METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI STU

22

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
(STUDI: PROYEK FAVE HOTEL KARTIKA PLAZA)

I Wayan Jawat 1)
1)

Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

ABSTRAK

Tahap konstruksi merupakan tahap yang perlu mendapat perhatian agar tujuan utama
menghasilkan proyek yang berkualitas dapat tercapai. Dalam tahap konstruksi, pengelola
proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan negatif yang akan terjadi pada tahap
berikutnya, yaitu tahap operasional.Keuntungan kontraktor akan diperoleh bila tepat dalam
menerapkan metode konstruksi di lokasi proyek. Berbeda metode konstruksi pasti berbeda pula
kebutuhan sumberdayanya, limbah yang dihasilkan, dan hampir dapat dipastikan berbeda
dalam capaian tujuan proyek dalam aspek biaya, mutu dan waktu.
Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh
perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi

merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pelelangan (dokumen pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada
dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor
Peranan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi adalah untuk menyusun
cara – cara kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan suatu cara untuk memenuhi,
menentukan sarana – sarana pekerjaan yang mendukung terlaksananya suatu pekerjaan
misalnya : menetapkan, memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan yang sesuai
dengan jenis pekerjaan yang efektif dan efisien dalam biaya operasi. Cara kerja juga dapat
membantu dalam menentukan urutan pekerjaan, menyusun jadwalnya sehingga dapat
menentukan penyelesaian suatu pekerjaan.
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke
tanah atau batuan yang ada di bawahnya.Terdapat dua klasifikasi pondasi, yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung
bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi memanjang.
Pondasi yang dipilih untuk gedung ini yaitu pondasi telapak. Metode pekerjaan proyek
ini dilakukan dengan membagi dua zone pekerjaan, yaitu zona 1 yang dikerjakan terlebih
dahulu kemudian zona 2. Terdapat dua pekerjaan tambah yaitu pekerjaan Sumpit di antara
grid 10 dan grid 9 dibuat sumpit dengan ukuran 2 meter x 2 meter dan dalamnya 2,5 meter
dari elevasi lantai basement dan pondasi mesin genset yang berada di Grid.


Kata kunci: metode, konstruksi, pondasi

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

23

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap proyek
konstruksi selalu
membutuhkan sumberdaya proyek (project
resource) sebagai komponen input dalam
proses konstruksi. Ada 5 (lima) sumber daya
proyek, yaitu pekerja (man), material
(material),

metode
(methode),
alat
(machine),
uang
(money).
Material
bangunan dan alat bersifat tetap pada
bangunan yang merupakan faktor penting
jika suatu proyek diharapkan termasuk
proyek hijau (green construction).
Tahap
pelaksanaan
konstruksi
membutuhkan berbagai alat bantu dari yang
sederhana hingga berteknologi tinggi sesuai
dengan kebutuhan di lapangan. Keberadaan
peralatan konstruksi tidak lain adalah
mendukung proses sehingga dimungkinkan
tercapainya efisiensi yang baik guna

mencapai target yang telah ditetapkan.
Disadari atau tidak, keberadaan peralatan
konstruksi ini ikut memberikan konstribusi
terjadinya
pemanasan
global
yang
diakibatkan oleh buangan bahan bakar dari
berbagai jenis peralatan yang digunakan dan
dirasakan
berkontribusi
pada
ketidakseimbangan alam lingkungan sekitar.
Menurut Glavinich, sebagaimana dikutip
Wulfram I.Ervianto:73, Green Construction
adalah suatu perencanaan dan pengaturan
proyek konstruksi sesuai dengan dokumen
kontrak untuk meminimalkan pengaruh
proses konstruksi terhadap lingkungan.
Bali merupakan daerah tujuan wisata

turis domestik maupun mancanegara. Setiap
tahunnya wisatawan yang berkunjung ke
Bali
semakin
bertambahdari
angka
2.949.332 orang pada tahun 2012 meningkat
menjadi 3.278.598 orang pada tahun 2013
(BPS Provinsi Bali, 2014). Apalagi ketika
musim liburan, Bali di penuhi oleh para
wisatawan
baik
domestik
maupun
wisatawan dari mancanegara.Hal ini
membuat Bali harus siap dengan berbagai
fasilitasnya termasuk fasilitas akomodasi.

Akomodasi yang masih sangat populer
di Bali yaitu hotel berbintang, dengan

jumlah pengunjung 4.995.573 orang (BPS
Provinsi Bali, 2014), dan akomodasi lainnya
hanya 1.945.621 orang pada Tahun 2013
(BPS Provinsi Bali, 2014).Sehingga
perkembangan Hotel di Bali sangat pesat
akhir – akhir ini. Untuk memenuhi
kebutuhan akomodasi para wisatawan di
Bali, PT. Lima Griya Artha sebagai
developer Fave Hotel Kartika Plaza Bali
membangun Fave Hotel yang terletak di
Jalan Kartika Plaza, Kuta, Badung, Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka
permasalahan yang penulis angkat dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah metode
pelaksanaan pekerjaan pondasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan ini adalah untuk mengetahui
metode pelaksanaan pekerjaan pondasi.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
a. Meningkatkan
pemahaman
tentang
metode pelaksanaan
pekerjaan pondasi.
b. Sebagai
sumbangan
dalam
pengembangan ilmu pengetahuan
tentang metode pelaksanaan
pekerjaan
pondasi
dan
merupakan
informasi
bagi
mereka yang tertarik dengan
penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis:
a. Sebagai sumbangan pemikiran
bagi kontraktor dalam metode
pelaksanaan pekerjaan pondasi.
b. Memberikan masukan terhadap
hasil kajian yang dilakukan
sebagai
upaya
peningkatan
pemahamaan tentang metode
pelaksanaan pekerjaan pondasi.

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

24

2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Metode Pelaksanaan
Pekerjaan
Metode pelaksanaan konstruksi pada
hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan
teknik – teknik pelaksanaan pekerjaan,
merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam
sistem manajemen konstruksi.
Metode
pelaksanaan
konstruksi
merupakan kunci untuk dapat mewujudkan
seluruh perencanaan menjadi bentuk
bangunan fisik. Pada dasarnya metode
pelaksanaan
konstruksi
merupakan
penerapan konsep rekayasa berpijak pada
keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pelelangan (dokumen pengadaan),
keadaan teknis dan ekonomis yang ada

dilapangan, dan seluruh sumber daya
termasuk pengalaman kontraktor.
Kombinasi dan keterkaitan ketiga
elemen secara interaktif membentuk
kerangka gagasan dan konsep metode
optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan
konstruksi. Konsep metode pelaksanaan
mencakup pemilihan dan penetapan yang
berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan
termasuk kebutuhan sarana dan prasarana
yang
bersifat
sementara
sekalipun
(Istimawan Dipohusodo: 1996:363).
Teknologi konstruksi (Construction
technology) mempelajari metode atau teknik
yang digunakan untuk mewujudkan
bangunan fisik dalam lokasi proyek.
Technology berasal dari kata techno dan

logic, dapat diartikan sebagai urutan dari
setiap langkah kegiatan (prosedur), misalkan
kegiatan X harus dilaksanakan lebih dahulu
kemudian baru kegiatan Y, dan seterusnya;
sedangkan techno adalah cara yang harus
digunakan secara logic, (Wulfram I.
Ervianto, 2002:1).
Metode pelaksanaan pekerjaan atau
yang bisa disingkat „CM‟ (Construction
Method), merupakan urutan pelaksanaan
pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan
dengan tersedianya sumber daya yang

dibutuhkan dan kondisi medan kerja, guna
memperoleh cara pelaksanaan yang efektif
dan efisien.Metode pelaksanaan pekerjaan
tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh
kontraktor yang bersangkutan pada waktu
membuat ataupun mengajukan penawaran
pekerjaan.
Dengan
demikian
„CM‟
(Construction Method) tersebut minimal
telah „teruji‟ saat dilakukan „klarifikasi‟ atas
dokumen
tendernya
atau
terutama
Construction Method (CM)-nya. Namun
demikian, tidak tertutup kemungkinan,
bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan
atau selama pelaksanaan pekerjaan ada
ketidaksesuaian. Jika demikian Construction
Method (CM) tersebut perlu atau harus
dirubah.
Metode pelaksanaan pekerjaan yang
ditampilkan dan diterapkan merupakan
cerminan dari profesionalitas sang pelaksana
proyek tersebut, atau profesionalitas dari tim
pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan
perusahaan yang bersangkutan.
Karena itu dalam penilaian untuk
menentukan pemenang tender, penyajian
metode pelaksanaan pekerjaan mempunyai
„bobot‟ peniliaian yang tinggi. Yang
diperhatikan
bukan
rendahnya
nilai
penawaran harga, meskipun kita akui bahwa
rendahnya nilai penawaran merupakan jalan
untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi
pemenang tender/pelelangan. (Mahendra
Sultan Syah, 2004).
2.2 Dokumen
Metode
Pelaksanaan
Pekerjaan
Dokumen
metode
pelaksanaan
pekerjaan proyek konstruksi (Mahendra
Sultan Syah:2004:113), pada umumnya
terdiri dari :
1. Project plant, dimana dokumen ini
memuat antara lain:
a. Denah fasilitas proyek (jalan
kerja, bangunan fasilitas, dan
lain- lain),
b. Lokasi pekerjaan

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

25

c. Jarak angkut
d. Komposisi alat
e. Kata – kata singkat (bukan
kalimat panjang), dan jelas
mengenai urutan pekerjaan
2. Sket atau gambar bantu, merupakan
penjelasan pelaksanaan pekerjaan
3. Uraian pelaksanaan pekerjaan, yang
meliputi:
a. Urutan pelaksanaan seluruh
pekerjaan
dalam
rangka
penyelesaian proyek (urutan
secara global)
b. Urutan
pelaksanaan
per
pekerjaan atau per kelompok
pekerjaan, yang perlu penjelasan
lebih detail. Biasanya yang
ditampilkan adalah pekerjaan
penting atau pekerjaan yang
jarang ada, atau pekerjaan yang
mempunyai
nilai
besar,
pekerjaan dominan (volume
kerja besar). Pekerjaan yang
ringan atau umum dilaksanakan
biasanya cukup diberi uraian
singkat
mengenai
cara
pelaksanaannya
saja.
Tapi
perhitungan kebutuhan alat dan
tanpa gambar/sket penjelasan
cara pelaksanaan pekerjaan.
4. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja
dan jadwal kebutuhan tenaga kerja
(Mandor, Pekerja, Tukang, Kepala
Tukang)
5. Perhitungan kebutuhan material/
bahan dan jadwal kebutuhan
material/bahan.
6. Perhitungan kebutuhan peralatan
konstruksi dan jadwal kebutuhan
peralatan.
7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan
dan
pendukung
perhitungan
kelengkapan yang lain.
Apabila metode pelaksanaan pekerjaan
merupakan
dokumen
yang
terpisah
(tersendiri), maka harus dilengkapi dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang
Baik
Metode pelaksanaan pekerjaan proyek
konstruksi yang baik apabila memenuhi
persyaratan (Mahendra Sultan Syah: 2004:
114), yaitu:
1. Memenuhi persyaratan teknis, yang
memuat antara lain:
a. Dokumen metode pelaksanaan
pekerjaan proyek konstruksi
lengkap dan jelas memenuhi
informasi yang dibutuhan.
b. Bisa dilaksanakan dan efektif
c. Aman dilaksanakan, terhadap
bangunan yang dibangun, para
tenaga kerja, bangunan lainnya,
dan lingkungan sekitarnya.
2. Memenuhi persyaratan ekonomis,
yaitu biaya murah, wajar dan efisien.
3. Memenuhi pertimbangan nonteknis
lainnya, yang memuat antara lain:
a. Dimungkinkan untuk diterapkan
di lokasi proyek dan disetujui
atau tidak ditentang oleh
lingkungan setempat.
b. Rekomendasi dan policy dari
pemilik proyek.
c. Disetujui oleh sponsor proyek
atau direksi perusahaan, apabila
hal itu merupakan alternatif
pelaksanaan yang istimewa atau
riskan.
4. Merupakan alternatif/pilihan terbaik
dari beberapa alternatif yang telah
diperhitungkan
dan
dipertimbangkan. Masalah metode
pekerjaan banyak sekali variasinya,
sebab tidak ada keputusan engineer.
Jadi pilihan terbaik yang merupakan
tanggung jawab manajemen, dengan
tetap
mempertimbangkan
engineering economies.
5. Manfaat
positif
Construction
Method.
a. Memberikan
arahan
dan
pedoman yang jelas atas urutan

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

26

dan
fasilitas
penyelesaian
pekerjaan.
b. Merupakan acuan/dasar pola
pelaksanaan
pekerjaan
dan
menjadi satu kesatuan dokumen
prosedur pelaksanaan pekerjaan
di proyek.
2.4 Hal – Hal Yang Mempengaruhi
Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam
melaksanakan
pekerjaan,
biasanya dimungkinkan dengan berbagai
metode. Beberapa alternatif metode
pelaksanaan yang ada, tentunya akan
menghasilkan beberapa alternatif biaya juga.
Dalam hal ini, alternatif metode pelaksanaan
yang harus dipilih tentunya yang
menghasilkan biaya yang paling rendah.
Pemilihan ini dilakukan oleh pihak owner
selaku pengguna jasa maupun pihak
Kontraktor selaku penyedia jasa, dengan
maksud yang sama, yaitu menurunkan
biaya, hanya tujuannya saja yang berbeda.
Bagi owner selaku pengguna jasa tujuannya
agar nilai kontrak proyek, yang akan
merupakan investasi menjadi rendah,
sedangkan bagi pihak kontraktor selaku
penyedia jasa, bukan untuk menurunkan
nilai kontrak, tetapi untuk menurunkan biaya
pelaksanaan.
Dimana metode pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi, dalam pengembangan
alternatifnya, dipengaruhi oleh hal- hal
sebagai berikut :
1. Design bangunan.
2. Medan/lokasi pekerjaan.
3. Ketersediaan tenaga kerja, bahan,
dan peralatan.
2.5 Peranan
Metode
Pelaksanaan
Pekerjaan
Peranan metode pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi adalah untuk menyusun
cara – cara kerja dalam melaksanakan suatu
pekerjaan dan suatu cara untuk memenuhi,
menentukan sarana – sarana pekerjaan yang

mendukung terlaksananya suatu pekerjaan
misalnya : menetapkan, memilih peralatan
yang akan digunakan dalam pekerjaan yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang efektif
dan efisien dalam biaya operasi. Cara kerja
juga dapat membantu dalam menentukan
urutan pekerjaan, menyusun jadwalnya
sehingga dapat menentukan penyelesaian
suatu pekerjaan.
Peranan metode pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi akan mempengaruhi
perencanaan
konstruksi
(Nono
Tisnawardono: 2002: 11) antara lain:
1. Jadwal pelaksanaan.
2. Kebutuhan dan jadwal tenaga kerja
3. Kebutuhan
dan
jadwal
meterial/bahan
4. Kebutuhan dan jadwal alat
5. Penjadwalan
anggaran
(Arus
kas/cash-flow).
6. Jadwal prestasi dengan metode
kurva – S (S-Curve)
7. Cara – cara pelaksanaan pekerjaan.
Dalam penyusunan metode pelaksanaan
pekerjaan
proyek
konstruksi,
perlu
pembahasan/diskusi. Oleh karena itu
dianjurkan pada perusahaan kontraktor yang
telah mempunyai banyak tenaga kerja dari
berbagai disiplin dan agar membuatan
metode pelaksanaan pekerjaan proyek
konstruksi, dengan melibatkan berbagai
pihak yang ahli bidangnya, misal:
1. Menguasai peralatan konstruksi
2. Mengetahui sumber – sumber
material/bahan
3. Mengerti masalah angkutan
4. Mengerti masalah jenis – jenis
pekerjaan
5. Menguasai bahasa perbankan.
2.6 Penentuan
Metode
Pelaksanaan
Pekerjaan
Tahap pertama sebelum memulai suatu
pelaksanaan proyek konstruksi, harus
ditentukan terlebih dahulu suatu metode
untuk melaksanakannya. Dalam skala

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

27

organisasi suatu proses perencanaan
pelaksanaan proyek konstruksi, sangatlah
penting
untuk
menentukan
metode
konstruksi terlebih dahulu, karena setiap
jenis metode konstruksi akan memberikan
karakteristik pekerjaan berbeda. Penentuan
jenis metode konstruksi yang dipilih akan
sangat membantu menentukan jadwal
proyek.
Metode konstruksi yang berbeda akan
memberikan ruang lingkup pekerjaan dan
durasi yang berbeda pula, yang sudah
barang tentu juga mempunyai pertimbangan
finansial dalam bentuk biaya. Ada faktor –
faktor yang mempengaruhi jenis ruang
lingkup pekerjaan yang dilakukan, sehingga
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu:
1. Sumber daya manusia dengan skill
yang cukup untuk melaksanakan
suatu
metode
pelaksanaan
konstruksi.
2. Tersedianya peralatan penunjang
pelaksanaan metode konstruksi yang
dipilih.
3. Material cukup tersedia.
4. Waktu pelaksanaan yang maksimum
dibanding pilihan metode konstruksi
lainnya.
5. Biaya yang bersaing.
Oleh karena faktor – faktor yang
mempengaruhi metode pelaksanaan seperti :
Design bangunan, Medan/lokasi pekerjaan,
dan ketersediaan dari tenaga kerja, bahan,
dan peralatan, seperti sudah dijelaskan
diatas, maka kadang – kadang metode
pelaksanaan hanya memiliki alternatif yang
terbatas.
2.7 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari
bangunan yang meneruskan beban bangunan
ke tanah atau batuan yang ada di
bawahnya.Terdapat dua klasifikasi pondasi,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal didefinisikan sebagai

pondasi yang mendukung bebannya secara
langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi
memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dapat
didefinisikan
sebagai
pondasi
yang
meneruskan beban bangunan ke tanah keras
atau batuan yang terletak relatif jauh dari
permukaan, contohnya pondasi sumuran dan
pondasi tiang (Hardiyatmo, 2011).
2.8 Pemilihan Pondasi
Pemilihan jenis pondasi bergantung
pada beban yang harus didukung, kondisi
tanah pondasi dan biaya pembuatan pondasi
yang dibandingan terhadap biaya struktur
atasnya (Hardiyatmo, 2011).
Langkah – langkah perancangan
pondasi,
adalah
sebagai
berikut
(Hardiyatmo, 2011):
1. Menentukan jumlah beban efektif
yang akan ditranfer ke tanah di
bawah fondasi. Untuk perancangan
tulangan, perlu ditentukan besarnya
beban mati dan beban hidup dan
beban – beban tersebut harus
dikalikan faktor – faktor pengali
tertentu menurut peraturan yang
berlaku.
2. Menentukan nilai kapasitas dukung
ijin (qa). Luas dasar pondasi, secara
pendekatan ditentukan dari membagi
jumlah beban efektif dengan
kapasitas dukung ijin (qa).
3. Didasarkan pada tekanan yang
terjadi pada dasar pondasi, dapat
dilakukan perancangan struktur dari
pondasinya,
yaitu
dengan
menghitung momen – momen lentur
dan gaya – gaya geser yang terjadi
pada pelat pondasi.
2.9 Pondasi Telapak
Pondasi telapak terpisah, umumnya
digunakan untuk mendukung sebuah kolom,
sedang pondasi memanjang digunakan untuk
mendungkung tembok memanjang.Kedua
jenis pondasi tersebut telah banyak dipakai,

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

28

karena selain ekonomis juga pelaksanaannya
mudah dan tidak memerlukan peralatan
khusus.Pada perancangan, biasanya beban –
beban kolom dianggap sebagai beban titik
dan beban dinding sebagai beban garis per
satuan panjang (Hardiyatmo, 2011).

Gambar 1. Contoh – contoh bentuk pondasi.
Sumber :(Hardiyatmo, 2011)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Proses Pelaksanaan
3.1.1 Persiapan pelaksanaan konstruksi
Pada persiapan pelaksanaan konstruksi
dilakukan
pekerjaan
pembersihan,
pembuatan pagar proyek, direksi keet, dan
juga dikerjakan pekerjaan dinding penahan
tanah dengan bor pile yang dilakukan oleh
sub kontraktor dari pemilik proyek.
Pekerjaan selanjutnya yaitu pekerjaan
dinding penahan tanah dengan bor pile,
pekerjaan ini pengerjaannya disuplai oleh
pemilik proyek. Dinding penahan tanah
dibuat karena di sekeliling lokasi proyek
terdapat bangunan.
Pada persiapan ini juga dibangun direksi
keet oleh pihak kontraktor PT. Waskita
Karya. Direksi keet dibangun di bagian
depan lahan proyek atau dibagian timur.
Direksi keet dibangun dua lantai, lantai satu
digunakan untuk kantor pelaksana dan
penyimpanan peralatan, sedangkan lantai
dua digunakan untuk kantor kontraktor,
pemilik proyek dan juga ruang rapat.

3.1.2 Pengelolaan Site
Site dikelola seperti gambar,dibagian
timur proyek dibangun direksi keet dan di
bagian utara digunakan sebagai tempat
penyimpanan bahan, ini ada di bagian grid
no 1 - 3.Sehingga pekerjaan awal dilakukan
di bagian grid 4 – 10.

Gambar 2. Site plan proyek

3.2 Perencanaan Metode Pelaksanaan
Konstruksi
3.2.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan
persiapan
meliputi
pembersihan lokasi, pemasangan pagar
proyek, pembuatan kantor proyek (direksi
keet dan gudang), dewatering, dan
penyelesaian site fasilities yang dilakukan
dari hari pertama sampai hari ke 37.
Sebelumnya dilakukan pekerjaan bor pile
untuk dinding penahan tanah di sekeliling
proyek, pekerjaan ini merupakan pekerjaan
yang disub.kan dan ditanggung oleh owner
(Supply By Owner ).

Gambar 3. Metode pekerjaan pondasi

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

29

3.2.2 Pekerjaan Pondasi Basement

Pada pekerjaan proyek ini dibagian
menjadi dua zona pekerjaan, zona 1 dan 2,
agar dapat dilakukan fabrikasi material di
lokasi proyek. Sehingga pekerjaan dilakukan
pada zona 1 terlebih dahulu, dan zona 2
digunakan sebagai fabrikasi material, dan
alat- alat. Zona 1 dimulai pada hari ke 37
sampai 50, dan zona 2 dimulai hari ke 76
sampai ke 89.

3.2.6 Pekerjaan Lantai Tiga
Pekerjaan
lantai
tiga
meliputi
pemasangan scafolding, bekisting plat dan
balok lantai 3, pembesian balok dan plat
lantai 3, pengecoran plat dan balok lantai 3,
pembesian kolom 3, bekisting kolom 3 dan
pengecoran kolom 3.Pada zone satu
pekerjaan diawali pada hari ke 85 dan
selesai pada hari ke 103. Pada Zone dua
pekerjaan akan dimulai pada hari ke 124 dan
berakhir pada hari ke 142.

3.2.3 Pekerjaan Lantai Basement

Pekerjaan basement meliputi pekerjaan
pembesian kolom basement, bekisting
kolom basement, pengecoran basement,
pembesian dan pengecoran plat basement.
Pekerjaan lantai basement pada zona 1
dimulai dari hari ke 51 sampai 60.Dan
Pekerjaan pada zona 2 dimulai pada hari ke
90 sampai ke 99.
3.2.4 Pekerjaan Lantai Dasar
Pekerjaan
lantai
dasar
meliputi
pekerjaan pemasangan scafolding, bekisting
plat dan balok lantai 1, pembesian balok dan
plat lantai 1, pengecoran plat dan balok
lantai 1, pembesian kolom 1, bekisting
kolom 1 dan pengecoran kolom 1.Pada zone
satu pekerjaan diawali pada hari ke 64 dan
selesai pada hari ke 84. Pada Zone dua
pekerjaan akan dimulai pada hari ke 103 dan
berakhir pada hari ke 123.
3.2.5 Pekerjaan Lantai Dua
Pekerjaan
lantai
dua
meliputi
pemasangan scafolding, bekisting plat dan
balaok lantai 2, pembesian balok dan plat
lantai 2, pengecoran plat dan balok lantai 2,
pembesian kolom 2, bekisting kolom 2 dan
pengecoran kolom 2.Pada zone satu
pekerjaan diawali pada hari ke 85 dan
selesai pada hari ke 103. Pada zone dua
pekerjaan akan dimulai pada hari ke 124 dan
berakhir pada hari ke 142.

3.2.7 Pekerjaan Lantai Empat
Pekerjaan lantai empat meliputi
pemasangan scafolding, bekisting plat dan
balaok lantai 4, pembesian balok dan plat
lantai 4, pengecoran plat dan balok lantai 4,
pembesian kolom 4, bekisting kolom 4 dan
pengecoran kolom 4.Pada zone satu
pekerjaan diawali pada hari ke 122 dan
selesai pada hari ke 144. Pada Zone dua
pekerjaan akan dimulai pada hari ke 161 dan
berakhir pada hari ke 182.
3.2.8 Pekerjaan LantaiAtap
Pekerjaan
lantai
atap
meliputi
pemasangan scafolding, bekisting ring balok
dan dak beton, pembesian ring balok dan
dak beton, pengecoran ring balok dan dak
beton.Pada zone satu pekerjaan diawali pada
hari ke 142 dan selesai pada hari ke 159.
Pada zone dua pekerjaan akan dimulai pada
hari ke 181 dan berakhir pada hari ke 198.
3.3 Evaluasi Rencana Terhadap Kajian
Teknis
3.3.1 Jenis dan Daya Dukung Tanah
Sesuai dengan tes penyelidikan tanah
yang dilakukan di lapangan, jenis tanah pada
proyek ini merupakan tanah berpasir.
3.3.2 Jenis Pondasi yang Dipilih
Pondasi yang digunakan dalam proyek
Fave Hotel ini yaitu pondasi telapak seperti
terlihat pada shop drawing. Terdapat 15

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

30

Tipe pondasi pada bangunan gedung Fave
Hotel ini.

Gambar 4. Denah pondasi dan pembagian
zona( Sumber :Shop Drawing Proyek Fave
Hotel ).

3.3.3 Metode yang Digunakan
Pada pekerjaan proyek ini dibagian
menjadi dua zona pekerjaan, zona 1 dan 2,
agar dapat dilakukan fabrikasi material di
lokasi proyek. Sehingga pekerjaan dilakukan
pada zona 1 terlebih dahulu, dan zona 2
digunakan sebagai fabrikasi material, dan
alat- alat.
Metode Galian:
Untuk zona 1 dilakukan galian
menggunakan alat excavator . Galian di
lakukan dari grid 10 sampai grid 4.

Tanah galian dibawa ke tanah dengan
dump truck.
Kemudian di gali setiap titik plat poer
dari grid 10 – grid 4 pada zona 1 sesuai
dengan elevasi masing – masing plat poer.
Setelah itu dilakukan pekerjaan
pembuatan lantai kerja setiap plat poer,
lantai kerja digunakan beton dengan
pencampuran sendiri.
Dilakukan penyemprotan anti rayap
pada setiap lantai kerja plat poer.Kemudian
dilakukan pemasangan bekisting, bekisting
plat poer digunakan batako agar tidak
dilakukan pembongkaran bekesting. Setelah
itu dilakukan pekerjaan pembesian plat poer.
Setelah pekerjaan pembesian pada grid 10
dan 9 selesai, dilakukan pengecoran,
pengecoran digunakan beton ready mix,
pengecoran pada grid 9 dan 10 dilakukan
dengan concrete pump. Setelah itu dilakukan
pembesian di grid 8-6, kemudian di
cor.Kemudian dilakukan pembesian dari
grid 5 sampai 4, selanjutnmya di cor dengan
menggunakan talang buatan sendiri karena
jaraknya tidak terlalu jauh dari parkir mobil
molen.
3.4 Proses Pelaksanaan Konstruksi
Proses pelaksanaan konstruksi dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pelaksanaan Konstruksi Pondasi
No

Item Pekerjaan

1

Galian Basement

2

Galian Poer

Pelaksanaan
Galian
Basement
dilakukan
dengan
Excavator sampai level 2.8 meter
Galian Poer sesuai dengan
dimensi Pondasi masing –
masing.

Solusi/
Saran

Kendala
-




PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

-

Pada galian poer
untuk pondasi P10,
galian bergeser 30
cm.
Setelah pemasangan
bekisting
batako,
terdapat
pekerjaan
tambahan timbunan
kembali di sekeliling
luar bekisting pelat
poer.





Dilakukan pekerjaan
galian
manual
selebar 30 cm dengan
dalam 70 cm dan
lebar 530 cm.
Dilakukan pekerjaan
timbunan
kembali
dengan mengambil
tanah asli pada zone
2.

ISSN: 2303-2693

31

No

Item Pekerjaan

Pelaksanaan

Solusi/
Saran

Kendala

3

Lantai Kerja

Setelah dilakukan galian
plat
poer,
dilakukan
pekerjaan pembuatan lantai
kerja
dengan
beton
campuran 3:1. Tebal lantai
kerja dibuat 5 cm.

-

-

4

Penyemprotan Anti
Rayap

Penyemprotan anti rayap
dilakukan pada tanah dan
lantai kerja.

-

-

5

Bekisting Batako

Bekisting yang digunakan
untuk plat poer yaitu
bekisting batako, bekisting
ini
digunakan
agar
mempermudah
proses
konstruksi karena tidak
perlu
melakukan
pembongkaran bekisting
lagi. Pemasangan bekisting
batako mengikuti marking
yang telah dilakukan oleh
surveyor, Agar dimensinya
sesuai dengan gambar
kerja.

-

-

6

Pembesian

Pembesian
dilakukan
sesuai dengan gambar
kerja, baja yang digunakan
menggunakan jenis baja
ulir (deformed), dengan
ukuran D19 untuk bagian
bawah dan D16 untuk
bagian atasanya.

7

Pengecoran

Pengecoran
dilakukan
dengan
menggunakan
beton ready mix mutu K –
300, pengecoran plat poer
dari grid 10 sampai dengan
grid 6 dilakukan dengan
concrete
pump,
sedangnkan pada grid 5 – 4
dengan
menggunakan
talang yang dibuat sendiri.







PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

Pada pondasi P3B
koordinat
(4,A),
terjadi
kesalahan
pemasangan Kolom,
karena
kesalahan
marking surveyor.

Karena
lokasi
baching plan terletak
lumayan jauh dari
proyek,
sehingga
waktu tunggu dari
satu mobil molen ke
mobil molen lainnya
cukup lama sekitar
30 menit.
Karena pengecoran
dilakukan dari sore
sampai malam, perlu
dilakukan
pemasangan
penerangan.







Pengecoran
pada
pada pondasi P3B
ditunda,
dan
pembesian
kolom
pada pelat dibuka
dan
dipasang
kembali
dengan
posisi sesuai gambar
pelaksanaan.
Perlu diatur jam
keberangkatan mobil
molen agar tidak
menunggu
terlalu
lama, dan juga tidak
menumpuk
karena
kapasitas
parker
molen di proyek
hanya dua mobil.
Perlu dipasang lampu
penerangan
pada
lokasi proyek agar
mengurangi resiko
kecelakaan kerja.

ISSN: 2303-2693

32

3.4.1 Proses Galian
Galian basement maupun galian pondasi
plat poer menggunakan excavator , galian
basement dilakukan sedalam 2, 8 meter dari
tanah asli. Kemudian plat poer digali sesuai
dengan titik dan dimensi plat poer.

Gambar 7. Penyemprotan Anti Rayap

Gambar 5. Proses penggalian menggunakan
excavator

3.4.2 Proses Pembuatan Lantai Kerja
Setelah dilakukan galian plat poer,
dilakukan pekerjaan pembuatan lantai kerja
dengan beton campuran 3:1. Tebal lantai
kerja dibuat 5 cm.

3.4.4 Proses
Pemasangan
Bekisting
Batako
Bekisting yang digunakan untuk plat
poer yaitu bekisting batako, bekisting ini
digunakan agar mempermudah proses
konstruksi karena tidak perlu melakukan
pembongkaran bekisting lagi. Pemasangan
bekisting batako mengikuti marking yang
telah
dilakukan
olehsurveyor,agar
dimensinya sesuai dengan gambar kerja.

Gambar 8. Pekerjaan bekisting batako

Gambar 6. Pekerjaan Lantai Kerja

3.4.3 Proses Penyemprotan Anti Rayap
Setelah pengerjaan
lantai kerja,
dilakukan penyemprotan anti rayap, agar
rayap tidak masuk bangunan.

3.4.5 Proses Pembesian
Pembesian dilakukan sesuai dengan
gambar kerja, baja yang digunakan
menggunakan jenis baja ulir (deformed),
dengan ukuran D19 untuk bagian bawah dan
D16 untuk bagian atasnya.

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

33

Gambar 9. Pembesian Plat Poer

3.4.6 Proses Pengecoran
Pengecoran
dilakukan
dengan
menggunakan beton ready mix mutu K –
300, pengecoran plat poer dari grid 10
sampai dengan grid 6 dilakukan dengan
concrete pump, sedangkan pada grid 5 – 4
dengan menggunakan talang yang dibuat
sendiri.

Gambar 10. Pengecoran Plat Poer

4

PENUTUP
Pondasi yang dipilih untuk gedung ini
yaitu pondasi telapak. Metode pekerjaan
proyek ini dilakukan dengan membagi dua
zone pekerjaan, yaitu zona 1 yang
dikerjakan terlebih dahulu kemudian zona 2.
Terdapat dua pekerjaan tambah yaitu
pekerjaan Sumpit di antara grid 10 dan grid
9 dibuat sumpit dengan ukuran 2 meter x 2
meter dan dalamnya 2,5 meter dari elevasi
lantai basement dan pondasi mesin genset
yang berada di Grid (4-5),(A-B).

5 DAFTAR PUSTAKA
Abrar Husen, 2010, Manajemen Proyek,
Yogyakarta, Andi Offset
Badan Pembinaan Konstruksi Kementrian
PU. (2014). Kontrak Lump Sum
Pekerjaan
Jasa
Konstruksi.
Jakarta :
Bidang
Administrasi
Kontrak
Pusat
Pembinaan
Penyelenggaraan Konstruksi.
BPS
Provinsi
Bali.
(2014).
Data
Kedatangan Wisman ke Bali.
Retrieved November 22, 2014,
from Badan Pusat Statistik Provinsi
Bali:
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.ph
p?ed=dynamic_par
Dipohusodo,Istimawan. 1996. Manajemen
Proyek dan Konstruksi.Jilid 1 & 2 .
Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Ervianto, W. I. 2004. Teori – Aplikasi
Manajemen Proyek Konstruksi.
Yogyakarta: Penerbit ANDI
Ervianto, W. I. 2005.Manajemen Proyek
Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit
ANDI
Ervianto, W. I. 2012. Selamatkan Bumi
Melalui
Konstruksi
Hijau,
Perencanaan,
Pengadaan,
Konstruksi
dan
Operasi.
Yogyakarta: Penerbit ANDI
Hardiyatmo, H. C. (2011). Analisis dan
Perencanaan Fondasi I : Edisi
Kedua . Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Imam Soeharto,I. 1995. Manajemen Proyek
Konstruksi.
Dari
Konseptual
sampai Operasional. Jakarta :
Penerbit Erlangga Jakarta.
Jawat,I Wayan.2014. Penerapan Metode
Green Construction (Studi Kasus :
Pekerjaan Tanah pada Proyek
Jalan). Jurnal Paduraksa Volume 3,
Nomor 2, Desember 2014.
Mahendra Sultan Syah, 2004, Manajemen
Proyek Kiat Sukses Mengelola
Proyek,
Cetakan
Pertama ,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693

34

Peurifoy, 1979. Construction Planning
Equipment, Int Student Edition, Mc
Graw – Hill, New York.

PADURAKSA, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015

ISSN: 2303-2693