Metode Penentuan Arah Kiblat Berdasarkan

68

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Metode Penentuan Arah KiblatBerdasarkan Azimut Matahari dengan
Menggunakan Teodolit pada Masjid Tua al-Mujahidin dan Masjid Nurul Islam
Kabupaten Bone
a. Data Masjid Tua al-Mujahidin
1. Sejarah Masjid Tua al-Mujahidin1
Setelah kerajaan Bone resmi masuk Islam pada 23 November 1611 M
bertepatan dengan 20 Ramadhan 1020 H. pada masa pemerintahan Latenri
Pale To Akkapeng Sultan Abdullah matinroe ri Tallo (1612 - 1632) setelah
ditaklukkan oleh kerjaan Gowa. Pada waktu itu kerajaan Bone dikuasai oleh
kerajaan Gowa namun Raja Bone masih diperkenankan menjalankan
kekuasaan sendiri dan tidak dibebankan upeti dan lain-lain. Setelah La Tenri
Pale mangkat, maka diangkatlah La Maddaremmeng sebagai raja Bone ke 13
(1632 - 1640) yang masih kemanakan dari Raja Bone ke 12.
Pada masa pemerintahan Lamaddaremeng Raja Bone ke 13 maka oleh
Raja Gowa ke 15 Sultan Malikus Said mengutus Sultan Faqih Amirullah
untuk mengajarkan Agama Islam kepada rakyat Bone termasuk kepada Raja
Bone ke 13 Lamaddaremmeng Sultan Muhammad Saleh. Pada masa

pemerintahan Lamaddaremmeng diangkatlah pejabat-pejabat “SARA” mulai

1

Mahyudin Syahid, Ketua Takmir Masjid Tua al-Mujahidin, Kec. Tanete Riattang Kab. Bone,
Sulawesi Selatan, wawancara oleh penulis di Jl. Sungai Citarum, 20 September 2016.

68

69

dari Qadhidan pejabat bawahannya yang semuanya dari kalangan bangsawan
yang memiliki pemahaman Islam maka gelar kebangsawanannya tidak lepas
dari jabatannya seperti sebutan Qadhi dengan gelar Petta Kalie. Sehingga
syarat-syarat pengangkatan Qadhi didasarkan pada abbatireng (Keturunan)
dan keilmuan (keahlian di bidang hukum syariat) secara turun menurun.
Maka diangkatlah Qadhi pertama kerajaan Bone yaitu, Sultan Faqih
Amirullah digelar Petta Faqqi. Saat itu perjalanan dakwah Islam pada
kerajaan Bone berkembang dengan pesatnya karena didukun oleh adanya
Qadhi yang menjadi bagian dari struktur kerajan Bone sebagai perangkat

penegak hukum Islam yang mengurusi persoalan muamalah Islamiah dan
dakwah Islam di wilayah kerajaan Bone.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Islam maka dibangunlah
sebuah tempat ibadah yaitu Masjid Tua al-Mujahidin yang didirikan pada
hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 1060 H atau pada tanggal 9 Juli 1639 oleh
Sultan Faqih Amrullah sebagai Qadhi kerajaan Bone yang pertama sekaligus
Imam pada masa pemerintahan Lamaddaremmeng Raja Bone 13, Sultan
Faqih Amirullah adalah putra Sayid Muhsin dan cucu I Malingkaan Daeng
Manyonri Sultan Abdullah Awwalul Islam (Raja Tallo) dan mangkubumi
kerajaan Gowa Raja pertama memeluk agama Islam seperti tercatat dalam
“LONTARA PATTORIOLOANGA RI GOWA”.

70

Di Masjid inilah banyak dihasilkan ulama-ulama untuk pengembangan
Islam di kerajaan Bone kemudian dilanjutkan oleh anak cucunya yang sampai
sekarang masih dikelolah oleh keturunan beliau.
Masjid Tua al-Mujahidn ini difungsikan sebagai pusat ibadah
khsusunya di lingkungan masjid, diantaranya:
1) Shalat jamaah lima waktu

2) Shalat jumat
3) Shalat tarawih 20 rakaat pada bulan Ramadhan
4) Pelaksaan i’tikaf setiap bulan suci Ramadhan
5) Shalat tasbih
Selain difungsikan sebagai tempat beribadah, Masjid Tua al-Mujahidin
juga dijadikan sebagai tempat ibadah sosial lainnya, seperti peringatan hari
besar Islam, pengajian/ceramah, arisan, kegiatan pendidikan taman kanakkanak dan Madrasah Diniyah, pemebelajaran barazanji bagi anak-anak,
yasinan setiap malam jumat dan pelayanan mobil jenazah/ambulance.
2. Gambaran geografis Masjid Tua al-Mujahidin
Secara Geografis Masjid Tau al-Mujahidin yang terletak di Jalan
Sungai Citarum kelurahan Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat
Kabupaten Bone ini memiliki Geografis pada Lintang tempat -4˚ 32ʹ 09.95"
(LS) dan Bujur tempat 120˚ 19' 47,94" (BT), dengan ketinggian sekitar 200
meter di atas permukaan laut.

71

3. Metode penentuan arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin
Dari ketua takmir Masjid Tua al-Mujahidin dan jamaah masjid yang
diwawancarai oleh peneliti, tidak ada yang mengetahui secara pasti tentang

metode yang digunakan dalam menentukan arah kiblat masjid. Akan tetapi
menurut Mahyudin Syahid, Masjid Tua al-Mujahidin ditentukan dan diukur
arah kiblatnya langsung oleh Qadhi I Raja Bone yaitu Sultan Faqih
Amirullah atau yang digelar Petta Faqqi, karena pada saat itu alat-alat
modern belum ada menurut beliau besar kemungkinan penentuan arah kiblat
masjid dengan menggunakan matahari terbenam pada hari pengukuran.2
Menurut Mahyudin Syahid dan Syamsuddin saat peneliti menanyakan
tentang kemelencengan arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin, beliau bersedia
merubah arah kiblatnya bila memang pengurus masjid, menyepakati tentang
perubahan arah kiblat tersebut. Bahkan beliau sangat sepakat bila ada surat
resmi perubahan arah kiblat dari Kementrian Agama Kabupaten Bone. 3
4. Posisi arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin
Berdasarkan hasil observasi peneliti serta pengamatan yang dilakukan
langsung dengan menggunakan teodolit, bahwa azimut kiblat bangunan
Masjid Tua al-Mujahidin adalah 277˚ 99' 12,56" UTSB

2

Mahyudin Syahid, Ketua Takmir Masjid Tua al-Mujahidin, Kec. Tanete Riattang Kab. Bone,
Sulawesi Selatan, wawancara oleh penulis di Jl. Sungai Citarum, 20 September 2016.

3

Syamsuddin, Pemegang kunci/Muadzin Masjid Tua al-Mujahidin, Kec. Tanete Riattang Kab.
Bone, Sulawesi Selatan, wawancara oleh penulis di Jl. Sungai Citarum, 29 September 2016.

72

b. Metode penentuan arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin berdasarkan
azimut matahari dengan menggunakan Theodolit
Telah disinggung sebelumnya bahwa dalam penelitian ini peneliti
menggunakan alat teodolit sebagai pengukur arah kiblat. Agar bisa maksimal
dalam mengoperasionalkan teodolit terlebih dahulu harus mempersiapkan segala
sesuatunya

secara

seksama

agar


akurasinya

benar-benar

bisa

dipertanggungjawabkan. Adapun dalam penelitian ini yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum praktek di lapangan (Masjid Tua al-Mujahidin) adalah:
Pertama, Menghitung nilai sudut waktu matahari dan azimut matahari, azimut
matahari ini digunakan untuk menentukan arah utara sejati (True North). Kedua,
menghitung arah kiblat Bangunan Masjid Tua al-Mujahidin, perhitungan ini
dilakukan untuk mengetahui barapa besar nilai sudut arah kiblat bagi Bangunan
Masjid Tua al-Mujahidin.
Tujuan dari mempersiapkan nilai azimut matahari dan nilai arah kiblat
yaitu untuk mempermudah peneliti ketika di lapangan, sehingga ketika di
lapangan peneliti tinggal membidik matahari tanpa menghitung barapa besar nilai
azimut matahari.
1. Menghitung dan menentukanazimut matahari
Adapun data yang dibutuhkan untuk mencari azimut matahari dalam
penelitian ini adalah data lintang tempat (φ), bujur tempat (), deklinasi

matahari (δ), equation of time(e) . Dalam penelitian ini peneliti melakukan

73

observasi pada tanggal Tanggal 29 September 2016. Untuk menguji
keakuratan dalam penelitian ini, peneliti melakukan perhitungan dan
pengukuran sebanyak dua kali, yaitu pada pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
dan pukul 14:00 WITA / 06:00 GMT di Masjid Tua al-Mujahidin.
T
abel 1

No.

Data yang diperlukan

Data

1.

Lokasi


Masjid Tua al-Mujahidin

Masjid

2.

Lintang tempat (φx)

-4˚ 32' 9,95" (LS)

Tua al-

3.

Bujur tempat (x)

120˚ 19' 47,94" (BT)

Mujahi


Bujur Daerah Waktu Indonesia
d

4

Bujur daerah ( )

6.

Tanggal pengukuran

din

Tengah = 120˚
29 September 2016
13.00 WITA / 05:00 GMT

7.


Waktu pembidikan
14:00 WITA / 06:00 GMT
-2˚ 34' 22" (05:00 GMT)

8.
L

Deklinasi matahari (δ)

9.

equation of time(e)

-2˚ 35' 20" (06:00 GMT)

a
n

09' 43" (05:00 GMT)
09' 44" (06:00 GMT)


g
kah-langkah yang harus dilakukan adalah:

74

Sebelum mencari nilai azimut matahari, terlebih dahulu yang harus
dicari adalah nilai sudut waktu matahari (t) saat pembidikan dengan Rumus
sebagai berikut:
t = WD + e ( d - x) ÷ 15 – 12 = × 15
Keterangan :
t

= Sudut waktu matahari

WD = Waktu bidik
e

= Equation of time

BD = Bujur Daerah yaitu; WIB = 105˚, WITA = 120˚, WIT= 135˚
BT

= Bujur Tempat

a) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
t = WD + e (d - x) ÷ 15 – 12 = × 15
t = 13˚ 0' 0" + 0˚ 09' 43" - (˚- 120˚ 19' 47,94") ÷ 15 – 12 = × 15
t = 17˚ 45' 32,94"
b) Pukul 14.00 WITA / 06:00 GMT
t = WD + e (d - x) ÷ 15 – 12 = × 15
t = 14˚ 0' 0" + 0˚ 09' 24" (˚- 120˚ 19' 47,94") ÷ 15 – 12 = × 15
t = 32˚ 45' 47,94"

75

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai sudut waktu
matahari yaitu;
Tabel 2 Data Sudut Matahari Masjid Tua al-Mujahidin
No.

Waktu Pembidikan

Nilai Sudut Waktu (t)

1.

13.00 WITA / 05:00 GMT

17˚ 45' 32,94"

2.

14.00 WITA / 06:00 GMT

32˚ 45' 47,94"

Setelah menghitung nilai sudut waktu matahari, selanjutnya adalah
menghitung azimut matahari dengan menggunakan rumus yang dipaparkan
pada kajian pustaka yaitu,
Cotan A = tan δ× cos φ x ÷ sin t – sin φ x ÷tan t
Keterangan:
A

= Azimut matahari

δ

= Deklinasi matahari

φ x = Lintang Tempat
t

= sudut waktu matahari

a) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
Shift tan (tan -2˚ 34' 22" × cos (-) 4˚ 32' 9,95" ÷ sin 17˚ 45' 32,94"
– sin (-) 4˚ 32' 9,95" ÷ tan17˚ 45' 32,94") x-1
A = 84˚ 17' 5,88" (UB)
b) Pukul 14.00 WITA / 06:00 GMT

76

Shift tan (tan -2˚ 35' 20" × cos (-) 4˚ 32' 9,95" ÷ sin 17˚ 45' 47,94"
– sin (-) 4˚ 32' 9,95" ÷ tan17˚ 45' 47,94") x-1
A = 87˚ 43' 55,68" (UB)
Berdasarkan perhitungan azimut matahari di atas menghasilakan
nilaisebagai berikut:
Tabel 3 Data Azimut Matahari Masjid Tua al-Mujahidin
No.

Waktu Pembidikan

Nilai Azimut Matahari (A)

1.

13.00 WITA / 05:00 GMT

84˚ 17' 5,88"

2.

14.00 WITA / 06:00 GMT

87˚ 43' 55,68"

Dari hasil perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa apabila
pembidikan dilakukan setelah matahari berkulminasi maka nilainya adalah
positif (+). Selanjutnya menentukan nilai utara sejati

dengan kaidah,

Pengukuran pagi dan deklinasi Utara, Utara sejati = 360° - (180-A) (hasil
perhitungan). Pengukuran sore dan deklinasi utara, Utara sejati = A (hasil
perhitungan).
Maka utara sejati atau true northadalah sebagai berikut:
a) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
Utara sejati = A (hasil perhitungan).
Utara sejati = 84˚ 17' 5,88"
b) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT

77

Utara sejati = A (hasil perhitungan).
Utara sejati = 87˚ 43' 55,68"
2. Menghitung dan menentukan arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin
Dalam menentukan arah kiblat harus diketahui terlebih dahulu berapa
besar Lintang dan Bujur tempat yang diteliti (Masjid Tua al-Mujahidin) serta
berapa Selisih Bujur Ka’bah dan Bujur Masjid Tua al-Mujahidin. Untuk
mempermudah dalam perhitungan posisi Masjid Tua al-Mujahidin, maka
Lintang tempat ditandai dengan simbol φ(Phi) dan Bujur tempat ditandai
dengan simbol (lamda).
Adapun data koordinat Kakbah (Makkah) dan Masjid Tua alMujahidin yang diperoleh dari software Google Earth adalah sebagai
berikut,
Tabel 4 Data Koordinat Kakbah dan Masjid Tua al-Mujahidin
Data Yang Diperlukan

Kakbah

Masjid Tua al-Mujahidin

Lintang φm

21˚ 25' 21,17"

Lintang φx

-4˚ 32' 9,95"

Bujur m

39˚ 49' 35,56"

Bujur x

120˚ 19' 47,94"

78

Setelah posisi Lintang dan Bujur KaKbah dan Masjid Tua alMujahidin sudah diketahui, maka proses menghitung dapat dilakukan. Untuk
menghitung arah Kiblat dapat menggunakan rumus sebagai berikut;
Cotan Q = tan φ mx cos φ x : sin SBMD – sin φ x : tan SBMD
Data yang diperlukan :
φm

= 21˚ 25' 21,17"

φx

= -4˚ 32' 9,95"

m

= 39˚ 49' 35,56"

x

= 120˚ 19' 47,94"

SBMD

= Selisih Bujur Makkah Daerah
= x- m
=120˚ 19' 47,94" - 39˚ 49' 35,56"
= 80˚ 30' 13,38"

Setelah semua data yang dibutuhkan, selanjutnya memasukkan ke
dalam rumus perhitungan arah kiblat,
Cotan Q = tan φm× cos φx÷ sin SBMD – sin φx÷ tan SBMD
Shift tan (tan 21˚ 25' 21,17"× cos(-) 4˚ 32' 9,95"÷ sin80˚ 30'
13,38"– sin(-) 4˚ 32' 9,95"÷ tan80˚ 30' 13,38")x-1
Q = 67˚ 43' 1" UB (Utara - Barat)
Untuk Arah kiblat Barat ke Utara (BU)
= 90˚ - 67˚ 43' 1"

79

= 22˚ 16' 59"
Untuk Arah kiblat Utara – Timur – Selatan – Barat (UTSB)
= 270˚ + 22˚ 16' 59"
= 292˚ 16' 59" UTSB
3. Pengukuran arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin berdasarkan azimut
matahari dengan menggunakan teodolit.
Setelah nilai azimut matahari dan nilai arah kiblat Masjid Tua
al-Mujahidin telah diketahui, selanjutnya melakukan pengukuran
langsung di Masjid Tua al-Mujahidin dalam hal ini di halaman depan
dengan terlebih dahulu memberi tanda. Untuk mencari utara sejati
(true north) dan arah kiblat dari hasil perhitungan di atas.
Prakteknya adalah, pertama memasang teodolit secara benar
pada tripot artinya dalam posisi tegak lurus dengan statip/lot yang
datar. Perhatikan waterpassnya dari segala arah, pastikan ia sudah
berada di tengah dan tidak berubah-ubah. Selanjutnya, memeriksa
tempat baterai kemudian hidupkan teodolit dalam posisi bebas
terkunci.
Peneliti melakukan pembidikan matahari pada pukul 13.00
WITA / 05.00 GMT dan pukul 14.00 WITA / 06.00 GMT. Setelah
membidik matahari (harus dilakukan secara cepat agar cahaya
matahari tidak merusak teleskop pada teodolit), selanjutnya mencari
utara sejati yaitu dengan cara menekan “0-set” pada teodolit. Ini

80

digunakan agar teodolit menunjukkan HA (Horizontal Angel) : 0˚ 0'
0". Selanjutnya putar teodolit ke arah utara sejati yaitu pada nilai 84˚
17' 5,88" dan .87˚ 43' 55,68" pada pukul 14.00 WITA.

Apabila

teodolit diputar searah jarum jam, maka layer teodolit akan
menunjukkan angka lebih besar dan begitu sebaliknya, maka putarlah
teodolit searah jarum jam. Kunci teodolit dan tekan kembali “0-set”
pada teodolit hingga menunjukkan nilai HA :.0˚ 0' 0".
Setelah teodolit mengarah ke arah utara sejati, selanjutnya
teodolit sudah dapat digunakan untuk mengukur arah kiblat.
Selanjutnya, arak teodolit pada hasil perhitungan arah kiblat yang telah
diketahui yaitu pada angka 292˚ 16' 59" UTSB. Inilah kiblat di Masjid
Tua al-Mujahidin.
Selanjutnya, memasang laser pada teleskop untuk membidik
dan memudahkan menentukan titik kiblat. Berikan tanda pada titik
arah kiblat, selanjutnya hubungkan titik-titik tersebut. Maka itulah
garis kiblat Masjid Tua al-Mujahidin. Untuk membuat garis shaf pada
Masjid, peneliti membuat garis dengan sudut 90˚ yang memotong
garis kiblat.
c. Data Masjid Nurul Islam Kabupaten Bone
1. Sejarah Masjid Nurul Islam Kabupaten Bone
Masjid Nurul Islam terletak di Jalan Jendral Sudirman, kelurahanBiru,
kecamatanTanete Riattang, Kota Watampone. Masjid ini menurut ketua

81

takmir Masjid Nurul Islam Bapak H. Hanfing berjarak 9225 Kilometer dari
Kota Makkah.4
Masjid ini menampung jamaah setiap harinya sampai dua ratus orang,
khususnya pada saat shalat Maghrib. Masjid Nurul Islam juga menjadi pusat
kegiatan kajian Islam, kajian Islam rutin dilaksanakan setiap selasa malam
dan rabu malam. Peringatan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan
Isra’ Mi’raj selalu dilaksanakan di Masjid ini.
Tidak ada yang tahu secara pasti kapan Masjid Nurul Islam didirikan,
akan tetapi yang tercatat dalam direktori Masjid Kementrian Agama
Kabupaten Bone tahun 2015 masjid ini dibangun pada 1982, akan tetapi
Masjid Nurul Islam menurut takmir Masjid telah ada sejak tahun 1965 dan
diperkirakan masjid Nurul Islam ini dibangun pada tahun 1950-an.
Sebagaian besar masyarakat Biru berkeyakinan bahwa Masjid Nurul
Islam didirikan pertama kali oleh seorang ulama Bone, namun tidak ada yang
tahu secara jelas identitas ulama tersebut.5
Sejarah pengelolaan masjid mulai diketahui ketika H. Muh. Djafar
datang ke kelurahan Biru setelah datang ke Biru tahun 1965 menikah dengan
salah seorang warga kelurahan Biru. Beliau adalah salah seorang pengurus
masjid yang paling tua dan menjadi saksi kunci sejarah pembangunan Masjid
4

H. Hanafing, Ketua Takmir Masjid Nurul Islam, Kec. Tanete Riattang Kab. Bone, Sulawesi
Selatan, wawancara oleh penulis di Jl. Jendral Sudirman, 10 September 2016.
5

H. Muh. Djafar, Pengurus Masjid Nurul Islam, Kec. Tanete Riattang Kab. Bone, Sulawesi
Selatan, wawancara oleh penulis di Jl. Jendral Sudirman, 10 September 2016.

82

Nurul Islam Kabupaten Bone. Saat beliau datang, Masjid Nurul Islam adalah
masjid dengan luas 10 x 10 meter dan masih beratapkan rumbia.
Masjid Nurul Islam menurut beliau telah mengalami renovasi
sebanyak tiga kali, yaitu tahun 1979 dan selesai pada tahun 1980 dengan
memperluas bangunan masjid, yang semula hanya berukuran 10 x 10 meter
melalui sumbangan dari setiap pengajian pekanan. Setelah terkumpul dana
dari masyarakat, maka dimulailah renovasi pada tahun itu. Pada saat itu H.
Muh. Djafar ditunjuk sebagai panitia pembangunan Masjid.
Renovasi yang kedua dilakukan pada tahun 1999 dengan mengganti
tiang penyangga Masjid dan mengganti kubah, akan tetapi arah kiblat masjid
tetap dipertahankan tanpa mengubahnya. 6
2. Gambaran geografis Masjid Nurul Islam Kabupaten Bone
Secara Geografis Masjid Nurul Islam Kabupaten Boneyang terletak di
Jalan Jenderal Sudirman kelurahan Biru Kecamatan Tanete Riattang Barat
Kabupaten Bone ini memiliki Geografis pada Lintang tempat -4˚ 33ʹ 18.93"
(LS) dan Bujur tempat 120˚ 19' 52,91" (BT).

3. Metode penentuan arah kiblat Masjid Nurul Islam Kabupaten Bone
Dari ketua takmir Masjid Nurul Islam dan jamaah masjid yang
diwawancarai oleh peneliti, tidak ada yang mengetahui secara pasti tentang
metode yang digunakan dalam menentukan arah kiblat masjid.Beliau hanya

6

Baharuddin, Imam Rawatib Masjid Nurul Islam, Kec. Tanete Riattang Kab. Bone, Sulawesi
Selatan, wawancara oleh penulis di Jl. Jendral Sudirman, 10 September 2016.

83

mengatakan metode penentuan arah kiblat mungkin berdasarkan pada arah
matahari atau hanya berdasarkan pada perkiraan saja.
4. Posisi arah kiblat Masjid Nurul Islam Kabupaten Bone
Berdasarkan hasil observasi peneliti serta pengamatan yang dilakukan
langsung dengan menggunakan google earthsecara berulang kali, bahwa
azimut kiblat bangunan Masjid Nurul Islam adalah 292˚ 16' 9,2" UTSB.
d. Metode penentuan arah kiblat Masjid Nurul Islam Kabupaten Bone
berdasarkan azimut matahari dengan menggunakan Teodolit
1. Menghitung dan menentukanazimut matahari
Adapun data yang dibutuhkan untuk mencari azimut matahari dalam
penelitian ini adalah data lintang tempat (φ), bujur tempat (), deklinasi
matahari (δ), equation of time(e) . Dalam penelitian ini peneliti melakukan
observasi pada tanggal Tanggal 29 September 2016. Untuk menguji
keakuratan dalam penelitian ini, peneliti melakukan perhitungan dan
pengukuran sebanyak dua kali, yaitu pada pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
dan pukul 15:00 WITA / 07:00 GMT di Masjid Nurul Islam Kabupaten
Bone.

84

T
abel 5

No.

Data yang diperlukan

Data

1.

Lokasi

Masjid Nurul Islam

Masjid

2.

Lintang tempat (φx)

-4˚ 33' 18,93" (LS)

Nurul

3.

Bujur tempat (x)

120˚ 19' 52,9" (BT)

Islam

Bujur Daerah Waktu Indonesia
d

4

Bujur daerah ( )

6.L

Tanggal pengukuran

a
n

7.

Waktu pembidikan
15:00 WITA / 07:00 GMT
-2˚ 34' 22" (05:00 GMT)

8.

Deklinasi matahari (δ)

a
h

29 September 2016
13.00 WITA / 05:00 GMT

g
k

Tengah = 120˚

-2˚ 36' 18" (07:00 GMT)
09' 43" (05:00 GMT)

9.

equation of time(e)
09' 45" (07:00 GMT)

langkah yang harus dilakukan adalah:
Sebelum mencari nilai azimut matahari, terlebih dahulu yang harus
dicari adalah nilai sudut waktu matahari (t) saat pembidikan dengan Rumus
sebagai berikut:

85

t = WD + e ( d- x) ÷ 15 – 12 = × 15
Keterangan :
t

= Sudut waktu matahari

WD = Waktu bidik
e

= Equation of time

BD = Bujur Daerah yaitu; WIB = 105˚, WITA = 120˚, WIT= 135˚
BT

= Bujur Tempat

a) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
t = WD + e (d- x) ÷ 15 – 12 = × 15
t = 13˚ 0' 0" + 0˚ 09' 43" - (˚- 120˚ 19' 52,9") ÷ 15 – 12 = × 15
t = 17˚ 45' 37,9"
b) Pukul 15.00 WITA / 07:00 GMT
t = WD + e (d - x) ÷ 15 – 12 = × 15
t = 15˚ 0' 0" + 0˚ 09' 45" (˚- 120˚ 19' 47,94") ÷ 15 – 12 = × 15
t = 47˚ 46' 7,9"
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai sudut waktu
matahari yaitu;
Tabel 6 Data Sudut Matahari Masjid Nurul Islam
No.

Waktu Pembidikan

Nilai Sudut Waktu (t)

86

1.

13.00 WITA / 05:00 GMT

17˚ 45' 37,9"

2.

15.00 WITA / 07:00 GMT

47˚ 46' 7,9"

Setelah menghitung nilai sudut waktu matahari, selanjutnya adalah
menghitung azimut matahari dengan menggunakan rumus,
Cotan A = tan δ× cos φ x ÷ sin t – sin φ x ÷ tan t
a) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
Shift tan (tan -2˚ 34' 22" × cos (-) 4˚ 33' 18,93" ÷ sin 17˚ 45' 37,9"
– sin (-) 4˚ 33' 18,93" ÷ tan17˚ 45' 37,9") x-1
A = 84˚ 13' 34,47" (UB)
b) Pukul 15.00 WITA / 07:00 GMT
Shift tan (tan -2˚ 36' 18" × cos (-) 4˚ 33' 18,93" ÷ sin 47˚ 46' 7,9" –
sin (-) 4˚ 33' 18,93" ÷ tan47˚ 46' 7,9") x-1
A = 89˚ 22' 44,03" (UB)
Berdasarkan perhitungan azimut matahari di atas menghasilkan
nilaisebagai berikut:
Tabel 7 Data Azimut Matahari Masjid Nurul Islam
No.

Waktu Pembidikan

Nilai Azimut Matahari (A)

1.

13.00 WITA / 05:00 GMT

84˚ 13' 34,47"

2.

15.00 WITA / 07:00 GMT

89˚ 22' 44,03"

87

Dari hasil perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa apabila
pembidikan dilakukan setelah matahari berkulminasi maka nilainya adalah
positif (+). Selanjutnya menentukan nilai utara sejati

dengan kaidah,

Pengukuran pagi dan deklinasi Utara, Utara sejati = 360° - (180-A) (hasil
perhitungan). Pengukuran sore dan deklinasi utara, Utara sejati = A (hasil
perhitungan).
Maka utara sejati atau true northadalah sebagai berikut:
c) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
Utara sejati = A (hasil perhitungan).
Utara sejati = 84˚ 13' 34,47"
d) Pukul 13.00 WITA / 05:00 GMT
Utara sejati = A (hasil perhitungan).
Utara sejati = 89˚ 22' 44,03"
2. Menghitung dan menentukan arah kiblat Masjid Nurul Islam
Dalam menentukan arah kiblat harus diketahui terlebih dahulu berapa
besar Lintang dan Bujur tempat yang diteliti (Masjid Nurul Islam) serta
berapa Selisih Bujur Ka’bah dan Bujur Masjid Nurul Islam. Untuk
mempermudah dalam perhitungan posisi Masjid Nurul Islam, maka Lintang
tempat ditandai dengan simbol φ(Phi) dan Bujur tempat ditandai dengan
simbol (lamda).

88

Adapun data koordinat Kakbah (Makkah) dan Masjid Masjid Nurul
Islam yang diperoleh dari software Google Earth adalah sebagai berikut,

Tabel 8 Data Koordinat Kakbah dan Masjid Nurul Islam
Data Yang Diperlukan

Kakbah

Masjid Nurul Islam

Lintang φm

21˚ 25' 21,17"

Lintang φx

-4˚ 33' 18,93"

Bujur m

39˚ 49' 35,56"

Bujur x

120˚ 19' 52,91"

Setelah posisi Lintang dan Bujur Kakbah dan Masjid Nurul Islam
sudah diketahui, maka proses menghitung dapat dilakukan. Untuk menghitung
arah Kiblat dapat menggunakan rumus sebagai berikut;
Cotan Q = tan φ mx cos φ x : sin SBMD – sin φ x : tan SBMD
Data yang diperlukan :
φm

= 21˚ 25' 21,17"

φx

= -4˚ 33' 18,93"

m

= 39˚ 49' 35,56"

x

= 120˚ 19' 52,91"

89

SBMD

= Selisih Bujur Makkah Daerah
= x- m
=120˚ 19' 52,91"- 39˚ 49' 35,56"
= 80˚ 30' 18,35"

Setelah semua data yang dibutuhkan, selanjutnya memasukkan ke
dalam rumus perhitungan arah kiblat,
Cotan Q = tan φm× cos φx÷ sin SBMD – sin φx÷ tan SBMD
Shift tan (tan 21˚ 25' 21,17"× cos (-) 4˚ 33' 18,93"÷ sin80˚ 30'
18,35"– sin (-) 4˚ 33' 18,93"÷ tan80˚ 30' 18,35")x-1
Q = 67˚ 42' 53,65" UB (Utara - Barat)
Untuk Arah kiblat Barat ke Utara (BU)
= 90˚ - 67˚ 42' 53,65"
= 22˚ 17' 6,35" BU
Untuk Arah kiblat Utara – Timur – Selatan – Barat (UTSB)
= 270˚ + 22˚ 17' 6,35"
= 292˚ 17' 6,35" UTSB
3. Pengukuran arah kiblat Masjid Nurul Islam berdasarkan azimut matahari
dengan menggunakan teodolit.
Setelah nilai azimut matahari dan nilai arah kiblat Masjid Nuru telah
diketahui, selanjutnya melakukan pengukuran langsung di Masjid Nurul
Islam dalam hal ini di halaman depan dengan terlebih dahulu memberi

90

tanda. Untuk mencari utara sejati (true north) dan arah kiblat dari hasil
perhitungan di atas.
Prakteknya adalah, pertama memasang teodolit secara benar pada
tripot artinya dalam posisi tegak lurus dengan statip/lot yang datar.
Perhatikan waterpassnya dari segala arah, pastikan ia sudah berada di tengah
dan tidak berubah-ubah. Selanjutnya, memeriksa tempat baterai kemudian
hidupkan teodolit dalam posisi bebas terkunci.
Peneliti melakukan pembidikan matahari pada pukul 13.00 WITA /
05.00 GMT dan pukul 15.00 WITA / 07.00 GMT. Setelah membidik
matahari (harus dilakukan secara cepat agar cahaya matahari tidak merusak
teleskop pada teodolit), selanjutnya mencari utara sejati yaitu dengan cara
menekan “0-set” pada teodolit. Ini digunakan agar teodolit menunjukkan HA
(Horizontal Angel) : 0˚ 0' 0". Selanjutnya putar teodolit ke arah utara sejati
yaitu pada nilai 84˚ 13' 34,47" pada pukul 13.00 WITA dan . 89˚ 22'
44,03"pada pukul 15.00 WITA. Apabila teodolit diputar searah jarum jam,
maka layer teodolit akan menunjukkan angka lebih besar dan begitu
sebaliknya, maka putarlah teodolit searah jarum jam. Kunci teodolit dan
tekan kembali “0-set” pada teodolit hingga menunjukkan nilai HA :. 0˚ 0' 0".
Setelah teodolit mengarah ke arah utara sejati, selanjutnya teodolit
sudah dapat digunakan untuk mengukur arah kiblat. Selanjutnya, arak
teodolit pada hasil perhitungan arah kiblat yang telah diketahui yaitu pada
angka 292˚ 17' 6,35" UTSB. Inilah kiblat di Masjid Nurul Islam.

91

Selanjutnya, memasang laser pada teleskop untuk membidik dan
memudahkan menentukan titik kiblat. Berikan tanda pada titik arah kiblat,
selanjutnya hubungkan titik-titik tersebut. Maka itulah garis kiblat Masjid
Nurul Islam. Untuk membuat garis shaf pada Masjid, peneliti membuat garis
dengan sudut 90˚ yang memotong garis kiblat.

B. Akurasi Arah Kiblat Masjid Tua al-Mujahidin dan Masjid Nurul Islam
Kabupaten Bone Berdasarkan Azimut Matahari dengan Menggunakan Teodolit
Untuk mengetahui akurasi arah kiblat masjid Tua al-Mujahidin dan Masjid Nurul
Islam, maka harus dihitung nilai simpangan baku atau nilai deviasi antara hasil
peneliti berdasarkan azimut matahari dengan menggunakan teodolit dengan arah
kiblat Masjit Tua al-Mujahidin dan Masjid Nurul Islam yang sekarang.
Setelah nilai arah Utara sejati atau True North dan Azimut Kiblat sudah
diketahui, kemudian dilakukan pengukuran arah kiblat dari hasil hitungan peneliti
dengan arah kiblat bangunan Masjid Tua al-Mujahidin pada angka 277˚ 99' 12,56"
dan Masjid Nurul Islam dan kemudian membadingkan kedua hasil ini maka akan
didapatkan nilai simpangan baku atau biasa disebut nilai deviasi.
Jika nilai deviasi minus (-) berarti arah bangunan berada di selatan arah kiblat
yang sebenarnya sejauh mana besarnya deviasi, sedangkan arah deviasi plus (+)
berarti arah bangunan berada di sebelah utara dari arah yang sebenarnya sejauh mana
besarnya deviasi.

92

Setelah melakukan penelitian terhadap bangunan Masjid Tua al-Mujahidin dan
Masjid Nurul Islam menghasilkan informasi data arah kiblat hasil hitungan dan
derajat deviasi.
Dari data tersebut menyebutkan bahwa arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin yang
jika dihitung berdasarkan azimut matahari yang pengukurannya menggunakan
teodolit ternyata memiliki deviasi yang cukup tinggi. Ini terbukti dengan nilai arah
kiblat yang tepat mengarah ke kiblat dengan memakai teknik yang akurat
menggunakan rumus azimut kiblat berdasarkan azimut matahari dengan nilai 292˚ 16'
59" UTSB. Sedangkan arah kiblat Masjid Tua al-Mujahidin yang sekarang berada
pada nilai 277˚ 99' 12,56" artinya arah kiblat masjid harus mengarah ke utara dengan
nilai simpangan baku sebesar 13˚ 37' 46,44".
Sedangkan arah kiblat Masjid Nurul Islam yang jika dihitung berdasarkan azimut
matahari yang pengukurannya menggunakan teodolit ternyata memiliki deviasi yang
sangat kecil, hanya pada tingkatan satuan detik. Ini terbukti dengan nilai arah kiblat
yang tepat mengarah ke kiblat dengan memakai teknik yang akurat menggunakan
rumus azimut kiblat berdasarkan azimut matahari dengan nilai 292˚ 17' 6,35"UTSB.
Sedangkan arah kiblat Masjid Nurul Islam yang sekarang berada pada nilai 292˚ 16'
9,2" UTSBartinya arah kiblat masjid harus mengarah ke utara dengan nilai simpangan
baku sebesar 0˚ 0' 57,15".
Perbandingan akurasi arah kiblat kedua masjid tersebut dapat kita lihat pada table
berikut ini,

93

Nilai Simpangan Baku

Arah Kiblat Berdasarkan

Arah Kiblat Masjid Tua

Azimut Matahari

al-Mujahidin

(Deviasi)

292˚ 16' 59"

277˚ 99' 12,56"

13˚ 37' 46,44"

Arah Kiblat Berdasarkan

Arah Kiblat Masjid Nurul

Azimut Matahari

Islam

(Deviasi)

292˚ 17' 6,35"

292˚ 16' 9,2"

0˚ 0' 57,15"

Nilai Simpangan Baku

Berdasarkan pada data di atas menunjukkan bahwa perhitngan arah kiblat
berdasarkan azimut matahari dengan menggunakan teodolit didapat bahwa metode
tersebut menghasilkan akurasi hingga satuan detik busur.