MAKALAH ANALISIS TATA RUANG Indonesia

MAKALAH ANALISIS TATA RUANG

Perencanaa Pembangunan Tata Ruang
YURSALAM AMIN
G2F1 16 005

PROGRAM STUDI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

Kata Pengantar
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana
telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
beriring salam kami sanjungkan atas nabi besar kita Muhammad
s.a.w.
Rasa hormat juga ingin kami sampaikan kepada dosen
pengampuh mata kuliah analisis tata ruang yang telah

membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Perencanaa Pembangunan Tata Ruang ”.
Adapun makalah yang saya susun ini, saya sangat berharap
kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini agar
bisa menjadi lebih baik.

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana
umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif dengan muatan substansi mencakup rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang
disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan atau
kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.
Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar
penetapan peraturan zonasi.

Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok atau zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata
ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan
peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi
salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula
melalui perizinan pemanfaatan ruang. Perizinan pemanfaatan
ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan
ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai
dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan
diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang

dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai
sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi

pidana denda.
2. RUMUSAN MASALAH
1.
Perencanaan pembangunan tata ruang nasional dan daerah.

BAB II
PEMBAHASAN
1. ISTILAH DAN DEFINISI
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi

lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata
ruang,
pemanfaatan
ruang,
dan
pengendalian
pemanfaatan ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang
meliputi
pengaturan,
pembinaan,
pelaksanaan,
dan
pengawasan penataan ruang.
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan
landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam penataan ruang.


Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian
tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Pengawasan
penataan
ruang
adalah
upaya
agar
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata

ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
2.

AZAS DAN TUJUAN
2.1. Azas
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,
penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Keterpaduan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan
dengan mengitegrasikan berbagai kepentingan yang
bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku
kepentingan.
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, maksudnya
penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan

keserasian antara struktur ruang dan pola ruang,

keselarasan antara kehidupan manusia dan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar
daerah dan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
c. Keberlanjutan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan
dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya
dukung (kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
kehidupan yang berlangsung padanya secara wajar, yang
berimplikasi dengan kerusakan lingkungan hidup) dan daya
tampung (menyangkut kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat dan benda lainnya yang masuk pada badan
lingkungan hidup tersebut, dan berimplikasi dengan
pencemaran lingkungang hidup) lingkungan hidup dengan
memerhatikan kepentingan generasi mendatang.
d. keberdayagunaan
dan
keberhasilgunaan,
maksudnya
penataan ruang diselenggrakan dengan mengoptimalkan

manfaat ruang dan sumber daya (SDA) yang terkandung di
dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
berkulitas.
e. Keterbukaan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan
dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penataan ruang.
f. kebersamaan dan kemitraan, maksudnya penataan ruang
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan.
g. Perlindungan kepentingan umum, maksudnya penataan
ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat.
h. kepastian hukum dan keadilan, maksudnya penataan runag
diselenggarakan
dengan
berlandaskan
hukum
atau
ketentuan peraturan perundang-rundangan dan bahwa

penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan

rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan
kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan
kepastian hukum.
i. Akuntabilitas,
maksudny
penataan
dipertanggungkan
jawabkan,
baik
pembiayaannya, maupun hasilnya.

ruang
dapat
prossnya
,

2.2. Tujuan
Penyelenggaraan

penataan
ruang
bertujuan
untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional, yaitu :
a.
Mewujudkan wilayah nasional yang aman, maksudnya
situasi
masyarakat
dapat
menjalankan
aktivitas
kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman.
b. Mewujudkan wilayah nasional yang nyaman, yakni suatu
keadaan masyarakat dapat mengartikulasikan (berperan
mewujudkan atau mengaktualisasikan sesuatu dalam
kehidupannya secara nyta) nilai sosial budaya dan
fungsinya dalam suasana yang tenang dan damai.

c. Mewujudkan wilayah nasional yang produktif, maksudnya
proses produksi dan distribusi berjalan secara efsien
sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat, sekaligus meningkatkan daya
saing.
d. Mewujudkan
wilayah
nasional
yang
berkelanjutan,
maksudnya kondisi kualitas lingkungan fsik dapat
dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula
antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi
kawasan setelah habisnya SDA tak terbarukan.
3. KLASIFIKASI PENATAAN RUANG

Menurut UU RI NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG
PENATAAN
RUANG
penataan
ruang
diklasifkasikan
berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan,
yaitu :
1.Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:
a.
b.

c.

kondisi fsik wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang rentan terhadap bencana;
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya,
politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan
hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
satu kesatuan; dan
geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

2.Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah
provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
dilakukan secara berjenjang dan komplementer.
3.Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah
yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan.
4.Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5.Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan
undang-undang tersendiri.
4.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN TATA RUANG DAERAH

Dalam PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 8 TAHUN 2008
TENTANG
TAHAPAN,
TATA
CARA
PENYUSUNAN,
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA
PEMBANGUNAN
DAERAH,
disebutkan
perencanaan
pembangunan tata ruang daerah meliputi, yaitu :
A. Prinsip Perencanaan
1.Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu
kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional.
2. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah
daerah
bersama
para
pemangku
kepentingan
berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.
3. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan
rencana tata ruang dengan rencana pembangunan
daerah.
4. Perencanaan
pembangunan
daerah
dilaksanakan
berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masingmasing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah
dan nasional.
B. Tahapan Rencana Pembangunan Daerah
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) :
a. Penyusunan Rancangan Awal :
 Bappeda menyusun rancangan awal RPJPD.
 RPJPD provinsi memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP
Nasional.
 RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP
Nasional dan RPJPD provinsi.
 Dalam menyusun rancangan awal RPJPD bappeda
meminta masukan dari SKPD dan pemangku
kepentingan.
b. Pelaksanaan Musrenbang :

 Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan
awal RPJPD.
 Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan.
 Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan
penyampaian,
pembahasan
dan
penyepakatan
rancangan awal RPJPD.
 Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh kepala
daerah.
c. Perumusan Rancangan Akhir :
 Rancangan akhir RPJPD dirumuskan berdasarkan hasil
Musrenbang.
 Rancangan akhir RPJPD dirumuskan paling lama 1
(satu) tahun sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang
berjalan.
 Rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD dalam
bentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD
paling lama 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya RPJPD
yang sedang berjalan.
d. Penetapan :
 DPRD bersama kepala daerah membahas Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD.
 RPJPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah
berkonsultasi dengan Menteri.
 Gubernur menyampaikan Peraturan Daerah tentang
RPJPD Provinsi paling lama 1 (satu) bulan kepada
Menteri.
 Bupati/walikota menyampaikan Peraturan Daerah
tentang RPJPD Kabupaten/Kota paling lama 1 (satu)
bulan kepada gubernur dengan tembusan kepada
Menteri.
 Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang
RPJPD Provinsi kepada masyarakat.



Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan Daerah
tentang RPJPD Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) :
a. Penyusunan Rancangan Awal :
 Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD.
 RPJMD memuat visi, misi dan program kepala daerah.
 Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan
memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan
strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.
 Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD
sesuai dengan rancangan awal RPJMD.
 Rancangan Renstra-SKPD disampaikan oleh Kepala
SKPD kepada Bapppeda.
 Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD
menjadi rancangan RPJMD dengan menggunakan
rancangan Renstra-SKPD sebagai masukan.
b. Pelaksanaan Musrenbang :
 Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan
RPJMD.
 Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan.
 Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan
penyampaian,
 pembahasan dan penyepakatan rancangan RPJMD.
 Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh kepala
daerah.



c. Perumusan Rancangan Akhir :
Rancangan akhir RPJMD dirumuskan oleh Bappeda
berdasarkan hasil Musrenbang.



















Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJMD dipimpin
oleh Kepala Daerah.
d. Penetapan :
RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah
berkonsultasi dengan Menteri.
Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling
lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah dilantik.
Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi disampaikan
kepada Menteri.
Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten/Kota
disampaikan kepada gubernur dengan tembusan
kepada Menteri.
Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang
RPJMD Provinsi kepada masyarakat.
Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan Daerah
tentang RPJMD Kabupaten/Kota kepada masyarakat.
2.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) :
a.
Penyusunan Rancangan Awal :
Bappeda menyusun rancangan awal RKPD.
RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD.
Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan
rancangan RKPD menggunakan rancangan Renja-SKPD
dengan Kepala SKPD.
Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, program prioritas pembangunan
daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta
prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan dan indikatif, baik yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun
sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
Penetapan program prioritas berorientasi pada
pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian
keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.





















b. Pelaksanaan Musrenbang :
Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi
masyarakat di daerah.
Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap
tahun dalam rangka membahas Rancangan RKPD tahun
berikutnya.
Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan untuk
keterpaduan antar-Rancangan Renja SKPD dan antarRKPD kabupaten/kota dalam dan antarprovinsi.
Musrenbang RKPD kabupaten/kota dilaksanakan untuk
keterpaduan Rancangan Renja antar-SKPD dan antarRencana Pembangunan Kecamatan.
Pelaksanaan Musrenbang RKPD provinsi difasilitasi oleh
Departemen Dalam Negeri.
Pelaksanaan
Musrenbang
RKPD
kabupaten/kota
difasilitasi oleh pemerintah provinsi.
Musrenbang RKPD kabupaten/kota dimulai dari
Musrenbang desa atau sebutan lain/kelurahan, dan
kecamatan atau sebutan lain.
Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan setelah
Musrenbang kabupaten/kota.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
Musrenbang diatur dengan Peraturan Menteri.
Departemen
Dalam
Negeri
menyelenggarakan
pertemuan koordinasi pasca Musrenbang RKPD
provinsi.
Pemerintah Provinsi menyelenggarakan pertemuan
koordinasi pasca Musrenbang RKPD kabupaten/kota.
c. Perumusan Rancangan Akhir :
Hasil Musrenbang RKPD menjadi dasar perumusan
rancangan akhir RKPD oleh Bappeda.
Rancangan akhir RKPD disusun oleh Bappeda
berdasarkan hasil Musrenbang












A.

RKPD,
dilengkapi
dengan
menunjukkan prakiraan maju.

pendanaan

yang

d. Penetapan :
RKPD Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur,
dan RKPD kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan
Bupati/Walikota.
Gubernur menyampaikan Peraturan Gubernur tentang
RKPD Provinsi kepada Menteri.
Bupati/walikota
menyampaikan
Peraturan
Bupati/Walikota tentang RKPD Kabupaten/Kota kepada
gubernur dengan tembusan kepada Menteri.
RKPD dijadikan dasar penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Gubernur
menyebarluaskan
Peraturan
Gubernur
tentang RKPD Provinsi kepada masyarakat.
Bupati/walikota
menyebarluaskan
Peraturan
Bupati/Walikota tentang RKPD
Kabupaten/Kota kepada masyarakat.
TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA
PEMBANGUNAN DAERAH

1. Sumber Data
a. Dokumen rencana pembangunan daerah disusun
dengan menggunakan data dan informasi, serta
rencana tata ruang.
b. Data dan informasi meliputi:
 penyelenggaraan pemerintah daerah;
 organisasi dan tatalaksana pemerintahan daerah;
 kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan
pegawai negeri sipil daerah;
 keuangan daerah;
 potensi sumber daya daerah;






produk hukum daerah;
kependudukan;
informasi dasar kewilayahan; dan
informasi lain terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.

c. Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan data dan
informasi secara optimal, daerah perlu membangun
sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.
d. Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah
merupakan subsistem dari sistem informasi daerah
sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan.
e. Perangkat
dan
peralatan
sistem
informasi
perencanaan pembangunan daerah harus memenuhi
standar yang ditentukan oleh Menteri.
f.

Rencana tata ruang merupakan syarat dan acuan
utama penyusunan dokumen rencana pembangunan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pengolahan Sumber Data :
a. Data dan informasi, serta rencana tata ruang melalui
proses :
 analisis daerah;
 identifkasi kebijakan nasional yang berdampak
pada daerah;
 perumusan masalah pembangunan daerah;
 penyusunan program, kegiatan, alokasi dana
indikatif, dan sumber pendanaan; dan
 penyusunan rancangan kebijakan pembangunan
daerah.

b.Proses pengolahan data dan informasi serta rencana
tata ruang dilakukan melalui koordinasi dengan
pemangku kepentingan.
3. Perumusan Masalah Pembangunan Daerah :
a. Masalah pembangunan daerah dirumuskan dengan
mengutamakan tingkat keterdesakan dan kebutuhan
masyarakat.
b. Rumusan permasalahan disusun secara menyeluruh
mencakup tantangan, ancaman, dan kelemahan, yang
dihadapi dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan daerah.
c. Penyusunan rumusan masalah dengan anggaran
prakiraan maju, pencapaian sasaran kinerja dan arah
kebijakan ke depan.
4. Penyusunan Program, Kegiatan, Alokasi Dana Indikatif
dan Sumber Pendanaan :
a.Program,
kegiatan
dan
pendanaan
disusun
berdasarkan:
 pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka
menengah serta perencanaan dan penganggaran
terpadu;
 kerangka pendanaan dan pagu indikatif;
 program prioritas urusan wajib dan urusan pilihan
yang mengacu pada standar pelayanan minimal
sesuai dengan kondisi nyata daerah dan
kebutuhan masyarakat.
b.Program, kegiatan dan pendanaan disusun untuk tahun
yang direncanakan disertai prakiraan maju sebagai
implikasi kebutuhan dana.
c.Sumber pendanaan pembangunan daerah terdiri atas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber
lain yang sah.

d. Pedoman penyusunan perencanaan dan penganggaran
terpadu.

BAB III
PENUTUP
3.

KESIMPULAN
Ruang

wilayah

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya,
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan
dikelola

secara

kemakmuran

berkelanjutan

rakyat

sesuai

untuk
dengan

sebesar-besar
makna

yang

terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila.
Dalam

Undang-Undang

menyatakan
penataan

bahwa

ruang,

yang

tentang
negara

Penataan

Ruang

menyelenggarakan

pelaksanaan

wewenangnya

dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh
setiap orang.

DAFTAR PUSTAKA

ISWANDI, MARSUKI., 2015. PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN KOTA PESISIR BERWAWASAN
LINGKUNGAN. Kendari : Unhalu Press
ISWANDI, MARSUKI, dkk, 2017.

LANSEKAP POLITIK TATA

RUANG. Kendari : PPW UHO

WAHID, YUNUS., 2014. PENGANTAR
RUANG. Jakarta : Kencana

HUKUM

TATA

SILALAHI, DAUD., 2001. HUKUM LINGKUNGAN (dalam
sistem penegakan hukum lingkungan indonesia).
Bandung : Penerbit Alumni.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA
PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN
RENCANA
PEMBANGUNAN
DAERAH.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26
TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG.