STUDI TENTANG DAMPAK PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI TERHADAP KEMATANGAN ASPEK SOSIAL DAN EMOSI ANAK BERBAKAT.
TERHADAP KEMATANGAN
ASPEK SOSIAL DAN EMOSI ANAK BERBAKAT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh : Rahmah Novianti
1102712
PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
ASPEK SOSIAL DAN EMOSI ANAK BERBAKAT
Oleh
Rahmah Novianti, S.Sos UPI Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Rahmah Novianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Rahmah Novianti, S.Sos
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I:
DR. ZAENAL ALIMIN, M.Ed NIP: 195903241984031002
PEMBIMBING II:
DR. ENDANG ROCHYADI, M.Pd NIP: 195608181985031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Khusus
DR. DJADJA RAHARDJA, M. Ed. NIP: 195904141985031005
(4)
ABSTRAK
STUDI TENTANG DAMPAK PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI TERHADAP KEMATANGAN ASPEK SOSIAL DAN
EMOSI ANAK BERBAKAT
Rahmah Novianti /1102712/Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus/ Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Keberadaan anak berbakat terasa semakin mendapatkan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Hal ini terbukti banyak sekolah yang menyelenggarakan kelas akselerasi. Akselerasi dibentuk dan diselenggarakan oleh beberapa sekolah untuk menjawab kebutuhan layanan pendidikan kepada anak-anak berbakat. Masalahnya adalah apakah penyelenggaraan kelas akselerasi memberi dampak positif terhadap perkembangan sosial dan emosi atau hanya pada aspek perkembangan akademis semata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penyelenggaraan kelas akselerasi memiliki dampak terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat di SDN Banjarsari Bandung. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif naturalistic dimana sifat pendekatan yang digunakan lebih ditekankan kepada sifat alamiah, spontan dan wajar. Data yang dikumpulkan secara langsung di lapangan dilakukan peneliti sendiri selaku instrument. Analisis data dilakukan secara deduktif, dan untuk keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penyelenggaraan kelas akselerasi tidak memiliki dampak negatif terhadap kematangan sosial dan emosi siswa berbakat di SDN Banjarsari Bandung. Hal ini ditunjukkan dengan adanya data hasil wawancara dan observasi serta studi dokumentasi yang menunjukkan bahwa penyelenggaraan kelas akselerasi tidak berdampak negatif bagi kematangan sosial dan emosi siswa berbakat
(5)
ABSTRACT
STUDY OF ACCELERATION CLASS EFFECT ON SOCIAL AND EMOTIONAL MATURATION ASPECTS OF GIFTED AND TALENTED
CHILDREN
Rahmah Novianti / 1102712/ Special Needs Education Study Program/School of Postgraduate Studies, Indonesian University of Education
Providing the education need for gifted and talented children get more attention nowadays. The existence of acceleration classes in many school is a real proof of it. Some schools hold and establish acceleration class for the purpose of providing gifted and talented children need. The problem is; does the acceleration class give positive effect to social and emotional development of children or does it only concern with academic aspect. The aim of this research is to find out whether or not acceleration class effect to the social and emotional maturation of gifted and talented children at SDN Banjarsari, Bandung. The research methods used is qualitative naturalistic approach is used where concerned with the nature, spontaneous and genuine approach. Data is collected directly by the reasercher herself as the instrument. Furthermore, the obtained data is analyzed deductively and triangulation is used for the data validity testing. The result of this research shows that acceleration class does not give any negative effect on the social and emotional maturation of the gifted and talented children at SDN Banjarsari. This result is supported by the data from the interview, observation and documentation.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN……….. i
ABSTRAK ………...………... ii
ABSTRACT ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v
DAFTAR TABEL ………... viii
DAFTAR GAMBAR ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ………... x
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………. 5
C. TujuanPenelitian ……….... 6
D. ManfaatPenelitian ……….. 6
E. Struktur OrganisasiTesis ……….... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN TENTANG AKSELERASI DAN KEBERBAKATAN 10 A. Kajian Pustaka ... 10
1. Tinjauan tentang Keberbakatan ... 10
2. Tinjauan tentang Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat ... 14
3. Akselerasi bagi Anak Berbakat ... 19
a. Tujuan Program Akselerasi ... 20
b. Kekuatan Program Akselerasi ... 21
c. Kelemahan Program Akselerasi ... 21
4. Tinjauan tentang Perkembangan Sosial ... 24
5. Tinjauan tentang Perkembangan Emosi ... 29
a. Pengertian Emosi ... 29
b. Perkembangan Emosi Berdasarkan Periode Perkembangan 34 c. Perbedaan Kelompok dalam Emosi ... 36
6. Tinjauan tentang Penyesuaian Sosial dan Emosi Anak Berbakat 37
B. Penelitian yang Relevan …... 41
C. Kerangka Berfikir …... 42
BAB III METODE PENELITIAN ……….. 43
A. Metode Penelitian ... 43
B. Definisi Konsep ... 44
(7)
1. Lokasi 47
2. Subjek 47
D. Instrument Penelitian ... 48 E. Teknik Pengumpulan Data ... 49 F. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 53 BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN …… 59 A. Deskripsi Data 1 (Penyelenggaraan Kelas Akselerasi) ... 59 B. Analisis Data 1 (Analisis Alur Penelitian dan Penyelenggaraan Kelas
Akselerasi)
62 1. Analisis Latar Penelitian ... 62 2. Analisis Penyelenggaraan Kelas Akselerasi bagi Siswa Berbakat 66 C.Deskripsi Data 2 (Kematangan Sosial dan Emosi Siswa Berbakat) 69 D.Analisis Data 2 (Kematangan Sosial dan Emosi Siswa Akselerasi) 73 1. Kematangan Aspek Sosial ... 73 2. Kematangan Aspek Emosi ... 75 E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI … 85
A. Kesimpulan ... 86 B. Rekomendasi ... 87
DAFTAR PUSTAKA ……… 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN…
1. Butir Instrumen sosial dan emosi untuk guru 93 2. Butir instrument sosial dan emosi untuk siswa 101 3. Kisi-kisi pedoman wawancancara akselerasi (Kepala Sekolah dan Guru) 109 4. Kisi-kisi pedoman wawancara sosial dan emosi untuk guru dan siswa 113 5. Pedoman observasi kelas akselerasi 117 6. Pedoman observasi kematangan sosial dan emosi 119 7. Pedoman wawancara akselerasi (Kepala Sekolah dan guru) 124 8. Pedoman wawancara kematangan Sosial dan Emosi untuk Guru 126 9. Pedoman wawancara kematangan Sosial dan Emosi untuk Siswa 128 10.Foto-Foto Penelitian
11.Surat Keputusan Pembimbing 12.Surat Izin Penelitian
13.Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian RIWAYAT HIDUP
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Unsur-Unsur Kecerdasan Emosional 32 2.2 Karakteristik Emosi Anak dan Dewasa 36 3.1 Tabel Subjek Penelitian 48 3.2 Butir-Butir Instrumen Kematangan Sosial Anak Berbakat 49
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman 2.1. Kerangka Berpikir 42 3.1. Alur Teknik Triangulasi Data 56
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi di berbagai bidang seperti akademik, kreativitas, dan task commitment dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Namun keadaan tersebut belum sepenuhnya terlihat pada diri anak berbakat kemungkinan hal ini terjadi terkait dengan pengaruh keberadaan anak berbakat dalam suatu lingkungan.
Keberadaan anak berbakat terasa semakin mendapatkan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Semakin banyak sekolah yang menyelenggarakan kelas akselerasi. Akselerasi dibentuk dan diselenggarakan oleh beberapa sekolah untuk menjawab kebutuhan layanan pendidikan kepada anak-anak berbakat, hal ini sedikitnya memiliki pengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan pada anak berbakat antara lain sosial dan emosi. Menurut Pressey (Hawadi, 31:2006) akselerasi adalah :
Sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konsvensional. Definisi ini menunjukkan bahwa akselerasiarasi meliputi persyaratan untuk menghindari hambatan pemenuhan permintaan dalam pengajaran dan juga mengusulkan proses-proses yang memungkinkan siswa melalui pemberian materi yang lebih cepat dibandingkan dengan kemajuan rata-rata siswa.
Akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, akselerasi dapat diartikan sebagai model layanan pembelajaran dengan cara lompat kelas, misalnya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran pada kelas yang lebih tinggi. Sementara itu, model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu sehingga siswa dapat menyelesaikan program studinya lebih awal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis materi pelajaran dengan materi yang esensial dan kurang esensial (Asrori:2011)
(11)
Program-program yang ada dalam kelas akselerasi memiliki beragam tujuan seperti yang diungkapkan oleh Southeren&Jones (NN: 2011) “efisiensi dan efektivitas peningkatan dalam belajar,adanya rekognisi terhadap prestasi yang dimiliki, produktivitas dan pilihan eksplorasi meningkat, dan siswa diperkenalkan dalam kelompok teman yang baru”.
Namun dari beragam tujuan dan kelebihan di atas, terdapat kesenjangan yang terjadi di masyarakat mengenai keberadaan kelas akselerasi. Hal ini diantaranya menyangkut bidang penyesuaian diri secara sosial, dan penyesuaian diri secara emosional atau yang diketahui sebagai aspek sosial dan emosi.
Giftedness atau keberbakatan yang terdapat dalam diri seseorang tidak hanya menjadikan seseorang tersebut memiliki kemampuan di atas orang-orang pada umumnya dalam segi intelektual tetapi juga membawa sejumlah konsekuensi hambatan sosial yang tercipta antara anak berbakat dengan lingkungannya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Wandasari, Yetty (85:2010) dalam jurnalnya yang berjudul Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat bahwa “keberbakatan intelektual membawa sejumlah konsekuensi yang dapat menghambat relasi sosial anak berbakat dengan teman sebaya.”
Kematangan sosial seseorang diperlukan untuk menciptakan interaksi yang baik antar individu. Namun dalam kenyataannya tidak semua orang dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya yang menjadikan kemampuan sosialnya belum terlihat matang dan seimbang. Dengan kata lain bahwa kematangan sosial seseorang memiliki dampak terhadap kualitas interaksinya dengan lingkungan.
Berdasarkan studi empiris yang dilakukan oleh Lombroso dan Termal (Wandasari, 85:2011) secara umum terdapat dua pandangan mengenai penyesuaian sosial anak berbakat. Pertama menyatakan bahwa anak berbakat tidak memiliki masalah dalam hal penyesusaian sosial karena cenderung lebih popular, namun pandangan kedua menyatakan bahwa karena keberbakatan yang dimiliki oleh anak berbakat menjadikannya cenderung rentan mengalami penyesuaian sosial dengan teman seusianya. Permasalahan yang dimaksud meliputi perasaan terisolir dari pergaulan teman-teman sebayanya, sulit menerima
(12)
kritik, menolak otoritas dan lainnya. Permasalahan tersebut dapat dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan dalam aspek sosial dan emosi selain berbeda dari aspek intelektualnya.
Menurut Robert (Wandasari, 86:2011) “Salah satu faktor yang berperan dalam munculnya hambatan penyesuaian sosial pada anak berbakat adalah tingkat intelektualitas anak”. Selain intelektualitas anak yang dapat menjadi pemicu adanya ketidakmatangan sosial anak berbakat, peran lingkungan sekitar dalam hal ini orang dewasa (orangtua, guru) ikut memberikan andil bagi perkembangan kematangan sosial anak berbakat.
Adanya kelas akselerasi membuat penyesuaian sosial anak berbakat menjadi kurang berkembang. Siswa akselerasi didorong prestasinya secara akademis dalam hal mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain karena dituntut untuk lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, siswa akselerasipun kehilangan masa-masa hubungan sosialnya pada usia yang penting sehingga kecenderungan mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan teman sebayanya (NN:2011).
Tidak hanya mengenai penyesuaian sosial anak berbakat saja yang menjadi titik kelemahan penyelenggaraan akselerasi, namun juga menyangkut penyesuaian diri secara emosional. Bukan hal yang mustahil bahwa siswa akselerasi akan mengalami frustrasi karena adanya tekanan yang berat dari lingkungan belajar sehingga akan menurunkan prestasinya. Bahkan merasa terisolasi dan bersikap agresif terhadap orang lain mengingat kesempatan dalam masa kanak-kanak dan masa remajanya tidak dilalui dengan seharusnya. Dengan tekanan yang terbentuk tersebut serta kurangnya kesempatan untuk mengembangkan potensi yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dalam bentuk kreativitas dikhawatirkan akan mengakibatkan sulitnya untuk mengembangkan diri sehingga berdampak pada sisi emosional anak berbakat.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SD di Kota Bandung yang menyelenggarakan program kelas akselerasi didapat data bahwa anak berbakat yang berada di kelas akselerasi cenderung memiliki penyesuaian sosial yang kurang baik dengan teman-temannya yang berada dalam satu kelas
(13)
akselerasi ataupun dengan teman yang berada di kelas regular atau non akselerasi. Hal ini terlihat bahwa di kelas akselerasi tersebut walaupun pembelajaran dilakukan dalam setting klasikal namun kesan individual lebih terlihat sehingga kurang adanya interaksi sesama anak di kelas akselerasi, juga karena sistem belajar yang diterapkan kepada anak berbakat tersebut untuk belajar secara mandiri terus menerus dengan kurangnya monitoring dari guru menjadikan mereka terlihat tidak saling bersaing sehingga sisi kreativitas dan kemampuannya dalam akademik terlihat kurang berkembang.
Bahkan karena banyaknya waktu anak berbakat yang tersita untuk belajar bahkan untuk meneruskan waktu belajarnya di luar sekolah membuat anak berbakat tersebut kurang dapat menyesuaiakan diri secara emosional dengan teman-teman sebayanya karena merasa tanggung jawab belajar mereka lebih dari teman-temannya yang lain yang ada di kelas regular. Satu fenomena terjadi di sekolah ini adalah ketika adanya keterangan bahwa siswa reguler memperoleh skor ujian nasional yang lebih tinggi dari siswa-siswa di kelas akselerasi menjadikan sebuah pertanyaan bagaimana sebetulnya penerapan pembelajaran untuk anak-anak berbakat di kelas akselerasi tersebut.
Data studi pendahuluan di atas memberikan gambaran mengenai penyelenggaraan kelas akselerasi yang menjadi isu saat ini. Kelas akselerasi dalam pelaksanaannya lebih kepada mempersingkat waktu belajar dengan memberikan kesempatan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan satu tahun lebih cepat dibandingkan dengan siswa-siswa pada umumnya. Secara kontekstual sistem ini lebih dikenal dengan istilah telescoping (Mandala, 3:2012). Sedangkan dalam penyelenggaraannya belum sepenuhnya merujuk pada esensi keberbakatan, sehingga menimbulkan konotasi yang beragam dan cenderung dimaknai unggul dalam hal fasilitas, biaya yang tinggi dan berkesan eksklusif.
Isu lain yang perlu diangkat adalah perlu adanya akreditasi yang jelas bagi sekolah yang berhak menyelenggarakan program akselerasi dan ditunjang dengan peraturan-peraturan lain yang mendukung pelaksanaannya sehingga konsep akselerasi dapat dimaknai dalam melakukan evaluasi keberhasilan program akselerasi (Mandala, 4:2012).
(14)
Melihat dari data dan permasalahan di atas, keberadaan kelas akselerasi tidak hanya memiliki sisi positif untuk mencoba memberikan pelayanan yang sesuai bagi kemampuan belajar anak berbakat yang lebih tinggi dibandingkan anak pada umumnya, namun juga menyimpan kelemahan akan penyelenggaraannya terutama jika disoroti dari aspek sosial dan emosi anak berbakat. Maka berdasarkan pemikiran ini maka penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan dengan judul Studi tentang Dampak Penyelenggaraan Kelas Akselerasi terhadap Kematangan Aspek Sosial dan emosi Anak Berbakat.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Rancangan penelitian ini difokuskan kepada dampak dari keberadaan kelas akselerasi bagi anak berbakat dilihat dari kematangan sosial dan emosi. Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, masih terdapat anak berbakat yang berada di kelas akselerasi cenderung memiliki kematangan sosial dan emosi yang kurang baik.
2. Jika dilihat dari kemampuan intelegensi yang dimiliki, anak berbakat lebih dari anak-anak pada umumnya. Oleh karenanya kelas akselerasi diselenggarakan untuk mengakomodir kebutuhan layanan pendidikan anak berbakat, namun sering hal ini tidak berjalan seimbang.
3. Terdapat sebab-sebab yang muncul yang mengakibatkan perkembangan tersebut terlihat tidak berkembang dengan baik.
Melihat kondisi di atas, perlu diteliti lebih dalam mengenai dampak penyelenggaraan kelas akselerasi bagi anak berbakat dilihat dari aspek sosial dan emosinya,
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penyelenggaraan program akselerasi di Sekolah Dasar Negri
Banjarsari?
2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari proses kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat?
(15)
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat.
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini bagi berbagai pihak diantaranya yaitu: 1. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk sekolah dalam menyelenggarakan kelas akselerasi dengan program yang lebih baik agar dapat mengembangkan seluruh aspek yang dimiliki oleh anak berbakat yang mengkuti kelas akselerasi.
b. Sekolah dapat melakukan perbaikan metode dalam penyelenggaraan kelas akselerasi sehingga dapat sesuai dengan tujuan awal penyelenggaraan akselerasi.
2. Bagi Orang Tua Siswa Berbakat
Diharapkan penelitian ini dapat membantu memberikan informasi kepada orang tua yang memiliki anak berbakat mengenai penyelenggaraan akselerasi dilihat dari kelebihan dan kelemahan yang ditimbulkan.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan mengenai anak berbakat dan penyelenggaraan akselerasi.
E.Struktur Organisasi Tesis
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan tesis selanjutnya, berikut akan dipaparkan yang menjadi pokok bahasan:
BAB I Membahas mengenai latar belakang penelitian. Adapun latar belakang dari penelitian ini mengenai keberadaan anak berbakat yang terasa semakin mendapatkan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Dalam hal ini adalah semakin banyak sekolah yang menyelenggarakan kelas akselerasi untuk menjawab kebutuhan layanan pendidikan kepada anak-anak
(16)
berbakat. Program-program yang ada dalam kelas akselerasi memiliki beragam tujuan namun dari beragam tujuan dan kelebihan tersebut, terdapat kesenjangan yang terjadi di masyarakat mengenai keberadaan kelas akselerasi. Diantaranya menyangkut bidang penyesuaian diri secara sosial, dan emosional atau yang diketahui sebagai aspek sosial dan emosi. Dalam latar belakang inipun dibahas mengenai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa adanya kelas akselerasi membuat penyesuaian sosial anak berbakat menjadi kurang berkembang. Siswa akselerasi didorong prestasinya secara akademis dalam hal mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain karena dituntut untuk lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, siswa akselerasipun kehilangan masa-masa hubungan sosialnya pada usia yang penting sehingga kecenderungan mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Tidak hanya mengenai penyesuaian sosial saja yang menjadi titik kelemahan penyelenggaraan akselerasi, namun juga menyangkut penyesuaian diri secara emosional. Dengan tekanan yang terbentuk tersebut serta kurangnya kesempatan untuk mengembangkan potensi yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dalam bentuk kreativitas dikhawatirkan akan mengakibatkan sulitnya untuk mengembangkan diri sehingga berdampak pada sisi emosional anak berbakat. Atas dasar latar belakang ini, maka pada Bab I akan diungkap mengenai studi tentang dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat.
Bab II Berisi kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran. Kajian pustaka membahas tinjauan tentang keberbakat secara definisi, kebutuhan pendidikannya, dan akselerasi bagi anak berbakat. Juga membahas mengenai perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan tinjauan penyesuaian sosial dan emosi anak berbakat. Di Bab II ini pun menyajikan mengenai hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat dalam tesis ini. Terdapat dua penelitian yang relevan dengan penelitian dalam tesis ini yaitu penelitian mengenai 1) Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak dan 2) Hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian sosial siswa berbakat akselerasi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Penelitian pertama menyatakan
(17)
bahwa dengan mengetahui enam faktor protektif yang mendukung tercapainya penyesuaian sosial menunjukkan bahwa anak berbakat yang bertindak sebagai subjek mengalami proses penyesuaian sosial. sedangkan penelitian kedua menyatakan bahwa semakin tinggi kematangan emosi siswa berbakat, semakin baik penyesuaian sosialnya dan sebaliknya. Dalam Bab ini menyajikan kerangka berpikir yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Deskripsi dari kerangka berpikir penulis bahwa adanya kelas akselerasi untuk anak berbakat dapat dianalisis memiliki dampak positif atau dampak negatif terhadap kematangan sosial dan emosi.
Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini akan dilakukan pendekatan cross sectional sehingga bersifat ex post facto. Digunakannya pendekatan cross sectional didasarkan atas pertimbangan dimana studi ini tidak mengobservasi dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus, melainkan dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian ini dilaksanakan di SD Banjarsari yang telah menyelenggarakan kelas akselerasi sejak tahun 2001 dengan subjek semua siswa di kelas akselerasi, guru kelas, serta kepala sekolah. Bab ini juga membahas mengenai instrumen yang digunakan selama penelitian berlangsung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas dan seluruh siswa di kelas akselerasi serta dokumentasi untuk melengkapi data yang mungkin sulit atau tidak terungkap melalui kedua teknik sebelumnya.
Bab IV membahas mengenai deskripsi, analisis data dan pembahasan. Bab ini merupakan hasil keseluruhan temuan lapangan mengenai dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan sosial dan emosi anak berbakat. Pendeskripsian data mengenai penyelenggaraan kelas akselerasi dan kematangan sosial dan emosi anak berbakat ini dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek dan komponen perkembangan yang berhubungan dengan akselerasi, dan kematangan sosial dan emosi anak berbakat.
Bab V merupakan bab terakhir dalam penulisan tesis ini. Dalam bab V ini disajikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan
(18)
emosi anak berbakat di SD Negeri Banjarsari. Juga disajikan rekomendasi dari peneliti berdasarkan hasil penelitian berkenaan dengan penyelenggaraan kelas akselerasi di SD Negeri Banjarsari.
(19)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Sebagaimana yang telah dibahas dalam bab I, masalah utama yang dibahas dalam penelitian ini mengenai dampak yang ditimbulkan dari kelas akselerasi terhadap kematangan sosial dan emosi anak berbakat. Untuk mengungkap permasalahan ini dapat dipelajari secara empiric melalui penelitian longitudinal atau cross sectional. Dalam penelitian ini akan dilakukan pendekatan cross sectional sehingga bersifat ex post facto. Digunakannya pendekatan cross sectional didasarkan atas pertimbangan dimana studi ini tidak mengobservasi dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus, melainkan dalam waktu yang
relatif singkat. “Studi cross sectional berupaya untuk mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap atau tingkat perkembangan tertentu dengan harapan dapat dibuat kesimpulan yang sama
dengan longitudinal”. (Nung Muhadjir dalam Rochyadi, Endang: 62: 1999)
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif naturalistic dimana sifat pendekatan yang digunakan lebih ditekankan kepada sifat alamiah, spontan dan wajar. Data yang dikumpulkan secara langsung di lapangan dan dilakukan peneliti sendiri selaku instrument. Berkaitan dengan hal tersebut Lexy J Moleang (Rochyadi, Endang: 65:1999) mengungkapkan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada latar alamiah, dengan peneliti sebagai instrument pengumpul data
2. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Sumber dan jenis data meliputi kat-kata, tindakan subjek yang diamati atau yang diwawancarai, dan dokumen tertentu. 3. Penelitian ini lebih ditekankan pada proses bukan hasil
4. Analisis data dilajukan secara deduktif dan adanya criteria khusus untuk keabsahan data.
(20)
Berdasarkan hal tersebut di atas dan berkaitan dengan keadaan sekolah sebagai lapangan penelitian merupakan suatu sistem sosial karena itu peristiwanyapun adalah suatu totalitas atau menyeluruh. Lingkungan sekolah sebagaimana halnya lingkungan kelaurga dan masyarakat merupakan lingkungan yang alamiah. Lingkungan alamiah berarti lingkungan tersebut berlaku sebagaimana adanya, dimana peneliti tidak mengubah keadaan atau melakukan intervensi terhadap penelitiannya, seperti dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif atau penelitian eksperimen: (R. Ibrahim dalam Rochyadi, Endang 65:1999).
Salah satu bentuk dari penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus ini
bersifat prosfektif, artinya: “digunakan untuk mencari kesimpulan, dan diharapkan
untuk ditemukan pola, kecenderungan arah dan lainnya yang dapat digunakan untuk maksud memuat perkiraan-perkiraan perkembangan masa depan. Jumlah subjek biasanya lebih dari satu atau beberapa:. (Nung Muhajir dalam Rochyadi, Endang: 66:1999).
B.Definisi Konsep
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Kelas akselerasi
Kelas akselerasi merupakan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent yaitu kematangan sosial dan emosi anak berbakat.
Colangelo (Hawadi,5:2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, akselerasi dapat diartikan sebagai model layanan pembelajaran dengan cara lompat kelas, misalnya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran pada kelas yang lebih tinggi.
Sementara itu, model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu sehingga siswa dapat menyelesaikan program studinya lebih awal. Hal ini dapat dilakukan dengan
(21)
cara menganalisis materi pelajaran dengan materi yang esensial dan kurang esensial.
Program ini secara umum memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif. Secara khusus memberi pelayanan kepada siswa berbakat untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari biasanya. Namun selama ini perkembangan yang ada adalah program kelas akselerasi hanya dimaknai sebagai kelas percepatan dengan meringkas masa studi lebih padat dalam penyampaian materinya, sehingga masa studi menjadi lebih pendek.
Seiring perkembangannya, dengan menerapkan kelas akselerasi, siswa yang terpilih dalam pengembangan program ini cenderung dikhawatirkan menjadi eksklusif karena selama berada di sekolah dan berada di kelas khusus akselerasi, sedikit kesempatan berinteraksi dengan siswa reguler. Kelas akselerasi lebih terlihat ekslusif dan membuat siswanya merasa lebih dibandingkan dengan siswa reguler sehingga membuat kelompok sendiri dalam sekolah.
Disamping itu, pembinaan potensi anak-anak yang tergabung dalam kelas tersebut juga terbilang masih kurang terarah, hanya berpedoman pada percepatan dan pemadatan materi pembelajaran, mengenai proyeksi potensi siswa kurang diperhatikan. Setelah anak-anak itu lulus dari satuan pendidikan, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya mereka tetap mengikuti tes seperti siswa lain umumnya. Mereka tidak disalurkan dengan pembinaan yang berkesinambungan ke jenjang berikutnya (Sigit:2012).
Dengan mengikuti kelas akselerasi secara prestis dari segi output nilainya lebih baik, proses dan semangat belajar di kelas juga lebih efektif. Namun kelemahannya adalah anak yang mengikuti kelas akselerasi lebih cenderung individualistis, sehingga pihak sekolah harus mengikutsertakan mereka dalam kegiatan yang sama dengan kelas lainnya agar tidak merasa eksklusif.
Dalam penelitian ini penyelenggaraan kelas akselerasi dilihat dari beberapa aspek yaitu rekrutmen siswa, kurikulum, pembelajaran dan penilaian
(22)
hasil belajar sehingga akan semakin terlihat kesesuaiannya dengan kebutuhan pendidikan anak berbakat.
2. Kematangan sosial dan emosi anak berbakat
Kematangan sosial dan emosi anak berbakat merupakan variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas yaitu kelas akselerasi. Kematangan sosial menurut Mappiare (Tn, 12:2012) merupakan “kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dan lingkungannya, serta kemampuan dalam mengerjakan atau menguasai
tugas-tugas perkembangannya dengan baik”.
Sementara Doll (1965 dalam Tn, 12:2012) mendefinisikan kematangan sosial sebagai kinerja yang menunjukkan perkembangan kemampuan dalam memelihara diri sendiri dan kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang mendukung tercapainya kemandirian sebagai orang dewasa kelak.
Dari kedua pendapat diatas dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan kematangan sosial ialah kondisi dimana seseorang mampu menempatkan atau menyesuaikan dirinya pada lingkungan serta mandiri, sehingga mampu memiliki daya saing yang baik nantinya.
Sedangkan dalam hal ini, karakteristik perkembangan sosial anak berbakat dapat menimbulkan perilaku bermasalah seperti frustasi atas perasaan-perasaan yang tak tertantang, potensi kepemimpinan yang tak berkembang karena mungkin tidak memperoleh kesempatan, kecendrungan mengambil pemecahan masalah secara cepat tanpa memperhitungkan kompleksitas masalah tersebut. Untuk itu program pendidikan bagi anak berbakat hendaknya mengakomodasikan kebutuhan akan pemahaman aktualisasi diri, penyaluran dorongan-dorongan yang divergen, keterlibatan dalam masalah-masalah sosial, dll.
Kematangan aspek sosial anak berbakat yang menjadi subjek penelitian yang dilihat dalam penelitian ini meliputi: 1) interaksi sosial dan inisiatif berkelompok, 2) mendengarkan perintah, 3) empati, 4) kemampuan mempertahankan teman, dan 5) bahasa tubuh.
(23)
Sedangkan Drever (1968 dalam Widyaningrum, 2:2010) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang menyangkut perubahan jasmani yang luas sifatnya (dalam pernafasan, denyut, sekresi kelenjar,dsb) dan pada sisi kejiwaan. Dari pendapat ini perkembangan emosi lebih didasari pada perasaan, perilaku, serta rasa percaya diri. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa aman, atau rasa takut.
Begitupun dengan perkembangan emosi pada anak berbakat perkembangan emosinya cenderung menunjukkan kekukuhan dalam pendirian yang berarti adanya kepercayaan diri yang kuat, peka terhadap keadaan sekitar dan tertarik terhadap hal-hal baru, disamping itu juga mudah tersinggung, sikap egois, sulit dalam penyesuaian diri. Untuk itu dalam penelitian ini akan dibahas mengenai dampak dari penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat.
Untuk kematangan aspek emosi yang dilihat dalam penelitian ini meliputi: 1) kesadaran diri, 2) mengelola emosi, 3) memanfaatkan emosi secara produktif, 4) empati, dan 5) membina hubungan. Kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat yang berada di kelas akselerasi ini akan dianalisis apakah berdampak positif atau negatif berkaitan dengan keberadaan subjek di kelas akselerasi.
C.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi
Penentuan lokasi penelitian didasarkan atas terselenggara atau tidaknya kelas akselerasi di sekolah tersebut. Yang akan menjadi lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kota Bandung yang telah menyelenggarakan kelas akselerasi sejak lama.
2. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan kepala sekolah. Siswa SD yang dijadikan subjek penelitian adalah mereka yang duduk di kelas 6 SD
(24)
yang mengikuti kelas akselerasi. Dan yang menjadi subjek adalah semua siswa kelas 6 yang mengikuti kelas akselerasi di SD tersebut. Sedangkan untuk subjek lain seperti kepala sekolah dan guru yang dalam hal ini adalah wali kelas didasarkan atas pertimbangan dimana wali kelas merupakan orang yang paling memahami keadaan siswanya dan kepala sekolah sebagai pelaksana kebijakan mengenai pelaksanaan kelas akselerasi.
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No Subjek Jumlah Keterangan
1. 2. 3 4.. Pengajar Peserta didik Kepala Sekolah Wali kelas 8 30 1 1
Masing-masing guru mengajar pelajaran agama Islam, penjaskes, bahasa Inggris, PLH,
Komputer, SBK, IPS, B.sunda.
Untuk PKN, Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA dipegang oleh 1 orang guru.
Terdiri dari 13 orang perempuan dan 17 orang laki-laki
Sebagai pemegang regulasi Sebagai pelaksana
Total 40
D.Instrument Penelitian
Instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian kualitatif sangat diutamakan data langsung yang diperoleh dari peneliti. Oleh karenanya peneliti dipersyaratkan untuk langsung ke lapangan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Dalam hal ini Lexi J.
Moleong (Rochyadi, Endang: 69:1999) mengungkapkan bahwa “peneliti
merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian”.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Nana Sudjana (Rochyadi, Endang,
69:1999) mengungkapkan bahwa “peneliti dan objek yang diteliti saling
berinteraksi yang proses penelitainnya dilakukan dari luar maupun dari dalam dengan banyak melibatkan judgment. Dalam hal pelaksanaannya, peneliti
(25)
sekaligus berfungsi sebagai alat penelitian yang tentunya tidak bisa melibatkan diri sepenuhnya dari unsure-unsur subjektivitas”.
Dengan pertinbangan tersebut adanya peneliti di lapangan, peneliti dapat berkomunikasi langsung dengan sumber data utama dan dapat mengambil makna dari data yang diperoleh. Disamping itu peneliti dapat melacak data yang diperoleh secara lebih jauh. Berikut adalah butir-butir instrument kematangan sosial dan emosi anak berbakat:
Tabel 3.2
BUTIR-BUTIR INSTRUMEN KEMATANGAN SOSIAL – EMOSI ANAK BERBAKAT
No Aspek Sub Aspek Komponen Perkembangan
1. Sosial 1. Interaksi sosial
dan inisiatif berkelompok
1 Kesempatan bergaul dengan orang di sekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang
2 Minat dan motivasi untuk bergaul
3 Bimbingan menjadi “model” bagi anak
4 Komunikasi yang baik 5 Merespon dengan senyum 6 Menyesuaikan tanggapan
dengan orang lain
7 Melakukan diskusi dengan teman sebaya
8 Melakukan diskusi dengan teman sekelas
9 Diskusi dengan teman yang tidak sekelas
(26)
10 Belajar untuk menyertakan teman dalam bermain
11 Memperluas teman di kelas 2. Mendengarkan
perintah
1 Menerima aturan dari orang dewasa
2 Mendengar perintah dengan seksama
3 Melaksanakan perintah dengan seksama
3. Empati 1. Dapat merasakan perasaan
teman sebaya
2. Saling percaya dengan teman 3. Memberikan bantuan pada teman
4. Kemampuan mempertahankan teman
1. Menunjukkan pertemanan yang baik
2. Bekerjasama dengan teman 3. Belajar mengatasi tekanan dari teman sebaya
5. Bahasa Tubuh 1. Menggunakan postur yang baik ketika berbicara dengan
guru
2. Menggunakan postur yang baik ketika berbicara dengan teman
2. Emosi 1. Kepercayaan Diri 1 Yakin terhadap kemampuan
yang dimiliki
2 Task commitment yang baik 3. Gesture tubuh yang baik
ketika berbicara
4. Berbicara pada diri sendiri dengan perkataan yang hebat 5. Membantu teman
(27)
6. Bertanggung jawab 2. Ekspresi Perasaan 1 Berteriak kegirangan
2 Bertepuk tangan sebagai simbol penghargaan
3 Tersenyum
4 Menunjukkan rasa hormat pada orang lain
5 Mampu mengontrol ekspresi emosional
6 Tenggang rasa 7 Humoris 8 Bersemangat 9 Kooperatif
E.Teknik Pengumpulan Data
Studi kasus dalam penelitian ini pada dasarnya untuk mencoba mengungkapkan perilaku atau peristiwa nyata sebagaimana adanya dan muncul secara orisinil. Sehubungan dengan itu diperlukan suatu teknik. Oleh karena data yang akan diungkap menyangkut masalah kematangan sosial dan emosi dan untuk melihat bagaimana perilaku itu ditampilkan, perlu digunakan berbagai alat dan teknik pengumpulan data yang relevan dengan fokus penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang nampak pada subjek penelitian baik langsung maupun tidak langsung (Hadari Nawawi dalan Rochyadi, Endang, 66:1999).Teknik ini digunakan dengan maksud untuk mengadakan pengamatan pada subjek latar penelitian dimana proses interaksi anatar guru dengan siswa terjadi baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran.
Berkaitan dengan fokus masalah menyangkut kematangan sosial dan emosi anak berbakat di kelas akselerasi, maka observasi ini menjadi penting
(28)
karena untuk mengungkapkan aspek-aspek sosial dan emosi tersebut akan ditunjukkan melalui respon-respon dari stimulus yang diberikan. Hal ini baru dapat dicapai tepat sasaran apabila adanya perangkat atau panduan yang memungkinkan untuk mengungkap hal seperti itu sesuai dengan fokus permasalahan penelitian. Panduan ini disusun sebelum melakukan penelitian ke lapangan, dan kemudian dikembangkan selama berada di lapangan. Pembahasan mengenai panduan ini, lebih lanjut akan diuraikan dalam teknik pengolahan data.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mewawancarai kepala sekolah dan guru serta sumber lain yang terkait dengan lingkungan sekolah. Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan hal lain yang berkaitan erat dengan masalah keberadaan anak, kurikulum, alat dan proses pembelajaran serta hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian yang belum terungkap melalui pengamatan secara langsung. Wawancara dengan siswa juga dilakukan terutama mengenai hal-hal yang berada dibalik apa yang nampak pada saat perilaku atau kematangan sosial dan emosi dimunculkan dalam kegiatan observasi seringkali hal-hal yang dilakukan dan teramati, tidak sejalan dibalik maksud yang sesungguhnya. Untuk menggali serta meyakinkan apa yang sesungguhnya terjadi perlu ditelusuri lebih lanjut melalui wawancara. (Rochyadi, Endang: 68:1999).
Hasil wawancara dengan guru dan kepasa sekolah dijadikan sebagai data penunjang, sedangkan hasil wawancara dengan siswa akan dijadikan data utama sebagaimana data yang dihasilkan melalui observasi.
Wawancara dilakukan secara terbuka sedangkan hasilnya dicatat selama wawancara. Catatan itu kemudian diperbaiki sesegera mungkin setelah selesai wawancara agar terhindar dari sifat subjektif.
3. Dokumentasi
Perolehan data melalui dokumen yang relevan sangat membantu di dalam melengkapi data yang mungkin sulit atau tidak terungkap melalui kedua teknik di atas. Berdasarkan dengan perolehan data penelitain kualitatif Lexi Maleong
(29)
dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan
meramalkan”.
Dalam penelitian ini dokumen yang dikumpulkan dan ditelaah antara lain kurikulum mengenai kelas akselerasi, catatan siswa, dan hasil test kecerdasan.
F. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data 1. Prosedur
a. Menggali informasi mengenai pelaksaan akselerasi
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menggali informasi mengenai pelaksaan akselerasi di lokasi penelitian. Penggalian informasi mengenai pelaksanaan akselerasi dilakukan kepada kepala sekolah sebagai pelaksana kebijakan mengenai pelaksanaan akselerasi. Untuk kepentingan ini data diambil melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
b. Menggali informasi mengenai kematangan sosial dan emosi anak berbakat
Mengingat data utama yang akan dikumpulkan menyangkut masalah kematangan sosial dan emosi anak berbakat di kelas akselerasi yang meliputi beberapa aspek dimana masing-masing dari aspek tersebut memliki karakteristik tertentu yang berbeda, maka perlu diungkap bagaimana aspek-aspek tersebut dapat diungkap sehingga jelas.
Item-item dalam setiap aspek akan dilihat perkembangannya atau kematangannya yang diadaptasi dari teori-teori yang ada dan digunakan sebagai dasar pembuatan instrumen seperti berikut:
a. Aspek Sosial
1) Interaksi sosial dan inisiatif berkelompok 2) Mendengarkan perintah
3) Empati
4) Kemampuan mempertahankan teman 5) Bahasa tubuih
b. Aspek Emosi 1) Kesadaran diri
(30)
2) Mengelola emosi
3) Memanfaatkan emosi secara positif 4) Empati
5) Membina hubungan
Perilaku-perilaku dalam aspek sosial dan emosi tersebut di atas akan dilihat bagaimana kematangannya berdasarkan atas hasil pengataman (observasi) dan wawancara serta dokumentasi yang dilakukan.
Pelaksanaan prosedur penelitian antara menggali informasi tentang pelaksanaan kelas akselerasi dengan informasi mengenai kematangan sosial dan emosi siswa berbakat dilakukan pada hari yang sama. Data awal dimulai dengan menggali informasi mengenai pelaksanaan akselerasi kepada kepala sekolah untuk dilanjutkan dengan menggali informasi mengenai kematangan sosial dan emosi kepada siswa akselerasi dan guru wali kelas.
c. Melakukan Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mengolah data-data tersebut sehingga dapat di analisis mengenai permasalahan yang diteliti.
2. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan di atas selanjutnya dicatat secara sistematis melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Merangkum data
Sebelum dilakuakn pengorganisasi data, peneliti terlebih dahulu merangkum semua aspek yang menjadi fokus masalah yang diteliti setiap kasus secara lengkap dan apa adanya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga terhindarnya penelitain di dalam melihat setiap aspek dari data yang diungkapkan kasus. b. Mengorganisasikan data
Sebelum melaksanakan pencatatan data, dilakukan penyesuaian pencatatan data dengan fokus penelitian. Setelah dikaji secara detail, maka ditetapkan dua kelompok data yang berhubungan dengan aspek sosial dan aspek emosi.
(31)
Selanjutnya data yang terkumpul secara lengkap, disusun ke dalam alat pencatat data sesuai dengan karakteristik permasalahan.
Untuk menilai apakahdata yang diperoleh memliki tingkat kepercayaan data yang dalam hal ini dikatakan keabsahan data, perlu dilakukan pemeriksaan secara teliti dan hati-hati, sehingga data dapat dianalisis baik dilihat dari substantive, sumber data maupun dalam pengambilan data.
Berkaitan dengan it, peneliti melakukan pemeriksaan kebsahan data melalui teknik triangulasi. Triangulasi ini dilakukan untuk mengecek silang mengenai data yang telah diperoleh dari sumber data utama. Dalam penelitian ini data utama adalah hasil observasi non partisipasi.
Untuk menilai apakah data yang diperoleh dari sumber utama ini dapat meyakinkan peneliti, maka dilakukan pengecekan kepada guru melalui wawancara yang berkenaan dengan perkembangan kasus di sekolah berkaitan dengan kematangan aspek sosial dan emosi.
Data dari guru dan dokumen tentang kasus dicocokkan dengan data utama. Jika data tersebut mendukung data utama maka menunjukkan data tersebut memliki tingkat kepercayaan, jika tidak diperoleh data yang mendukung kea rah itu, data utama tetap dipertahankan. Hal ini dilakukan karena tidak semua hasil observasi melalui test dipahami dan diungkap guru dalam proses belajar mengajar mereka.
Semua proses pengolahan data ini dilakukan dengan teknik Triangulasi. Triangulasi ini dilakukan pada dasarnya untuk melihat dan saling mempertegas diantara data. Proses triangulasi dapat digambarkan sebagai berikut:
(32)
ALUR TEKNIK TRIANGULASI DATA
Gambar 3.1.
Alur Teknik Triangulasi Data Sumber: Rochyadi, Endang (86, 1999)
Ada dua langkah yang ditempuh di dalam kegiatan analisis data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan studi dokunemtasi yaitu sebagai berikut:
1) Deskripsi data
Data yang telah dirangkum dalam metric, kemudia dideskripsikan kembali secara lebih detail. Hal ini diamksudkan untuk mempermudah di dalam mengelompokkan data. Data yang berkenaan dengan masalah itu selanjutnya dikelompokkan. Data lain seperti daya yang diperoleh dari guru dan hasil studi dokumentasi dapat diakumulasikan langsung, sehingga keutuhan data dapat dijamin dan dipercaya validitasnya.
2) Analisis kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat di kelas akselerasi
DATA HASIL
WAWANCARA
DATA HASIL STUDI
DOKUMENTASI
DATA UTAMA
HASIL OBSERVASI
(33)
Semua item dalam aspek sosial dan emosi yang diteliti dan diangkat data nya kemudian dianalisis sesuai dengan masing-masing aspek. Setelah semua aspek dilihat dan dikelompokkan sesuai dengan aspeknya kemudian dianalisis berdasarkan arah kecenderungan, apakah berdampak positif atau negatif dilihat dari data yang didapatkan. Apabila lebih banyak data yang menunjukkan hasil yang positif maka kecenderungan bahwa kelas akselerasi memeliki dampak positif bagi kematangan sosial dan emosi anak bebakat. Apabila lebih banyak data yang menunjukkan hasil negatif ,ala kecenderungan bahwa kelas akselerasi memiliki dampak negatif dalam kematangan sosial dan emosi anak berbakat.
Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan dalam penelitian tentang dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat sebagai berikut
(34)
Gambar 3.2 ALUR PENELITIAN
(35)
(36)
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian selama tiga bulan dilaksanakannya kelas akselerasi di tahun ajaran 2013/2014 , maka penelitian mengenai studi tentang dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat di SD Negeri Banjarsari dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengenai penyelenggaraan kelas akselerasi dilihat dari berbagai aspek seperti rekrutmen siswa, kurikulum, pembelajaran, dan penilaian hasil belajar yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah semenjak awal berdasarkan data yang diperoleh sudah cukup baik dilaksanakan oleh pihak sekolah. Namun terdapat kelemahan yaitu mengenai pengadaan pengajar di kelas akselerasi yang belum disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa berbakat di kelas akselerasi.
2. Mengenai kematangan sosial dan emosi siswa berbakat yang belajar di kelas akselerasi. Untuk kematangan sosial yang terdiri dari lima sub aspek yaitu, 1) interaksi sosial dan inisiatif berkelompok. 2) mendengarkan perintah, 3) empati,. 4) kemampuan mempertahankan teman, dan 5) bahasa tubuh. Sedangkan untuk aspek emosi terdiri dari lima sub aspek yaitu, (1) kesadaran diri, (2) mengelola emosi, (3) memanfaatkan emosi secara produktif, (4) empati, dan (5) membina hubungan. Dari aspek-aspek tersebut baik aspek kematangan sosial maupun kematangan emosi siswa berbakat yang belajar di kelas akselerasi di SD Negeri Banjarsari menunjukkan bahwa siswa berbakat di kelas akselerasi memiliki kematangan sosial dan emosi yang baik dan tidak atau belum menunjukkan adanya dampak negatif dari penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan emosi dan sosialnya. Hal ini terlihat ketika siswa akselerasi tersebut bergaul dengan teman-teman sebayanya di kelas yang sama yaitu kelas akselerasi. Namun terlihat gejala awal yang mungkin ke depan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah jika tidak ditangani
(38)
secara tepat. Seperti adanya siswa yang mengangap dirinya lebih unggul dari yang lainnya sehingga membatasi pertemanannya dengan siswa lain selain siswa di kelas akselerasi. Selain itu pun terdapat siswa yang terlihat tidak antusias dalam satu mata pelajaran karena siswa tersebut menganggap kemampuan guru yang sedang mengajar ada dibawah murid tersebut. Gejala-gejala ini diperlukan penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian berkenaan dengan studi tentang dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat di SD Negeri Banjarsari, maka peneliti dari hasil ini merekomendasikan kepada pihak terkait sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah kepada Guru
Dari berbagai prosedur dan program yang telah dilaksanakan oleh sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan kelas akselerasi, dapat dilihat bahwa beberapa kompetensi guru yang mengajar di kelas akselerasi belum sesuai dengan kebutuhan belajar siswa berbakat di kelas akselerasi sehingga hal ini menjadi catatan penting dalam hal ini kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah, agar melakukan juga rekrutmen dan penilaian terhadap kompetensi guru yang akan mengajar di kelas akselerasi. Selain itu, kebersamaan antara siswa di kelas akselerasi dengan siswa di kelas regular sangat minim sekali. Hal ini sedikitnya memberikan dampak terhadap kemampuan interaksi siswa satu sama lain. Oleh sebab itu, penulis memberikan rekomendasi agar memberikan ruang yang lebih luas lagi kepada semua siswa untuk belajar dan bergaul bersama dalam kegiatan-kegiatan seperti dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, adanya kelas gabungan pada saat pelajaran olahraga, atau dapat pula membahas soal ujian bersama di perpustakaan dengan didampingi guru mata pelajaran. Sehingga kemampuan
(39)
interaksi sosial dan rasa memiliki terhadap sesama menjadi lebih terbentuk optimal.
b. Kepala Sekolah kepada Orang tua Siswa
Secara umum orang tua yang memiliki anak berbakat memiliki keinginan lebih besar agar anaknya dapat masuk ke dalam kelas akselerasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya kepuasan tersendiri bagi orang tua melihat anaknya dapat belajar di kelas akselerasi. Namun hal tersebut terkadang membuat siswa memiliki pandangan bahwa kelas akselerasi merupakan kelas eksklusif dan berbeda dengan kelas regular sehingga dikhawatirkan cara pandang ini memiliki dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan emosi anak kedepannya. Untuk itu penting bagi pihak sekolah untuk mengadakan pertemuan antara orangtua dan guru setiap bulannya guna memberi laporan singkat tentang kondisi perkembangan anaknya serta menjelaskan hal ini kepada orang tua siswa, agar orang tua berperan untuk memberikan pengertian tentang cara pandang yang seharusnya diterapkan agar anak-anak mereka memiliki kematangan sosial dan emosi yang baik kedepannya.
2. Guru
Keberadaan guru bukan hanya sebagai pengajar, tapi lebih sebagai pendidik dimana posisi guru dapat dikatakan orang yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak setelah orangtua. Dengan ini guru seharusnya dapat terus mengeksplorasi dirinya serta memperbarui cara mengajarnya dikelas, agar dapat dengan optimal mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa. Karena siswa berbakat selalu mengingingkan lebih dari apa yang mereka terima atau dapatkan. Selain itu diharapkan guru tidak mengkotak-kotakkan anak didiknya, sehingga merekapun tidak merasa dibedakan antara siswa reguler dan siswa akselerasi. Perbanyak kegiatan dimana siswa akselerasi dan siswa reguler dapat belajar dan berinteraksi bersama agar mereka dapat satu sama lain saling mengembangkan
(40)
kemampuan akademik, sosial dan emosi secara menyeluruh. Konsisten dalam menerapkan pemahaman, cepat atau lambat muridpun akan memahami dan kemudian mencontohnya.
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dilakukan hanya kepada satu sekolah saja, dan waktu yang relatif singkat yaitu selama penelitian berlangsung, dimana kelas akselerasi baru berjalan sekitar tiga bulan. Untuk itu data yang didapatkan belum optimal dan belum membuka lebih banyak fakta lain dari keberadaan kelas akselerasi. Untuk itu kepada peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal yang berkaitan dengan permasalahan ini, diharapkan dapat melakukan penelitian di beberapa sekolah yang menyelenggarakan kelas akselerasi dengan waktu yang cukup lama sehingga lebih membuka data lebih luas mengenai dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan sosial dan emosi siswa berbakat.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z., Sunardi. (1996). Pendidikan Anak Berbakat yang Menyandang Ketunaan. Jakarta: Depdikbud Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Asrori. (20110. Pengertian dan Tujuan Program Akselerasi. [online]. Tersedia:
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-tujuan-program.html. (Juli 2013).
Astati. (24 Juli 2013). Karakteristik dan Pendidikan Anak Berbakat. Modul pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan.
Aya. (2010). Teori Sosial Kognitif dari Albert Bandura. [online]. Tersedia: http://ayasipelitahayati.wordpress.com/2010/04/08/teori-sosial-kognitif-dari-albert-bandura/. ( Juli 2013)
Hawadi, R.A. (2004). Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indoensia. ---. (2006). Akselerasi. Jakarta; PT Gramedia.
Hurlock, E.B., (1994). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Mandala, I. (2012). Isu-isu Kritis Program Akselerasi bagi Anak Berbakat. Makalah Tim Pengembang Kurikulum PK-PLK Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi jawa Barat: Tidak diterbitkan.
---.(2010). Rancangan Pembelajaran bagi Anak Berbakat (Gifted
Child) dalam Setting Inklusif. [online]. Tersedia:
http://pendidikankhusus.wordpress.com/2010/02/18/pembelajaran-abk-setting-inklusi/. (3 Februari 2014)
Maulana, V. (2011). Definisi Identifikasi Keberbakatan. [online]. Tersedia:
http://digitalcreate-digitalcreate.blogspot.com/2011/03/definisi-dan-identifikasi-keberbakatan.html. (17 Januari 2013)
Macintyre, C. (2011). Play for Children with Special Needs. London: David Fulton Publishers.
Rochyadi, E. (1999). Dampak Kurikulum TK Muatan Akademik terhadap Pergerseran Perkembangan Kognitif. Tesis pada Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan.
(42)
Safitri, N.(2012). Hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian sosial siswa berbakat akselarasi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. [online]. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/3794. (29 januari 2013)
Sigit, P. (2012). Bagaimana Konsep Akselerasi Berjalan?. [online]. Tersedia: http://sigitpujiatmojo.blogspot.com/2012/02/bagaimana-konsep-kelas-akselerasi.html. (12 Januari 2013).
Smith, D. (2012). Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa
Soemantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Refika aditama. Tn. (2011). Keuntungan dan Kerugian Program Akselerasi pada Siswa di Dunia
Pendidikan.[online].Tersedia:
http://www.pschologmania.com/2011/09/keuntungan-dan-kerugian-program.html. (14 Juli 2013)
Tn. (2012). Pengaruh Kemampuan Mengelola Emosi terhadap Kematangan Sosial pada Remaja Tunarungu di SLB B Negeri Purbalingga. [online]. Tersedia: http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/12/jhptump-a-puputuniks-569-2-babii.pdf. (12 Januari 2014).
Wandasari, Y. (2011). Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat.[online].Tersedia:
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JIMP/article/view/668/668.
Jurnal pada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Warnandi, N. (2000). Layanan Pendidikan Anak Berbakat pada Sekolah Dasar. Makalah pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan. Wibawanto, A. (2013). Permainan Pertemanan (Friendship) untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Anak dengan Hambatan Emosi dan Sosial. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Widaya, A. (2011). Perkembangan Emosi Anak. [online]. Tersedia: http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/perkembangan-emosi-anak.html. ( 30 Juni 2013)
Widyaningrum, A. (2010). Perkembangan Emosi. Makalah pada Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi dan Pendidikan Pendidikan Usia Dini Universitas Al-Azhar Indonesia. Jakarta: Tidak diterbitkan.
(43)
Yusuf, S.(2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
(1)
secara tepat. Seperti adanya siswa yang mengangap dirinya lebih unggul dari yang lainnya sehingga membatasi pertemanannya dengan siswa lain selain siswa di kelas akselerasi. Selain itu pun terdapat siswa yang terlihat tidak antusias dalam satu mata pelajaran karena siswa tersebut menganggap kemampuan guru yang sedang mengajar ada dibawah murid tersebut. Gejala-gejala ini diperlukan penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian berkenaan dengan studi tentang dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan aspek sosial dan emosi anak berbakat di SD Negeri Banjarsari, maka peneliti dari hasil ini merekomendasikan kepada pihak terkait sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah kepada Guru
Dari berbagai prosedur dan program yang telah dilaksanakan oleh sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan kelas akselerasi, dapat dilihat bahwa beberapa kompetensi guru yang mengajar di kelas akselerasi belum sesuai dengan kebutuhan belajar siswa berbakat di kelas akselerasi sehingga hal ini menjadi catatan penting dalam hal ini kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah, agar melakukan juga rekrutmen dan penilaian terhadap kompetensi guru yang akan mengajar di kelas akselerasi. Selain itu, kebersamaan antara siswa di kelas akselerasi dengan siswa di kelas regular sangat minim sekali. Hal ini sedikitnya memberikan dampak terhadap kemampuan interaksi siswa satu sama lain. Oleh sebab itu, penulis memberikan rekomendasi agar memberikan ruang yang lebih luas lagi kepada semua siswa untuk belajar dan bergaul bersama dalam kegiatan-kegiatan seperti dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, adanya kelas gabungan pada saat pelajaran olahraga, atau dapat pula membahas soal ujian bersama di perpustakaan dengan didampingi guru mata pelajaran. Sehingga kemampuan
(2)
interaksi sosial dan rasa memiliki terhadap sesama menjadi lebih terbentuk optimal.
b. Kepala Sekolah kepada Orang tua Siswa
Secara umum orang tua yang memiliki anak berbakat memiliki keinginan lebih besar agar anaknya dapat masuk ke dalam kelas akselerasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya kepuasan tersendiri bagi orang tua melihat anaknya dapat belajar di kelas akselerasi. Namun hal tersebut terkadang membuat siswa memiliki pandangan bahwa kelas akselerasi merupakan kelas eksklusif dan berbeda dengan kelas regular sehingga dikhawatirkan cara pandang ini memiliki dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan emosi anak kedepannya. Untuk itu penting bagi pihak sekolah untuk mengadakan pertemuan antara orangtua dan guru setiap bulannya guna memberi laporan singkat tentang kondisi perkembangan anaknya serta menjelaskan hal ini kepada orang tua siswa, agar orang tua berperan untuk memberikan pengertian tentang cara pandang yang seharusnya diterapkan agar anak-anak mereka memiliki kematangan sosial dan emosi yang baik kedepannya.
2. Guru
Keberadaan guru bukan hanya sebagai pengajar, tapi lebih sebagai pendidik dimana posisi guru dapat dikatakan orang yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak setelah orangtua. Dengan ini guru seharusnya dapat terus mengeksplorasi dirinya serta memperbarui cara mengajarnya dikelas, agar dapat dengan optimal mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa. Karena siswa berbakat selalu mengingingkan lebih dari apa yang mereka terima atau dapatkan. Selain itu diharapkan guru tidak mengkotak-kotakkan anak didiknya, sehingga merekapun tidak merasa dibedakan antara siswa reguler dan siswa akselerasi. Perbanyak kegiatan dimana siswa akselerasi dan siswa reguler dapat belajar dan berinteraksi bersama agar mereka dapat satu sama lain saling mengembangkan
(3)
kemampuan akademik, sosial dan emosi secara menyeluruh. Konsisten dalam menerapkan pemahaman, cepat atau lambat muridpun akan memahami dan kemudian mencontohnya.
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dilakukan hanya kepada satu sekolah saja, dan waktu yang relatif singkat yaitu selama penelitian berlangsung, dimana kelas akselerasi baru berjalan sekitar tiga bulan. Untuk itu data yang didapatkan belum optimal dan belum membuka lebih banyak fakta lain dari keberadaan kelas akselerasi. Untuk itu kepada peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal yang berkaitan dengan permasalahan ini, diharapkan dapat melakukan penelitian di beberapa sekolah yang menyelenggarakan kelas akselerasi dengan waktu yang cukup lama sehingga lebih membuka data lebih luas mengenai dampak penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kematangan sosial dan emosi siswa berbakat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z., Sunardi. (1996). Pendidikan Anak Berbakat yang Menyandang Ketunaan. Jakarta: Depdikbud Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Asrori. (20110. Pengertian dan Tujuan Program Akselerasi. [online]. Tersedia:
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-tujuan-program.html. (Juli 2013).
Astati. (24 Juli 2013). Karakteristik dan Pendidikan Anak Berbakat. Modul pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan.
Aya. (2010). Teori Sosial Kognitif dari Albert Bandura. [online]. Tersedia: http://ayasipelitahayati.wordpress.com/2010/04/08/teori-sosial-kognitif-dari-albert-bandura/. ( Juli 2013)
Hawadi, R.A. (2004). Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indoensia. ---. (2006). Akselerasi. Jakarta; PT Gramedia.
Hurlock, E.B., (1994). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Mandala, I. (2012). Isu-isu Kritis Program Akselerasi bagi Anak Berbakat. Makalah Tim Pengembang Kurikulum PK-PLK Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi jawa Barat: Tidak diterbitkan.
---.(2010). Rancangan Pembelajaran bagi Anak Berbakat (Gifted
Child) dalam Setting Inklusif. [online]. Tersedia:
http://pendidikankhusus.wordpress.com/2010/02/18/pembelajaran-abk-setting-inklusi/. (3 Februari 2014)
Maulana, V. (2011). Definisi Identifikasi Keberbakatan. [online]. Tersedia:
http://digitalcreate-digitalcreate.blogspot.com/2011/03/definisi-dan-identifikasi-keberbakatan.html. (17 Januari 2013)
Macintyre, C. (2011). Play for Children with Special Needs. London: David Fulton Publishers.
Rochyadi, E. (1999). Dampak Kurikulum TK Muatan Akademik terhadap Pergerseran Perkembangan Kognitif. Tesis pada Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan.
(5)
Safitri, N.(2012). Hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian sosial siswa berbakat akselarasi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. [online]. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/3794. (29 januari 2013)
Sigit, P. (2012). Bagaimana Konsep Akselerasi Berjalan?. [online]. Tersedia: http://sigitpujiatmojo.blogspot.com/2012/02/bagaimana-konsep-kelas-akselerasi.html. (12 Januari 2013).
Smith, D. (2012). Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa
Soemantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Refika aditama. Tn. (2011). Keuntungan dan Kerugian Program Akselerasi pada Siswa di Dunia
Pendidikan.[online].Tersedia:
http://www.pschologmania.com/2011/09/keuntungan-dan-kerugian-program.html. (14 Juli 2013)
Tn. (2012). Pengaruh Kemampuan Mengelola Emosi terhadap Kematangan Sosial pada Remaja Tunarungu di SLB B Negeri Purbalingga. [online]. Tersedia: http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/12/jhptump-a-puputuniks-569-2-babii.pdf. (12 Januari 2014).
Wandasari, Y. (2011). Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat.[online].Tersedia:
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JIMP/article/view/668/668.
Jurnal pada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Warnandi, N. (2000). Layanan Pendidikan Anak Berbakat pada Sekolah Dasar. Makalah pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan. Wibawanto, A. (2013). Permainan Pertemanan (Friendship) untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Anak dengan Hambatan Emosi dan Sosial. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Widaya, A. (2011). Perkembangan Emosi Anak. [online]. Tersedia: http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/perkembangan-emosi-anak.html. ( 30 Juni 2013)
Widyaningrum, A. (2010). Perkembangan Emosi. Makalah pada Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi dan Pendidikan Pendidikan Usia Dini Universitas Al-Azhar Indonesia. Jakarta: Tidak diterbitkan.
(6)
Yusuf, S.(2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.