Variasi Kosakata Bahasa Bali Dialek Bali Aga pada Ranah Layanan Kesehatan Masyarakat.
LAPORAN AKHIR
HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN
UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
(TAHUN II)
VARIASI KOSAKATA
BAHASA BALI DIALEK BALI AGA
PADA RANAH LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
TIM PENELITI
Ketua
Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.; NIDN 0006085605 Anggota
Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A.: NIDN 007015305 Prof. Dr. I Wayan Simpen,M.Hum.; NIDN 0031126071
Dr. Ni Made Suryati, M.Hum.; NIDN 0008065605
Dibiayai oleh
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan
Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaa Penelitian Nomor: 169/UN14.2/PNL.01.03.00/2015
UNIVERSITAS UDAYANA
NOVEMBER 2015
Bidang Unggulan* : Fungsi Bahasa
dalam Komunkasi Pembangunan Kode/Nama Rumpun Ilmu:.500/Ilmu Bahasa
(2)
BAB I PENDAHULUAN
Seperti telah dikemukakan dalam penelitian Tahun I, bahasa Bali di Bali, secara garis besar oleh Bawa {1983), dipilah atas (1) bahasa Bali Dialek Bali Dataran (DBD), yang tersebar di daerah Bali dataran dan (2) bahasa Bali Dialek Bali Aga (DBA) yang tersebar di daerah-daerah pegunungan pulau Bali, Nusa Penida, dan di Nusa Lembongan. DBA memiliki struktur gramatikal, karateristik leksikal, dan fonologis yang berbeda dengan DBD sehingga sulit dipahami oleh penutur bahasa Bali DBD, apalagi oleh penutur bahasa lain.
Kesulitan pemahaman itu juga banyak dialami oleh para insan yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan sehingga paramedis dan dokter kadang-kadang mengalami hambatan dalam menjalankan tugas akibat komunikasi kurang lancar. Pustaka acuan untuk membantu pemahamannya juga sampai saat ini belum ada. Hambatan kebahasaan dapat mengganggu keefektifan komunikasi, bahkan kadang-kadang dapat menimbulkan simpang komunikasi (miscommnication),
yang dapat berakibat fatal dalam layanan kesehatan. Salah satu contoh, di dalam bahasa Bali DBA di Nusa Penida dikenal kosakata bengel yang dalam dalam
diɲlek setempɲt ɳermɲknɲ‘sɲkit kepɲlɲ’, sementɲrɲ dɲlɲm DBD dɲn jugɲ dɲlɲm
Kamus Bahasa Bali – Indonesia (Panitian Penyusun, 1978), kata bengel bermakna
‘ɳintik-ɳintik gɲtɲl pɲdɲ kulit’. Jikɲ tidɲk diɳɲntu oleh merekɲ yɲng pɲhɲm diɲlek itu bisa jadi akan terjadi salah obat. Karena itu, diperlukan adanya acuan yang dapat memudahkan penutur lain, terutama bagi mereka yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat, terlebih-lebih di bidang pelayanan kesehatan, memahami DBA agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat, khususnya pasien/klien (dan keluarga). Dari Senarai multidialektal mereka dapat mencari istilah bahasa Bali umum, setelah itu mereka akan terbantu oleh Kamus Bali – Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat melakukan komunikasi secara efektif dalam pelayanan dan asuhan kesehatan atau komunikasi antara dokter – pasien/klien (dan keluarga) dan antara paramedis – pasien/klien (dan keluarga).
Seperti yang diketengahkan oleh Ismani (2001) telah terjadi pergeseran fokus asuhan kesehatan atau keperawatan dari peran kuratif menjadi peran preventif dan promotif yang mandiri tanpa melupakan peran kuratif dan
(3)
rehabilitatif. Hal ini terkait dengan kecenderungan perubahan pola penyakit dari penyakit. infeksi menjadi penyakit degeneratif. Ini berarti, selain pengobatan, perlu dilakukan pembinaan pola hidup sehat dan promosi-promosi tentang kesehatan bagi masyarakat. Karena itu, dalam pola asuhan kesehatan yang baru, komunikasi merupakan kata kunci dan pemakaian bahasa, termasuk di dalamnya etika berbahasa, memegang peranan penting dalam membangun komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi dengan pasien, dokter dan paramedis perlu berkonvergensi secara linguistik. Soetjiningsih (2008) juga menekankan bahwa salah satu hal penting dalam bertanya kepada pasien adalah dokter hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien.
Salah satu program Pemerintah Bali dalam pembangunan masyarakat Bali di bidang kesehatan.adalah upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya. Untuk menyukseskan program itu, Pemerintah Bali membuat program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang memungkinkan pemerataan layanan kesehatan terhadap penduduk kurang mampu. Semua kelompok masyarakat yang rentan memperoleh pelayanan
kesehatan gratis di desa sasaran
(http://www.diskes.baliprov.go.id/informasi/2010/10/program-kerja-dan-kegiatan)
Masyarakat Bali kelompok usia tua, dalam hal ini pasien yang lebih banyak dengan keluhan penyakit degenertif, masih banyak yang monolingual dan monolektal. Komunikasi dengan penutur monollingual bahasa Bali DBA mengalami lebih banyak kesulitan karena bahasa Bali DBA sulit dipahami oleh penutur DBD dan sampai saat ini belum ada senarai atau kamus tentang dialek tersebut. Karena itu, selain melalui layanan kesehatan secara gratis, peningkatan pemerataan dan kualitas layanan kesehatan perlu didukung dengan komunikasi yang efektif, lebih-lebih adanya Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, yang tentu memerlukan penyuluhan-penyuluhan atau sosialisasi pola hidup sehat. Penyuluhan-penyuluhan akan menjadi efektif jika menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pesuluh dari segenap lapisan masyarakat. Karena itu diperlukan dukungan senarai kosakata yang umum digunakan dalam
(4)
ranah layanan kesehatan.
Berpautan dengan kenyataan tersebut, maka dipandang perlu dilakukan upaya ke arah penyusunan senarai (kamus kecil) bahasa Bali DBA. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi variasi kosakata bahasa Bali DBA pada ranah layanan kesehatan dengan target final tersusunnya sebuah senarai kosakata pada ranah layanan kesehatan masyarakat yang multilektal dan Bali – Indonesia. Kamus ini diharapkan dapat mendukung peningkatan layanan kesehatan di Bali, yang berarti mendukung program pemerintah daerah provinsi Bali dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
Bertolak dari latar belakang di atas secara umum permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah variasi kosakata bahasa Bali Dialek Bali Aga dalam ranah layanan kesehatan masyarakat?
(2) Bagiamanakah perbandingan makna kosakata antarvariasi?
(3) Bagaimanakah hasil pengelompokan variasi secara dialektal leksikal?
(4) Bagaimanakah karakteristik gramatikal dan fonetis kosakata bidang kesehatan bahasa Bali DBA?
Penelitian Tahun I dibatasi pada permasalahan no. (1) , (2), dan (3). Pada Tahun II ini permasalahan difokuskan pada masalah (4) yang dapat dirinci sebagai berikut.
1) Bagaimanakah karakteristik fonologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan?
2) Bagaimanakah karateristik morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan?
3) Bagaimanakah pengelompokan karakteristik fonologis dan morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan antara?
(5)
sebuah senarai (kamus kecil) pada ranah kesehatan guna mendukung upaya peningkatan layanan kesehatan masyarakat di provinsi Bali. Sesuai dengan permasalahan Tahun II di atas tujuan khusus penelitian ini untuk Tahun II adalah untuk (1) menelaah variasi fonologis kosakata untuk melihat adanya kata yang mengalami proses fonologis tertentu sehingga dari segi pelafalan mirip dengan kosakata lain dalam bahasa Bali DBD; (2) menelaah variasi morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan; (3) melakukan pengelompokkan berdasarkan karateristik fonologis dan morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan di seluruh Bali. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh pada tataran leksikal, maka selain untuk ketiga tujuan di atas, khusus untuk kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan di Kabupaten Buleleng dan Tabanan akan dikaji juga berdasarkan variasi leksikal dan pengelompokan dialektalnya. Penelitian Tahun II ini menyisakan tujuan akhir penelitian, yakni penyusunan senarai/kamus kosakata DBA pada ranah layanan kesehatan, yang direncanakan dilakukan pada penelitian Tahun III.
Lokasi penelitian untuk Tahun II ini adalah daerah sebar DBA di Kabupaten Buleleng dan Tabanan agar diperoleh gambaran karateristik fonologis dan morfologis kosakata DBA pada ranah layanan kesehatan di seluruh Bali. Selain itu juga agar dapat digambarkan variasi leksikal dan pengelompokan dialektal kosakata DBA pada kedua kabupaten tersebut.
(6)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian terhadap bahasa Bali dalam berbagai aspeknya telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian yang bersentuhan dengan bahasa Bali DBA masih terbatas dan pembahasan variasi bahasa Bali DBA umumnya tercakup dalam penelitian dialektologi di Bali.
Penelitian bahasa Bali yang merupakan studi dialektologi dirintis oleh Bawa
(1979/1980) dengɲn penelitiɲn ɳerjudul “Bɲhɲsɲ Bɲli di dɲerɲh Propinsi Bɲli: Seɳuɲh Pemeriɲn Geogrɲfi Diɲlek”. Penelitiɲn ini kemudiɲn dikemɳɲngkɲn menjɲdi “Bɲhɲsɲ Bɲli di Propinsi Bɲli: Seɳuɲh Anɲlisis Geogrɲfi Diɲlek” (1983).
Kedua penelitian tersebut menerapkan metode pupuan lapangan dalam mengumpulkan data. Analisis fonologisnya menerapkan kajian dialektologi struktural, sedangkan analisis leksikalnya menerapkan metode dialektometri.
Dilihat berdasarkan realisasi fonem vokal, Bawa mengelompokkan variasi bahasa Bali menjadi lima, yakni (1) bahasa Bali Baku, (2) bahasa Bali Daerah [a] yang terdapat di daerah Bali Aga, (3) bahasa Bali Daerah [ə] yang terdapat di daerah di luar Bali Aga, kecuali Tabanan, dan (4) bahasa Bali Daerah [ɤ] yang terdapat di beberapa daerah di Kabupaten Tabanan dan (5) bahasa Bali Daerah
[ɔ], yang terdapat pada beberapa desa pada beberapa wilayah di Kabupaten Tabanan. Berdasarkan realisasi konsonan /t,d,s,n,l,r,k/., bahasa Bali dipilah atas
(1) dialek dengan realisasi [t,d,s,n,l,r,k] dan (2) dialek dengan realisasi [ʈɖʂ ,
ɭ, ɽ, ʔ]. Dilihat berdasarkan distribusi fonem, bahasa Bali dikelompokkan atas dialek yang mengenal fonem /h/, baik pada kata-kata serapan maupun kata-kata sehari-hari, pada posisi awal dan posisi antarvokal; dan kelompok dialek yang mengenal fonem /h/ pada kedua posisi tersebut hanya terbatas pada sejumlah kata serapan. Dengan melihat variasi fonologis dan leksikal, Bawa secara garis besar mengelompokkan bahasa Bali menjadi dua, yakni bahasa Bali Dialek Bali Aga atau Bali Pegunungan dan bahasa Bali Dialek Dataran
(7)
Sejalan dengan penelitian Bawa, di Bali banyak dilakukan penelitian dialektologi dengan model yang sama dengan penelitian Bawa (1979/1980 dan 1983). Selain sebagai bagian penelitian Bawa, telah ada beberapa kajian dialek geografis terhadap bahasa Bali di Kabupaten Tabanan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dhanawaty (1984, 1985). Dari kedua penelitian itu dapat diketahui bahwa di daerah Tabanan terdapat dua kelompok dialek, yakni bahasa Bali dialek Bali Aga yang terdapat di daerah Sanda dan bahasa Bali dialek Dataran di daerah pengamatan lainnya..
Kajian dialek geografis terhadap bahasa Bali di Kecamatan Nusa Penida telah dilakukan oleh Madia (1984), yang mengkaji sistem fonologisnya berdasarkan dialektologi struktural dan oleh Adhiti (1984) yang meneliti variasi kosakatanya. Hasil penelitian Madia, secara garis besar, mengelompokkan bahasa Bali di Kecamatan Nusa Penida atas dialek pegunungan, dialek dataran, dan dialek Lembongan.
Kajian dialek geografi terhadap bahasa Bali di Kabupaten Karangasem dilakukan oleh Sukartha (1980). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bahasa Bali di Karangasem dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) dialek [a] yang tersebar di daerah Bali Aga yakni Seraya, Bunutan, dan Tenganan; (2) dialek [O] yang terdapat di daerah Tangkup dan Antigua; (3) dialek [ə] yang terdapat di titik pengamatan lainya. Daerah asal transmigran Bali Karangasem di Lampung Tengah tergolong daerah pakai bahasa Bali dialek [ə].
Penelitian senada telah merambah bahasa Bali pada semua kabupaten di Bali. Penelitian dialek geografis lainnya yang berobjekkan bahasa Bali, antara lain Bahasa Bali di Kabupaten Klungkung: Seɳuɲh Anɲlisis Geogrɲfi Diɲlek” (1985) oleh Bawa dkk. Semua penelitian yang disebutkan di atas dan beberapa penelitian dialektologi lainnya memusatkan diri pada bahasa Bali secara keseluruhan, dalam artian mencakupi juga bahasa Bali DBA, namun kosakata yang diteliti bersifat umum dan kosakata yang menyangkut bidang kesehatan sangat terbatas. Bagaimana pun kajian leksikal penelitian-penelitian tersebut berkontribusi terhadap penelitian ini.
(8)
Dhɲnɲwɲty dkk. (2012) dɲlɲm penelitiɲn yɲng ɳerjudul “Model Akomodasi dalam Upaya Pengembangan Toleransi Antaretnis Pada Masyarakat Transmigran
di Provinsi Lɲmpung”, menjɲdikɲn konvergensi lingusitik dɲlɲm komunikɲsi paramedis—pasien sebagai bagian pembahasan. Dari penelitian yang dikumpulkan dengan menerapkan metode simak dan cakap; dan metode analisis padan intra maupun ekstralingual (Band. Mahsun, 2005) yang didukung teori akomodasi komunikasi dapat diketahui bahwa konvergensi bahasa berperan penting dalam membangun hubungan asosiatif atau hubungan sosial yang harmonis, tidak saja hubungan sosial intraetnis, tetapi juga hubungan sosial antaretnis. Salah satu bagian penting hasil penelitian tersebut yang relevan dengan penelitian ini adalah bahwa konvergensi linguistik yang dilakukan oleh paramedis ke arah para pasiennya di Lampung terbukti berhasil mengefektifkan komunikasi paramedis—pasien/klien.
Dhanawaty dkk (2014) sedang melakukan Tahun I dari penelitian ini. Hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa DBA di tingkat internal bervariasi dan perbandingannya dengan BBU menunjukkan perbedaan.
(9)
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini memedukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diterapkan dalam melakukan pengelompokan variasi, selebihnya digunakan pendekatan kualitatif. Tahapan pengumpulan data digunakan metode simak, baik simak libat cakap maupun simak bebas libat cakap, dan metode cakap semuka (periksa Sudaryanto, 1988). Metode tersebut didukung oleh teknik catat dan rekam. Pada tahapan analisis data diterapkan metode metode distribusional untuk kajian gramtikalnya; metode padan fonetis artikular, untuk kajian fonetis, metode padan translasional, dan padan referensial untuk kajian leksikalnya (Sudaryanto; dan, 1993) yang oleh Mahsun (2005) masing-masing dikelompokkan menjadi metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Pengelompokan variasi dilakukan dengan menerapkan metode dialektometri dengan rumus yang dikemukakan oleh Seguy dan pengelompokan oleh Guiter, dengan rumus sebagai berikut.
periksa Ayatrohaedi (1978) dan Lauder (2003). Analisis juga bertolak dari Teori Akomodasi Komunikasi.
Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.
(s x 100)
= d%
N
s = jumlah beda
N = jumlah leksikon yang dibandingkan d = jarak kosakata
(10)
BAB III VARIASI LEKSIKAL
KOSAKATA BAHASA BALI DIAKEK BALI AGA
BIDANG LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pembahasan deskripsi variasi leksikal kosakata bahasa Bali dialek Bali Aga bidang istilah kesehatan dilakukan dengan mendeskripsikan kosakata yang bervariasi di dalam lima medan makna. Kelima medan makna tersebut adalah (1) medan makna nama bagian tubuh; (2) medan makna penyakit dan pengobatannya; (3) medan makna gerak dan kerja; (4) medan makna kata ganti, sapaan, dan acuan; dan (5) medan makna sistem kererabatan. Kosakata yang terdapat di daerah pengamatan dibandingkan dengan kosakata bahasa Bali Umum (BBU). Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa jarak kosakata antara BBU dan DBA di desa Pedawa dan Sembiran di Kabupaten Buleleng yang menjadi objek penelitian sehingga dapat diketahui perbedaan kosakata BBU dengan kosakata DBA pada ranah kesehatan masyarakat di dua desa tersebut.
Perlu disampaikan bahwa untuk tiga medan makna, yaitu medan makna bagian tubuh, medan makna penyakit dan pengobatan, dan medan makna gerak dan kerja masing-masing variasi leksikalnya disajikan hanya 20 kosakata. Hal itu dilakukan untuk lebih mengefektifkan hasil penelitian ini. Jumlah variasi leksikal secara utuh disajikan dalam perhitungan dialektometri untuk menentukan status hubungan antara BBU dengan DBA di dua desa yang sudah ditentukan.
4.1 Variasi Leksikal Medan Makna Bagian Tubuh
Deskripsi variasi leksikal bagian tubuh dilakukan dengan membandingkan 114 glosa di di dua desa, yakni Desa Pedawa dan Sembiran. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diuraikan variasi kosakata medan makna bagian tubuh sebagai berikut.
Dari 112 glos yang dibandingkan, yang diuraikan hanya kosakata yang menunjukkan variasi leksikal di dua desa atau daerah penelitian (DP) yang telah ditetapkan. Beberapa tersebut diuraikan berikut ini.
(11)
Glosa 'anak tekak' pada BBU disebut [cantik k kɔlɔŋan], di Desa Belantih sama dengan BBU, di DP Pedawa disebut [kancɪl kolɔŋan] dan di DP Sembiran disebut [batʊn kuluŋan]
Glosa ‘bibir’ sumbing beriannya di DP Pedawa sama dengan salah satu berian pada BBU yaitu [cuŋɪh/; di DP Sembiran [cuŋɪk] . Berian pada ketiga DP ini sesungguhnya hanya berbeda secara fonologis, namun dalam BBU selain
[cuŋɪh] ditemukan juga berian [suwɪŋ] .
Glosa ‘ɳulu kuduk; dɲlɲm BBU ɳeriɲnnyɲ [bulʊn cikʊt] atau [bulun kalɔŋ] ,
pada DP Pedawa sama dengan salah satu berian BBU, yakni [bulʊn kalɔŋ] ,
sementara di DP Sembiran [bulʊn bətʊt]
Glos ‘kɲntung kemih’ dalam BBU /siksikan/, pada DP Pedawa [kəmbʊŋan] . Di DP Sembiran sangat unik, yakni [kantɔŋ butʊh] .
Glosɲ ‘mɲtɲ kɲki’ di DP Pedɲwɲ ɳeriɲnnyɲ sɲmɲ dengɲn pɲdɲ BBU, yɲitu
/matan batis/, sementara di DP Sembiran diperoleh berian [kəmɔŋ kəmɔŋan] .
Glosɲ ‘kuduk’, pɲdɲ BBU ɳeriɲnnyɲ [tuəd baɔŋ] , pada DP Pedawa disebut
[kalɔŋ] , dan pada DP Sembiran disebut [bətʊk]
Glosɲ ‘tulɲng rusuk’, pɲdɲ BBU ditemukɲn ɳeriɲn /tulaŋ iga iga/, pada DP Pedawa ditemukan berian [tulaŋ usʊk] , dan pada DP Sembiran disebut [tulaŋ kəpət] . Untuk lebih lengkapnya variasi leksikal yang ditemukan dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini.
Bagan 1 Variasi Leksikal Kosakata pada Medan Makna Alat-Alat Tubuh.
No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran
1 anak tekak
(12)
2 Bibir
sumbing [su ɪŋ], [cuŋɪh] [cuŋɪh] [cungɪk] 3 bulu kuduk
[bulʊn cikʊt] [bulʊn kalɔŋ] [bulunb ţʊţ 4 cambang
[capɪŋ], [kalɛs] [kalɛs] [kalɪs] 5 kantung
kemih [siksɪkan] [k mbʊŋan kantɔŋ butʊh
6 kepala botak
[l ŋar] [baŋlah] [bonglak]
7 ibu jari
[inan lim [imen ima] Liman meme 8 gigi yang bertumpuk
tumbuhnya
[manjak] [giŋsʊl] [ktula] 9 jari manis [linjɔŋ] [lɛʔ] [lɛk] 10 jari tengah [lɛk] [lenjɔŋ] [njɔng] 11 kepala [sirah], duʊr. təras [təras] [gundʊl]
12 kerongkonga
n [kɔlɔŋan] [kəkɔlɔŋan [bahʊng] 13 lipatan kaki
[ceŋkɔd] [tagəlaŋ batɪs] [s lakapak] 14 mata juling
[dil ŋ], [sero] [sero] [sahʊp] 15 ...mata kaki [matan batɪs] [matan batɪs] [k
mong-k mongan] 16 ...punggung [tundʊn] [tundʊn] [pundʊk] 17 (kuduk) [tuw d baɔŋ]
[kalɔŋ] [b tʊk] 18 ...tulang
punggung [tulaŋ gi ɪn] - [tulaŋ pundʊk]
19 ...tulang rusuk [tulaŋ ig ig ] [tulaŋ usʊk] [tulaŋ k p t] 20 tumit [jɛŋgot batɪs]
[togɔk] [gɛnjɔt] 21 ubun-ubun [bunbʊnan/p baan] [pəmabaan] p l bahan]
(13)
4.2 Variasi Kosakata Medan Makna Gerak dan Kerja
Variasi kosa kata medan makna gerak dan kerja dilakukan dengan membandingkan 111 kosakata. Berdasarkan pengamatan di empat desa ada empat kata yang tidak ditemukan beriannya. Glosa 'memɳɲlut (lukɲ)’, pɲdɲ DP Sembiran ditemukan berian sama dengan BBU, yakni [mədbəd] , sementara pada DP Pedawa ditemukan berian [mɔntɔt].
Untuk glosɲ ‘ɳerkelɲhi’ ditemukɲn ɳeriɲn [miyəgan/mərəbat] pada BBU, pada DP Pedawa ditemukan berian [məjaɔran] , dan pada DP Sembiran ditemukan berian [məgəlʊt].
Glosɲ ‘memeluk’, pɲdɲ BBU ɳeriɲnnyɲ [ŋəlʊt] , pada DP Pedawa ditemukan berian [məməlʊʔ], sama dengan dalam bahasa Indonesia. Pada DP Sembiran ditemukan berian [mrɔkɔt]
Glosɲ ‘memijit’, beriannya sangat bervariasi. Pada BBU ditemukan berian
[ŋusʊg] atau ŋuladaŋ, pada DP Pedawa ditemukan berian [ əljəl] , dan
[ŋəludlad] , pada DP Sembiran ditemukan berian [məcək] dan [ŋuhutaŋ]
Glosɲ ‘ɳersɲndɲr’, pɲdɲ BBU, ɳeriɲnnya [məsadah] dan [ əlɛlɛg] , berian pada DP Pedawa untuk glosa ini adalah [ əlɛlɛd] . Jadi hanya berb\eda secara fonologis. Pada DP Sembiran berian untuk glosa ini adalah [məsadahan] , hanya berbeda secara norfologis dengan berian [məsadah] akibat tambahan sufiks {-an}
Glosɲ ‘menyuruh’, dɲlɲm BBU ditemukɲn ɳeriɲn [nundɛn] , pada DP Pedawa dan Sembiran ditemukan berian yang sama, yaitu [ŋəsʊh] . Variasi lebih lengkapnya dapat dilihat pada Bagan 2 berikut ini.
No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran
1. balut (luka)[ [m db d] m/bɔntɔt] [mədbəd] 2. buai (meng-) [ŋ lʊs] [usuɪn] kusu-kusuɪn
(14)
3. ...bujuk (meng-) [ŋ l m sɪn] [ŋajʊ
m ajʊm] ape-ape 4. ...kelahi (ber) miy gan,
m r bat] [məjaɔran] [məgəlʊt 5. larang (meg-)
[nɔmbaaŋ] [ni aʔ] /[maaʔ] [ngara dadi/da] 6. Peluk (meng-) [g lʊt]
[məməlʊʔ] [mrɔkɔt] 7. ...pergi [məgədi] [uwas] [luwas] 8. ...pijit (meng-) [ŋusʊ
g] [jəljəl] /[məludlad] [məcək/nguhʊtaŋ] 9. raba (meng-) [ŋadab] [ŋusʊd] [ŋadab-ŋadab] 10. rangkul
(meng-) [saŋkɔl] [mərambaŋ] [mərɔkɔt] 11. ...sandar ber-) məsadah]
[ əlɛlɛd] [məsadahan] 12. ...suruh (meng-)
[nundɛn] [sʊh] /[sʊha [ngəsʊh/suha] 13. ...tunjuk (meng-)
[nuju aŋ] [nudɪŋan] [nudɪŋ]
(15)
Bagan 3 Variasi Leksikal Medan Makna Obat dan Pengobatan
No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran
1. ...bekas luka [tampak tatu] [mətampaɁ tatu] laja ogak
2. ...berkunang- kunang [məkunaŋniŋan] [məkunaŋ
kunaŋan]
[kuting-kutingən] 3. borok [bərʊŋ] [ntʊlan] /[kɔrɛŋ]/
[məbə əh] -[bə`rʊŋ] 4. burut/hernia [basaŋ
məcəlɔs] [saŋlɪr] [basang aʊd]
5. campak [ɛdɛh] [nəmpi] [sampəh]
6. epilepsi [ayan] [ayan] [tunggah]
7. gigi berlobang [gigi bərək] [cərɔŋrɔʔan] [gigi bɔrɔk]
8. gigi tanggal [gigi kəpʊs] [kətɔs] [gigi kəpʊh 9. ...Influenza [paad] [paad] /[pəŋəŋ]/
[ŋəbʊs diŋɪn]
[mappəhah/ pəŋəŋ]
10. kaki gajah [bətəg] [bədasa] [bətəg]
11. ...keguguran [krurɔn] [ŋəlabuhwaŋ] [ŋlabuhaŋ]
12. kejang [ŋəjat] [kəjət kəjət] [krəjəŋ]
13. letih lesu [ɔɔn] [lələh] [ləmət]
14. ...luka [mətatu/sidə [mətatu] [sida]
15. mata gelap [pəpətəŋən] [kəpələŋan] [kutiŋ-kutiŋan]
16. mata kabur lamʊr [urəm] [lamʊr]
17. mata kemasukan
sesuatu [kəsip] [səpənan] [səppənnən]
18. memar [balan] [irəm] [ləbəŋ]
19. mencret [misɪŋ] [parʊs] [mancʊr/lɔlɔs]
20. ...menguap ...[məwaban] [muwaban] [muhabban]
(16)
22. ...perut buncit [basaŋ bacl] [basaŋ bəntaŋ] [badɔh]
23. ...perut kembung [basaŋ mbət] [basaŋ bəntaŋ] [basang badɔh] 24. ...pilek [paad] [paad] [pəhad]
25. ...pingsan [ əle ati] [ara iŋət] [tunggah] 26. susuban [subsuban] [sIingsɪngan] 27. tertusuk duri [tusʊk du i] [bəlbəlan] /[təbə
dui] [təbək duhi]
28. tumbuh gigi
belakang
[tumbʊh paŋgal
pəŋijəŋ] [tumbpəŋijəŋ] ʊh gigi [əmpʊg paŋgal
4.3Variasi Kosakata Medan Makna Gata Ganti, Sapaan, dan Acuan
No. Glosa BBU Pedawa Sembiran
1
kami (berdua) [caŋ jak dadwa] [ɲku ɲyɲŋku
dadwa] oke jak duwa
2
kami (bertiga) [caŋ jak təlu] [ɲku ɲyɲŋku
təlu] oke jak telu
3 panggilang
untuk anak laki kecil
[nak cənik muwani]
[kəcicak muwani]
4 panggilan
untuk gadis kecil
[kəcicak luwa luwa]
5 (yang) mana [ane cɛn/kɛn] [ani kɛn] [əngkɛn jah]
BAB IV
VARIASI FONOLOGIS DAN KARAKTERISTIK
MORFOLOGIS BAHASA BALI DIALEK BALI AGA
(17)
4.1 Variasi Fonologis
Variasi bentuk linguistik yang diperoleh dengan membandingkan 377 glos meliputi; (1) glos yang berian-beriannya bervariasi secara leksikal; (2) glos yang berian-beriannya bervariasi secara fonologis; dan (3) glos berian-beriannya tidak bervariasi, baik secara leksikal maupun secara fonologis. Di dalam glos yang beriannya berbeda secara leksikal terdapat juga variasi fonologis yang meliputi variasi fonem dan suku kata.
Kenyataan menunjukkan bahwa sering sekali sebuah glos memiliki berian yang berbeda secara leksikaldan fonologis. Jika sebuah glos memiliki berian yang berbeda secara leksikal juga memilikivariasi secara fonologis, makaberianglositu dianggap berbeda secara leksikal, karena derajat perbedaan leksikal lebih tinggi
dari padaderajat perbedaan fonologis.Walaupundemikian,
variasifonologisnyajugaakandibahasdalambabini.
Perbedaan segmen bahasa, khususnya BBU dan BBDBA, dapat terjadi secara teratur dan tidak teratur (sporadis). Perbedaan bunyi bahasa, baik yang terjadi secara teratur maupun tidak teratur (sporadis) masing-masing berkaitan erat dengan ciri linguistik dan ciri geografis.
Secara linguistik, perbedaan bunyi bahasa secara teratur dan sporadis terjadi karena ada tidaknya persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Perbedaan bunyi dikatakan terjadi secara teratur (variasi teratur) apabila ada persyaratan lingkungan linguistik tertentu, sedangkan dikatakan tidak teratur (variasi sporadis) terjadi apabila tidak ada persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Secara geografis, perbedaan bunyi dikatakan teratur apabila penyebaran variasinya di titik pengamatan yang sama dan perbedaan bunyi sporadis apabila penyebarannya tidak di titik pengamatan yang sama. Dengan demikian, perbedaan bunyi itu terjadi secara teratur apabila ada persyaratan lingkungan linguistik tertentu dan penyebaran tiap-tiap variasinya di titik pengamatan yang sama. Begitu juga, perbedaan bunyi dikatakan sporadis, apabila kemunculannya tidak diperlukan syarat lingkungan linguistik tertentu dan penyebaran tiap-tiap variasinya tidak sama. Di samping itu, kendati perbedaan bunyi itu terjadi karena syarat
(18)
lingkungan linguistik tertentu, tetapi jika wilayah sebarnya tidak sama, maka perbedaan itu dianggap sporadis.
Berdasarkan uraian di atas dan data yang berhasil dikumpulkan, dalam BB bidang layanan kesehatan ditemukan perbedaan bunyi yang teratur selanjutnya disebut variasi teratur dan yang tidakteratur selanjutnya disebut variasi sporadis. Untuk selanjutnya, variasi bunyi secara teratur akan ditandai dengan lambang ≈ dan variasi bunyi sporadis ditandai dengan lambang ~.
Sesuai dengan temuan jenis bunyi BB bidang layanan kesehatan. bahwa bunyi bahasa terdiri atas bunyi vokal dan konsonan, serta variasi suku kata; maka ketiga jenis variasi ini masing-masing memuat variasi vokal, konsonan, dan suku kata. Dengan demikian, disajikan (1) variasi bunyi teratur yang meliputi variasi bunyi vokal dan variasil bunyi konsonan; (2) variasi bunyi sporadis yang meliputi variasi bunyi vokal dan variasi bunyi konsonan; serta (3) variasi suku kata, baik yang teratur .
4.1.1 Variasi Teratur
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan maka dapat dikeahui bahwa variasi teratur hanya dapat terjadi pada vokal dan konsonan; sedangkan variasi suku kata tidak ditemukan. Berikut disajikan uraiannya.
4.1.1.1 Variasi Vokal yang Teratur
Variasi vokal teratur berdasarkan data ditemukan 9 buah. Kesembilan buah variasi itu diuraikan sebagai berikut.
1) Vokal [i-]≈ [ɛ-] / # __ K
Vokal atas, depan, tak bundar [i] berkorespondensi dengan vokal atas, tengah rendah, tak bundar pada posisi awal. Penyebaran varian [i] terdapat pada BU dan DBA di Desa Belantih, Ped, Sembiran; sedangkan varian [3] umumnya terdapat di Desa Klumpu. Hal itu dapat diketahui berdasarkan data berikut
No. Glos Varian [i-] Varian [ɛ---]
1. ‘gusi’ [ist: BU, Belantih, Ped ɛst: Seraya, Klumpu 2. ‘ibujari’ [inanlimE]: BU,
(19)
3. ‘intip’ [intIp]: BU, Belantih, Seraya Timur, Ped, Sembiran
[ɛntIp]:Klumpu 4. ‘ingat’ [ingEt]: BU, Belantih,
Seraya Timur, Ped, Sembiran
[ɛngOt]:
Klumpu
2) Vokal [-i-]≈[-ɛ-] /K __ K
Vokal [i] berkorespondensi dengan vokal [3] pada ultima, dimana varian [i] terdapat pada BU dan di daerah BA di desa Belantih, dan Sembiran, varian [3] umumnya terdapat di Desa Klumpu; sedangkan Desa Ped dan Seraya T kadag-kadang menggunakan kedua varian. Berikut disajikan contoh-contohnya.
No .
Glos Varian [-i-] Varian [-ɛ---]
1. ‘gigi paling
belakang’ [paNU, Seraya T, galpENijEN]:B Belantih, Ped
[paNgalpENɛjEN]:Klump u
2. ‘ibujari’ [inanlimE]: BU [inan lima]:
Belantih]
[ɛnanlɛma]: Seraya T, Ped, Klumpu 3 ‘tahimata’ [sirɪp]; Ped [sɛrɪt]: Klumpu 4. ‘Pergelangantanga
n’ [pEgElaBU NanlimE]: [pEgElaNan lima]: Seraya T, Belantih
[pEgElaNanlɛma]: Ped, Klumpu
5 ‘kepala’ [sirah’: BU, Seraya
T, Belantih, Ped [sɛrah]: Klumpu 6. ‘menyelam’ [nyilEm]: BU, Seraya
T, Belantih, Ped, Sembiran
[nyElEm]: Klumpu]
7. ‘meminum’ [nginEm]: BU, Seraya T, Belantih,
Ped, Sembiran
[ngEnEm]: Klumpu
8. ‘pejamkan mata’ [ngidEmang]: BU, Seraya T, Belantih,
Ped, Sembiran
[ngEdEmang]: Klumpu
(20)
Vokal atas, depan tak bundar [i] berkorespondensi dengan vokal tengah,
depan, tak bundar pada posisi ultima. Untuk penyebaran masing-masing varian
dapat diketahui berdasarkan contoh berikut ini.
No. Glos Varian [-i-] Varian [-e---]
1. ‘bibir’ bibɪh]: BU, Belantih, ST, Klumpu
[bebɛh]: Ped 2. ‘tahitelinga’ [tilu]: BU, Seraya T,
Belantih
[telu]: Ped
3. ‘rambutkriting’ [bɔkkritɪN]: BU [bɔɔkkretɛN: Ped 4 Tangan’ [limE]: BU
[lima]: Seraya T, Belantih
[lemo]: Ped,
5 ‘telapaktangan’ [tlapakanlimE]: BU [tlapakan lima]:Seraya
T, Belantih
[tlapakanlemo]:Ped, Klumpu
4) Vokal [-i-] ≈[-E-] / K __ K
Vokal atas, depan, tak bundar [i] juga dapat berkorespondensi dengan
vokal tengah, pusat, tak bundar [ ] pada posisi ultima. Daerah penyebaran varian
[i] pada BU dan BA di Desa Seraya T dan Ped; sedangkan varian [ ] terdapat di
Desa Belantih dan Klumpu. Berikut disajikan datanya.
No. Glos Varian [-i-] Varian [-E---]
1. ‘matakemaukandebu’ [sipEnan]: Seraya T [sippEnan]: Ped
[sEpEnan]: Belantih, Klumpu 2. ‘picingkan mata’ [ngicIr]: BU [ngicer]: Belantih,
Klumpu 3. ‘pikul’ [nikUl]: BU, Ped [n kUl]: Klumpu
5) Vokal [-u-]≈[-U-] /K __ K
Vokal atas, belakang, bundar, tegang [u] berkorespondensi dengan vokal atas, belakang, bundar, kendur [U] pada posisi ultima. Daerah penyebaran masing-masing varian dapat disajikan berdasarkan data dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-u---] Varian [-U-]
(21)
Timur, Ped, Klumpu 2. ‘sakit punggung’ [sakIt tundUn]: BU [sakIt tUndUn]: Seraya
Timur 6) Vokal [-u-]≈ [-ɔ-] /K __ K
Vokal atas, belakang, bundar [u] bekorespondensi dengan vokal belakang, tengah, bundar, kendor [O] pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan. Data penunjang variasi ini cukup banyak ditemukan. Penyebaran masing-masing varian disajikan dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-u---] Varian [-ɔ-]
1. ‘bulu dada’ [bulUntaNkah] bɔlUntaNkah: Ped, Klumpu
2. ‘bulu kemaluan’ [bulUn tEli]: BU, Seraya, Belantih
[bulUntli]: Belantih
[bɔlUn tEli]: Ped, Klumpu
3. ‘bulu ketek’ [bulUnsipah]: BU,
Seraya, Belantih [bKlumpu ɔlUnsipah: Ped, 4. ‘bulu mata’ [bulUnmatE]: BU
[[bulUnmata]: Belantih [bKlumpu ɔlUnmata]: Ped. 5. ‘bulu hidung’ [bulUncuNUh]: BU,
eraya, Belantih [bKlumpu ɔlUncɔNUh]: Ped, 6 Air kencing [paňuh]: Klumpu [paňɔh]: Ped
7 ‘hidung’ [cuNuh]:BU, Belantih,
Seraya T, Ped [cɔNɔh]: Klumpu 8. ‘telunjuk’ [tujUh]: BU, Seraya T,
Belantih, Ped [tɔjuh]: Klumpu
9. ‘telinga’ [kupɪN]: Belantih [kɔpɪN]: BU, Seraya T, Ped, Klumpu
10 ‘tenggorokan’ [kuluNan]: Belantih [kɔlɔNan]: BU, seraya t,
11 ‘kulit’ [kulɪt]: BU, Serayatimur
[kɔlɪt]: Ped, Klumpu 12 ‘lemak’ [mulUk]: BU, Seraya T,
Belantih, Ped [mɔlɔk]: Klumpu
(22)
Vokal tengah, pusat, tak bundar [ ] berkorespondensi dengan vokan bawah, depan, tak bundar [a] pada penultima setelah konsonan. Variasi ini cukup
banyak ditemukan. Varian [ ] terdapat pada BU; sedangkan varian [a[ terdapat
pada wilayah BA. Data disajikan pada tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-E] Varian [-a]
1. ‘bahu’ [palE]; BU [pala]; Belantih, Seraya T, Ped, Klumpu
2. ‘bulumata’ [bulunmatE]: BU [bulunmata]: Belantih, Seraya T, Ped, Klumpu
3. Ibujari [inanlimE]: BU [inan lima]:
Belantih, Seraya T, Ped, Klumpu 4. ‘telapaktangan’ [tlapakanlimE]; BU [tlapakan lima]:
eraya t, Belantih 5 ‘tangan’ [limE]: BU [lima]: Seraya T,
elantih 6. ‘matabuta’ ‘matEbutE]: BU [matabuta]:
Seraya T,
Belantih, Ped, Klumpu
7. ‘limpa’ [limpE]: BU [limpa]: Seraya T, Belantih, Ped, Klumpu
8. ‘paha’ [paE]: BU, Ped [paa]: Seraya T 9. ‘pergelangantangan’ [pEgElaNanlimE]: BU [pEgElaNan
lima]: Seraya T, Belantih, Ped, Klumpu
10. ‘baca’ [bacE]: BU [baca]: Belantih, Seraya Timur, Ped, Klumpu, sembiran
8) Vokal [-E-] ≈ [-E:-] / K __ K
Vokal tengah, pusat, tak bundar [ə] juga bervariasi dengan vokal yang sama tetapi diucapkan agak panjang pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan. Daerah penyebarannya dapat dilihat pada tabel berikt ini.
(23)
1. ‘tahilalat’ [adENan]: BU, SerayaTimur ad :Nan]: Ped, Klumpu 2 ‘bengkak’ [bEsEh]: BU, Seraya Timur [b s :h]: Ped 3. ‘bekas luka’ [bik t]: Belantih, Klumpu [bik :t]: Ped
9) Vokal[-E-]≈ [-@-] / K __ K
Vokal tengah, pusat, tak bendar [ ] juga berkorespondensi dengan
kekosongan pada posisi ultima setelah dan sebeluk konsonan. Daerah penyebaran
varian kekosongan terdapat di Desa Belantih, sedangkan varian [ ] terdapat di
daerah lainnya seperti yang tertera dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-E---] Varian [-@-]
1. ‘bulukemaluanwanita’ [bulUntEli]: BU, Seraya T [bɔlUntEli: Ped,
Klumpu
[bulUntli]: Belantih
2. ‘jari’ [jEriji]: BU, Seraya T, Ped, Klumpu
[jriji]: Belantih 3 ‘melahirkan’ [NElEkadaN]:
Klumpu
[NlEkadaN]: BU, Belantih 4.1.1.2 VariasiKonsonan yang Teratur
Variasi konsonan teratur ditemukan hanya empat buah. Keempatnya
diuraikan di bawah ini.
1) Konsonan [-t-] ≈[-@-] / V __ V
Konsona [t] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima setelah dan sebelum vokal pada posisi ultima. Varian [t] terdapat pada BU dan BA di Desa Seraya T, Ped, dan Klumpu; sedangkan kekosongan terdapat di Desa Belantih. Hal itu dapatdiketahui berdasarkan data dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-t-] Varian [-@-]
1. ‘tumit’ [jɛNgɔtbatɪs]: BU [tuNkakbatɪs]: Seraya T
[butUhbaɪi]: Belantih 2. ‘pergelangan
(24)
2) Konsonan [-k-] ≈ [-@-] / V __ V
Konsonan hambat, dorsovelar, tak bersuara [k] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran masing-masing varian disajikan dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-k-] Varian [-@-]
1. ‘kantongkemih’ [siksikan]: BU, Belantih, Seraya T
[sisikan]: Ped, Klumpu 2. ‘injak’ [jEkjEk]: BU, Belantih [jEjEk]: Ped,
Klumpu, Seraya T 3) Konsonan [-l-] ≈[-@-] /V __ V
Konsonan lateral [l] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran varian [l] adalah pada BU dan BA di Desa Seraya T, Ped, dan Klumpu; sedangkan varian kekosongan hanya terdapat di Desa Belantih. Untuk lebih jelasnya, data disajikan pada tabel berikut ini.
No. Glos Varian [l-] Varian [@-]
1. ‘senut-senut’ [klEbEt-klEbEt]: BU, Seraya Timur
[KlEbut-klEbut]: Ped, Klumpu
[kEbEt-kEbEt]: Belantih
2. ‘cekutan’ [clEkutan]: BU, Seraya Timur, Klumpu, Ped
[cEkutan]: Belantih 4) Konsonan [-h-] ≈[-@-] /V __ V
Konsonan [h] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran masing-masing varian disajikan pada tabel berikut ini.
No. Glos Varian -h-] Varian [-@-]
1. ‘paha’ [paha]: Belantih [pEE]: Klumpu [paE]: BU, SerayaT, Ped 2. ‘ubun-ubun’ [pabahan]: Belantih [pabaan]: BU 3. ‘junjung’ [nyuhun]: Belantih, Sembiran,
Ped, Klumpu, Seraya T
[nyuun]: BU 4. ‘berlari’ [melahib]: Belantih,
Sembiran]
[mlaib]: Ped, Klumpu [melaib]: BU,
(25)
Seraya T 4.1.2 Variasi Sporadis
Variasi fonologis yang sproradis ditemukan baik variasi vokal, konsonan, maupun suku kata. Baik variasi sporadis vokal maupun konsonan banyak ditemukan, sedangkan variasi sporadis suku kata ditemukan hanya 5 buah. Berikut disajikan uraiannya.
4.1.2.1 Variasi Vokal 1) Vokal [-i] ~ [-ɛ] / K __ #
No. Glos Varian [-i] Varian [-ɛ-]
1 ‘alatkelaminwanita’ [tEli]; BU, Seraya T, Ped
[tli]: Belantih
[tElɛ]: Klumpu 2) Vokal [-ɪ-] ~ [-ɛ-] / K __ K
No. Glos Varian [-i-] Varian [-e---]
1. ‘bibir’ bibɪh]: BU, Belantih, ST, Klumpu
[bebɛh]: Ped 2. ‘tahimata’ [pElɪs]: Seraya T [pElɛk]: BU 3) Vokal [-i]~ [-E] / K __ K
No. Glos Varian [-i] Varian [-E-]
1. ‘cacar’ [nampi]: Seraya T [nampE]: BU 4) Vokal [u-]~[ɔ-] /# __ K
No. Glos Varian [u---] Varian [ɔ-]
1 ‘obat’ [ubad]: BU, Seraya T,
Belantih [ɔbad]: Ped, Klumpu 5) Vokal [-o-]≈ [-ɔ-] / K – K
Vokal [o] tegang berkorespondensi dengan vokal [O] kendur pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan. Distribusi penyebarannya disajikan dalam tabel berikut ini.
No. Glos Varian [-ɔ-] Varian [-ɔ---]
1. ‘air susu’ yɛhňoňo: BU, Sembiran, Ped, Kulumpu
(26)
2. ‘otak’ [polo]: BU, Belantih [pɔlo]:
SerayaTimur 5) Vokal [-3-] ~ [-a]
No. Glos Varian [-e-] Varian [-a]
1. ‘matajuling’ [jerɛN]: Ped, Klumpu [jɛra]: Belantih] 6) Vokal [-E-] ~ [-u-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-u--]
1 ‘senut-senut’ [klEbEt-klEbEt]: BU, Seraya T
[klEbUt-klEbUt]: Ped, Klumpu 7) Vokal [-E-]~ [-ɔ-] K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-ɔ-]
1. ‘mulut’ [caNkEm]: Belantih [caNkɔm]: Ped 8) Vokal [-u-] ~ [-u:-] / K __ K
No. Glos Varian [-u-] Varian [-u:---]
1. ‘lutut’ [EntUd]: BU, Seraya T, Belantih
[EntU:d]: Ped, Klumpu 9) Vokal [-E-] ~ [-ɔ:-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-ɔ:--]
1. ‘langit-langit’ [tanEN]: Seraya T
[nanEN]: Belantih [tanɔ:N]: Klumpu 10) Vokal [--] ~ [-a-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-a--]
1. ‘bersandar’ [mEsEdoh]: Ped, Klumpu, Seraya Timur
[mEsadah]: BU, Sembiran 11)Vokal [-ɔ-] ~ [-ɔ:-] / K __ K
(27)
1. ‘rambut’ [bɔk]: BU, Seraya T, Belantih [bɔ:k]: Ped, klumpu 12) Vokal [- -]~ [-zero-] / K __ K
No. Glos Varian [-E-] Varian [-zero--]
1. ‘perut
kembung’ [ mb t]: BU, Seraya Timur [mb t]:Klumpu, Ped
4.1.2.2. Variasi Konsonan1 1) Konsonan [p-] ~[m-] / # __ V
No. Glos Varian [p-] Varian [m---]
1. ‘sembelit’ [pEjEn]: BU, Ped [mEjEn]: Seraya T, Belantih 2) Konsonan [-p] ~[-t] / V __ #
No. Glos Varian [-p] Varian [-t-]
1. ‘tahimata’ [sirɪp]: Ped [sɛrɪt]: Klumpu 3) Konsonan [-b-] ~ [-@-] / V __ K
No. Glos Varian [-t-] Varian [-@-]
1. ‘susuban’ [subsuban]: BU, Seraya T [susubab]: Belantih 4) Konsonan [t-] ~[c-] / # __ V
No. Glos Varian [t-] Varian [c-]
1.
‘kemaluanlaki-laki’ [tElak]: Belantih] [cElak]: BU 2. ‘tompel’ [tOmpEl]: BU, Seraya T,
Belantih, Klumpu
[cOmpEl]: Ped
5) Konsonan [t-] ~ [n-] ? # __ V
No. Glos Varian [t-] Varian [n-]
1. ‘langit-langit’ [tanEN]: Seraya T [nanEN]: Belantih
(28)
No. Glos Varian [t-] Varian [n-] 1. ‘kejang’ [k jang]: Belantih [ng jat]: BU
[k jat]: Seraya T, Ped, Klumpu 7) Konsonan [-d-] ~ [-j-] /K __ V
No. Glos Varian [-d-] Varian [-j-]
1. ‘mandi’ [mandUs]: BU, Ped, Klumpu, Belantih
[manjuUs]: Belantih 8) Konsonan [-d-] ~ [-zero-] / V __ K
No. Glos Varian [-d-] Varian [-j-]
1. ‘balut luka’ [b db d]: BU [b b d]: Belantih, ped, Klumpu,
Seraya T 9) Konsonan [-k-] ~ [-g-] / K __ V
No. Glos Varian [-k-] Varian [-g-]
1. ‘rambutkeriting’ [bɔkiNkEl]: BelantihT [bɔkiNgEl]: BU, Seraya 10) Konsonan [k-] ~[ng-] / # __ V
No. Glos Varian [k-] Varian [ng-]
1. ‘kejang’ [k jat-k jat]: Seraya Timur, Ped, klumpu
[ng jat]: BU
11)Konsonan [-k] ~ [-s]
No. Glos Varian [-k-] Varian [-s-]
1. ‘kotoranmata’ [pElɛk]: BU [pElɪs]:Seraya T 12)Konsonan [g-]~ [@-]
No. Glos Varian [-g-] Varian [-@-]
1. ‘gendongan’ [g ndOngan]: BU, Belantih [ ndOngan]: Ped [EndOngan]:
(29)
Klumpu] 13)Konsonan [-g-] ~ [-@-]
No. Glos Varian [-g-] Varian [-@-]
1. ‘gigimenonjolkeluar’ [gigitɔNgɔ]: BU [gigitɔNɔs]: Ped, Klumpu 2.
14)Konsonan [--g] ~[-h]
No. Glos Varian [-g] Varian [-h]
1. ‘terbit’ [ ndag]: BU, Belantih, Seraya
T, Sembiran, Klumpu
[ ndah]: Ped
15) Konsonan [-n] ~ [-@]
No. Glos Varian [-n] Varian [-@]
1. ‘pungg
ung’ [tundUBelantih, Ped n]: BU, Seraya T,
[tundu]: Klumpu 16) Konsonan[--n-] ~[-h-]
No. Glos Varian [-n-] Varian [-h-]
1. ‘ubun
-ubun’ [pEbanan]: Ped [pEbahan]: Belantih
17) Konsonan [--ng]~[-h]
No. Glos Varian [-ng] Varian [-h]
1. ‘berbaring’ [ny l mpang]:BU [ny l mpah]: Seraya T
18) Konsonan [--ng-] ~[-zero-]
No. Glos Varian [-n-] Varian [-h-]
1. ‘duduk’ [nyongkOk]: Klumpu [nyokOk]: Ped 19) Konsonan [-h] ~ [-s]
(30)
No. Glos Varian [-h] Varian [-s] 1. ‘bibirsumbing’ [bibɪhcuNih]: BU,
SerayaTimur, Ped, Klumpu
[bibɪhcuNis]: Belantih 20) Konsonan [-h-] ~ [-w-]
No. Glos Varian [-h] Varian [-s]
1. ‘urat’ [uhat]: Belantih, Ped, Klumpu
[uwat]: BU, Seraya t 21) Konsonan [l-] ~ [r-]
No. Glos Varian [l-] Varian [r-]
1. ‘lumpuh’ [lumpuh]: BU, Belantih, Serata T, Ped
[rumpuh]: Belantih, Klumpu 22) Konsonan [l-] ~ [@-]
No. Glos Varian [l-] Varian [@-]
1. ‘tulangkering’ [tulaNlunas]:BU, Seraya T, Belantih
[tulaNunas]: Belantih 23) Konsonan [-r-] ~ [-@-]
No. Glos Varian [r-] Varian [@-]
1. ‘tulangpunggung’ [jrɔjuh]: Ped [jɔjuh]: Klumpu 24) Konsonan [-N] ~ [-@]
No. Glos Varian [-N] Varian [-@]
1. ‘matajuling’ [jɛrɛN]: Ped, Klupu [jɛre]: Belantih] 4.1.2.3 Variasi Sporadis Suku Kata
Variasi sporadis suku kata ditemukan lima buah. Kelimanya diuraikan
berikut ini.
1) Variasi Suku Kata [j k-]~ [ n-]
No. Glos Varian [j k-] Varian [n-]
(31)
2) Variasi Suku Kata [p -]~ [ -] [ɵ]
No. Glos Varian [p -] Varian [- ] Varian zero
1. ‘taruh’ [p jang]: Belantih, Sembiran
[ jang]: BU,Ped
[jang]: Klumpu, Seraya T 3) Variasi Suku Kata [ ng-] ~ [zero-]
No. Glos Varian [eng-] Varian [en-]
1. ‘lupa’ [ ngsap]: Belantih [sap]: Ped, Klumpu, Seraya T,
Sembiran 2. ‘terbenan’ [ ngs b]: BU [s b]: Ped,
Klumpu 4) Variasi Suku Kata [nuN-] ~ [l -]
No. Glos Varian [nuN-] Varian [l -]
1. ‘nungkayak’ [nuNkayak]: BU, Seraya T [l kayak]: Ped
5) Variasi Suku Kata [-hu] ~ [zero-]
No. Glos Varian [-hu] Varian [zero-]
1. ‘berak’ [mejuhu]: Ped, Klumpu, Seraya T, Sembiran
[meju]: BU
4.2 Variasi Gramatikal
Pembahasan karakteristik gramatikal DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat dilakukan secara terintegrasi, dalam artian tidak dilakukan perbandingan variasi antardaerah pengamatan karena secara gramatikal kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat tidak terlalu menampakkan perbedaan atau variasi antar-DP. Kalaupun terdapat perbedaan, lebih diakibatkan oleh faktor fonologis.
Contoh
Kosakata [uluŋ-aŋ-ə] ‘dijɲtuhkɲn’ pɲdɲ kɲlimɲt BBU
“Uɳɲd-e ulung-ang-ɲ.” [ubade uluŋ-aŋ-ə] obat-DEF jatuh-KAUS-.PAS
(32)
‘Oɳɲtnyɲ dijɲtuhkɲn (tidɲk sengɲjɲ).’
bervariasi dengan [uluŋ-aŋ-a] dalam DPdw, DSb, dan DST, dan varian [uluŋa
-a] pada DSd.
Kosakata bapa e‘ɲyɲhnyɲ’ pɲdɲ kɲlimɲt BBU bervariasi dengan [bapa a e]
pada DSb dan [bapa e] pada DSd.
Made ng-ateh bapa-n-ne ke dokter.”
Nama AKT-antar ayah-LIG-3SGPOS ke dokter
‘Mɲde mengɲntɲr ɲyɲhnyɲ ke dokter.’
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kebervariasian pada tataran morfologis lebih merupakan variasi morfofonemis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan bentuk atau tataran gramatikalnya, kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat dapat diklasifikasi atas kosakata pada tataran kata dan dan kosa kata pada tataran frasa. Kedua tataran tersebut diuraikan berikut ini.
4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Kata
Seperti bahasa Bali pada umumnya, berdasarkan bentuknya kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat pada semua DP dapat dipilah atas kata dasar dan kata turunan yang terdri atas kata berafiks, kata berklitik, kata ulang, dan kata majemuk. Kelima bentuk tersebut diuraikan berikut ini.
4.2.1.1 Kosakata dalam Bentuk Kata Dasar
Kata dasar mendominasi kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat. Berikut ditampilkan beberapa contoh.
Contoh
No. DBD DPdw DSb DSd Makna
1. [palə] [pala] [pala] [pala] ‘ɳɲhu’
2. [giɖat] [giɖat] [giɖat] [giɖat] ‘dɲhi’ 3. [sirah] [ʈəras] [sirah] [gunɖʊl] ‘kepɲlɲ’
4. [buʈə] [buʈa] [buʈa] [buʈa] ‘ɳutɲ’ 5. [paə] [paa] [paa] [paha] ‘pɲhɲ’
(33)
6. [ŋuʈah] [ŋuʈah]/[ŋuʈah bayar]
[ŋuʈah] [ŋuʈah] ‘muntɲh’
7. [paaɖ] [paaɖ] [paaɖ] [pəhaɖ] ‘pilek’
Contoh di atas kebetulan merupakan kosakata dalam bentuk kata dasar, yang secara leksikal, tidak berbeda di antara DP satu dengan yang lainnya. Berikut beberapa contoh kosakata dalam bentuk kata dasar yang menunjukkan variasi leksikal.
No. DBD DPdw DSb DSd makna
1. [balan] [irəm] [sǝbʊh] [ləbəŋ] ‘memɲr’ 2. [misɪŋ] [parʊs] [misɪŋ] [mancʊr] /[lolɔs] ‘mencret’ 3. [pəɖɪh] [ŋahŋah] [ŋaŋah] [pəɖɪh] ‘perih’
4. [rabʊn] [bunar] [lamʊr] [rabʊn] ‘rɲɳun’ 5. [ɖiləŋ] [sero] [sera] [sahup] ‘juling’
4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berafiks
Untuk memudahkan pembahasan berikut ini ditampilkan kalimat yang di dalamnya terdapat kata berafiks.
(1) Ima-n-ne ma-tatu, to krana bontot -in -a.
Tangan-POS AKT-luka, itu sebab balut - APL-PAS
‘Tɲngɲnnyɲ lukɲ, itu seɳɲɳnyɲ diɳɲlut/diperɳɲn’ (2) Iyya n-saput godog.
3TG HAS-selimut tebal
Diɲ ɳerselimut teɳɲl.’
(3) Kicak-in ng-amah be-be ati
Kecil-APL AKT-makan daging-R hati
‘Kurɲngi mɲkɲn (dɲging) hɲti.’ (4) Nyen ng-anget -ang yeh
siapa AKT-hangat-APL air
(34)
Kata [matatu] pada kalimat (1)dibentuk dengan menambahkan prefiks [ma-] pada kata dasar [tatu] sehingga menjadi [matatu] . Pada DSb prefiks [ma-] memiliki dua alomorf, yakni {ma-} dan alomorf yang dilambangkan dengan {m-},
yang dapat direalisasikan dengan berbagai bunyi nasal, sesuai dengan bunyi yang mengikuti. Misalnya pada kata [ -saput] , {M-} diikuti dengan konsonan alveolar
[s] sehingga direalisasikan dengan retrofleks nasal alveolar [ ] . Lambang {m-} dipilih untuk alomorf ini karena distribusinya paling luas dapat diikuti oleh konsonan bilabial [p, b] , [l] dan semua jenis vokal.
Contoh lain
No. makna DBD DPdw DSb DSd
1. ‘ɳerpɲrɲm’ [mǝbɔrɛh] [maburɛh] [mbɔrɛh] [mabɔrɛh]
2. ‘terkupɲs’ [mǝpǝlʊʈ] [mapǝlʊʈ] [mpǝlʊʈ] [mapǝlʊʈ] 3. ‘ɳeroɳɲt’ [m(a)ubaɖ] [maubaɖ] [mubaɖ] [maubaɖ] 4. ‘ɳerjɲlɲn’ [mǝjala ] [majala ] [ jala ] [majala ]
5. ‘mɲkɲn’ [mǝɖaar] [ŋamah] [ ɖahar] [maɖaar]
6. ‘ɳergendong’ [mǝga ɖɔŋ] [maga ɖɔŋ] [ŋga ɖɔŋ] [maga ɖɔŋ] 7. ‘telɲnjɲng’ [mǝlalʊŋ] [mǝlaluŋ] [mlaluŋ] [mǝlalʊŋ]
Kata [bɔ ʈɔi a] dibentuk dari kata dasar [bɔ ʈɔʈ] ‘ɳɲlut’ yɲng dilekɲti sufiks [–in] sehingga menjadi [bɔ ʈɔʈi ] setelah itu dilekati sufiks [–a] sehingga menjadi
[bɔ ʈɔʈi a]. Untuk lebih jelasnya tahap pembentukan kedua kata itu dapat dirumuskan sebagai berikut
tatu + ma- > matatu ‘luka’
bontot + -in > bontotin + -a > bontotina ‘diɳɲlut
(nya)
Hierarki gramatikal kedua kata tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
matatu bontotina
bontotin
(35)
ma- tatu
bontot -in -a
Kata [məwaba ] ‘menguɲp’ diɳentuk dɲri ɳentuk dɲsɲr uab ditambah konfiks ma-/-a menjadi [mauaba ] yang mengalami proses morfofonik menjadi
[məwaba ] dan [muwaba ]. Tahapan prosesnya sebagai berikut. Varian [məwaba ]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwaba ]
Pelemahan vokal pada pilahan awal konfiks
: [məuwaba ]
Segmentalisasi luncuran [məuwaba ] pemotongan vokal
(vowel truncation)
: [məwaba ] Varian [muwaba ]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwaba ] Pelemahan vokal pada
pilah awal konfiks
: [məuwaba] Segmentalisasi luncuran : [məuwaba ] Pelesapan vokal pada
pilah awal konfiks
: [muwaba ]
Kata [ŋaŋəʈaŋ] dibentuk dari dasar [aŋəʈ] ditambah sufiks pemarkah kausatif [–aŋ] menjadi [aŋəʈaŋ] , selanjutnya ditambah sufiks pemarkah pasif [ŋ-] ,
maka menjadi [ŋaŋəʈaŋ] . Sufiks [ŋ-] memiliki dua varian, yakni [–aŋ] dan [–a ]. Kata ŋələkadaŋ] ‘melɲhirkɲn’ diɳentuk dɲri kɲtɲ dɲsɲr lekad ditambah sufiks pemarkah Kausatif–aŋ. menjadi [ləkadaŋ], pada tahap berikutnya ditambah dengan prefiks pemarkah aktif [ŋ-] sehingga menjadi [ŋələkadaŋ].
Sufiks {–aŋ} memiliki dua buah varian, yakni {–a } yang terdapat pada DSd dan { –aŋ} semua DP lainnya. Dengan demikian, selain bentuk [aŋəʈaŋ] ,dan
(36)
[ləkadaŋ], ditemukan juga [aŋəʈa ] dan [ləkada ] ; selain [ ŋaŋəʈaŋ] dan
[ŋələkada ] dan Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh lain
1. Glosa DBD DPdw DSd DSb
1. ‘meludɲhkɲn’ [ŋəcʊhaŋ] [ŋəcʊhaŋ] [ŋəcʊha ] [ŋəcʊhaŋ] 2. ‘keguguran’ [krurɔ ]
[ŋəlabʊhaŋ]
[ŋəlabʊhaŋ] [ŋəlabʊha ] [ŋəlabʊhaŋ]
3. ‘memɳɲlikkɲn’ [maɖɪŋaŋ] [maɖɪŋaŋ] [maɖɪŋa ] [maɖɪŋaŋ]
4. ‘dikompreskɲn’ [kɔmprɛsaŋa] [kɔmprɛsaŋa] [kɔmprɛsa a] [kɔmprɛsaŋa]
5. ‘diɳerdirikɲn’ [jujʊkaŋa] [jujʊkaŋa] [ujʊka a] [jujʊkaŋa] 6. ‘didudukkɲn’ [ʈəgakaŋa] [ʈəgakaŋa] [ʈəgaka a] [ʈəgakaŋa]
ǝɔʊɛɖʈŋɔ ɪ
Kata [məwaba ] ‘menguɲp’ diɳentuk dɲri ɳentuk dɲsɲr [uwab] ditambah konfiks [ma-/-a ] menjadi [mauwaba ] yang mengalami proses morfofonik menjadi [məwaba ] dan [muwaba ]. Tahapan prosesnya sebagai berikut.
Varian [məwaba ]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwaba ] Pelemahan vokal pada
pilahan awal konfiks
: [məuwaba ] Segmentalisasi luncuran [məuwaba ] pemotongan vokal
(vowel truncation)
: [məwaba ] Varian [muwaban]
Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an} > [mauwaba ] Pelemahan vokal pada
pilah awal konfiks
: [məuwaba ] Segmentalisasi luncuran : [məuwaba ] Pelesapan vokal pada : [muwaba ]
(37)
pilah awal konfiks
ǝɔʊɛɖʈŋɔ ɪ
Jadi pada DSd terdapat kehomoniman sufiks -a , yakni {-a } hanya yang hanya merupakan alomorf {-aŋ} dan {-a } sebagai pemarkah komparatif seperti pada kosakata berikut ini.
Ia suba seger-an jani.
2TG sudah sehat-KOMP sekarang
‘Diɲ sudɲh leɳih sehɲt sekɲrɲng.’
Panak-me-ne kicak-an anyang panak-ku-ne
anak-2TGPOS-DEF kecil-KOMP dengan anak-1TGPOS-DEF
‘Anɲkmu leɳih kecil dɲripɲdɲ ɲnɲkku.’ 4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berklitik
Kosakata DBA dalam layanan kesehatan masyarakat dengan bentuk kata atau frasa berklitik dapat dibedakan atas kosakata dengan klitik pemarkah posesif dan klitik pemarkah definit. Hal itu dapat dilihat dengan lebih jelas pada uraian berikut ini.
1)Kata dengan Klitik Pemarkah Posesif.
Dalam dialek-dialek DBA pada umumnya hanya ditemukan klitik pemarkah posesif O3, yakni [– e], sedangkan dalam DPdw ditemukan, baik klitik pemarkah posesif O1, O2, maupun O3, masing-masing [–ku] , [-me], dan
[-e], psds DSb ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1.
Kata [ima- - e] pada kalimat (1) dibentuk dengan menambahkan klitik pemarkah posesif O3 [– e] pada kata dasar. Selain klitik pemarkah posesif O3
ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1 dan O2 seperti terlihat pada contoh
berikut ini.
(5) Ba kento panak-ane ento ngara gaenanga banten terus mati.
sudah begitu anak-POS itu tidak dibuatkan sajen terus meninggal
(38)
‘Lɲlu ɲnɲknyɲ itu tidɲk diɳuɲtkɲn sɲjen terus meninggɲl.’ (6) Cunguh-me-ne barak.
hidung 2Sg (POS)-DEF merɲh’ ‘Hidungmu merɲh’
.
(7) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh
tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak
‘Tɲngɲn Iɳu sɲyɲ ɳengkɲk.’
Kata [pa aka e] ‘ɲnɲknyɲ’ pɲdɲ kɲlimɲt (2) diɳentuk dɲri kɲtɲ dɲsɲr [pa ak] ‘ɲnɲk’ dilekɲti klitik pemɲrkɲh posesif O2 tunggal sehingga menjadi [pa aka e]. Kata [cuŋuhme e] ‘hidungmu’ pɲdɲ kɲlimɲt (3) diɳentuk dɲri kɲtɲ dasar [cuŋuh] dilekati klitik pemarkah posesif O2 tunggal [–me] sehingga menjadi [cuŋuhme], kemudian dilekati klitik pemarkah definit –e sehingga terbentuk kata
[cuŋuhme ] e. Jadi ada dua klitik pada kata ini, yakni klitik pemarkah posesif O2
tunggal [–me] dan klitik pemarkah definit [–e]. Hierarki gramatikal kata-kata tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini.
[ pa aka e ] [cuŋuhme e]
[ cuŋuhme]
[pa ak] [- e]
[cuŋuh] [-me] [- e]
Klitik pemarkah posesif yang ditemukan pada semua DP hanyalah pemarkah posesif O3, sedangkan klitik pemarkah posesif O1 dan O2 hanya ditemukan pada
dialek Pedawa. Contoh lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
No. Glosa DBD Pdw Sb Sd
1. ‘ɲyɲhnyɲ’ [bapa e [bapa e] [bapa a e] [bapa e]
(39)
3. ‘ɲyɲhmu’ - [bapame e] - -
4. ‘ɳɲjunyɲ’ bajʊ e [baju e] [baju a e] [bajʊ e]
5. ‘ɳɲjuku’ - [bajuŋku e] - -
6. ‘ɳɲjumu’ - [bajume e] - -
Dari data di atas dapat dilihat, selain karena ada dan tidaknya klitik, kebervariasian juga terjadi karena variasi morfofonemik di antara kata [bapa e], [bapa e], dan [bapa a e] ‘ɲyɲhnyɲ’. Pada varian [bapa e] hanya terjadi proses morfologis klitisasi, yakni penambahan klitik pemarkah posesif {-ne} pada kata bapa; pada varian [bapa e], terjadi proses morfologis klitisasi disertai penambahan konsonan [ ], yang berfungsi sebagai ligatur, di antara kata dasar dan klitik; pada [bapanane] , terjadi proses morfologis, penambahan ligatur [ ] ,
dan penambahan vokal pelancaran ucapan [a] di antara ligatur [ ] dan klitik {– e}. Proses serupa terjadi pada variasi kata baju e, baju e, baju a e.
Klitik [–ku] pada kata [imɛŋku] dalam kalimat (7) merupakan pemarkah posesif O2. Contoh lain
No. Glosa DPdw DSd DSb
1. ‘cucuku’ [cucuŋku e] [cucu oke e] [cucu kaka e] 2. ‘ayahku’ [bapaŋku] [bapa oke e] [bapa uke e] 3. ‘ibuku’ [imɛŋku] [mɛmɛ oke e] [mɛmɛ oke e] 4.
5. 6.
‘mataku’ ‘perutku’ ‘rumahku’
[maʈaŋkune] [basaŋku] [umahkune]
[mata oke e] [basaŋuke e] [umah oke e]
[mata oke e] [basang uke e] [umah kaka e
Dari contoh di atas dapat dilihat ligature [- -] ,yang dalam BBU dan DP lain direalisasikan dengan konsonan nasal alveolar [ ], sementara pada DPdw direalisasikan dengan [ŋ]. Perbedaan ini terjadi karena [- -] diikuti konsonan dorsovelar. Dengan kata lain terjadi asimilasi prsial regresif–n-sebagai akibat asimilasi da
(1) Getih-e ane ng-sambung idup-ne. diikuti darah-DEF yang AKT-sambung hidup-POS
(40)
‘Dɲrɲh yɲng menyɲmɳung hidupnyɲ.’ (2) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh.
tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak
‘Tɲngɲn Iɳu sɲyɲ ɳengkɲk.’
Klitik –ne pada kalimat (2) dan kalimat (3) di atas merupakan pemarkah definit. Pada kalimat (2) klitik – e merupakan pemarkah definit pada tataran frasa, yakni memarkahi frasa ima imɛŋku‘tɲngɲn iɳuku’, sedɲngkɲn – e pada kalimat (3) merupakah pemarkah definit pada tataran kata, yakni memarkahi kata
cuŋuhme‘hidungmu’
4.2.1.3 Kosakata dalam Bentuk Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang dihasilkan dengan melakukan proses perulangan atau reduplikasi terhadap bentuk dasar , baik secara keseluruhan maupun sebagian. Kosakata dalam DBA pada ranah layanan kesehatan masyarakat, ditemukan cukup bervariasi, seperti terlihat pada kalimat-kalimat berikut ini.
(1) Ara dadi alu ngamah mi sai-sai
tidak boleh dulu makan mi sering-R
‘Belum ɳoleh dulu sering-sering mɲkɲn mi.’ (2) Ara baanga ngamah kacang-kacangan. tidak beri-PAS makan kacang-R-an
‘Tidɲk diɳeri mɲkɲn kɲcɲng-kɲcɲngɲn.’ (3) Ke-kolongan-ne sakit. Rpar-kerongkongan-POS sakit ‘Kerongkongɲnnyɲ sɲkit.’
(4) Batis-a-ne sakit kebet-kebet.
Kaki-PU-POS sakit senut-R
‘Kɲkinyɲ sɲkit se nut-senut.’
Kata sai-sai‘sering-sering’ diɳentuk dɲri kɲtɲ sai ‘sering’ ditambah morfem {R}
Dasar sai
(41)
Kata sai-sai tergolong kata ulang murni atau dwilingga. Proses perulangan ini menyatakan makna ’iteratif’.
Contoh lain
kǝbǝt-kǝbǝt’senut-senut’
aŋsǝg-aŋsǝg’terengɲh-engɲh’
kliyǝs-kliyǝs’terɲsɲ seɳentɲr-seɳentɲr mules’
Kata kacaŋ-kacaŋan’ɲnekɲ kɲcɲng’ dibentuk degan proses sebagai berikut.
Dasar kacaŋ
Penambahan morfem {R-} kacaŋ-kacaŋ
Penambahan sufiks {-a } kacaŋ-kacaŋa
Sesuai tahapan prosesnya, kata kacaŋ-kacaŋa tergolong kata ulang berimbuhan dalam hal ini kata ulang bersufiks. Proses penambahan morfem R, yang
dilanjutkan dengan penambahan sufiks –a , menghadirkan makna ’ bermacam-oacam’.
Contoh lain
do -do a ’sɲyur-sɲyurɲn’
sayur-sayura
be-bea ’dɲging-dɲgingɲn’
Kɲtɲ kekolongɲn ’kerongkongɲn’ diɳentuk dengɲn proses seɳɲgɲi ɳerikut.
Dasar kolɔŋa
Penambahan morfem {Rpar-} kokolɔŋan
Pelemahan vokal pada #K__ kəkolɔŋan Contoh lain
pəparu‘pɲru-pɲru’
pəpiʈu‘tujuh’ papɛlɛŋan‘pelipis’
Proses perulangan ini tidak menghadirkan makna tertentu, tetapi memiliki fungsi meningkatkan keformalan.
(42)
No. Glosa DBD DPdw DSd DSb 1. kerongkongan [kolɔŋa ] [kəkolɔŋa ] [kəkolɔŋa ] [bahʊŋ] 2. ‘pɲru-pɲru’ [paru paru] [paparu] [paru paru] [paru paru] 3. ‘terengɲh-engɲh’ [aŋsǝg aŋsǝg] [gərɛɁ] /[dəkah
gərɛɁ]
[aŋsǝg aŋsǝg] [aŋsǝg aŋsǝg]
4. ‘senut-senut’ [kəbəʈ-kəbəʈ] [kəbəʈ]/[ŋəbəʈbəʈ] [kəbəʈ kəbəʈ] [kəbəʈkəbət] 5. ‘kemɲsukɲn
ɳendɲ kecil’ [subsʊba ] [subsuba ] [subsʊba ] [sɪŋsɪŋa ] 6. ‘mulɲs’ [kliyas kliyǝs] [kliyəs] [kliyǝs kliyǝs] [kliyǝs kli ǝs]
4.2.1.4 Kosakata dalam Bentuk Kata Majemuk
Dalam DBA cukup banyak ditemukan kosakata dalam bentuk kata majemuk, tetapi tidak menampakkan adanya variasi secara gramatikal. Kalaupun ada variasi antar-DP lebih bersifat leksikal. Berikut dapat dilihat contoh kosakata dalam bentuk katamajemuk
No. Glosa DBD DPdw D Sd DSb
1. air ketuban [yɛh ɔm] [yɛh
kəʈuba ] / [yɛh ɔm]
[yɛh ɔm] [yɛh ɔm]
2. air susu [yɛh o o] [yɛh o o] [yɛh o o] [yɛh o o] 3. anak tekak [ca ʈɪk
kəkɔlɔŋa ]
[ka cɪl kolɔŋa ]
[ʈa ǝŋ] [baʈʊ kuluŋa ]
4. betis [bəʈəkan
baʈɪs]
[bəʈəɁan baɪs]
[ɔɔɖ] [bəʈəka baʈɪs]
5. dada [ʈaŋkah] [ʈaŋkah] [ʈaŋkah] [ʈaŋkah]
6. gendang
telinga
- - - [kənɖaŋ kupɪŋ]
7. gigi paling belakang
[paŋgal
pəŋiɉəŋ] [paŋgal pəŋiɉəŋ] [paŋgal pəŋiɉəŋ] [paŋgal pəŋiɉəŋ]
8. ibu jari [i a limə] [ime ima] [ina lima] [lima meme] / [ʈuɉʊh] /[kacɪŋ]
9. lepas tali pusat
[kəpʊs puŋsəɖ]
[kəʈʊs
(43)
4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Frasa
Kosa kata dalam bentuk frasa banyak ditemukan dalam DBA. Kebervariasian pada tataran frasa juga cenderung diakibatkan oleh proses fonologis. Kebervariasian secara gramatikal sangat terbatas pada frasa dengan pewatas numeralia.
Contoh
No. Glosa DBD DPdw D Sd DSb
1. kami (berdua) [caŋ ɉaʔ ɖuw
a] [aku ayaŋku ɖaɖwa]
[caŋ ɉaʔ ɖuwa]
[oke ɉak ɖuwa]
2. kami (bertiga) [caŋ ɉaʔ ʈǝlu] [aku ayaŋku
ʈəlu]
[caŋ ɉaʔ ʈǝlu]
[oke ɉak ʈəlu]
Dari contoh di atas dapat dilihat DPdw memiliki kekhasan struktur frasa.
Pɲdɲ DBD, DSd, dɲn DSɳ struktur frɲsɲ untuk glosɲ ‘kɲmi ɳerduɲ’ dɲn ‘kɲmi ɳertigɲ’ ɲdɲlɲh seɳɲgɲi ɳerikut.
Pronomina + Preposisi + Numeralia
caŋ jak ɖuwa
oke ɉak ɖuwa
caŋ jak ʈəlu
oke ɉak ʈəlu
sementara pada DPdw, strukturnya sebagai berikut.
Pronomina + Preposisi + Pronomina + Numeralia
aku ayaŋ ku ɖaɖwa
aku ayaŋ ku ʈəlu
Jadi ada repetisi pronomina di sini sehingga terbentuk konstruksi berpronomina ganda, [aku ayaŋku ɖaɖw
a]. Dalam DBD ditemukan juga konstruksi [ɉaʔ caŋ ɖuw
a] atau [ɖaɖw
a], tetapi tidak didahului oleh pronomina, kecuali pronomina yang diawal berfungsi sebagai subjek. Jadi strukturnya hanya
(44)
Preposisi + Pronomina + Numeralia
ajak caŋ (ɖa)ɖwa
Kosakata dalam bentuk frasa, yang kebervariasiannya hanya leksikal dan/atau fonologis dapat dilihat pada contoh berikut.
No. Glosa DPdw DSd DSb
1. ‘cucuku’ [cucuŋku e] [cucu oke e] [cucu kaka e]
2. ‘ɲyɲhku’ [bapaŋku] [bapa oke e] [bapa uke e]
3. ‘iɳuku’ [imɛŋku] [meme oke e] [meme oke e]
4. ‘mɲtɲku’
‘perutku’
[maʈaŋku e] [basaŋku]
[mata oke e] [basaŋ uke e]
[mata oke e] [basaŋ uke e]
5. ‘tertusuk duri, [bəlbəla /ʈəbək dui]
[ʈusʊk ɖuʷi] [ʈəbək ɖuhi]
6. ‘sɲkit punggung’ [sakɪʈ ʈu ɖʊŋ] [ akiʈaŋ ʈu ɖʊ] [sakɪt pu ɖʊk]
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal berikut ini.
1. DBA bervariasi secara fonologis, baik dibandingkan dengan DBA maupun di antara DP yang satu dengan yang lainnya. Variasi fonologis dapat dibedakan atas variasi teratur dan variasi sporadis..
2. Secara gramatikal DBA tidak terlalu berbeda dengan DBA. Perbedaannya lebih diakibatkan oleh pengaruh fonologis yang tampak pada proses morfofonemis.
3. Pengelompokan variasi secara fonologis, khususnya variasi teratur, yang menonjol adalah (1) realisasi fonem /a/ pada posisi akhir yang
(45)
memiliki dua varian, yakni [ ] pada DNP dan[a] pada semua DP lainnya; (2) distribusi fonem /h/ dalam kapasitasnya sebagai onset di tengah kata, yang pada DPdw dan DSd tidak wujud , dan pada sejumlah DP lainnya wujud. Pengelompokan secara gramatikal (1) pada tataran morfologis dapat diklasifikasi atas kata dengan klitik pemarkah posesif O3 dapat dipilah atas klisasi semata (pipine) pada DSd, klitisasi yang disertai penambahan ligatur [n] (pipinne) pada DPdw dan DST, dan klitisasi yang disertai ligatur [n] dan pelancar ucapan [a] (pipinnane) pada DSb dan (2) pada tataran sintaksis dalam hal ini frasa dapat diklsifikasi atas konstruksi frasa pronominal dengan satu pronomina dan frasa pronominal dengan pronomina ganda.
(1)
[bulʊn butʊh] ‘laki-laki’ _____S______
15. bulu ketek [bulʊn sipah]
_____S______
16. bulu mata [bulʊn mata]
_____S______
17. bulu kuduk [bulʊn kalʊŋ]/[bulʊn baɔŋ] S ___________ 18. bulu hidung [bulʊn cuŋʊh]
_____S______
19. cambang [kales]
_____S______
20. dada [taŋkah]
_____S______
21. dagu [jagʊt]
_____S______
22. dahi [gidat]
_____S______
23. darah [gətih]
_____S______
24. dubur [bɔl]
_____S______
25. empedu [ɲali]
_____S______ 26. gendang telinga [-]
27. geraham [paŋgal]
_____S_______
28. gigi seri [gigi]
_____S_______
29. gigi yang bertumpuk tumbuhnya [giŋsʊl] S _____________ 30. gigi yang menonjol keluar [giŋsʊl] S _____________ 31. gigi paling belakang [paŋgal pəŋijəŋ] S _____________
32. gusi [isɪt] S _____________
33. hati [ati] S _____________
34. hidung [cuŋʊh] S _____________
35. ibu jari [imen ima] SB ____________
36. janggut [jeŋgɔt] S _____________
37. jari [jərijɪn ima] BS ____________
38. jantung [pəpusuwan] S _____________
39. jari kelingking [kacɪŋ] S _____________
40. jari manis [lɛɁ] S _____________
(2)
42. kelingking [kacɪŋ] S _____________
43. kaki [batɪs] S _____________
44. kantung kemih [kəmbʊŋan] B _____________ 45. kemaluan laki-laki [cəlak] S _____________
46. kemaluan wanita [təli] S _____________
47. kepala [təras] S _____________
48. kepala botak [baŋlah] B _____________
49. keringat [pəlʊh] S _____________
50. kerongkongan [kəkolɔŋan] S _____________
51. ketiak [sipah] S _____________
52. kuku [kuku] S _____________
53. kulit [kulɪt] S _____________
54. kumis [kumɪs] S _____________
55. langit-langit [laŋɪt laŋɪt] S _____________
56. leher [baɔŋ] S _____________
57. lemak [mulʊk] S _____________
58. lengan [ləŋən] S _____________
59. lepas tali pusat [kətʊs puŋsəd] S _____________
60. lidah [layah] S _____________
61. limpa [limpa] S _____________
62. lipatan kaki [tagəlaŋ batɪs] B _____________
63. lutut [əntʊd] S _____________
64. mata buta [mata buta] S _____________
65. mata juling [sero] S _____________
66. mata kaki [matan batɪs]/[matan baɪs]S ____________
67. mulut [buŋʊt] S _____________
68. mayat [baŋke] S _____________
69. ompong [pawah] S _____________
70. otak [polo] S _____________
71. paha [paa] S _____________
72. pantat [jəlɪt] B/S ___________
73. paru-paru [pəparu] S _____________
74. pelipis [peleŋan] S _____________
75. pelupuk mata [bibɪh mata] S _____________
76. pergelangan kaki [pəŋəlaŋan batɪs] S _____________ 77. pergelangan tangan [pəgəlaŋan ima] BS ____________
78. perut [basaŋ] S _____________
79. pinggang [baŋkyaŋ] S _____________
80. pinggul [bokɔŋan] S _____________
81. pipi [pipi] S _____________
(3)
83. punggung [tundʊn] S _____________
84. pusar [puŋsəd] S _____________
85. rahang [cadɪk] S _____________
86. rambut [bɔk] S _____________
87. rambut kriting [bɔk kritɪŋ] S _____________ 88. rambut lurus [bɔk sosɔh] S _____________
89. rambut ombak [bɔk iŋgəl] S _____________
90. rambut uban [uban] S _____________
91. ruas jari [-]
92. rusuk [tulaŋ usʊk] S _____________
93. sembelit [pəsu bɔl] B _____________
94. siku [siku] S _____________
95. telunjuk [tujʊh] S _____________
96. tahi [tai] S _____________
97. tahi keras [tai katɔs] S _____________
98. tahi lalat [andəŋan] S _____________
99. tahi mata [andəŋan mata] S _____________
100. tahi telinga [andəŋan kupɪŋ] S _____________
101. tangan [ima] S _____________
102. telapak kaki [tlapaɁan batɪs] S _____________ 103. telapak tangan [tlapaɁan ima] S _____________
104. telinga [kupɪŋ] S _____________
105. tembuni [-]
106. tengkuk (kuduk) [kalʊŋ] S _____________
107. tubuh [ukudan] S _____________
108. tulang kering [-] S
109. tulang punggung [-] S
110. tumit [togɔk] B _____________
111. tungkai [-]
112. ubun-ubun [pəmabaan] S _____________
113. urat [wat] S _____________
(4)
Lampiran 4
(5)
(6)
Aduh... kal ngidih tulung dong, anak imenku nyakit, tulungin malu ya!