Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran

(1)

GAMBARAN SIKAP SISWA INTERNASIONAL SMA ST.

THOMAS 1 MEDAN TERHADAP INTERNET SEBAGAI

MEDIA PEMBELAJARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh:

Yosephin Pinta Riris Sihombing

061301059

FAKULTAS PSIKOLOGI


(2)

SKRIPSI

GAMBARAN SIKAP SISWA INTERNASIONAL SMA ST.

THOMAS 1 MEDAN TERHADAP INTERNET SEBAGAI

MEDIA PEMBELAJARAN

Dipersiapkan dan disusun oleh

YOSEPHIN PINTA RIRIS SIHOMBING

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 13 Maret 2010

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) NIP. 195005041977061001

Tim Penguji

1. Tarmidi, M.Psi, psikolog Penguji I/Pembimbing

NIP. 19800607200501100 ____________

2. Filia Dina Anggaraeni, S. Sos Penguji II

NIP. 196910142000042001 ____________

3. Sri srupriyantini, M.Si,psikolog Penguji III


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

GMABARAN SIKAP SISWA INTERNASIONAL SMA ST. THOMAS 1 MEDAN TERHADAP INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2010

YOSEPHIN PINTA RIRIS SIHOMBING NIM. 061301059


(4)

Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran

Yosephin Pinta Riris Sihombing dan Tarmidi

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perkembangan TIK tersebut berdampak di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, ekonomi, dll. Salah satu bentuk perkembangan TIK adalah internet. Di bidang pendidikan internet dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran. Bentuk pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dapat dilihat melalui web

enhanced course. Komponen yang ada pada web enhanced course adalah content, link, dan communication. Bentuk penggunaan komponen-komponen tersebut

sudah diterapkan di kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan, akan tetapi masih hal yang baru sehingga menimbulkan sikap yang beragam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran, yang diuraikan melalui komponen web enhanced course. Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran menggambarkan bagaimana kepercayaan, perasaaan, dan kecendrungan perilaku siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran.

Penelitian ini diukur melalui skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran dengan mettode Likert. Skala sikap memiliki reabilitas alpha sebesar 0,857. Penelitian ini adalah penelitian populasi dimana subjek penelitian berjumlah 63orang yang merupakan keseluruhan subjek dalam populasi. Subjek Penelitian merupakan siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan mempunyai sikap positif terhadap internet sebagai media pembelajaran. Begitu juga dengan ketiga komponen web enhanced course, dimana siswa paling banyak berada pada kategori sikap positif. Jika membandingkan ketiga komponen tersebut, siswa lebih menyikapi secara komponen link dibandingkan kedua komponen lainnya.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet sebagai Media Pembelajaran” dengan baik.

Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Tarmidi, M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing seminar. Terima kasih atas kesabaran dan bimbingan Bapak, sehingga proposal penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd selaku penguji. Terima kasih buat masukan dan bantuan- bantuan yang Ibu berikan.

3. Ibu Sri Supriyantini M. Psi., psikolog selaku reviewer. Terima kasih buat masukan dan bantuan- bantuan yang Ibu berikan.

4. Dosen-dosen Departemen Pendidikan yang telah memberikan masukan bagi penulis selama proposal penelitian ini dilakukan.

5. Teman-teman dari Departemen Pendidikan yang telah memberikan masukan bagi penulis selama proposal penelitian ini dilakukan.

6. Teman-teman angkatan 06, terutama Herty, Dita, Rina, Coiq, Priska, Omet, Sondan dan Ririe. Aku beruntung punya teman seperti kalian. Love


(6)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal penelitian ini. Oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, Maret 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Sistematika Penulisan... 10

BAB II LANDASAN TEORI... 12

A. Media Pembelajaran... 12

1. Definisi media pembelajaran... 12

2. Kedudukan media pembelajaran... 14

3. Fungsi media pembelajaran... 15

4. Jenis-jenis media pembelajaran... 18

5. Prosedur pemilihan media belajar... 19

B. Internet Sebagai Media Pembelajaran... 21


(8)

2. Sistem pembelajaran berbasis internet... 21

3. Manfaat internet sebagai media pembelajaran... 25

4. Kelebihan dan kelemahan internet sebagai media pembelajaran... 26

C. Sikap... 28

1. Definisi sikap... 28

2. Komponen sikap... 29

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap... 30

4. Ciri-ciri sikap... 32

5. Pembentukan dan perubahan sikap... 33

D. Sikap Siswa SMP St. Thomas 1 Medan Terhadap Internet Sebagai Media Pembelajaran... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 37

B. Definisi Operasional... 37

C. Populasi dan sampel... 39

D. Alat Ukur yang Digunakan... 39

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 44

1. Validitas alat ukur... 44

2. Reliabilitas alat ukur... 45

a. Daya beda aitem... 46


(9)

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 50

1. Tahap persiapan penelitian... 50

2. Tahap pelaksanaan penelitian... 53

3. Tahap pengolahan data... 53

H. Metode Analisis Data... 54

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 56

A. Analisa Data... 56

1. Gambaran umum subjek penelitian... 56

2. Gambaran subjek berdasarkan usia... 57

3. Gambaran subjek berdasarkan kelas... 57

B. Hasil Penelitian... 58

1. Gambaran sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran... 61

2. Gambaran sikap siswa terhadap aspek content... 64

3. Gambaran sikap siswa terhadap aspek link... 67

4. Gambaran sikap siswa terhadap aspek communication... 69

5. Perbandingan sikap dari tiga aspek internet sebagai media pembelajaran... 72

C. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78


(10)

B. Saran……… 80

1. Saran metodologis……… 80

2. Saran praktis... 81

a. Bagi siswa... 81

b. Bagi guru... 81

c. Bagi pihak sekolah... 81

d. Bagi pemerintah... 82


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Penggunaan Internet


(12)

Gambaran Sikap Siswa Internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran

Yosephin Pinta Riris Sihombing dan Tarmidi

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perkembangan TIK tersebut berdampak di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, ekonomi, dll. Salah satu bentuk perkembangan TIK adalah internet. Di bidang pendidikan internet dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran. Bentuk pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dapat dilihat melalui web

enhanced course. Komponen yang ada pada web enhanced course adalah content, link, dan communication. Bentuk penggunaan komponen-komponen tersebut

sudah diterapkan di kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan, akan tetapi masih hal yang baru sehingga menimbulkan sikap yang beragam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran, yang diuraikan melalui komponen web enhanced course. Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran menggambarkan bagaimana kepercayaan, perasaaan, dan kecendrungan perilaku siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran.

Penelitian ini diukur melalui skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran dengan mettode Likert. Skala sikap memiliki reabilitas alpha sebesar 0,857. Penelitian ini adalah penelitian populasi dimana subjek penelitian berjumlah 63orang yang merupakan keseluruhan subjek dalam populasi. Subjek Penelitian merupakan siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan mempunyai sikap positif terhadap internet sebagai media pembelajaran. Begitu juga dengan ketiga komponen web enhanced course, dimana siswa paling banyak berada pada kategori sikap positif. Jika membandingkan ketiga komponen tersebut, siswa lebih menyikapi secara komponen link dibandingkan kedua komponen lainnya.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber lainnya diantaranya jaringan internet (Adri, 2008). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita saat ini, mulai dari pemerintahan, ekonomi, administrasi, pendidikan, dan lain-lain.

Di bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi membuat pendidikan menjadi lebih fleksibel, baik dalam sistem yang hendak dikembangkan, materi yang dapat diakses, maupun proses pembelajaran yang akan diterapkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian mengenai teknologi informasi dan komunikasi yang diketahui memberikan dampak positif untuk keperluan pendidikan. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian di Amerika Serikat tentang efektivitas pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan. Penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan teknologi informasi lebih menguntungkan dibandingkan teknologi instruksional konvensional. Keuntungan tersebut 30% menghemat waktu, 30-40% menghemat biaya dan lebih meningkatkan prestasi siswa (Pavlik, 1996).


(14)

Salah satu bentuk pemaafaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan adalah internet. Menurut Kamarga (2002), internet merupakan jaringan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang terhubung melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup seluruh dunia. Hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia pendidikan (Adri,2008).

Berbagai penelitian membuktikan bahwa internet memiliki dampak positif di bidang pendidikan yakni sebagai sumber dan media pembelajaran. Salah satunya studi yang dilaksanakan oleh Center for Applied Special Technology (CAST) tahun 1996. Studi ini dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Jumlah siswa ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang kegiatan belajarnya dilengkapi dengan akses internet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan diperoleh hasil yaitu kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan hasil tes akhir (Pavlik, 1996). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh National Assessment Of

Educational Progress pada tahun 2000, menunjukkan bahwa murid grade empat,

delapan dan dua belas yang memiliki internet dirumah memperoleh nilai sains yang lebih tinggi dibandingkan murid yang tidak menggunakan internet di rumah (Santrock, 2007).

Dari penelitian diatas memperjelas bahwa internet memberikan dampak yang cukup berarti dalam bidang pendidikan yaitu internet sebagai suatu sumber dan media pembelajaran. Hal ini didukung oleh Kusnandar (dalam Siahaan dan


(15)

Martiningsih, 2008), dimana internet mempunyai potensi yang besar dalam pembelajaran, baik sebagai sumber belajar, pendukung pengelolaan proses belajar mengajar maupun sebagai media. Sebagai media, menurut Oetomo dkk (2004) media adalah sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan kepada peserta didik itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran menurut Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) (2008) adalah suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.

Menurut Diknas (2008), pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study,

students become doers, as well as thinkers”. Hal tersebut sejalan dengan

paradigma konsep belajar yang akhir-akhir ini berkembang. Paradigma konsep belajar tersebut adalah paradigma konstruktivisme. Menurut paradigma konstruktivisme, pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan (Suparno, 1997). Pembentukan itu sendiri harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal- hal yang sedang dipelajari (Budiningsih, 2005).

Penjelasan diatas didukung oleh tokoh lain dalam pendekatan kontruktivisme yaitu William James dan Dewey yang mana menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman


(16)

(Santrock, 2007). Menurut Brooks (dalam Santrock, 2007), guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis.

Berdasarkan paradigma konstruktivisme tersebut, maka prinsip media pembelajaran menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar yang optimal (Santyasa, 2007). Dalam hal ini media mendukung pembelajaran kontruktivisme. Selain itu fasilitas-fasilitas yang ada di internet juga dapat mendukung pembelajaran konstruktivisme. Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki internet seperti: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, News groups,

Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (WWW)

(Purbo, 2002). Fasilitas-fasilitas tersebut mendukung pembelajaran dari pendekatan konstruktivisme. Contoh penggunaan internet pada pembelajaran kontruktivisme yaitu Fostering Community of Learner sebagai salah satu program pendidikan dengan pendekatan konstruktivisme yang menekankan beberapa strategi, salah satunya melakukan konsultasi secara online. Strategi ini menggunakan surat elektronik untuk membangun komunitas dan keahlian. Melalui e-mail, pakar memberikan pelajaran dan nasihat, dan juga komentar tentang apa makna dari belajar serta memahaminya. Pakar online ini berfungsi sebagai model peran berpikir. Mereka bertanya, meneliti, dan membuat kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang tidak lengkap (Santrock, 2007).

Penjelasan diatas memperkuat bahwa internet dapat digunakan pada saat proses belajar mengajar sebagai media pembelajaran berdasarkan pendekatan


(17)

konstruktivisme. Selain bentuk penggunaan internet untuk belajar yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat bentuk-bentuk lain penggunaan internet sebagai media pembelajaran. Haughey (dalam Prawiradilaga dkk, 2004) mengemukakan sistem pembelajaran melalui internet dapat diterapkan melalui 3 hal yaitu web

course, web centric course dan web enhanced course. Web Course, ialah

penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Web Centric Course adalah proses belajar dengan menggunakan internet dimana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Sedangkan web enhanced

course, adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang

peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.

Peranan internet dalam web enhanced course adalah untuk menyediakan

content (sumber belajar) yang sangat kaya dan juga memberikan fasilitas

hubungan (link) ke berbagai sumber belajar. Juga tak kalah pentingnya ialah pemberian fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi) (Prawiradilaga & Siregar, 2004).


(18)

Berdasarkan paparan diatas, kita dapat melihat bahwa internet memiliki peranan yang sangat penting proses pembelajaran (Supardi, 2008). Hal inilah yang membuat beberapa SMA di kota Medan dimana beberapa sekolah melaksanakan proses belajar mengajar yang menggunakan bantuan internet. Adapun sekolah-sekolah tersebut adalah SMA Plus dan Akselerasi Al-Azhar, SMA Harapan, SMAN 3 Medan dan kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan. Sekolah-sekolah tersebut telah memiliki jaringan Wrei-Fi yang merupakan penghubung jaringan internet. Sehingga dalam proses belajar, internet digunakan untuk mengakses informasi mengenai pelajaran dan sebagai alat bantu guru untuk membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran yang sedang diajarkan guru.

Pada kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan, siswa diperbolehkan untuk membawa laptop dan manggunakan laptop yang sudah terhubung dengan internet pada saat belajar mengajar. Siswa bebas menggunakan internet kapan saja baik dalam proses belajar mengajar maupun dilur jam pelajaran sekolah. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjelaskan dengan dilengkapi penjelasan atau gambar yang diunduh melalui internet. Siswa juga sering ditugaskan untuk mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan pelajaran melalui internet. Siswa juga mencari pelajaran yang tidak dimengerti melalui internet. Hal ini didukung oleh wawancara yang dilakukan peneliti kepada A siswa internasional SMA St Thomas 1 Medan. Peneliti bertanya apa kegunaan internet di kelas tersebut. Berikut kutipan wawancaranya:.

”Ketika menerangkan guru buka internet untuk mencari pelajaran yang lagi diterangkan. Terus terkadang tugas dikirim melalui email. Kami juga sering disuruh cari dari internet kalo ada tugas di kelas”


(19)

Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa internet telah digunakan sebagai media pembelajaran, terutama dalam bentuk web enhanced

course telah diterapkan dalam sistem pembelajaran pada siswa di SMA St.

Thomas 1 Medan. Dimana internet digunakan untuk mengakses sumber-sumber informasi yang berhubungan dengan pelajaran ketika proses belajar di dalam kelas. Kemudian internet juga digunakan sebagai sarana komunikasi antara siswa dan guru seperti mengirim tugas melalui email. Disamping itu wawancaa tersebut juga menunjukkan penggunaan internet sebagai media pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang diterangkan oleh guru. Hal ini didukung oleh studi eksperimen mengenai penggunaan internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan-kawan di SMA 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun 1999, menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam menggunakan internet ketika belajar mengajar Bahasa Inggris memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris (Hardjito, 2005).

Beberapa penilitian tentang internet sebagai media belajar menunjukkan adanya peningkatkan kemampuan siswa, sekolah masih ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi dibandingkan lembaga lain, seperti bisnis. Sebuah survey yang dilakukan oleh Office of Technology Assessment dimana hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas guru tidak akrab dengan komputer dan komputer masih digunakan untuk kegiatan yang biasa bukan untuk pembelajaran yang konstruktif dan aktif (Santrock, 2007).


(20)

Begitu juga dengan fenomena yang terjadi pada beberapa siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan dimana mereka memanfaatkan jaringan internet yang ada di sekolah bukan untuk mencari bahan pelajaran melainkan untuk mengakses jejaring sosial yang ada di internet serta untuk bermain game. Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada B, siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan berhubungan dengan penggunaan:

”Kalo lagi bosan atau ngantuk waktu guru nerangkan pelajaran, saya biasa buka facebook kak, atau chatting dengan teman.”

(Komunikasi Personal, Januari 2010)

Berdasarkan wawancara diatas terlihat sebagian siswa mengatakan internet digunakan untuk membantu proses belajar mengajar di kelas sedangkan sebagian siswa yang lain mengatakan internet dikelas digunakan bukan untuk mencari pelajaran akan tetapi sebagai pengisi wakti diwaktu bosan. Hal tersebut membuktikan penggunaan internet didukung dengan menggunakan internet ketika belajar Atau siswa tidak mendukung dengan tidak menggunakan internet tersebut untuk belajar. Siswa mempunyai sikap positif dan negatif terhadap penggunaan internet.

Menurut Osgood (dalam Azwar 2005), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif serta nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat yang sangat erat berkaitan dengan sikap (Azwar, 2000). Hal ini didukung oleh Muhadjir (dalam Sappaile, 2005) mengatakan sikap


(21)

merupakan kecenderungan afektif suka atau tidak suka pada suatu objek sosial. Harvey dan Smith (dalam Sappaile, 2005) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu: komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu; komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi serta komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Mann dalam Azwar, 2000). Oleh karena itu, sikap yang ditimbulkan terhadap internet sebagai media pembelajaran pun masih beragam, baik itu positif maupun negatif.

Berdasarkan seluruh uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: ”Bagaimana sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran?”


(22)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dibidang psikologi pendidikan khususnya topik internet sebagai media pembelajaran dan juga mengenai sikap terhadap pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi informasi deskriptif untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan internet sebagai media belajar.

b. Memberikan informasi deskriptif kepada pihak sekolah, guru dan siswa dalam mengembangkan media internet sebagai media pembelajaran.

c. Memberi masukan kepada sekolah yang belum menggunakan internet sebagai media pembelajaran untuk menggunakan internet sebagai media pembelajaran di kelas.


(23)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori- teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan media pembelajarannya. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai penggunaan internet dalam bidang pendidikan serta teori sikap.

Bab III:Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda butir pernyataan dan reliabilitas, serta metode analisis data. Bab IV:Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

Bab V:Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Definisi media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Heinich dkk (1996) diungkapkan bahwa media ”is a channel of

communication. Derived from the latin word for “between”, the term refers “to anything that carries information between a source and a receiver.

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi/ ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun nonverbal. Proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Namun bagaimanakah bentuk dan wujud dari media atau perantara ini, hal tersebut harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik materi yang akan disampaikan serta


(25)

kemampuan guru tentang pengetahuannya mengenai media. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran maka hal yang harus diperhatikan ketika penyampaian materi/informasi berlangsung adalah keluasan, kedalaman dari materi pelajaran, selain itu juga waktu yang diperlukan untuk mengajarkan materi tersebut, dan kondisi yang tersedia di sekolah, sehingga media menjadi efektif digunakan dalam proses pembelajaran (Diknas, 2008).

Selain sebagai perantara dalam interaksi belajar mengajar, media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar seringkali ditandai dengan adanya unsur tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi. Keempat unsur tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Metode dan media merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari unsur pembelajaran yang lain. Metode dan alat, yang dalam hal ini adalah media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan materi pelajaran agar sampai kepada tujuan (Diknas, 2008).

Jadi menurut uraian diatas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar dan merupakan suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.


(26)

2. Kedudukan media pembelajaran

Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi (Diknas, 2008). Jika kembali kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor, maka posisi media jika diilustrasikan dan disejajarkan dengan proses komunikasi yang terjadi (Diknas, 2008).

Menurut Diknas, (2008) Dalam proses pembelajaran terdapat tingkatan proses aktivitas yang melibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu:

a. Tingkat pengolahan Informasi b. Tingkat penyampaian informasi c. Tingkat penerimaan informasi d. Tingkat pengolahan informasi e. Tingkat respon dari peserta didik f. Tingkat diagnosis dari pengajar g. Tingkat penilaian

h. Tingkat penyampaian hasil

Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran media. Adapun peranan media menurut Diknas (2008) sebagai berikut:

a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.


(27)

b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pebelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pebelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

3. Fungsi media pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran (Diknas, 2008).

Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses


(28)

pembelajaran. Secara rinci, menurut Gerlach dkk (2001) fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.

b. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, gunung meletus dan sebagainya.

c. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.

d. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya

e. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.


(29)

f. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.

g. Mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.

h. Melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.

i. Melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan

j. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.

k. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.


(30)

l. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.

4. Jenis-jenis media pembelajaran

Banyak cara diungkapkan untuk mengindentifikasi media serta mengklasifikasikan karakterisktik fisik, sifat, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol pada pemakai. Namun demikian, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets (dalam Sadiman, 1986), ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:

a. Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film televisi. b. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, dsb.

c. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara. d. Media visual bergerak, seperti: film bisu.

e. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. f. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.

g. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

Menurut Sadiman (1986) secara sederhana kehadiran media dalam suatu kegiatan pembelajaran memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki para siswa.


(31)

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

d. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan siswa.

e. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan konsep dasar yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.

f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

g. Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.

h. Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari seserhana ke rumit.

6. Prosedur pemilihan media belajar

Menurut Diknas (2008) ada beberapa prinsip yang perlu perhatikan dalam pemilihan media, meskipun caranya berbeda-beda,yaitu:

a. Pertama, define (pembatasan), dalam fase ini menyangkut rumusan tujuan, rancangan media apa yang akan dikembangkan, beberapa persiapan awal dalam perancangan media yang menyangkut: bahan, materi, dana, serta aspek perancangan lainnya.

b. Kedua, develop (pengembangan), dalam fase ini sudah dimulai proses pembuatan media yang akan dikembangkan, sesuai dengan fase pertama.


(32)

c. Ketiga, evaluation (evaluasi), yaitu fase terakhir untuk menilai media yang sudah dikembangkan/dibuat, setelah melalui tahap uji coba, revisi, kajian dengan pihak lain.

Selain pertimbangan di atas, menurut Diknas (2008) memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu:

a. Access adalah kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam

memilih media. Media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya murid diijinkan untuk menggunakannya.

b. Cost adalah biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang

dapat men-jadi pilihan kita. Media canggih biasanya mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

c. Technology adalah mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu,

namun perlu diperhatikan teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya.

d. Interactivity adalah media yang baik adalah yang dapat memunculkan

komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

e. Organization adalah pertimbangan yang juga penting adalah dukungan


(33)

f. Novelty adalah pembaharuan dari media yang dipilih juga harus menjadi

pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.

C. INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN 1. Definisi internet

Menurut Kamarga (2002), internet merupakan jaringan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang terhubung melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup seluruh dunia. Dan hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia pendidikan (Adri,2008).

2. Sistem pembelajaran berbasis internet

Menurut Haughey (dalam Prawiradilaga & Siregar, 2004) ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet yaitu:

a. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di

mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous.


(34)

Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses belajar mengajar sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan fasilitas internet seperti e-mail, chat rooms, bulletin board dan online

conference.

Di samping itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia di internet, seperti

database statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik

dll.

b. Web Centric Course, di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi,

penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses belajar melalui internet. Dengan bentuk ini maka pusat kegiatan belajar bergeser dari kegiatan kelas menjadi kegiatan melalui internet Sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah ataupun di tempat-tempat yang telah ditentukan.


(35)

c. Web Enhanced Course, yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan,

untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama Web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.

Peranan internet disini adalah untuk menyediakan content (sumber belajar) yang sangat kaya dan juga memberikan fasilitas hubungan (link) ke berbagai sumber belajar. Juga tak kalah pentingnya ialah pemberian fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi).

Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk Web Enhanced

Course ini presentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit

dibandingkan dengan presentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

Bentuk ini bisa pula dikatakan sebagai langkah awal bagi institusi pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis internet, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti Web Centric Course ataupun Web course (Prawiradilaga & Siregar, 2004).

Berdasarkan paparan di atas, peneliti membatasi penelitian ini hanya pada


(36)

Thomas 1 Medan adalah untuk menunjang proses pembelajaran tatap muka di kelas. Hal ini sesuai dengan pengertian web enhanced course yang dikemukakan Alghazo (2006) yaitu penggunaan World Wide Web untuk mendukung pembelajaran konvensional tatap muka di kelas. Pengertian ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wingard (2004) yaitu untuk mendukung pembelajaran tradisional atau pembelajaran di kelas dimana memperkaya sumber-sumber belajar. Selain itu tujuan dari Web Enhanced Course adalah:

1) Meyakinkan seluruh siswa dengan gaya belajar berbeda bahwa materi yang mereka butuhkan tersedia di internet.

2) Meningkatkan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru menggunakan internet.

3) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengakses materi yang berhubungan dengan pelajaran. (Alghazo, 2006)

Web enhanced course yang banyak diterapkan di luar negeri biasanya

menggunakan suatu management system (contohnya Blackboard) yaitu berupa

web/ portal yang dapat diakses seluruh siswa. Ketika belajar siswa mengakses

portal tersebut untuk mendukung pembelajaran di kelas (Alghazo, 2004). Hal ini memang belum sesuai dengan kondisi di kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan dikarenakan SMA St. Thomas 1 Medan belum menggunakan portal ketika menggunakan internet dalam pembelajaran, akan tetapi inti dari web enhanced

course tetap berlangsung dimana siswa menggunakan internet untuk menunjang

pembelajaran di kelas. Dan penggunaan internet ketika pembelajaran di kelas digunakan untuk:


(37)

1) Menyediakan content atau sumber belajar yang sangat kaya 2) Memberikan link ke berbagai sumber belajar

3) Memberikan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi) (Prawiradilaga & Siregar, 2004).

Pernyataan ini juga didukung oleh Isjoni dkk (2008) yang mengatakan bahwa Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mncari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui

web yang menarik dan diminati, emalayani bimbingan dan komunikasi melalui

internet, dan kecapan lain yang diperlukan.

3. Manfaat Internet sebagai media Pembelajaran

Menurut Budi Raharjo (dalam Isjoni dkk, 2008), manfaat internet sebagai media pembelajaran adalah aspek sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian dan akses kepada materi pelajaran. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi


(38)

tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam tugas bersama.

4. Kelebihan dan Kelemahan Internet Sebagai Media Pembelajaran

Menurut Diknas (2008) kelebihan internet sebagai Media Pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memer-lukan ruang kelas.

b. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.

c. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.

d. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.

e. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.

f. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line. Supardi (2008) menambahkan beberapa keuntungan dari internet sebagai media pembelajaran, diantaranya:


(39)

a. Frekuensi tatap muka bukan lagi menjadi suatu kebutuhan yang mutlak, namun hal ini bisa diakali dengan penyediaan bahan-bahan pengajaran yang dapat langsung diakses melalui internet.

b. Peserta didik dapat langsung mendapatkan bahan-bahan yang selalu up- to

date.

c. Peserta didik dapat memperkaya bahan-bahan yang ada dengan melakukan pencarian diinternet.

Sedangkan Kelmahan internet sebagai media pembelajaran menurut Soekartawi (dalam Supardi, 2008), adalah :

a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial; Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;

c. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

d. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal e. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan

dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer)

f. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan kurangnya penguasaan bahasa komputer


(40)

D. SIKAP 1. Definisi sikap

Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004).

Azwar (2003), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.


(41)

Mann (dalam Azwar, 2000), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu:

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Azwar (2000) menyatakan kepercayaan terhadap sesuatu datang dari apa yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui. Berdasarkan hal ini kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Azwar (2000) menyatakan bahwa reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.


(42)

c. Komponen konatif/perilaku

Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut Azwar (2000) komponen konatif menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selarasdengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

Azwar (2000) menyatakan bahwa ketiga komponen diatas adalah selaras dan konsisten. Konsistensi antara kepercayaan (kognitif), perasaan (afektif), dan tendensi perilaku (konatif) menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Azwar (2001) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimullus sosial. Pandangan dan perasaan seseorang terpengaruh oleh ingatannya pada masa lalu, oleh apa yang ia ketahui dan kesannya terhadap apa yang sedang ia hadapi saat ini.


(43)

Pengalaman-pengalaman seseorang pada masa lalu akan membawa pada sikap yang terbuka atau tertutup terhadap dorongan dari orang luar.

b. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


(44)

Azwar (2001) mengatakan sikap mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan faktor pendorong yang lain. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memiliki objek

Objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti situasi, merk, maupun konsep abstrak seperti produk, kelompok atau individu. Sikap itu selain bertujuan pada suatu objek juga dapat pada sekumpulan objek.

b. Memiliki arah tertentu

Sikap seseorang menunjukkan bagaimana seseorang menangani suatu objek sikap yang dinyatakan dengan menyetujui atau tidak, suka atau tidak suka, sejauh mana tingkat ketidaksukaan dan sejauh mana tingkat keyakinannya.

c. Memiliki struktur

Sikap tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan bentuk-bentuk mekanisme psikologis yang lain, sehingga berbentuk suatu kesatuan psikologis yang kompleks, akibatnya sikap memiliki sifat stabil, konstan dan membentuk generalisasi.

d. Sikap merupakan hasil belajar

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi individu memperolehnya melalui pengalaman nyata seperti informasi dari teman, media massa, dan penjual. Sikap sebagai hasil belajar cenderung bertambah kuat dan semakin sulit untuk dirubah.


(45)

Menurut Ahmadi(1999) sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku.

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangan sikap banak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau kelompok. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan, pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999).

Menurut Sherif (dalam Ahmadi, 1999), sikap dapat dibentuk apabila terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia sertanya adanya komunikasi atau hubungan langsung dari satu pihak. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap.


(46)

Menurut Ahmadi (1999), faktor-faktor yang menyebabkan perbuhan sikap adalah:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor itu berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok

E. Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran

Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk evaluasi siswa terhadap penggunaan internet sebagai media pembelajaran yang didasarkan pada persepsi, perasaan maupun kecenderungan bertingkah laku. Bentuk evaluasi tersebut terurai dalam sistem pembelajaran melalui internet yaitu web enhanced course dimana pemanfaatan internet digunakan untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas dengan memberikan sumber-sumber belajar yang ada di internet, yang berhubungan dengan materi pelajaran. Bentuk web enhance course dalam proses belajar adalah:


(47)

2. Memberikan link ke berbagai sumber belajar

3. Memberikan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi) (Prawiradilaga & Siregar, 2004).

Mann (dalam Azwar, 2000), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu:

1. Komponen kognitif yaitu pemahaman atau pengetahuan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran melalui internet.

2. Komponen afektif yaitu berkaitan dengan apa yang dirasakan siswa dalam menggunakan internet sebagai media pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran melalui internet.

3. Komponen konatif yaitu kesediaan atau kesiapan siswa untuk bertindak menggunakan internet sebagai media pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran melalui internet.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran.

Menurut Azwar (2000) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata, atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisis data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif (Faisal, 1995).

Punch (1998) menyatakan bahwa ada 2 (dua) kegunaan dilakukannya penelitian deskriptif. Pertama, untuk pengembangan teori dan area penelitian yang baru, dimana sebelum merencanakan/melakukan penelitian yang lebih mendalam


(49)

(exploratory studies) adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan perhatian pada deskripsi yang sistematis terhadap objek penelitian. Kedua, deskripsi yang tepat mengenai proses-proses sosial yang kompleks dapat membantu kita untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi suatu variabel dan faktor apa yang perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian berikutnya secara lebih mendalam.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap penggunaan internet sebagai media pembelajaran.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk evaluasi siswa terhadap penggunaan internet sebagai media pembelajaran yang didasarkan pada pengetahuan, perasaan maupun kecenderungan bertingkah laku. Bentuk evaluasi tersebut terurai dalam Web

Enhanced Course, yaitu bentuk pemanfaatan internet untuk menunjang

peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas dengan memberikan sumber-sumber belajar yang ada di internet, yang berhubungan dengan materi pelajaran. Bentuk Web Enhanced Course dalam proses belajar adalah:

1. Content yaitu memberikan sumber belajar yang sangat kaya yang

berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan di kelas. Contohnya: ketika belajar sejarah mengenai Tembok Berlin, siswa dapat


(50)

mengakses internet dan mencari materi yang berhubungan dengan Tembok Berlin.

2. Link yaitu memberikan link yang berhubungan dengan materi pelajaran di

kelas. Contohnya guru memberikan panduan web mana yang dibuka ketika proses belajar di kelas

3. Komunikasi yaitu memberikan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi).

Sikap diukur menggunakan skala sikap berdasarkan 3 komponen sikap yaitu:

1. Komponen kognitif yaitu pemahaman atau pengetahuan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran.

2. Komponen afektif yaitu berkaitan dengan apa yang dirasakan siswa dalam menggunakan internet sebagai media pembelajaran.

3. Komponen konatif yaitu kesediaan atau kesiapan siswa untuk bertindak menggunakan internet sebagai media pembelajaran.

Skor tinggi yang diperoleh individu dari skala sikap menunjukkan subjek memiliki sikap yang positif terhadap internet sebagai media pembelajaran. Sedangkan skor yang rendah menunjukkan sikap negatif terhadap internet sebagai media pembelajaran.


(51)

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan sampel

Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan (Hadi, 2000). Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi pada penelitian ini adalah siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan yang berjumlah 63 orang.

Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian populasi dikarenakan jumlah populasi terbatas sehingga seluruh subjek dalam populasi dijadikan subjek penelitian. Azwar (2001) menyatakan secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Oleh karena itu subjek dalam penelitian ini yang berjumlah 63 orang sudah cukup banyak.

D. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Menurut Azwar (2005), skala sikap terdiri dari kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

Skala sikap ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan atau dikenal dengan model Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai skalanya (Azwar 2005).


(52)

Skala sikap berdasarkan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu: setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepkati sebagai pernyataan yang favorabel atau pernyataanyang tidak favorabel dan jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif (Azwar, 2005).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala sikap yang berisikan pernyataan-pernyataan untuk mengungkapkan bagaimana sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran. Skala sikap tersebut diuraikan dengan menggunakan tiga aspek yaitu content, link, dan communication. Setiap aspek yang ada di dalam skala ini akan dikaitkan dengan ketiga komponen sikap yaitu kognitif, afektif dan konatif. Sehingga nantinya dalam penelitian ini akan terlihat bagaimana respon siswa terdap internet terhadap media pembelajaran serta terhadap ketiga aspeknya. Skala berisikan 63 aitem yang mana masing-masing aspeknya berjumlah 21 aitem yang telah dibagi lagi menjadi 7 aitem pada setiap komponen kognitif, afektif dan konatif. Masing-masing komponen juga telah dipecah menjadi pernyataan unfavorable serta favorable. Distribusi aitem penelitian disajikan pada tabel 1. berikut:


(53)

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Internet sebagai Media Pembelajaran

No Web Enhanced

Course

Indikator Perilaku

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot (%) Fv Unfv Fv Unfv Fv Unfv

1 Content Memberikan sumber belajar yang sangat kaya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan di kelas

4 3 4 3 4 3 21 33,33

2 Link Memberikan

link yang

berhubungan dengan materi pelajaran di kelas

4 3 4 3 4 3 21 33.33

3 Komunikasi Memberikan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik

4 3 4 3 4 3 21 33,33

Total 12 9 12 9 12 9 63 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat masing-masing aspek content, link,

communication diukur dengan menggunakan 21 aitem dengan blue print


(54)

Tabel 2. Blue Print Skala Sikap terhadap Internet sebagai Media Pembelajaran No Web Enhanced

Course

Indikator Perilaku

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot (%) Fv Unfv Fv Unfv Fv Unfv

1 Content Memberikan sumber belajar yang sangat kaya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan di kelas 1, 13, 24, 38 8, 26, 43 16, 18 , 34 , 50 21, 41, 56 3, 11, 27, 53 29, 47, 61

21 33,33

2 Link Memberikan

link yang berhubungan dengan materi pelajaran di kelas 10, 28, 46, 63 15, 25, 52 4, 31 , 40 , 55 17, 35, 58 7, 22, 37, 44 5, 19, 49

21 33.33

3 Communication Memberikan

fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik 30, 48, 57, 59 12, 33, 39 6, 20 , 42 , 45 2, 23, 62 14, 36, 51, 60 9, 32, 54

21 33,33

Total 12 9 12 9 12 9 63 100

Aitem berbentuk pernyataan dengan empat pilihan respon, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Setiap pilihan tersebut memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah


(55)

diberi skor 3 (tiga), TS diberi skor 2 (dua), dan STS diberi skor 1 (satu). Sedangkan untuk aitem yang tidak favorable, SS diberi skor 1 (satu), S diberi skor 2 (dua), TS diberi skor 3 (tiga), dan STS diberi skor 4 (empat). Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga tertera idenditas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Idenditas diri tersebut meliputi nama, jenis, kelamin, umur dan kelas.

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas alat ukur

Validitas artinya sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau data yang dihasilkan relevan dengan tujuan pengukurannya (Azwar, 2000). Di dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan validitas isi. Validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diuku. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal. Pendapat professional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengkuran terhadap sekelompok subjek yang sama,


(56)

diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Uji reabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2000).

Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan berbeda. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2000).

Prosedur pengujian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas alpha. Dalam penelitian ini reabilitas yang didapat dari skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran adalah rxx’ = 0,857.

a. Daya Beda Aitem

Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena melalui daya beda aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Daya beda aitem dilakukan untuk mengukur konsistensi internal tiap-tiap aitem pada skala dengan mengkorelasikan skor aitem dengan skor total (Azwar, 2000).

Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu


(57)

distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien (rix)

yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0,3. Semua aitem yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai

aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2000). Pengujian daya diskriminasi aitem pada skala sikap dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson

Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.

F. UJI COBA ALAT UKUR

Tujuan dilakukannya pengujian alat ukur ini, pertama adalah untuk mengetahui seberapa jauh alat ukur yang digunakan dapat mengukur atau mengungkap dengan tepat apa yang hendak diukur. Kedua, seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran, dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Suryabrata, 2000). Kedua hal ini yang merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur.

Uji coba skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran dilakukan pada tanggal 11 Febuari 2010 dan 12 Febuari 2010 kepada siswa SMA Plus Al-Azhar dan siswa SMAN3 Medan. Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisis uji coba dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 12

for windows. Menurut Azwar (2000), semua aitem yang mencapai koefisien


(58)

harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik. Hasil uji coba skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran menghasilkan 38 aitem yang diterima dari 63 aitem yang diujicobakan. Indeks diskriminasi rix ≥ 0,30 dengan

reabilitas sebesar 0, 893. Aitem yang diterima yaitu aitem no, 3, 4, 6, 7, 10 16, 18, 19, 20, 23, 22, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 46, 48, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60, dan 63. Aitem yang diterima indeks diskriminasinya bergerak dari 0,309 sampai 0,554. Distribusi aitem yang gugur dan yang diterima setelah uji coba alat ukur dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi aitem yang gugur dan tidak gugur setelah uji coba alat ukur. No Web Enhanced

Course

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot (%) Fv Unfv Fv Unfv Fv Unfv

1 Content 1, 13, 24, 38 8, 26, 43 16, 18, 34, 50 21, 41, 56 3, 11, 27, 53 29, 47, 61

21 33,33

2 Link 10, 28, 46, 63 15, 25, 52 4, 31, 40, 55 17, 35, 58 7, 22, 37, 44 5, 19, 49

21 33.33

3 Communication 30, 48, 57, 59 12, 33, 39 6, 20, 42, 45 2, 23, 62 14, 36, 51, 60 9, 32, 54

21 33,33

Total 12 9 12 9 12 9 63 100

■ = AITEM GUGUR rix < 0, 3

Dari tabel diatas, maka dapat dilihat aitem yang gugur dan aitem yang akan dipakai sebagai skala penelitian. Distribusi aitem yang digunakan pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel 4 berikut:


(59)

Tabel 4. Distribusi aitem setela uji coba skala sikap terhadap media pembelajaran No Web Enhanced

Course

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot (%) Fv Unfv Fv Unfv Fv Unfv

1 Content 24, 38

26 16, 18 41, 56 3, 27, 53

- 10 33,33

2 Link 10, 28, 46, 63

- 4, 31, 40, 55 35, 58 7, 22, 37, 44

19 15 33.33

3 Communication 30, 48, 59

39 6, 20,

42

23 36, 51, 60

32, 54

13 33,33

Total 9 2 9 5 10 3 38 100

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali seperti tabel 5. berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Internet Sebagai Media Pembelajaran

No Web Enhanced Course

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot (%) Fv Unfv Fv Unfv Fv Unfv

1 Content 1, 13

4 20, 23 10, 31 7, 26, 37

- 10 33,33

2 Link 11, 16, 29, 34

- 18, 25, 27, 38

8, 14 2, 5, 32,

35

21 15 33.33

3 Communication 6, 17,

22

24 9, 12,

36

28 3, 15,

30

19, 33

13 33,33


(60)

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap persiapan penelitian Tahap ini terdiri dari : a. Pembuatan alat ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa Skala Sikap terhadap Internet Sebagai Media Pembelajaran yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek dari web enhanced course (Prawiradilaga & Siregar, 2004). Skala berisi 63 buah aitem yang terdiri dari 21 aitem pada setiap aspek. Penyusunan skala dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan dan kemudian dibuat blue print dari skala tersebut.

b. Pencarian subjek untuk uji coba alat ukur

Sebelum memberikan alat ukur yang telah disusun kepada subjek penelitian sebenarnya, alat ukur diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba alat ukur diberikan kepada subjek yang setara atau memiliki kriteria yang sama dengan subjek penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengunjungi beberapa SMA yang ada dikota Medan untuk mencari sekolah yang memiliki kriteria yang sama dengan kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan. Adapun kriteria sekolah yang dicari oleh peneliti adalah sekolah yang ketika proses belajar mengajar di kelas menggunakan internet sebagai alat bantu belajar. Peneliti mengunjungi beberapa sekolah seperti SMA Methodit 2, SMA Sultan Iskandar Muda, SMA Harapan Mandiri, SMA Al-Azhar dan SMAN 3 Medan.


(61)

Dari sekolah-sekolah yang telah dikunjungi peneliti, didapatlah SMA Plus Al-Azhar dan SMAN 3 Medan yang memenuhi kriteria sekolah yang dicari peneliti. Kedua sekolah tersebut.

c. Uji coba alat ukur

Setelah sekolah untuk uji coba alat ukur ditemukan, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur di sekolah-sekolah tersebut. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 11 Februari 2010 di SMA Plus Al-Azhar dan tanggal 12 Februari 2010 di SMAN 3 Medan. Subjek diminta memberikan respon pada alat ukur berupa skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran. Peneliti terlebih dahulu meminta izin dan kesediaan subjek untuk mengisi skala. Kemudian peneliti memberikan instruksi dan memberikan penjelasan mengenai cara mengerjakan skala penelitian. Hasil uji coba ini diolah melalui empat kali perhitungan reliabilitas.

d. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka penguji mengukur validitas dan reliabitas skala. Reliabilitas skala diuji sebanyak empat kali dengan paotkan rxx’ ≥ 0,3. Setelah diketahui bahwa sebanyak 38 aitem yang

memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian.

e. Permohonan izin

Sebelum peneliti melakukan pengambilan data, maka dilakukan pengurusan surat izin kepada Diknas kota Medan untuk pengambilan data


(62)

penelitian di sekolah SMAN3 Medan dan SMA Plus Al-Azhar. Sedangkan izin penelitian untuk SMA St. Thomas 1 Medan menggunakan surat izin yang berasal dari Fakultas Psikologi USU. Selanjutnya peneliti memberikan surat izin penelitian tersebut kepada pihak sekolah dan peneliti diberikan izin oleh pihak sekolah untuk mengadakan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah alat ukur direvisi maka dilakukan pengambilan data terhadap subjek penelitian. Penelitian dilakukan di kelas Internasional SMA St. Thomas 1 Medan. Sebelum memberikan skala penelitian, siswa diberikan Survey penggunaan internet di kelas untuk memastikan bahwa seluruh subjek pernah menggunakan internet ketika proses belajar mengajar. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi kriteria subjek bahwa siswa mengenal objek sikap dari penelitian yaitu internet sebagai media pembelajaran. Kemudian berdasarkan hasil survey didapatlah seluruh subjek penelitian memenuhi kriteria.

Pengambilan data dilakukan dengan memberikan alat ukur berupa skala sikap terhadap internet sebagai media pembelajaran. Subjek diminta memberi respon terhadap skala tersebut atas kesediaannya. Kemudian peneliti memberikan instruksi cara mengisi skala dengan baik. Peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa mahasiswa USU untuk penyebaran skala penelitian. Survey penggunaan internet dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2010 dengan melibatkan 60 siswa. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2010 dengan melibatkan 63 subjek yang mengisi skala dan datanya diolah dalam penelitian ini.


(1)

c. Aitem dalam skala penelitian diharapkan lebih mengungkap aspek-aspek yang akan diteliti.

2. Saran Praktis

Adapun saran praktis yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berkut:

a. Bagi siswa

Dengan adanya sikap positif yang dirasakan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran, diharapkan kepada siswa agar benar-benar memanfaatkan perkembangan teknologi yaitu internet sebagai media yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran ataupun sebagai media yang dapat memdukung siwa dalam proses belajar mengajar.

b. Bagi pihak guru

Dengan adanya sikap positif yang dirasakan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran, diharapkan kepada guru untuk menggunakan internet sebagai salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

c. Bagi pihak sekolah

Dengan adanya sikap positif yang dirasakan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran, diharapkan bagi pihak sekolah yang belum menggunakan internet sebagai media pembelajaran diharapkan untuk menggunakan internet sebagai salah satu alternatif media pembelajaran yang


(2)

dapat membantu siswa ketika belajar di kelas serta memfasilitasi pelatihan penggunaan internet sebagai media pembelajaran bagi para guru.

Bagi pihak sekolah yang telah menggunakan internet sebagai media pembelajaran diharapkan unutk menggunakan internet sebagai media pembelajaran (web enhanced course) sepenuhnya dan konsisten dengan cara menciptakan portal sekolah yang didalamnya terdapat mengenai pelajaran-pelajaran yang siswa tidak mengerti, sarana komunikasi dan diskusi antara guru dan murid atau sesama murid, link ke berbagai sumber belajar, silabus dari pelajaran, sehingga siswa lebih mudah menggunakan internet sebagai media pembelajaran

d. Pihak Pemerintah

Dengan adanya sikap positif yang dirasakan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran, diharapkan pihak pemerintah memberi dukungan kepada sekolah-sekolah yang belum memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Adapun cara yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan memfasilitasi sekolah dengan alat-alat yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan internet sebagai media pembelajaran. Contohnya memberikan koneksi gratis bagi sekolah untuk mengakses internet, penyediaan komputer, dsb.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adri, Muhammad. (2008). Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran. [On-line]. Available FTP: Oktober 2009.

Ahmadi, Abu, Drs. H. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Alghazo, Imam M. (2006). Sudents Attitudes Toward Web-Enhanced Instruction

In An Educational Technology Course. [On-line]. Available. FTP:

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=2&did=1174857541&SrchMod e=2&sid=2&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName= PQD&TS=1261312285&clientId=63928 Tanggal Akses 28 November 2009.

Azwar, S. (2001). Methodology Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar

_______. (2003). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka Belajar

Baron, R.A., Byrne, D., Branscombe, N.R..(2004). Social Psychology (11th edition). United States of America: Pearson

Budiningsih, C. A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Criticos, C. (1996). Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International

Encyclopedia of Educational Technology, (2nd edition). New York:


(4)

%20B7%20Media%20Pembelajara%20&%20Sumber%20Belajar.pdf. Tanggal akses 3 Oktober 2009.

Faisal, S. (1995). Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gerlach, S. Vernon. (1980). Teaching and Media. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Hadi, S. (2000). Metodelogi Research: jilid 1-4. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Hardjito, Drs., M.Si. (2005). Internet Untuk Pembelajaran. [on-line]. Available

FTP: Tanggal akses 23

November 2009.

Hastono (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Heinich, R.M.M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (1996). Instructional media

and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2004). Social Psychology (3rd edition). United Kingdom: Prentice Hall

Ibrahim, H. (1997). Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan,

klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan Bahan Ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan

penggunaan media pembelajaran bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s.d 6 Maret 1999.

_________. (1999). Pemanfaatan dan pengembangan media slide pembelajaran.

Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. (2001). Media

pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP.


(5)

Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif

Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Kusnandar, Chaeruman, U.A, dan Kurniawati I. (2005). Studi Pemanfaatan Edukasi.net di Sekolah. Jurnal Teknodik No. 17/ IX/ TEKNODIK/ DES/

2005. Jakarta : Pustekkom.

Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. (2004). Kajian Terhadap Model e-Media

dalam Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional

Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.

Pavlik, John V. (1996). New Media Technology. Cultur and Commercial

Perspectives. Singapore: Allyn And Bacon.

Poerwanti, E. dkk. (1994). Dasar-dasar Metode Penelitian. Malang: UMM Press.

Prawiradilaga, Dewi Salma & Siregar, Eviline. (2004). Mozaik Teknologi

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Punch, K.F. (1998). Introduction to Social Research, Quantitative and Qualitative

Approaches. British: SAGE Publications.

Purbo, O. W. (2001). Masyarakat Pengguna Internet di Indonesia. [on-line]. Available FTP: akses 25 September 2009.

Sadiman, A.S. (1986). Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan

pemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali.

Santyasa, I.W. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran [on-line].

Available FTP:


(6)

Santrock, John., W. (2007). Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Siegel, S. (1997). Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT. Gramedia.

Sigit, Bambang, Joko. (2008). pengembangan pembelajaran dengan menggunakanmultimedia interaktif untuk pembelajaran yang berkualitas.

Tulisan ini dipersentasikan dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat fakultas Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Gedung Serbaguna FIP 2-3 April 2008.

Sugiarto, Siagian D., Sunaryanto, L.T., Oetomo, D.S. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Supardi, Bibit. (2008). Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran

Fisika Yang Menyenangkan. [online]. Available FTP:

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Suryabrata, S. (2000). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Wingard, Robin G. (2004). Clasroom Teaching Changes in Web-Enhanced

Courses: A Multi-Institutional Study. [online]. Availbale FTP:

Desember 2009.