Karut-Marut Pemilu 2009.

(halaman)O~

~O@
o Senin o SeJasa
123
17
OJan

4

18

20

21

OMar

.Apr

19

OPeb

5

msibun

Jabar

6

10

. Rabuo Kamis
7

8
23

22


9

0 Jumat o Sabtu
11

24

25

12
26

13
27

28

o Jun () Jul ....-....-............---..--...........--.--0 Ags o Sep 0 Okt

OMei


arut-marut Pemilu 2009
-

- .--

.

_ __ _2.':'~~__

;.0

-

.

orasl
GANJAR

ANDRIANSYAH


Mahasiswa Jurnalistlk
Fikom Universitas Padjadjaran

MENDENGAR istilah
karut-marut mungkin kita
juga mengetahui eerita
mengenai Harut dan
Marut yaitu dua orang
t;nalaikat yang diturunkan.
tuhan di negeri babil. Pada
kisah tersebut Harut dan
Marut dihukum oleh
tuhan sampai akhir zaman
di dunia karena perbuatan
dosa mereka. Intinya
Harut dan Marut ialah
malaikat yang diuji oleh
Tuhan dan diberi hawa
nafsu namun tidak

mampu mengendalikannya, sehingga terjadi
kekaeauan dan akhirnya
melakukan perbuatap
dosa.
Istilal1 karut-marut
sendiri berarti sebuah
kekaeauan atau menyimpang dari apa yang telah
ditujukan atau diharapkan. Dan hal itulah yang
kiranya terjadi di negeri
ini, negeri yang sedang
melakukan pemilihan
umum atau istilahnya
pesta demokrasi. Hal yang

--

-

perlu digarisbawahi pada
pemilu legislatif tahun

2009 ini, ialah besarnya
angka golput yang
meneapai 30 hingga 40
persen dari sekitar 170 juta
penduduk Indonesia yang
memriliki hak pilih.
Terlepas dari golput
baik itu golput administratif maupun kar~na
golput ideologi atau juga
karena tidak tahu siapa
yang harl1s mereka pilih.
Hill ini tentu saja sangat
mengkhawatirkan.Saya
ingat kata-kata Deddy
Mizwar saat ia ke Kota
Bandung untuk mengikuti
diskusi publik dengan
topik "Tidak Memilih atau
Memilih Seeara Cerdas" 4
Aprillalu, ia mengatakan

bahwa apabila angka
golput tinggi maka suara
untuk partai-partai baru
atau partai-partai keeil
akan kehilangan
suaranya. Yang artinya
kursi di DPR akan
dirampok oleh partaipartai besar.

Kllplng
-

Humas
----

Unpad

2009

----


Seeara tidak langsung
memang golput rnenguntungkan parta-partai
lama, apakah suatu
kewajaran apabila angka
golput tinggi dan orang
dimana-mana ban yak
yang tidak bisa
menggJ.lnakan hak
pilihnya karena masalah
Daftar Pemilih Tetap
(DPT). Apakah ada suatu
kewajaran di sana?
Apakah kondisi tersebut
memang sengaja diciptakan untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu?
Kita dapat lihat di media
baik eetak maupun
elektronik, banyak orangorang yang tidak
terdaftar memprotes,
memboikot, dan bahkan

mengamuk karen;:t
mereka tidak terdaftar di
TPS-nya masing-masing.
Bukankah ini suatu karutmarut pemilu kita.
Saya contohkan hal
lainnya, banyak temanternan sesama mahasiswa
yang berasal dari daerah
lain yang tidak pulang ke
daerah asalnya untuk
memilih. Sayangnya
mereka tidak bisa
memberikan hak
suaranya di daerah
tempat kuliahnya saat ini.
Bukan karena 'apatis tapi
karena persoalan

terbatasnya surat suara.
Sedangkan formulir AS
yang memungkinkan

orang untuk melakukan
pemilihan di tempat lain,
yang bukan daerah
asalnya sebenarnya tidak
terlalu sulit lintuk diurus.
Namun, formulir AS
tersebut akan sia-sia
apabila di IPS tidpk
tersedia lagi surat suara.
Sangat sayang sekali
apabila jumlah mahasiswa
yang banyak dan potensial tersebut tidak bisa
memberikan. hak pilihnya
di pemilu ini. Karut-marut
lainnya adalah atas dasar
apa kita harus memilih
calon legislatif secara
langstl,ng. Apakah
memang pemilu saat ini
dibuat seperti ini agar

membuat orang bingung,
toh akhirnyakebanyakan
orang mungkin akan
lebih mencontreng
lambang partainya,
dibanding dengan calon
legislatifnya. Dan bahkan
untuk pemilu legislatif ini
kemungkinan besar
banyak orang yang
membuang sia-sia hak
pilihnya karena bingung.
Selain itu soal undangundang politik yang
mensyaratkan untuk
mengajukan calon
presiden, maka partai atau

gabungan partai harus
memiliki 20 persen suara
di DPR atau 25 persen
suara sah nasional.
Bui