Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Developer Untuk Membangun Rumah Susun Umum Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.
ABSTRAK
Rumah atau tempat tinggal yang layak adalah kebutuhan yang paling penting
bagi seluruh masyarakat Indonesia, tetapi pada kenyataannya pemerintah lupa bahwa
masih banyak masyarakat yang belum memiliki tempat tinggal yang layak. Para
developer yang bertugas membangun perumahan juga melupakan kewajibannya
sebagai pihak yang seharusnya membantu pemerintah dalam penyediaan tempat
tinggal yang layak. Pada saat ini para developer tersebut terlalu fokus mencari
keuntungan dalam bentuk membangun rumah susun komersial atau apartemen yang
memiliki harga mahal. Karena itulah pemerintah menuangkan di dalam Pasal 16 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011
yang menjelaskan bahwa pelaku
pembangunan rumah susun komersial wajib menyediakan rumah susun umum
sekurang-kurangnya 20% dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.
Tujuan dibuatnya peraturan ini adalah agar para developer tidak melupakan tugasnya
untuk membantu pemerintah dalam hal penyediaan tempat tinggal yang layak bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya, masih ada developer
yang belum melaksanakan kewajiban untuk membangun rumah susun umum tersebut,
karena belum maksimalnya sosialisasi dan pengawasan dari pemerintah, dan
kurangnya kesadaran hukum dari developer itu sendiri. Permasalahannya adalah
bagaimana pelaksanaan kewajiban membangun 20% rumah susun umum tersebut dan
apa akibat hukum bagi yang tidak melaksanakannya.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu melalui
pendekatan yuridis normatif dan menggunakan data berupa bahan primer yaitu
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun dikaitkan dengan teoriteori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di
atas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
wawancara.
Hasil penelitian ini, ditemukan fakta bahwa ada developer yang belum
melaksanakan kewajiban tersebut dan ada yang sudah melaksanakan. Hal ini terjadi
karena masih kurangnya sosialisasi dan pengawasan dari pemerintah terkait kewajiban
tersebut, dan masih kurangnya kesadaran hukum dari para developer. Seharusnya
pemerintah meningkatkan pengawasan dari pelaksanaan kewajiban tersebut dan
membuat peraturan pelaksanaan agar kewajiban tersebut terlaksana sesuai dengan
yang dijelaskan di dalam peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
iv
Rumah atau tempat tinggal yang layak adalah kebutuhan yang paling penting
bagi seluruh masyarakat Indonesia, tetapi pada kenyataannya pemerintah lupa bahwa
masih banyak masyarakat yang belum memiliki tempat tinggal yang layak. Para
developer yang bertugas membangun perumahan juga melupakan kewajibannya
sebagai pihak yang seharusnya membantu pemerintah dalam penyediaan tempat
tinggal yang layak. Pada saat ini para developer tersebut terlalu fokus mencari
keuntungan dalam bentuk membangun rumah susun komersial atau apartemen yang
memiliki harga mahal. Karena itulah pemerintah menuangkan di dalam Pasal 16 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011
yang menjelaskan bahwa pelaku
pembangunan rumah susun komersial wajib menyediakan rumah susun umum
sekurang-kurangnya 20% dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.
Tujuan dibuatnya peraturan ini adalah agar para developer tidak melupakan tugasnya
untuk membantu pemerintah dalam hal penyediaan tempat tinggal yang layak bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya, masih ada developer
yang belum melaksanakan kewajiban untuk membangun rumah susun umum tersebut,
karena belum maksimalnya sosialisasi dan pengawasan dari pemerintah, dan
kurangnya kesadaran hukum dari developer itu sendiri. Permasalahannya adalah
bagaimana pelaksanaan kewajiban membangun 20% rumah susun umum tersebut dan
apa akibat hukum bagi yang tidak melaksanakannya.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu melalui
pendekatan yuridis normatif dan menggunakan data berupa bahan primer yaitu
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun dikaitkan dengan teoriteori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di
atas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
wawancara.
Hasil penelitian ini, ditemukan fakta bahwa ada developer yang belum
melaksanakan kewajiban tersebut dan ada yang sudah melaksanakan. Hal ini terjadi
karena masih kurangnya sosialisasi dan pengawasan dari pemerintah terkait kewajiban
tersebut, dan masih kurangnya kesadaran hukum dari para developer. Seharusnya
pemerintah meningkatkan pengawasan dari pelaksanaan kewajiban tersebut dan
membuat peraturan pelaksanaan agar kewajiban tersebut terlaksana sesuai dengan
yang dijelaskan di dalam peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
iv