Karut Marut Jatinangor.

Pikiran
Rakyat
. o

="~~~I

Selasa

Sen;n

123
17
OJan

4

18

19
OPeb


() Kam;s

:.::>Rabu

5

7

20

22

8
23

o Me;

OMaf

.Jun


9

0 Jumat

10

24

11

25

0

Jul

o Sabtu o M;nggu

12


26
GAgs

--

13

27

OSep

28
OOkl

1429 (!])30 1631
ONov

ODes


- ...

r

,

NI'REAN kendaraan di kawasan
Jatinangor, Kab. Sumedang pagi itu,
sudah terlihat pada ruas jalan barn
satu arab di depan Kantor Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Simpul
kemacetan sedikit terurai selepas pangkalan
DAMRI.
Kendati demikian, ruas jalan di depan
kampus Universitas Padjadjaran (Unpad)
kembali menjadi hambatan bagi kendaraan
yang melalui JIn. Raya Jatinangor menuju
ke arab timur. Betapa tidak, di titik ini hiruk
pikuk mahasiswa yang masuk maupun keluar kampus dari gerbang depan Unpad memang menjadi hal yang Iazim.
Bukan rahasia lagi, kondisi tersebut teIjadi hampir setiap hari sejak di kawasan itu
berdiri kampus-kampus besar seperti Unpad, Unwim, Institut Pemerintahan Dalam

Negeri (IPDN), dan Institut Koperasi Indonesia (Ikopin).
Menurut Kepala Unit Lalu Lintas Kepolisian Sektor Jatinangor, Brigadir Kepala,
Kuswara Putra,jam kemacetan di titik-titik
tersebut memang teIjadi padajam masuk
kuliah sekitar pukul 07.00-08.30 WIB dan
jam pulang kampus Pukul15.0Q-18.00 WIB.
Sejak itu, masyarakat pendatang mulai
dari mahasiswa yang ingin menimba iImu
hingga mereka yang berniat mengadu nasib
berbondong-bondong bermukim di Jatinangor. Akibatnya, wajah Jatinangor berubah
dari masa ke masa, mengikuti perkembangan gaya hidup penduduknya.
Seiring perkembangan tersebut, seperti
daerah lain, Jatinangor menyimpan segudang permasalahan. Tidak hanya kemacetan, masalah penataan kawasan hingga
pranata sosial pun bermunculan.
"Kita bisa melihat bagaimana pemukiman
penduduk
- - Jatinangor sekarang semrawut.

A


Oi Eeberapa titik, perumahan sudah berdesakan hingga akses jalan mengeciI, sampai
selebar tubuh seorang manusia saja. Belum
lagi permasalahan drainase, sampah, hingga
masalah sosial seperti pergaulan bebas di
kalangan mahasiswa perantau yang kos,»
kata Dedep Hambali, mantan Kepala Desa
Sayang periode 2001-2006 di KecJatinangor.
.
Seiring waktu, Jatinangor juga terkesan
tumbuh dengan sendirinya dan tanpa konsep yangjelas. Beberapa tahun lalu, sebuah
plang besar bertuliskan "Selamat Datang di
Kawasan Pendidikan Jatinangor" terbentang di perbatasan Cileunyi,beberapa meter
setelah pertigaan setelah gerbang tol.
Kini, plang tersebut tidak lagi terlihat.
Tanda tanya besar kemudian muncul,
masihkah Jatinangor menjadi kawasan pendidikan? Dengan masih bertahannya kampus-kampus jawabannya seharusnya iya.
Namun kini, dengan berdirinya mal
bioskop, dan supermarket memberi kesan
campur aduk antara kegiatan pendidikan
dan pusat hiburan.

Perkembangan Jatinangor yang seharusnya menjadi pemicu pertumbuhan
perekonomian bagi penduduk aslinya.
Kenyataannya, hampir semuajenis usaha di
kawasan itu justru didominasi oleh pendatang.
Penduduk asHyang masih bertahan dengan usaha rumah kos kini tergeser oleh pendatang yang memiliki modal besar. Pendatang membangun kosan dengan fasilitas
yang lebih diminati para mahasiswa. Belum
lagi menjamurnya mini market, supermarket atau mall dirasakan sebagaijarum yang
terus menggembosi usaha warung keciI miIik penduduk asH.
Semua
yang teIjadi,
kata
. .".permasalahan
. -~

Kliping

Humas

Unpad


2009--

Dedep,
saatini tidak --,
pernab bingga
terseJesa.ikansecara
tuntas. Penyebabnya, tidak t(ernab ada kepastian pihak rn~a
yang bertanggungjawab terhadap penataan kawasan Jatlnangor. Sebagai pencetus,
Pemprov Jawa BaratjeJas
menjadi kunci utama.
Namun di lain pihak, peran
Kab. Sumedang sebagai tuan
rumab yang memperoleh
Pendapatan AsHDaerah
(PAD) dari kawasan ini juga
tidal