Kajian Gerakan Masyarakat Sipil Indonesi

Kajian Gerakan Masyarakat Sipil di Media, Periode Januari-April 2015

Belajar dari Perlawanan Reklamasi Teluk Benoa

Oleh:
Misan dan Firdaus Cahyadi
Yayasan SatuDunia

Page |1

I.

Tentang Dokumen ini
Salah satu mandat SatuDunia adalah memperkuat gerakan masyarakat sipil

melalui informasi, komunikasi dan teknologi. Terkait dengan mandat tersebut itulah
SatuDunia mencoba membuat kajian mengenai gerakan masyarakat sipil di media
massa pada periode Januari-April 2015.
Kajian ini adalah dokumen kajian perdana yang dikeluarkan oleh SatuDunia.
Dokumen kajian ini dibuat untuk mengisi kekosongan kajian terkait gerakan masyarakat
sipil di Indonesia.

Kajian ini dilakukan dengan memotret gerakan masyarakat sipil yang terekam di
media online. Setelah itu hasilnya dikaji dan dikombinasikan dengan informasi dari
berbagai sumber.
Tentu dokumen kajian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, SatuDunia
sangat berharap kritik dan masukannya untuk terus menyempurnakan dokumen kajian
ini pada periode kedepannya.

Hormat kami

Firdaus Cahyadi
Direktur Eksekutif Yayasan SatuDunia

Page |2

II.

Teluk Benoa
Teluk Benoa Bali adalah salah satu wilayah pesisir yang indah di Pulau Dewata.
Namun, wilayah pesisir itu kini terancam krisis ekologi. Adalah Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) menjelang akhir masa jabatannya menerbitkan

Peraturan Presiden (Perpers) Nomor 51/2014 tentang rencana tata ruang
kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita). Salah
satu poin terpenting dari aturan tersebut adalah mengubah peruntukan Perairan
Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi zona budi daya yang
dapat direklamasi maksimal seluas 700 Hektare.

Perpres itulah yang menjadi payung hukum bagi pemilik modal untuk melakukan
reklamasi di Teluk Benoa. Sebelumnya, upaya pemilik modal untuk mereklamasi
Teluk Benoa itu terbentur aturan Perpres No.45/2011 karena kawasan Teluk
Benoa termasuk dalam areal konservasi perairan.

Padahal menurut pakar geomorfologi dari Universitas Udayana, R. Suryanto,
seperti ditulis oleh portal balipost.co.id pada 2013 silam, reklamasi Teluk Benoa
akan mengubah sirkulasi air di kawasan itu. Berubahnya sirkulasi air di sekitar
Teluk Benoa juga akan berpengaruh pada terganggunya perkembangan hutan
bakau (mangrove) dan kehidupan biota laut di sekitarnya. Perpres SBY yang
menjadi payung hukum bagi reklamasi Teluk Benoa itu pun mendapat
perlawanan dari aktivis lingkungan hidup di negeri ini.

Bagaimana gerakan perlawanan masyarakat sipil terhadap reklamasi Teluk Benoa

yang tertangkap oleh media? Bagaimana masyarakat sipil bisa belajar dari
gerakan perlawanan itu?

III.

Pola yang Terus Berulang dalam Meredam Perlawanan Masyarakat
Meskipun banyak mendapatkan perlawanan masyarakat pihak investor
nampaknya menggunakan pola yang sama dalam meredam perlawanan itu.
SatuDunia mencoba melihat pola tersebut dari analisis wancan yang ada di
media online.

Page |3

Media yang dijadikan sebagai bahan analisis adalah pemberitaan di media dalam
periode waktu 30 Agustus 2014 - 09 April 2015. Sumber media yang dianalisis:
Mongabay, Liputan6.com, Tribunnews, Sindonews, tempo.co, Okezone.com,
Kompas.com.

Berikut gambaran skematik dari analisis media tersebut.


Keterangan Gambar:
⃝ Menggambarkan pihak yang memproduksi wacana
Menggambarkan wacana yang diproduksi
Garis Merah menunjukkan ketidaksetujuan salah satu pihak dengan wacana dari pihak lain
Garis Hijau menunjukkan kesetujuan salah satu pihak dengan wacana dari pihak lain.

Paling tidak ada tiga wacana menarik yang bisa diungkapkan dalam skematik
pertarungan wacana dalam gerakan perlawanan masyarakat sipil terhadap
reklamasi Teluk Benoa di Bali.

Page |4

A. Penghalusan Istilah Reklamasi Teluk Benoa
Pertarungan wacana dalam kasus reklamasi Teluk Benoa cukup menarik. Gerakan
perlawanan masyarakat terhadap proyek, yang dinilai merusak lingkungan hidup
dan hanya menguntungkan segelintir orang-orang kaya itu, sangat masif. Bukan
hanya aktivis yang melakukan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk
Benoa, namun juga dari kalangan artis.

Keterlibatan Group band Supermen is Dead dan juga musisi Iwan Fals dalam

menolak proyek reklamasi Teluk Benoa ini menjadi ͚penambah darah͛ gerakan
perlawanan masyarakat sipil di Teluk Benoa. Jika dikelola dengan baik, pelibatan
public figur dalam gerakan perlawanan masyarakat sipil akan menjadi preseden
yang baik kedepannya.

Masifnya perlawanan itu sedikit banyak mulai membawa hasil. Beberapa kepala
daerah, Gubernur NTB1 dan Jawa Timur2, dalam pemberitaan media online,
menolak wilayahnya dijadikan tempat pengerukan pasir untuk proyek reklamasi.

Bahkan dukungan gerakan perlawanan juga datang dari Anggota DPR. Presiden
Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) pun secara
implisit mendukung gerakan masyarakat sipil terhadap proyek reklamasi Teluk
Benoa.

Dalam sebuah media online3, Presiden Jokowi mengatakan bahwa budaya, religi,
serta didukung kelestarian lingkungan harus dinomorsatukan. Menurut Jokowi,
investasi pariwisata juga diperlukan, tapi jangan sampai merusak dan

1


http://www.tribunnews.com/regional/2015/03/17/gubernur-ntb-tolak-pengerukan-tanah-untuk-reklamasiteluk-benoa
2
http://www.tempo.co/read/news/2015/04/12/058657112/Soekarwo-Tolak-Tambang-Pasir-untuk-BenoaWalhi-Ragu
3
http://daerah.sindonews.com/read/896586/27/soal-reklamasi-teluk-benoa-ini-komentar-jokowi1409373121

Page |5

mengganggu budaya serta religi. Hal yang sama juga dilontarkan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di sebuah media online 4.

Tapi pihak yang mendukung proyek reklamasi Teluk Benoa, nampaknya tidak
tinggal diam. Pola lama pun kembali digunakan yaitu, memperhalus istilah
reklamasi dengan revitalisasi. Pola ini juga dilakukan dalam kasus reklamasi Teluk
Jakarta dan berbagai kasus lainnya yang rentan mendapat protes masyarakat.

Box 1
Dalam berbagai kasus yang rentan mendapatkan protes dari
masyarakat, penghalusan istilah seringkali terjadi. Beberapa istilah
yang dihaluskan untuk menghindari protes masyarakat itu antara

lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Reklamasi Pantai
Penculikan
Penggusuran
Utang Luar Negeri
Penjualan aset negara
Korupsi
Kenaikan harga
dsb

Revitalisasi Pantai

 Pengamanan
 Penertiban
 Bantuan Luar Negeri
 Privatisasi/Go Public
 Kesalahan prosedur
 Penyesuaian harga

Istilah reklamasi sudah jatuh di mata masyarakat akibat gerakan perlawanan
masyarakat sipil. Untuk itulah istilah itu perlu dirubah agar maknanya menjadi
positif atau paling tidak menjadi netral.

B. Pelibatan Pakar dari Pergurauan Tinggi
Pada kasus Teluk Benoa ini peran pakar perguruan tinggi nampak jelas
mendukung gagasan revitalisasi, sebuah penghalusan dari istilah reklamasi, Teluk
Benoa. Para pakar itu menggunakan ͚kekuasaan͛ di bidang akademiknya untuk
mengatakan bahwa revitalisasi (sekali lagi, istilah lain dari reklamasi) tidak
merusak lingkungan, bahkan justru menguntungkan bagi pengelolaan Teluk
4

http://www.mongabay.co.id/2015/02/01/menteri-susi-angkat-bicara-soal-banjir-reklamasi-teluk-benoa-dangiant-sea-wall/


Page |6

Benoa secara berkelanjutan. Bahkan sebuah media online5 menuliskan bahwa
asil kajian 7 universitas terkemuka di dalam negeri telah menyatakan Teluk
Benoa layak direvitalisasi.

Dalam kasus lingkungan hidup yang lain, pola pelibatan pakar perguruan tinggi
untuk mendukung perusahaan yang dinilai merusak lingkungan hidup juga
terjadi.

C. Politik Pecah Belah
Salah satu yang menyebabkan Belanda dapat menjajah Indonesia selama ratusan
tahun adalah karena mereka menggunakan politik pecah belah. Menurut
Wikipedia6, politik pecah belah atau politik adu domba adalah kombinasi strategi
politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga
kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok
kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga
berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah
kelompok besar yang lebih kuat.


Politik pecah belah itupun nampaknya masih juga digunakan untuk meredam
perlawanan masyarakat sipil terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa. Dalam
analisis ini menunjukkan bahwa kelompok masyarakat terpecah dalam menyikapi
proyek reklamasi Teluk Benoa. Ada pihak yang menolak dan ada pihak yang
mendukung proyek reklamasi.

Menariknya, hampir semua kelompok masyarakat yang mendukung proyek
reklamasi juga sekaligus mendukung wacana revitalisasi Teluk Benoa. Ini seakan
mengkonfirmasi

bahwa

istilah

revitalisasi

memang

diciptakan


untuk

memperhalus istilah reklamasi Teluk Benoa yang mendapatkan perlawanan
masyarakat luas.

5

http://news.liputan6.com/read/2135242/pendukung-reklamasi-teluk-benoa-minta-warga-bali-tak-percayaiopini-negatif
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_pecah_belah

Page |7

Pola pecah belah ini juga sering terjadi pada kasus-kasus lingkungan hidup.
Dalam kasus Lapindo di Sidoarjo misalnya, pola pecah belah masyarakat itu
nampak

sekali

terlihat.

Akibatnya

masyarakat

menjadi

lemah

dalam

memperjuangkan haknya, atau paling tidak, masyarakat kehilangan fokus sasaran
dan tuntutan. Dalam kasus reklamasi Teluk Benoa ini, nampaknya pola yang
sama kembali diulang.

Perpecahan di kalangan masyarakat ini meskipun sering terjadi dalam setiap
kasus lingkungan hidup, namun cukup merepotkan. Kedepan mungkin gerakan
masyarakat sipil perlu memperkuat pengorganisasian masyarakat dalam gerakan
perlawanan.

IV.

Pekerjaan Rumah Gerakan Perlawanan Masyarakat Sipil
Dari potret gerakan perlawanan masyarakat sipil di media dalam kasus
perlawanan terhadap reklamasi Teluk Benoa tersebut di atas terlihat bahwa
kedepan perlu sebuah terobosan dan cara baru dalam gerakan perlawanan
masyarakat sipil.

Pelibatan public figure untuk mendukung gerakan perlawanan adalah sebuah
cara baru yang muncul dalam gerakan perlawanan reklamasi Teluk Benoa ini.
Dan tentu saja cara ini perlu diapresiasi. Namun perlu cara-cara baru lainnya
untuk melakukan perlawanan terutama terkait dengan politik pecah belah dan
juga pelibatan pakar dari perguruan tinggi untuk meredam gerakan perlawanan
masyarakat.

Cara-cara baru dalam perlawanan gerakan masyarakat sipil ini akan menjadi
pekerjaan rumah (PR) bagi aktivis gerakan masyarakat sipil kedepannya.

Page |8

Dokumen yang terkait

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

PENGARUH DAYA TARIK BERITA METRO XIN WEN TERHADAP INTENSITAS ETNIK TIONGHOA MENONTON METRO XIN WEN Studi pada Masyarakat Etnik Tionghoa di Pecinan Malang

1 28 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93

Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

1 54 171

Aplikasi forecasting untuk memprediksi kepadatan penduduk di Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Timur

9 92 261

Kajian Visualisasi Motif Batik priangan Berdasarkan Estetika Sunda Pada kelom Geulis Sagitria Tasikmalaya

10 104 59

Laporan Kerja Praktek Lapangan Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Di PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Bandung

19 182 68