PENGGUNAAN MICROSOFT OFFICE POWERPOINT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi.

(1)

PENGGUNAAN MICROSOFT OFFICE POWERPOINT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Muhammad Adryan

0906435

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Penggunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai Media

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi)

Oleh

Muhammad Adryan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Muhammad Adryan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Muhammad Adryan 0906435

PENGGUNAAN MICROSOFT OFFICE POWERPOINT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof.Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd NIP. 19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Diketahui oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Skripsi ini telah diuji pada

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia Ujian Terdiri dari

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001 3.2

Drs. Rahmat, M.Si

NIP. 19580915 198603 1 003 3.3

Dr. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd NIP. 13034502500


(5)

ii

ABSTRAK

Muhammad Adryan (0906435), PENGGUNAAN MICROSOFT OFFICE POWERPOINT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi).

Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Salah satu bentuk pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah pembelajaran berbasis multimedia presentasi. Pembelajaran berbasis multimedia presentasi adalah kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) secara bersamaan.

Microsoft Office PowerPoint merupakan salah satu perangkat lunak yang

memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn, proses kegiatan belajar mengajar PKn dengan menggunakan PowerPoint, kelebihan dan kelemahan PowerPoint sebagai media Pembelajaran PKn, serta hambatan dalam penggunaan PowerPoint dalam pembelajaran PKn dan upaya mengatasi kendala tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode penelitiannya adalah metode deskriptif, teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Cimahi dengan subjek penelitian adalah Guru PKn, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, dan Peserta Didik Kelas X IPA 7.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa (1) PowerPoint adalah media dalam pembelajaran PKn yang merupakan sebuah transformasi dalam wujud teknologi informasi dalam kegiatan belajar mengajar. PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn bisa menciptakan pembelajaran yang dapat melibatkan apek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik; (2) Dalam pelaksanaaan pembelajaran PKn dengan menggunakan PowerPoint sebagai media pembelajaran di SMAN 2 Cimahi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa hal tersebut terlihat dari keaktifan siswa, media PowerPoint dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, kritis, dan siswa aktif; (3) Kelebihan PowerPoint sebagai media pembelajaran, dapat menumbuhkan kegiatan belajar mengajar yang mengarah kepada student center, pembelajaranpun dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik perhatian dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Sedangkan kelemahan dari PowerPoint tersebut cenderung membuat siswa malas mencatat dan komunikasi antara guru dan murid berkurang; (4) Hambatan yang dalam menggunakan PowerPoint di SMAN 2 Cimahi yaitu masih kurangnya kemampuan guru dan siswa dalam pengoperasian PowerPoint tersebut


(6)

iii

ABSTRACT

Muhammad Adryan (0906435), USE AS A MEDIA MICROSOFT OFFICE POWERPOINT CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING (Descriptive Analytical Study in SMAN 2 Cimahi).

With the advancement of technology in various fields, for example in communication and information technology, instructional media have a central position in the learning process and not merely as a tool. Instructional media plays an important role to realize the learning activities become more effective and efficient. One form of learning that is based on Information and Communication Technology is a multimedia presentation based learning. Presentation of multimedia-based learning is a learning activity that utilizes the computer to create and combine text, graphics, audio, moving images (video and animation) simultaneously. Microsoft Office PowerPoint is a presentation software that enables multimedia packaged in the form of a very dynamic and interesting.

Accordingly, this study aims to examine the use of PowerPoint as a learning medium Civics, Civics learning process by using PowerPoint, PowerPoint strengths and weaknesses as a Civics Lesson media, as well as obstacles in the use of PowerPoint in teaching Civics and efforts to overcome these obstacles. The approach used in this study is qualitative, while the research is descriptive method, the technique of collecting data through interviews, observation, and study documentation. This research was conducted at SMAN 2 Cimahi with research subjects are Civics Teacher, Vice Principal of Infrastructure, Deputy Head of Curriculum, and Students Class X Science 7.

The results of this study showed that ( 1 ) PowerPoint is a medium in which civics lesson is a transformation in the form of information technology in learning activities . PowerPoint as a learning medium Civics can create musty learning can involve cognitive , affective and psychomotor aspects , (2 ) In pelaksanaaan civics lesson using PowerPoint as a medium of learning in SMAN 2 Cimahi can improve student learning activities it is evident from the involvement of the student , the media PowerPoint to train students for independent learning, critical , and active students , (3 ) Excess PowerPoint as a medium of learning , to foster teaching and learning activities that lead to the student center , pembelajaranpun can be done interactively , thus attracting the attention and motivation of learners . While the weakness of the PowerPoint notes tend to make students lazy and communication between teachers and students is reduced , (4 ) barriers in the use of PowerPoint in SMAN 2 Cimahi is still a lack of the ability of teachers and students in the operation of the PowerPoint


(7)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran 1. Definisi Media Pembelajaran ... 12

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran ... 15

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 20

4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 24

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi 1. Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 29

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan ... 29

3. Pemanfaatan Komputer sebagai Media Pembelajaran ... 30

4. Pembelajaran Berbasis Multimedia Presentasi ... 32

5. PowerPoint sebagai Media Pembelajaran ... 36

C. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 39

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 43

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 47


(8)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 51

B. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 52

C. Definisi Operasional ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi ... 58

2. Wawancara ... 60

3. Studi Dokumentasi ... 61

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian ... 63

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 63

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 65

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 66

2. Data Dislay (Penyajian Data) ... 66

3. Conclusion Drawing/Verification ... 67

G. Pengujian Keabsahan Data 1. Uji Credibility ... 68

a. Perpanjang pengamatan ... 68

b. Meningkatkan ketekunan ... 69

c. Triangulasi ... 69

d. Analisis kasus negatif ... 70

e. Menggunakan bahan referensi... 70

f. Mengadakan membercheck ... 70

2. Uji Transferability ... 71

3. Uji Dependability ... 71

4. Uji Confirmabilty ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil SMA Negeri 2 Cimahi ... 73

2. Visi dan Misi SMA Negeri 2 Cimahi ... 74

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Cimahi ... 75

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pemanfaatan Microsoft Office PowerPoint sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 104

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Menggunakan Media Pembelajaran ... 109

3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 117 4. Kendala yang Dihadapi dalam Penggunaan PowerPoint pada


(9)

viii

Pembelajaran Pkn dan Upaya Mengatasi Kendala Tersebut... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 128

1. Kesimpulan umum ... 128

2. Kesimpulan khusus ... 128

B. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Subjek Penelitian ... 52 Tabel 3.2. Perbedaan Istilah dalam Pengujian Keabsahan Data antara Metode Kualitatif dan Kuantitatif ... 68 Tabel 4.1. Daftar Nama Anggota Kelompok Peserta Didik... 90 Tabel 4.2. Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data

Pemanfaatan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran ... 105 Tabel 4.3. Triangulasi dengan Sumber Pengumpulan Data

Pemanfaatan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran ... 108 Tabel 4.4. Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data

Perencanaan Pembelajaran PKn dengan Media PowerPoint ... 110 Tabel 4.5. Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data

Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Media PowerPoint ... 114 Tabel 4.6. Triangulasi dengan Sumber Pengumpulan Data

Kelebihan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran PKn ... 119 Tabel 4.7. Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data

Kelebihan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran PKn... 121 Tabel 4.8. Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data

Kekurangan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran PKn ... 123 Tabel 4.9. Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data

Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PKn dengan

Media PowerPoint ... 125

Tabel 4.10 Triangulasi dengan Sumber Pengumpulan Data

Upaya Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pkn Dengan Media PowerPoint ... 126


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Konsep Multimedia ... 4

Gambar 1.2. Unsur-Unsur Multimedia yang Dapat Diintegrasikan PowerPoint ... 5

Gambar 1.3. Respon Siswa Terhadap Penggunaan PowerPoint sebagai Media Pembelajaran Pkn... 7

Gambar 2.1. Klasifikasi Media Pembelajaran... 27

Gambar 2.2. Kerja Sistem dalam Sebuah Unit Komputer ... 31

Gambar 2.3. Konsep Multimedia ... 33

Gambar 2.4. Unsur-Unsur Multimedia yang Dapat Diintegrasikan Melalui Media PowerPoint ... 35

Gambar 2.5. Tampilan Utama Microsoft Office PowerPoint 2007 ... 37

Gambar 2.6. Prosedur Pengembangan Multimedia Presentasi PowerPoint ... 38

Gambar 3.1. Triangulasi berdasarkan Sumber Data ... 69

Gambar 3.2. Triangulasi berdasarkan Teknik Pengumpulan Data ... 70


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut pandangan konstruktivisme, pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa berpikir, agar siswa dapat mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruksi aktif siswa sendiri melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa (kontekstual).

Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan itu dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa atau teacher centered, tetapi yang lebih diharapkan saat ini bahwa pembelajaran tersebut berpusat pada siswa atau student centered. Dalam kondisi tersebut guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran, jadi siswa sebaiknya secara aktif berinteraksi langsung dengan sumber belajar.

Bertitik tolak pada kenyataan tersebut pada hakikatnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian suatu pesan dalam hal ini yaitu materi pembelajaran melalui media kepada penerima pesan yaitu murid. Namun ada kalanya proses komunikasi tersebut menemukan hambatan. Hambatan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (seperti: minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), adapula hambatan fisik berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan siswa, dan juga hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar.

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek tersebut saling berkaitan


(13)

satu sama lain. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, walaupun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2010 : 15)

Begitu banyak manfaat yang didapatkan dalam penggunaan media pembelajaran, Hamalik (1986) dalam Arsyad (2010: 15) mengemukakan bahwa :

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Selain dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman, menyajikan data secara menarik dan terpercaya, serta memudahkan penafsiran data, media pembelajaran juga dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru. Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar siswa.

Memasuki era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti sekarang ini sangat dirasakan kebutuhan dan pentingnya penggunaan TIK dalam


(14)

kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Rusman et al. (2012: 5) mengungkapkan bahwa melalui TIK kita dapat meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan cara membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Terutama penerapan high tech dan

high touch approach.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memberikan kontribusi terhadap terjadinya revolusi dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Eric Ashby (1972) dalam Rusman et al. (2012: 6) menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Ia menjelaskannya sebagai berikut.

“Revolusi pertama terjadi ketika orang menyerahkan pendidikan anaknya kepada seorang guru baik itu pada padepokan, paguron, pesantren dan sekolah. Revolusi kedua terjadi ketika digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran. Melalui tulisan ini dapat membuka akses yang sangat luas, sehingga informasi dapat disimpan dan dipanggil kembali. Revolusi ketiga terjadi seiring dengan ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak seperti buku teks, modul, majalah, dan lain-lain. Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik dalam kegiatan pembelajaran, seperti radio, tape recorder, untuk pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima yaitu seperti saat ini, dengan pengemasan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran, khususnya teknologi komputer dan internet untuk kepentingan peningkatan kegiatan pembelajaran”

Salah satu bentuk pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah pembelajaran berbasis multimedia presentasi. Pembelajaran berbasis multimedia presentasi adalah kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) secara bersamaan. Multimedia adalah media presentasi dengan menggunakan teks, audio dan visual sekaligus. Hofstteter (2001) dalam Rusman et al. (2012: 296) menjelaskan tentang pengertian multimedia sebagai berikut.


(15)

“multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar gerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tools yang memungkinkan pemakai untuk melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.” Selanjutnya Rusman (2012: 71) mengungkapkan kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh pancaindera, sehingga daya imajinasi, kreatifitas, fantasi dan emosi peserta didik berkembang kearah yang lebih baik. Berbagai kajian telah menunjukan, bahwa proses pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu indera akan lebih efektif dibandingkan dengan hanya satu indera saja. Pembelajaran yang disampaikanpun akan diingat lebih lama.

Gambar 1.1 Konsep Multimedia

Sumber: Rusman, 2012: 71

Jika dilihat dari konsep Multimedia pada gambar 1.1 di atas, multimedia dapat diartikan sebagai penggabungan beberapa media yang berbeda. Dalam bidang pendidikan, dengan penggunaan konsep tersebut penyampaian bahan pengajaran secara interaktif dapat mempermudah pembelajaran karena didukung oleh berbagai aspek, seperti : animasi, teks, grafik, animasi, suara, gambar dan video.

MULTIMEDIA ANIMASI

TEXT

SUARA GAMBAR

VIDEO


(16)

Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peran alat presentasi pada masa sebelumnya, salah satunya yaitu penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti Microsoft Office PowerPoint yang dikembangkan oleh Microsoft Inc. Microsoft Office PowerPoint merupakan salah satu perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik.

Gambar 1.2

Unsur-unsur multimedia yang dapat diintegrasikan melalui PowerPoint

Sumber: Rusman, 2012: 296

Microsoft Office PowerPoint merupakan sebuah program komputer untuk

presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft Inc. Microsoft Office, meliputi Microsoft PowerPoint, Microsoft Word, Excel, Access dan beberapa program lainnya. Microsoft PowerPoint berjalan di atas komputer PC berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan diatas sistem operasi Xenix. (Rusman et al. 2012 : 300)

Dalam penggunaannya sebagai media pembelajaran, Microsoft Office

PowerPoint termasuk kedalam pembelajaran berbasis multimedia presentasi.

Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang bersifat teoritis. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik,

MICROSOFT OFFICE POWERPOINT Suara & Sound

File Microsoft Office; Excel, Word, Access

Teks Grafik & Tabel

Animasi Video


(17)

dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik.

Didalam aplikasi Microsoft PowerPoint ini terdapat menu-menu yang memungkinkan penggunanya untuk membuat presentasi yang menarik. Salah satu menu yang terdapat dalam aplikasi PowerPoint yaitu dengan adanya slide, dimana

slide tersebut berfungsi untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan

disampaikan ke peserta didik. Begitu pula dengan adanya menu seperti : Front

Picture, Effect, Sound dan Animation yang mampu membuat sebuah slide dapat

terlihat lebih menarik.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran ini sudah banyak digunakan di sekolah, terutama di sekolah-sekolah favorit yang berlomba-lomba untuk melengkapi sekolah-sekolahnya dengan berbagai fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar. Begitu pula di SMA Negeri 2 Cimahi yang notabene merupakan sekolah favorit di Kota Cimahi. SMA Negeri 2 Cimahi juga sudah memfasilitasi sekolahnya dengan pengadaan

Projector di setiap ruangan kelas sehingga memudahkan guru untuk

menggunakan media PowerPoint.

Sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 45, yang menyatakan bahwa :

“setiap pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.

Kemudian dalam penjelasannya ditegaskan bahwa : Pendidikan tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.

Berkaitan dengan penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran, hampir semua guru di SMA Negeri 2 Cimahi menggunakan PowerPoint sebagai


(18)

media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, termasuk guru mata pelajaran PKn. Mereka beranggapan bahwa penggunaan Media PowerPoint lebih mudah dan lebih efisien dalam pembuatannya. Seorang guru hanya perlu membawa laptop atau Flash Disk ketika mengajar karena sekolah sudah memfasilitasi semua ruangan belajar dengan projector dan juga satu unit komputer untuk menunjang proses belajar mengajar yang menggunakan presentasi PowerPoint. Selain itu mereka beranggapan dengan berbagai menu yang terdapat PowerPoint membuat media tersebut dapat mencakup semua jenis media pembelajaran, seperti Audio, Visual, dan Audio-Visual

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan pra-penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Cimahi pada tanggal 17 Juli 2013 dengan mengambil sampel secara acak terhadap 50 orang siswa mengenai respon siswa terhadap penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn. Hasil pra-penelitian digambarkan dalam chart sebagai berikut.

Gambar 1.3

Respon siswa terhadap penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran Pkn

Sumber : diolah oleh peneliti, 2013

Gambar 1.3 menggambarkan respon siswa terhadap penggunaan

PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn, berdasarkan chart tersebut

sebanyak 25 orang siswa menyatakan setuju terhadap penggunaan PowerPoint

0 5 10 15 20 25 30

Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak

Setuju

Respon siswa terhadap penggunaan

Powerpoint sebagai media

pembelajaran PKn


(19)

sebagai media pembelajaran Pkn, 17 siswa menyatakan sangat setuju dan 8 orang lainnya menjawab netral. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 42 responden memberikan respon positif terhadap penggunaan media PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn.

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa untuk menanyakan alasan mereka menyetujui penggunaan PowerPoint pada pembelajaran PKn. Alasan yang didapatkan dari siswa cukup beragam, diantaranya karena mereka menganggap pelajaran PKn akan membosankan jika hanya dilakukan dengan metode ceramah, sehingga dengan penggunaan PowerPoint guru dapat memberikan contoh melalui gambar, grafik, bahkan video dalam setiap pembelajaran. Masalah yang sering ditemui dalam proses pembelajaran PKn di sekolah selama ini yaitu menyangkut kurangnya semangat dan motivasi belajar siswa pada pelajaran PKn, guru sering terjebak dalam pemilihan media yang tepat dengan metode maupun materi pembelajaran. Kesulitan tersebut membuat guru cenderung menggunakan metode ceramah dan mengabaikan penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu sehingga hal tersebut mengurangi semangat dan motivasi siswa dalam belajar PKn.

Selain itu pada dasarnya motivasi siswa berbeda-beda dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Hamalik dalam Arsyad 2010 : 15, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psiklogis terhadap siswa. Jadi, selain sebagai alat bantu dalam meningkatkan pemahaman siswa, media pembelajaran juga mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

Mengingat pentingnya media dalam proses belajar mengajar dimana berhubungan dengan peningkatkan motivasi belajar siswa terutama pada saat menggunakan media PowerPoint, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGGUNAAN MICROSOFT OFFICE


(20)

KEWARGANEGARAAN”, (Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi fokus permasalahan secara umum. Masalah yang menjadi inti pembahasaan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Pengunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 2 Cimahi) ?”

2. Perumusan Masalah

Menyadari masih begitu luasnya rumusan masalah tersebut, maka perlu adanya perumusan masalah. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pemanfaatan Microsoft Office PowerPoint dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi ?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan media

PowerPoint di SMA Negeri 2 Cimahi ?

c. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi ?

d. Bagaimana kendala penggunaan media PowerPoint dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut ?


(21)

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Penggunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui pemanfaatan Microsoft Office PowerPoint dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi

b. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan media

PowerPoint di SMA Negeri 2 Cimahi

c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi

d. Mengetahui kendala penggunaan media PowerPoint dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan sesuatu yang berguna dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuwan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Penulis juga berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan memperkaya fakta-fakta dan teori tentang penggunaan Media Pembelajaran dan implikasinya, selain itu dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kependidikan.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru, dengan adanya penelitian mengenai penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, diharapkan dalam proses belajar mengajar PKn dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pemilihan media pembelajaran.

b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas, motivasi serta minat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar peserta


(22)

didik. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu merubah citra Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang membosankan dan kurang menyenangkan di mata peserta didik.

c. Bagi pihak sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak sekolah untuk mengetahui dan juga mengevaluasi apa saja sarana dan prasarana yang diperlukan oleh siswa dan guru dalam proses belajar mengajar sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.

d. Bagi penelitian lebih lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran khususnya dalam pembelajaran PKn di sekolah.

E. Struktur Organisasi Penelitian

Sistematika penulisan didalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Mengenai pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, batasan istilah, metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Mengenai tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen- dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang memiliki hubungan dalam mendukung penelitian penulis.

BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai penggunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB IV : Mengenai analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang penggunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan..


(23)

BAB V : Mengenai kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi serta pembahasannya dalam skripsi ini.


(24)

51

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses kegiatan atau aktifitas yang terdiri dari suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terperinci dan sistematis agar dapat memecahkan suatu masalah. Demikian pula metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang amat penting, karena di dalam metode penelitian ditentukan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui sehingga menghasilkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Keberhasilan penelitian akan berjalan dan sesuai dengan tujuan penelitian apabila dipersiapkan dengan baik, teliti dan teratur. Untuk mencapai kerangka tersebut maka peneliti harus melakukan persiapan sesuai dengan prosedur penelitian. Prosedur yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini meliputi, pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, tahap peneitian, teknik pengolahan dan analisis data, pengujian keabsahan data, serta lokasi dan subjek penelitian.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi sosial yang diidentifikasikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang diobservasi. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah SMA Negeri 2 Cimahi yang terletak di KPAD Sriwijaya Jalan Sriwijaya IX No. 45 Cimahi. Alasan peneliti memilih SMA Negeri 2 Cimahi sebagai lokasi penelitian karena SMA Negeri 2 Cimahi merupakan sekolah terfavorit di Kota Cimahi. Disamping itu SMA Negeri 2 Cimahi dapat mendukung peneliti dalam penelitian ini karena sekolah tersebut telah memfasilitasi semua kelas dengan

projector sehingga mampu menunjang penggunaan PowerPoint dalam proses

belajar mengajar.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian dalam pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah:


(25)

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

Sumber : diolah oleh peneliti, 2013

B. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Suatu penelitian ilmiah dikatakan efektif dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya apabila menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan pada data yang sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1992: 121), bahwa :

“Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan,

misalnya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta

dari situasi penyelidikan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu penelitian salah satunya oleh metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain metode penelitian sangat dibutuhkan karena akan memperjelas langkah atau cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai dengan arahan tujuan dari penelitian.

No. Subjek Penelitian Jumlah

1 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Negeri 2

Cimahi 1 orang

2 Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMA

Negeri 2 Cimahi 1 orang

3 Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 3 orang

4 Peserta Didik kelas X IPA 7 SMA Negeri 2 Cimahi 15 orang


(26)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, kontemporer dan memusatkan masalah pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1998: 63) yang menyatakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah satu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki”.

Hal tersbut di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Danial dan Warsiah (2009: 63) yang mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah metode yang bertujuan memperlihatkan suatu fenomena yang ada, mengidentifikasi berbagai masalah, penilaian suatu kebijakan dan studi tentang keunggulan dan kelemahan suatu program yang telah dilakukan.

Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli di atas, peneliti memandang bahwa metode deskriptif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan media PowerPoint sebagai media pembelajarannya. Di samping hal tersebut, tujuan dari penelitian ini akan tercapai dengan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu peristiwa.

Lebih lanjut Surakhmad (1990: 140), menegaskan pengertian metode deskriptif dengan mengungkapkan ciri-cirinya sebagai berikut.

“Pertama, memusatkan diri pada masalah-maslah yang ada pada saat sekarang atau bersifat sakral (up to date). Kedua, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian di analisis (karena metode ini

sering pula disebut metode analitik)”.

Dalam memperoleh data penulis melakukan berbagai teknik yang disusun secara sistematis untuk mencari data hasil penelitian yang sempurna. Penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif karena sesuai dengan sifat masalah dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi


(27)

berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang bagaimana penggunaan

PowePoint sebagai media pembelajaran PKn.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Nasution (2003: 5) pendekatan kualitatif ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Hal serupa diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000: 3) bahwa penelitian

kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama dalam penelitian adalah penulis sendiri yang terjun ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2000: 132), bahwa :

“Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia

menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada

akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Locke et al (2007) dalam Creswell (2010: 264) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian interpretif, yang di dalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan, keterlibatan inilah yang nantinya memunculkan serangkaian isu dalam proses penelitian kualitatif. Dengan demikian penulis lebih leluasa dalam mencari informasi dan data yang terperinci dari subjek penelitian tentang berbagi hal yang diperlukan dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.

Selanjutnya Sugiyono (2011: 9) mendefinisikan tentang penelitian kualitatif sebagai berikut :


(28)

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri, hal tersebut memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data yang aktual. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, dan lebih mementingkan proses daripada hasil.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Moleong (2010: 4) yang menjelaskan penelitian kualitatif sebagai berikut.

“Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh

kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian”

Pada kenyataannya, metode kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan metode kuantitatif. Sugiyono (2011: 24-25) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif digunakan ketika :

a. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap.

b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak. c. Untuk memahami interaksi sosial.

d. Untuk memahami perasaan orang. e. Untuk mengembangkan teori. f. Untuk memastikan kebenaran data. g. Untuk meneliti sejarah perkembangan.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli di atas, penulis merasa bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini, hal tersebut


(29)

dikarenakan pendekatan ini dirasa memungkinkan untuk meneliti fokus permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam. Selain alasan tersebut, pendekatan kualitatif memiliki keunggulan seperti halnya diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 28), bahwa penelitian kualitatif memiliki kompetensi sebagai berikut.

1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.

2. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.

3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian (konteks sosial).

4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain. 5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif

berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya.

6. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferbilitas hasil penelitian.

7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru. 8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci. Melalui keunggulan atau kompetensi yang dimiliki oleh pendekatan kualitatif, penulis berharap dapat melakukan penelitian secara mendalam, maksimal dan mendapatkan data yang akurat, sehingga mampu menghasilkan data penelitian yang ilmiah dan empirik.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah tersebut. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan

dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multi media. Di dalam komputer, biasanya program ini sudah dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun


(30)

perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.

2. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium”

yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara

atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Kelancaran aplikasi model pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh media pembelajaran yang digunakan.

3. Media Pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

4. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana titik tolak untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

D. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang didapatkan akurat dan valid, maka penulis yang bertindak sebagai instrument utama penelitian, terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah. Sugiyono (2011: 224) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama.


(31)

naturalistik peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama dan terjun langsung ke lapangan serta mengumpulkan informasi melalui observasi atau wawancara”. Selama penelitian dilaksanakan, penulis bertindak sebagai instrumen utama dan menyatu dengan sumber data. Melalui penelitian ini peneliti langsung masuk ke lapangan untuk mengumpulkan data dalam situasi yang alamiah dan sesungguhnya. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu instrumen utama dalam penelitian sosial terutama penelitian kualitatif. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011: 145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap budaya dari segi pandangan yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu. Pengamatan juga memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek penelitian sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.

Manfaat dari observasi ini diungkapkan oleh Patton yang dikutip oleh Nasution dalam Sugiyono (2011: 228-229) sebagai berikut.

1. Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. 3. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak

diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena


(32)

bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6. Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2011: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation) dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Susan Stainback dalam Sugiyono (2011: 227) yang menyatakan “In participant observation, the researcher

observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Alasan peneliti menggunakan teknik observasi parsitipatif ini agar data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Lebih lanjut Spradley yang dikutip Susan Stainback dala Sugiyono (2011 : 226) dalam observasi partisipatif ini terbagi menjadi partisipasi pasif, pastisipasi moderat, partisipasi aktif dan partisipasi lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan partisipasi pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Alasan peneliti karena sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana penggunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran PKn, sehingga peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang


(33)

diamati tetapi tidak terlibat secara penuh dalam proses belajar mengajar PKn dikelas.

Alasan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2010: 267) sebagai berikut.

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga partisipan utuh.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Nasution (2003: 73) menjelaskan bahwa “tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain”,

sedangkan menurut Moleong (2010: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Jadi, dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi.

Estenberg dalam Sugiyono (2011: 233) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara semiterstruktur. Menurut Sugiyono (2011: 233) wawancara semitersturktur dapat dideskripsikan sebagai berikut.

“Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview,

dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya”.


(34)

Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara tersebut agar setiap responden dapat memberikan informasi secara lebih terbuka. Kelebihan dari wawancara semiterstruktur ini adalah tujuan dari wawancara lebih terfokus, data yang diperoleh lebih mudah diolah, dan agar narasumber lebih bebas mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya. Wawancara dilakukan secara terbuka yang dilengkapi dengan susunan atau daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya.

Alasan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2010: 267), ia mengemukakan bahwa:

“Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face

interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group

interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri enam sampai

delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan”

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini Bogdan dalam Sugiyono (2011: 240) mengungkapkan “in most tradition of qualitative research, the phrase

personal document in used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own action, experience and belief”.

Sugiyono (2011: 240) menjelaskan hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan auto biografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Haris Herdiansyah (2010: 143) mengungkapkan studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.


(35)

Lebih lanjut Creswell (2010: 267) mengungkapkan bahwa selama penelitian, peneliti bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen private (buku harian, diary, surat, email). Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Nasution (2003: 89) dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti surat-surat, buku harian dan dokumen resmi. Selanjutnya menurut Danial dan Warsiah (2009: 79) studi dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

Dari pendapat berbagai ahli di atas, peneliti merasa bahwa studi dokumentasi diperlukan guna melengkapi data dara hasil observasi dan wawancara, sehingga data yang diperoleh lebih kredibel dan dapat dipercaya.

4. Studi Kepustakaan

Menurut Danial dan Warsiah (2009: 80), studi kepustakaan adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini peneliti gunakan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan penelitian.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran terutama media PowerPoint dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Faisal (1990: 30) bahwa

“hasil studi literatur bisa dijadikan masukan atau landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti, termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.”

E. Prosedur Penelitian

Sebuah penelitian akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan seperti yang diharapkan, jika penelitian itu dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan. Oleh sebab itu supaya penelitian yang peneliti lakukan dapat berjalan dengan baik guna mencapai hasil yang maksimal, maka


(36)

dalam melakukan penelitian ini peneliti menyusun langkah-langkah penelitian secara sistematis sebagai berikut.

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra-penelitian ke SMA Negeri 2 Cimahi pada 17 Juli 2013. Tujuan dilakukannya pra penelitian ini untuk mengetahui kondisi umum dari SMA Negeri 2 Cimahi, terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran PKn. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data awal tentang penggunaan Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran PKn di SMA Negeri 2 Cimahi.

Setelah melakukan hal tersebut peneliti membuat kelengkapan penelitian yaitu surat penelitian agar memperoleh izin dari instansi yang terkait, prosedur perizinan yang dilakukan antara lain:

1. Mengajukan surat izin penelitian kepada Rektor UPI Bandung melalui jurusan PKn yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan PKn.

2. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan FPIPS UPI c.q Pembantu Dekan I FPIPS disampaikan kepada Rektor UPI melalui pembantu Rektor Bidang Akademik.

3. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala SMA Negeri 2 Cimahi.

4. Kepala SMA Negeri 2 Cimahi melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 2 Cimahi

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah selesai dengan tahapan persiapan penelitian seperti dipaparkan di atas maka selanjutnya peneliti terjun ke lapangan untuk pelaksanaan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2013 sampai 26 September 2013.


(37)

Dalam melaksanakan penelitian, seperti apa yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrument yang utama. Dalam hal ini peneliti sebagai instrument utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti dengan responden.

Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat pedoman wawancara, agar lebih mudah untuk memperoleh data yang sesuai dengan kebutuhan dari penelitian ini maka peneliti membagi pedoman wawancara ini ke dalam 3 bagian, yaitu:

a. Pedoman wawancara untuk Wakil Kepalas Sekolah bidang Kurikulum dan Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Cimahi untuk memperoleh pendapat dan tanggapan mengenai permasalahan yang sesuai dengan sasaran penelitian yaitu tentang pemanfaatan Microsoft Office PowerPoint sebagai media pembelajaran.

b. Pedoman wawancara untuk guru bidang studi PKn kelas X, XI dan XII SMA Negeri 2 Cimahi, guna memperoleh data berkenaan dengan proses belajar mengajar PKn di kelas.

c. Pedoman wawancara untuk siswa-siswi kelas X IPA 7 SMA Negeri 2 Cimahi

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan informan, penulis menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tujuan untuk mengungkapkan data secara mendetail. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap dengan tambahan data lainnya baik itu foto dan dokumen lainnya. Hal ini dilakukan hingga peneliti mencatat data pada titik jenuh yang berarti perolehan data tidak lagi mendapatkan informasi yang baru. Tujuan dari wawancara ini yaitu untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dari responden agar mampu menjawab permasalah penelitian yang dapat peneliti ketahui melalui wawancara. Hal selanjutnya yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut.


(38)

1. Mempersiapkan pengamatan dan mencatat kegiatan-kegiatan atau gejala-gejala yang penting dan mendukung terhadap masalah yang diteliti.

2. Melakukan pengamatan dan mencatat kegiatan-kegiatan atau gejala-gejala yang penting dan mendukung terhadap masalah yang diteliti. 3. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan (field notes) dari

data yang diperlukan sehubungan sasaran penelitian.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui berbagai pedoman penelitian yang dilakukan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Berkaitan dengan tahap analisis data lebih lanjut akan dibahas pada bahasan selanjutnya.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Ada sejumlah proses umum yang bisa dijelaskan oleh peneliti untuk menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data penelitian, sebagaimana yang diungkapkan oleh Creswell (2010: 274) seperti berikut.

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya, analisi data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Lebih lanjut Creswell (2010: 275) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum digunakan. Dalam model analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, kemudian menganalisisnya berdasarkan tema-tema atau perspektif-perspektif tertentu.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama penelitian berlangsung dan setelah selesai dilapangan. Namun menurut Sugiyono (2010: 245) analisis lebih difokuskan selama proses dilapangan, bersamaan dengan pengumpulan data. Data kualitatif


(39)

selama dilapangan berdasarkan model Miles dan Huberman (1984) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Sugiyono (2011: 247) menjelaskan bahwa reduksi data berarti

“merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya”. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya kembali bila diperlukan.

Hal yang diungkapkan oleh Sugiyono di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nasution (2003: 128) bahwa :

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.

Pendapat beberapa ahli di atas relevan dengan kondisi di lapangan yang sering dijumpai dalam penelitian, setelah peneliti melakukan penelitian data yang diperoleh semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis melalui reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencari kembali apabila diperlukan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Sugiyono (2011: 249) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,


(40)

249) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pendapat dari Sugiyono di atas sejalan dengan pendapat dari Nasution (2003: 128) bahwa:

“Data yang bertumpuk dan laporan lapangan yang tebal akan sulit

dipahami. Oleh karena itu, agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat, network, chart dan grafik”

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tidak terjebak dalam tumpukan data lapangan yang banyak, peneliti melakukan display data yang dituangkan ke dalam bentuk uraian.

c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan kesimpulan/Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011: 252) mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Langkah verifikasi ini dilakukan peneliti dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan agar mencapai kesimpulan yang tepat. Kesimpulan yang didapatkan tersebut senantiasa diverifikasi selama


(41)

penelitian berlangsung agar lebih menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat.

G. Pengujian Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 269) perbedaan tersebut dapat di tunjukan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Perbedaan Istilah dalam Pengujian Keabsahan Data Antara Metode Kualitatif dan Kuantitatif

Aspek Metode Kualitatif Metode Kuantitatif

Nilai kebenaran Validitas internal Kredibilitas (credibility) Penerapan Validitas eksternal (generalisasi) Transferability/keteralihan

Konsistensi Reliabilitas Auditability, dependability

Naturalitas Obyektivitas Confirmability

Sumber : Sugiyono, 2011: 269

Uji keabsahan data kualitatif menurut Sugiyono (2011: 270) meliputi uji,

credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

1. Uji Credibility

Sugiyono (2011: 270) mengungkapkan bahwa uji kredibilitas data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check. Rangkaian aktivitas tersebut peneliti terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut.


(42)

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk lebih mengenal suatu lingkungan. Oleh karena itu, peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara membuat hubungan baik dengan orang-orang di lokasi penelitian tertuma pada responden, kemudian dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data yang valid untuk kepentingan penelitian ini.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

c. Triangulasi

Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, guru mata pelajaran PKn, dan siswa-siswi kelas X IPA 7 SMA Negeri 2 Cimahi. Menurut Sugiyono

(2011: 273) bahwa “dalam pengujian kredibilitas terdapat berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu”. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber data, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu pengumpulan data. Berikut adalah bagan triangulasi sumber pengumpulan data dan triangulasi teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini.

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data

Guru PKn

Siswa


(43)

(44)

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Sumber: Sugiyono, 2011: 273

d. Analisis kasus negatif

Sugiyono (2011: 275) menjelaskan bahwa “melakukan anilisi kasus negatif berarti peniliti mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan

e. Menggunakan bahan referensi

Sugiyono (2011: 275) mengungkapkan “yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti”. Data penelitian sebaiknya dilengkapi dengan rekaman wawancara atau foto-foto penelitian sehingga data lebih dapat dipercaya.

f. Mengadakan membercheck

Menurut Sugiyono (2011: 276) membercheck adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Tujuan dari membercheck

ini adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksudkan sumber data atau informan. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, data selasai, atau setelah mendapatkan kesimpulan.

2. Uji Transferability

Berkaitan dengan transferability Sugiyono (2011: 276) menjelaskan bahwa :

Wawancara

Observasi


(45)

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat ditetapkan atau digunakan dalam situasi lain

Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis. Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi lebih memahami hasil penelitian ini. Hal itu dapat menentukan bisa atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Uji Dependability

Dalam penelitian kualitatif, dependability biasa disebut dengan reliabilitas. Sugiyono (2011: 277) menjelaskan bahwa “suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merefleksikan proses penelitian tersebut”. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi seorang peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data, maka peneliti seperti ini perlu diuji depandabilitynya.

4. Uji Confirmability

Berkaitan dengan confirmability ini Sugiyono (2011: 277) menjelaskan bahwa :

“uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya

dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability”.


(46)

Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian dan mengevaluasi apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.


(1)

130

Muhammad Adryan, 2013

Penggunaan Microsoft Office Power Pinst Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa malas mencatat, karena mereka bisa meminta soft copy dari PowerPoint baik yang dibuat oleh guru ataupun yang dibuat oleh siswa lain. d. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan PowerPoint di SMA Negeri 2

Cimahi berkenaan dengan masalah sarana penunjang PowerPoint tersebut. Tidak jarang infocus yang biasa digunakan untuk menampilkan PowerPoint error dan tidak dapat dipergunakan, disamping itu terkaang baik guru maupun siswa yang akan menggunakan PowerPoint harus terkendala oleh waktu dalam persiapannya, penggunaan PowerPoint diperlukan waktu sekitar 15 menit sehingga hal tersebut dirasakan cukup membuang waktu. Kendala lain dari penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran yaitu diperlukannya kreatifitas guru maupun siswa dalam membuat presentasi PowerPoint. Upaya yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan PowerPoint sebagai media pembelajaran diantaranya sekolah melakukan pengecekan rutin terhadap fasilitas yang ada seperti pengecekan komputer dan infocus secara berkala. Selain itu bagi guru upaya yang dilakukan dengan mempersiapkan metode belajar lain apabila sarana prasarana tidak mendukung penggunaan PowerPoint tersebut.

B. Saran.

Saran ini dirumuskan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini.

1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Cimahi

a. Perlu dilakukannya upaya sosialisasi terkait penggunaan PowerPoint sebagai salah satu media pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif dengan sekolah-sekolah yang ada di wilayah pemerintahannya untuk senantiasa sama-sama membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan.

c. Meningkatkan anggaran pendidikan khususnya untuk pengadaan sarana dan prasarana peunjang pembelajran khususnya yang berkaitan dengan


(2)

131

Muhammad Adryan, 2013

Penggunaan Microsoft Office Power Pinst Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknologi, sebab pemanfaatan teknologi dalam pendidikan memerlukn anggaran yang tidak sedikit.

2. Bagi Guru PKn

a. Guru hendaknya merencanakan alokasi waktu dengan lebih tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

b. Variasi metode dan media yang digunakan hendaknya menjadi prioritas utama dalam melaksanakan proses pembelajaran, untuk itu perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa terlebih dahulu sebelum memilih dan melaksanakan pembelajaran.

c. Guru perlu lebih mengikuti perkembangan teknologi dalam pendidikan, sehingga guru mampu memanfaatkan teknologi tersebut sebagai sarana dalam pembelajaran. Disamping itu diperlukan wawasan yang lebih khusunya dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi. d. Menambah wawasan dari penggunaan PowerPoint sebagai media

pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

3. Bagi Peserta Didik.

a. Peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan PowerPoint sebagai salah satu media pembelajaran baik itu disekolah maupun dirumah.

b. Melakukan proses pembelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan media yang ada.

4. Bagi Sekolah

a. Diadakannya pelatihan keterampilan oleh pihak sekolah dalam penggunaan komputer khususnya penggunaan PowerPoint bagi guru. b. Diperlukannya pemeliharaan terhadap fasilitas yang disediakan seperti

Komputer, LCD, dan Proyektor sehingga dapat dimaksimalkan penggunaannya baik oleh guru maupun siswa.

c. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara pihak sekolah, guru dan siswa untuk sama-sama memanfaatkan penggunaan PowerPoint sebaik mungkin.


(3)

132

Muhammad Adryan, 2013

Penggunaan Microsoft Office Power Pinst Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Diperlukannya peran serta dari jurusan sebagai pencetak guru-guru PKn yang profesional sehingga mnenjadi soerang pengajar yang mampu memanfaatkan teknologi dalam bidang pendidikan, khususunya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam fokus permasalahannya. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut dari apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini agar pada akhirnya kajian di bidang ini diharapkan semakin menarik dan lengkap.


(4)

Muhammad Adryan, 2013

Penggunaan Microsoft Office Power Pinst Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Branson, M.S (1991). Making the Case for Civic Education: Where We Stand at the End of the 20th Century. Washington: CCE.

Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan dan

Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Cogan, J.J (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education.

Bandung: CICED

Creswell W. John. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. dan Warsiah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Djahiri, A. Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan Pendidikan Moral dan Kewarganegaran FPIPS IKIP.

Djahiri, A. Kosasih. (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaran Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS UPI.

Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3 Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


(5)

Muhammad Adryan, 2013

Penggunaan Microsoft Office Power Pinst Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maftuh dan Sapriya. (2005). Pembelajaran PKn Melalui Konsep. Jurnal Civicus Implementasi KBK dalam Berbagai Konteks 319-328.

Moleong, J. Lexy. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Sinar Grafika. Moleong, J. Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jenmars

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, M. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS UPI.

Permana. (2007). 36 Jam Belajar Komputer: Microsoft Office 2007 Standar Edition. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rusman, Kurniawan dan Riyana. (2012). PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sudjana dan Rivai. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sumantri dan Permana. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi & Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan SD di Jawa Tengah.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito


(6)

Muhammad Adryan, 2013

Penggunaan Microsoft Office Power Pinst Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suriakusumah, dkk. (2008). Buku Ajar Sistem Pemerintahan Daerah. Bandung: Laboratorium PKn-FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Suwarma, Al-Muchtar. (2001). Handout Strategi Belajar Mengajar.

Undang_undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas.

Winataputra, U.S. (1978). A Pilot Study of The Implementation of The SMA PMP Curriculum in Bandung Area. Sydney: Macquarie University (MA Thesis) Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education: Landasan, Konteks, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi PKn SPS UPI.