendahnya pelayanan masyarakat, dan rendahnya
akuntabilitas kinerja organisasi. Permasalahan - permasalahan tersebut merupakan akibat dari
lemahnya birokrasi pemerintah Indonesia, dinamisme pemerintahan yang dicirikan oleh ide-ide
baru, persepsi segar, upgrade terus-menerus, tindakan cepat, fleksibel, adaptif dan inovatif tidak
dirasakan dalam pelayanan yang diharapkan masyarakat. Berbagai bentuk inovasi birokrat dalam
menyikapi perubahan lingkungan baik lokal, nasional maupun global tidak dapat berjalan efektif
apabila tidak diimbangi dengan perubahan – perubahan struktur maupun kultural dari organisasi
pemerintahan itu sendiri.
BAB II
PENDAHULUAN
Pentingnya Reformasi Birokrasi dalam Dynamic Governance
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good
governance melalui pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan
sumber daya manusia aparatur. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah harus
menyadari betul reformasi birokrasi sebagai kebutuhannya untuk menghadapi perubahan –
perubahan lingkungan eksternal maupun internal, sehingga dalam menjalankan pemerintahan
yang dinamis segala upaya berpikir ke depan , berpikir kembali dan berpikir lintas batas bisa
efektif.
Berikut merupakan beberapa strategi perubahan dalam reformasi birokrasi:
1. Kelembagaan Birokrasi Pemerintahan
Saya berkeyakinan bahwa kelembagaan merupakan hal pertama yang harus diperbaharui.
Jika kelembagaan diperbaharui maka akan ditemukan suatu sistem yang tepat.
Pambaharuan kelembagaan ini dimulai dari perilaku SDM aparatur pemerintah. Oleh
karena itu, strategi pertama yang harus diterapkan adalah pembenahan kelembagaan
aparatur birokrasi pemerintahan.
Dalam kelembagaan terdapat kultur dan struktur. Kultur inilah yang nantinya akan
membentuk suatu boundary yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi
lainnya. Adapun struktur merupakan kerangka yang dipergunakan sebagai tata aliran
proses bagaimana kultur tersebut dapat diterapkan dan diwujudkan dalam suatu
pemerintahan. Kultur dalam lembaga pemerintahan Indonesia yang sering kali muncul
dan dipakai adalah yang menjamin Asal Bapak Senang (ABS), melaporkan hal-hal baik
kepada atasan yang sebenarnya hanya untuk memberikan pencitraan baik individu
tersebut terhadap atasan dimana hal ini justru akan membuat tidak adanya perbaikan
terhadap sistem yang sudah ada karena sistem dianggap sudah baik. Inilah yang harus
dihindari dalam strategi pembaharuan kelembagaan, kultur yang harus kita tumbuhkan
adalah kultur yang responsif, partisipatif, Inovatif, demokratis, dan terbuka. Hal ini akan
bisa melahirkan tata kepemerintahan yang baik (good governance). Perubahan kultur ini
juga harus ditunjang dengan perubahan struktur dalam kerangka yang sesuai.
2. Sistem Birokrasi Pemerintahan
Sistem merupakan sesuatu yang acap kali dipertanyakan oleh banyak pihak. Mana yang
terlebih dahulu diperbaiki, sistemnya, pelakunya, atau sumber daya manusianya.
Bagaimanapun sistem merupakan sesuatu yang harus diutamakan karena saya
mempunyai keyakinan dengan sistem yang baik maka orang yang kurang baik akan
menjadi baik, tetapi jika orang yang baik berada pada sistem yang kurang baik maka
orang tersebut akan mengalami degradasi dikarenakan sistem yang ada tidak menunjang
kompetensi yang dimiliki orang tersebut. Oleh karena itu sistem yang dipilih harus
sesuai dengan kebutuhan dan target yang ingin dicapai. Sistem penataan kelembagaan
yang bisa menjamin adanya profesionalisme yang berdasarkan pada kompetensi,
akuntabilitas, transparansi akan bisa mendorong kinerja yang baik.2
3. Sumber Daya Aparatur
2Thoha Miftah, Birokrasi Pemerintah Indonesia Di Era Reformasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008
hlm. 111.
Rendahnya kualitas sumber daya aparatur dan profesionalitas pegawai ini mengakibatkan
sering terjadinya diskriminasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sebagian besar
masyarakat menerima pelayanan
dengan maksimal sedangkan sebagian lagi hanya
menerima pelayanan yang sekedarnya3. Selain itu sering ditemukan adanya
ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki seorang pegawai dengan tugas yang
dibebankan kepadanya, hal ini menyebabkan berbagai kesulitan baik terhadap pegawai
maupun terhadap kinerja instansi pemerintahan secara keseluruhan.
Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan profesionalitas aparatur
menjadi suatu aspek yang perlu diperhatikan dalam reformasi birokrasi demi terciptanya
pelayan publik yang cepat, tepat, tanpa diskriminasi serta mewujudkan kinerja instansi
pemerintahan yang baik.
Reformasi birokrasi merupakan hal yang sangat penting bagi birokrasi dalam
membangun pemerintahan yang dinamis (dynamic governance) agar secara skruktural dan
kultural birokrat kita siap untuk menghadapi setiap perubahan. Pemerintahan yang dimanis tidak
lepas dari fungsi – fungsi pemerintahan itu sendiri. Fungsi pemerintahan yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat adalah pelayanan publik, masyarakat tidak akan merasakan
kehadiran negara jika tidak melalui pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Inovasi dan
pembaharuan – pembaharuan yang dilakukan pemerintah harus berorientasi kepada peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Konsep reformasi birokrasi yang digagas oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Pemberdayaan Aparatur Negara adalah upaya riil yang sedang di tempuh oleh pemerintah
Indonesia untuk mencipkatan birokrasi Indonesia yang berkelas dunia, yang mampu
menyelenggarakan pemerintahan dengan prinsip akuntabilitas, transparansi, jujur, bersih dan
berwawasan global. Reformasi birokrasi menjadi tonggak penyelenggaraan pemerintahan yang
berorientasi pada pelayanan publik. Konsep inilah yang disambut baik oleh pemerintah Kota
Surabaya di bawah kepemimpinan walikota Tri Rismaharini yang telah menjadikan Kota
Surabaya sebagai model penyelenggaraan pemerintahan yang dinamis (dynamic governance),
model penyelenggaraan reformasi birokrasi dan contoh birokrasi yang berkelas dunia.
3Setiawan, Irfan, Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah, Jawa Barat : IPDN PRESS, 2014 hlm. 186.
Pada masa kepemimpinan Risma, Kota Surabaya telah meraih berbagai penghargaan
tidak hanya di tingkat nasional tapi juga tingkat dunia di antaranya adalah sebagai berikut:
Kota terbaik se-Asia Pasifik versi Citynet pada tahun 2012
Penghargaan kota berkelanjutan Asean, Environmentally Award 2012
Meraih 2 kategori penghargaan tingkat Asia Pasifik dalam ajang FurureGov Award 2013,
yakni data center melalui Data Center Pemerintah Kota Surabaya dan Data Inclusion
melalui Boardband Learning Center (BLC). Menyingkirkan 800 kota di Asia Pasifik.
Taman Bangkul mendapatkan penghargaan pada tahun 2013 The Asian Townscap Award
dari PBB
Mendapatkan penghargaan Socrates Award kategori Future City dari European Business
Assembly (EBA) pada April 2014.
Sumber: Radar Surabaya: Jawa Pos Gruop
Di Indonesia sendiri sudah memiliki beberapa pemerintah daerah yang menjadi model
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menerapkan konsep Dynamic Governance. seperti
yang disampaiakan salah seorang pemerhati tata kelola pemerintahan Sarwono Kusumaatmaja
dalam MetroTV News “Surabaya dan Jembarana Jadi Contoh Pemerintahan Yang Dinamis”
tanggal 6 Maret 2015 beliau mengatakan bahwa :
"Surabaya adalah daerah yang sudah berhasil mentransformasikan bentuk
pemerintahannya secara cerdas. Secara langsung konsep dinamic governance telah
berjalan di daerah tersebut," kata Sarwono dalam diskusi di Kedai Tjikini, Jalan Cikini
Raya, Jakarta Pusat, Senin (16/3/2015).
Sarwono memaparkan, Walikota Risma mengubah kotanya menjadi indah dengan
taman-taman yang kelas dunia dan pelayanan publik yang baik. Ini adalah bentuk nyata
dari pemerintahan yang dinamis."
Contoh lain, Kabupaten Jembrana yang mendapat label kabupaten termiskin di pulau
Bali," kata Sarwono.
Walau menjadi kabupaten termiskin, Bupati I Gede Winasa mampu memberikan fasilitas
pendidikan dan kesehatan gratis kepada masyarakat. Hal ini bisa ditempuhnya melalui
program efesiensi anggaran dan inovasi kebijakan.
Selain pembanguan fisik dan pelayanan publik yang berkelas dunia, konsep reformasi
birokrasi dan dynamic governance pemerintahan di kota ini dinyatakan melalui peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pertumbuhan ekonominya sebagai tolak ukur
pembangunan ekonomi
Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya tahun 2010-2014
Kota
2010
2011
2012
2013
2014
Surabaya
65,36
66,06
66,74
67,55
68,14
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya tahun 2015.
Berdasarkan data tersebut sejak tahun 2010 IPM Kota Surabaya selalu mengalami
peningkatan, IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pembangunan, dan kehidupan yang
layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait oleh banyak
faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka hidup waktu lahir, selanjutnya
untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan indikator angka melek huruf dan rata – rata
lama sekolah. Adapun mengukur dimensi layak hidup digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata – rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan
untuk hidup. Penigkatan IPM menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota
Surabaya, sejak masa pemerintahan Ibu Tri Rismaharini beliau sangat menekankan pada
pembangunan manusia terlebih dahulu (pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan) sebagaimana
disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengan Kota Surabaya.
Peningkatan IPM ini merupakan konsekuensi logis dari dari kemudahan – kemudahan
yang disajikan pemerintah dalam bentuk pelayanan publik yang berkelas dunia, pelayan publik
ini merupakan upaya pemkot Surabaya untuk mempercepat proses pelayanan publik dalam
rangka penyelenggaraan good governance. Prof. Dr. Ing. Poernomosidi Hadjisarosa (Menteri
Pekerjaan Umum RI tahun 1978-1983) menyakatakan bahwa kemudahan (easyness) diartikan
sebagai tersedianya fasilitas pelayanan (ekonomi dan sosial) sehingga masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, informasi, pelayanan
ibadah dan lainnya4. Pemerintah kota Surabaya berhasil menghadirkan kemudahan – kemudahan
akses bagi warganya. Berikut adalah tabel Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Surabaya terhadap
pelayanan publik
4Adisasmita, Rahardjo, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013 hlm. 99.
Hasil Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Playanan Publik Kota Surabaya
Tahun
Hasil
Kinerja Unit
Pengukuran
Pelayanan
2012
70,75
Baik
2014
74,22
Baik
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya Tahun 2015
Mutu Pelayanan
B
B
Unsur minimal IKM merupakan pengembangan 10 prinsip pelayanan yang terdapat pada
Keputusan Menteri PAN no. 63/Kep/M.PAN/7/2003. Unsur pelayanan yang diukur dalam IKM
merupakan 14 unsur yang relevan, valid, dan reliabel, yaitu prosedur pelayanan, persyaratan
pelayanan, kejelasan petugas, Kedisiplinan petugas pelayanan, tanggungjawab petugas
pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan
pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya
pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan.
Transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai tonggak
good governance juga menjadi fokus pemerintah kota Surabaya, sistem manajemen pemerintah
yang sudah menggunakan GRMS (General Resources Management System) membuat kinerja di
lingkup Pemkot Suabaya lebih efektif dan mudah terpantau karena semua serba elektronik, salah
satu contohnya adalah e-Budgeting yang dari situ dapat diketahui rincian kebutuhan masng –
masing dinas. Dari sini juga bisa ketahuan kebutuhan dan pengeluaran setiap SKPD mulai dari
proyek fisik hingga kebutuhan alat tulis kantor. Dalam menjalankan fungsi pengawasannya,
Pemkot Surabaya selalu mengedepankan aspek transparansi. Melalui e-Controlling, semua pihak
termasuk masyarakat berhak ikut mengawasi jalannya proyek, lagi – lagi pemanfaatan teknologi
harus dimaksimalkan untuk sektor pelayanan publik. Pemerintahan kota Surabaya telah
mengkonversikan banyak bentuk pengelolaan administrasi dalam sistem elektronik yang
diketegorikan ke dalam dua bentuk yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan
pelayanan publik. Sistem yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah terdiri dari eBudgeting, e-Project, e-Procuresment, e-Delivery, e-Controlling dan e-Performance, sedangkan
yang berkaitan dengan pelayanan publik sendiri terdapat e-Sapawarga, e-Perizinan, eMusrenbang, e-Health dan yang terbaru adalah Surabaya Sinlge Windows (SSW). Pelayanan
perizinan misalnya yang merupakan inovasi terbaru pemkot Surabaya melaui Badan Koordinasi
Pelayanan dan Penanaman Modal (BKPPM) kota Surabaya awal Februari 2016 ini dengan
membuka Pelayan Terpadu Satu Pintu untuk SIUP-TDP Online. Penyelenggaraan PTSP ini
dilakukan
dengan
mempertimbangkan
beberapa
aspek
yaitu
penyederhanaan
persyaratanperizinan, percepatan waktu penyelesaian permohonan, penyediaan informasi
kepastian biaya, kepastian prosedur, pemebrian kemudahan, penyampaian pangaduan dan
kejelasan penyelesaian penegaduan. Percepatan proses perizinan PSTP ini dikarenakan didukung
penuh teknologi informasi (IT).
Merubah sistem pemerintahan yang serba elektronik pemerintah kota Surabaya berupaya
mewujudkan transparansi dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahanseperti yang
dinyatakan Mitah Thoha bahwa perubahan sistemlah yang harus dilakukan terlebih dahulu dan
itulah yang diperbuat oleh pemerintah kota Surabaya. Selain itu sistem ini sendiri secara
langsung mengaktifkan pengawasan masyarakat sebagai salah satu unsur pemerintahan
(governance) sehingga pengawasan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah atau lembaga
fongsional semata. Elektronik government yang diterapkan bukan sistem yang rumit sehingga
dapat digunakan dengan mudah bagi seluruh kalangan masyarakat kota Surabaya.
Sistem yang telah dirancang sedemikan rupa sehingga dapat dikatakan berkelas dunia
harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang berstandar internasional
dalam bingkai nilai dan budaya – budaya lokal. SDM Aparatur pemerintahan Kota Surabaya
terus ditingkatkan melalui berbagai daya upaya mulai dari perekruitmen sampai pada pembinaan
dan pengawasan dalam peningkatan kompetensinya. Peningkatan SDM Aparatur untuk
mewujudkan
pemerintahan
yang
berorientasi
pada
pelayanan
merupakan
prioritas
penyelenggaraan pemerintahan kota Surabaya yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Surabaya 2010-2015 yaitu Misi “menghadirkan suasana kota yang
MANUSIAWI melalui peningkatan aksesibilitas, kapasitas, dan kualitas pelayanan publik,
reformasi birokrasi, serta pemanfaatan sumber daya kota untuk sebesar-besar kesejahteraan
warga”. Misi tersebut kemudian dijabarkan dalam Rencana Strategis Badan Kepegawaian
Daerah Kota Surabaya.
BAB III
KESIMPULAN
Pemerintahan yang dinamis, birokrasi yang berkelas dunia dapat dicapai dengan melihat
setiap perubahan yang terjadi secara tiga arah (berpikir ke depan, berpikir lagi dan berpikir lintas
batas). Paradigma pemerintahan yang bersifat kaku, Idealisme pemerintahan yang berlebihan dan
tidak terbuka terhadap perubahan serta pola pikir pemerintahan yang kurang kreatif, inovatif, dan
visioner yang selama ini menjadi citra pemerintahan Indonesia harus segera mengalami
pembaharuan melalui reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi dilakukan melalui 3 strategi, yaitu pembenahan kelembagaan
birokrasi pemerintahan secara struktural maupun kultural, pembenahan sistem birokrasi
pemerintahan dengan mewujudkan sistem penataan yang menjamin profesionalisme yang
berdasarkan pada kompetensi, akuntabilitas, dan transparansi, serta peningkatan kualitas sumber
daya aparatur dan profesionalisme pegawai.
Beberapa bentuk penerapan strategi reformasi birokrasi telah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Surabaya yaitu melaui penerapan sistem elektronik pemerintahan (e-Government) yang
merupakan solusi yang tepat dalam mewujudkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui Pelayan Terpadu
Satu Pintu (PTSP). Peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur melalui perbaikan sistem
rekruitmen sampai pada pembinaan, pengawasan, dan peningkatan kompetensi. Penerapan
strategi tersebut tentunya juga didukung oleh target yang jelas dan terukur seperti peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam
pelayanan Publik, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dynamic Governance tentunya tidak
akan terwujud tanpa adanya kerjasama yang baik antara seluruh elemen yang ada dalam sistem
pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Indrayana, Denny,2008. Negara Antara Ada Dan Tiada. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Ndraha, Taliziduhu, 2005. Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Setiawan, Irfan, 2014. Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah. IPDN PRESS Jawa Barat.
Thoha, Miftah, 2008. Birokrasi Pemerintah Indonesia Di Era Reformasi. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Wasistiono, Sadu, 2013. Pengantar Ekologi Pemerintahan. IPDN Press. Jawa Barat.