PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU “DARI PRESIDEN KE PRESIDEN” KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI.

(1)

“DARI PRESIDEN KE PRESIDEN” KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

KARYA BENNY RACHMADI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

NURFITRIA OKTA PRASETYANI A 310060299

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk sosial sehingga secara naluri terdorong untuk bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan dirinya, mengekspresikan kepentingannya, mengatakan pendapatnya, maupun mempengaruhi orang lain untuk kepentingan sendiri atau kepentingan kelompok. Manusia dapat memenuhi semua itu dengan bahasa. Kepentingan bahasa itu hampir mencakupi segala bidang kehidupan karena segala sesuatu yang dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain, jika telah diungkapkan dengan bahasa.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008: 24). Kita tidak dapat membayangkan apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki bahasa. Oleh karena itu, keinginan untuk selalu mengadakan hubungan dengan orang lain, menyebabkan bahasa tidak dapat terlepas dari masyarakat pengguna bahasa itu sendiri.

Perlu disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian suatu pernyataan yang berlangsung apabila antara penutur


(3)

dan mitra tutur memiliki kesamaan makna tentang suatu pesan yang dikomunikasikan tersebut (Effendy, 2002: 4). Tanpa bahasa proses komunikasi tidak berjalan karena tidak ada alat untuk menyampaikan kesamaan makna. Apabila tidak ada bahasa, maka komunikasi tidak berjalan dengan baik.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling penting dan utama. Dalam pemakainnya, bahasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua jenis bahasa tersebut dapat terjadi pada situasi formal dan nonformal. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari, manusia lebih sering menggunakan situasi tidak formal untuk berkomunikasi, karena sifatnya yang lebih komunikatif.

Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk tulisan beragam jenisnya, antara lain berupa wacana. Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, adapun wujud konkretnya dapat berupa novel, buku, artikel, dan sebagainya (Kridalaksana dalam Sumarlam, 2008: 9). Bahasa tulis tersebut dapat diungkapkan melalui media massa cetak dan elektronik. Salah satu bentuk media cetak adalah surat kabar, yang digunakan untuk menyampaikan informasi tentang berbagai peristiwa atau hal-hal yang terjadi pada saat itu.

Surat kabar saat ini telah menjadi kebutuhan masyarakat. Akibat dari hal itu, masyarakat akan merasa ketinggalan zaman bila tidak


(4)

membaca dalam waktu sehari saja. Hal ini karena mereka merasa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi.

Kemajuan IPTEK di segala bidang saat ini menyebabkan surat kabar menjadi berkembang pesat. Salah satu akibat dari perkembangan pesat ini adalah masyarakat akan begitu mudah untuk mendapatkan surat kabar. Akibat selanjutnya adalah ragam bahasa surat kabar yang mempunyai ciri tersendiri akan mudah ditiru begitu saja oleh masyarakat. Hal ini terjadi bila masyarakat kurang dibekali dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Bentuk-bentuk tulisan surat kabar pada umumnya digolongkan ke dalam tiga kelompok besar: berita (news), opini (views), dan iklan (advertising) (Sumadiria, 2005: 6). Surat kabar menyediakan sebagian halamannya untuk menampung opini atau pendapat (wujud dari fungsi pers sebagai alat kontrol sosial). Opini ini bisa berupa opini umum (public opinion) dan bisa berupa opini redaksi (desk opinion). Wujud tulisan opini umum (public opinion) adalah artikel, kolom, dan surat pembaca, sedangkan wujud tulisan redaksi adalah tajuk rencana, pojok, dan karikatur atau kartun (Sugihastuti, 2003: 19).

Dalam penyampaian opini yang berupa opini redaksi, surat kabar mempunyai cara yang berbeda-beda. Penelitian ini misalnya, meneliti tentang buku berisikan kumpulan kartun opini yang terdapat dalam surat kabar Kontan sehingga menarik untuk diteliti. Surat kabar Kontan


(5)

menampilkan rubrik tersendiri untuk mewakili aspirasinya berkaitan dengan kondisi politik ekonomi yang sedang terjadi di tahun 1998-2009. Penelitian ini hanya memfokuskan penelitian pada data tahun 2009 karena wacana tahun 2009 masih hangat-hangatnya untuk dibahas. Rubrik tersebut tidak secara langsung menyajikan wacana yang berisikan kritik dan komentar, tetapi menggunakan tokoh-tokoh imajinatif yang disebut kartun.

Kartun dalam media cetak Indonesia disajikan sebagai selingan setelah pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel-artikel yang lebih serius. Kartun membawa pembaca ke dalam situasi yang lebih santai. Meskipun pesan-pesan di dalam beberapa kartun sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, pesan-pesan kartun sering lebih mudah dicerna atau dipahami sehubungan dengan sifatnya yang menghibur. Gambar-gambar dan tulisan-tulisan dalam kartun dibuat lucu, menggelitik, dan mengandung sindiran. Sebagai media ekspresi, kartun juga mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan merenungkan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya. Tambahan pula kritikan-kritikan yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan. Kartun juga digunakan sebagai media pada kritik politik.

Politik biasanya menjadi topik yang hangat dari setiap hasil karya pekartun di Indonesia mulai dari zaman revolusi hingga saat ini. Setelah memasuki masa reformasi, tema politik tidak lagi menjadi satu-satunya isu hangat yang ditampilkan. Isu ekonomi, pendidikan, sosial, hingga


(6)

kemiskinan juga menjadi pilihan. Politik yang disajikan dengan kartun lebih bersifat halus karena sifatnya sebagai sindiran halus.

Kartun politik tidak bisa lepas dari bahasa, karena tanpa bahasa komunikasi tidak dapat tersampaikan dengan baik. Tanpa bahasa makna yang terkandung dalam kartun opini sulit dipahami oleh pembaca. Bahasa yang digunakan dalam kartun opini biasanya berupa tuturan singkat yang dipadukan dengan gambar. Muatan bahasanya mengandung unsur humor karena humor sebagai warna kehidupan manusia.

Buku yang ditulis oleh Benny Rachmadi sangat menarik untuk diteliti karena beliau mempunyai latar belakang kehidupan yang menarik juga. Benny Rachmadi Lahir di Samarinda, 23 Agustus 1969. Lulus dari Desain Grafis Institut Kesenian Jakarta tahun 1993. Sejak 1998 menjadi kartunis pada harian dan mingguan Kontan. http://www.cartoonesia.com/index.php?option=com_content&view=articl e&id=78:ultah-mkib-kembali-menggelar-workshop-kartun&catid=1:latest-news&Itemid=58. Diakses tanggal 03 Januari 2010, pukul:11.07.

Sebuah tuturan yang terdapat dalam kartun opini mempunyai makna yang berbeda-beda yang dikaitkan dengan gambar. Makna ada dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna yang digunakan dalam kartun opini adalah makna gramatikal atau makna yang sesuai dengan konteks tuturan. Sebuah kartun opini dapat dilihat makna secara tersirat atau penafsiran dari pembaca melalui gambar. Tuturan tanpa gambar


(7)

dalam kartun opini dapat menyulitkan penafsiran pembaca. Oleh karena itu, penelitian ini akan berusaha memberikan makna tuturan sesuai dengan gambar yang ada.

Penyimpangan pragmatik sering digunakan dalam kartun opini untuk mendapatkan nilai kelucuan. Penyimpangan pragmatik yang sering terjadi yaitu penyimpangan prinsip kerja sama dan penyimpangan prinsip kesopanan. Selain itu, skala pragmatik juga mengalami pelanggaran dalam penulisan kartun opini yang dapat dikaji dalam penelitian ini.

Kartun menggunakan bahasa yang menyimpang prinsip pragmatik dan skala pragmatik. Penyimpangan pragmatik prinsip kerja sama yang dilanggar meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Misalnya (data 24) pada gambar terlihat seorang pelari sedang melewati garis finish, kemudian ada wasitnya dengan membawa bendera sedangkan pelari tersebut membawa surat bertuliskan MK.

(+) Sudah finish, mbak!

(- ) Belum!!!Masih ada satu putaran lagi!!!

Penyimpangan maksim kualitas terlihat pada wacana tersebut. Penyimpangan tersebut bersifat menyindir kepada Megawati karena kalah dalam Pilpres tetapi beliau masih tidak percaya dengan kekalahannya. Sampai-sampai beliau mengajukan surat kepada Mahkamah Konstitusi. Sebagai seorang yang kalah dalam Pilpres seharusnya mengakui


(8)

kekalahan, bukannya tidak percaya dengan kekalahan yang didapat dengan mengadakan Pilpres ke 2.

Prinsip kesopanan yang dilanggar yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Misalnya (data 15) pada gambar menunjukkan seorang pengendara motor sedang berbincang dengan temannya di Pom Bensin, pengendara pertama sedang mengisi bensin dengan membawa motor butut atau kunonya.

(+) Gaya, lu motor butut diisi pake Pertamax...

(-) Bukannya gaya...Premiumnya langka, nggak ada pilihan!!!

Wacana kartun di atas menyimpang maksim penerimaan, ditunjukan dengan kalimat “gaya lu motor butut diisi pake Pertamax”. Berarti penutur memaksimalkan ketidakhormatan kepada lawan tutur yang ditandai dengan gaya lu!! dan motor butut. Tuturan tersebut bersifat mengejek.

Tuturan di atas menunjukkan sindiran kepada pemerintah mengenai kelangkaan Premium. Rakyat sampai-sampai membeli Pertamax untuk bahan bakar alat transportasi mereka misalnya motor yang harganya mahal. Seharusnya pemerintah dapat segera mengatasi kelangkaan bahan bakar Premium agar rakyat tidak sengsara. Penyimpangan maksim kebijaksanaan digunakan dalam wacana kartun di atas agar tuturan terkesan lucu walaupun pada intinya berlaku sebuah sindiran. Hal tersebut


(9)

merupakan penciptaan kartun opini dengan mengekspresikan gagasan mengenai masalah sosial ekonomi yang terjadi pada saat itu.

Skala penyimpangan pragmatik terlihat pada data 16 terjadi penyimpangan parameter kedudukan tindak ucap. Terlihat pada percakapan berikut:

(+) Ganti nama, biar nggak malu-maluin...hehehe... (- ) Tapi berasnya tetap nggak pulen, kan?

Suatu tindak ucap terasa wajar apabila diutarakan di dalam situasi yang tepat. Pada tuturan di atas tidak tepat diutarakan karena dalam situasi mendesak, pemerintah hanyalah mementingkan gengsinya saja dengan cara mengganti nama beras. Padahal pada saat itu, rakyat membutuhkan kualitas beras bukan namanya.

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena penyimpangan prinsip kerja sama, penyimpangan prinsip kesopanan dan skala penyimpangan pragmatik sering muncul pada kartun opini DPP tersebut. Maka penelitian ini berjudul Penyimpangan Pragmatik Kartun Opini dalam Buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) Karya Benny Rachmadi.

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan pembatasan permasalahan, maka diperlukan pembatasan permasalahan


(10)

yang diteliti. Pembatasan ini setidaknya memberikan gambaran mengenai arah penelitian ini dan memudahkan peneliti untuk menganalisis permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada kartun opini yang terdapat pada buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi di Mingguan & Harian Kontan (2009).

C. Perumusan Masalah

Penelitian mengenai penyimpangan pragmatik kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas, sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun opini

dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi?

2. Bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini

dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rahcmadi?

3. Bagaimana bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini dalam

Buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi ?


(11)

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun

opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

2. Mengetahui bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini

dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

3. Mengidentifikasi bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini

dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

E. Manfaat Penelitian

Pada hakikatnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Praktis

a. Dengan mengidentifikasi, bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny


(12)

Rachmadi, maka dapat digunakan sebagai pijakan penelitian selanjutnya.

b. Dengan mengetahui bentuk penyimpangan prinsip kesopanan

kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi, maka digunakan sebagai acuan untuk penulisan kritikan yang baik dalam kartun opini.

c. Dapat mengidentifikasi bentuk skala penyimpangan pragmatik

kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan

pembaca dalam bidang linguistik khususnya bidang pragmatik.

b. Mengembangkan pengetahuan terhadap wacana kartun opini yang

mengalami penyimpangan prinsip kerja sama, penyimpangan prinsip kesopanan, dan skala penyimpangan pragmatik.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disajikan dengan maksud memberikan gambaran secara garis besar mengenai masalah-masalah yang akan


(13)

diuraikan dan dibahas secara menyeluruh. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini meliputi tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka berpikir.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari objek penelitian, jenis penelitian dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini merupakan inti dari penelitian yang berisikan tentang gambaran umum wacana “Dari Presiden ke Presiden”, bentuk penyimpangan pragmatik, skala penyimpangan pragmatik, serta temuan dan pembahasan dalam kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

Bab V Penutup


(1)

kekalahan, bukannya tidak percaya dengan kekalahan yang didapat dengan mengadakan Pilpres ke 2.

Prinsip kesopanan yang dilanggar yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Misalnya (data 15) pada gambar menunjukkan seorang pengendara motor sedang berbincang dengan temannya di Pom Bensin, pengendara pertama sedang mengisi bensin dengan membawa motor butut atau kunonya.

(+) Gaya, lu motor butut diisi pake Pertamax...

(-) Bukannya gaya...Premiumnya langka, nggak ada pilihan!!!

Wacana kartun di atas menyimpang maksim penerimaan, ditunjukan dengan kalimat “gaya lu motor butut diisi pake Pertamax”. Berarti penutur memaksimalkan ketidakhormatan kepada lawan tutur yang ditandai dengan gaya lu!! dan motor butut. Tuturan tersebut bersifat mengejek.

Tuturan di atas menunjukkan sindiran kepada pemerintah mengenai kelangkaan Premium. Rakyat sampai-sampai membeli Pertamax untuk bahan bakar alat transportasi mereka misalnya motor yang harganya mahal. Seharusnya pemerintah dapat segera mengatasi kelangkaan bahan bakar Premium agar rakyat tidak sengsara. Penyimpangan maksim kebijaksanaan digunakan dalam wacana kartun di atas agar tuturan terkesan lucu walaupun pada intinya berlaku sebuah sindiran. Hal tersebut


(2)

merupakan penciptaan kartun opini dengan mengekspresikan gagasan mengenai masalah sosial ekonomi yang terjadi pada saat itu.

Skala penyimpangan pragmatik terlihat pada data 16 terjadi penyimpangan parameter kedudukan tindak ucap. Terlihat pada percakapan berikut:

(+) Ganti nama, biar nggak malu-maluin...hehehe... (- ) Tapi berasnya tetap nggak pulen, kan?

Suatu tindak ucap terasa wajar apabila diutarakan di dalam situasi yang tepat. Pada tuturan di atas tidak tepat diutarakan karena dalam situasi mendesak, pemerintah hanyalah mementingkan gengsinya saja dengan cara mengganti nama beras. Padahal pada saat itu, rakyat membutuhkan kualitas beras bukan namanya.

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena penyimpangan prinsip kerja sama, penyimpangan prinsip kesopanan dan skala penyimpangan pragmatik sering muncul pada kartun opini DPP tersebut. Maka penelitian ini berjudul Penyimpangan Pragmatik Kartun Opini dalam Buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) Karya Benny Rachmadi.

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan pembatasan permasalahan, maka diperlukan pembatasan permasalahan


(3)

yang diteliti. Pembatasan ini setidaknya memberikan gambaran mengenai arah penelitian ini dan memudahkan peneliti untuk menganalisis permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada kartun opini yang terdapat pada buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi di Mingguan & Harian Kontan (2009).

C. Perumusan Masalah

Penelitian mengenai penyimpangan pragmatik kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas, sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi?

2. Bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rahcmadi?

3. Bagaimana bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini dalam Buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi ?


(4)

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

2. Mengetahui bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

3. Mengidentifikasi bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

E. Manfaat Penelitian

Pada hakikatnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Praktis

a. Dengan mengidentifikasi, bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny


(5)

Rachmadi, maka dapat digunakan sebagai pijakan penelitian selanjutnya.

b. Dengan mengetahui bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi, maka digunakan sebagai acuan untuk penulisan kritikan yang baik dalam kartun opini.

c. Dapat mengidentifikasi bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca dalam bidang linguistik khususnya bidang pragmatik.

b. Mengembangkan pengetahuan terhadap wacana kartun opini yang mengalami penyimpangan prinsip kerja sama, penyimpangan prinsip kesopanan, dan skala penyimpangan pragmatik.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disajikan dengan maksud memberikan gambaran secara garis besar mengenai masalah-masalah yang akan


(6)

diuraikan dan dibahas secara menyeluruh. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini meliputi tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka berpikir.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari objek penelitian, jenis penelitian dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini merupakan inti dari penelitian yang berisikan tentang gambaran umum wacana “Dari Presiden ke Presiden”, bentuk penyimpangan pragmatik, skala penyimpangan pragmatik, serta temuan dan pembahasan dalam kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.

Bab V Penutup