PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P. 2012/2013.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

POKOK LISTRIK DINAMIS KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P 2012/2013

Oleh :

Novalia P Manihuruk NIM. 409121062

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah, karunia dan berkatNya yang memberikan kasih, keselamatan, kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P 2012-2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Alkhafi Maas Siregar, Si, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis sejak pengajuan judul proposal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Nurdin Siregar, M.Si, Bapak Drs. Sehat Simatupang, M.Si dan Bapak Drs.Ratelit Tarigan, M.Pd sebagai penguji yang telah memberikan saran dari seminar proposal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, PhD sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Fisika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Adler Sitindaon sebagai Kepala Sekolah SMAN 2 Sidikalang yang telah memberi ijin penelitian di sekolah yang dipimpin, Ibu Sri Helen Sitanggang, S.Pd dan Ibu Rehna Ukur Tarigan selaku guru fisika di SMAN 2 yang telah membantu penulis ketika melakukan penelitian.

Ucapan terimakasih teristimewa kepada Ayah R.Manihuruk dan Ibu R.br Purba yang selalu memberi dukungan doa, dana dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan. Juga kepada abang tercinta Roy Richardo, adik tersayang Roy Fernando serta Pudan Nona Sony yang menjadi saudara dan teman untuk berbagi kasih dan berbagi cerita.


(4)

(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS KELAS X SEMESTER II

SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P. 2012/2013 NOVALIA P MANIHURUK

(409121062) ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan di SMA N 2 Sidikalang merupakan penelitian quasi eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind mapping terhadap hasil belajar dan minat siswa serta mencari korelasi antara hasil belajar dan minat belajar siswa.

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA N 2 Sidikalang yang terdiri dari 8 kelas dengan pengambilan sampel secara purpossive, kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-5 sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket minat dan tes hasil belajar. Uji hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan nilai pretes pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 37,67, sedangkan perolehan nilai pretes pada kelas control dengan nilai rata-rata 38,50. Setelah dilakukan tindakan maka diperoleh hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 82,17, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 61,83. Pengujian normalitas untuk data pretes kelas eksperimen diperoleh Lhitung=0,0996; kelas kontrol dengan Lhitung=0,1269 dan Ltabel=0,1401, sehingga diketahui Lhitung<Ltabel, maka data kedua kelas terdistribusi normal. Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung=1,628 dan Ftabel=1,705 sehingga Fhitung<Ftabel , maka sampel berasal dari kelompok yang homogen. Data untuk minat siswa diperoleh nilai rata-rata 58,04 sebelum pembelajaran dan nilai rata-rata setelah pembelajaran sebesar 81,58 sehingga diketahui bahwa minat belajar fisika mengalami peningkatan (gain) yang signifikan sebesar 0,561 menunjukkan rata-rata peningkatan sedang. Pada uji korelasi diperoleh rhitung > rtabel yaitu 0,786 > 0,312 berarti Ha diterima yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara minat dan hasil belajar. Hasil uji t diperoleh thitung=-0,33 dan ttabel=1,994, sehingga − < < ( --1,994<-0,33<1,994) maka H0 diterima. Dengan demikian kemampuan awal siswa pada kedua kelas sama. Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata 82,17 dengan Lo=0,1170 dan Ltabel=0,1401 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 61,83 dengan Lo=0,1136 dan Ltabel =0,1401 diperoleh Lo<Ltabel maka data kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung=1,432 dan Ftabel=1,705 sehingga Fhitung<Ftabel , maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Pada uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 8,96 > 1,667 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = 78. Hal ini berarti Ha diterima yaitu ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis .


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat hidup ii

Abstrak iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel v

Daftar Gambar vii

Daftar Lampiran viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 6

1.4 Rumusan Masalah 6

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

1.7 Definisi Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar 9

2.1.2 Pembelajaran Fisika 10

2.1.3 Hasil Belajar 11

2.1.4 Minat 15

2.1.5 Model Pembelajaran Kontekstual 16

2.1.5.1 Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kontekstual 21 2.1.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual 23

2.1.6 Mind Mapping 24

2.1.6.1 Manfaat Mind Map 24

2.1.6.2 Langkah-langkah membuat Mind Map 26

2.1.6.3 Pengaruh Mind Map terhadap Minat Belajar siswa 27 2.1.6.4 Pembelajaran dengan Model Kontekstual berbasis Mind Map 28

2.1.7 Pembelajaran Konvensional 30

2.1.8 Materi Pembelajaran 31

2.1.8.1 Listrik Dinamis 31

2.2 Kerangka Konseptual 43


(7)

BAB III METODE PENELITIAN 45

3.1 Lokasi dan Waktu 45

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 45

3.2.1 Populasi 45

3.2.2 Sampel Penelitian 45

3.3 Variabel Penelitian 45

3.3.1 Variabel Bebas (X) 45

3.3.2 Variabel Terikat (Y) 45

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 46

3.4.1 Jenis Penelitian 46

3.4.2 Desain Penelitian 46

3.5 Prosedur Penelitian 47

3.6 Metode Pengumpulan Data 47

3.7 Instrumen Penelitian 48

3.7.1 Instrumen Tes Hasil Belajar 48

3.7.2 Instrumen Angket 49

3.8 Teknik Analisis Data 49

3.8.1 Uji Normalitas 49

3.8.2 Uji Homogenitas 50

3.8.3 Analisis Minat Belajar Siswa 50

3.8.4 Uji Gain 51

3.8.5 Uji t (t-test) 51

3.8.6 Uji Korelasional 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55

4.1 Hasil Penelitian 55

4.1.1 Data Siswa Kelas Eksperimen 55

4.1.2 Data Siswa Kelas Kontrol 56

4.1.3 Uji Prasyarat Analisis Data 57

4.1.3.1 Uji Normalitas 57

4.1.3.2 Uji Homogenitas 57

4.1.4 Analisis Minat Belajar Siswa 58

4.1.5 Pengujian Hipotesis 58

4.1.5.1 Pengujian Hipotesis untuk Hasil Belajar Siswa 58 4.1.5.2 Pengujian Hipotesis antara Korelasi Minat dan

Hasil Belajar Siswa 60

4.2 Pembahasan 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63

5.1 Kesimpulan 63

5.2 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 65


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan pada Pembelajaran Model Kontekstual dan

Pembalajaran Konvensional 18

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Model Kontekstual 22

Tabel 2.3 Daya Berbagai Peralatan Listrik 42

Tabel 3.1 Desain Penelitian tipe Two Group 46

Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Materi Pokok Listrik Dinamis 48 Tabel 4.1 Data Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen 55 Tabel 4.2 Data Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol 56 Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Uji Normalitas Data 57 Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data Kedua Kelompok Sampel 57 Tabel 4.5 Data Minat Belajar Siswa terhadap Pelajaran Fisika 58 Tabel 4.6 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Pretest 59 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis dengan Uji t 60


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keberhasilan Belajar 10

Gambar 2.2 Contoh Mind Mapping 27

Gambar 2.3 Penghantar dengan Dua Beda Potensial 31

Gambar 2.4 Muatan Listrik Melalui Penampang 32

Gambar 2.5 Multimeter 33

Gambar 2.6 Rangkaian listrik sederhana 33

Gambar 2.7 Memasang Amperemeter secara Seri 34

Gambar 2.8 Pembacaan pada Amperemeter 34

Gambar 2.9 Pemasangan Hambatan Shunt 35

Gambar 2.10 Cara Merangkai Voltmeter 36

Gambar 2.11 Pembacaan Voltmeter 36

Gambar 2.12 Pemasangan Hambatan dengan Voltmeter 36

Gambar 2.13 Bentuk Resistor 37


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 68 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 76

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 83

Lampiran 4 Bahan Ajar 88

Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 95

Lampiran 6 Tes Hasil Belajar 102

Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Angket 106

Lampiran 8 Angket Minat Belajar 107

Lampiran 9 Mind Mapping 108

Lampiran 10 Tabulasi Pretest Kelas Eksperimen 109 Lampiran 11 Tabulasi Postest Kelas Eksperimen 111

Lampiran 12 Tabulasi Pretest Kelas Kontrol 113

Lampiran 13 Tabulasi Postest Kelas Kontrol 115

Lampiran 14 Tabulasi Angket Kelas Eksperimen (Pretest) 117 Lampiran 15 Tabulasi Angket Kelas Eksperimen (Postest) 119 Lampiran 16 Perhitungan Nilai Rat-Rata dan Standar Deviasi 121

Lampiran 17 Perhitungan Normalitas Data 123

Lampiran 18 Perhitungan Homogenitas Data 126

Lampiran 19 Uji Peningkatan (Gain) Minat Belajar Siswa 128 Lampiran 20 Perhitungan Uji Hipotesis Hasil Belajar 129 Lampiran 21 Perhitungan Koefisien Korelasi Minat dan Hasil Belajar 131

Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian 132

Lampiran 23 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 137 Lampiran 24 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 139 Lampiran 25 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 140 Lampiran 26 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 141 Lampiran 27 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “ r ”


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan observasi dengan cara menyebarkan angket dan wawancara kepada siswa dan guru bidang studi fisika yang dilakukan di kelas X SMAN 2 Sidikalang, ada beberapa permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran fisika . Dari observasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa hanya sekitar 7,5% siswa yang suka terhadap mata pelajaran fisika. Para siswa menganggap Fisika adalah mata pelajaran yang sangat sulit, membosankan dan kurang menarik. Apalagi jika penyampaian materi oleh guru kurang menarik perhatian siswa dan metode mengajar guru yang tidak bervariasi dalam proses belajar mengajar, hal tersebut akan membuat mereka merasa bosan dengan pelajaran fisika.

Hal ini menyebabkan kurangnya minat siswa dalam pelajaran fisika dan mengakibatkan hasil belajar mata pelajaran fisika yang diperoleh siswa rendah. Perhitungan yang membutuhkan ketelitian dalam pengerjaannya, rumus yang sangat banyak dan materi pelajaran yang harus dikuasai konsepnya membuat siswa tidak berminat terhadap mata pelajaran Fisika sehingga menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal. Mereka juga menganggap bahwa sebagian materi dalam pelajaran fisika itu bersifat abstrak sehingga mereka tidak mampu melihat aplikasinya pada kehidupan sehari-hari. Kendala lain bagi siswa pada saat belajar dan mengerjakan soal fisika adalah menafsirkan konsep dari materi pelajaran fisika yang bersifat abstrak tadi dan memahami maksud dari kalimat soal. Guru juga selalu menyajikan materi fisika dalam bentuk rumus-rumus dan perhitungan yang sulit. Kondisi ini menyebabkan siswa merasa bosan dan sulit untuk mengembangkan minat terhadap pelajaran fisika.

Diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi fisika Ibu Sri Helen Sitanggang, S. Pd, kendala yang paling sering guru hadapi selama proses pembelajaran berlangsung adalah kurangnya minat dan perhatian siswa sehingga pada kenyataannya hanya sekitar 35-40% siswa yang


(12)

lulus KKM. Dalam kesehariannya, mereka memberi respon yang kurang baik terhadap mata pelajaran fisika. Selain itu partisipasi siswa dalam proses pembelajaran fisika kurang dilaksanakan, sedangkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sangat penting. Hanya siswa yang memiliki minat khusus yang dapat menguasai fisika dengan baik. Padahal untuk tingkat SMA, fisika menjadi salah satu pelajaran yang diujikan di UAN. Oleh karena itu, menjadi hal urgen bagi guru fisika untuk dapat menyampaikan konsep dengan inovasi tepat agar mampu memberikan gambaran nyata tentang aplikasi fisika yang dekat dengan keseharian siswa. Langkah ini diharapkan dapat mengubah persepsi yang kurang tepat tentang pelajaran fisika, sebagai contoh adalah materi Listrik Dinamis.

Silabus pelajaran fisika kelas X, materi Listrik Dinamis hanya mendapatkan alokasi waktu enam jam pelajaran, sementara materi Listrik Dinamis memerlukan gambaran dan contoh aplikasi nyata sehingga dapat memberikan motivasi kuat kepada siswa. Namun, dengan alokasi waktu yang terbatas, hal ini akan sulit dilakukan. Oleh sebab itu, guru dituntut mampu menciptakan proses pembelajaran yang membentuk siswa cerdas dan meangarahkan siswa menjadi siswa yang kreatif dan inovatif. Namun, hal itu tidak akan terjadi bila siswa sama sekali tidak menunjukkan minat terhadap mata pelajaran fisika. Minat merupakan faktor internal yang memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.

Adapun solusi dari masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode siswa aktif. Dengan metode ini,diharapkan pembelajaran tidak hanya teacher oriented melainkan student oriented. Akan tetapi, sebagaimana yang diketahui bahwa dalam fisika sangat diperlukan pemahaman dari suatu konsep maka sudah selayaknya bahwa guru tetap sebagai pembimbing dan pengarah materi. Salah satu bentuk dari metode ini adalah dengan menerapkan diskusi kelompok. Di mana setiap kelompok terdapat beberapa siswa sehingga akan terjadi interaksi antar siswa. Namun metode ini juga diperlukan pengawasan dari guru.


(13)

2. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ditimbulkan oleh suasana yang dapat mengejutkan, menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, menemukan suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki. Hal tersebut menimbulkan semacam konflik konseptual sehingga membuat siswa merasa penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berusaha keras untuk memecahkannnya. Sebagai contohnya adalah dengan menggunakan kejadian sehari-hari sebagai permasalahan yang harus dipecahkan oleh para siswa. Metode ini dapat digunakan pada metode diskusi kelompok pula. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar siswa bertambah besar.

3. Mengggunakan materi yang dikenal oleh siswa sebagai contoh dalam belajar fisika. Sesuatu yang telah dikenal siswa dapat diterima dan diingat lebih mudah. Jadi, dengan menggunakan hal-hal yang telah diketahui siswa sebagai wahana untuk menjelaskan sesuatu yang baru atau belum dipahami oleh siswa pada materi fisika tersebut.

4. Dengan Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi lebih bermakna secara efektif atau emosional bagi siswa. Dan hal tersebut tentunya dapat menjadi sebuah ingatan yang kuat bagi para siswa. Dengan solusi ini diharapkan stigma negative siswa terhadap fisika dapat menghilang.

5. Memberikan contoh yang positif. Banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan pekerjaan pada siswa tanpa kontrol. Biasanya dia memberikan suatu tugas kepada kelas, dan guru meninggalkan untuk melaksanakan pekerjaan, keadaan ini bukan saja tidak baik, tetapi dapat merugikan siswa. Untuk menggiatkan belajar siswa guru tidak cukup untuk dengan memberikan tugas saja, melainkan harus dilakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas kelas. Selain itu dalam mengontrol dan membimbing siswa dalam mengerjakan tugas sudah selayaknya guru harus telah memahami dan mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin.


(14)

6. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pemikiran. Setiap siswa tentunya memiliki pemikirannya masing-masing yang terkadang berbeda satu sama lain. Di sini peran guru sebagai penegah dan pemberi inforsmasi mengenai materi sangat dibutuhkan. Terkadang para siswa ingin segala pemikirannya untuk dihargai oleh para gurunya. Dengan penghargaan tersebut, maka siswa akan lebih memacu dirinya untuk memahami konsep-konsep yang akan dipelajari selanjutnya.

7. Dengan menumbuhkan sikap kreatif pada diri guru sendiri. Hal ini berkenaan dengan rasa jenuh yang dihadapi oleh para siswa terhadap mata pelajaran fisika. Sebagai contohnya adalah dengan membuat alat peraga sederhana (Utami, 2012)

Salah satu metode belajar yang menjadi solusinya adalah dengan menerapkan metode Mind map. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, memetakan pikiran-pikiran kita secara menarik, mudah dan berdaya guna. Catatan yang di buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan , dengan topik utama di tengah dan perincian menjadi cabang-cabangnya

Mind map merupakan usaha untuk: (1) mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut; (2) mengembangkan cara pikir divergen, kritis dan berpikir kreatif. Metode pembelajaran ini menggunakan alat peraga sederhana yang menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat, sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Menurut Buzan “Mind Map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak Anda yang menakjubkan”. Dengan Mind map merupakan usaha untuk: (1) mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut; (2) mengembangkan cara pikir divergen, dan berpikir kreatif. Hal ini akan memberi motivasi pada siswa untuk lebih berminat belajar fisika. Mind map melibatkan kedua belah otak, dan bekerja sesuai dengan cara kerja alami otak manusia dan mampu membuka dan memanfaatkan seluruh potensi dan kapasitasnya. Sistem ini mampu memberdayakan seluruh potensi, kapasitas, dan kemampuan otak manusia sehingga menjamin tingkat kreativitas dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi bagi penggunanya. Metode ini


(15)

memudahkan siswa mengingat banyak informasi dan membuat ide dengan tercurah dan membiarkannya mengalir dari satu ide, lalu memancar ke ide berikutnya sehingga siswa menyukai catatannya dan memiliki rasa senang ketika mengulang kembali di rumah. Siswa akan mudah mengingat konsep-konsep fisika dan lebih memahami maknanya sehingga dapat memunculkan id-ide baru serta menjadikan siswa lebih menyukai fisika.

Metode Mind map ini telah diterapkan dalam penelitian sebelumnya oleh beberapa mahasiswa. Hasil penelitian Batubara (2012), menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menerapkan metode pembelajaran mind map lebih tinggi daripada nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol tanpa menerapkan metode pembelajaran mind map. Hasil penelitian Hidayati (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 16,844%. Dan hasil penelitian Nazara (2012) juga menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 31,70 % dengan pembelajaran metode peta pikiran Mind map.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X semester genap pada materi Listrik Dinamis, yaitu dengan menerapkan pembelajaran model Kontekstual berbasis Mind Mapping.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah – masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Siswa menganggap Fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik

2. Siswa kesulitan menafsirkan konsep Fisika

3. Hasil belajar fisika siswa yang diperoleh belum optimal atau masih rendah. 4. Minat siswa rendah dalam mempelajari pelajaran fisika.


(16)

6. Guru selalu menyajikan materi fisika dalam bentuk rumus – rumus dan perhitungan yang sulit sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajar. 7. Materi Listrik Dinamis menuntut siswa yang aktif, kreatif dan inovatif.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat bahwa luasnya permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping

2.Materi pokok yang akan diberikan adalah Materi Pokok Listrik Dinamis 3.Mind Mapping dilakukan untuk meningkatkan minat, serta hasil belajar siswa

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana minat belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

4. Apakah terdapat korelasi antara minat belajar dengan hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis kelas X Semester genap di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

5. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan model Kontekstual berbasis Mind Mapping dan model pembelajaran konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri2 Sidikalang T.P 2012/2013?


(17)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis dengan Model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Mengetahui minat siswa terhadap fisika selama mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013. 3. Mengetahui hubungan minat dan hasil belajar siswa pada materi

Listrik Dinamis dengan model pembelajaran kontekstual berbasis Mind Mapping di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan minat belajar siswa.

3. Bahan informasi tentang penerapan pembelajaran dengan metode peta pikiran dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Bahan referensi bagi guru dan calon guru fisika dalam merencanakan pembelajaran fisika.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan definisi operasional.

1. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan


(18)

dengan model lainnya, yaitu modeling, questioning, learning community, inquiry, constructivism, reflection dan authentic assessment (Rosalin, 2008 : 112).

2. Mind Mapping

Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2009: 4).

3. Minat

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan (Depdikbud, 2008 : 916).

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013 memiliki rata-rata 82,17 termasuk kedalam kategori baik.

2. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P 2012/2013 memiliki rata-rata 61,83 termasuk ke dalam kategori kurang. 3. Hasil angket minat belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual

berbasis Mind Mapping pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013 mengalami peningkatan (gain) sebesar 0,561 termasuk kedalam kategori sedang. 4. Berdasarkan hasil perhitungan pada uji korelasi diperoleh bahwa rhitung >

tabel

r (0,786 > 0,312) maka Ha di terima yang berarti terdapat korelasi yang

signifikan antara minat dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada materi pokok listrik dinamis di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013.

5. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung > ttabel (8,96 > 1.667) maka Ha di terima yang berarti ada perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping dan model pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :


(20)

1. Kepada peneliti selanjutnya, sebelum memulai pengajaran sebaiknya diberikan instruksi yang jelas kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind mapping.

2. Penerapan model pembelajaran Kontekstual berbasis mind mapping, membutuhkan kemampuan dan keaktifan yang cukup besar, sehingga tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan optimal karena masih terdapat siswa yang masih lemah didalam menjelaskan pengembangan pikiran yang dijabarkan dalam peta gagasan. Untuk itu diperlukan bimbingan yang berlanjut untuk membiasakan kegiatan belajar dengan model Kontekstual berbasis mind mapping.

3. Dalam kegiatan aktif seperti diskusi kelompok dan persentasi hendaknya siswa dapat saling menghormati pendapat dari masing-masing siswa sehingga apa yang disiskusikan dapat mengerucut ke kesimpulan yang tepat. Untuk itu perlu bimbingan dan panduan guru agar tujuan kerja kelompok dapat tercapai.


(1)

memudahkan siswa mengingat banyak informasi dan membuat ide dengan tercurah dan membiarkannya mengalir dari satu ide, lalu memancar ke ide berikutnya sehingga siswa menyukai catatannya dan memiliki rasa senang ketika mengulang kembali di rumah. Siswa akan mudah mengingat konsep-konsep fisika dan lebih memahami maknanya sehingga dapat memunculkan id-ide baru serta menjadikan siswa lebih menyukai fisika.

Metode Mind map ini telah diterapkan dalam penelitian sebelumnya oleh beberapa mahasiswa. Hasil penelitian Batubara (2012), menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menerapkan metode pembelajaran mind map lebih tinggi daripada nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol tanpa menerapkan metode pembelajaran mind map. Hasil penelitian Hidayati (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 16,844%. Dan hasil penelitian Nazara (2012) juga menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 31,70 % dengan pembelajaran metode peta pikiran Mind map.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X semester genap pada materi Listrik Dinamis, yaitu dengan menerapkan pembelajaran model Kontekstual berbasis Mind Mapping.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah – masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Siswa menganggap Fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik

2. Siswa kesulitan menafsirkan konsep Fisika

3. Hasil belajar fisika siswa yang diperoleh belum optimal atau masih rendah. 4. Minat siswa rendah dalam mempelajari pelajaran fisika.


(2)

6. Guru selalu menyajikan materi fisika dalam bentuk rumus – rumus dan perhitungan yang sulit sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajar. 7. Materi Listrik Dinamis menuntut siswa yang aktif, kreatif dan inovatif.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat bahwa luasnya permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping

2.Materi pokok yang akan diberikan adalah Materi Pokok Listrik Dinamis 3.Mind Mapping dilakukan untuk meningkatkan minat, serta hasil belajar siswa 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana minat belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

4. Apakah terdapat korelasi antara minat belajar dengan hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis kelas X Semester genap di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013?

5. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan model Kontekstual berbasis Mind Mapping dan model pembelajaran konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri2 Sidikalang T.P 2012/2013?


(3)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis dengan Model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Mengetahui minat siswa terhadap fisika selama mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013. 3. Mengetahui hubungan minat dan hasil belajar siswa pada materi

Listrik Dinamis dengan model pembelajaran kontekstual berbasis Mind Mapping di SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2012/2013. 1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan minat belajar siswa.

3. Bahan informasi tentang penerapan pembelajaran dengan metode peta pikiran dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Bahan referensi bagi guru dan calon guru fisika dalam merencanakan pembelajaran fisika.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan definisi operasional.

1. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan


(4)

dengan model lainnya, yaitu modeling, questioning, learning community, inquiry, constructivism, reflection dan authentic assessment (Rosalin, 2008 : 112).

2. Mind Mapping

Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2009: 4).

3. Minat

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan (Depdikbud, 2008 : 916).

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013 memiliki rata-rata 82,17 termasuk kedalam kategori baik.

2. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P 2012/2013 memiliki rata-rata 61,83 termasuk ke dalam kategori kurang. 3. Hasil angket minat belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual

berbasis Mind Mapping pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013 mengalami peningkatan (gain) sebesar 0,561 termasuk kedalam kategori sedang. 4. Berdasarkan hasil perhitungan pada uji korelasi diperoleh bahwa rhitung >

tabel

r (0,786 > 0,312) maka Ha di terima yang berarti terdapat korelasi yang

signifikan antara minat dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping pada materi pokok listrik dinamis di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013.

5. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung > ttabel (8,96 > 1.667) maka Ha di terima yang berarti ada perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping dan model pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2012/2013.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :


(6)

1. Kepada peneliti selanjutnya, sebelum memulai pengajaran sebaiknya diberikan instruksi yang jelas kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual berbasis Mind mapping.

2. Penerapan model pembelajaran Kontekstual berbasis mind mapping, membutuhkan kemampuan dan keaktifan yang cukup besar, sehingga tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan optimal karena masih terdapat siswa yang masih lemah didalam menjelaskan pengembangan pikiran yang dijabarkan dalam peta gagasan. Untuk itu diperlukan bimbingan yang berlanjut untuk membiasakan kegiatan belajar dengan model Kontekstual berbasis mind mapping.

3. Dalam kegiatan aktif seperti diskusi kelompok dan persentasi hendaknya siswa dapat saling menghormati pendapat dari masing-masing siswa sehingga apa yang disiskusikan dapat mengerucut ke kesimpulan yang tepat. Untuk itu perlu bimbingan dan panduan guru agar tujuan kerja kelompok dapat tercapai.