MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH Model pendidikan kader ikatan pelajar muhammadiyah (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014).

MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
(Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014)

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat-syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Agama Islam
Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Disusun Oleh :
Beti Ernawati
NIM: G000100051
NIRM: 10/X/02.2.1/T/5589

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ABSTRAK
MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (Studi
Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014)
Pendidikan kader adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk merevitalisasi kader yang dimilikinya dan diharapkan mampu meneruskan jalan roda organisasi

dalam mencapai suatu tujuan. Pendidikan kader sangatlah penting bagi sebuiah organisasi,
karena dengan adanya pendidikan kader maka sebuah organisasi memiliki aktivis yang
mengembangkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, bagaimana model pendidikan kader
dapat dilihat dari materi dan metode yang diterapkan di IPM SMP Muhammadiyah 8
Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui model pendidikan kader IPM SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah menambah
wawasan keilmuan mengenai perkaderan pada umumnya dan perkaderan Muhammadiyah
pada khususnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pendidikan kader yang ada di
IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta adalah pendikan kader formal dan non-formal.
Pendidikan kader formal di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta yang terlaksana baru pada
jenjang Pengkaderan Formal Utama yaitu Pelatihan Kader Taruna Melati 1. Sedangkan
pendidikan kader non formal yaitu Sekolah Kader (SEKAD).
Materi pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 adalah ke-IPMan,
keIslaman, kemuhammadiyahan, kepemimpinan dan paradigma kritis. Sedangkan dalam
pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) materi yang disampaikan adalah

mengulas materi yang pernah disampaikan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1.
Metode yang digunakan dalam Dalam pendidikan kader formal Pelatihan Taruna
Melati 1 metode yang digunakan yaitu pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi
kelompok, studi kasus, curah pendapat (Brainstorming) dan ice breaker.Sedangkan alam
pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) metode yang digunakan adalah
metode ceramah.
Kata Kunci: Model Pendidikan Kader, Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

pendidikan dan pembinaan kader

PENDAHULUAN

selama ini.2

Latar Belakang Masalah

Muhammadiyah

Muhammadiyah


adalah

aktivis yang berjuang menegakkan

Gerakan Islam dan dakwah amar

Islam

secara

ma’ruf

patah

tumbuh

nahi

mungkar,


memerlukan

beraqidah

berkesinambungan,
hilang

berganti.

Islam dan bersumber pada al-Qur’an

Karena itu, pembinaan kader di

dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja

dalam Muhammadiyah dilaksanakan

untuk terwujudnya masyarakat utama,

antara lain melalui sekolah dan


adil, makmur yang diridhai Allah

perguruan

SWT, untuk melaksanakan fungsi dan

Muhammadiyah.

misi manusia sebagai hamba dan

melalui pembinaan angkatan muda

1

khalifah Allah di muka bumi.

seperti,

Namun berbagai kesempatan,


tinggi

di

lingkungan

Salah

Ikatan

satunya

Pelajar

Muhammadiyah selanjutnya disebut

akhir-akhir ini sering dilansir bahwa

IPM.


perkembangan Muhammadiyah yang

Layaknya sebuah organisasi

amat pesat di bidang organisasi tidak

kondisi perkaderan yang terjadi di

diimbangi oleh jumlah dan mutu

Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP

kader yang dihasilkan. Banyak kader

Muhammadiyah

Muhammadiyah

mengalami pasang surut. Apakah hal


rumah

dan

yang

berganti

meninggalkan

Muhammadiyah

serta

masuk

8

Surakarta


baju

tersebut disebabkan karena model

ke

perkaderannya yang kurang efektif

rumah dan menggunakan baju orang

atau karena adanya faktor lainnya.

lain. Tentu problem ini menunjukkan

Berdasarkan

latar

belakang


adanya indikasi atas kegagagalan

tersebut, maka dilakukan penelitian

Muhammadiyah dalam melakukan

ini dengan judul “Model Pendidikan
Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(Studi

Kasus

di

SMP

Deni al Asy’ari, Selamatkan
Muhammadiyah: Agenda Mendesak Warga
Muhammadiyah (Yogyakarta: Naufan

Pustaka, 2010), hlm. 159.

1

2

Haedar Nashir, Meneguhkan
Ideologi Gerakan Muhammadiyah (Malang:
UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Malang, 2007), hlm. 110.

1

Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

dalam

2014).

mempunyai kemampuan intelektual

menciptakan

kader

yang

yang memadai dan religius.

Rumusan Masalah

LANDASAN TEORI

Bagaimana model pendidikan kader
Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP

Tinjuan Pustaka

Muhammadiyah 8 Surakarta ?

1. Penelitian yang dilakukan oleh

Tujuan Penelitian

Suratman (UMS, 2009)3 , dengan

Berdasarkan permasalahan yang ada,

judul “ Pendidikan Kader Ikatan

maka tujuan penelitian ini adalah

Mahasiswa

untuk :

Muhammadiyah

(Studi Kasus di IMM Komisariat

Mengetahui model pendidikan kader

Muhammad

Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP

Agama

Muhammadiyah 8 Surakarta.

keilmuan

perkaderan

pada

Edi

Menambah

Rukman

(UMS,

2012)4

Muhammadiyah (Studi Empiris di

dan

Pimpinan

Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP

Daerah

Muhammadiyah Kota Surakarta).

Muhammadiyah 8 Surakarta pada

3. Penelitian yang dilakukan oleh

khususnya.

Ma’unah Wahyu Hidayati (UNY,

Manfaat praktis: 1) Bahan masukan
bagi persyarikatan Muhammadiyah

3

Suratman, Pendidikan Kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (Studi Kasus di
IMM Komisariat Muhammad Abduh
Fakultas
Agama
Islam
Universitas
Muhammadiyah Surakarta Periode 20072008),
(Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009).
4
Edi Rukman, Pendidikan Kader
Muhammadiyah (Studi Empiris di Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Kota
Surakarta).(Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2012).

pada umumnya dan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah

Surakarta

dengan judul “Pendidikan Kader

mengenai

umumnya

Universitas

2. Penelitian yang dilakukan oleh

adalah sebagai berikut:

wawasan

Fakultas

Periode 2007-2008”.

Manfaat dari penelitian ini

teoritis:

Islam

Muhammadiyah

Manfaat Penelitian

Manfaat

Abduh

SMP

Muhammadiyah 8 Surakarta pada
khususnya. 2) Bahan pertimbangan
untuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah
SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

2

2001)5

dengan judul “Peran

Muhammadiyah

Dalam

Pengembangan

Masyarakat

Melalui

Pendidikan

Terhadap

Majelis

atau

sasaran

ditetapkan.

yang telah

7

Adapun

yang

dimaksud dengan model di

(Studi

sini

Pendidikan

adalah

model

Dasar dan Menengah Pimpinan

pendidikan kader IPM yang

Daerah

terdapat

Muhammadiyah

Kota

Yogyakarta”.

dalam

perkaderan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh

b. Pendidikan Kader

Siti Sulastri (UNY, 2000)6 dengan

Pendidikan

judul

sistem

“Peran

Mu’allimat

terdiri dari dua kata yaitu

Madrasah

Muhammadiyah

Yogyakarta

Dalam

Pendidikan

dan

kader

pendidikan

dan

Adapun

Bidang

Dakwah”.

kader.

Pendidikan

menurut Undang-Undang

Tinjauan Teoritik

Sistem

1. Penegasan Arti Judul

Nasional (UU sisdiknas)
Nomor 20 Tahun 2003,

a. Model
Model

Pendidikan

pada Pasal 1 ayat (1)

adalah

visualisasi atau kontruksi

disebutkan

konkret dari suatu konsep

pendidikan adalah usaha

yang akan dibangun atau

sadar dan terencana untuk

dikembangkan sesuai tujuan

mewujudkan
belajar

bahwa

dan

suasana
proses

pembelajaran agar anak
Ma’unah Wahyu Hidayati, Peran
Muhammadiyah Dalam Pengembangan
Masyarakat Melalui Pendidikan (Studi
Terhadap Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah
Pimpinan
Daerah
Muhammadiyah
Kota
Yogyakarta),
(Yogyakarta:
Universitas
Negeri
Yogyakarta, 2001).
6
Siti Sulastri, Peran Madrasah
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta
Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah (
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2000).
5

didik

secara

aktif

mengembangkan

potensi

dirinya
kekuatan
7

untuk

memiliki
spiritual

Nana Rukmana , Strategi
Partnening : Model Manajemen Pendidikan
Berbasis Kemitraan (Bandung: Alfabeta,
2006), hlm. 116.

3

Ikatan

keagamaan, pengendalian

Pelajar

kepribadian,

Muhammadiyah (IPM) berdiri

kecerdasan, akhlak mulia,

pada tanggal 18 Juli 1961.

serta

yang

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

dirinya,

lahir bertujuan sebagai usaha:

masyarakat, bangsa dan

“Terbentuknya remaja muslim

Negara.8

yang berakhlak mulia, cakap,

diri,

ketrampilan

diperlukan

Kader adalah anggota inti

percaya

yang menjadi bagian terpilih

berguna

dalam lingkup dan lingkungan

dalam rangka mencapai tujuan

pimpinan serta mendampingi di

Muhammadiyah.”9

sekitar pemimpin. Kader bisa

Ikatan

diri

sendiri

bagi

dan

masyarakat

Pelajar

berarti pula sebagai jantung

Muhammadiyah

suatu organisasi. Jika kader

wadah aktualisasi bagi kader-

dalam sebuah kepemimpinan

kader Muhammadiyah

lemah, maka seluruh kekuatan

berusia

remaja

kepemimpinan

sekolah

dari

juga

akan

merupakan

yang

atau

usia

kader-kader

lemah. Berpijak dari pengertian

Muhammadiyah masuk dalam

pendidikan dan kader di atas

organisasi

dapat

harapan bisa menjadi penerus

diketahui

bahwa

otonom

dengan

gerakan Muhammadiyah.10

pendidikan kader adalah suatu

Adapun Ikatan Pelajar

upaya yang dilakukan oleh
sebuah organisasi untuk me-

Muhammadiyah

revitalisasi

yang

dimaksudkan di sini adalah

diharapkan

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

mampu meneruskan jalan roda

di SMP Muhammadiyah 8

organisasi

Surakarta.

dimilikinya

kader
dan

dalam

mencapai

yang

suatu tujuan.
Mu’arif dkk, Bermuhammadiyah
Secara Kultural ( Yogyakarta: Surya Sarana
Utama Devisi Grafika, 2004), hlm 37-38.
10
Mu’arif dkk, Bermuhammadiyah
Secara Kultural ( Yogyakarta: Surya Sarana
Utama Devisi Grafika, 2004), hlm37-38.
9

c.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah
8

Agus Wibowo, Pendidikan
Karakter Berbasis Sastra (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 3.

4

2.

Model

Pendidikan

terprogram, terpadu, terarah

Kader

dan bertujuan untuk mencapai

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

tujuan perkaderan IPM.13

Model pendidikan kader
IPM terdapat dalam sistem

Perkaderan formal dalam

perkaderan. Sistem perkaderan

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

tersebut

memiliki komponen sebagai

utama

merupakan
dalam

acuan

berikut:

pelaksanaan

1) Pengkaderan Formal Utama,

pendidikan kader pada IPM,
sehingga
tujuan

proses

disebut Pelatihan Kader Taruna

pencapaian

IPM,

Melati (TM), yaitu meliputi:

yaitu

“Terbentuknya remaja muslim

a) Pelatihan

Kader

yang berakhlak mulia, cakap,

Melati I (TM I)

percaya

(1) Materi

berguna

diri

sendiri

bagi

dan

Taruna

al-Islam,

masyarakat

rangka

mencapai

Kemuhammadiyahan, ke-

Muhammadiyah11

dapat

IPM-an, psikologi remaja

terlaksana dengan baik. Dalam

(aspek hati nurani), sosial

sistem

masyarakat, dan muatan

dalam

perkaderan

IPM

lokal.14

pendidikan kader ada yang
bersifat

formal

dan

(2) Metode

non

formal.12

pemanasan, ceramah dan
tanya

a. Pendidikan kader formal
Pendidikan

jawab,

diskusi

kelompok, bermain peran

kader

formal yaitu usaha kaderisasi

(role

yang dilaksanakan oleh IPM

(simulation),

dalam

pleno, studi kasus, curah

bentuk

pendidikan,

play),

simulasi
diskusi

pendapat

pelatihan dan pendampingan
yang diselenggarakan secara
13

Pimpinan Pusat Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.6.
14
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.23.

11

Ibid
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.2.
12

5

ice

kepemimpinan

praktek

17

(brainstorming),
dan

breaker

muatan lokal.

lapangan.15

(2) Metode
pemanasan,

(3) Pelaksanaan
Pelatihan

dan

Kader

tanya

Taruna

ceramah

jawab,

dan

diskusi

Melati I dilaksanakan di

kelompok, bermain peran

daerah Ranting, Desa atau

(role

Kecamatan.

Pemilihan

(simulation), diskusi pleno,

lokasi atau tempat pelatihan

studi kasus (case study),

mempertimbangkan fasilitas

curah

yang memumgkinkan untuk

brainstorming), ice breaker

proses

dan praktek lapangan. 18

latihan.

Pelatihan

play),

simulasi

pendapat

(

(3) Pelaksanaan

berlangsung selama 5 hari
terdiri dari kegiatan :

Pelatihan

(a) Perjalanan datang dan

Melati II dilaksanakan di

Taruna

tingkat Daerah. Pemilihan

pulang.
(b) Pembukaan

lokasi atau tempat pelatihan

dan

mempertimbangkan fasilitas

penutupan.
(c) Belajar dan berlatih.
b) Pelatihan

Kader

Kader

16

yang memungkinkan untuk
proses pelatihan. Pelatihan

Taruna

Melati II (TM II)

berlangsung selama 7 hari

(1) Materi

terdiri dari kegiatan:
(a) Perjalanan datang dan

al-Islam,

pulang.

kemuhammadiyahan, keIPM-an,
efektif,

komunikasi

(b)Pembukaan

sosial

penutupan.

dan

masyarakat,
15

17

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 27-28.
16
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 29.

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 61.
18
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 65-66.

6

(c) Belajar dan berlatih. 19
c) Pelatihan

Kader

Pelatihan Kader Taruna
Melati III dilaksanakan di

Taruna

Melati III (TM III)

tingkat wilayah, yaitu di

(1) Materi

daerah

kabupaten/kota

al-Islam,

atau

kemuhammadiyahan,

Pemilihan

ke-IPM-an, filsafat dan

pelatihan

logika,

mempertimbangkan

ideologi-

ideologi

propinsi.

lokasi/tempat

fasilitas

sosial,

metodologi

ibukota

yang

memungkinkan

analisis

untuk

sosial, praktek sosial

proses pelatihan. Pelatihan

dan muatan lokal.20

berlangsung

minimal 7 hari terdiri dari

(2) Metode
pemanasan,
dan
diskusi

kegiatan:

ceramah

tanya

bermain

selama

(a) Perjalanan

jawab,

(role

(b)Pembukaan

simulasi

penutupan.

peran

(simulation),

dan

(c) Belajar dan berlatih. 22

diskusi

d) Pelatihan

pleno, studi kasus (case

Kader

study), curah pendapat

Melati Utama (TM U)

(brainstorming),

(1) Materi

breaker

dan

dan

pulang.

kelompok,

play),

datang

ice

Taruna

al-Islam,

praktek

lapangan.21
(3) Pelaksanaan

kemuhammadiyahan,

ke-

IPM-an,

dan

logika,
19

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah , Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 67.
20
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 99.
21
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.103-104.

filsafat

ideologi-ideoligi

sosial, metodologi analisis
sosial, praktek sosial dan

22

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.105.

7

muatan lokal (isue actual).

hasil

23

proses

assessment

Kader

(2) Metode

jawab,

Pelatihan

Taruna

Melati

Utama. 25

pemanasan, ceramah dan
tanya

need

2) Pengkaderan

diskusi

Formal

kelompok, bermain peran

Pendukung meliputi:

(role

simulasi

a) Pelatihan Fasilitator dan

diskusi

Pendampingan Tingkat I

play),

(simulation),

pleno, studi kasus, curah

(PFP I)

pendapat

b) Pelatihan Fasilitator dan

(brainstorming),

Pendampingan Tingkat II

ice

breaker , workshop dan

praktek lapangan.

(PFP II)

24

3) Pelatihan Formal Pelengkap

(3) Pelaksanaan

Adalah model pelatihan dan

Pelatihan Kader Taruna

atau

Melati

Utama

diselenggarakan

tingkat

dalam bentuk kursus-kursus

dilaksanakan

di

pendidikan
oleh

yang
IPM

pimpinan wilayah terpilih

singkat

berdasarkan

dari pelatihan kader utama

SK

sebagai

penunjukan dari PP IPM.

dan

Pemilihan

pelatihannya

lokasi

tempat

atau

pelatihan

Jenis

disesuaikan

pelatihan dan need asessment
(output).26

yang

memungkinkan

untuk

proses

Lama

pelatihan.

pendukung.

dengan hasil evaluasi pasca

mempertimbangkan
fasilitas

pelengkap

b. Pendidikan Kader non formal

pelatihan tergantung dari

25

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.151.

23

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.145.
24
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.149-150.

26

Pimpinan Pusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM
(Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.7.

8

Pendidikan kader non formal

menjadi

yaitu segala kegiatan di luar

pembina

perkaderan formal yang diikuti

Muhammadiyah

oleh

Muhammadiyah 8 Surakarta.

simpatisan

dan

atau

anggota yang dapat menunjang

pengurus

Ikatan

dan

Pelajar
di

SMP

Obyek

proses kaderisasi.

Adapun

Aspek-aspek perkaderan

obyek

penelitian

adalah pokok masalah yang menjadi

non formal meliputi:
1) Melalui

anggota,

pendidikan

pertanyaan penelitian, yaitu model

atau

pelatihan.

pendidikan

misalnya: Pelatihan Motivator

Muhammadiyah

Kelompok

Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

Ilmiah

Remaja

2) Melalui aktifitas

Dilihat dari sumber

Metode

datanya,

ini

subyek penelitian, tetapi melalui
dalam

dengan

dokumen.

cara

2. Metode Wawancara

pendekatan deskriptif kualitatif.
Subyek

dan

adalah

tidak langsung ditujukan pada

research (penelitian lapangan).

pendekatan

dokumentasi

teknik pengumpulan data yang

maka penelitian ini termasuk field

Wawancara atau interview adalah

Obyek

sebuah

Penelitian

proses

memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian

Tempat
Penelitian

SMP

1. Metode Dokumentasi

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Tempat,

di

Pelajar

Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN

penelitian

Ikatan

2014.

(PMKIR).

Adapun

kader

dengan cara tanya jawab dengan
ini

mengambil

bertatap

tempat di SMP Muhammadiyah 8

muka

antara

pewawancara dengan responden

Surakarta.

atau orang yang diwawancarai,

Subyek

dengan menggunakan atau tanpa

Adapun yang menjadi subyek
penelitian ini adalah siswa yang

9

data terpilah-pilah. Kedua , data akan

menggunakan pedoman (guide)
wawancara.

27

disajikan

adalah

HASIL

mengamati

PEMBAHASAN

secara

langsung

maupun tidak langsung tentang
yang

mencatatnya

diamati

dan

pada

alat

telah

observasi

penulis

Model
IPM

tentang

di

menganalisis

data

Surakarta

SMP

pendidikan

kader

Muhammadiyah

8

A. Model Pendidikan Kader

lapangan. Adapun langkah-langkah
dalam

8

SMP

Surakarta adalah sebagai berikut:

pengkaderan IPM. Sedangkan khusus
diperoleh

di

teori perkaderan IPM.

adalah teori yang digunakan, dalam

yang

model

non formal. Hal ini dapat dilihat dari

khusus. Umum yang dimaksud disini

data

kader

dan

model pendidikan kader formal dan

untuk mendapat rincian yang bersifat

adalah

melalui

dilakukan dengan dua model, yaitu

yang besifat umum, kemudian diolah

teori

baik

bahwasanya

Muhammadiyah

menggunakan

metode deduktif yaitu perolehan data

adalah

DAN

wawancara

pendidikan

Untuk menganalisis data yang

ini

dilakukan

dokumentasi,

Metode Analisis Data

hal

PENELITIAN

Berdasarkan pada data yang

observasi

terkumpul

narasi.

kesimpulan dari data yang diperoleh.

teknik

pengumpulan data dengan cara

hal-hal

bentuk

Ketiga , akan dilakukan penarikan

3. Metode Observasi
Observasi

dalam

1. Pendidikan Kader Formal

adalah

Di

sebagai berikut: pertama , setelah

dalam

perkaderan

formal ini terdiri dari beberapa

pengumpulan data selesai dilakukan

jenjang pertama : Pengkaderan

maka langkah selanjutnya adalah

Formal

reduksi data, yaitu menggolongkan,

Utama

disebut

Pelatihan Kader Taruna Melati

mengarahkan, membuang yang tidak

(TM) yang meliputi: Pelatihan

perlu dan pengorganisasian sehingga

Kader Taruna Melati 1 (TM I),

27

Burhan Bungin, Metodologi
Penelitian kuantitatif ( Jakarta: Prenada
Media Group, 2011), hlm. 136.

Pelatihan Kader Taruna Melati

10

II (TM II), Pelatihan Kader

penyelenggaraan

Taruna Melati III (TM III) dan

dan pelatihan non formal hanya

Pelatihan Kader Taruna Melati

sebagai

Utama

Kedua :

spesialisasi yang merupakan

Formal

komponen tidak wajib atau

(TM

U).

pengkaderan
Pendukung

yang

tidak

meliputi:

pendidikan

pelengkap

dan

tersruktur

dalam

dan

perkaderan. Pendidikan kader

Pendampingan Tingkat I (PFP

non formal dapat dilaksanakan

I) dan Pelatihan Fasilitator dan

melalui

Pendampingan Tingkat II (PFP

pelatihan dan aktifitas.

Pelatihan

Fasilitator

Pendidikan

II). Ketiga : Pelatihan Formal

Sedangkan

data

Pendidikan

formal

kader

non

di

yaitu Sekolah Kader (SEKAD)

di
kader

sebagai

SMP

pendidikan kader formal.

terlaksana

baru

penunjang

1. Pendidikan Kader Formal

pada

Dalam

jenjang Pengkaderan Formal

sistem

Utama yaitu Pelatihan Kader

perkaderan

Taruna

yang

dipakai

SMK

kemuhammadiyahan,

Melati

dilaksanakan

1
di

dari

B. Materi

Muhammadiyah 8 Surakarta
yang

atau

formal yang telah dilaksanakan

Pelengkap.

lapangan

pendidikan

materi
adalah

psikologi

yang
al-Islam,
ke-

Muhammadiyah 5 Surakarta

IPMan,

Jl. Kerinci 16 Sekip Rt 08/VII

aspek hati nurani, sosiologi

Kadipiro, Banjarsari Surakarta

masyarakat dan muatan lokal.
Dalam

pada tanggal 23-25 Desember

remaja

Pelatihan

jenjang

Kader Taruna Melati 1 ada

pengkaderan yang lain belum

lima materi yaitu, ke-IPMan,

terlaksanakan.

keIslaman,

2013.

Sedangkan

kemuhammadiyahan,

2. Pendidikan Kader Non Formal
Pendidikan
formal

ini

kader

non

kepemimpinan dan paradigma

dalam

kritis. Materi yang disajikan

11

dalam Pelatihan Kader Taruna

(simulation), diskusi pleno,

Melati

besar

studi kasus, curah pendapat

sistem

(brainstorming), ice breaker

I,

mengacu

sebagian
pada

perkaderan IPM, namun juga
mengalami

dan praktek lapangan.

perubahan-

Metode

perubahan meski tidak terlalu

diterapkan dalam

banyak.

sistem

Kader

materi

diantaranya:

Pada

perkaderan

ada

Taruna

yang
Pelatihan
Melati

I

pemanasan,

psikologi remaja aspek hati

ceramah dan tanya jawab,

nurani, sosiologi masyarakat

diskusi kelompok, studi kasus,

dan

curah

muatan

lokal,

dalam

pendapat

Pelatihan Kader Taruna Melati

(Brainstorming)

I materi mengalami perubahan

breaker .

dengan

menyajikan

Metode

materi

kepemimpinan dan paradigma

digunakan

kritis.

Kader

yang

dalam

Taruna

sistem

yang

Pelatihan
Melati

perkaderan

disampaikan dalam Sekolah

namum

Kader

perubahan-perubahan

(SEKAD)

ice

I,

sebagian besar mengacu pada

2. Pendikan Kader Non Formal
Materi

dan

adalah

juga

IPM,

mengalami
meski

mengulas materi yang pernah

tidak terlalu banyak. Pada

disampaikan dalam Pelatihan

sistem perkaderan ada metode

Kader Taruna Melati 1.

bermain peran (role play),
simulasi (simulation), diskusi

C. Metode

pleno dan praktek lapangan.

1. Pendidikan Kader Formal

Dalam

Metode yang dipakai

Pelatihan

Kader

perkaderan

Taruna Melati I metode yang

adalah pemanasan, ceramah

digunakan hanya, pemanasan,

dan

diskusi

ceramah dan tanya jawab,

peran

diskusi kelompok, studi kasus,

dalam

sistem

tanya

kelompok,
(role

jawab,
bermain

play),

curah

simulasi

12

pendapat

(brainstorming)

dan

Dalam

ice

kader

formal Pelatihan Taruna Melati 1

breaker .

materi yang sampaikan ada lima

2. Pendidikan Kader Non Formal

materi

Metode yang digunakan
dalam

Sekolah

(SEKAD)

disampaikan

yaitu,

ke-IPMan,

Kader

keIslaman, kemuhammadiyahan,

untuk

kepemimpinan

dan

paradigma

ktitis.

menyampaikan materi yang
pernah

pendidikan

Sedangkan

dalam

dalam

Pelatihan Kader Taruna Melati

pendidikan

kader

non

formal

1 adalah metode ceramah.

Sekolah Kader (SEKAD) materi

KESIMPULAN DAN SARAN

yang

Kesimpulan

mengulas materi yang pernah

Berdasarkan

hasil

disampaikan

disampaikan

adalah

dalam

Pelatihan

pengumpulan dan analisis data yang

Kader Taruna Melati 1.

telah

3. Metode Pendidikan Kader

diperoleh,

maka

dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai

Dalam pendidikan kader

berikut:

formal Pelatihan Taruna Melati

1. Model Pendidikan Kader.

1 metode yang digunakan yaitu

Pendidikan
diterapkan

kader

adalah

yang

pemanasan, ceramah dan tanya

pendidikan

jawab, diskusi kelompok, studi

kader formal dan non formal.

kasus,

Pendidikan kader formal di

curah

(Brainstorming)

SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

pendapat
dan

ice

breaker.

yang terlaksana baru pada jenjang

Dalam pendidikan kader

Pengkaderan Formal Utama yaitu

non formal Sekolah Kader

Pelatihan Kader Taruna Melati 1.

(SEKAD)

metode

Sedangkan pendidikan kader non

digunakan

adalah

formal

ceramah.

yaitu

Sekolah

Kader

(SEKAD).

yang
metode

Saran

2. Materi Pendidikan Kader

Berpijak dari

kesimpulan di atas,

maka ada beberapa saran yang perlu

13

penulis

sampaikan,

Mahmud. 2011. Metode Penelitian

diantaranya

Pendidikan. Bandung : Pustaka

yaitu:
1. Untuk

IPM

perlu

Setia.

adanya

evaluasi diri kenapa sistem
perkaderan

yang

Mardalis. 2006. Metode Penelitian

terlaksana

Suatu Pendekatan Proposal.

baru pada jenjang perkaderan

Jakarta : Bumi Aksara.

formal utama.
2. Untuk

peneliti

Mu’arif

selanjutnya,

dkk.

2004.

perlu adanya penelitian lebih

Muhammadiyah

lanjut mengenai kenapa sistem

Kultural.

perkaderan

Surya Sarana Utama.

yang

terlaksana

baru pada jenjang perkaderan

Yogyakarta:

Ideologi

PT.

Gerakan

Muhammadiyah.

DAFTAR PUSTAKA

Malang

:

UPT Penerbitan Universitas

Al Asy’ari, Deni. 2010. Selamatkan

Muhammadiyah Malang.

Agenda

Mendesak
Muhammadiyah.

Secara

Nashir, Haedar. 2007. Meneguhkan

formal utama.

Muhammadiyah.:

Ber-

Patilima,

Warga

Hamid.

2005.

Metode

Penelitian Kualitatif. Bandung

Yogyakarta:

: Alfabeta.

Naufan Putaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Putra, Nusa. 2011. Research &

Penelitian: Suatu Pendekatan

Development: Penelitian dan

Praktik. Jakarta: PT Rineka

Pengembangan

Cipta

Pengantar . Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Bunging, Burhan. 2010. Metodologi

Pimpinan Pusat IRM. 2004. Sistem

Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Perkaderan IRM . Yogyakarta:

Pranada Media Group.
Hikmat.

2011.

Suatu

LaPSI.
Manajemen

Rukmana,

Pendidikan. Bandung: Pustaka

Nana.

2006.

Strategi

Partnening: Model Manajemen

Setia.
14

Pendidikan

Berbasis

Kemitraan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian
Pendidikan: Jenis, Metode dan
Prosedur .

Jakarta:

Prenada

Media Group.
Sukaca,

Agus.

2010.

Mengembangkan

Misi

Muhammadiyah: Mewujudkan
Masyarakat

Islam

Yang

sebenar-Benarnya . Yogyakarta

: Suara Muhammadiyah.
Suryosubroto.

2004.

Manajemen

Pendidikan di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta.
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan
Karakter

Berbasis

Sastra .

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

15

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN KADER IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (Studi Kasus di IMM Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2007-2008)

0 8 16

MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR Model pendidikan kader ikatan pelajar muhammadiyah (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014).

0 2 14

PENDIDIKAN KADER MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA Pendidikan Kader Muhammadiyah Dalam Meningkatkan Karakter Mahasiswa (Studi Kasus di Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah KH. Mas Mansyur Universitas Muhammadiyah Surakarta P

0 1 15

PENDIDIKAN KADER MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA Pendidikan Kader Muhammadiyah Dalam Meningkatkan Karakter Mahasiswa (Studi Kasus di Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah KH. Mas Mansyur Universitas Muhammadiyah Surakarta P

0 0 16

PENDIDIKAN KADER IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (Studi Kasus di IMM Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2007-2008).

0 3 15

PENDIDIKAN KADER MUHAMMADIYAH (Studi Empiris di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta Pendidikan Kader Muhammadiyah (Studi Empiris di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta Periode 2005-2010).

0 0 14

PEDOMAN RANTING IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

0 2 108

PEDOMAN ADMINISTRASI KEUANGAN IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

0 0 28

PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

0 1 132

STUDI TENTANG IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN AJARAN ISLAM BAGI

0 0 89