Laporan Praktikum Studi Lapangan Rekayasa Ling

Laporan Praktikum Studi Lapangan

SURVIVAL

NAMA

: YURNITA
NPM
: 1608104010009
KELOMPOK
: 2 (BIVAK)
ASISTEN
: ARIAN DWI PUTRA

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2017


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Survival merupakan kegiatan yang bersifat ekstrim dimana satu orang atau
lebih harus bertahan hidup dialam bebas atau liar dalam kondisi apapun. Teknik
bertahan hidup dialam bebas ini disebut dengan survival. Survival berasal dari
kata survive yang berarti bertahan dialam bebas. Dalam suatu kondisi tertentu,
seseorang dapat pula mengalami keadaan yang genting, resiko dan ancaman
bahaya yang sulit dihindari contohnya saat berhadapan dengan hewan buas dan
mengatasi dehidrasi karna ketidakcukupan air.
Resiko dan ancaman bahaya merupakan bagian dari petualangan alam bebas.
Sebaik apapun persiapan yang dilakukan, dan sehebat apapun skill yang dipunyai
oleh seorang petualang, resiko dan ancaman tak boleh diabaikan begitu saja, dan
harus mendapatkan perhatian khusus untuk langkah-langkah pencegahan dan
penggunaannya. Salah satu pesiapan untuk menghadapi ancaman bahaya yang
dapat membahayakan keselamatan antara lain dengan mempelajari teknik-teknik
survival dan selalu membawa perlatan survival (survival kit) kapan pun kita akan
pergi berpetualang (Wanadri, 2005).
Berdasarkan pernyataan diatas maka sudah sepatutnya sebelum melakukan

survival maka harus dibekali dengan persiapan yang memadai baik itu persiapan
fisik, peralatan survival dan lain sebagainya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Survival ini adalah untuk mempelajari tata cara hidup di
alam liar.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Survival merupakan suatu kondisi yang tidak menentu yang dihadapi oleh seorang
atau sekelompok orang pada suatu daerah yang asing dan terisolir bagi orang atau
kelompok yang sedang mengalaminya. Keadaan tidak menentu (survival) ini bisa
terjadi pada setiap orang yang tengah melakukan perjalanan, petualangan atau
penjelajahan di alam bebas (Adiyuwono, 2002).
Pengetahuan dan teknik survival harusnya dipahami oleh setiap orang, khususnya
para penggiat alam bebas/terbuka, hingga apabila suatu saat ia mengalami kondisi
ini, paling tidak ia telah mempunyai gembaran serta tindakan apa saja yang harus
dilakukannya. Seseorang yang melakukan keguatan ini diharapkan memiliki
ketahanan fisik dan mental yang matang. Berhasil atau tidaknya seseorang atau
sekelompok orang keluar dari kondisi survival ini, tergantung dari kesiapan

mental dan fisiknya (Mapaligi, 2003).
Persiapan dan perencanaan kegiatan dialam bebas harus disesuaikan dengan jenis
dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan persiapan dan perencanaan
yang matang akan mengurangi resiko buruk yang mungkin timbul selama
kegiatan, antara lain iklim/cuaca yang ekstrim, medan yang sulit dilewati atau
sumber air atau sumber air yang kurang. Kondisi-kondisi tersebut harus
diantisipasi sedini mungkin dengan persiapan fisik, mental, keterampilan dan data
informasi. Sebelum melakukan kegiatan di alam bebas harus mempersiapkan dan
merencanakan kegiatan dengan baik terutama informasi jalur, medan dan cuaca,
kesehatan dan kondisi fisik, biaya perjalanan, kelengkapan identitas diri serta
perlengkapan pakaian dan logistik (Addy, S. 2002).
Persiapan yang lain adalah informasi dan pengetahuan tentang daerah yang akan
dikunjungi. Informasi tentang keadaan alam, adat dan kebiasaan serta kebudayaan
masyarakat setempat harus dipelajari dengan baik. Hal ini akan sangat membantu
pergaulan pecinta alam dengan masyarakat setempatdan menghindari terjadinya
salah paham dengan masyarakat. Hal lain yang harus dipersiapkan adalah sarana
transportasi yang akan digunakan. Untuk keperluan ini harus dikumpulkan

informasi sebanyak mungkin transportasi yang ada didaerah tujuan ( Sukmana,
T. )

Selanjutnya

dibuatlah

ROP

(Rencana

Operasi

Perjalanan).

Buatlah

perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju,
berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan,
makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai
daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu
buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum
dan sesudah perjalanan. Untuk merencanakan suatu kegiatan ke alam bebas harus

ada persiapan dan penyusunan secara matang. ada rumusan yang umum
digunakan yaitu 5W 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When
dan How (http://kpadti.blogspot.co.id)
Berikut pedoman 5 W dan 1 H :
1. Who, siapa ysng mengadakan kegiatan, dengan siapa kita pergi, siapa
yang menjadi pemimpin (leader) dan siapa yang paling berpengalaman di
lapangan
2. What, apa jenis kegiatannya, apa tujuannya, apa hambatannya, apa yang
akan dilakukan dan perlengkapan apa yang harus dibawa.
3. Why, mengapa kita harus ikut dan mengapa memilih kegiatan tersebut
4. When, kapan kegiatannya, berapa lama waktunya, siang atau malam dan
pada musim apa kegiatan tesebut dilakukan
5. Where, dimana tempat kegiatannya, dimana tempat mencari pertolongan
terdekat.
6. How, bagaimana mencapai lokasi kegiatan dan bagaimana menghadapi
resioko buruk yang mungkin terjadi ( Yudiawan, 2002 ).
Dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting
untuk diperhatikan yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik
dan mentalnya. Usaha lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
adalah memberitahukan segala rencana kegiatan secara rinci kepada orang lain

termasuk perubahan rencana di tengah jalan dengan menuliskan pada secarik
kertas yang dibungkus plastik dan ditempelkan dipohon atau menyampaikan
kepada pendaki lain (Edwyn, 1987)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakam dalam percobaan ini adalah Android
menggunakan aplikasi Google Maps, kayu kering, mantel hujan.
3.2 Cara Kerja
1. Mengidupkan Api
Dicari ranting kayu atapun kayu yang kering, disusun kayu sebagus
mungkin agar oksigen masuk. Ditaruh daun-daunan kering. Apabila
kayu yang ditemukan dalam keadaan basah, maka dipotong kecil-kecil
kayu basah tersebut. Digesek-gesek serpihan kayu hingga kering.
Disusun kayu kemudian dicari kayu lain yang mudah terbakar. Ditaruh
diatas atau disamping serpihan kayu basah tersebut lalu dibakar.
Apabila ingin menghidupkan api ditanah basah pasca terkena banjir,
digemburin tanah tersebut. Jika tidak memiliki pemantik api,

dimanfaatkan sinar matahari dengan bantuan cermin dan air seni.
Ditampung air seni dalam plastik transparan disinari matahari.
2. Menampung air
Dibuka mantel tersebut, dilentangkan mantel tersebut menghadap
ke atas arah datangnhya air. Dimiringkan mantel sedikit mencondong
kebawah. Ditaruh tempat penampungan air seperti baskom, piring
maupun ember. Dialirkan air dari jas hujan ke dalam wadah yang
disediakan.
3. Mencari tumbuhan yang bisa dimakan
Dibuka aplikasi google maps. Diberikan titik koordinaat tertentu.
Dicari di sepanjang perjalanan tumbuhan yang bisa dimakan.

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Data Hasil Pengamatan
Gambar data hasil pengamatan terlampir dilampiran
NO


Tumbuhan

Nama Latin

Kegunaan
Buah pepaya mengandung
vitamin C. Daunnya bisa

1

Pepaya

Caricca papaya

dimasak

untuk

lauk


makan.

Mengandung

banyak

nutrisi seperti Vitamin C,
kalori,

mineral

dan

lainnya. Buah nya bisa
2

Tumbuhan Cermai

Phillanthus Acidus


digunakan

untuk

mengobati

sembelit,

mengatasi

asma,

meringankan kanker dan
banyak lagi.
Tumbuhan paku

dapat

dimakan sebagai sayuran,
sebagai

3

Tumbuhan Paku

Pteridophyta

obat

untuk

menyembuhkan

luka,

sebagai tanaman hias dan
dapat

juga

digunakan

sebagai bahan penggosok
untuk mencuci bahan dari
gelas.

Buah ini bisa dimakan.
mengandung

potassium,

kalsium,

zat

dan

Kandungan

besi.

potassiumnya

sangat berguna bagi tubuh
4

Rambutan Hutan

Nephelium mutabile

diantaranya

dapat

menguatkan otot, mencegah
stroke, mengontrol tekanan
darah,

menjaga

sistem

syaraf dan lain sebagainya.
4.2 Pembahasan
Survival adalah berusaha mempertahankan hidup di alam bebas dari
hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan. Survival terjadi karena adanya
kondisi darurat yang sulit diprediksi atau diperkirakan seperti disebabkan oleh
alam, kecelakaan, gangguan satwa atau kondisi lainnya. Persiapan dan
perencanaan kegiatan adalah salah satu langkah untuk mengantisipasi kondisi
darurat yang mungkin terjadi di lapangan. Hal ini termasuk peralatan atau
perlengkapan dan pengetahuan dasar mengenai survival. Namun hal yang paling
menentukan adalah faktor diri sendiri.
Dalam melaksanakan kegiatan perjalanan ke lapangan, setiap pecinta alam
dalam hal ini adalah mahasiswa harus sudah mempersiapkan mental dan fisiknya.
Pengetahuan dan kemampuan untuk berpetualang sudah dipegang. Semua
peralatan sudah disiapkan. Selain itu, pecinta alam harus membuat perencanaan
yang matang sebelum keberangkatan. Dengan perencanaan yang matang,
perjalanan akan lebih terarah dan fokus pada satu tujuan yang telah ditetapkan.
Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana, dapat diselesaikan dengan
cara berdiskusi dengan sesama anggota kelompok atau rombongan.
Dalam perjalanan surival sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
diantaranya adalah tersesat. Tersesat merupakan gagalnya planning yang telah
direncanakan atau disiapkan sebelumnya dan tidak sesuai atau melenceng. Untuk
mencegah hal tesebut maka diperlukan pengetahuan dan kesiapan yang benarbenar matang. Perjalanan survival adalah saat untuk mempraktikkan semua ilmu

yang telah dipelajari. Bagaimana cara mendirikan tenda, bagaimana jika
kehabisan bekal makanan dan air minum, bagaimana menentukan arah jika
tersesat, bagaimana mengobati luka, dan sebagainya. Para petualang juga harus
belajar untuk hidup mandiri dan survive dalam setiap keadaan. Sebagai contoh
bagaimana cara menghidupkan api, memanagement air dan mendapatkan sumber
air, mencari sumber cadangan makanan dan sebagainya.
Menghidupkan api dalam dihutan bertujuan untuk mengusir binatang buas
dan fungsi utamanya adalah sebagai penerangan dimalam hari dan untuk
memasak, namun ada sebagian hewan terpancing dengan api yaitu badak. Banyak
cara bisa dilakukan untuk memperoleh api diantaranya adalah dengan menggesekgesek batu, membakar kain bekas, membakar kayu kering, umumnya kayu yang
berukuran kecil hanya bisa bertahan selama 2 jam dalam hutan. Jika tidak
memiliki pemantik api atau korek api maka bisa memanfaatkan sinar matahari,
cermin dan air seni. Air seni dimasukkan kedalam plastik transparan kemudian
disinari matahari. Prinsip kerjanya sama seperti cermin atau kaca pembesar.
Management air dalam survival sangat penting dilakukan. Mengingat
perjalanan yang dilakukan cukup jauh maka perlu teknik-teknik tertentu untuk
menghemat air. Teknik yang bisa dilakukan diantaranya adalah bersepakat dengan
anggota kelompok untuk bisa menghemat air sampai menemukan sumber air.
dilakukan dengan cara minum satu tutup botol untuk satu orang. Pada badan botol
diberikan penanda seperti karet gelang untuk satu orang anggota dengan anggota
lainnya. Sumber air yang bisa ditemukan dalam hutan contohnya adalah lumut.
Lumut dibersihkan lalu diperas dan disaring. Pada malam hari bisa pula dengan
cara menampung air hujan atau air embun.
Tersesat dan kehabisan bahan makanan bisa saja dialami oleh seorang
pendaki. Untuk mencegah kelaparan maka dapat dicari bahan makanan cadang
yang terdapat dalam hutan. Seperti buah-buahan, sayuran, dan tumbuhan lainnya
yang bisa dijadikan makanan. Namun, dituntut kewaspadaan dalam memilih
tumbuhan atau buah-buahan yang ingin dimakan agar terhindar dari keracunan
dan hal fatal lainnya. Ada beberapa ciri-ciri makanan yang bisa dimakan dalam
hutan adalah sebagai berikut :
1. Warnanya tidak mencolok

2. Daun tidak berbulu sehingga tidak menyebabkan gatal
3. Umumnya tidak bergetah putih
4. Baunya tidak menyengat
5. Pada umumnya makanan yang bisa dimakan oleh monyet juga bisa
dimakan oleh manusia
Sedangkan cara untuk mendeteksi tumbuhan tersebut beracun atau
tidak dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Taruh sedikit diatas kulit, jika terasa gatal maka bergetah
2. Kenali terlebih dahulu daun yang ingin dimakan
3. Pada air yang diambil dari akar tanaman getahnya berwarna putih susu
maka dikategorikan beracun

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan

praktikum

yang

telah

dilakukan,

maka

didapatkan

kesimpulan bahwa untuk melakukan perjalanan Survival dibutuhkan persiapan
yang matang, baik berupa fisik, mental, dan materi. Untuk memperoleh hasil yang
baik maka ikutilah segala peraturan yang berlaku agar tidak terjadi hal fatal
selama dihutan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyuwono, N.S. 2002 . Survival, Teknik Bertahan Hidup Dialam Bebas.
Angkasa, Bandung
Addy, S. 2002 . Petunjuk Praktis Mendaki Gunung. Effhar, Semarang
Edwyn, N. 1987 . Mendaki Gunung : Sebuah Tantangan Petualangan. Aya Media
Pustaka, Jakarta
Bandung Pendidikan Dan Latihan Mapaligi. 2003 . Materi Dasar Perencanaan
Perjalanan. Mapaligi, Bandung
Badan Pendidikan Dan Latihan Wanadri.2005. Teknik Dasar Hidup Dialam
Bebas. Lembaga Penerbitan Dan Buletin Wanadri, Bandung
Sukmana, T. Menjadi Pecinta Alam. Raih Asa Sukses, Jakarta
Yudiawan, D. 2002. Panduan Praktis Petualangan Dialam Bebas : Cerdas Dan
Tangkas Menjelajahi Alam Bebas. Puspa Swara, Bandung
http://kpadti.blogspot.co.id/2015/09/materi-manajemen-perjalanan-pecintaalam.html

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ekspedisi merupakan perjalanan yang dilakukan untuk tujuan tertentu
biasanya untuk penelitian dan penjelajahan. Ekspedisi membutuhkan perencanaan
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan alam bebas apapun bentuknya merupakan
kegiatan petualangan yang menantang dan penuh resiko. Para penggiatnya
dituntut untuk harus dapat menguasai medan yang akan ditempuh melalui
penguasaan skill, mental dan fisik yang mantap serta kerja sama tim yang kuat.
Karena kegiatan ini melibatkan orang lain yang tergabung dalam sebuah tim.
Begitu kompleksnya kegiatan ini maka sangat diperlukan pengelolaan yang baik
sebelum penggiat menjalankannya. Pengelolaan ini tidak hanya dilakukan saat di
lapangan saja yang terfokus pada atlit, tetapi juga jauh sebelum kegiatan di
lapangan dimulai. Persiapan dimulai dari pencarian data, penggalian dana sampai
pada persiapan atlit sebelum keberangkatan (Edwyn, 1987)
Manajemen ekspedisi bertujuan yaitu untuk mempermudah dalam mengatur
segala aktifitas yang akan dilakukan agar aktifitas tersebut berjalan dengan lancar
dan terhindar dari resiko atau kesalahan sekecil apapun.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperlajari tata cara hidup dialam
liar.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tas carrier,
tenda, matras, bivak/terpal, logistik, pakaian, senter, plastik 5 kg, label.
3.2 Cara Kerja
1. Tas Carrier
Dibuka tas carrier lalu diberdirikan. Disiapkan matras dengan
dibuka gulungan kemudian dilipat menjadi dua bagian yang sama
panjang. Digulung matras hingga dapat dimasukkan kedalam tas
dengan posisi tegak. Setelah dimasukkan, dilebarkan gulungan matras
hingga terdapat rongga ditengah.
2. Logistik
Dibagi logistik sesuai dengan waktu makan dan disesuaikan
dengan waktu makan itu sendiri. Disiapkan plastik sesuai ukuran jumlah
logistik yang telah dibagi dan dibungkus secara erat dan ketat
3. Pakaian
Dibagi pakaian sesuai dengan waktu pemakaian. Kemudian,
dibungkus dengan plastik hingga erat dan ketat.

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Gambar Data Hasil Pengamatan
Gambar

Keterangan

4.2 Pembahasan
Manajemen ekspedisi merupakan suatu pengelolaan dan penataan suatu
rencana saat seseorang atau sekelompok orang ingin pergi ke suatu tempat. Hal
hal yang berhunungan dengan perjalanan seperti bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam perjalanan perlu disiapkan dan diatur sesuai dengan lamanya rencana
berpergian. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan proses pengambilan barang
yang suatu saat diperlukan saat perjalanan.
Agar

perjalanan

terasa

mudah

maka

perlu

persiapan

sebulum

keberangkatan. Selain mempersiapkan mental dan fisik, persiapan barang-barang
yang ingin dibawa juga harus disiapkan sedemikian rupa jauh hari sebelum
keberangkatan.

Dari

perencanaan

perjalanan

tersebut,

dapat

ditentukan

perlengkapan dan perbekalan yang akan dibawa. Pemilihan perlengkapan dan
perbekalan harus berdsarkan prinsip sebagai berikut :
1. Bawalah perlengkapan yang tepat untuk medan yang akan dihadapi
2. Bawalah perlengkapan sedikit mungkin, tetapi selengkap mungkin dan
memenuhi segala kebutuhan

3. Perlengkapan dibawa serapih dan seringan mungkin
Data perlengkapan yang akan dibawa dapat dipermudah dan dikelompokkan
menjadi