HUBUNGAN ANTARA POLA PENDIDIKAN SEKSUAL DENGAN PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA.

0

HUBUNGAN ANTARA POLA PENDIDIKAN SEKSUAL
DENGAN PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat
Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

SABEKTI INDRA SUMA
NIM F 100 040 135

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling
peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual
remaja. Hai ini dapat terjadi karena remaja dalam perkembangannya cenderung
memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya hormon
seksual dan organ-organ reproduksi. Keadaan ini menyebabkan rentannya perilaku
remaja yang mengarah kepada terpuaskannya dorongan seksual. Remaja yang dapat
mengendalikan akan terhindar dari prilaku seksual yang menyimpang. Sebaliknya,
para remaja tidak dapat mengendalikannya, remaja akan terjerumus ke dalam
penyimpangan seksual, misalnya pemerkosaan, pornografi, dan hubungan bebas.
Dijelaskan oleh Kauffman (Yudhim, 2008) bahwa perilaku menyimpang
juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak
dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih
dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara
seseorang dengan lingkungan sosialnya.
Perilaku menyimpang di lingkungan sosial dalam batas-batas tertentu
dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological

Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin
menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh
perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut
terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
1

2

disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal
atau jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat
(Wangmuba, 2008).
Perilaku yang disengaja dan meninggalkan keresahan pada masyarakat
banyak ditemukan kasus penyimpangan seksual di kalangan remaja di DIY. Kasuskasus itu diantaranya adalah kumpul kebo, pelacuran terselubung, ciblek, inses,
fenomena salon plus dan kasus pornografi lainnya. Kepala pusat studi wanita UGM ,
Dr.Siti Hariti dalam perbincangannya dengan eltira FM mengatakan dari hasil
penelitian PSW UGM terungkap, lokasi yang sering digunakan untuk penyimpangan
seksual remaja Yogyakarta adalah Alun-alun selatan, seputar Stadion Maguwoharjo,
tempat kost dan hotel melati. Menurut Siti, temuan ini cukup memprihatinkan. Siti
mencontohkan ada semacam kebanggan bagi remaja untuk memamerkan bagian
tubuh yang sensitif dan rahasia kepada teman-temannya. PSW UGM juga

menemukan fakta masih banyak remaja yang minim pengetahuan kesehatan
reproduksinya (Hariti, 2007).
Bukti semakin banyaknya remaja yang melakukan pergaulan bebas
dilakukan oleh Nugroho (2006), dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa remaja saat sekarang ini semakin berani dalam berpacaran. Ada 85 % remaja
telah melakukan perilaku seksual seperti: ciuman, berpegangan tangan, bersentuhan,
berpelukan, bahkan sampai berhubungan badan.
Penelitian lain tentang perilaku seks muda-mudi modern semakin bebas dan
permisif. Riset Majalah Gatra memperlihatkan bahwa 22 % muda-mudi
menganggap wajar cium bibir, dan 1,3 % menganggap wajar hubungan senggama.
Angka ini memang relatif kecil, tetapi penelitian-penelitian lain menunjukkan angka

3

yang lebih tinggi. Sebagai contoh, 10 % dari 600 pelajar SMU yang disurvey di
Jawa Tengah mengaku sudah pernah melakukan hubungan intim (Alatas, 2008).
Akibat perilaku seks bebas yang dilakukan oleh muda-mudi sangat
memprihatinkan, seperti terjadinya pengguguran kandungan dengan berbagai
risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau terjangkitnya penyakit menular
seksual, termasuk HIV yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di

Indonesia (Alatas, 2008)
Mengingat bahaya akibat pergaulan bebas, maka orang tua perlu
mengeterapkan pola pendidikan dalam keluarga. Khususnya dalam penyimpangan
seksual, orang tua perlu memberikan bimbingan dan pengarahan tentang seks.
Pendidikan seksual bagi remaja dalam arti pengetahuan kesehatan reproduksi dan
persoalan seksualitas merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah. Peran
orang tua dalam menerapkan pola pendidikan seksual yang benar memungkinkan
remaja tidak melakukan pergaulan bebas seksual (Avie, 2006).
Dijelaskan oleh Ehrenberg dan Ehrenberg (Sita, 1998) bahwa ada empat pola
yang digunakan orang tua dalam menyampaikan masalah seksual kepada anak, yaitu
(1) sex repressive, yaitu orang tua memberi penjelasan secara paksa kepada anakanak tentang seks, (2) sex avoidant merupakan pola pendidikan orang tua tentang
seks lebih toleransi dengan memberikan pengertian secara intelektual, (3) sex
obsessive mempunyai pengertian bahwa orang tua menganggap seks sebagai sesuatu
yang menyehatkan dan benar tapi sikap mereka terhadap seks sangat liberal, dan (4)
sex expressive yaitu pendidikan seks dengan cara orang tua mengintegrasikan seks
ke dalam kehidupan keluarga secara seimbang.

4

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut tentang perilaku seksual remaja

yang cenderung negatif dan menimbulkan keresahan orang tua dan masyarakat. Di
sisi lain, orang tua tabu membicarakan seks pada anak sehingga pendidikan tentang
seks kepada anak terkesan tertutup. Pendidikan seks dipandang perlu untuk
menjembatani rasa ingin tahu remaja tentang kematangan seksual mereka dengan
informasi dan pengetahuan yang benar sehingga tidak mengarah pada terciptanya
prilaku penyimpangan seksual.
Searah dengan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini diajukan
permasalahan yaitu apakah ada hubungan antara pola pendidikan seksual dengan
pergaulan bebas pada remaja. Atas dasar permasalahan tersebut, maka dalam
penelitian ini dipilih judul: Hubungan Antara Pola Pendidikan Seksual dengan
Pergaulan Bebas Pada Remaja.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan ini dimaksudkan untuk mengetahui:
1. Hubungan antara pola pendidikan seksual dengan pergaulan bebas pada remaja.
2. Tingkat pola pendidikan seksual.
3. Tingkat pergaulan bebas pada remaja.

C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat teoritis
Dapat menjadi acuan pengembangan studi tentang psikologi sosial dan
pendidikan dalam kontak hubungan antara pola pendidikan seksual dengan
pergaulan bebas pada remaja.

5

2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan dapat mengetahui pendidikan seks dengan
sebenarnya sehingga tidak ingin untuk mencoba-coba tentang perilaku seks yang
dapat merugikan diri sendiri dan tidak melakukan pergaulan bebas.
b. Bagi orang tua
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada
orang tua tentang kehidupan remaja dalam kaitannya dengan pola pendidikan
seksual dengan penyimpangan perilaku seksual pada remaja.
c. Bagi guru
Dapat dijadikan informasi tentang hubungan antara pola pendidikan seksual
dengan pergaulan bebas pada remaja sehingga guru dapat membantu orang tua
untuk memberikan pengawasan dan pendidikan dalam seks.

d. Bagi lembaga pendidikan (Sekolah SMP dan SMA)
Bagi lembaga pendidikan untuk SMP dan SMA dapat dijadikan masukan
tentang hubungan antara pola pendidikan seksual dengan pergaulan bebas pada
remaja sehingga diharapkan lembaga dapat memberikan kebijakan-kebijakan yang
dapat membuat siswa tidak melakukan pergaulan bebas.
e. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan
perbandingan

dan

menambah

wacana

pemikiran

untuk

mengembangkan,


memperdalam, dan memperkaya khasanah teoritis mengenai keterkaitan pola
pendidikan seksual dengan penyimpangan perilaku seksual pada remaja.

6

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, M. 2008. Pendidikan Remaja dalam Keluarga. Http:/www.geogle.com.id.
psikologikeluarga/Diakses Tanggal 23 Januari. 2009 Pukul 19.35.
Avie, P. 2006. PENDIDIKAN SEKS UNTUK REMAJA ATAU ANCAMAN
PENYIMPANGAN PRILAKU SEKSUAL? 31 Oktober, 2006.
Gunarsa, Singgih D. 2001. Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Harsiti, H. Artikel. 2008. Banyak Penyimpangan Seksual Remaja Di Yogyakarta. 24
November 2008 - 10:23:12
Nugroho. 2006. Pendidikan Bagi Remaja. Artikel. Http:/www.geogle.com.id.
psikologikeluarga/Diakses Tanggal 23 Januari. 2006 Pukul 19.40.
Said, E.M.H.M. 2006. Penyimpangan Sosial: Apa Tugas Orang Tua di Hadapan
Anak-anaknya? Artikel. http://www.google.psikologiremaja com.id. 09-042006. Pukul 13.14.

Sita, H. 1998. Pola Komunikasi Pendidikan Seks Bagi Remaja. Anima, Indonesia.
Vo. 19, N0. 3, Hal. 271-285.
Wangmuba. 2008. Kenakalan remaja dan faktor yang mempengaruhinya. Artikel.
http://www.google.psikologiremaja com.id. 04-05-2008. Pukul 23.10.
Yudhim.

2008. Penyimpangan Perilaku Seks pada remaja. Artikel.
http://www.google.psikologiremaja com.id. 09-04-2008. Pukul 10.15.

7

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK MURNI 2 Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan Dengan Sikap Dan Perilaku Seks Bebas Remaja Di SMK Murni 2 Surakarta.

0 3 16

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan Dengan Sikap Dan Perilaku Seks Bebas Remaja Di SMK Murni 2 Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 4 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 14 16

HUBUNGAN TERPAAN SINETRON REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJA DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Sinetron Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya).

1 3 79

HUBUNGAN ANTARA PERGAULAN BEBAS DAN PSIK

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI

0 0 17

ORANG MUDA KATOLIK: ANTARA MORALITAS SEKSUAL DAN TREND PERGAULAN BEBAS

0 0 9

HUBUNGAN TERPAAN SINETRON REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJA DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Sinetron Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya)

0 3 18