Mini Skripsi Pengaruh Etika Pergaulan te
Mini Skripsi Bahasa Indonesia
Pengaruh Etika Pergaulan terhadap Motivasi Belajar Remaja
OLEH :
1. ELIZABETH STYVANI MAIRUHU (00000004580)
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – TEACHERS COLLEGE
UNIVSERITAS PELITA HARAPAN
2014
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
1.3
Tujuan..........................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................4
2.1
Defenisi Motivasi........................................................................................................................4
2.2
Jenis Motivasi..............................................................................................................................6
2.3
Fungsi Motivasi dalam belajar.....................................................................................................6
2.4
Etika Pergaulan............................................................................................................................7
2.5
Manfaat Etika dalam pergaulan...................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................13
SIMPULAN..............................................................................................................................................13
REFERENSI................................................................................................................................................ii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buku adalah jendela dunia. Kalimat tersebut merupakan kalimat kiasan yang bertujuan
untuk menumbuhkan minat dan motivasi orang yang membacanya. Sangatlah banyak
pengetahuan yang diperoleh dari
buku-buku yang ada sekarang ini. Kebiasaan membaca
haruslah ditanamkan sejak masih anak-anak. Anak-anak haruslah diberikan stimulus untuk
mengembangkan kemampuan membaca serta pemahamannya terhadap apa yang dibaca sampai
mereka tumbuh remaja dan dewasa. Hal tersebut dilakukan agar membaca menjadi kebiasaan
dan kesukaan bagi mereka. Namun hal tersebut tidaklah akan tercapai jika tidak ada minat
maupun motivasi dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Minat dapat diartikan sebagai
kemauan karena adanya motivasi. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang berasal dari
dalam maupun luar diri seseorang yang menjadi alasan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut pengertian lain, “motivasi adalah perilaku yang dibuat guna memenuhi kebutuhan
tertentu yang dirasakan” (soekahar,1987,h.47). Minat dan motivasi sangatlah dibutuhkan dan
sangatlah penting bagi para remaja dalam menempuh jenjang pendidikan mereka. Mengapa
demikian? Pada masa kanak-kanak, ketergantungan seluruhnya berpusat pada orangtua dan guru.
Beranjak ke remaja, ketergantungan tersebut semakin memudar. Masa remaja tidaklah sama
dengan masa kanak-kanak. Masa remaja bukanlah masa dimana 100% dorongan untuk
melakukan segala sesuatu berasal dari orangtua maupun guru. Namun dorongan tersebut bisa
1
muncul dari teman sepergaulan, maupun berasarkan pertimbangan pribadi. Sosok teman-teman
disekitar juga mempengaruhi pola pikir para remaja. Seorang remaja akan sangat dekat dengan
teman-temannya daripada dengan orangtuanya jikalau ia merasa tidak mendapatkan apa yang ia
inginkan dari orangtuanya. Banyak orangtua yang terlalu sibuk akan pekerjaannya sehingga
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan finansial anak dan mengesampingkan kebutuhan
jiwa sang anak. Kebutuhan jiwa yang dimaksud
seperti kasih sayang, perhatian maupun
pengertian dari orangtua yang sangatlah dibutuhkan oleh anak-anak. Jikalau mereka tidak
menerimanya maka ketika beranjak remaja, mereka mulai mencari teman sepergaulan yang dapat
membuat mereka merasa nyaman dan mendapatkan kasih sayang, perhatian dan pengertian
tersebut. Dalam 1 Korintus 15:33 dikatakan “Janganlah kamu sesat! Pergaulan yang buruk
merusak kebiasaan yang baik”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan siapa kita bergaul
menentukan dan mencerminkan diri kita kedepannya. Para remaja yang saling memotivasi satu
dengan yang lainnya untuk giat belajar dan melakukan hal-hal positif sangatlah baik bagi diri
mereka sendiri. Manfaat dari teman sepergaulan yang saling memotivasi untuk terus belajar akan
membuat remaja-remaja tersebut menjadi terbiasa untuk belajar dan menjadi pribadi yang mau
belajar. Jikalau pada awalnya para remaja tersebut mengalami kesulitan dalam pembelajaran
secara personal maka secara group akan membantu mereka dalam memecahkan setiap kesulitan
dalam pembelajaran.
Faktanya jelaslah berbeda dengan apa yang diharapkan. Remaja sekarang ini tidaklah terlalu
tertarik untuk membaca buku. Games, media sosial dan lain sebagainya yang menjadi
penghalang bagi mereka. Selain itu pergaulan dengan teman sekitar pastinya ikut mempegaruhi.
Kutu buku merupakan ejekan bagi setiap orang yang gemar membaca buku. Perasaan ingin
diterima yang sangat besarlah yang membuat remaja tak mau ditolak oleh teman sepergaulannya,
2
dan membuat ia mulai menuruti kemauan teman-temannya yang tidak suka atau tidak
mempunyai minat maupun motivasi untuk belajar. Untuk itulah etika pergaulan perlu
diperhatikan setiap remaja. Didikan orangtua juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan para
remaja. Secara tidak langsung, setiap dari kita ikut mempengaruhi kepribadian seseorang.
Pergaulan yang baik mendatangkan manfaat yang baik bagi teman sepergaulannya juga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah etika pergaulan mempengaruhi motivasi belajar para siswa?
2. Bagaimana penerapan etika pergaulan dalam mempengaruhi motivasi belajar para siswa?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan ada tidaknya peningkatan motivasi belajar berdasarkan etika pergaulan.
2. Menjelaskan langkah-langkah penerapan untuk meningkatkan motivasi belajar
berdasarkan pengaruh etika pergaulan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Motivasi
Perkembangan Kognitif remaja berada pada tahap operasional formal menurut tahapan
kognitif Piaget. Pola pikir para remaja jelas berbeda dengan kanak-kanak. “Pikirannya sudah
dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami, tetapi juga
dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena dapat berpikir secara hipotesis”
(suparno,2007,h.88 ). Manusia adalah ciptaan yang mempunyai rasa tanggung jawab karena
itulah kewajiban manusia. Untuk dapat melakukan tanggung jawab tersebut maka diperlukan
adanya motivasi dari setiap pribadi. “Motivasi (motivation) sebenarnya berasal dari kata dasar
bahasa inggris motion, yang berasal dari kata latin movere, yang berarti bergerak”
(soekahar,1987,h.46).
Pada buku Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku terdapat teori tentang motivasi, di antaranya:
1. Teori kognitif
Menurut teori ini, tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi,
melainkan oleh rasio.
2. Teori Hedonitis
Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu disadari ataupun tidak
disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam, pada dasarnya
mempunyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan
menghindari hal-hal yang menyakitkan.
3. Teori insting
4
Menurut teori ini, setiap orang telah membawa “kekuatan biologis” sejak lahirnya.
Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu.
4. Teori Psikoanalitis
Freud mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar,
yaitu: insting kehidupan dan insing kematian.
5. Teori Keseimbangan
Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku
manusia
terjadi
karena
adanya
ketidakseimbangan di dalam diri manusia.
6. Teori Dorongan
Teori ini memberikan tekanan hal yang mendorong terjadinya tingkah laku.
(handoko,1992,h.10-18). Teori-teori tersebut menjelaskan tentang penyebab terjadinya tingkah
laku manusia. Tingkah laku tersebut merupakan respon dari motivasi yang diberikan oleh orang
lain atau yang muncul dari dalam diri. “Motivasi adalah kekuatan dari dalam yang mendorong
manusia pada prestasi yang lebih besar” (soekahar,1987,h.47). Bukan hanya kekuatan dari dalam
melainkan kekuatan dari luar pun mempengaruhi motivasi seseorang. Kekuatan dari luar tersebut
dapat berupa tekanan sosial, ajakan yang menarik dari orang sekitar dan lain sebagainya.
Berdasarkan berbagai teori mengenai motivasi, maka motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan dari dalam maupun luar setiap manusia untuk melakukan hal-hal tertentu. Dorongan
tersebut yang memunculkan pertimbangan-pertimbangan dalam diri manusia untuk menentukan
sikap.
2.2 Jenis Motivasi
5
Paul Meyer dari “Success Motivation institute” di Amerika Serikat megklasifikasikan motivasi
dalam tiga jenis :
1. Motivasi Ketakutan
Motivasi ini berhubungan dengan ketakutan terhadap akibat yang ditanggung jika tidak
melaksanakannya.
2. Motivasi Insentif
Motivasi ini berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh jika ia mau melakukan suatu
hal.
3. Motivasi Sikap
Motivasi sikap sama dengan motivasi diri. Tujuan maupun target yang ditetapkan oleh
diri sendiri lebih penting daripada pengaruh pemikiran orang lain. (soekahar,1987,h.54)
“Motivasi sangat mempengaruhi, bahkan menentukan tingkah laku manusia: belajar,
mengamati, berpikir, berfantasi, mengingat dan lain sebagainya (handoko,1992,h.49)”. Motivasi
dapat dikatakan sebagai faktor penentu dari tingkah laku manusia. Seberapa besar motivasi
menentukan seberapa banyak tanggung jawab yang mau dipikul seseorang.
2.3 Fungsi Motivasi dalam belajar
Buku adalah sahabat anak yang pandai dan musuh bagi anak yang malas. Malas belajar dapat
terjadi karena tidak adanya motivasi. Motivasi dalam belajar diperlukan karena memiliki fungsi,
diantaranya:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
2. Motivasi sebagai pengerak perbuatan
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
(djamarah,2002,h.123)
2.4 Etika Pergaulan
6
“ Istilah etika berasal dari kata Yunani etos yang berarti tempat tinggal (baik dari manusia,
maupun
dari
binatang).
Selain
dari
tempat
tinggal
etos
juga
berarti
kebiasaan
(abineno.2003.h.2)”. Masa remaja sering disebut sebagai masa mencari jati diri. Pada tahap ini,
remaja mulai mencoba-coba hal yang ia ingin ketahui. Teman maupun sahabat sangat
mempengaruhi pola pikirnya. Kebebasan mulai ingin diraihnya untuk mencari kesenangan
pribadi. “Manusia dikatakan bebas mengandung dua pengertian, yaitu ia mampu untuk
menentukan diri sendiri, dan ia tidak dibatasi oleh orang lain atau masyarakat dalam
kemungkinannya untuk menetukan diri itu” (suseno,dkk.1993.h.18). Kebebasan yang dijalani
haruslah yang terkontrol. Pola pikir yang benar haruslah dipunyai setiap remaja agar ia tidak
goyah akan pendiriannya dan dapat mengendalikan setiap keputusan dari kemauannya.
2.5 Manfaat Etika dalam pergaulan
Bumi ini diciptakan teratur karena mencerminkan penciptanya yang adalah teratur. Relasi
yang dibangun oleh sesama kita pun haruslah diatur agar dapat berjalan dengan baik dan
mendatangkan manfaat bagi tiap-tiap orang. Karena itulah diperlukan etika dalam bergaul,
terutama bagi kalangan remaja pelajar. “Etika berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan” (Bertens.1994.h.4). Etika diperlukan agar adanya batasan-batasan
tertentu dalam melakukan sesuatu. Selain itu juga agar adanya aturan dalam melakukan hal yang
melahirkan keteraturan. “Menurut Algernon D. Black, etika adalah ilmu yang mempelajari cara
manusia memperlakukan sesamanya dan apa arti hidup yang baik” (wibowo,2005.h.7). Etika
pasti berhubungan dengan hal yang baik dalam membangun hubungan dengan orang lain. Jadi
orang yang beretika bisa dikatakan sebagai orang yang baik dan memiliki sopan santun.
7
“Etika tidak langsung membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, itu tugas ajaran moral,
melainkan etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
pelbagai moralitas yang membingungkan” (suseno,dkk.1993.h.4). Siswa-siswi remaja perlu
mengetahui dan mengenal etika agar mereka dapat membedakan ajakan atau ajaran mana yang
harus atau tidak mereka ikuti maupun teladani. “Etika sosial mau membuat kita menjadi sadar
akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan bersama menurut semua
dimensinya.” (suseno,dkk.1993.h.8). Memahami dan mau memikul tanggung jawab merupakan
respon kehidupan seseorang. Seorang siswa bertanggung jawab tehadap pergaulaan yang
berdampak pada perkembangan pendidikannya. Etika perlu diterapkan dalam kehidupaan
sosialnya. Terutaman dalam hal relasinya dengan sesama agar sadar akan tanggung jawab yang
dipikul dan terlabih dampak apa yang diperoleh jika tanggung jawab tersebut tidak terselesaikan
dengan baik.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Motivasi belajar dalam diri remaja merupakan hal terpenting untuk mau memahami dan
mempelajari setiap pelajaran di sekolah. Motivasi belajar para remaja dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktornya adalah lingkungan. Faktor eksternal merupakan semua faktor di
lingkungan sekitar yang mendukung aktivitas belajar remaja. Faktor lingkungan ini diantaranya:
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh dan
teman sepermainan (peer group) yang nakal.
(djamarah,2002,h.202)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teman sepeermainan juga
mempengaruhi motivasi belajar anak. Terutama jika teman sepermainannya anak yang nakal.
“Tugas utama di dalam pergaulan dengan manusia yang lain, mereka dapat hidup dengan tenang,
adalah bahwa ia harus memiliki pribadi yang baik (sujanto.dkk,1997,h.157)”. Pribadi yang baik
tidak hanya ditentukan oleh keinginan pribadi sendiri, tetapi pola asuh orangtua, peran
pendidikan dan lingkungan sekitar juga ikut berpengaruh. Pemahaman awal seorang anak
tentang perilaku yang baik dan buruk yang disampaikan oleh orang-orang terdekatnya lah yang
akan ia anggap benar.
Etika dalam bergaul perlu dikembangkan ke arah yang lebih baik. Pergaulan yang dilakoni
oleh lebih dari dua orang perlu mendapat perhatian yang lebih, terutama bagi para remaja.
Pembentukan
kepribadian
yang
baik
perlu
dimiliki
oleh
setiap
remaja.
9
Di dalam buku Tantangan Membina Kepribadian, dilampirkan bagan berupa langkah-langkah
yang membantu perkembangan kepribadian, seperti :
Memahami dan suka
kepada agama, dan tidak
berusaha membuat
kesalahan besar
Ramah-tamah, setia,
sopan santun
Rohani
Makanan bergisi, cukup
tidur, rekreasi di luar
rumah
Jasmani
Sosial
Langkah-langkah
emosional
Mengontrol emosi,
berterimakasih
terhadap orangtua
dan guru
Intelektual
Belajar dengan
tekun, merencanakan
pelajaran, mengenal
duni sekitar
(caraka,2002.h.44)
Langkah-langkah tersebut harus dilakukan dengan bimbingan orangtua maupun guru.
Remaja atau anak masih berpikir abstrak tentang hal diatas. Mengapa? Pada saat remaja, anak
masih berada di bawah pengawasan orangtua. Rasa aman dan nyaman ketika berada di dekat
orangtua membuat mereka tidak ingin menjadi mandiri. Ketika mereka bergaul dengan teman-
10
teman, maka sangatlah tidak mungkin orangtua dapat mengontrol secara penuh. Ada dua
kemungkinan dari setiap keputusan yang di ambil oleh seorang remaja. Kemungkinan pertama
berasal dari pengaruh orangtua yang selalu dekat dan memberikan nasihat serta kepedulian
maupun kasih sayang. Kemungkinan kedua berasal dari lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar
dapat berupa guru atau teman sebaya. Guru maupun teman sebaya berpengaruh terhadap setiap
keputusan remaja jika tidak ada atau hanya sedikit saja peran orangtua dalam perkembangan para
remaja.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan setiap remaja haruslah mengembangkan
kepribadiannya berdasarkan lagkah-langkah di atas. Hal tersebut sangat berguna bagi dirinya dan
bagi teman-temannya. Jikalau setiap remaja melaksanakan langkah-langkah tersebut maka dapat
dipastikan bahwa motivasi setiap remaja akan bertumbuh. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan
remaja berpaut pada perkataan teman sebayanya. Rasa ingin diterima yang besarlah yang
membuat remaja begitu dekat dengan teman-temannya. Perkataan teman-temannya bisa jadi
adalah juru kemudi kehidupannya. Dimanakah peran orangtgua dan guru? Orangtua dan guru
juga memainkan peran yang sangat penting. Namun jika orangtua dan guru tidak memainkan
peran dengan sebaik mungkin, maka peran tersebut akan dimainkan oleh teman sebayanya.
Salah satu dampak buruk dari peran orangtua dan guru yang dimainkan oleh teman sebaya
seperti contoh kasus para remaja yang terjaring razia karena bolos saat jam belajar.
Sebanyak 11 siswa yang terdiri dari 9 pelajar SMA dan 2 pelajar SD terjaring tim gabungan, dinas
pendidikan, Satpol PP dan Polres Melawi, saat razia ke sejumlah warnet dan game play station di kawasan
Nanga Pinoh Melawi, Kamis (25/9/2014). Kepala Dinas Pendidikan Melawi, Paulus mengungkapkan, razia
yang dilaksanakan tersebut merupakan langkah prefentif, untuk menekan kenakalan remaja, terutama bagi
mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Paulus mengatakan, razia ini juga sebagai syok terapi untuk
siswa yang sering bolos sekolah saat jam belajar. Dengan harapan kedepan mereka bisa memperbaiki sikap
dan
tidak
mengulangi
tindakannya
lagi.
11
"Terhadap siswa yang terkena razia tidak akan kita berikan sanksi, kita hanya akan panggil kepala sekolah
atau gurunya, supaya mereka bisa memberi pembinaan kepada anak didiknya, dengan harapan mereka bisa
berubah menjadi lebih baik," katanya. Satu di antara siswa yang terjaring razia mengatakan, dia sengaja
bolos sekolah untuk bermain game di warnet. Siswa lainnya juga mengatakan hal serupa. Dia memang
sudah merencanakan tidak masuk sekolah dan main ke warnet. Kedua orang tuanya berada di Kalteng,
sementara dia tinggal di rumah kos. (anshori,2014)
Berdasarkan kasus tersebut, para remaja bolos karena mereka lebih tertarik untuk bermain games
daripada belajar di kelas. Selain itu juga karena ajakan teman-teman. Kurangnya pengawasan
sekolah, cara mengajar guru maupun teman sebaya juga ikut mempengaruhi perkembangan
moral setiap anak. Bagaimana mungkin seorang remaja terkhususnya akan memiliki moral yang
baik, jika belajar saja ia tidak mau. Bagaimana mungkin remaja mau belajar jika motivasi untuk
belajar saja tidak ia miliki.
12
BAB IV
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dari bab satu sampai bab tiga, dapat disimpulkan bahwa etika pergaulan
mempengaruhi motivasi belajar anak-anak terkhususnya para remaja. Tatkala etika pergaulan
tersebut bukanlah salah satu faktor penentu timbulnya motivsi belajar remaja, namun etika
merupakan salah satu faktor timbulnya motivasi belajar remaja. Pengawasan dan didikan
orangtua merupakan hal penting dalam membangun etika pergaulan anak. Lingkungan memang
jahat tetapi remaja harus mempunyai pola pikir yang kokoh yang ditanamkan oleh orangtuanya.
hal tersebut supaya remaja tidak mudah goyah akan pola pikir teman sebayanya yang berbeda.
Lingkungan ikut mempengaruhi pola pikir, sikap maupun motivasi remaja jika kurangnya
pengawasan orangtua.
13
REFERENSI
Buku
Abineno.(2003).Sekitar Etika dan Soal-Soal Etis.Jakarta: BPK Gunung Mulia
Bertens,K.(1994).Etika.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Caraka,Loka.(2002).Pedoman untuk Mengenal dan Membina diri: Tantangan Membina
Kepribadian.Jakara: Yayasan Cipta Loka Caraka
Djamarah,Syaiful.(2002).Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta
Handoko,Martin.(1992).Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku.Yogyakarta: Kanisius
Soekahar,Herman.(1987).Bagaimana Memotivasi Jemaat Melayani.Malang: Gandum
Mas
Sujanto,A.,Lubis,H.& Hadi,T (1997).Psikologi Kepribadian.Jakarta: Bumi Aksara
Suparno,Paul.(2007).Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Yogyakarta: Kanisius
Suseno,dkk.(1993).Etika Sosial: Buku Panduan Mahasiswa PB I- PB VI.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Wibowo,Eddy.(2005).Mengajar di Peguruan Tinggi: Etika dan Moral dalam
Pembelajaran
Sumber Online
Anshori.A.(20014).Sebelas Siswa Bolos Saat Belajar Terjaring Razia.Diakses
April,15.2015 dari http://www.tribunnews.com/regional/2014/09/25/sebelas-siswa-bolos-saatjam-belajar-terjaring-razia
2
Pengaruh Etika Pergaulan terhadap Motivasi Belajar Remaja
OLEH :
1. ELIZABETH STYVANI MAIRUHU (00000004580)
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – TEACHERS COLLEGE
UNIVSERITAS PELITA HARAPAN
2014
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
1.3
Tujuan..........................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................4
2.1
Defenisi Motivasi........................................................................................................................4
2.2
Jenis Motivasi..............................................................................................................................6
2.3
Fungsi Motivasi dalam belajar.....................................................................................................6
2.4
Etika Pergaulan............................................................................................................................7
2.5
Manfaat Etika dalam pergaulan...................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................13
SIMPULAN..............................................................................................................................................13
REFERENSI................................................................................................................................................ii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buku adalah jendela dunia. Kalimat tersebut merupakan kalimat kiasan yang bertujuan
untuk menumbuhkan minat dan motivasi orang yang membacanya. Sangatlah banyak
pengetahuan yang diperoleh dari
buku-buku yang ada sekarang ini. Kebiasaan membaca
haruslah ditanamkan sejak masih anak-anak. Anak-anak haruslah diberikan stimulus untuk
mengembangkan kemampuan membaca serta pemahamannya terhadap apa yang dibaca sampai
mereka tumbuh remaja dan dewasa. Hal tersebut dilakukan agar membaca menjadi kebiasaan
dan kesukaan bagi mereka. Namun hal tersebut tidaklah akan tercapai jika tidak ada minat
maupun motivasi dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Minat dapat diartikan sebagai
kemauan karena adanya motivasi. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang berasal dari
dalam maupun luar diri seseorang yang menjadi alasan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut pengertian lain, “motivasi adalah perilaku yang dibuat guna memenuhi kebutuhan
tertentu yang dirasakan” (soekahar,1987,h.47). Minat dan motivasi sangatlah dibutuhkan dan
sangatlah penting bagi para remaja dalam menempuh jenjang pendidikan mereka. Mengapa
demikian? Pada masa kanak-kanak, ketergantungan seluruhnya berpusat pada orangtua dan guru.
Beranjak ke remaja, ketergantungan tersebut semakin memudar. Masa remaja tidaklah sama
dengan masa kanak-kanak. Masa remaja bukanlah masa dimana 100% dorongan untuk
melakukan segala sesuatu berasal dari orangtua maupun guru. Namun dorongan tersebut bisa
1
muncul dari teman sepergaulan, maupun berasarkan pertimbangan pribadi. Sosok teman-teman
disekitar juga mempengaruhi pola pikir para remaja. Seorang remaja akan sangat dekat dengan
teman-temannya daripada dengan orangtuanya jikalau ia merasa tidak mendapatkan apa yang ia
inginkan dari orangtuanya. Banyak orangtua yang terlalu sibuk akan pekerjaannya sehingga
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan finansial anak dan mengesampingkan kebutuhan
jiwa sang anak. Kebutuhan jiwa yang dimaksud
seperti kasih sayang, perhatian maupun
pengertian dari orangtua yang sangatlah dibutuhkan oleh anak-anak. Jikalau mereka tidak
menerimanya maka ketika beranjak remaja, mereka mulai mencari teman sepergaulan yang dapat
membuat mereka merasa nyaman dan mendapatkan kasih sayang, perhatian dan pengertian
tersebut. Dalam 1 Korintus 15:33 dikatakan “Janganlah kamu sesat! Pergaulan yang buruk
merusak kebiasaan yang baik”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan siapa kita bergaul
menentukan dan mencerminkan diri kita kedepannya. Para remaja yang saling memotivasi satu
dengan yang lainnya untuk giat belajar dan melakukan hal-hal positif sangatlah baik bagi diri
mereka sendiri. Manfaat dari teman sepergaulan yang saling memotivasi untuk terus belajar akan
membuat remaja-remaja tersebut menjadi terbiasa untuk belajar dan menjadi pribadi yang mau
belajar. Jikalau pada awalnya para remaja tersebut mengalami kesulitan dalam pembelajaran
secara personal maka secara group akan membantu mereka dalam memecahkan setiap kesulitan
dalam pembelajaran.
Faktanya jelaslah berbeda dengan apa yang diharapkan. Remaja sekarang ini tidaklah terlalu
tertarik untuk membaca buku. Games, media sosial dan lain sebagainya yang menjadi
penghalang bagi mereka. Selain itu pergaulan dengan teman sekitar pastinya ikut mempegaruhi.
Kutu buku merupakan ejekan bagi setiap orang yang gemar membaca buku. Perasaan ingin
diterima yang sangat besarlah yang membuat remaja tak mau ditolak oleh teman sepergaulannya,
2
dan membuat ia mulai menuruti kemauan teman-temannya yang tidak suka atau tidak
mempunyai minat maupun motivasi untuk belajar. Untuk itulah etika pergaulan perlu
diperhatikan setiap remaja. Didikan orangtua juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan para
remaja. Secara tidak langsung, setiap dari kita ikut mempengaruhi kepribadian seseorang.
Pergaulan yang baik mendatangkan manfaat yang baik bagi teman sepergaulannya juga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah etika pergaulan mempengaruhi motivasi belajar para siswa?
2. Bagaimana penerapan etika pergaulan dalam mempengaruhi motivasi belajar para siswa?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan ada tidaknya peningkatan motivasi belajar berdasarkan etika pergaulan.
2. Menjelaskan langkah-langkah penerapan untuk meningkatkan motivasi belajar
berdasarkan pengaruh etika pergaulan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Motivasi
Perkembangan Kognitif remaja berada pada tahap operasional formal menurut tahapan
kognitif Piaget. Pola pikir para remaja jelas berbeda dengan kanak-kanak. “Pikirannya sudah
dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami, tetapi juga
dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena dapat berpikir secara hipotesis”
(suparno,2007,h.88 ). Manusia adalah ciptaan yang mempunyai rasa tanggung jawab karena
itulah kewajiban manusia. Untuk dapat melakukan tanggung jawab tersebut maka diperlukan
adanya motivasi dari setiap pribadi. “Motivasi (motivation) sebenarnya berasal dari kata dasar
bahasa inggris motion, yang berasal dari kata latin movere, yang berarti bergerak”
(soekahar,1987,h.46).
Pada buku Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku terdapat teori tentang motivasi, di antaranya:
1. Teori kognitif
Menurut teori ini, tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi,
melainkan oleh rasio.
2. Teori Hedonitis
Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu disadari ataupun tidak
disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam, pada dasarnya
mempunyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan
menghindari hal-hal yang menyakitkan.
3. Teori insting
4
Menurut teori ini, setiap orang telah membawa “kekuatan biologis” sejak lahirnya.
Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu.
4. Teori Psikoanalitis
Freud mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar,
yaitu: insting kehidupan dan insing kematian.
5. Teori Keseimbangan
Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku
manusia
terjadi
karena
adanya
ketidakseimbangan di dalam diri manusia.
6. Teori Dorongan
Teori ini memberikan tekanan hal yang mendorong terjadinya tingkah laku.
(handoko,1992,h.10-18). Teori-teori tersebut menjelaskan tentang penyebab terjadinya tingkah
laku manusia. Tingkah laku tersebut merupakan respon dari motivasi yang diberikan oleh orang
lain atau yang muncul dari dalam diri. “Motivasi adalah kekuatan dari dalam yang mendorong
manusia pada prestasi yang lebih besar” (soekahar,1987,h.47). Bukan hanya kekuatan dari dalam
melainkan kekuatan dari luar pun mempengaruhi motivasi seseorang. Kekuatan dari luar tersebut
dapat berupa tekanan sosial, ajakan yang menarik dari orang sekitar dan lain sebagainya.
Berdasarkan berbagai teori mengenai motivasi, maka motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan dari dalam maupun luar setiap manusia untuk melakukan hal-hal tertentu. Dorongan
tersebut yang memunculkan pertimbangan-pertimbangan dalam diri manusia untuk menentukan
sikap.
2.2 Jenis Motivasi
5
Paul Meyer dari “Success Motivation institute” di Amerika Serikat megklasifikasikan motivasi
dalam tiga jenis :
1. Motivasi Ketakutan
Motivasi ini berhubungan dengan ketakutan terhadap akibat yang ditanggung jika tidak
melaksanakannya.
2. Motivasi Insentif
Motivasi ini berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh jika ia mau melakukan suatu
hal.
3. Motivasi Sikap
Motivasi sikap sama dengan motivasi diri. Tujuan maupun target yang ditetapkan oleh
diri sendiri lebih penting daripada pengaruh pemikiran orang lain. (soekahar,1987,h.54)
“Motivasi sangat mempengaruhi, bahkan menentukan tingkah laku manusia: belajar,
mengamati, berpikir, berfantasi, mengingat dan lain sebagainya (handoko,1992,h.49)”. Motivasi
dapat dikatakan sebagai faktor penentu dari tingkah laku manusia. Seberapa besar motivasi
menentukan seberapa banyak tanggung jawab yang mau dipikul seseorang.
2.3 Fungsi Motivasi dalam belajar
Buku adalah sahabat anak yang pandai dan musuh bagi anak yang malas. Malas belajar dapat
terjadi karena tidak adanya motivasi. Motivasi dalam belajar diperlukan karena memiliki fungsi,
diantaranya:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
2. Motivasi sebagai pengerak perbuatan
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
(djamarah,2002,h.123)
2.4 Etika Pergaulan
6
“ Istilah etika berasal dari kata Yunani etos yang berarti tempat tinggal (baik dari manusia,
maupun
dari
binatang).
Selain
dari
tempat
tinggal
etos
juga
berarti
kebiasaan
(abineno.2003.h.2)”. Masa remaja sering disebut sebagai masa mencari jati diri. Pada tahap ini,
remaja mulai mencoba-coba hal yang ia ingin ketahui. Teman maupun sahabat sangat
mempengaruhi pola pikirnya. Kebebasan mulai ingin diraihnya untuk mencari kesenangan
pribadi. “Manusia dikatakan bebas mengandung dua pengertian, yaitu ia mampu untuk
menentukan diri sendiri, dan ia tidak dibatasi oleh orang lain atau masyarakat dalam
kemungkinannya untuk menetukan diri itu” (suseno,dkk.1993.h.18). Kebebasan yang dijalani
haruslah yang terkontrol. Pola pikir yang benar haruslah dipunyai setiap remaja agar ia tidak
goyah akan pendiriannya dan dapat mengendalikan setiap keputusan dari kemauannya.
2.5 Manfaat Etika dalam pergaulan
Bumi ini diciptakan teratur karena mencerminkan penciptanya yang adalah teratur. Relasi
yang dibangun oleh sesama kita pun haruslah diatur agar dapat berjalan dengan baik dan
mendatangkan manfaat bagi tiap-tiap orang. Karena itulah diperlukan etika dalam bergaul,
terutama bagi kalangan remaja pelajar. “Etika berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan” (Bertens.1994.h.4). Etika diperlukan agar adanya batasan-batasan
tertentu dalam melakukan sesuatu. Selain itu juga agar adanya aturan dalam melakukan hal yang
melahirkan keteraturan. “Menurut Algernon D. Black, etika adalah ilmu yang mempelajari cara
manusia memperlakukan sesamanya dan apa arti hidup yang baik” (wibowo,2005.h.7). Etika
pasti berhubungan dengan hal yang baik dalam membangun hubungan dengan orang lain. Jadi
orang yang beretika bisa dikatakan sebagai orang yang baik dan memiliki sopan santun.
7
“Etika tidak langsung membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, itu tugas ajaran moral,
melainkan etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
pelbagai moralitas yang membingungkan” (suseno,dkk.1993.h.4). Siswa-siswi remaja perlu
mengetahui dan mengenal etika agar mereka dapat membedakan ajakan atau ajaran mana yang
harus atau tidak mereka ikuti maupun teladani. “Etika sosial mau membuat kita menjadi sadar
akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan bersama menurut semua
dimensinya.” (suseno,dkk.1993.h.8). Memahami dan mau memikul tanggung jawab merupakan
respon kehidupan seseorang. Seorang siswa bertanggung jawab tehadap pergaulaan yang
berdampak pada perkembangan pendidikannya. Etika perlu diterapkan dalam kehidupaan
sosialnya. Terutaman dalam hal relasinya dengan sesama agar sadar akan tanggung jawab yang
dipikul dan terlabih dampak apa yang diperoleh jika tanggung jawab tersebut tidak terselesaikan
dengan baik.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Motivasi belajar dalam diri remaja merupakan hal terpenting untuk mau memahami dan
mempelajari setiap pelajaran di sekolah. Motivasi belajar para remaja dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktornya adalah lingkungan. Faktor eksternal merupakan semua faktor di
lingkungan sekitar yang mendukung aktivitas belajar remaja. Faktor lingkungan ini diantaranya:
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh dan
teman sepermainan (peer group) yang nakal.
(djamarah,2002,h.202)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teman sepeermainan juga
mempengaruhi motivasi belajar anak. Terutama jika teman sepermainannya anak yang nakal.
“Tugas utama di dalam pergaulan dengan manusia yang lain, mereka dapat hidup dengan tenang,
adalah bahwa ia harus memiliki pribadi yang baik (sujanto.dkk,1997,h.157)”. Pribadi yang baik
tidak hanya ditentukan oleh keinginan pribadi sendiri, tetapi pola asuh orangtua, peran
pendidikan dan lingkungan sekitar juga ikut berpengaruh. Pemahaman awal seorang anak
tentang perilaku yang baik dan buruk yang disampaikan oleh orang-orang terdekatnya lah yang
akan ia anggap benar.
Etika dalam bergaul perlu dikembangkan ke arah yang lebih baik. Pergaulan yang dilakoni
oleh lebih dari dua orang perlu mendapat perhatian yang lebih, terutama bagi para remaja.
Pembentukan
kepribadian
yang
baik
perlu
dimiliki
oleh
setiap
remaja.
9
Di dalam buku Tantangan Membina Kepribadian, dilampirkan bagan berupa langkah-langkah
yang membantu perkembangan kepribadian, seperti :
Memahami dan suka
kepada agama, dan tidak
berusaha membuat
kesalahan besar
Ramah-tamah, setia,
sopan santun
Rohani
Makanan bergisi, cukup
tidur, rekreasi di luar
rumah
Jasmani
Sosial
Langkah-langkah
emosional
Mengontrol emosi,
berterimakasih
terhadap orangtua
dan guru
Intelektual
Belajar dengan
tekun, merencanakan
pelajaran, mengenal
duni sekitar
(caraka,2002.h.44)
Langkah-langkah tersebut harus dilakukan dengan bimbingan orangtua maupun guru.
Remaja atau anak masih berpikir abstrak tentang hal diatas. Mengapa? Pada saat remaja, anak
masih berada di bawah pengawasan orangtua. Rasa aman dan nyaman ketika berada di dekat
orangtua membuat mereka tidak ingin menjadi mandiri. Ketika mereka bergaul dengan teman-
10
teman, maka sangatlah tidak mungkin orangtua dapat mengontrol secara penuh. Ada dua
kemungkinan dari setiap keputusan yang di ambil oleh seorang remaja. Kemungkinan pertama
berasal dari pengaruh orangtua yang selalu dekat dan memberikan nasihat serta kepedulian
maupun kasih sayang. Kemungkinan kedua berasal dari lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar
dapat berupa guru atau teman sebaya. Guru maupun teman sebaya berpengaruh terhadap setiap
keputusan remaja jika tidak ada atau hanya sedikit saja peran orangtua dalam perkembangan para
remaja.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan setiap remaja haruslah mengembangkan
kepribadiannya berdasarkan lagkah-langkah di atas. Hal tersebut sangat berguna bagi dirinya dan
bagi teman-temannya. Jikalau setiap remaja melaksanakan langkah-langkah tersebut maka dapat
dipastikan bahwa motivasi setiap remaja akan bertumbuh. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan
remaja berpaut pada perkataan teman sebayanya. Rasa ingin diterima yang besarlah yang
membuat remaja begitu dekat dengan teman-temannya. Perkataan teman-temannya bisa jadi
adalah juru kemudi kehidupannya. Dimanakah peran orangtgua dan guru? Orangtua dan guru
juga memainkan peran yang sangat penting. Namun jika orangtua dan guru tidak memainkan
peran dengan sebaik mungkin, maka peran tersebut akan dimainkan oleh teman sebayanya.
Salah satu dampak buruk dari peran orangtua dan guru yang dimainkan oleh teman sebaya
seperti contoh kasus para remaja yang terjaring razia karena bolos saat jam belajar.
Sebanyak 11 siswa yang terdiri dari 9 pelajar SMA dan 2 pelajar SD terjaring tim gabungan, dinas
pendidikan, Satpol PP dan Polres Melawi, saat razia ke sejumlah warnet dan game play station di kawasan
Nanga Pinoh Melawi, Kamis (25/9/2014). Kepala Dinas Pendidikan Melawi, Paulus mengungkapkan, razia
yang dilaksanakan tersebut merupakan langkah prefentif, untuk menekan kenakalan remaja, terutama bagi
mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Paulus mengatakan, razia ini juga sebagai syok terapi untuk
siswa yang sering bolos sekolah saat jam belajar. Dengan harapan kedepan mereka bisa memperbaiki sikap
dan
tidak
mengulangi
tindakannya
lagi.
11
"Terhadap siswa yang terkena razia tidak akan kita berikan sanksi, kita hanya akan panggil kepala sekolah
atau gurunya, supaya mereka bisa memberi pembinaan kepada anak didiknya, dengan harapan mereka bisa
berubah menjadi lebih baik," katanya. Satu di antara siswa yang terjaring razia mengatakan, dia sengaja
bolos sekolah untuk bermain game di warnet. Siswa lainnya juga mengatakan hal serupa. Dia memang
sudah merencanakan tidak masuk sekolah dan main ke warnet. Kedua orang tuanya berada di Kalteng,
sementara dia tinggal di rumah kos. (anshori,2014)
Berdasarkan kasus tersebut, para remaja bolos karena mereka lebih tertarik untuk bermain games
daripada belajar di kelas. Selain itu juga karena ajakan teman-teman. Kurangnya pengawasan
sekolah, cara mengajar guru maupun teman sebaya juga ikut mempengaruhi perkembangan
moral setiap anak. Bagaimana mungkin seorang remaja terkhususnya akan memiliki moral yang
baik, jika belajar saja ia tidak mau. Bagaimana mungkin remaja mau belajar jika motivasi untuk
belajar saja tidak ia miliki.
12
BAB IV
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dari bab satu sampai bab tiga, dapat disimpulkan bahwa etika pergaulan
mempengaruhi motivasi belajar anak-anak terkhususnya para remaja. Tatkala etika pergaulan
tersebut bukanlah salah satu faktor penentu timbulnya motivsi belajar remaja, namun etika
merupakan salah satu faktor timbulnya motivasi belajar remaja. Pengawasan dan didikan
orangtua merupakan hal penting dalam membangun etika pergaulan anak. Lingkungan memang
jahat tetapi remaja harus mempunyai pola pikir yang kokoh yang ditanamkan oleh orangtuanya.
hal tersebut supaya remaja tidak mudah goyah akan pola pikir teman sebayanya yang berbeda.
Lingkungan ikut mempengaruhi pola pikir, sikap maupun motivasi remaja jika kurangnya
pengawasan orangtua.
13
REFERENSI
Buku
Abineno.(2003).Sekitar Etika dan Soal-Soal Etis.Jakarta: BPK Gunung Mulia
Bertens,K.(1994).Etika.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Caraka,Loka.(2002).Pedoman untuk Mengenal dan Membina diri: Tantangan Membina
Kepribadian.Jakara: Yayasan Cipta Loka Caraka
Djamarah,Syaiful.(2002).Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta
Handoko,Martin.(1992).Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku.Yogyakarta: Kanisius
Soekahar,Herman.(1987).Bagaimana Memotivasi Jemaat Melayani.Malang: Gandum
Mas
Sujanto,A.,Lubis,H.& Hadi,T (1997).Psikologi Kepribadian.Jakarta: Bumi Aksara
Suparno,Paul.(2007).Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Yogyakarta: Kanisius
Suseno,dkk.(1993).Etika Sosial: Buku Panduan Mahasiswa PB I- PB VI.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Wibowo,Eddy.(2005).Mengajar di Peguruan Tinggi: Etika dan Moral dalam
Pembelajaran
Sumber Online
Anshori.A.(20014).Sebelas Siswa Bolos Saat Belajar Terjaring Razia.Diakses
April,15.2015 dari http://www.tribunnews.com/regional/2014/09/25/sebelas-siswa-bolos-saatjam-belajar-terjaring-razia
2