HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Kemandirian.
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN
KEMANDIRIAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
MUHAMMAD HASYIM AS’ARI
F 100 050 135
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN
KEMANDIRIAN
Muhammad Hasyim As’ari
Fakultas Psikologi UMS
Hasyim.05.haa@gmail.com
Pembibing Taufik, S.Psi, M.Si,Ph.D
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh otoriter
dengan kemandirian. Hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah ada hubungan antara
pola asuh otoriter dengan kemandirian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK
Al-Islam Surakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini saturation samping.
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala pola asuh otoriter dan skala
kemandirian. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan
SPSS 16.00 dengan analisis product moment untuk mengukur hubungan antara pola asuh
otoriter dengan kemandirian. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil analisis data
menunjukkan ada koefisien korelasi (r) sebesar -0,426 dengan p < 0,01, yang artinya
terdapat hubungan negatif yang sangat sigifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku
kemandirian. Hasil perbandingan skor empirik menunjukkan bahwa pola asuh otoriter
tergolong sedang dengan rerata empirik (RE) = 76,08 dan rerata hipotetik (RH) = 80,
kemandirian tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) = 81,88 dan rerata hipotetik
(RH) = 65. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara pola asuh otoriter dengan kemandirian. Hal ini berarti variabel pola asuh
otoriter dapat menjadi prediktor untuk mengukur kemandirian. Hal ini berarti bahwa
untuk kemandirian remaja dapat dibentuk dengan pola asuh otoriter yang diterapkan oleh
orangtua.
Kata kunci: pola asuh otoriter, kemandirian , siswa SMK
1
masih tidak dapat memutuskan sendiri
Latar Belakang
Kemandirian
remaja
secara
universitas atau jurusan mana yang akan
spesifik menuntut suatu kesiapan individu
dipilihnya. Bahkan masih banyak ditemui
baik secara fisik maupun emosional untuk
orangtua
mengatur,
kehendaknya untuk memasukkan putera-
mengurus,
dan
melakukan
yang
sangat
memaksakan
aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri
puterinya
tanpa banyak tergantung pada orang lain.
kehendaki meskipun anaknya sama sekali
Dengan kurangnya pengalaman remaja
tidak berminat untuk masuk ke jurusan
dalam menghadapi berbagai masalahnya,
tersebut. (Mu’tadin, 2002).
ke
jurusan
Monks
maka remaja akan mengalami kesulitan
yang
(Widiana,
mereka
2001)
dalam menghadapi berbagai masalahnya
mengatakan bahwa orang yang mandiri
untuk dapat memperoleh kemandirian
akan
(Yunita,
eksploratif, mampu mengambil keputusan,
Wimbarti,
dan
Mustagfirin,
memperlihatkan
perilaku
yang
percaya diri, dan kreatif. Selain itu juga
2002).
Ketidakmandirian
remaja
ini
mampu
bertindak
kritis,
tidak
takut
tercermin dalam perilaku mereka dalam
berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan
pergaulan dengan teman sebaya. Para
dalam melakukan aktifitasnya, percaya
remaja
merasa
diri, dan mampu menerima realitas.
tergantung pada teman sebaya yang ada
Kebutuhan untuk memiliki kemandirian
dalam
dapat
dipercaya sebagai hal yang penting dalam
memutuskan segala sesuatunya sendiri,
memperkuat motivasi individu. Menurut
misalnya dalam pemilihan jurusan atau
Ryan dan Deci (Yusuf, 2000) bahwa
fakultas
atau
individu yang mandiri mampu memotivasi
Perguruan Tinggi, banyak remaja yang
dirinya untuk bertahan dengan kesulitan
tersebut
cenderung
kelompoknya,
ketika
ia
masuk
tidak
sekolah
2
yang
dihadapi
dan
dapat
menerima
masalah
dengan
baik.
Penelitian
kegagalan dengan pikiran yang rasional.
Hernawati (2006) menunjukkan remaja di
Hal ini sesuai dengan salah satu ciri
panti
individu
yang
mempunyai
memiliki
kemandirian
kemandirian baik dan positif cenderung
mampu
menghadapi
baik kemampuan pemecahan masalahnya,
kegagalan dengan sikap yang rasional
sebaliknya remaja yang kemandiriannya
dengan berupaya mengatasinya secara
kurang baik cenderung kurang mampu
lebih baik tanpa menyebabkan depresi.
dalam pemecahan masalahnya.
tinggi
yang
asuhan
yaitu
Kemandirian
merupakan
salah
Pola asuh otoriter adalah pola asuh
satu
indikator kedewasaan seseorang yang
dimana
ditandai dengan kemampuannya dalam
mengandalkan kekuasaan daripada alasan
melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
untuk menegakkan tuntutan, menciptakan
harus bergantung dengan orang lain
disiplin
(Patriana, 2007).
pengasuhan
Salah
satu
faktor
yang
orang
yang
kepatuhan
tua
tinggi
yang
sebagai
cenderung
dan
perilaku
rendah,
menilai
suatu
kebajikan,
mempengaruhi kemandirian adalah pola
mendukung adanya hukuman sebagai
asuh orang tua,
Hasil penelitian Iffah
usaha untuk menegakkan tuntutan orang
(2006) menunjukkan bahwa orang tua
tua, tidak memberikan dorongan dan
yang menerapkan, pola asuh yang baik,
penerimaan
remaja cenderung dapat menyelesaikan
menganggap bahwa keputusan mereka
masalah
bersifat
dengan
baik
dan
mudah,
sebaliknya orang tua yang menerapkan
pola asuh yang kurang baik, remaja
cenderung kurang mampu menyelesaikan
final
secara
verbal,
(Lagacé-Séguin
d’entremont, 2006).
dan
dan
3
potensi
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pola asuh
otoriter dengan kemandirian siswa SMK.
siswanya
untuk
meningkatkan kemandirian siswa.
b. Bagi para guru, hasil penelitian ini
dapat menjadi informasi tentang
kondisi latar belakang pola asuh
Manfaat Penelitian
siswa
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
ini
diharapkan
dapat
memperkaya wacana ilmiah terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan bagi
ilmu psikologi pada umumnya dan
psikologi
pendidikan
pada
guru
Bimbingan
dan
dapat menjadi informasi tentang
kondisi
psikis
siswanya
yang
ditinjau dari latar belakang pola
asuh
sehingga dapat
bimbingan
dan
memberi
konseling
kaitannya dengan proses belajar
khususnya.
siswa dan
2. Secara Praktis
a. Bagi
lebih
Konseling, hasil penelitian ini
1. Secara Teoritis
ilmu
dapat
meningkatkan kemandirian siswa.
c. Bagi
memberikan manfaat antara lain:
Penelitian
agar
ini
Sekolah,
dapat
hasil
menjadi
informasi mengenai kondisi pola
asuh siswanya sehingga dapat
menciptakan kondisi-kondisi yang
kondusif
tingkat
kemandirian siswa ditinjau dari
Kepala
penelitian
mengetahui
untuk
pengembangan
latar belakang pola asuh dan
psikologis.
d. Bagi para siswa, diharapkan dapat
menjadi informasi mengenai latar
belakang pola asuh dalam upaya
mereka meningkatkan kemandirian
4
e. Bagi
peneliti
selanjutnya
atau
lain sampai batas kemampuannya, mampu
lainnya
yang
bertanggung jawab atas keputusan tidakan
pihak-pihak
berkompeten dan berminat pada
dan
masalah yang relatif sama dengan
membuang perilaku yang mengingkari
kajian ini, hasil penelitian ini dapat
kenyataan.
perasaannya
Kemandirian
menjadi informasi dan kontribusi
sehingga
bias
melakukan
sendiri,
kemampuan
mampu
remaja
remaja
adalah
untuk
mencapai
penelitian serupa dengan variable
sesuatu yang diinginkannya setelah remaja
lain yang mempengaruhi.
mengaksplorasi sekelilingnya. Hal ini
Tinjauan Teori
mendorong remaja untuk tidak tergantung
Kemandirian
kepada
Kemandirian adalah usaha remaja
orangtua
mengalihkannya
secara
pada
untuk dapat menjelaskan dan melakukan
mampu
sesuatu yang sesuai dengan keinginannya
bertanggungjawab
sendiri
dipengaruhi orang lain.
setelah
mempelajari
remaja
keadaan
tersebut
sekelilingnya.
Perubahan fisik, kognitif dan peranan
merupakan bagian yang mempengaruhi
emosi
teman
membuat
dan
dan
sebaya,
keputusan,
tidak
mudah
Aspek-aspek Kemandirian
Menurut Masrun (Hairiyah 2009),
aspek-aspek kemandirian antara lain:
Menurut
a. Bebas,
Sukaji (Hairiyah, 2009) yang di maksud
dengan
kemandirian yaitu mampu mengatur diri
lakukan atas kehendak sendiri
sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban
bukan karena orang lain
perkembangan
kemandirian.
yaitu
tindakan
ditunjukkan
yang
di
menentukan
b. Progresif, yaitu ditunjukkan
nasibsendiri, tidak bergantung pada orang
dengan usaha untuk mengejar
yang
dimiliki,
mampu
5
prestrasi,
penuh
ketekunan,
merencanakan
serta
faktor yang mempengaruhi kemandirian
seseorang, yaitu:
mewujudkan harapan-harapan
c. Inisiatif,
yaitu
pemanfaatan
bertindak
adanya
berfikir
secara
dan
orisinal,
kreatif dan inisiatif.
mampu
internal,
meliputi
faktor umur, jenis kelamin dan urutan
kelahiran.
Banyak
penelitian
yang
menunjukkan bahwa umur merupakan
variable yang berpengaruh terhadap
d. Pengendalian diri, yaitu adanya
perasaan
a. Faktor
untuk
kemandirian seseorang. Selain umur,
kemandirian juga dipengaruhi oleh jenis
mengatasi masalahnya, mampu
kelamin.
mengendalikan
mandiri
serta
Laki-laki
dari
cenderung
pada
lebih
perempuan.
mempengaruhi lingkungan atas
Perpbedaan ini bukan karena faktor
usahanya.
lingkungan
e. Kemampuan
diri,
semata
melainkan
juga
yaitu
karena orang tua dalam memperlakukan
mencakup rasa percaya diri
anak yang cenderung lebih melindungi
terhadap kemampuan sendiri,
anak perempuan. Urutan kelahiran juga
menerima
dirinya
dan
dapat
memperoleh
kepuasan
dari
seseorang. Anak sulung lebih dibiasakan
usahanya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kemandirian
madiri dan dididik agar menjadi contoh
Mempengaruhi
Kemandirian
bagi adiknya, sedangkan anak bungsu
lebih dimanja dan dilindungi.
Masrun, dkk (dalam Hairiyah,
b. Faktor ekternal, meliputi dua
2009) menyampaikan bahwa ada dua
lingkungan yaitu lingkungan permanen
dan
tidak
permanen.
Lingkungan
6
permanen merupakan lingkungan yang
orang tua serta memaksa anak untuk
selalu
mematuhi
berpengaruh
terhadap
peraturan
tersebut
tanpa
kemandirian, contohnya pendidikan dan
memberikan penjelasan (Maccoby dan
pelatihan. Lingkungan tidak permanen
Martin, dalam Terry, 2004 ).
tidak
pola asuh otoriter adalah cara yang
selamanya mempengaruhi kemandirian,
digunakan oleh orang tua dalam mendidik
misalnya terjadinya peristiwa penting
anak
dalam
yang
menggunakan kontrol yang ketat serta
terganggunya
membuat peraturan dan batasan yang
individu,
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
contohnya peristiwa bencana alam atau
anak, serta memberikan hukuman jika
kehilangan orang yang dicintai.
anak bersalah.
merupakan
lingkungan
kehidupan
individu
mengakibatkan
keseimbangan
yang
pribadi
tua
mengasuh
anak
dengan
Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter
Pola Asuh Otoriter
Orang
dan
otoriter
cenderung
Harlock
(dalam
Taganing
dan
memiliki kontrol yang tinggi dalam
Fortuna, 2008) menjelaskan ciri-ciri pola
menggunakan
asuh otoriter sebagai berikut:
kekuasaannya.
Mereka
lebih mengandalkan hukuman dan tidak
a.
Orang tua mengharuskan anak
responsif. Mereka menghargai kepatuhan
untuk tunduk dan patuh pada
dan tidak memberikan toleransi pada
keinginannya.
anak-anak mereka. Orang tua otoriter
b. Orang tua memberikan kontrol
cenderung tidak memberikan kebebasan
yang
pada
perilaku anakmereka dan jarang
anak-anak
mengeluarkan
mereka
pendapat
untuk
terhadap
keputusan dan peraturan yang dibuat
sangat
ketat
memberikan pujian.
terhadap
7
c. Orang tua menetapkan standar
yang harus dipenuhi oleh anak
Aspek-aspek pola asuh otoriter
Kohn
(dalam
Faizah,
2010)
dan jikaterjadi kegagalan, orang
menyatakan bahwa aspek-aspek pola asuh
tua
otoriter sebagai berikut:
cenderung
memberikan
a. Pemberian disiplin
hukuman fisik.
d. Orang tua menggunakan kontrol
pemberian disiplin pada pola asuh
eksternal seperti standar yang
otoriter menganut konsep yang negatife,
harus dipenuhi dan hukuman
yaitu pengendalian dengan kekuasaan
dalam
luar, biasanya diterapkan dengan cara
mengendalikan
tingkah
yang tidak tepat, berbentuk pengekangan
laku anak.
Fathi (2011) menyatakan bahwa ciri-ciri
dengan menggunakan cara yang tidak
pola asuh otoriter sebagai berikut:
disenangi dan nyakitkan.
a. Orang tua memiliki kekuasaan
b. Komunikasi
orang
yang dominan.
b. Orang tua akan memberikan
cenderung
tua
yang
memberikan
otoriter
batasan
dan
hukuman pada anak yang tidak
kontrol yang tegas, serta hanya sedikit
mematuhi mereka.
melakukan
c. Orang
tua
cenderung
tidak
komunikasi
secara
verbal
terhadap remaja.
mendengarkan pendapat anak
sehingga anak tidak memiliki
pemenuhan kebutuhan pada pola
peran dirumah.
d. Orang tua memiliki kontrol
yang
sangat
c. Pemenuhan kebutuhan
ketat
tingkah laku anak.
terhadap
asuh otoriter cenderung sangat jarang
terpenuhi,
terutama
bila
menyangkut
pemenuhan secara mental. Orang tua
8
sering kali menunjukkan sikap yang
a. Pedoman perilaku
menekan kebutuhan mental remaja dengan
memberikan
batasan-batatan
dalam
Orang tua cenderung mengatur
anak-anak sehingga tidak ada ruang untuk
berdiskusi dan penjelasan. Sistem yang
bertingkah laku.
d. Pandangan terhadap remaja
Orang tua cenderung memandang
digunakan untuk menegakkan pedoman
tersebut
cenderung
remaja sebagai anak yang harus diatur
Orang
agar menjadi anak yang baik serta harus
hukuman yang berat.
patuh pada aturan-aturan yang telah
b. Kualitas
ditetapkan oleh orang tuanya.
Menurut Surniani (2008) aspek-aspek
pola asuh otoriter sebagi berikut:
tua
sering
bersifat
kali
dictator.
mengunakan
hubungan
emosional
antar orang tua dan anak
Pola asuh otoriter dapat membuat
kedekatan antara orang tua dan anak
a. Orang tua memberikan batasan
mengalami hambatan. Anak-anak dengan
kepada anak dan memaksa anak
pola asuh otoriter sering kali merasa
untuk
cemas dan memiliki tingkat depresi yang
mengikuti
aturan-aturan
yang telah ditetapkan.
b. Orang tua cenderung berorentasi
pada hukuman dan mengontrol
tinggi, serta memiliki masalah perilaku
dan pengendalian dorongan, terutama saat
tidak berhadapan dengan orang tua.
c. Perilaku yang mendukung
anak.
c. Orang tua jarang memberikan
pujian kepada anak
Perilaku yang mendukung pada
pola asuh ini disebut “ menghambatan”
mengungkapkan
perilaku, yang memiliki tujuan untuk
bahwa aspek-aspek pola asuh otoriter
mengontrol anak dari pada mendukung
antara lain:
proses berpikir anak.
Frazier
(2012)
9
d. Tingkat konflik antara orang tua
dan anak
yang
kontrol yang lebih tanpa ada
kedekatan
sejati
menghormati
mengakibatkan orang tua memiliki sikap
dan
rasa
dapat
saling
terlalu
melindungi
anak.
d.
Kehidupan pernikahan orang tuanya. e.
Alasan orang tua untuk mempunyai anak.
mengakibatkan
Menurut Widyarini (2009) faktor-
pemberontakan, dengan kata lain, pola
faktor yang menyebabkan orang tua
asuh otoriter dapat mengakibatkan konflik
menerapkan pola asuh otoriter antara lain:
antara orang tua dan anak.
a. Orang tua memiliki peran yang
dominan. b. Orang tua masih memegang
Faktor-faktor Pola Asuh Otoriter
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
prinsip pola asuh sesuai tradisi masa lalu
pola asuh otoriter menurut Gunarsa dan
yaitu orang tua memiliki kekuasaan
Gunarsa (2008) antara lain sebagi berikut:
sepenuhnya terhadap anak. c. Orang tua
a. Pengalaman
lalu
yang
cenderung memiliki harapan tertentu
perilaku
orang
kepada anaknya. d. Orang tua memiliki
tuanya. Orang tua cenderung mendidik
harapan yang tinggi terhadap anak,
anak dengan cara mengulang pola asuh
cenderung
orang tuanya pada masa lalu. b. Nilai-nilai
tersendiri.
berhubungan
masa
dengan
merasakan
ketegangan
yang dianut oleh orang tua. Apabila orang
Hipotesis
tua cenderung mengutamakan intelektual,
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh
rohani,
dalam
jawaban sementara tentang hubungan pola
kehidupannya, hal ini akan mempengaruhi
asuh otoriter dengan kemandirian adalah
usaha mereka dalam mendidik anak.
sebagai berikut : Ada hubungan antara
dan
lain-lain
di
c.
Tipe-tipe kepribadian orang tua. Orang tua
yang terlalu cemas kepada anaknya akan
pola asuh otoriter dengan kemandirian.
10
Metode Penelitian
diinginkannya
Identifikasi Variabel Penelitian
mengaksplorasi sekelilingnya. Hal ini
1. Variabel bebas
mendorong remaja untuk tidak tergantung
: Pola asuh otoriter
setelah
2. Variabel tergantung : kemandirian
kepada
Definisi
mengalihkannya
Operasional
Variabel
orangtua
mampu
Penelitian
1. Pola asuh otoriter adalah cara
secara
pada
emosi
teman
membuat
bertanggungjawab
remaja
dan
sebaya,
keputusan,
dan
tidak
mudah
yang digunakan oleh orang tua dalam
dipengaruhi
mendidik
anak
diungkap dengan menggunakan sekala
dengan menggunakan kontrol yang ketat
kemandirian yang terdiri dari aspek bebas
serta membuat peraturan dan batasan yang
dalam bertindak, mempunyai inisiatif,
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
memiliki pengendalian diri dari dalam,
anak, serta memberikan hukuman jika
progresif dan ulet, kemantapan diri.
anak bersalah. Pola asuh otoriter diungkap
Semakin tinggi skor sekala kemandirian
dengan menggunakan sekala pola asuh
maka
otoriter yang terdiri dari aspek pedoman
sebaliknya semakin rendah skor maka
perilaku,
kemandirian semakin rendah.
anak
dan
kualitas
mengasuh
hubungan
emosi,
perilaku yang mendukung, tingkat konflik.
Semakin tinggi skor sekala pola asuh
orang
lain.
kemandirian
Kemandirian
semakin
tinggi,
Subjek Penelitian
Hadi (2004) mengatakan populasi
maka pola asuh otoriter semakin tinggi,
merupakan
sebaliknya semakin rendah skor maka
mempunyai satu ciri atau sifat yang sama.
pola asuh otoriter semakin rendah.
Populasi bisa sangat luas, tetapi bisa juga
2. kemandirian adalah kemampuan
remaja untuk mencapai sesuatu yang
dibatasi
penelitian
sejumlah
menurut
individu
situasi
dengan
dan
syarat
yang
tujuan
tidak
11
menyimpang
dari
karakteristik
yang
Untuk memperoleh data tentang
hendak diduga Populasi yang ditetapkan
remaja yang memiliki pola asuh otoriter,
dalam penelitian ini adalah siswa SMK
maka peneliti akan menggunakan skala
Al-Islam Surakarta, sedangkang teknik
pola asuh otoriter yang harus diisi oleh
sampling
remaja.
yang
digunakan
saturation samping
artinya
metode
adalah
atau sampel jenuh
pengambilan
sampel
Alat
mendapatkan
yang digunakan
untuk
informan
sesuai
yang
dengan tema peneliti yang akan diteliti.
dengan mengikutsertakan semua anggota
Sekala
populasi
penelitian
aspek-aspek pola asuh otoriter dari Frazier
(Arikunto, 2003), akan tetapi penentuan
(2012). Penskalaan pola asuh otoriter ini
subjek penelitan berdasarkan kelas yang
menggunakan model Likert, skala Likret
telah ditentukan oleh peneliti. Pembagian
digukan untuk sikap, pendapat, dan
kelas yang dilakukan peneliti sebagai
persepsi individu tentang fenomena yang
berikut; untuk ujicoba peneliti mengambil
terjadi
siswa kelas XI yang berjumlah 40 siswa,
(Sugiyono, 2010).
sebagai
sampel
sedangkan
untuk
penelitian
menganbil
siswa
kelas
XII
peneliti
tersebut
di
Metode Pengumpulan Data
sekitarnya
2. Skala Kemandirian
Skala yang digunakan yaitu skala
kemandirian yang berdasrkan aspek-aspek
kemandirian
Skala yang di gunakan dalam
penelitian ada dua yaitu skala pola asuh
1. Skala pola asuh otoriter
lingkungan
berdasarkan
yang
berjumlah 73 siswa.
otoriter dan skala kemandirian.
disusun
menurut
Masrun
dalam
Hairiyah (2009) yang meliputi: bebas
dalam bertindak, mempunyai inisiatif,
memiliki
pengendalian
dari
dalam,
12
progresif dan ulet serta menatap masa
Hasil Dan Pembahasan
depan.
Hasil analisis data diketahui ada
hubungan negatif antara pola asuh otoriter
Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan
dengan kemandirian yang ditunjukkan
suatu metode yang digunakan untuk
oleh nilai
menganalisis data hasil penelitian dalam
0,426 dengan p
antara
memiliki sebaran yang normal dengan
dua
variabel,
yaitu
tergantung dan variabel bebas.
variabel
yang normal
0,05).
Sedangkan
dengan
nilai
kemandirian
nilai Kolmogorov-Smirnov (KS-Z =
0.338; p > 0,05)
13
Hasil uji linieritas hubungan
otoriter mencakup aspek-aspek yang
antara persepsi pola asuh otoriter dengan
ada di dalamnya dapat dijadikan
kemandirian diperoleh nilai F beda
sebagai prediktor untuk memprediksi
sebesar 0.317 dengan p > 0,05 yang
atau mengukur kemandirian. Semakin
menunjukkan korelasinya linier.
tinggi pola asuh otoriter maka semakin
Berdasarkan
hasil
analisis
kategorisasi diketahui variabel pola asuh
otoriter tergolong sedang mempunyai
rerata empirik rerata empirik (RE) =
76,08; dan rerata hipotetik (RH) =80.
Secara
umum
kemandirian
subjek
tergolong tinggi, ditunjukkan oleh rerata
empirik (RE) = 81,88 dan rerata
rendah kemandirian, dan semakin
rendah
pola
asuh
otoriter
maka
semakin tinggi kemandirian.
2. Rerata empirik variabel pola asuh
otoriter sebesar 76,08;
dan rerata
hipotetik (RH) =80, dengan demikian
pola
asuh
otoriter
pada
subjek
penelitian tergolong sedang.
3. Rerata empirik variabel kemandirian
hipotetik (RH) =65.
sebesar 81,88 dan rerata hipotetik
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan
yang
sebelumnya,
maka
telah
dapat
diuraikan
ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara pola asuh otoriter
dengan kemandirian yang ditunjukkan
dengan r sebesar -0,426 dengan p <
0,01. Hal ini berarti variabel pola asuh
(RH)
=65,
dengan
demikian
kemandirian pada subjek penelitian
tergolong tinggi.
4. Sumbangan efektif pola asuh otoriter
terhadap kemandirian sebesar 18,1 %.
Saran
Berdasarkan hasil penelitan di
atas, dapat dikemukakan beberapa saran
bagi pihak yang terkait, yaitu:
14
1. Bagi Guru
3. Bagi Para Siswa
Sebagai
individu
yang
Dengan
dasar
penelitian
ini
bersinggungan langsung dengan siswa,
diharapkan bisa memberikan gambaran
guru selain harus mengawasi proses
bahwa pola asuh otoriter memberikan
belajar
harus
pengaruh pada kemandirian sehingga
mengenal kondisi orang tua dalam hal ini
siswa bisa berkonsultasi kepada guru
mengenal pola asuh orang tua karena pola
Bimbingan
asuh
menghadapi masalah mengenai pola asuh
dan
mengajar,
orang
tua
juga
mempengaruhi
kemandirian siswa.
orang tua.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
4.
Sebagai
lembaga
dan
Konseling
ketika
Bagi Orang Tua
Dari hasil penelitian ini dapat di
yang
berhubungan langung dengan siswa, guru
lihat
Bimbingan Konseling diharapkan dapat
memberikan pengaruh pada kemandirian.
memaksimalkan
Orang tua yang memnerapkan pola asuh
dengan
perannya,
melakukan
misalnya
pendekatan-
bahwa
otoriter
pola
yang
asuh
berlebih
otoriter
maka
akan
pendekatan dengan siswa. Selain itu, kerja
mempengaruhi kemandirian anak, oleh
sama antara pihak sekolah dengan orang
karena itu orang tua yang menerapkan
tua
pola
siswa
juga
memperhatikan
dipertahankan
aspek
guna
pembinaan
asuh
otoriter
kepada
anaknya
sebaiknya dikombinasikan dengan pola
psikologis, dan lebih memahami dinamika
asuh
psikologisnya,
demokratis atau pola asuh permisif.
menjalankan
agar
siswa
kewajibannya
dapat
dengan
yang
lain
seperti
pola
asuh
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang
optimal.
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
15
dengan tema yang sama diharapkan dapat
menjadi referensi dan karena penelitian ini
hanya
meninjau
sebagian
saja
dari
variabel yang mempengaruhi kemandirian
maka perlu menambah variabel lain agar
hasil yang didapatkan lebih bervariasi dan
beragam
sehingga
kesimpulan
yang
dihasilkan lebih komprehensif seperti
media massa, lingkungan sekolah, agama
atau keluarga.
Daftar Pustaka
Fathi. (2011). Mendidik Anak dengan Al –
Qur’an Sejak Janin. Jakarta:
Grasindo.
Faizah, M. (2010). Hubungan antara
Penerapan Pola Asuh Otoriter
Orang Tua dengan Distres pada
Remaja di SMA Negeri 1
Muntilan. Skripsi (diterbitkan).
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Frazier, Barbara. (2012). Assessing Your
Parenting
Style.
www.thesuccessfulparent.com/par
enting-style/assessing-yourparenting-style
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D.
(2008). Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia.
Hadi, S. 2002. Metodologi Research, Jilid
1 dan 2 Yogyakarta : Andi Offset.
Hairiyah. 2009. Pola Hubungan antara
Kepercayaan diri dan Kemandirian
dengan motivasi berprestasi pada
penyandang tuna daksa. Surakarta,
Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan anak,
jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kartono, K. 2003 .Hygiene Mental,
Bandung: Mandar Maju
Mu’tadin, Z. 2002. kemandirian sebagai
kebutuhan psikologis pada remaja.
www.epsikologi.com
Santosa Utami Winda Ayu & Marheni
Adijanti.
2013.
Perbedaan
Kemandirian Berdasarkan Tipe
Pola Asuh Orang Tua pada Siswa
SMP Negeri di Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 1,
54-62. Bali: Program Studi
Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Udayana.
Widyarini, M. M. (2009). Relasi Orang
Tua dan Anak. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Yunita,R.D,
Wimbarti,
S
dan
Muastaghfirin. 2002. Kemandirian
dan Motivasi Berprestasi Pada
Anak Penderita Asma. Indigenous
(Jaurnal Ilmiah Berkala Psikologi).
Vol 6, No 1. 69-77. Surakarta :
Fakultas Psikologi UMS.
Yusuf,
S.
(2000).
Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
KEMANDIRIAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
MUHAMMAD HASYIM AS’ARI
F 100 050 135
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN
KEMANDIRIAN
Muhammad Hasyim As’ari
Fakultas Psikologi UMS
Hasyim.05.haa@gmail.com
Pembibing Taufik, S.Psi, M.Si,Ph.D
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh otoriter
dengan kemandirian. Hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah ada hubungan antara
pola asuh otoriter dengan kemandirian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK
Al-Islam Surakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini saturation samping.
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala pola asuh otoriter dan skala
kemandirian. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan
SPSS 16.00 dengan analisis product moment untuk mengukur hubungan antara pola asuh
otoriter dengan kemandirian. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil analisis data
menunjukkan ada koefisien korelasi (r) sebesar -0,426 dengan p < 0,01, yang artinya
terdapat hubungan negatif yang sangat sigifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku
kemandirian. Hasil perbandingan skor empirik menunjukkan bahwa pola asuh otoriter
tergolong sedang dengan rerata empirik (RE) = 76,08 dan rerata hipotetik (RH) = 80,
kemandirian tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) = 81,88 dan rerata hipotetik
(RH) = 65. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara pola asuh otoriter dengan kemandirian. Hal ini berarti variabel pola asuh
otoriter dapat menjadi prediktor untuk mengukur kemandirian. Hal ini berarti bahwa
untuk kemandirian remaja dapat dibentuk dengan pola asuh otoriter yang diterapkan oleh
orangtua.
Kata kunci: pola asuh otoriter, kemandirian , siswa SMK
1
masih tidak dapat memutuskan sendiri
Latar Belakang
Kemandirian
remaja
secara
universitas atau jurusan mana yang akan
spesifik menuntut suatu kesiapan individu
dipilihnya. Bahkan masih banyak ditemui
baik secara fisik maupun emosional untuk
orangtua
mengatur,
kehendaknya untuk memasukkan putera-
mengurus,
dan
melakukan
yang
sangat
memaksakan
aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri
puterinya
tanpa banyak tergantung pada orang lain.
kehendaki meskipun anaknya sama sekali
Dengan kurangnya pengalaman remaja
tidak berminat untuk masuk ke jurusan
dalam menghadapi berbagai masalahnya,
tersebut. (Mu’tadin, 2002).
ke
jurusan
Monks
maka remaja akan mengalami kesulitan
yang
(Widiana,
mereka
2001)
dalam menghadapi berbagai masalahnya
mengatakan bahwa orang yang mandiri
untuk dapat memperoleh kemandirian
akan
(Yunita,
eksploratif, mampu mengambil keputusan,
Wimbarti,
dan
Mustagfirin,
memperlihatkan
perilaku
yang
percaya diri, dan kreatif. Selain itu juga
2002).
Ketidakmandirian
remaja
ini
mampu
bertindak
kritis,
tidak
takut
tercermin dalam perilaku mereka dalam
berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan
pergaulan dengan teman sebaya. Para
dalam melakukan aktifitasnya, percaya
remaja
merasa
diri, dan mampu menerima realitas.
tergantung pada teman sebaya yang ada
Kebutuhan untuk memiliki kemandirian
dalam
dapat
dipercaya sebagai hal yang penting dalam
memutuskan segala sesuatunya sendiri,
memperkuat motivasi individu. Menurut
misalnya dalam pemilihan jurusan atau
Ryan dan Deci (Yusuf, 2000) bahwa
fakultas
atau
individu yang mandiri mampu memotivasi
Perguruan Tinggi, banyak remaja yang
dirinya untuk bertahan dengan kesulitan
tersebut
cenderung
kelompoknya,
ketika
ia
masuk
tidak
sekolah
2
yang
dihadapi
dan
dapat
menerima
masalah
dengan
baik.
Penelitian
kegagalan dengan pikiran yang rasional.
Hernawati (2006) menunjukkan remaja di
Hal ini sesuai dengan salah satu ciri
panti
individu
yang
mempunyai
memiliki
kemandirian
kemandirian baik dan positif cenderung
mampu
menghadapi
baik kemampuan pemecahan masalahnya,
kegagalan dengan sikap yang rasional
sebaliknya remaja yang kemandiriannya
dengan berupaya mengatasinya secara
kurang baik cenderung kurang mampu
lebih baik tanpa menyebabkan depresi.
dalam pemecahan masalahnya.
tinggi
yang
asuhan
yaitu
Kemandirian
merupakan
salah
Pola asuh otoriter adalah pola asuh
satu
indikator kedewasaan seseorang yang
dimana
ditandai dengan kemampuannya dalam
mengandalkan kekuasaan daripada alasan
melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
untuk menegakkan tuntutan, menciptakan
harus bergantung dengan orang lain
disiplin
(Patriana, 2007).
pengasuhan
Salah
satu
faktor
yang
orang
yang
kepatuhan
tua
tinggi
yang
sebagai
cenderung
dan
perilaku
rendah,
menilai
suatu
kebajikan,
mempengaruhi kemandirian adalah pola
mendukung adanya hukuman sebagai
asuh orang tua,
Hasil penelitian Iffah
usaha untuk menegakkan tuntutan orang
(2006) menunjukkan bahwa orang tua
tua, tidak memberikan dorongan dan
yang menerapkan, pola asuh yang baik,
penerimaan
remaja cenderung dapat menyelesaikan
menganggap bahwa keputusan mereka
masalah
bersifat
dengan
baik
dan
mudah,
sebaliknya orang tua yang menerapkan
pola asuh yang kurang baik, remaja
cenderung kurang mampu menyelesaikan
final
secara
verbal,
(Lagacé-Séguin
d’entremont, 2006).
dan
dan
3
potensi
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pola asuh
otoriter dengan kemandirian siswa SMK.
siswanya
untuk
meningkatkan kemandirian siswa.
b. Bagi para guru, hasil penelitian ini
dapat menjadi informasi tentang
kondisi latar belakang pola asuh
Manfaat Penelitian
siswa
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
ini
diharapkan
dapat
memperkaya wacana ilmiah terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan bagi
ilmu psikologi pada umumnya dan
psikologi
pendidikan
pada
guru
Bimbingan
dan
dapat menjadi informasi tentang
kondisi
psikis
siswanya
yang
ditinjau dari latar belakang pola
asuh
sehingga dapat
bimbingan
dan
memberi
konseling
kaitannya dengan proses belajar
khususnya.
siswa dan
2. Secara Praktis
a. Bagi
lebih
Konseling, hasil penelitian ini
1. Secara Teoritis
ilmu
dapat
meningkatkan kemandirian siswa.
c. Bagi
memberikan manfaat antara lain:
Penelitian
agar
ini
Sekolah,
dapat
hasil
menjadi
informasi mengenai kondisi pola
asuh siswanya sehingga dapat
menciptakan kondisi-kondisi yang
kondusif
tingkat
kemandirian siswa ditinjau dari
Kepala
penelitian
mengetahui
untuk
pengembangan
latar belakang pola asuh dan
psikologis.
d. Bagi para siswa, diharapkan dapat
menjadi informasi mengenai latar
belakang pola asuh dalam upaya
mereka meningkatkan kemandirian
4
e. Bagi
peneliti
selanjutnya
atau
lain sampai batas kemampuannya, mampu
lainnya
yang
bertanggung jawab atas keputusan tidakan
pihak-pihak
berkompeten dan berminat pada
dan
masalah yang relatif sama dengan
membuang perilaku yang mengingkari
kajian ini, hasil penelitian ini dapat
kenyataan.
perasaannya
Kemandirian
menjadi informasi dan kontribusi
sehingga
bias
melakukan
sendiri,
kemampuan
mampu
remaja
remaja
adalah
untuk
mencapai
penelitian serupa dengan variable
sesuatu yang diinginkannya setelah remaja
lain yang mempengaruhi.
mengaksplorasi sekelilingnya. Hal ini
Tinjauan Teori
mendorong remaja untuk tidak tergantung
Kemandirian
kepada
Kemandirian adalah usaha remaja
orangtua
mengalihkannya
secara
pada
untuk dapat menjelaskan dan melakukan
mampu
sesuatu yang sesuai dengan keinginannya
bertanggungjawab
sendiri
dipengaruhi orang lain.
setelah
mempelajari
remaja
keadaan
tersebut
sekelilingnya.
Perubahan fisik, kognitif dan peranan
merupakan bagian yang mempengaruhi
emosi
teman
membuat
dan
dan
sebaya,
keputusan,
tidak
mudah
Aspek-aspek Kemandirian
Menurut Masrun (Hairiyah 2009),
aspek-aspek kemandirian antara lain:
Menurut
a. Bebas,
Sukaji (Hairiyah, 2009) yang di maksud
dengan
kemandirian yaitu mampu mengatur diri
lakukan atas kehendak sendiri
sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban
bukan karena orang lain
perkembangan
kemandirian.
yaitu
tindakan
ditunjukkan
yang
di
menentukan
b. Progresif, yaitu ditunjukkan
nasibsendiri, tidak bergantung pada orang
dengan usaha untuk mengejar
yang
dimiliki,
mampu
5
prestrasi,
penuh
ketekunan,
merencanakan
serta
faktor yang mempengaruhi kemandirian
seseorang, yaitu:
mewujudkan harapan-harapan
c. Inisiatif,
yaitu
pemanfaatan
bertindak
adanya
berfikir
secara
dan
orisinal,
kreatif dan inisiatif.
mampu
internal,
meliputi
faktor umur, jenis kelamin dan urutan
kelahiran.
Banyak
penelitian
yang
menunjukkan bahwa umur merupakan
variable yang berpengaruh terhadap
d. Pengendalian diri, yaitu adanya
perasaan
a. Faktor
untuk
kemandirian seseorang. Selain umur,
kemandirian juga dipengaruhi oleh jenis
mengatasi masalahnya, mampu
kelamin.
mengendalikan
mandiri
serta
Laki-laki
dari
cenderung
pada
lebih
perempuan.
mempengaruhi lingkungan atas
Perpbedaan ini bukan karena faktor
usahanya.
lingkungan
e. Kemampuan
diri,
semata
melainkan
juga
yaitu
karena orang tua dalam memperlakukan
mencakup rasa percaya diri
anak yang cenderung lebih melindungi
terhadap kemampuan sendiri,
anak perempuan. Urutan kelahiran juga
menerima
dirinya
dan
dapat
memperoleh
kepuasan
dari
seseorang. Anak sulung lebih dibiasakan
usahanya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kemandirian
madiri dan dididik agar menjadi contoh
Mempengaruhi
Kemandirian
bagi adiknya, sedangkan anak bungsu
lebih dimanja dan dilindungi.
Masrun, dkk (dalam Hairiyah,
b. Faktor ekternal, meliputi dua
2009) menyampaikan bahwa ada dua
lingkungan yaitu lingkungan permanen
dan
tidak
permanen.
Lingkungan
6
permanen merupakan lingkungan yang
orang tua serta memaksa anak untuk
selalu
mematuhi
berpengaruh
terhadap
peraturan
tersebut
tanpa
kemandirian, contohnya pendidikan dan
memberikan penjelasan (Maccoby dan
pelatihan. Lingkungan tidak permanen
Martin, dalam Terry, 2004 ).
tidak
pola asuh otoriter adalah cara yang
selamanya mempengaruhi kemandirian,
digunakan oleh orang tua dalam mendidik
misalnya terjadinya peristiwa penting
anak
dalam
yang
menggunakan kontrol yang ketat serta
terganggunya
membuat peraturan dan batasan yang
individu,
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
contohnya peristiwa bencana alam atau
anak, serta memberikan hukuman jika
kehilangan orang yang dicintai.
anak bersalah.
merupakan
lingkungan
kehidupan
individu
mengakibatkan
keseimbangan
yang
pribadi
tua
mengasuh
anak
dengan
Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter
Pola Asuh Otoriter
Orang
dan
otoriter
cenderung
Harlock
(dalam
Taganing
dan
memiliki kontrol yang tinggi dalam
Fortuna, 2008) menjelaskan ciri-ciri pola
menggunakan
asuh otoriter sebagai berikut:
kekuasaannya.
Mereka
lebih mengandalkan hukuman dan tidak
a.
Orang tua mengharuskan anak
responsif. Mereka menghargai kepatuhan
untuk tunduk dan patuh pada
dan tidak memberikan toleransi pada
keinginannya.
anak-anak mereka. Orang tua otoriter
b. Orang tua memberikan kontrol
cenderung tidak memberikan kebebasan
yang
pada
perilaku anakmereka dan jarang
anak-anak
mengeluarkan
mereka
pendapat
untuk
terhadap
keputusan dan peraturan yang dibuat
sangat
ketat
memberikan pujian.
terhadap
7
c. Orang tua menetapkan standar
yang harus dipenuhi oleh anak
Aspek-aspek pola asuh otoriter
Kohn
(dalam
Faizah,
2010)
dan jikaterjadi kegagalan, orang
menyatakan bahwa aspek-aspek pola asuh
tua
otoriter sebagai berikut:
cenderung
memberikan
a. Pemberian disiplin
hukuman fisik.
d. Orang tua menggunakan kontrol
pemberian disiplin pada pola asuh
eksternal seperti standar yang
otoriter menganut konsep yang negatife,
harus dipenuhi dan hukuman
yaitu pengendalian dengan kekuasaan
dalam
luar, biasanya diterapkan dengan cara
mengendalikan
tingkah
yang tidak tepat, berbentuk pengekangan
laku anak.
Fathi (2011) menyatakan bahwa ciri-ciri
dengan menggunakan cara yang tidak
pola asuh otoriter sebagai berikut:
disenangi dan nyakitkan.
a. Orang tua memiliki kekuasaan
b. Komunikasi
orang
yang dominan.
b. Orang tua akan memberikan
cenderung
tua
yang
memberikan
otoriter
batasan
dan
hukuman pada anak yang tidak
kontrol yang tegas, serta hanya sedikit
mematuhi mereka.
melakukan
c. Orang
tua
cenderung
tidak
komunikasi
secara
verbal
terhadap remaja.
mendengarkan pendapat anak
sehingga anak tidak memiliki
pemenuhan kebutuhan pada pola
peran dirumah.
d. Orang tua memiliki kontrol
yang
sangat
c. Pemenuhan kebutuhan
ketat
tingkah laku anak.
terhadap
asuh otoriter cenderung sangat jarang
terpenuhi,
terutama
bila
menyangkut
pemenuhan secara mental. Orang tua
8
sering kali menunjukkan sikap yang
a. Pedoman perilaku
menekan kebutuhan mental remaja dengan
memberikan
batasan-batatan
dalam
Orang tua cenderung mengatur
anak-anak sehingga tidak ada ruang untuk
berdiskusi dan penjelasan. Sistem yang
bertingkah laku.
d. Pandangan terhadap remaja
Orang tua cenderung memandang
digunakan untuk menegakkan pedoman
tersebut
cenderung
remaja sebagai anak yang harus diatur
Orang
agar menjadi anak yang baik serta harus
hukuman yang berat.
patuh pada aturan-aturan yang telah
b. Kualitas
ditetapkan oleh orang tuanya.
Menurut Surniani (2008) aspek-aspek
pola asuh otoriter sebagi berikut:
tua
sering
bersifat
kali
dictator.
mengunakan
hubungan
emosional
antar orang tua dan anak
Pola asuh otoriter dapat membuat
kedekatan antara orang tua dan anak
a. Orang tua memberikan batasan
mengalami hambatan. Anak-anak dengan
kepada anak dan memaksa anak
pola asuh otoriter sering kali merasa
untuk
cemas dan memiliki tingkat depresi yang
mengikuti
aturan-aturan
yang telah ditetapkan.
b. Orang tua cenderung berorentasi
pada hukuman dan mengontrol
tinggi, serta memiliki masalah perilaku
dan pengendalian dorongan, terutama saat
tidak berhadapan dengan orang tua.
c. Perilaku yang mendukung
anak.
c. Orang tua jarang memberikan
pujian kepada anak
Perilaku yang mendukung pada
pola asuh ini disebut “ menghambatan”
mengungkapkan
perilaku, yang memiliki tujuan untuk
bahwa aspek-aspek pola asuh otoriter
mengontrol anak dari pada mendukung
antara lain:
proses berpikir anak.
Frazier
(2012)
9
d. Tingkat konflik antara orang tua
dan anak
yang
kontrol yang lebih tanpa ada
kedekatan
sejati
menghormati
mengakibatkan orang tua memiliki sikap
dan
rasa
dapat
saling
terlalu
melindungi
anak.
d.
Kehidupan pernikahan orang tuanya. e.
Alasan orang tua untuk mempunyai anak.
mengakibatkan
Menurut Widyarini (2009) faktor-
pemberontakan, dengan kata lain, pola
faktor yang menyebabkan orang tua
asuh otoriter dapat mengakibatkan konflik
menerapkan pola asuh otoriter antara lain:
antara orang tua dan anak.
a. Orang tua memiliki peran yang
dominan. b. Orang tua masih memegang
Faktor-faktor Pola Asuh Otoriter
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
prinsip pola asuh sesuai tradisi masa lalu
pola asuh otoriter menurut Gunarsa dan
yaitu orang tua memiliki kekuasaan
Gunarsa (2008) antara lain sebagi berikut:
sepenuhnya terhadap anak. c. Orang tua
a. Pengalaman
lalu
yang
cenderung memiliki harapan tertentu
perilaku
orang
kepada anaknya. d. Orang tua memiliki
tuanya. Orang tua cenderung mendidik
harapan yang tinggi terhadap anak,
anak dengan cara mengulang pola asuh
cenderung
orang tuanya pada masa lalu. b. Nilai-nilai
tersendiri.
berhubungan
masa
dengan
merasakan
ketegangan
yang dianut oleh orang tua. Apabila orang
Hipotesis
tua cenderung mengutamakan intelektual,
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh
rohani,
dalam
jawaban sementara tentang hubungan pola
kehidupannya, hal ini akan mempengaruhi
asuh otoriter dengan kemandirian adalah
usaha mereka dalam mendidik anak.
sebagai berikut : Ada hubungan antara
dan
lain-lain
di
c.
Tipe-tipe kepribadian orang tua. Orang tua
yang terlalu cemas kepada anaknya akan
pola asuh otoriter dengan kemandirian.
10
Metode Penelitian
diinginkannya
Identifikasi Variabel Penelitian
mengaksplorasi sekelilingnya. Hal ini
1. Variabel bebas
mendorong remaja untuk tidak tergantung
: Pola asuh otoriter
setelah
2. Variabel tergantung : kemandirian
kepada
Definisi
mengalihkannya
Operasional
Variabel
orangtua
mampu
Penelitian
1. Pola asuh otoriter adalah cara
secara
pada
emosi
teman
membuat
bertanggungjawab
remaja
dan
sebaya,
keputusan,
dan
tidak
mudah
yang digunakan oleh orang tua dalam
dipengaruhi
mendidik
anak
diungkap dengan menggunakan sekala
dengan menggunakan kontrol yang ketat
kemandirian yang terdiri dari aspek bebas
serta membuat peraturan dan batasan yang
dalam bertindak, mempunyai inisiatif,
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
memiliki pengendalian diri dari dalam,
anak, serta memberikan hukuman jika
progresif dan ulet, kemantapan diri.
anak bersalah. Pola asuh otoriter diungkap
Semakin tinggi skor sekala kemandirian
dengan menggunakan sekala pola asuh
maka
otoriter yang terdiri dari aspek pedoman
sebaliknya semakin rendah skor maka
perilaku,
kemandirian semakin rendah.
anak
dan
kualitas
mengasuh
hubungan
emosi,
perilaku yang mendukung, tingkat konflik.
Semakin tinggi skor sekala pola asuh
orang
lain.
kemandirian
Kemandirian
semakin
tinggi,
Subjek Penelitian
Hadi (2004) mengatakan populasi
maka pola asuh otoriter semakin tinggi,
merupakan
sebaliknya semakin rendah skor maka
mempunyai satu ciri atau sifat yang sama.
pola asuh otoriter semakin rendah.
Populasi bisa sangat luas, tetapi bisa juga
2. kemandirian adalah kemampuan
remaja untuk mencapai sesuatu yang
dibatasi
penelitian
sejumlah
menurut
individu
situasi
dengan
dan
syarat
yang
tujuan
tidak
11
menyimpang
dari
karakteristik
yang
Untuk memperoleh data tentang
hendak diduga Populasi yang ditetapkan
remaja yang memiliki pola asuh otoriter,
dalam penelitian ini adalah siswa SMK
maka peneliti akan menggunakan skala
Al-Islam Surakarta, sedangkang teknik
pola asuh otoriter yang harus diisi oleh
sampling
remaja.
yang
digunakan
saturation samping
artinya
metode
adalah
atau sampel jenuh
pengambilan
sampel
Alat
mendapatkan
yang digunakan
untuk
informan
sesuai
yang
dengan tema peneliti yang akan diteliti.
dengan mengikutsertakan semua anggota
Sekala
populasi
penelitian
aspek-aspek pola asuh otoriter dari Frazier
(Arikunto, 2003), akan tetapi penentuan
(2012). Penskalaan pola asuh otoriter ini
subjek penelitan berdasarkan kelas yang
menggunakan model Likert, skala Likret
telah ditentukan oleh peneliti. Pembagian
digukan untuk sikap, pendapat, dan
kelas yang dilakukan peneliti sebagai
persepsi individu tentang fenomena yang
berikut; untuk ujicoba peneliti mengambil
terjadi
siswa kelas XI yang berjumlah 40 siswa,
(Sugiyono, 2010).
sebagai
sampel
sedangkan
untuk
penelitian
menganbil
siswa
kelas
XII
peneliti
tersebut
di
Metode Pengumpulan Data
sekitarnya
2. Skala Kemandirian
Skala yang digunakan yaitu skala
kemandirian yang berdasrkan aspek-aspek
kemandirian
Skala yang di gunakan dalam
penelitian ada dua yaitu skala pola asuh
1. Skala pola asuh otoriter
lingkungan
berdasarkan
yang
berjumlah 73 siswa.
otoriter dan skala kemandirian.
disusun
menurut
Masrun
dalam
Hairiyah (2009) yang meliputi: bebas
dalam bertindak, mempunyai inisiatif,
memiliki
pengendalian
dari
dalam,
12
progresif dan ulet serta menatap masa
Hasil Dan Pembahasan
depan.
Hasil analisis data diketahui ada
hubungan negatif antara pola asuh otoriter
Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan
dengan kemandirian yang ditunjukkan
suatu metode yang digunakan untuk
oleh nilai
menganalisis data hasil penelitian dalam
0,426 dengan p
antara
memiliki sebaran yang normal dengan
dua
variabel,
yaitu
tergantung dan variabel bebas.
variabel
yang normal
0,05).
Sedangkan
dengan
nilai
kemandirian
nilai Kolmogorov-Smirnov (KS-Z =
0.338; p > 0,05)
13
Hasil uji linieritas hubungan
otoriter mencakup aspek-aspek yang
antara persepsi pola asuh otoriter dengan
ada di dalamnya dapat dijadikan
kemandirian diperoleh nilai F beda
sebagai prediktor untuk memprediksi
sebesar 0.317 dengan p > 0,05 yang
atau mengukur kemandirian. Semakin
menunjukkan korelasinya linier.
tinggi pola asuh otoriter maka semakin
Berdasarkan
hasil
analisis
kategorisasi diketahui variabel pola asuh
otoriter tergolong sedang mempunyai
rerata empirik rerata empirik (RE) =
76,08; dan rerata hipotetik (RH) =80.
Secara
umum
kemandirian
subjek
tergolong tinggi, ditunjukkan oleh rerata
empirik (RE) = 81,88 dan rerata
rendah kemandirian, dan semakin
rendah
pola
asuh
otoriter
maka
semakin tinggi kemandirian.
2. Rerata empirik variabel pola asuh
otoriter sebesar 76,08;
dan rerata
hipotetik (RH) =80, dengan demikian
pola
asuh
otoriter
pada
subjek
penelitian tergolong sedang.
3. Rerata empirik variabel kemandirian
hipotetik (RH) =65.
sebesar 81,88 dan rerata hipotetik
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan
yang
sebelumnya,
maka
telah
dapat
diuraikan
ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara pola asuh otoriter
dengan kemandirian yang ditunjukkan
dengan r sebesar -0,426 dengan p <
0,01. Hal ini berarti variabel pola asuh
(RH)
=65,
dengan
demikian
kemandirian pada subjek penelitian
tergolong tinggi.
4. Sumbangan efektif pola asuh otoriter
terhadap kemandirian sebesar 18,1 %.
Saran
Berdasarkan hasil penelitan di
atas, dapat dikemukakan beberapa saran
bagi pihak yang terkait, yaitu:
14
1. Bagi Guru
3. Bagi Para Siswa
Sebagai
individu
yang
Dengan
dasar
penelitian
ini
bersinggungan langsung dengan siswa,
diharapkan bisa memberikan gambaran
guru selain harus mengawasi proses
bahwa pola asuh otoriter memberikan
belajar
harus
pengaruh pada kemandirian sehingga
mengenal kondisi orang tua dalam hal ini
siswa bisa berkonsultasi kepada guru
mengenal pola asuh orang tua karena pola
Bimbingan
asuh
menghadapi masalah mengenai pola asuh
dan
mengajar,
orang
tua
juga
mempengaruhi
kemandirian siswa.
orang tua.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
4.
Sebagai
lembaga
dan
Konseling
ketika
Bagi Orang Tua
Dari hasil penelitian ini dapat di
yang
berhubungan langung dengan siswa, guru
lihat
Bimbingan Konseling diharapkan dapat
memberikan pengaruh pada kemandirian.
memaksimalkan
Orang tua yang memnerapkan pola asuh
dengan
perannya,
melakukan
misalnya
pendekatan-
bahwa
otoriter
pola
yang
asuh
berlebih
otoriter
maka
akan
pendekatan dengan siswa. Selain itu, kerja
mempengaruhi kemandirian anak, oleh
sama antara pihak sekolah dengan orang
karena itu orang tua yang menerapkan
tua
pola
siswa
juga
memperhatikan
dipertahankan
aspek
guna
pembinaan
asuh
otoriter
kepada
anaknya
sebaiknya dikombinasikan dengan pola
psikologis, dan lebih memahami dinamika
asuh
psikologisnya,
demokratis atau pola asuh permisif.
menjalankan
agar
siswa
kewajibannya
dapat
dengan
yang
lain
seperti
pola
asuh
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang
optimal.
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
15
dengan tema yang sama diharapkan dapat
menjadi referensi dan karena penelitian ini
hanya
meninjau
sebagian
saja
dari
variabel yang mempengaruhi kemandirian
maka perlu menambah variabel lain agar
hasil yang didapatkan lebih bervariasi dan
beragam
sehingga
kesimpulan
yang
dihasilkan lebih komprehensif seperti
media massa, lingkungan sekolah, agama
atau keluarga.
Daftar Pustaka
Fathi. (2011). Mendidik Anak dengan Al –
Qur’an Sejak Janin. Jakarta:
Grasindo.
Faizah, M. (2010). Hubungan antara
Penerapan Pola Asuh Otoriter
Orang Tua dengan Distres pada
Remaja di SMA Negeri 1
Muntilan. Skripsi (diterbitkan).
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Frazier, Barbara. (2012). Assessing Your
Parenting
Style.
www.thesuccessfulparent.com/par
enting-style/assessing-yourparenting-style
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D.
(2008). Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia.
Hadi, S. 2002. Metodologi Research, Jilid
1 dan 2 Yogyakarta : Andi Offset.
Hairiyah. 2009. Pola Hubungan antara
Kepercayaan diri dan Kemandirian
dengan motivasi berprestasi pada
penyandang tuna daksa. Surakarta,
Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan anak,
jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kartono, K. 2003 .Hygiene Mental,
Bandung: Mandar Maju
Mu’tadin, Z. 2002. kemandirian sebagai
kebutuhan psikologis pada remaja.
www.epsikologi.com
Santosa Utami Winda Ayu & Marheni
Adijanti.
2013.
Perbedaan
Kemandirian Berdasarkan Tipe
Pola Asuh Orang Tua pada Siswa
SMP Negeri di Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 1,
54-62. Bali: Program Studi
Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Udayana.
Widyarini, M. M. (2009). Relasi Orang
Tua dan Anak. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Yunita,R.D,
Wimbarti,
S
dan
Muastaghfirin. 2002. Kemandirian
dan Motivasi Berprestasi Pada
Anak Penderita Asma. Indigenous
(Jaurnal Ilmiah Berkala Psikologi).
Vol 6, No 1. 69-77. Surakarta :
Fakultas Psikologi UMS.
Yusuf,
S.
(2000).
Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.