PENGEMBANGAN MODUL TUTORIAL BERBASIS PERMASALAHAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRIOR KNOWLEDGE SISWA KELAS X MATERI LISTRIK DINAMIS

(1)

PENGEMBANGAN KONTEKSTUAL SISWA

Sebaga

Jurusan Pe Fakultas Keg

FAKULT

AN MODUL TUTORIAL BERBASIS PERM AL DALAM MENINGKATKAN PRIOR KN

A KELAS X MATERI LISTRIK DINAMI

Oleh

WAHYU CAHYA KUMALA

Skripsi

agai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gela SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan eguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas L

LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013

RMASALAHAN KNOWLEDGE

IS

elar

n Alam Lampung


(2)

PENGEMBANGAN MODUL TUTORIAL BERBASIS PERMASALAHAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRIOR KNOWLEDGE

SISWA KELAS X MATERI LISTRIK DINAMIS

ABSTRAK

Oleh

WAHYU CAHYA KUMALA

Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada guru fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Gadingrejo, diketahui bahwa prior knowledge siswa yang kurang menyebabkan keaktifan siswa di dalam kelas juga kurang. Selain itu, sumber belajar yang digunakan hanya buku paket yang di dalamnya terdapat bahasa-bahasa yang terlalu matematis yang membuat siswa kurang berminat untuk membacanya. Minimnya sumber belajar dapat mempengaruhi prior knowledge siswa saat proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul tutorial yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik Modul Tutorial yang sesuai sebagai media sumber belajar, mengetahui keefektifan modul dalam meningkatkan prior knowledge siswa dan mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Penelitian pengembangan modul tutorial ini dilakukan dengan mengikuti prosedur (1) analisis kebutuhan, (2) perumusan tujuan pembelajaran, (3) perumusan butir materi, (4) pembuatan modul awal (5) evaluasi, (6) revisi, (7) naskah akhir, (8) uji coba dan (9) modul final. Karakteristik dari modul ini adalah


(3)

uraian materi di dalam modul terdapat peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan bentuk peristiwa tersebut dianalogikan dalam peristiwa lain yang dapat

menambah pemahaman siswa. Hasil tes dengan paired sample t-test menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prior knowledge sebesar 38,9893 sehingga modul ini dikatakan efektif. Modul ini dapat digunakan sebagai sumber belajar selain buku cetak namun modul ini bersifat visual sehingga tidak semua siswa menyukainya tergantung pada gaya belajar siswa itu sendiri.

Key word : penelitian dan pengembangan, modul tutorial, permasalahan kontekstual, prior knowledge.


(4)

Judul Skripsi

NamaMalrasiswa

No. Pokok Mahasiswa Program Studi

Juru$n Fakultas

PENGEMBANGAIY MODUL TUTORIAL BERBASIS

PERMASALAIIAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAI\i PNIOR KNOWLEDGE SISWA KELAS X MATERI LISTRIK DINAMIS

{MtfrTu

QahyaKgmafa

wr3g2?s7t

Pendidikan Fisika Pendidikan MIPA

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

.:, lrl

.

}IENYNTUJUI'

ry

2. Kefi:'a Jurusan Pendidikan MIPA

,L

Dr. Caswita, M.Si.

NIP

19671004 199303 I 004

NrP 19s805$3 198303

t0W

bdurrahman, M.SL 19681210 199303

I

002


(5)

l.

Tim Penguji Ketua

MENGESAHKAN

:

Drs.I

Dewa Putn Nyeneng M.$c...

Sekretaris

: Dr. Abdurrahman, M.Si,

Penguji

Bukan Per-rbimbing : Dr- Undang

Rosidiq

M:P-d.

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :

l7

Juli20l3

Fakultas Keguruan dan Ilmu Ftndidikan

rng

Rahmanr,Fl.$L$


(6)

SURAT PENNTYATAANT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama

NPM

Fakultas/Jurusan hogram Studi Alamat

Wahyu Cahya Kumala 0913022071

FKIPIP MIFA Pendidikan Fisika

Jalan Raya Mataram no. 1I5 Gadingrejo, Pringsewu 35372

Menyatakan bahwa dalan skripsi ini tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesmjanaan di suatu perguruan tinggr, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lairu kecuali yang tertulis diacu dalam rtaskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lamprurg 18 Juli 2013

Wahyu Cahya Kumala NPM,09l3,A22A7t


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 2

C.Tujuan Pengembangan ... 3

D.Manfaat Pengembangan ... 3

E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Sumber Belajar ... 6

B.Modul Tutorial ... 8

C.Permasalahan Kontekstual ... 11

D.Prior Knowledge ... 14

E. Listrik Dinamis ... 16

1. Besaran Pokok Listrik, Hukum Ohm ... 16

2. Rangkaian Seri-Paralel ... 19

3. Hukum Kirchhoff ... 21

4. Arus Searah (DC) dan Arus Bolak-balik (AC) ... 22

5. Daya dan Energi Listrik ... 23

6. Alat Ukur Listrik ... 25

III. METODE PENELITIAN A.Setting Pengembangan ... 28


(8)

1. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa ... 29

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 30

3. Perumusan Butir Materi ... 30

4. Pembuatan Modul Awal ... 31

5. Evaluasi ... 32

6. Revisi ... 35

7. Naskah Akhir ... 35

8. Uji Coba ... 35

9. Modul Final ... 36

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengembangan ... 37

1. Analisis Kebutuhan ... 37

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 39

3. Perumusan Butir Materi ... 42

4. Penulisan Modul Awal ... 42

5. Evaluasi ... 45

6. Revisi ... 48

7. Naskah Akhir... 48

8. Uji Coba ... 49

9. Modul Final ... 52

B.Pembahasan ... 53

1. Karakteristik Modul Tutorial yang Dihasilkan ... 56

2. Kefektifan Modul Tutorial dalam Meningkatkan Prior Knowledge Siswa ... 57

3. Kelebihan dan Kelemahan Produk Hasil Pengembangan ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis Kebutuhan Guru ... 63

2. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 67

3. Perumusan Butir Materi/ Kerangka Topik ... 69

4. Instrumen Evaluasi Formatif I ... 70


(9)

6. Evaluasi Formatif III ... 93

7. Kisi-kisi Soal Prior Knowledge Siswa ... 99

8. Hasil Uji Validitas Soal ... 104

9. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 112

10. Daftar Nilai Prior Knowledge Sebelum dan ... Sesudah Mengggunaan Modul ... 113

11. Hasil Uji Normalitas Ptetest dan Posttest ... 114

12. Hasil Uji Paired Sample T-Test ... 115

13. Data Rekapitulasi N-Gain Penggunaan Modul ... 117

14. Modul Akhir... 118

15. Surat Penelitian Pendahuluan ... 164

16. Surat Izin Penelitian ... 165

17. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 166


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik ketika siswa sudah belajar terlebih dahulu di rumah. Kendalanya disini adalah siswa tidak mau membaca materi sebelum melakukan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru

mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan materi karena ada beberapa siswa yang memang mempunyai Prior Knowledge tinggi dapat mengikuti dengan baik sedangkan yang mempunyai Prior Knowledge rendah akan sulit mengikuti materi dan menyebabkan yang mempunyai Prior Knowledge tinggi cenderung bosan dalam proses pembelajaran.

Setelah melakukan penelitian pendahuluan di SMA Negeri 2 Gadingrejo, guru mengungkapkan bahwa belum ada modul yang dikembangkan di sekolah tersebut. Minimnya fasilitas yang ada di sekolah membuat guru sulit untuk memberikan materi sehinngga guru masih menggunakan pendekatan Student Center Learning. Media yang mereka gunakan sebagai sumber belajar hanyalah buku cetak, LKS, dan PPT yang didalamnya menggunakan bahasa verbal sehingga membuat siswa jenuh karena kalimat-kalimat yang kaku dan tidak komunikatif. Saat pembelajaran berlangsung respon siswa terhadap pembelajaran fisika kurang, mungkin penggunaan media yang


(11)

digunakan guru kurang tepat dan ketertarikan siswa untuk membaca materi sebelum proses pembelajaran yang rendah. Guru mengemukakan mungkin siswa membutuhkan media/sumber belajar tidak membosankan dan dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran fisika, selain itu dapat merubah pola belajar di kelas menjadi aktif dan membantu guru agar tidak sepenuhnya memberikan materi dikelas.

Modul tutorial merupakan media berbasis cetak, sehingga dapat digunakan diberbagai sekolah dengan kondisi yang berbeda-beda. Modul tutorial berbasis permasalahan kontekstual ini berisi peristiwa cerita yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dibantu dengan adanya analogi dalam bentuk peristiwa lain yang harapannya dapat membuat siswa dengan mudah memahami konsep dasar Listrik Dinamis. Modul ini dikembangkan sebagai sumber belajar dirumah yang harapannya mampu meningkatkan Prior Knowledge siswa.

Modul tutorial dibuat dalam bentuk yang kompleks agar siswa dapat mempelajari materi sebelum belajar di sekolah. Materi fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah listrik dinamis karena materi tersebut dianggap siswa merupakan materi yang sulit dipelajari meskipun kenyataannya dekat dengan kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(12)

1. Bagaimana karakteristik dari Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual yang sesuai sebagai sumber belajar Listrik Dinamis siswa SMA?

2. Apakah Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual materi Listrik Dinamis pada siswa SMA yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan Prior Knowledge siswa?

3. Apakah kelebihan dan kelemahan dari Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual yang dikembangkan?

C. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual yang sesuai sebagai sumber belajar Listrik Dinamis siswa SMA.

2. Mengetahui efektivitas dari Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual dalam meningkatkan Prior Knowledge.

3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual yang dikembangkan.

D. Manfaat Pengembangan

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini diantaranya:

1. Tersedianya media pembelajaran yang bervariasi bagi guru dan siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan


(13)

efektif dalam proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi.

2. Memberikan kemudahan guru dalam memberikan materi saat proses pembelajaran.

3. Meningkatkan minat belajar dan Prior Knowledge siswa terhadap pelajaran fisika.

E. Ruang Lingkup Pengembangan

Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam

suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual Pada Materi Listrik Dinamis SMA yang sesuai dengan standar isi yang berisi cerita kontekstual dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Modul tutorial adalah bahan ajar berbentuk cetak yang berisi arahan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa dengan cara belajar mandiri. Modul ini dijabarkan dengan pendekatan inkuiri yang menampilkan masalah, pemecahan masalah dan kesimpulan.

3. Permasalahan kontekstual adalah permasalahan yang menggambarkan kejadian atau situasi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dapat dianalisis oleh siswa sehingga siswa belajar secara mandiri dan

menemukan solusi atau teori yang benar dalam cerita kontekstual tersebut. 4. Prior Knowledge adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki


(14)

5. Materi pokok yang disajikan dalam modul tutorial ini adalah materi Listrik Dinamis siswa kelas X sesuai dengan standar isi.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Belajar

Darmodjo dan Kaligis (1991: 95) menyatakan secara umum sumber belajar adalah semua sarana yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Sudjana dalam Djuanda (2006: 37) mengungkapkan “sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan seorang dalam belajar”. Ellington (1988: 125) menyatakan bahwa sumber belajar (resources) pada dasarnya dipakai dalam pendidikan atau latihan sebagai suatu system yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Ada tiga persyaratan sebagai sumber belajar, antara lain:

1. Harus tersedia dengan cepat.

2. Harus memungkinkan siswa memicu diri sendiri.

3. Harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan siswa dalam belajar mandiri.

Pengertian lain diungkapkan oleh Ali dalam Sumantri dan Johar Permana (2001: 274) .

Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pengajaran untuk membantu guru maupun peserta didik dalam usaha


(16)

mencapai tujuan. Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu

Menurut Sudrajat (2008: 1) sumber belajar memiliki pengertian segala sesuatu baik berupa sarana, daya, maupun bahan-bahan, dan secara terpisah maupun terkombinasi yang dapat digunakan oleh guru maupun peserta didik untuk membantu proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sumber belajar memiliki beberapa fungsi, seperti diungkapkan Sudrajat (2008: 1) sumber belajar memiliki fungsi :

(1) meningkatkan produktivitas pembelajaran

(2) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (3) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran

(4) lebih memantapkan pembelajaran (5) memungkinkan belajar secara seketika

(6) memungkinkan pembelajaran secara lebih luas.

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut : (1) Ekonomis; tidak berpatok pada harga yang mahal. (2) Praktis; tidak

memerlukan pengelolaan yang sulit, rumit dan langka. (3) Mudah; dekat dan tersedia sdi sekitar lingkungan kita. (4) Fleksibel ; dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruktusional. (5) Sesuai dengan tujuan; mendukung proses dan tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.


(17)

Dalam penelitian pengembangan ini, sumber belajar yang akan

dikembangkan adalah modul tutorial yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.

B. Modul Tutorial

Menurut Cece dalam Eninadiron (2011: 1) menjelaskan bahwa modul adalah suatu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar.

Menurut Winkel (1987: 275) menjelaskan bahwa,

Modul adalah merupakan suatu program belajar mengajar terkecil yang dipelajari oleh siswa sendiri kepada dirinya sendiri (self instruksional) setelah siswa menyelesaikan yang satu dan melangkah maju dan mempelajari satuan berikutnya.

Wuryanto (2006: 1) menyatakan bahwa,

Modul dapat diartikan sebagai materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain sebuah modul adalah sebagai bahan belajar dimana pembacanya dapat belajar mandiri.

Modul sebagaimana pengertian diatas merupakan salah satu media cetak lainnya perbedaannya dapat dilihat dari ciri ciri yang dimiliki oleh modul itu sendiri. Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Pemilihan belajar mandiri melalui modul didasari anggapan bahwa siswa akan lebih baik belajar jika


(18)

dilakukan dengan cara sendiri yang terfokus langsung pada penguasaan tujuan khusus atau seluruh tujuan. Modul bisa berisi berbagai macam kegiatan belajar dan dapat menggunakan berbagai media untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008) tutorial mempunyai arti pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang pelajar/sekelompok kecil atau pengajaran tambahan dalam bentuk buku, film program komputer yang memberikan informasi praktis tentang masalah tertentu.

Menurut Rusman (2012: 210) menjelaskan,

Tutorial merupakan bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar para siswa belajar secara efesien dan efektif. Pemberi bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Petunjuk berarti memberi informasi tentang cara belajar secara efisien dan efektif. Arahan berarti mengarahkan para siswa untuk mencapai tujuan masing-masing. Motivasi berarti menggerakkan kegiatan para siswa dalam mempelajari materi, mengerjakan tugas-tugas dan mengikuti penilaian. Bimbingan berarti membantu siswa memecahkan masalah.

Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial menurut Rusman (2012: 211) diantarannya :

1. Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai dengan yang dimuat dalam sofware pembelajaran, melakukan penguasaan materi yang relevan

2. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing dirinya sendiri


(19)

3. Meningkatkan kemampuan siswa dengan cara belajar mandiri.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa modul tutorial adalah bahan ajar berbentuk cetak yang berisi arahan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa dengan cara belajar mandiri.

Usman (2010: 1) menyatakan modul pembelajaran harus disusun dengan memenuhi kaidah-kaidah mutu sebuah bahan tulisan. Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang mensyaratkannya, yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong dan konsistensi. Abdurrahman (2012: 15) menyatakan bahwa: “ modul sebaiknya dipilih struktur atau kerangka yang sederhana dan paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada”. Kerangka modul umumnya tersusun sebagai berikut:

Halaman Sampul Kata Pengantar Daftar Isi

Tinjauan Umum Modul Glosarium

I. PENDAHULUAN

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Deskripsi

3. Waktu 4. Prasyarat

5. Petunjuk Penggunaan Modul 6. Tujuan Akhir


(20)

C. Permasalahan Kontektual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, kontekstual berarti berhubungan dengan konteks dan konteks berarti bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna atau situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.

Dalam pembelajaran ada yang menggunakan pendekatan kontekstual yang berarti adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk menguatkan,

memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. II.ISI MODUL

Kegiatan Pembelajaran 1 1. Tujuan

2. Uraian Materi 3. Latihan/ Tugas 4. Rangkuman 5. Tes Formatif

6. Kunci Jawaban Tes Formatif 7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kegiatan Pembelajaran 2

1. Tujuan

2. Uraian Materi 3. Latihan/ Tugas 4. Rangkuman 5. Tes Formatif 6. Kunci Jawaban

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut II. DAFTAR PUSTAKA


(21)

Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan-pernyataan para ahli, diantaranya menurut Menurut Suryanto (2002: 20-21) pembelajaran kontekstual adalah:

Pembelajaran yang menggunakan bermacam-macam masalah

kontektual sebagai titik awal, sedemikian sehingga siswa belajar dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan berbagai masalah, baik masalah nyata maupun masalah simulasi, baik masalah yang berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah, situasi

sekolah, maupun masalah di luar sekolah, termasuk masalah-masalah di tempat-tempat kerja yang relevan.

Sedangkan menurut Nurhadi (2002: 1) pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka, sebagai anggota keluarga, masyarakat.

Pendekatan Kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2002: 5)

Rusman (2010: 192-192) mengatakan bahwa sebelum melaksanakan

pembelajaran dengan penggunaan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum

sekaligus alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat diakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


(22)

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.

5. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

6. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Sehingga tugas guru dalam hal ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tugas guru lebih berkaitan dengan perancangan strategi pembelajaran, bukan sekedar pemberi informasi mengenai materi pembelajaran. Guru secara profesional bertugas membimbing siswa untuk belajar mandiri, menemukan dan memperoleh komptensi-kompetensi baru yang berguna bagi mereka.

Jadi yang dimaksud dengan permasalahan kontekstual dalam modul ini adalah permasalahan yang menggambarkan kejadian atau situasi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dapat dianalisis oleh siswa sehingga siswa belajar secara mandiri dan menemukan solusi atau teori yang benar dalam cerita kontekstual tersebut.


(23)

D. Prior Knowledge

Prior knowledge (PK) juga bisa disebut dengan kemampuan awal. PK merupakan langkah penting di dalam proses belajar, dengan demikian setiap guru perlu mengetahui tingkat PK yang dimiliki para peserta didik. Dalam proses pemahaman, PK merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi pengalaman belajar bagi para peserta didik. Dalam proses belajar, PK merupakan kerangka dimana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajari olehnya. Proses membentuk makna melalui membaca didasarkan atas PK dimana peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya.

Gafur dalam Suryosubroto (2002: 31) mengemukakan bahwa,

Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan termasuk latar belakang karakteristik yang dimiliki siswa pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran. Untuk

mengetahui karakteristik dan kemampuan awal siswa, teknik yang dapat dilakukan yaitu:

1. Menggunakan catatan atau dokumen seperti rapor 2. Menggunakan tes pra-syarat dan tes awal

3. Menggunakan komunikasi individual 4. Menyampaikan angket

Cecco dalam Nashir (2004: 64) mengemukakan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia melanjutkan kejenjang berikutnya. Selanjutnya, Nurkancana dan Sumarta (1982: 206) mengungkapkan bahwa kemampuan awal dapat diartikan sebagai jumlah tingkat perkembangan yang dicapai seseorang untuk dapat menerima pelajaran baru, kesiapan belajar erat kaitannya dengan kematangan tertentu, maka ia siap untuk menerima pelajaran baru.


(24)

Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik. Kemampuan seseorang yang diperoleh dari pelatihan selama hidupnya, dan apa yang dibawa untuk menghadapi suatu pengalaman baru. Menurut Rebber dalam Muhibbin (2006: 121) yang mengatakan bahwa “kemampuan awal prasyarat awal untuk mengetahui adanya perubahan”.

Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006:128) “Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal”. Kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Senada disampaikan Gagne dalam Sudjana (1996:158) menyatakan bahwa “kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam

pembelajaran, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi.” Jadi seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal baik maka hasil belajar siswa tersebut pun akan baik dan proses pembelajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai dari apa yang


(25)

telah diketahui siswa. Dengan kemampuan ini siswa dapat mempelajari materi yang akan diajarkan guru dan sebaliknya tanpa kemampuan ini siswa akan mengalami kesulitan mempelajari materi berikutnya.

E. Listrik Dinamis

1. Besaran Pokok Listrik, Hukum Ohm Arus listrik

Arah aliran air yang terdapat dalam bejana berhubungan di bawah ini dapat menggambarkan prinsip arah arus listrik pada rangkaian listrik, yaitu dari potensial tinggi ke potensial rendah.

Gambar 2.1 Bejana berhubungan

Potensial tinggi yang dimaksud adalah kelebihan proton pada kutubnya (kekurangan elektron). Sedangkan potensial rendah akibat kelebihan elektron (kekurangan proton).

Gambar 2.2 Arah aliran arus listrik Hambatan

Hambatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas penampang, panjang kawat dan jenis kawat penghantar. Faktor tersebut dapat dilihat dari analogi seseorang yang berjalan pada sebuah lorong


(26)

dengan perbedaan luas, panjang dan jenis jalan yang dilewati.

Semakin besar luas penampang, semakin kecil hambatan (ilustrasi 1). Semakin panjang kawat semakin besar hambatan (ilustrasi 2).

Semakin besar jenis kawat semakin besar hambatan.

ilustrasi 1

ilustrasi 2

Sehingga secara matematis dapat disimpulkan bahwa:

=

Sumber tegangan

Gambar 2.3 Bejana berhubungan dan pompa Aliran air pada pipa P akan dapat terus berlangsung jika

kelebihan penumpukan air di bagian bejana sebelah kiri tetap terjaga. Perbedaan tekanan A dan B dijaga dengan adanya pompa. Seperti pada aliran listrik, diperlukan pompa untuk tetap menjaga kelebihan


(27)

penumpukan muatan listrik positif di A sehingga perbedaan potensial listrik terjaga seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.4 Rangkaian listrik

Hukum Ohm

Jika kita lihat prinsip dari pompa air yang ada pada gambar diatas, ketika pompa air tersebut memiliki kekuatan yang besar maka kotoran yang ada dalam pipa akan mudah dihempas oleh aliran air, karena aliran air akan besar ketika pompa air memiliki kekuatan yang besar. Dan sebaliknya ketika pompa air memiliki kekuatan yang kecil maka aliran air pun kecil sehingga kotoran yang ada didalam nya akan sulit terhempas oleh aliran air. Jika pada sistem listrik, jika pompa

merupakan sumber tegangan dan aliran air sebagai arus listrik, dapat kita simpulkan bahwa sumber tegangan berbanding lurus dengan kuat

Pompa air Gambar 2.5 Sistem air

Kotoran


(28)

arus. Semakin besar sumber tegangan semakin besar pula kuat arus dengan hambatan tetap.

V= I.R ...(2.1) 2. Rangkaian Seri-Paralel

Perhatikan gambar rangkaian seri di bawah ini!

Gambar 2.6 Rangkaian seri

Arus listrik adalah muatan listrik yang mengalir. Pada rangkaian hambatan seri, muatan-muatan itu akan mengalir melalui semua hambatannya secara bergantian. Berarti muatan yang melalui R1, R2 dan R3 akan sama dan kuat arusnya secara otomatis harus sama. Karena I sama maka sesuai hukum Ohm dapat diketahui bahwa beda potensial ujung-ujung hambatan akan sebanding dengan besarnya R.

Itot = I1 = I2 = I3 = In ...(2.2)

Rtot = R1 + R2 + R3 + Rn ...(2.3)

Pada tiap-tiap hambatan memiliki beda potensial V1, V2 dan V3. Karena sumbernya E maka jumlah V1 + V2 + V3 haruslah sama dengan E. Sifat inilah yang di kenal sebagai pembagi tegangan.

E = V1 + V2 + V3 + Vn ...(2.4)

Kalian sudah belajar rangkaian hambatan seri sekarang bagaimana dengan jenis rangkaian kedua, yaitu rangkaian hambatan paralel? Apa bedanya?

Keterangan: V: Tegangan I : Kuat Arus R : Hambatan


(29)

Hambatan yang dirangkai paralel berarti ujungnya dihubungkan menjadi satu dan pangkalnya juga menyatu. Contoh rangkaiannya seperti pada Gambar 2.7

Pada Gambar 2.7 terlihat bahwa semua ujungnya dititik yang sama yaitu a dan b. Jika diukur beda potensialnya tentunya akan memiliki hasil yang sama. Bagaimana dengan sifat kuat arus yang lewat ke semua cabang? Aliran muatan dapat diibaratkan dengan aliran air dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Jika ada percabangan pada suatu titik maka aliran air itu akan terbagi. Besar aliran itu akan disesuaikan dengan hambatan yang ada pada setiap cabang. Yang terpenting pada pembagian itu adalah jumlah air yang terbagi harus sama dengan jumlah bagian-bagiannya. Sifat aliran air ini dapat menjelaskan bahwa kuat arus yang terbagi pada percabangan I harus sama dengan jumlah kuat arus setiap cabang ( I1 + I2 + I3 ). Sesuai hukum Ohm maka kuat arus setiap cabang berbanding terbalik dengan

hambatannya.


(30)

Dari penjelasan di atas dapat dituliskan dua sifat utama pada rangkaian hambatan paralel pada Gambar 2.7. seperti berikut.

Itot = I1 + I2 + I3 + In ...(2.5)

E = V1 = V2 = V3 = Vn ...(2.6)

Sesuai dengan hambatan seri, pada beberapa hambatanyang di rangkai paralel juga dapat diganti dengan satu hambatan. Hambatan itu dapat di tentukan dari membagi persamaan kuat arus dengan besar potensial pada kedua massa seperti berikut.

=

+

+

...(2.7)

=

+

+

...(2.8) 3. Hukum Kirchhoff

= ∑

...(2.9)

Gambar 2.8. Analogi pertemuan dua jalan menjadi satu dengan dua cabang arus bergabung menjadi satu cabang.

Hukum I Kirchhoff :

Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang tersebut.

I1

I2


(31)

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak hanya dilibatkan dengan masalah rangkaian listrik 1 (satu) rangkaian (loop), tetapi juga melibatkan sistem rangkaian lebih dari satu rangkaian. Hukum II Kirchhoff tentang beda potensial mengitari suatu rangkaian tertutup. Hukum II Kirchhoff berbunyi:

4. Arus Searah (DC) dan Arus Bolak-balik (AC)

Arus searah (Direct Current) adalah suatu arus listrik yang aliran muatan netto hanya dalam satu arah. Sumber arus searah suatu alat untuk

menghasilkan beda potensial antara dua titik dalam suatu rangkaian. Misalnya : batu beterai, aki (accumulator), sel surya (solar cell), dan sebagainya.

2.9 Analogi peralatan listrik yang dihubungkan dengan sumber AC Hukum II Kirchhoff:

Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik ( ) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.


(32)

Arus bolak-balik (Alternating Current) adalah suatu arus listrik yang arahnya membalik dengan frekuensi f. Dalam kehidupan sehari-hari, arus bolak-balik banyak digunakan di rumah-rumah, kantor-kantor dan pabrik-pabrik. Bagaimana kalian memahami hal ini jika dikaitkan dengan penggunaan setrika listrik, kompor listrik, televisi, kipas angin, dan sebagainya? Peralatan peralatan listrik tersebut dirangkai dengan posisi sebagai tahanan listrik R (televisi) pada sumber tegangan bolak-balik ditunjukkan pada Gambar 2.9

5. Daya dan Energi Listrik

Energi listrik berguna untuk kita karena dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Pada alat-alat listrik seperti pemanas listrik, kompor listrik, dan pengering rambut, energi listrik diubah menjadi energi panas pada hambatan kawat yang dikenal dengan nama “elemen pemanas”.

Kemudian, pada banyak lampu (Gambar 2.10), filamen kawat yang kecil menjadi sedemikian panas sehingga bersinar. Hanya beberapa persen energi listrik yang diubah menjadi cahaya tampak, dan sisanya lebih dari 90% menjadi energi panas.


(33)

Energi listrik dapat diubah menjadi energi panas atau cahaya pada alat-alat listrik tersebut, karena arus biasanya agak besar, dan terjadi banyak tumbukan antara elektron dan atom pada kawat. Pada setiap tumbukan, terjadi transfer energi dari elektron ke atom yang ditumbuknya, sehingga energi kinetik atom bertambah dan menyebabkan suhu elemen kawat semakin tinggi.

Daya yang diubah oleh peralatan listrik merupakan energi yang diubah bila muatan Q bergerak melintasi beda potensial sebesar V. Daya listrik merupakan kecepatan perubahan energi tiap satuan waktu, dirumuskan:

" = #$%$ =&.(

) = *. ( = *

+ ...(2.11)

Untuk memulai mempelajari energi listrik, coba Anda perhatikan gambar 2.11 Sebuah baterai dengan tegangan V, selama waktu t mengalirkan muatan elektron sebanyak q melalui hambatan R. Untuk itu baterai melakukan usaha W yang besarnya sama dengan perubahan energi potensial ∆Ep = V.Q

Gambar 2.11 Baterai membangkitkan energi pada hambatan R


(34)

Sehingga hubungan daya dengan energi adalah

1 = 2. 3 ...(2.13)

2 =

4

5 ...(2.14)

6. Alat Ukur Listrik Amperemeter

Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Perhatikan gambar berikut ini!

Gambar 2.12. a. Rangkaian sederhana dengan sumber arus dc. b. Rangkaian sebenarnya

Anda harus memasang secara seri ampermeter dengan lampu. Sehingga harus memutus salah satu ujung (lampu menjadi padam). Selanjutnya hubungkan kedua ujung dengan kabel pada ampermeter, seperti gambar 2.13


(35)

Untuk membaca skala, hal yang harus diperhatikan adalah batas ukur yang digunakan. Secara umum hasil pengamatan pada pembacaan ampermeter dapat dituliskan:

6789: 2;<=7>737< = ?@7:7 A7<= B93C<DC@ D7EC>

?@7:7 >7@89>7: F G7378 C@CE

Bagaimana jika saat Anda mengukur kuat arus jarum menyimpang melewati batas ukur maksimal? Ini berarti kuat arus yang Anda ukur lebih besar dari batas ukur alat. Anda harus memperbesar batas ukur dengan menggeser batas ukur jika masih memungkinkan.

Voltmeter

Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik. Menggunakan voltmeter berbeda dengan menggunakan ampermeter, dalam menggunakan voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan dicari beda tegangannya.


(36)

6789: 2;<=7>737< = ?@7:7 A7<= B93C<DC@ D7EC>

?@7:7 >7@89>7: F G7378 C@CE

Jika jarum menyimpang lebih dari batasnya maka atur kembali batas ukur yang dipakai dengan batas ukur yang lebih besar. Sebaliknya jika ketika jarum tidak bergerak maka atur batas ukur dengan batas ukur yang lebih kecil.


(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan berupa modul tutorial berbasis permasalahan kontekstual. Sasaran pengembangan ini adalah siswa SMA kelas X pada materi listrik dinamis. Dengan adanya modul tutorial ini diharapkan siswa dapat mempelajari materi sebelum proses pembelajaran dan dengan itu guru akan lebih mudah untuk memberikan penjelasan didalam kelas. Subjek evaluasi terdiri atas ahli bidang isi atau materi, uji ahli desain,uji satu lawan satu dan uji lapangan/uji coba produk. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi materi untuk mengevaluasi isi materi

pembelajaran pada modul tutorial. Uji ahli desain dilakukan oleh ahli bidang pengembangan media pembelajaran untuk mengevaluasi desain modul yang dikembangkan. Uji satu lawan satu diambil sampel penelitian yaitu 3 orang siswa SMA yang dapat mewakili populasi target. Selanjutnya, uji coba produk dikenakan kepada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gadingrejo pada salah satu kelas dan belum pernah mendapatkan materi listrik dinamis sebelumnya, dan ini disebut juga uji lapangan.

B. Prosedur Pengembangan

Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintergrasi dengan menyusun dokumen pembelajaran lainnya, seperti kurikulum, silabus


(38)

dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lain-lain. Artinya setelah dokumen-dokumen pembelajaran tersebut siap disusun, dilanjutkan dengan pengadaan/penyiapan media pembelajarannya sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam proses pembelajaran.

Desain penelitian yang digunakan yaitu mengadaptasi proses pengembangan media pembelajaran oleh Sadiman, dkk dalam Asyhar (2012: 94-100). Bagan arus proses pengembangan media pembelajaran sebagai berikut :

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran 1. Analisis Kebutuhan

Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara kompetensi (kemampuan, keterampilan dan sikap) peserta didik yang diinginkan dengan kompetensi yang mereka miliki sekarang. Penetapan kompetensi yang ingin dicapai bisa didasarkan pada standar normatif yang ditetapkan disekolah atau lembaga masing-masing atau bisa didasarkan pada kebutuhan pengguna (user), bahkan bisa pula Analisis Kebutuhan

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan Butir Materi

Pembuatan Modul Awal

Revisi

Evaluasi Uji Coba

Naskah Akhir


(39)

didasarkan pada kebutuhan masa datang (future need). Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan beberapa informasi yang berkaitan dengan pengembangan modul tutorial berbasis permasalahan kontekstual pada materi fisika. Dari analisis tersebut dapat diketahui modul seperti apa yang telah digunakan selama ini dan dapatkah menunjang selama proses pembelajaran. Sehingga dapat diketahui bagaimana karakteriktik dari modul yang diinginkan yang dapat menunjang dalam proses

pembelajaran.

Analisis kebutuhan ini dilakukan di SMA Negeri 2 Gadingrejo dengan cara observasi berupa pengisian angket terhadap guru fisika tentang kemampuan awal siswa dan sumber belajar

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah membuat modul tutorial berbasis permasalahan kontekstual yang sesuai sebagai suplemen materi listrik dinamis pada siswa SMA. Pada langkah ini perumusan tujuan

pembelajaran dibuat sesuai dengan Standar Isi dari Badan Standar Nasional Pendidikan 2006 yang mengacu pada materi Listrik Dinamis. 3. Perumusan Butir Materi

Materi yang disusun pada pengembangan ini adalah materi Listrik Dinamis. Materi dikutip dari berbagai sumber seperti Fisika SMP dan Fisika SMA. Materi ini disusun berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran.


(40)

Penyajian materi dalam modul tutorial ini berupa sebuah rangkaian kasus/permasalahan yang dibantu dengan adanya analogi dimana didalam uraian materi ada bebrapa isian yang harus diisi oleh siswa.

4. Pembuatan Modul Awal

Dalam penulisan awal modul ini adalah dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yang kemudian disingkronisasikan dengan

kasus/permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Format

penulisan naskah modul yang digunakan adalah mengadaptasi format yang ada dalam Buku Panduan Penyusunan Modul bagi Pengembangan

Profesioal yang dikembangkan oleh Abdurrahman (2012: 15), yaitu: Halaman Sampul

Kata Pengantar Daftar Isi

Tinjauan Umum Modul Kerangka Topik/Peta Konsep I. PENDAHULUAN

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Deskripsi

3. Waktu 4. Prasyarat

5. Petunjuk Penggunaan Modul 6. Tujuan Akhir

II.ISI MODUL

Kegiatan Pembelajaran ke-n 1. Tujuan

2. Uraian Materi 3. Rangkuman 4. Tes Formatif

5. Kunci Jawaban Tes Formatif 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut III. DAFTAR PUSTAKA


(41)

5. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan modul tutorial dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian materi yang disajikan dengan standar

kompetensi. Langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan evaluasi ini mengadaptasi dari Noperi (2011: 33-36) yaitu ada tiga kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya:

1) Uji ahli materi

Uji ahli materi merupakan evaluasi formatif I bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan. Uji ahli ditunjukkan kepada dosen ahli dan guru yang berkompeten.

Prosedur evaluasi formatif 1 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe 1 yang telah dibuat.

(2) Menyusun instrumen evaluasi formatif 1 berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

(3) Melaksanakan evaluasi formatif 1 yang dilakukan oleh ahli isi materi yang digunakan.


(42)

(4) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi formatif 1.

(5) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

2) Uji ahli desain

Uji ahli desain merupakan evaluasi formatif 2. Evaluasi ini dilakukan oleh ahli desain modul yang merupakan seorang master dalam

pengembangan media pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan standar minimal yang diterapkan dalam penyusunan modul pembelajaran fisika dan juga untuk mengetahui kemenarikan dan efektivitas visual siswa atau pengguna modul pembelajaran fisika.

Prosedur evaluasi formatif 2 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe 2 yang telah dibuat.

(2) Menyusun instrumen evaluasi formatif 2 berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

(3) Melaksanakan evaluasi formatif 2 yang dilakukan oleh ahli desain modul, dalam hal ini ahli pengembangan media pembelajaran.

(4) Melakukan análisis terhadap hasil evaluasi formatif 2 untuk memperoleh desain paket pembelajaran yang lebih baik.


(43)

(5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil evaluasi formatif 2.

(6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

3) Uji Satu Lawan Satu

Pada evaluasi ini dipilih tiga siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Tiga siswa tersebut dipilih dari tiga sekolah yang berbeda yang diharapkan mampu mewakili dari semua kemampuan siswa. Siswa yang dipilih yaitu dari sekolah SMA Negeri 1 Way Jepara, MA Nurul Ulum Tulung Agung Kecamatan Gadingrejo dan SMA Negeri 2 Gadingrejo. Prosedur pelaksanaanya adalah

sebagai berikut:

(1) Menjelaskan kepada siswa tentang media baru yang dirancang dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.

(2) Mengusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut.

(3) Memberikan instrumen uji satu lawan satu yang berisi tentang komponen media yang dibuat (evaluasi formatif 3).

(4) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji satu lawan satu.

(5) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.


(44)

6. Revisi

Setelah melakukan evaluasi yaitu uji ahli materi, uji ahli desain dan uji satu lawan satu maka hasil produksi dilakukan perbaikan atau revisi. 7. Naskah Akhir

Berdasarkan hasil dari evaluasi dan dilakukan revisi penulisan naskah awal pengembangan menghasilkan naskah akhir yang siap diproduksi kembali untuk dilakukan kemudian uji produk.

8. Uji Coba

Pada tahap ini, uji coba produk yang dilakukan yaitu uji lapangan. Pada uji lapangan ini, desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest dengan memberikan perlakuan tes Prior Knowledge sebelum menggunakan modul dan tes setelah menggunakan modul sebagai sumber belajar. Soal yang digunakan untuk tes Prior Knowledge telah diuji kevaliditasan dan reliabilitasnya kepada kelas XI (telah menempuh materi). Uji coba ini dikenakan kepada siswa kelas X yang belum pernah mendapatkan materi listrik dinamis SMA sebanyak satu kelas dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.


(45)

Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan soal-soal tes sederhana untuk melihat Prior Knowledge siswa sebelum menggunakan modul tersebut.

b. Menjelaskan bahwa modul ini disediakan sebagai sumber belajar siswa dirumah.

c. Memberikan penugasan dirumah untuk menganalisis/mempelajari modul tutorial fisika yang dikembangkan.

d. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai sebagai tes Prior Knowledge sesudah pemakaian modul.

e. Meminta pendapat siswa tentang modul tutorial sehingga dapat melihat kekurangan dan kelebihan modul tutorial fisika yang digunakan.

Setelah didapat hasil Prior Knowledge sebelum dan sesudah penggunaan modul, hasil dianalisis dengan uji paired sample t-test dengan syarat uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.

9. Modul Final

Setelah tahap demi tahap dilalui maka diperoleh produk akhir dari pengembangan berupa modul tutorial fisika yang efektif sebagai sumber belajar.


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual pada Materi Listrik Dinamis SMA yang dikembangkan berisi materi tentang Listrik Dinamis yang diilustrasikan dalam permasalahan lain. Modul ini dijabarkan dengan pendekatan inkuiri yang menampilkan masalah, pemecahan masalah, dan kesimpulannya. Modul yang dikembangkan ini menyajikan suplemen materi Listrik Dinamis yang mencakup Besaran Listrik dan Hukum Ohm, Rangkaian Listrik, Hukum Kicrhhoff, Alat Ukur Listrik, Tegangan AC dan DC, Energi dan Daya Listrik.

2. Berdasarkan uji paired sample t-test melalui pre test dan post test, Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual pada Materi Listrik Dinamis SMA ini dinyatakan efektif karena modul ini mempunyai pengaruh yang signifikan dengan hasil Sig (2-tailed) adalah 0,000 < 0,025. Berdasarkan hasil N-gain didapatkan 0,55 yang masuk dalam kategori sedang yang artinya nilai pretest dan postest menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah perlakuan dilakukan (uji coba).


(47)

3. Kelebihan modul ini dapat digunakan sebagai sumber belajar di rumah selain buku cetak dan dapat langsung digunakan tanpa harus mengunakan alat bantu sehingga memudahkan siswa untuk mempelajarinya. Kelemahan dari modul ini adalah sifatnya yang visual sehingga tidak semua siswa dapat mempelajari sendiri, tergantung pada gaya belajar siswa masing-masing.

B. Saran

Saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Cakupan materi yang disampaikan sebaiknya diperluas lagi, baik penjabaran materi maupun soal-soal latihan lebih diperkaya lagi. 2. Desain cover/sampul hendaknya lebih kreatif lagi agar kesan pertama

siswa terhadap modul lebih bagus.

3. Memaksimalkan kemampuan peneliti untuk memberikan ilustrasi gambar dan bentuk analogi yang lebih bisa menanamkan pemahaman konsep siswa.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. Buku Panduan Penyusunan Modul bagi Pengembangan Profesioal. Lampung: FKIP Unila

Asyhar, Rayanda. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Djuanda, Dadan.2006. Pembelajaran bahasa Indonesia yang Komunikatif dan

Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Ellington, Hendry. 1988. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga

Eninadiron. 2011. Pengertian Modul. Diakses tanggal 23 November 2012 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2185905-pengertian-modul/#ixzz2D1oMeevM

Harjanto. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Muhibbin, Syah. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya Nashir, H. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Jakarta: Delia Press Noperi, Hendri. 2011. Pengembangan Komik Pembelajaran Fisika Berbasis

Desain Grafis Materi Gerak Pada Siswa SMP. Bandar Lampung: Unila Nurhadi. (2002). Pendekatan kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N Sumartana. 1982. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.


(49)

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: CV alfabeta

Sudjana, Nana. 2005. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Sudrajat, Akhmad. 2008. Sumber belajar Mengefektifkan Pembelajaran Siswa.

Diakses tanggal 1 februari 2013 dari http:akhmadsudrajat.wordpress.com

Sujanem, Rai. 2012. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Interaktif Berbasis Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Diakses tanggal 5 Juni 2012 dari

Smajanapati.pti-undiksha.com/vol1no2/4.pdf

Sumantri, Mulyani dan Johar permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.

Suryanto. 2002. Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung:PT Rineka Cipta

Usman, Suaidin. 2010. Teknik Penyusunan Modul. Diakses tanggal 23 November 2012 dari http://suaidinmath.wordpress.com

Winkel, W. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Wuryanto, Agus. 2006. Pengertian Modul. Diakses tanggal 1 februari 2013 dari aguswuryanto.files.wordpress.com


(1)

6. Revisi

Setelah melakukan evaluasi yaitu uji ahli materi, uji ahli desain dan uji satu lawan satu maka hasil produksi dilakukan perbaikan atau revisi.

7. Naskah Akhir

Berdasarkan hasil dari evaluasi dan dilakukan revisi penulisan naskah awal pengembangan menghasilkan naskah akhir yang siap diproduksi kembali untuk dilakukan kemudian uji produk.

8. Uji Coba

Pada tahap ini, uji coba produk yang dilakukan yaitu uji lapangan. Pada uji lapangan ini, desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest dengan memberikan perlakuan tes Prior Knowledge sebelum menggunakan modul dan tes setelah menggunakan modul sebagai sumber belajar. Soal yang digunakan untuk tes Prior Knowledge telah diuji kevaliditasan dan reliabilitasnya kepada kelas XI (telah menempuh materi). Uji coba ini dikenakan kepada siswa kelas X yang belum pernah mendapatkan materi listrik dinamis SMA sebanyak satu kelas dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.


(2)

36 Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan soal-soal tes sederhana untuk melihat Prior Knowledge siswa sebelum menggunakan modul tersebut.

b. Menjelaskan bahwa modul ini disediakan sebagai sumber belajar siswa dirumah.

c. Memberikan penugasan dirumah untuk menganalisis/mempelajari modul tutorial fisika yang dikembangkan.

d. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai sebagai tes Prior Knowledge sesudah pemakaian modul.

e. Meminta pendapat siswa tentang modul tutorial sehingga dapat melihat kekurangan dan kelebihan modul tutorial fisika yang digunakan.

Setelah didapat hasil Prior Knowledge sebelum dan sesudah penggunaan modul, hasil dianalisis dengan uji paired sample t-test dengan syarat uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.

9. Modul Final

Setelah tahap demi tahap dilalui maka diperoleh produk akhir dari pengembangan berupa modul tutorial fisika yang efektif sebagai sumber belajar.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual pada Materi Listrik Dinamis SMA yang dikembangkan berisi materi tentang Listrik Dinamis yang diilustrasikan dalam permasalahan lain. Modul ini dijabarkan dengan pendekatan inkuiri yang menampilkan masalah, pemecahan masalah, dan kesimpulannya. Modul yang dikembangkan ini menyajikan suplemen materi Listrik Dinamis yang mencakup Besaran Listrik dan Hukum Ohm, Rangkaian Listrik, Hukum Kicrhhoff, Alat Ukur Listrik, Tegangan AC dan DC, Energi dan Daya Listrik.

2. Berdasarkan uji paired sample t-test melalui pre test dan post test, Modul Tutorial Berbasis Permasalahan Kontekstual pada Materi Listrik Dinamis SMA ini dinyatakan efektif karena modul ini mempunyai pengaruh yang signifikan dengan hasil Sig (2-tailed) adalah 0,000 < 0,025. Berdasarkan hasil N-gain didapatkan 0,55 yang masuk dalam kategori sedang yang artinya nilai pretest dan postest menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah perlakuan dilakukan (uji coba).


(4)

60 3. Kelebihan modul ini dapat digunakan sebagai sumber belajar di rumah

selain buku cetak dan dapat langsung digunakan tanpa harus mengunakan alat bantu sehingga memudahkan siswa untuk mempelajarinya. Kelemahan dari modul ini adalah sifatnya yang visual sehingga tidak semua siswa dapat mempelajari sendiri, tergantung pada gaya belajar siswa masing-masing.

B. Saran

Saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Cakupan materi yang disampaikan sebaiknya diperluas lagi, baik penjabaran materi maupun soal-soal latihan lebih diperkaya lagi. 2. Desain cover/sampul hendaknya lebih kreatif lagi agar kesan pertama

siswa terhadap modul lebih bagus.

3. Memaksimalkan kemampuan peneliti untuk memberikan ilustrasi gambar dan bentuk analogi yang lebih bisa menanamkan pemahaman konsep siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. Buku Panduan Penyusunan Modul bagi Pengembangan Profesioal. Lampung: FKIP Unila

Asyhar, Rayanda. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Djuanda, Dadan.2006. Pembelajaran bahasa Indonesia yang Komunikatif dan

Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Ellington, Hendry. 1988. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga

Eninadiron. 2011. Pengertian Modul. Diakses tanggal 23 November 2012 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2185905-pengertian-modul/#ixzz2D1oMeevM

Harjanto. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Muhibbin, Syah. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya Nashir, H. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Jakarta: Delia Press Noperi, Hendri. 2011. Pengembangan Komik Pembelajaran Fisika Berbasis

Desain Grafis Materi Gerak Pada Siswa SMP. Bandar Lampung: Unila Nurhadi. (2002). Pendekatan kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N Sumartana. 1982. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.


(6)

62 Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: CV

alfabeta

Sudjana, Nana. 2005. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Sudrajat, Akhmad. 2008. Sumber belajar Mengefektifkan Pembelajaran Siswa.

Diakses tanggal 1 februari 2013 dari http:akhmadsudrajat.wordpress.com Sujanem, Rai. 2012. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Interaktif Berbasis

Web UntukMeningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Diakses tanggal 5 Juni 2012 dari

Smajanapati.pti-undiksha.com/vol1no2/4.pdf

Sumantri, Mulyani dan Johar permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.

Suryanto. 2002. Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung:PT Rineka Cipta

Usman, Suaidin. 2010. Teknik Penyusunan Modul. Diakses tanggal 23 November 2012 dari http://suaidinmath.wordpress.com

Winkel, W. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Wuryanto, Agus. 2006. Pengertian Modul. Diakses tanggal 1 februari 2013 dari aguswuryanto.files.wordpress.com