Hubungan Social Support dan Work-Family Conflict pada Ibu yang Bekerja Sebagai Unit Manajer Asuransi di PT "X" Bandung.

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian dengan judul “Hubungan Social Support dan Work-Family Conflict pada Unit Manajer Asuransi di PT ‘X’ Bandung” ini bertujuan untuk melihat hubungan antara social support dan work-family conflict. Rancangan penelitian yang digunakan menggunakan metode korelasional. Responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kedua variabel tersebut dikembangkan oleh Caplan, Cob, French, Harisson & Pinneau (1975) dan alat ukur asli yang dibuat oleh Dawn S. Carlson, K, Michele Kacmar, dan Larry J. Williams (2000). Kedua alat ukur tersebut diadaptasi oleh Indah Soca, M. Psi, Psikolog.. Berdasarkan uji validitas dari kedua alat ukur tersebut dengan menggunakan prosedur penelitian construct validity diperoleh 34 item valid dengan validitas berkisar antara 0,362 -0,874 dan realiblitas untuk kedua variabel 0,830 dan 0,880 dengan menggunakan formula Alpha Cronbach.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan yang erat antara social support dan work-family conflict, yang berarti jika social support tinggi tidak dapat mengurangi work-family conflict. Nilai korelasi antara dua variabel tersebut adalah -0,337. Untuk mempertajam hubungan antara social support dan work-family conflict peneliti tertarik untuk melihat keterkaitan antara dimensi dari kedua variabel yang diteliti yaitu hubungan antara work support dan work interference to family juga hubungan antara family support dan family interference to work. Hasil dari penelitian mengenai hubungan antara work support dan work interference to family adalah tidak adanya hubungan yang erat antara kedua variabel tersebut, dengan nilai korelasi sebesar 0,025. Namun, antara family support dan family interference to work terdapat hubungan negatif yang cukup erat, dengan nilai korelasi sebesar -0,538.


(2)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research entitled "Social Relationships Support and Work-Family Conflict in Unit Manager Insurance PT 'X' Bandung" is geared the relationship between social support and work-family conflict. The research designed using correlation method. The number of respondents are 30 persons.

The measurement instrument utilized in this research developed by Caplan, Cob, French, Harrison & Pinneau (1975) and the original measurement tool created by Dawn S. Carlson, K, Michele Kacmar, and Larry J. Williams (2000). Both the instruments adapted by Mrs. Indah Soca, M. Psi, Psychologist. According to test the validity of both the instruments by using the formula construct validity obtained 34 valid items with a validity ranging between 0.362 -0.874, the number reability for both variables are 0.830 and 0.880 by using Cronbach Alpha formula.

Based on the research results, there is no close relationship between social support and work-family conflict, which means that if a high social support can not reduce work-family conflict. The numbers of the correlation between these two variables is -0.337. To sharpen the relationship between social support and work-family conflict researcher interested to see the relationship between the dimensions of the two variables studied is the relationship between work support and work to family interference is also a relationship between family support and family to work interference. Results of research on the relationship between work support and work to family interference is the absence of a close relationship between these two variables, the correlation number is 0.025. However, between family support and family to work interference are quite close negative correlation, with the correlation numbers is -0.538.


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR BAGAN...xii

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Identifikasi Masalah...10

1.3Maksud dan Tujuan...10

1.3.1 Maksud Penelitian...10

1.3.2 Tujuan Penelitian...11


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

1.4.1 Kegunaan Teoritis...11

1.4.2 Kegunaan Praktis...11

1.5Kerangka Pemikiran...12

1.6Asumsi...21

1.7Hipotesis Penelitian...21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Social Support………...22

2.1.1 Pengertian Social Support...22

2.1.2 Isi Social Support………...22

2.1.3 Sumber Social Support...23

2.1.3.1 Sumber yang berhubungan dengan pekerjaan...23

2.1.3.2 Sumber yang berhubungan dengan non-pekerjaan...24

2.2 Work-Family Conflict...25

2.2.1 Pengertian Work-Family Conflict...25

2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi WFC...27


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

2.1.2.2 Tuntutan (demand)...28

2.2.3 Faktor Individual dalam work-family conflict...30

2.2.4 Arah work-family conflict...31

2.2.5 Bentuk/tipe work-family conflict...33

2.2.6 Dimensi work-family conflict...38

2.2.7 Konsekuensi yang ditimbulkan dari work-family conflict...38

2.3 Tahap perkembangan...41

2.4 Unit Manajer...41

2.4.1 Definisi unit manajer...41

2.4.2 Job description unit manajer...42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...43

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...44

3.2.1 Variabel Penelitian...44


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.2.2.1 Definisi Social Support...45

3.2.2.2 Definisi Work-Family Conflict...45

3.3 Alat Ukur...47

3.3.1 Alat Ukur Social Support...47

3.3.2 Alat Ukur Work-Family Conflict...49

3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang...51

3.3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...52

3.3.4.1 Validitas Alat Ukur...52

3.3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur...53

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...54

3.4.1 Populasi Sasaran...54

3.4.2 Karakteristik Sampel...54

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel...54

3.5 Teknis Analisis Data...54


(7)

x Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden...57

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...57

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan...58

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jam Kerja...58

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak...59

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil...59

4.1.6 Gambaran Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Pengasuh...59

4.2 Hasil Penelitian...60

4.2.1 Gambaran Umum Social Support...60

4.2.2 Gambaran Work Support...61

4.2.3 Gambaran Family Support...61

4.2.4 Gambaran Work-Family Conflict...62

4.2.5 Gambaran Work Interference to Family…...62

4.2.6 Gambaran Family Interference to Work...63


(8)

xi Universitas Kristen Maranatha

4.2.8 Hubungan Work Support dan Work Interference to Family...66

4.2.9 Hubungan Family Support dan Family Interference to Work...68

4.3 Pembahasan...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...75

5.2 Saran...76

5.2.1 Saran Teoritis...76

5.2.2 Saran Praktis...76

DAFTAR PUSTAKA...77

DAFTAR RUJUKAN...78


(9)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...20


(10)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Social Support...47

Tabel 3.2 Tabel Skor Item...48

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Alat Ukur Work-Family Conflict...49

Tabel 3.4 Tabel Skor Item………...50

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...57

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan...58

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jam Kerja...58

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak...58

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil...59

Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pengasuh...59

Tabel 4.7 Tabel Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi...60

Tabel 4.8 Gambaran Umum Social Support...60

Tabel 4.9 Gambaran Umum Work Support...61


(11)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.11 Gambaran Umum Work-Family Conflict...62

Tabel 4.12 Gambaran Umum Work Interference to Family...62

Tabel 4.13 Gambaran Umum Family Interference to Work...63

Tabel 4.14 Hubungan Social Support dan Work-Family Conflict...64

Tabel 4.15 Uji Hipotesis Social Support dan Work-Family Conflict...65

Tabel 4.16 Hubungan Work Support dan Work Interference to Family...66

Tabel 4.17 Uji Hipotesis Work Support dan Work Interference to Family...68

Tabel 4.18 Hubungan Family Support dan Family Interference to Work...69


(12)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Profil Perusahaan, Visi dan Misi, Nilai PT “X” Bandung

LAMPIRAN 2 : Kata Pengantar, Letter Of Consent, Data Penunjang, Kuesioner

LAMPIRAN 3 : Data Mentah

LAMPIRAN 4 : Rekap Uji Validitas dan Realibilitas

LAMPIRAN 5 : Cross Tabulation


(13)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia kerja merupakan dunia yang dinamis. Perubahan terus terjadi untuk kemajuan perusahaan. Hal yang berkembang saat ini adalah peningkatan jumlah pekerja wanita. Dahulu tugas wanita hanya mengurus anak, suami dan rumah tangga, maka saat ini peran tersebut sudah bergeser. Telah banyak wanita yang bekerja di perusahaan maupun organisasi.

Wanita yang bekerja di perusahaan tak luput dari permasalahan di rumah maupun di kantor. Fenomena ini memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dikemukakan oleh Lim (1997) mengungkapkan wanita yang memprioritaskan bekerja untuk keluarga akan meningkatkan kepercayaan diri, kompetensi, dan rasa kebanggaan pada perannya sebagai pekerja. Sedangkan dampak negatifnya adalah wanita yang bekerja memiliki waktu yang terbatas untuk mengurus rumah tangga karena harus bekerja. Saat ini dapat terlihat fenomena dimana wanita tidak lagi dianggap sebagai peran yang semata-mata tergantung pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi.

Kebutuhan yang tinggi tersebut membuat para wanita menjadi pekerja keras untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Data dari The


(14)

2

Universitas Kristen Maranatha Institute of Science and Technology Journal’s menunjukkan bahwa wanita di Indonesia telah bekerja saat berusia 22 tahun (belum menikah). Namun, hanya sebagian kecil dari mereka yang tetap bekerja setelah memiliki anak. Situasi keluarga dimana ibu bekerja menurut data dari International of Population Science, di Indonesia terdapat lebih dari 40% wanita menjalankan fungsi ganda yaitu membesarkan anak sambil bekerja (dalam Siregar. M, 2007)

Konteks kesetaraan peran dalam pekerjaan bagi wanita dan pria kini tengah diperdebatkan terkait dengan strain role wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karir (Lerner,1994). Pekerjaan ibu secara tradisional adalah untuk menetap di rumah dan mengurus anak, namun menurut Lerner anggapan itu tidak selamanya benar. Peran tradisional ibu sudah mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, namun masyarakat belum banyak mengerti mengenai perubahan ini.

Lerner (1994) mengungkapkan, peran tradisional yang mengharuskan ibu hanya mengurus urusan rumah tangga sudah tidak relevan dengan kenyataan saat ini. Pada kehidupan modern, pasangan yang menikah membagi tugas rumah tangga mereka sama. Meskipun tugas rumah tangga dikerjakan bersama-sama, tetap saja tuntutan dari keluarga dan pekerjaan membuat ibu yang bekerja menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.

Konflik peran tersebut dikenal dengan istilah work-family conflict yaitu suatu tipe konflik antara peran dimana tuntutan-tuntutan (demands) peran yang berasal satu domain (kerja atau keluarga) tidak kompatibel dengan tuntutan peran dari


(15)

3

Universitas Kristen Maranatha domain lainnya (keluarga atau kerja) (Greenhaus and Beutell, 1985, Kahn, Wolfe, Wuinn, Snoek & Rosenthal, 1964, dalam Hammer & Thompson). Work-Family Conflict (WFC) dapat muncul dalam dua arah, yaitu Family Interference to work (FIW) dan Work Interference to Family (WIF). Family interference to work (FIW) merupakan konflik yang bersumber dari pemenuhan atas peran keluarga dan mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap pemenuhan atas pekerjaan. Work interference to family (WIF) merupakan konflik yang bersumber dari pemenuhan pekerjaan mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap pemenuhan peran keluarga.

Pada dasarnya work-family conflict dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Meski demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa intensitas terjadi work-family conflict pada wanita lebih besar dibandingkan pria (Apperson et al, 2002). Keterlibatan dan komitmen waktu seorang ibu pada keluarga yang didasari tanggung jawab mereka terhadap tugas rumah tangga, termasuk mengurus suami dan anak membuat para ibu yang bekerja lebih sering mengalami konflik (Simon, 1995, dalam Apperson et al, 2002). Tingkat konflik ini lebih parah pada ibu yang bekerja secara formal karena mereka umumnya terikat dengan aturan organisasi tentang jam kerja, penugasan atau target penyelesaian pekerjaan. Studi oleh Apperson et al (2002) menemukan bahwa karakteristik pekerjaan yang sifatnya lebih formal dan manajerial seperti jam kerja yang relatif panjang dan pekerjaan yang berlimpah lebih cenderung memunculkan work-family conflict pada ibu yang bekerja.


(16)

4

Universitas Kristen Maranatha Untuk mengurangi derajat konflik ini, intervensi seperti tempat kerja yang ramah dan dukungan keluarga akan meningkatkan sikap kerja dan penurunan work-family conflict. Selain itu social support juga telah diidentifikasi sebagai mekanisme penanggulangan penting yang dapat mengurangi pengaruh-pengaruh negatif dari banyak tekanan (Gore, 1987; Kahn & Byosiere, 1991; Thomas & Ganster, 1995). Social support adalah suatu transaksi interpersonal yang melibatkan affirmation atau bantuan dalam bentuk dukungan instrumen yang diterima individu sebagai anggota jaringan sosial (House & Well, 1987, dalam Russell et al, 1989). Social support terdiri dari dua bentuk yaitu instrumental dan emotional. Instrumental support dicirikan oleh pemberian bantuan aktual, misalnya meminjamkan uang, menjaga anak (waktu orangtuanya pergi), atau membantu dengan sebuah tugas. Sedangkan emotional support ditunjukkan melalui perilaku-perilaku simpatik dan peduli. Terdapat dua sumber social support yaitu dari pekerjaan dan keluarga.

Linda dan Thomas (1995) mengatakan bahwa social support yang bersumber dari perusahaan dapat menurunkan stres kerja yang dihadapi oleh ibu yang memiliki konflik antara pekerjaan dan rumah tangga. Social support diketahui memiliki pengaruh penting terhadap work-family conflict di dalam beberapa studi (Warner dkk., 2007).

Adanya hubungan social support dengan work-family conflict tersebut juga dirasakan oleh ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung. PT “X” merupakan perusahaan asuransi yang memiliki visi dan misi yang kongkrit. Visi


(17)

5

Universitas Kristen Maranatha dari PT “X” adalah untuk menjadi penyedia jasa keuangan yang paling profesional di dunia dengan memberikan solusi yang tepat kepada semua nasabah. Sedangkan misi dari PT “X” adalah untuk menjadi penyelenggara jasa keamanan finansial yang terdepan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Visi dan misi tersebut tentunya dapat tercapai jika didukung oleh kinerja sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia tersebut salah satunya adalah unit manajer.

Unit manajer memiliki job description yaitu melakukan perekrutan, pelatihan, target produksi dan produktivitas, supervisi, motivasi, rapat/pertemuan dan membuat laporan. Perekrutan yang dimaksud adalah unit manajer harus membuat rencana rekrutmen dan perkiraan tingkat kegagalan agen pada setiap akhir tahun untuk diajukan kepada PT “X” Bandung. Kewajiban lain yang harus dilaksanakan oleh unit manajer adalah memberikan pelatihan dengan jadwal khusus minimal satu bulan kepada agen-agen yang telah menyelesaikan ITC (Initial Training Course). Selain memberikan pelatihan, seorang unit manajer juga harus memantau pelaksanaan pelatihan dari seluruh manajer dan agen yang berada di bawah koordinasinya.

Job description lainnya adalah melakukan supervisi dimana unit manajer harus bertanggung jawab, mengawasi, mengelola, mengevaluasi, memberi saran, mengembangkan kemampuan serta melakukan evaluasi terhadap semua aktivitas dan prestasi kerja setiap satu minggu sekali. Kewajiban yang juga harus dipenuhi adalah merencanakan, mengadakan dan melaksanakan rapat secara berkala (mingguan, bulanan, dll) dengan seluruh manajer dan agen untuk membahas


(18)

6

Universitas Kristen Maranatha aktivitas dan atau produktivitas, baik bulan berjalan (month-to-date) maupun tahun berjalan (year to-date).

Job description yang terakhir adalah membuat dan menyerahkan laporan harian produktivitas dan laporan bulanan evaluasi kerja serta laporan-laporan lain (bila ada) kepada koordinator lain yang ditunjuk. Laporan lainnya yang harus dibuat adalah laporan perkiraan penjualan (forecast) untuk produksi dan sumber daya manusia untuk waktu tiga bulan mendatang kepada koordinator yang ditunjuk oleh PT “X” Bandung.

Untuk dapat melaksanakan job description tersebut bukanlah hal yang mudah terutama bagi seorang ibu karena mereka harus mengorbankan waktunya untuk bekerja dan meninggalkan urusan rumah tangga. Meskipun jam kerja di perusahaan asuransi fleksibel, hal ini bukan berarti ibu memiliki jam kerja yang sedikit karena terkadang ibu harus bekerja di luar jam kerja operasional. Misalanya saja, ibu yang bekerja sebagai unit manajer harus melayani klien yang potensial untuk di prospek di luar jam kerja dan juga harus menerima telepon kapanpun klien menghubungi.

Selain itu, ibu yang bekerja sebagai unit manajer, harus merelakan waktu bersama keluarga misalnya di hari libur dimana ibu harus menemui kliennya di hari libur. Selain dari klien, ibu yang bekerja sebagai unit manajer juga harus menerima telepon dari bawahannya jika suatu saat para bawahannya ingin menanyakan produk yang kurang dipahami ataupun mendampingi bawahannya yang kesulitan ketika menghadapi klien. Beban yang dirasakan ibu yang bekerja


(19)

7

Universitas Kristen Maranatha sebagai unit manajer tidak terlalu berat jika keluarga terutama suami dapat memahami pekerjaannya ataupun membantu pekerjaan rumah tangga jika tidak sempat menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. (FIW)

Setiap minggunya para unit manajer bertugas untuk mengadakan pelatihan maupun rapat khusus, baik dengan agen yang dibawahinya maupun dengan para unit manajer lainnya. Setiap hari pelatihan dan rapat khusus selalu diadakan di PT “X” Bandung dan dalam pelaksanaannya setiap unit manajer memiliki jadwal masing-masing. Rapat maupun pelatihan biasanya diadakan jam sembilan pagi setiap harinya. Untuk unit manajer yang melaksanakan pelatihan maupun pelatihan khusus, biasanya harus datang lebih awal karena harus mempersiapkan jalannya pelatihan.

Pekerjaan yang paling menghabiskan banyak waktu adalah ketika deadline dalam membuat laporan mingguan, bulanan dan tahunan. Laporan mingguan biasanya harus dikumpulkan setiap hari Sabtu dan terkadang para unit manajer berada di dalam kantor dari pagi hingga malam hari. Apabila seluruh unit manajer sudah selesai menyelesaikan pekerjaannya dan terdapat unit manajer lain yang belum selesai, mereka akan saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (work support). Dengan demikian, mereka merasa beban pekerjaan menjadi ringan sehingga tidak membawa beban pekerjaan tersebut ke rumah. Dengan adanya dukungan yang besar ini membuat beban ibu menjadi ringan dan beban di kantor tidak terbawa ke rumah (WIF)


(20)

8

Universitas Kristen Maranatha Pekerjaan yang harus dijalani setiap hari oleh manajer tersebut membuat beberapa manajer harus menghadapi tekanan dari keluarga. Tekanan tersebut membuat manajer merasa bingung untuk mengurus keluarga atau pekerjaan terlebih dahulu. Kebingungan tersebut menjadi berkurang apabila adanya suami yang turut membantu dalam mengurusi urusan rumah tangga (family support). Menurut wawancara yang dilakukan kepada salah satu unit manajer, dalam satu tahun terdapat seratus agen dan lima unit manager yang mengundurkan diri dari PT “X” Bandung dan 60% diantaranya wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Sebanyak 20% diantaranya mengundurkan diri karena tidak adanya dukungan dari keluarga terutama suami.

Unit manajer juga tidak hanya harus berada di dalam kantor karena merekapun tetap harus melakukan penjualan, dimana penjualan dalam asuransi, tidak selalu dapat dilakukan di kantor. Terkadang para unit manajer harus menghampiri para kliennya agar mau membeli produk asuransinya. Menemui klien juga bukan hal yang mudah karena terkadang mereka juga harus menunggu dengan waktu yang lama untuk mendapatkan closing dari agen. Aktivitas-aktivitas tersebut menghabiskan banyak waktu terutama untuk para unit manajer wanita yang sudah berkeluarga.

Berdasarkan hasil survei terhadap sepuluh orang ibu yang bekerja sebagai unit manajer, terdapat delapan orang (80%) mengatakan bahwa suami dan anggota keluarga lain turut membantu mengurus rumah tangga seperti menyiapkan makanan di pagi hari dan mengantar anak ke sekolah (family support). Dengan


(21)

9

Universitas Kristen Maranatha bantuan dari suami dan keluarga tersebut, sebanyak enam orang (75%) dari mereka tidak merasa terbebani ketika bekerja karena urusan rumah tangga sudah ada yang menangani (WFC). Sebanyak dua orang (25%) merasakan bahwa dengan adanya yang membantu pekerjaan di rumah, tidak mengurangi beban karena tidak merasa puas jika bukan dirinya sendiri yang melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga terkadang sulit berkonsentrasi ketika bekerja karena harus memikirkan urusan rumah tangga.

Dua dari sepuluh (20%) orang ibu yang bekerja sebagai unit manajer mengatakan bahwa suami dan anggota keluarga lain tidak turut membantu mengurus rumah tangga karena suami tidak mengijinkan untuk bekerja (family support). Keduanya merasakan beban yang berat dan seringkali harus merelakan untuk meninggalkan urusan pekerjaan agar urusan rumah tangga terselesaikan.

Sebanyak sepuluh (100%) ibu yang bekerja sebagai unit manajer mengatakan bahwa mereka mendapat support dari atasan maupun rekan di kantor. Support tersebut misalnya membantu menyiapkan meeting jika rekan di kantor datang terlambat karena harus mengurus urusan rumah tangga atau atasan yang memberi ijin tidak masuk saat harus merawat anak atau suami yang sakit (work support). Sebanyak delapan (80%) dari sepuluh orang tersebut mengatakan bahwa beban mereka berkurang karena adanya support dari atasan dan rekan kantor sehingga ketika sedang mengurus urusan rumah tangga tidak terbebani oleh pekerjaan di kantor. Sedangkan dua (20%) lainnya mengatakan bahwa mereka tetap merasa


(22)

10

Universitas Kristen Maranatha terbebani karena ada perasaan tidak nyaman jika pekerjaannya dikerjakan oleh rekannya di kantor.

Dari uraian hasil survey awal yang diperoleh terlihat bahwa masalah yang berkaitan dengan work-family conflict yang dirasakan oleh unit manajer wanita di PT “X” kota Bandung cukup kompleks. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan social support dengan work-family conflict pada unit manajer wanita di PT “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah terdapat hubungan antara social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.


(23)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat apakah kekuatan dan arah hubungan antara social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung memiliki kesamaan dengan penelitian yang pernah dilakukan di negara lain.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi dan Psikologi Keluarga mengenai hubungan work-family conflict yang terjadi pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai work-family conflict.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada atasan yang selanjutnya digunakan untuk memberikan pembinaan kepada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung dengan merujuk pada bagian training pengembangan agen.


(24)

12

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan informasi kepada bagian training di PT “X” Bandung agar

memberikan intervensi atas penanganan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar konflik yang dihadapi ibu dapat terselesaikan dengan cara memberikan dukungan sosial.

3. Memberikan informasi kepada suami dari ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung agar selalu memberikan social support kepada istrinya.

4. Memberikan gambaran kepada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung mengenai hubungan social support dan work-family conflict agar ibu dapat mencari social support ketika mengalami konflik sehingga tidak berkepanjangan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sebagai seorang wanita yang sudah berkeluarga, ibu bekerja mempunyai peran dalam keluarga inti sebagai istri, ibu dan sebagai pengurus rumah tangga (Munandar, 1985). Tugas ini dirasakan sebagai tugas utama bagi ibu bekerja yang telah terikat oleh pernikahan. Adanya ketiga peran tersebut tentunya dibutuhkan untuk menunjang kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Namun kenyatannya, di zaman modern ini ibu dituntut untuk berperan lebih yaitu bekerja agar dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.


(25)

13

Universitas Kristen Maranatha Ibu dengan peran ganda dituntut untuk berhasil dalam dua peran yang bertentangan. Di rumah ibu dituntut untuk bersikap lembut, penuh kasih sayang dan mementingkan keluarga tetapi di kantor ibu harus mampu bersikap mandiri dan dominan. Selain itu, sebagai ibu yang bekerja juga dituntut aktif, berpusat pada pengembangan karir dan mementingkan perusahaan. Tugas tersebut merupakan tanggung jawab ibu dan dapat menjadi beban psikologis bagi ibu yang mengalami peran ganda. Strong dan De Vault (dalam Suryadi, dkk, 2004) mengemukakan pandangan bahwa tugas seorang ibu yang berperan ganda akan menjadi lebih berat. Kesulitan yang dihadapi menjadi lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang hanya mengurus suami dan anak-anak.

Ibu yang bekerja harus dapat mengatur waktu bagi keluarganya, namun di sisi lain ibu juga harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Kondisi demikian dapat menimbulkan terjadinya konflik terutama untuk mereka yang berprofesi sebagai manajer, disamping mereka harus mengurus rumah tangga, mereka juga harus mengurus pekerjaannya sendiri dan memantau pekerjaan bawahannya. Konflik peran ganda yang dialami ibu yang bekerja semakin tinggi apabila tidak adanya support terutama dari keluarga dan lingkungan pekerjaan.

Work-family conflict adalah suatu tipe konflik antara peran dimana tuntutan-tuntutan (demands) peran yang berasal dari satu domain (kerja atau keluarga) tidak kompatibel dengan tuntutan peran dari domain lainnya (keluarga atau kerja) (Greenhaus and Beutell, 1985, Kahn, Wolfe, Wuinn, Snoek & Rosenthal, 1964 dalam Hammer & Thompson). Contohnya adalah seorang ibu yang bekerja dimana ia memiliki dua peran ganda yaitu sebagai manajer di perusahaan dan


(26)

14

Universitas Kristen Maranatha sebagai pengurus keluarga. Tuntutan peran ini akan terasa berat apabila tidak adanya dukungan dari pekerjaan maupun dari keluarga.

Work-family conflict (WFC) dapat muncul dalam dua arah, yaitu family interference to work (FIW) dan work interference to family (WIF). Family interference to work (FIW) merupakan konflik yang bersumber dari pemenuhan atas peran keluarga dan mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap pemenuhan atas pekerjaan. Work interference to family (WIF) merupakan konflik yang bersumber dari pemenuhan pekerjaan mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap pemenuhan peran keluarga. Gangguan terhadap pemenuhan peran tersebut dapat berkurang dengan adanya social support. Social support dari keluarga telah diketahui dapat mengurangi pengalaman tekanan di lingkungan keluarga, seperti tekanan yang berhubungan dengan perkawinan (Bernas & Major, 2000; Phillips-Miller, Campbell & Morrison, 2000).

Keputusan ibu untuk bekerja tentunya harus memilki kesepakatan dengan suami. Dengan adanya kesepakatan tersebut, tentunya suami menerima segala resiko yang mungkin dialami jika istri bekerja yaitu harus ikut mengurus urusan rumah tangga. Adanya pengertian dari suami ini membuat tekanan yang dialami ibu akan berkurang karena suami turut mendukung dan membantu tugas ibu di rumah. Individu-individu yang merasa dirinya memiliki jaringan social support yang kuat, dapat mengurangi perasaan bahwa tuntutan-tuntutan di lingkungan mereka adalah sebagai penekan (Cohen & Wills, 1985).


(27)

15

Universitas Kristen Maranatha Social support telah diidentifikasikan sebagai sumber penting yang dapat mengurangi efek negatif dari sumber stres, dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan (Adams, King & King, 1996, dalam Carlson & Parrewe, 1999). Support yang dimaksud di sini dapat bersumber dari kedua peran yaitu pekerjaan dan keluarga. Sumber support dari pekerjaan dapat berasal dari atasan, rekan kerja atau bawahan. Sedangkan support dari keluarga dapat berasal dari pasangan, anak, anggota keluarga luas (misal: ibu, ayah, mertua, saudara) maupun bukan dari anggota keluarga (misal: pembantu, pengasuh anak, tetangga).

Bentuk support yang diberikan dapat berupa instrumental dan emosional. Instrumental support dicirikan oleh pemberian bantuan aktual. Emosional support dicirikan dengan perilaku-perilaku simpatik dan peduli. Instrumental support yang bersumber dari pekerjaan misalnya dengan adanya kemudahan untuk mendapatkan cuti karena merawat anak atau suami yang sakit, adanya teman yang membantu menyiapkan rapat jika datang terlambat karena harus mengantar anak sekolah. Instrumental support yang bersumber dari keluarga contohnya adalah dengan adanya bantuan dalam hal mengantar anak ke sekolah, mengambilkan rapot anak dan menemani anak belajar.

Emotional support yang bersumber dari pekerjaan contohnya adalah ketika teman rekan kerja mendengarkan keluhan atau kesusahan kita, bersimpati ketika kita mengalami masalah, adanya rekan kerja yang turut bersukacita ketika di kantor mendapatkan prestasi. Emotional support yang bersumber dari keluarga dapat berupa perhatian dari suami ketika lelah bekerja, dan juga sikap simpati anak kepada ibu seperti membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.


(28)

16

Universitas Kristen Maranatha Dukungan yang diterima dapat mengurangi tekanan secara langsung atau berguna sebagai penyangga (Argyle & Henderson, 1985; Buunk & Verhoeven, 1991). Dengan adanya dukungan dari keluarga maupun pekerjaan, tekanan yang dirasakan ibu yang bekerja akan semakin berkurang contohnya saja ketika kelelahan bekerja, beban di kantor akan terasa ringan dengan adanya perhatian dari suami maupun dari rekan-rekan di kantor. Social support juga telah diketahui memiliki pengaruh penting terhadap work-family conflict di dalam beberapa studi (Warner dkk., 2007).

Bukti untuk pengaruh langsung dari social support terhadap tekanan sangat didukung oleh Carlson & Perrewe (1999); Fisher (1985); Schaubroeck, Cotton & Jennings (1989); Sullivan & Bhagat (1992). Salah satunya adalah pengaruh social support terhadap FIW, misalnya ketika ibu terlambat datang ke kantor karena harus menyiapkan sarapan dan harus mengantar anak-anaknya pergi ke sekolah, namun konflik yang dialami oleh ibu akan terasa ringan apabila ada rekan kerja yang membantu menggantikan tugasnya di kantor. Contoh lainnya adalah dukungan dari perusahaan dan keluarga. Ketika ibu datang terlambat ke kantor, rekan kerja atau atasan membantu menyiapkan rapat agar tetap berjalan tepat waktu (instrumental support). Selain itu ibu yang bekerja sebagai manajer juga akan merasa tuntutannya ringan apabila rekan kerja dapat mengerti dirinya dengan ucapan yang memaklumi keterlambatannya sehingga ketegangan yang dialami sedikit berkurang (emotional support).

Berbeda halnya apabila tidak adanya dukungan dari rekan kerja, misalnya ibu yang bekerja sebagi unit manajer merasa harus diburu-buru waktu dan merasakan


(29)

17

Universitas Kristen Maranatha ketegangan ketika mengetahui dirinya terlambat dan belum mempersiapkan untuk kegiatan rapat di pagi hari. Pemenuhan peran atas keluarga juga akan terasa ringan apabila adanya dukungan dari keluarga. Support tersebut berupa bantuan dari suami yang membantu menyiapkan sarapan di pagi hari sehingga ibu dapat berangkat lebih cepat ke kantor untuk menyiapkan rapat dan urusan di rumah diselesaikan oleh suami (instrumental support). Selain itu emotional support dari keluarga juga dapat membantu meringankan pemenuhan tuntutan di rumah. Emotional support tersebut berupa kata-kata yang menyemangati sehingga ibu merasa keluarganya tidak menuntut banyak akan sedikitnya waktu kebersamaannya di rumah.

Pengaruh lainnya adalah social support terhadap WIF. Hal ini ditunjukkan dengan ibu yang memiliki jadwal pekerjaan yang tidak tentu waktunya sehingga terkadang harus pulang larut malam dan tidak sempat menemani anak-anaknya mengerjakan PR di rumah. Pemenuhan tuntutan tersebut akan terasa ringan apabila adanya dukungan dari pekerjaan maupun keluarga. Dukungan dari pekerjaan misalnya perusahaan tidak menetapkan jam kantor yang mengharuskan datang dari pagi hingga sore hari. Ibu berada di kantor apabila memang ada pekerjaan yang harus dikerjakan (instrumental support). Tuntutan tersebut juga akan terasa ringan apabila perusahaan memberikan ijin kepada ibu untuk membawa anaknya ke kantor sehingga ketika ibu tidak banyak pekerjaan dapat menemani anak membuat PR (emotional support).

Secara khusus, Behson (2002) membuktikan bahwa di antara aktivitas-aktivitas organisasi lainnya, persepsi dukungan dari organisasi dapat mengurangi


(30)

18

Universitas Kristen Maranatha gangguan pekerjaan terhadap keluarga (WIF). Sedangkan dukungan dari keluarga misalnya dengan kesibukan pekerjaan sebagai manajer, maka waktu mereka di rumah sedikit sehingga apabila terdapat acara keluarga tidak sepenuhnya dapat menghadiri. Tuntutan tersebut akan terasa ringan apabila suami atau anak-anak dapat menggantikan hadir di acara tersebut sebagai perwakilan sehingga pemenuhan tuntutan yang dirasakan menjadi ringan (intstrumental support).

Greenhaus, Beutell dan Gutek et al (dalam Schabracq, Winnubst & Cooper, 2003) menggambarkan tiga tipe konflik yang berkaitan dengan dilema peran wanita antara di rumah tangga dan pekerjaan, yaitu time-based conflict, strain- based conflict dan behavior based conflict. Time-Based Conflict, yaitu konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya, meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Dalam hal ini, mengatur jadwal merupakan bagian yang sulit karena jika pembagian waktunya tidak seimbang, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam pemenuhan salah satu peran. Apabila ibu yang bekerja lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, maka urusan rumah tangga menjadi terganggu. Sebaliknya, apabila ibu lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, maka pekerjaan di kantor menjadi terbengkalai.

Behavior-based conflict adalah konflik yang muncul ketika pengharapan dari suatu perilaku yang berbeda dengan pengharapan dari perilaku peran lainnya. Ketidaksesuaian perilaku ibu ketika bekerja dan ketika di rumah, yang disebabkan perbedaan aturan perilaku seorang wanita karir biasanya sulit menukar antara


(31)

19

Universitas Kristen Maranatha peran yang dijalani satu dengan lainnya. Peran ibu di rumah sangat diperlukan sedangkan kontribusinya juga dinantikan oleh perusahaan. Apabila ibu terlalu sibuk bekerja di kantor, maka anak-anak akan menuntut perhatian dari ibu. Budaya di Indonesia yang menuntut ibu harus mengurus rumah tangga turut mendukung besarnya tuntutan ibu di rumah. Ibu diharapkan dapat berada di rumah dan mengurus semua keperluan keluarga dari memasak, mencuci dan merawat anak-anak dan suami. Tentunya ibu yang bekerja akan mengalami kebingungan karena tidak bisa memenuhi perilaku yang diharapkan oleh keluarga. Ibu tidak bisa sepenuhnya berada di rumah karena harus bekerja.

Strain-based conflict yaitu mengacu kepada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang dihasilkan oleh salah satu peran membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan perannya yang lain. Sebagai contoh seorang ibu yang sedang mengerjakan pekerjaan kantor yang banyak. Di kantor ia sudah merasa lelah sehingga ia tidak bisa dengan tenang mengurus dan memperhatikan anak dan suaminya. Ketegangan ini bisa menyebabkan stres dan menjadi emosional. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stres yang berat bagi ibu, seperti peraturan pekerjaan yang kaku, atasan perusahaan yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama dan situasi perusahaan yang tidak mendukung. Hal tersebut membuat lelah dan beban psikologis bagi ibu sementara perannya di rumah juga sangat dinantikan. Kelelahan dan beban psikologis ini sering membuat mereka menjadi sensitif dan emosional terutama kepada suami dan anak-anak di rumah. Keadaan tersebut akan semakin sulit jika ditambah lagi dengan tidak adanya


(32)

20

Universitas Kristen Maranatha pengertian atau dukungan dari suami dan anak-anak. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Apabila anak-anak dan suami tidak bisa diajak bekerja sama, maka ketegangan akan semakin meningkat.

Penjelasan di atas dapat digambarkan secara sistematis dalam skema kerangka pikir sebagai berikut :

Skema 1.1 Kerangka Pikir Social Support (Work) - Emotional - Instrumental Work-Family Conflict Family Interference to

Work - Time - Strain - behavior

Work Interference to Family - Time - Strain - Behavior Ibu yang bekerja sebagai Unit Manajer di PT “X” Bandung Social Support (family) - Emotional - Instrumental -Social Support


(33)

21

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

- Ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung akan mengalami work-family conflict

- Social support memiliki hubungan dengan work-family conflict

- Work support yang tinggi dapat mengurangi work interference to family (WIF).

- Family support yang tinggi dapat mengurangi family interference to work (FIW).

1.7. Hipotesis Penelitian

- Terdapat hubungan antara social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.

- Terdapat hubungan antara work support dan work interference to work pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung

- Terdapat hubungan antara family support dan family interference to work pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.


(34)

75 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat hubungan yang erat antara social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung. 2. Tidak terdapat hubungan yang erat antara work support dan work interference

to family pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung. 3. Terdapat hubungan negatif yang cukup erat antara family support dan family

interference to work pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.


(35)

76

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian hubungan antara social support dan work-family conflict perlu memperhatikan karakteristik pekerjaan dari responden yang akan diteliti karena setiap pekerjaan memiliki keunikan tersendiri yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai bentuk social support yang dikaitkan dengan dimensi dari work-family conflict.

3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai pengaruh social support terhadap work-family conflict.

4. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai hubungan work-family conflict dengan variabel lain yang berkaitan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Pihak PT “X” disarankan untuk memberikan seminar atau penyuluhan agar work-family conflict yang dirasakan oleh ibu yang bekerja sebagai unit manajer rendah.

2. Pihak PT “X” disarankan untuk tetap memberikan social support kepada ibu yang bekerja sebagai unit manajer.

3. Pihak ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” disarankan agar memperoleh social support dari keluarga.


(36)

77 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Barling, Julian dan L.Cooper Cary 2000 : Organizational Behavior Volume I – Micro Approaches: Sage Publications

Berg, B. J. 1986. The Crisis of the Working Mother: Resolving the Conflict Between Family and Work.

Julian Barling & E. Kevin Kelloway & Michael R. Frone 2005 ; Handbook of Workstress: Sage Publications

Korabik, Karen, Lero D.S, L.Denise 2008 : Handbook of Work-Family Integration

Manurung, Rosida T. 2003. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Kristen Maranatha.

Rakhmat, J. 2007. Metode Penelitian Komunikasi (Dilengkapi Contoh Analisis Statistik), Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Siegel, Sidney. 1992. Statistika Nonparametik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Thomas, Jay C dan Hersen, M 2002 : Handbook of Mental Health in the Workplace, The Unbalanced Life Work-Family Conflict: Sage Publications


(37)

78 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Aminah 1997. Work Family Conflict and Social Support, A Study of Female Secretaries in Malaysia. Malaysia: Universiti Putra Malaysia

Murtiningrum, Arfina 2005. Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Stress Kerja dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderas (Studi Kasus Pada Guru SMP Negeri 3 di Kabupaten Kendal)

Haris Yunita, Dian 2008. Konflik Peran Ganda Ibu Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Suami.

Siregar, Mauli 2007; Jurnal Harmoni Sosial, September 2007 Volume II No. 1 : keterlibatan ibu bekerja dalam perkembangan pendidikan anak (http://repository.usu.ac.id/)

Dwiputri, Agustine, 2007. Perempuan, Kerja dan Keluarga

(http://female.kompas.com/read/2011/04/03/10300755/Perempuan.Kerja. dan. Keluarga)

Rini, JF, 2002, Wanita Bekerja

(http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/wanita-bekerja).


(1)

pengertian atau dukungan dari suami dan anak-anak. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Apabila anak-anak dan suami tidak bisa diajak bekerja sama, maka ketegangan akan semakin meningkat.

Penjelasan di atas dapat digambarkan secara sistematis dalam skema kerangka pikir sebagai berikut :

Skema 1.1 Kerangka Pikir Social Support (Work) - Emotional - Instrumental Work-Family Conflict Family Interference to

Work - Time - Strain - behavior

Work Interference to Family - Time - Strain - Behavior Ibu yang bekerja sebagai Unit Manajer di PT “X” Bandung Social Support (family) - Emotional - Instrumental -Social Support


(2)

21

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

- Ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung akan mengalami work-family conflict

- Social support memiliki hubungan dengan work-family conflict

- Work support yang tinggi dapat mengurangi work interference to family (WIF).

- Family support yang tinggi dapat mengurangi family interference to work (FIW).

1.7. Hipotesis Penelitian

- Terdapat hubungan antara social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.

- Terdapat hubungan antara work support dan work interference to work pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung

- Terdapat hubungan antara family support dan family interference to work pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat hubungan yang erat antara social support dan work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung. 2. Tidak terdapat hubungan yang erat antara work support dan work interference

to family pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung. 3. Terdapat hubungan negatif yang cukup erat antara family support dan family

interference to work pada ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” Bandung.


(4)

76

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian hubungan antara social support dan work-family conflict perlu memperhatikan karakteristik pekerjaan dari responden yang akan diteliti karena setiap pekerjaan memiliki keunikan tersendiri yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai bentuk social support yang dikaitkan dengan dimensi dari work-family conflict.

3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai pengaruh social support terhadap work-family conflict.

4. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai hubungan work-family conflict dengan variabel lain yang berkaitan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Pihak PT “X” disarankan untuk memberikan seminar atau penyuluhan agar

work-family conflict yang dirasakan oleh ibu yang bekerja sebagai unit manajer rendah.

2. Pihak PT “X” disarankan untuk tetap memberikan social support kepada ibu yang bekerja sebagai unit manajer.

3. Pihak ibu yang bekerja sebagai unit manajer di PT “X” disarankan agar


(5)

Barling, Julian dan L.Cooper Cary 2000 : Organizational Behavior Volume I – Micro Approaches: Sage Publications

Berg, B. J. 1986. The Crisis of the Working Mother: Resolving the Conflict Between Family and Work.

Julian Barling & E. Kevin Kelloway & Michael R. Frone 2005 ; Handbook of Workstress: Sage Publications

Korabik, Karen, Lero D.S, L.Denise 2008 : Handbook of Work-Family Integration

Manurung, Rosida T. 2003. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Kristen Maranatha.

Rakhmat, J. 2007. Metode Penelitian Komunikasi (Dilengkapi Contoh Analisis Statistik), Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Siegel, Sidney. 1992. Statistika Nonparametik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Thomas, Jay C dan Hersen, M 2002 : Handbook of Mental Health in the Workplace, The Unbalanced Life Work-Family Conflict: Sage Publications


(6)

78 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Aminah 1997. Work Family Conflict and Social Support, A Study of Female Secretaries in Malaysia. Malaysia: Universiti Putra Malaysia

Murtiningrum, Arfina 2005. Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Stress Kerja dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderas (Studi Kasus Pada Guru SMP Negeri 3 di Kabupaten Kendal)

Haris Yunita, Dian 2008. Konflik Peran Ganda Ibu Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Suami.

Siregar, Mauli 2007; Jurnal Harmoni Sosial, September 2007 Volume II No. 1 : keterlibatan ibu bekerja dalam perkembangan pendidikan anak (http://repository.usu.ac.id/)

Dwiputri, Agustine, 2007. Perempuan, Kerja dan Keluarga

(http://female.kompas.com/read/2011/04/03/10300755/Perempuan.Kerja. dan. Keluarga)

Rini, JF, 2002, Wanita Bekerja

(http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/wanita-bekerja).