Selanjutnya

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN
ANT ARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DEN GAN
AIDS HEALTHCARE FOUNDATION

TENTANG
PROGRAM KERJA SAMA PENINGKATAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS, ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (HIV AIDS) DAN PENYAKIT INFEKSI

MENULAR SEKSUAL (PIMS) DI INDONESIA

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia,


selanjutnya

disebut

"KEMENKES", dan AIDS Healthcare Foundation, selanjutnya disebut "AHF",
selanjutnya secara bersama disebut "Para Pihak";
MENGINGAT bahwa AHF adalah lembaga internasional non-pemerintah yang
bersifat non sektarian, non-politik dan nir-laba; yang berkedudukan di 6255 W.
Sunset Blvd., Floor 21 th, Los Angeles, California, 90028.

BERKEINGINAN untuk melaksanakan kerja sama antara Para Pihak untuk
meningkatkan akses dan pengobatan penyakit HIV AIDS dan PIMS di
Indonesia,
SESUAI dengan peraturan perundang-undangan, kebijakan-kebijakan serta
prosedur Pemerintah Indonesia yang berlaku;

TELAH MENCAPAI suatu pengertian sebagai berikut:

PASAL1
TUJUAN

Tujuan dari Memorandum Saling

Pengertian

(MSP) ini

adalah

untuk

menyediakan suatu kerangka hukum bagi Para Pihak dalam memperkuat dan
melaksanakan upaya pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Indonesia.

PASAL 2
RUANG LINGKUP KERJA SAMA

Para Pihak sepakat melaksanakan program-program sebagai berikut:
(1). Meningkatkan akses dan mutu terhadap layanan pencegahan, tes,
pengobatan, dan perawatan HIV AIDS dan PIMS kepada masyarakat;
(2). Penguatan


pengetahuan

dan

kapasitas

SOM

kesehatan

untuk

menyediakan pelayanan HIV AIDS dan PIMS;
(3). Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pencegahan dan
pengendalian HIV AIDS dan PIMS;

PASAL 3
WILA Y AH KERJA


Para Pihak sepakat untuk melaksanakan kerjasama pada wilayah kerja yang
meliputi:
(1 ). Provinsi OKI Jakarta
(2). Provinsi Jawa Barat

PASAL 4
PIHAK PELAKSANA

Untuk pelaksanaan MSP ini:
(1 ). KEMENKES menunjuk Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit c.q Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (selanjutnya disebut Ditjen P2P c.q Dit P2PML) sebagai pihak
pelaksana;
(2). AHF menunjuk Kantor Perwakilan AHF di Indonesia sebagai pihak
pelaksana;
(3). AH F dikoordinasikan oleh KEMENKES dapat bekerja sama dengan pihak
ketiga dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di bawah MSP ini.

PASAL 5
ARAHAN PROGRAM


(1 ). Mekanisme kerjasama diuraikan dalam arahan program yang wajib dibuat
oleh Para Pihak dan tercantum di dalam lampiran sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari MSP ini;

(2). Arahan program sebagaimana disebut dalam ayat (1) memuat hal-hal
tentang fokus program , ruang lingkup kerjasama, rencana induk kegiatan,
rencana kegiatan tahunan, pembiayaan program , lokasi pelaksanaan
program , mekanisme pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pelaporan
dan publikasi serta penutup;
(3). Semua program yang akan dilaksanakan di bawah MSP ini wajib sejalan
dengan kebijakan , hukum dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia
termasuk RPJMN dan Rencana Strategis KEMENKES ;
(4). Rincian program wajib dirumuskan dalam Rencana lnduk Kegiatan dan
Rencana Kegiatan Tahunan.

PASAL 6
RENCANA KEGIATAN
(1). AHF wajib menyusun dan menyampaikan Rencana lnduk Kegiatan secara
tertulis yang berisi keseluruhan program atau kegiatan selama tiga tahun

kepada KEMENKES untuk mendapat persetujuan;
(2). AHF dengan difasilitasi KEMENKES , wajib berkoordinasi dan berkonsultasi
dengan pemerintah setempat untuk menyusun Rencana Kegiatan Tahunan
yang memuat seluruh kegiatan selama setahun;
(3). Rencana lnduk Kegiatan dan Rencana Kegiatan Tahunan wajib mendapat
persetujuan secara tertulis dari Para Pihak.

PASAL 7
KEWAJIBAN
(1) .

KEMENKES wajib:

a. Mengoordinasikan
dilaksanakan

program

dan


rencana

kegiatan

yang

akan

bersama AHF dengan unit kerja terkait di bawah

KEMENKES dan pemerintah daerah di wilayah kerja sama ;
b. Memfasilitasi AHF dalam pengurusan visa , ijin kerja, ijin tinggal , serta ijin
keluar dan/atau ijin masuk kembali ke Indonesia bagi tenaga ahli asing
sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia;
c. Memfasilitasi AHF dalam pengurusan cukai dan pajak sesuai dengan
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia;

d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan yang
tercantum dalam MSP bersama-sama dengan instansi Pemerintah

Indonesia terkait.
(2).

AHF wajib:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia;
b. Melaksanakan program yang telah disepakati dalam MSP ini;
c. Menyediakan dana, peralatan dan fasilitas yang memadai untuk
implementasi seluruh program, dan menyediakan tenaga ahli asing yang
memiliki keahlian yang tidak tersedia di Indonesia dalam rangka alih
pengetahuan dan teknologi kepada tenaga lokal dan masyarakat sesuai
dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia;
d. Memprioritaskan

penggunaan

produk-produk

lokal


untuk seluruh

peralatan dan materi yang digunakan dalam implementasi aktivitas
program bila dipertimbangkan lebih efektif dan sesuai dengan standar
yang ditetapkan ;
e. Menyediakan bantuan pelatihan dan bantuan teknis dalam rangka
melaksanakan

program

dan

meningkatkan

kapasitas

pelaksana

program;
f. Membatasi jumlah tenaga ahli asing dalam struktur manajemen,

sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang;
g. Memiliki kantor perwakilan di OKI Jakarta;
h. Mensyaratkan semua tenaga ahli asing AHF di Indonesia mengikuti
orientasi yang dilakukan oleh KEM ENKES;
i.

Mensyaratkan semua tenaga ahli asing AHF memenuhi ketentuan
keimigrasian di bidang perijinan dan pengawasan orang asing;

j. Menjaga citra baik Indonesia di mata masyarakat lnternasional dan tidak
mempublikasikan segala bentuk informasi negatif yang merusak nama
baik Indonesia;
k. Berkoordinasi dengan KEMENKES atas segala bentuk publikasi tentang
Indonesia yang diprakarsai oleh AHF baik di dalam maupun di luar
negeri;
I.

Bertanggungjawab atas segala pengeluaran yang telah disetujui secara
tertulis sesuai dengan prosedur keuangan AHF untuk biaya orientasi,


pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang diadakan oleh
KEMENKES bersama-sama dengan instansi terkait;
m. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan KEM ENKES dan Pemerintah
Daerah serta lembaga terkait lainnya untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan program;
n. Menyampaikan laporan perkembangan per tiga bulan/ triwulan dan
laporan tahunan kepada KEMENKES melalui Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Ditjen P2P dan
ditembuskan ke Biro KSLN dan pemerintah setempat serta laporan
tambahan bila diperlukan;
o. Mencantumkan logo KEM ENKES dan AH F secara proporsional pada
setiap pengumuman program, laporan tahunan dan seluruh jenis
publikasi lainnya.

PASAL 8
BATASAN AKTIFITAS AHF DI INDONESIA DAN STAFNYA

(1 ).AHF menjamin bahwa semua kegiatan dan stat yang bertugas dalam
status kedinasan berdasarkan MSP ini wajib:
a. Memperhatikan, menghormati dan mematuhi hukum dan peraturan
perundang-undangan, serta kebijakan Pemerintah Republik Indonesia;
b. Sejalan dengan kepentingan Nasional Indonesia;
c. Menghormati keutuhan, kebebasan politik dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mendukung gerakan separatis
apapun;
d. Menghormati kebiasaan , trad isi, budaya, adat istiadat, agama, dan
kepercayaan masyarakat lokal;
e. Tidak terlibat dalam kegiatan intelijen/klandestin apapun;
f. Tidak terlibat dalam kegiatan politik dan komersial apapun;

g. Tidak terlibat dalam penyebaran agama apapun, dan/atau aliran
kepercayaan yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan beragama;
h. Tidak melakukan aksi penggalangan dana dari individu maupun
organisasi di Indonesia untuk mendukung program dan kegiatannya;

i. Tidak menggunakan fasilitas Lembaga Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk kegiatan selain yang disetujui oleh MSP ini;

j. Tidak melakukan kegiatan yang mengganggu hubungan diplomatik;
k. Tidak melakukan kegiatan lain selain yang disetujui dalam MSP.
(2).Pelanggaran terhadap ketentuan di atas dapat menyebabkan pencabutan
izin AHF dan stafnya serta tindakan-tindakan lain yang dipersyaratkan oleh
hukum, peraturan perundang-undangan, dan kebijakan yang berlaku di
Indonesia .
PASAL 9
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

(1 ).Hak kekayaan intelektual atas semua catatan , laporan, peta, hasil survei,
basis data, lembar pengetahuan, foto , video dan informasi lain, baik
berwujud maupun tidak berwujud yang dihasilkan dari kegiatan bersama
antara Kemenkes dan AHF berdasarkan Memorandum Saling Pengertian
ini akan dimiliki bersama oleh para pihak;
(2).Jika salah satu Pihak berkeinginan untuk mengungkap data dan/atau
informasi rahasia yang dihasilkan dari kegiatan kerjasama berdasarkan
Memorandum Saling Pengertian ini kepada pihak ketiga, Pihak yang
mengungkap data wajib memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pihak lainnya
sebelum pengungkapan dimaksud dilakukan;
(3).Para Pihak diizinkan menggunakan hak kekayaan intelektual tersebut
untuk

pemeliharaan,

penyesuaian,

dan

penyempurnaan

kekayaan

intelektual itu untuk tujuan sebagaimana ditetapkan dalam lingkup kerja
sama;
(4).Masing-masing pihak wajib bertanggung jawab atas setiap tuntutan yang
dibuat oleh pihak ketiga atas kepemilikan dan keabsahan dari penggunaan
atas hak kekayaan intelektual yang dibawa masuk oleh pihak tersebut di
atas untuk implementasi aktivitas kerjasama di bawah Memorandum
Saling Pengertian ini;
(5).AHF dapat menggunakan hak kekayaan intelektual yang dih asilkan dari
kerjasama dengan Kemenkes hanya untuk tujuan non komersial;
(6).Jika para pihak memerlukan kerja sama dengan pihak ketiga di luar
Kemenkes dan AHF untuk setiap dukungan pendanaan, Para Pihak akan
saling berkonsultasi mengenai implikasinya khususnya mengenai hak

kekayaan intelektual yang diciptakan dalam implementasi Memorandum
Saling Pengertian ini;
(7).Pengakhiran Memorandum Saling Pengertian ini tidak akan mempengaruhi
hak-hak atau kewajiban-kewajiban dalam pasal ini.

PASAL10
PERJANJIAN TRANSFER MATERIAL

(1 ).Material didefinisikan sebagai spesimen klinik, material biologik dan
muatan informasinya dengan batasan merujuk pada Peraturan Menteri
Kesehatan No. 657 Tahun 2009 tentang Pengiriman dan Penggunaan
Spesimen Klinik, Material Biologik dan Muatan lnformasinya.
(2).Penggunaan , membawa atau mengirimkan

spesimen klinik, material

biologik dan muatan informasinya ke orang, badan lain ataupun ke luar
negeri dalam pelaksanaan MSP ini, wajib dilengkapi dengan Perjanjian
Alih Material dan dokumen pendukung yang relevan dengan merujuk pada
hukum dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia antara lain
peraturan mengenai bio-safety dan bio-prospecting;
(3).Ketentuan mengenai syarat dan kondisi untuk mentransfer material atau
sumber daya ditetapkan oleh Para Pihak dengan merujuk pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI terkait dan peraturan perundangan lainnya;
(4).Para pihak dapat menggunakan material genetik dalam pelaksanaan MSP
ini dengan merujuk pada peraturan dan kebijakan Menteri Kesehatan
terkait, dengan tetap memberikan pengakuan penuh kepada sumber
material;
(5).Dalam hal produk komersil , paten dan hak kekayaan intelektual tercipta

sebagai hasil dari kegiatan kerjasama di bawah pelaksanaan MSP ini,
maka Pihak yang menyediakan material berhak atas hak kekayaan
intelektual dan pembagian keuntungan yang relevan dengan merujuk pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI
lainnya;

terkait dan peraturan perundangan

PASAL 11
KERAHASIAAN
(1).Para Pihak wajib memastikan bahwa seluruh

dokumen, informasi dan

data lain yang dipertukarkan, diterima atau diperoleh dari implementasi
MSP ini sebagai dokumen rahasia dan tidak akan dialihkan, diberikan
kepada pihak ketiga atau diterbitkan sebelum mendapatkan persetujuan
tertulis dari Pihak lainnya;
(2).Para Pihak sepakat bahwa ketentuan Pasal ini akan terus mengikat antara
Para Pihak meskipun Memorandum Saling Pengertian ini telah berakhir.
PASAL 12
STATUS PERALATAN DAN MATERIAL PENDUKUNG
(1 ). Semua peralatan dan material pendukung program yang diadakan/dibeli
oleh AHF dalam rangka pelaksanaan program wajib hanya digunakan
semata-mata demi kepentingan pelaksanaan program.
(2). Apabila sebelum berakhirnya program terjadi perubahan pemanfaatan dan
penghapusan atas peralatan dan material pendukung, maka AHF wajib
mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan KEMENKES.
(3). Setelah berakhirnya program, penyelesaian peralatan dan material
pendukung wajib dikonsultasikan dan disetujui bersama-sama oleh Para
Pihak.
(4). Apabila peralatan dan material pendukung seperti yang disebutkan dalam
ayat 1 sampai 3 akan dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain baik
sebelum atau setelah masa kegiatan program berakhir, maka serah terima
peralatan dan material pendukung dimaksud, dituangkan dalam Serita
Acara Serah Terima yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

PASAL1 3
TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG
OLEH ORGANISASI KEMASYARAKAT AN AS ING
(1) Tata cara pengelolaan hibah langsung dalam bentuk uang, barang, jasa dan
atau surat berharga mengacu kepada ketentuan yang diatur oleh Keputusan
Menteri Kesehatan RI.

(2) Rekonsiliasi hibah dalam bentuk uang, barang, jasa dan atau surat berharga
paling sedikit satu kali dalam tiga bulan dan ditandatangani Para Pihak.
(3) Rekonsiliasi hibah dalam bentuk barang dan jasa dinyatakan dalam bentuk
Serita Acara Serah Terima yang ditandatangani oleh Para Pihak.
(4) Rencana

Kerja

Tahunan

dan

perubahannya

menjadi

dasar dalam

penyusunan Serita Acara Serah Terima.
(5) KEMENKES

berkonsultasi

dengan

Direktorat

Jenderal

Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan c.q Direktorat Pinjaman dan
Hibah

serta

Direktorat

Evaluasi,

Akuntansi

dan

Setelmen,

guna

penyelesaian lebih lanjut administrasi pengelolaan hibah oleh AHF.

PASAL14
DOMISILI
(1).a. KEMENKES berdomisili di Jalan, H.R. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 4-9,
Jakarta Selatan 12950
b. Direktorat P2PML berdomisili di Jalan Percetakan Negara no 29, Jakarta
Pu sat.
(2).a. AHF berdomisili di jalan 6255 W. Sunset Blvd., Floor 21 th , Los Angeles,
CA 90028
b. Perwakilan AHF di Indonesia berdomisili di Perkantoran ASWANA
Gedung Sarinah Lantai 12, JI MH Thamrin No 11 , Jakarta Pusat 10350
(3).Dalam

hal

terjadi

perubahan

domisili,

masing-masing

Pihak wajib

memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya.

PASAL 15
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Apabila

terjadi

perselisihan/perbedaan

terhadap

penafsiran

dan/atau

pelaksanaan MSP ini wajib diselesaikan secara damai melalui konsultasi atau
negosiasi di antara Para Pihak.

PASAL16
PERUBAHAN
(1). MSP ini dapat diubah setiap saat melalui persetujuan bersama secara
tertulis oleh Para Pihak.

(2) . Perubahan dimaksud wajib menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
MSP ini dan wajib mulai berlaku pada tanggal yang disepakati oleh Para
Pihak.

PASAL 17
MULAI BERLAKU, JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN
(1 ). MSP ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatanganinya dan tetap berlaku
untuk jangka waktu tiga tahun .
(2) . MSP ini dapat diakhiri setiap saat oleh salah satu pihak dengan
mengirimkan

pemberitahuan

secara

tertulis

kepada

Pihak

lainnya

mengenai keinginannya untuk mengakhiri MSP ini dalam waktu sekurang kurangnya 6 (enam) bulan sebelum tanggal pengakhiran dimaksud.
(3). Pengakhiran MSP ini tidak akan mempengaruhi penyelesaian program
yang sedang berjalan. AHF wajib menyelesaikan program yang sedang
berjalan

tersebut

paling

lambat

6 (enam) bulan setelah tanggal

pengakhiran, kecuali Para Pihak menentukan lain.

SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, telah menandatangani
MSP ini.

DIBUAT rangkap dua di Jakarta pada tanggal 01 bulan 'JllL-1

tahun 2016,

masing-masing dalam bahasa Indonesia dan bahasa lnggris, semua naskah
mempunyai

kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan

penafsiran , naskah dalam bahasa Indonesia yang berlaku.

UNTUK

UNTUK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

AIDS HEALTHCARE FOUNDATION

dr. Wiendra

セキ ッイオョエ L@

M.Kes

DIREKTUR PENCEGAHAN DAN

PRESIDENT AIDS HEALTHCARE

PENGENDALIAN PENYAKIT

FOUNDATION

MENULAR LANGSUNG

ARAHAN PROGRAM

A. LATAR BELAKANG

AIDS Healthcare Foundation adalah lembaga lnternasional non-pemerintah
yang bersifat non sektarian, non politik dan nir-laba; yang berkedudukan di
6255 W . Sunset Blvd., Floor 21, Los Angeles, CA 90028. AHF adalah penyedia
terbesar pelayanan HIV AIDS termasuk pendidikan, tes, dan penyediaan
pelayanan dan pengobatan anti-retroviral.
Misi:
Penyediaan pengobatan dan advokasi yang tepat guna khususnya kepada
kelompok tidak mampu tanpa memandang kemampuan membayar.
Visi:
Meningkatkan pengendalian AIDS secara Global melalui perubahan kebijakan,
pelaksanaan program berkualitas dan ekspansi program.

B. PROGRAM

I.

Fokus Program:

Fokus utama kerja sama antara Kemenkes dan AHF adalah menyediakan
layanan deteksi dini, perawatan dan pengobatan HIV AIDS dan PIMS bagi
masyarakat yang membutuhkan di wilayah program melalui kerjasama dengan
berbagai partner lokal seperti , rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan

lainnya, LSM dan kelompok dampingan.

II. Ruang Lingkup Kerja Sama :
1. Meningkatkan akses dan mutu layanan deteksi dini dan pengobatan HIV
AIDS dan PIMS.


Dalam pelaksanaannya AHF akan bekerja sama dengan berbagai
partner lokal seperti, rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan

lainnya, LSM dan kelompok dampingan, untuk menyediakan layanan
terutama

namun tidak terbatas pada perempuan hamil beserta

pasangannya dan bayinya, dan masyarakat berisiko.


Layanan deteksi dini dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan dan
tidak melibatkan AHF untuk pemeriksaan dan pengelolaan spesimen.
Oalam hal pengamanan/pengelolaan spesimen, pelaksanaannya harus
merujuk pada pedoman standard dan peraturan yang berlaku.

2. Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas SOM kesehatan dan mitra
potensial lainnya

untuk menyediakan

layanan

tes, perawatan

dan

pengobatan Orang Oengan HIV AIDS .
3. Meningkatkan promosi kesehatan dengan upaya sebagai berikut :


AHF melakukan promosi kondom dan peningkatan pemakaian kondom
di kalangan masyarakat berisiko, dengan berpedoman kepada kebijakan
yang berlaku di Kemenkes.



Mengurangi Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA

C. MANAJEMEN
1. Rencana lnduk Kegiatan (Rencana Kegiatan Tiga Tahun)

a. AIDS

Healthcare

Foundation

Indonesia

bersama

Mitra

Kerjasama

(selanjutnya disebut "Dit. P2PML") menyiapkan Rencana lnduk Kegiatan
(Rencana

Kegiatan

Tiga

Tahun)

sebagai

rujukan

pelaksanaan program yang memuat:
1) Pendahuluan;
2) Tujuan;
3) Sasaran;
4) Hasil yang diharapkan;
5) Kegiatan;
6) lndikator Kinerja;
7) Tenaga Kerja/Tenaga Ahli ;
8) Lokasi dan Kelompok Sasaran/Penerima Manfaat;
9) Pembiayaan; dan
10) Penutup.

dalam

rangka

b. Rencana lnduk Kegiatan ditandatangani oleh AI DS Healthcare Foundation
di Indonesia dan Dit. P2PML.
c. Rencana lnduk Kegiatan dijadikan rujukan dalam penyusunan Rencana
Kegiatan Tahunan, dan disampaikan kepada masing-masing Pemerintah
Daerah di wilayah kerja dan ditembuskan kepada KEMENKES c.q Biro
KSLN .

2. Rencana Kegiatan Tahunan
a. AIDS Healthcare Foundation Indonesia menyiapkan Rencana Kegiatan
Tahunan sebagai rujukan dalam pelaksanaan program di masing-masing
wilayah kerja, yang memuat:
1)

Pendahuluan;

2)

Tujuan;

3)

Sasaran;

4)

Hasil yang diharapkan;

5)

Kegiatan;

6)

lndikator Kinerja;

7)

Tenaga KerjafTenaga Ahli;

8)

Peran serta Pihak Ketiga;

9)

Lokasi Pelaksanaan dan Kelompok Sasaran/Penerima Manfaat;

10) Pembiayaan;
11) Jadwal Pelaksanaan Program; dan
12) Penutup
b. Rencana

Kegiatan Tahunan dikonsultasikan oleh

AIDS

Healthcare

Foundation di Indonesia kepada Pemerintah Daerah, difasilitasi oleh Dit.
P2PML.
c. Rencana

Kegiatan

Tahunan

ditandatangani

oleh

AIDS

Healthcare

Foundation Indonesia dan Pemerintah Provinsi, serta diketahui oleh Dit.
P2PML. Rencana Kegiatan Tahunan disampaikan kepada pemerintah
daerah dan KEMENKES c.q Biro KSLN.

d. Rencana Kegiatan Tahunan dijadikan rujukan bagi AIDS Healthcare
Foundation di Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
kegiatan di masing-masing wilayah kerja.

3. Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan program kerjasama ini bersumber dari anggaran
AIDS Healthcare Foundation yang diperkirakan sebesar Rp. 31 .768.688.330
(Tiga Puluh Satu Miliar Tujuh Ratus Enam Puluh Delapan Juta Enam Ratus
Delapan Puluh Delapan Ribu Tiga Ratus Tiga Puluh Rupiah) yang merupakan
pendanaan dengan mekanisme pendanaan swadaya AHF yang dananya
digunakan untuk program ini. Dana ini dapat bertambah atau berkurang sesuai
dengan perkembangan program selama 3 (tiga) tahun dengan rincian sebagai
berikut:
Tahun 2016: Rp 7.920.757.810 (Tujuh Miliar Sembilan Ratus Dua Puluh Juta
Delapan Ratus Sepuluh Rupiah)
Tahun 2017: Rp 9.990.496.590 (Sembilan Miliar Sembilan Ratus Sembilan
Puluh Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Enam Ribu Lima Ratus Sembilan
Puluh Rupiah)
Tahun 2018: Rp 13.857.433.930 (Tiga Belas Miliar Delapan Ratus Lima Puluh
Tujuh Juta Empat Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Sembilan Ratus Tiga Puluh
Rupiah)

4. Lokasi
Lokasi pelaksanaan program AIDS Healthcare Foundation Indonesia meliputi

Provinsi:
1) Provinsi OKI Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta
Utara dan Jakarta Selatan)
2) Provinsi Jawa Barat (Kabupaten lndramayu, Purwakarta dan Pangandaran)

D. PELAKSANAAN
AHF akan bekerja sama dengan pemerintah, rumah sakit dan fasilitas layanan
kesehatan lainnya, serta LSM lokal untuk mengimplementasikan pencapaian
layanan terkait HIV/AIDS

I. Ting kat Pusat
1. Kemenkes

melalui

Dit.

P2PML

memfasilitasi

dalam

mengoptimalkan

pelaksanaan program kerjasama, baik di tingkat pusat maupun daerah.
2. Kemenkes melalui Dit. P2PML menyebarluaskan informasi mengenai program
kerjasama kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayah
kerja.
3. Kemenkes melalui Dit. P2PML bersama dengan instansi terkait tingkat pusat
memfasilitasi pengurusan penempatan dan perpanjangan izin kerja tenaga ahli
asing AIDS Healthcare Foundation di tingkat pusat.
4. Kemenkes melalui Dit. P2PML memfasilitasi dan membina Pemerintah Daerah
di wilayah kerja dalam mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan tahunan.
5. Kemenkes mengkoordinasikan Tim Koordinasi Pusat yang terdiri dari inter
kementerian untuk mengefektifkan pelaksanaan MSP.
6. Tim Koordinasi Pusat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan
kerjasama.
7. Dit. P2PML dengan memperhatikan masukan dari Tim Koordinasi Pusat
menyampaikan laporan kegiatan tahunan AIDS Healthcare Foundation melalui
Biro Kerjasama Luar Negeri (KSLN) kepada instansi/lembaga terkait.
8. Fasilitasi, koordinasi dan kolaborasi antara AHF dan organisasi masyarakat
II. Tingkat Provins i
1. Gubernur melalui Dinas Kesehatan

Provinsi

bertanggung-jawab dalam

mengoptimalkan pelaksanaan program kerjasama dengan AIDS Healthcare
Foundation di daerahnya.
2. Gubernur melalui Dinas Kesehatan Provinsi memfasilitasi Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota

di wilayah

kerja

AIDS

Healthcare

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan tahunan.

Foundation

dalam

3. Fasilitasi, kordinasi dan kolaborasi antara AHF dan organisasi masyarakat

Ill. Peran serta Pihak Ketiga
1. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan , AIDS Healthcare Foundation dapat
melibatkan kelompok-kelompok masyarakat, Perguruan Tinggi, Lembaga
Swadaya Masyarakat, dan Yayasan yang berbadan hukum dan secara sah
terdaftar di Pemerintah Pusat dan Daerah setelah melakukan konsultasi dan
mendapat persetujuan dari Dit. P2PML.
2. AIDS

Healthcare

Foundation

berkewajiban

memberitahukan

kepada

Pemerintah Daerah tentang peran serta pihak ketiga dalam pelaksanaan
kegiatan kerjasama .

E. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

1. AHF. Dit. P2PML. dan Pemerintah Daerah menyepakati program/kegiatan dan
lokasi yang akan dipilih untuk dipantau dan di evaluasi.
2. Tim

Koordinasi

Pusat melakukan pemantauan

dan evaluasi terhadap

perkembangan pelaksanaan program/kegiatan AIDS Healthcare Foundation
dua kali selama periode MSP atau sesuai kebutuhan dan kesepakatan yang
akan ditentukan selanjutnya pada

lokasi program/kegiatan yang telah

disepakati atas beban biaya AHF.
3. Tim Koordinasi Pusat dapat melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan
kerjasama pada lokasi program/kegiatan, sesuai kebutuhan.
4. Apabila diperlukan, setelah melakukan konsultasi dan mendapat persetujuan
dari Dit. P2PML, AIDS Healthcare Foundation dapat mengundang perorangan
atau lembaga independen untuk melakukan pemantauan, dan dilaporkan ke
Dit. P2PML.
5. Tim

Koordinasi

Pusat

yang

melakukan

pemantauan

dan

evaluasi

perkembangan pelaksanaan program/kegiatan, memberikan rekomendasi
kepada AHF.
6. Hasil evaluasi akhir dan Rapat Tim Koord inasi Pusat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam memperpanjang MSP.

F. PELAPORAN DAN PUBLIKASI

I.

PELAPORAN

1. AIDS Healthcare Foundation menyusun dan menyampaikan Laporan
Triwulan dan

Tahunan

kepada

Dit.

P2PML dengan tembusan

ke

pemerintah daerah dan Biro KSLN .
2. Laporan triwulan memuat ringkasan kegiatan.

3. Materi Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan , memuat:
a. Pendahuluan;
b. Tujuan;
c. Sasaran;
d. Keluaran/Hasil yang dicapai;
e. Lokasi Pelaksanaan dan Kelompok Penerima manfaat;
f. Kegiatan yang telah dilaksanakan;
g. Tenaga Kerjaffenaga Ahli yang digunakan;
h. Peran serta Pihak Ketiga ;
i.

Pembiayaan;

j. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya;
k. Penutup

4. Apabila diperlukan, Dit. P2PML dapat meminta laporan insidentil sesuai
kebutuhan kepada AHF .

11. PUBLIKASI

a) AIDS Healthcare Foundation melakukan koordinasi dengan Dit. P2PML
mengenai publikasi dibawah ruang lingkup kerjasama sebagai mana diatur
dalam MSP.
b) Publikasi hasil program dilakukan bersama-sama antara AIDS Healthcare
Foundation dengan Dit. P2PML serta Pemerintah Daerah.

G. PENUTUP

Arahan

Program

ini

merupakan

bagian

yang

tidak

terpisahkan

dari

Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan AHF.

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
BETWEEN
THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
AIDS HEALTHCARE FOUNDATION
ON
PROGRAM COOPERATION FOR IMPROVING PREVENTION AND
CONTROLLING OF HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS, ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (HIV AIDS) AND SEXUALLY
TRANSMITTED DISEASES (STDs) IN INDONESIA

The Ministry of Health of the Republic of Indonesia, hereinafter referred to as
"MOH", and AIDS HEALTHCARE FOUNDATION, hereinafter referred to as
"AHF" hereinafter jointly referred to as "The Parties".
NOTING that AHF is an international non-governmental organization (INGO)
that is non-sectarian, non political and non-profit; that is based in 6255 W.
Sunset Blvd., Floor 21 , Los Angeles, California, 90028.
DESIRING to implement the cooperation between the parties to improve
access and treatment of HIV/AIDS and STDs in Indonesia.

PURSUANT TO the prevailing laws and regulations, policies and procedures of
the Government of the Republic of Indonesia.
HAVE REACHED the following understanding:

ARTICLE 1
OBJECTIVE OF COOPERATION
The objective of this Memorandum of Understanding (MOU) is to provide a
legal framework for The Parties cooperation to strengthen and maintain the
effort of HIV AIDS and sexually transmitted diseases control in Indonesia.

ARTICLE 2
SCOPE OF COOPERATION
The Parties agree to implement programs as the following :
(1). Increase the accessibility and quality of HIV AIDS prevention , testing ,
treatment and care services for the people;
(2). Strengthen the knowledge and capacity of health human resources to
provide HIV AIDS and sexually transmitted disease services;
(3). Increase public awareness on the effort of HIV AIDS and sexually
transmitted disease prevention and control.

ARTICLE 3
LOCATION OF ACTIVITIES
The Parties agree to implement the program in the following provinces:
(1) . OKI Jakarta Province
(2). West Java Province

ARTICLE 4
EXECUTING AGENCY
For the implementation of this MOU:
(1 ). The MOH designates the Directorate General of Disease Prevention and
Control c.q Directorate of Direct Transmitted Disease Prevention and
Control (hereinafter referred to as Ditjen P2P c.q Dit. P2PML) as the
executing agency;
(2). The AIDS Healthcare Foundation designates its representative to
Indonesia define as the executing agency;
(3). AHF coordinated by the MOH, may cooperate with the third parties in
implementing the activities under this MOU;

ARTICLE 5
PROGRAM DIRECTI ON
(1). The mechanisms of cooperation are described in the Program Direction
which is obligatory to be provided by the Parties, and which shall
constitute an integral part of this MOU as an annex ;

(2). The Program Direction as mentioned in article (1) shall contain the
program focus, program scope, master work plan, annual action plan,
program funding, the locations for program implementation, mechanism of
implementation, monitoring and evaluation, reporting and publication, as
well as conclusions;
(3). All programs that will be implemented under this MoU shall be in line with
the policies, laws and regulations of the Government of the Republic of
Indonesia including the National Medium-Term Development Plan and the
strategic plan of MOH;
(4). The details of programs shall be formulated in the Master Plan and the
Annual Action Plan.

ARTICLE 6
PLAN OF OPERATION

(1). AHF shall prepare and submit to MOH the Master Plan in writing,
containing the overall three-years program or activities, for MOH approval;
(2). AHF, facilitated as needed by MOH, shall consult and coordinate with
Local Governments in preparing an Annual Action Plan containing the
overall annual plan of activities;
(3). The Master Plan and Annual Action Plan shall be agreed in writing by the
Parties.

ARTICLE 7
OBLIGATIONS

(1 ).

The MOH shall:
a. Coordinate programs and action plans that will be implemented along
with the AHF involving related work units under the Ministry of Health
and local government in the area of cooperation ;
b. Facilitate AHF in arranging visa, working permits, stay permits, entry
and reentry permits for AHF's foreign staff. The issuance of permits
shall be in accordance with the prevailing laws and regulations of the
Republic of Indonesia;

c. Facilitate AHF in arranging customs and tax in accordance with the
prevailing Indonesian laws and regulations;
Monitor and evaluate the implementation of the program activities
described within this MOU in cooperation with other related Indonesian
government institutions.

(2).

AH F shall:
a. Comply with all applicable laws and regulations in Indonesia;

b. Implement the program that has been mutually agreed under this MoU;
c. Provide funding, equipment and facilities for the implementation of all
programs, and provide foreign experts only if Indonesian experts are not
available, within the framework of transfer of knowledge and technology
to local staff and communities in accordance with the prevailing laws
and regulations of Republic of Indonesia;
d. Prioritize the use of local products for all equipment and materials used
during the implementation of the program activities when they are
considered as more cost effective and in accordance with the standard
established;
e. Provide training and technical assistance in the implementation of the
program and support capacity building of the program implementers;
f. Limit the number of foreign staff in the management structure to a
maximum of 3 (three) persons;
g. Have a representative office in OKI Jakarta;
h. Require all foreign expert staff of AHF to follow an orientation conducted
by the MOH;
i.

Require all foreign expert staff of AHF to comply with immigration
regulations relating to permits and foreigners monitoring procedure;

j.

Maintain lndonesian's good image in the International forum and refrain
from publishing any negative information that may reasonably damage
the reputation of Indonesia;

k. Coordinate with the MOH regarding any national or international
publication on Indonesia initiated by AHF;

I.

Be responsible for all reasonable expenses previously agreed upon in
writing in line with AHF's accounting procedures for orientation,
monitoring and evaluation of the project conducted by MOH together
with related institutions;

m. Consult and coordinate with the MOH and Local Government as well as
related institution to ensure a smooth program implementation;
n. Submit progress reports quarterly and annually to MOH through
Directorate of Direct Transmitted Disease Control, DG of DC and EH,
and additional reports as needed ;
o. Appropriately place the MOH's logo and AHF's logo proportionally on
every program board, annual report and all types of other publications;

ARTICLE 8
LIMITATION ON THE ACTIVITIES OF AHF AND ITS PERSONNEL
(1).

AHF guarantees that its activities and staff assigned in their official
status under this MOU, shall:
a. Observe, respect and comply with the laws and regulations, as well as
with the policies of the Government of the Republic of Indonesia;
b. Be in line with Indonesian national interest;
c. Respect the integrity, political freedom and sovereignty of the Unitary
State of the Republic of Indonesia and refrain from supporting any
separatist movements;
d. Respect the customs, traditions, culture, religions, and beliefs of the
local community;
e. Refrain from involving in any intelligence/clandestine activities;
f. Refrain from engaging in any political and commercial activities;
g. Refrain from conducting any religious and or belief propagation that
potentially sabotages the religious stability in Indonesia;
h. Refrain from conducting fund raising activities from individuals or local
organizations in Indonesia to support its programs and activities;

d. Outputs I results achieved
e. Location and Beneficiaries Groups
f. Activities that have been implemented
g. Labor I experts that have been used
h. The role of the Third Parties
i.

Financing

j.

Problems and solutions

k. Closing
4. If necessary, Dit P2PML can request incidental reports as needed to
AHF.

II. Publication
1. AHF coordinate with the Dit P2PML related to the publications under
the scope of cooperation which is set in the MOU.
2. AH F together with the Dit P2PML, and Local Government can form a
joint publication of the results of the implementation of the
cooperation program.

G. CLOSING

This Program Direction is an integral part of the Memorandum of
Understanding between the Ministry of Health of the Republic of Indonesia
and AIDS Healthcare Foundation (AHF}.

i.

Not use the facilities of Government Institutions and Local Government
for activities other than approved under this MOU;

j.

Refrain from doing activities that interfere with diplomatic relations.

k. Not conduct activities other than those approved in MOU

(2).

Any violation of the above provision may result in the revocation of
permits for AHF and its staff and in other measures as required by the
prevailing laws and regulations of the Republic of Indonesia as well as
Indonesian Government Policies.

ARTICLE 9
INTELLECTUAL PROPERTY RIGHT

(1 ). The intellectual property rights to all records, reports, maps, surveys,
databases, knowledge sheets, photos, videos and other information, both
tangible and intangible resulting from cooperation activities between the
Ministry of Health and AHF under this Memorandum of Understanding will
be jointly owned by the Parties;
(2). The Parties shall consult each other and require permision from each
other to use and publish result from cooperation activities as mentioned in
paragraph (1) of Article (9) ;
(3). The Parties may use the intellectual property rights to maintain, adjust,
and improve the intellectual property for the purposes specified in the
scope of cooperation ;
(4). The Parties shall waive each other from any claims made by the third
party on the ownership and the validity of the use of intellectual property
rights which is brought in by a Party for the implementation of cooperation
activities under this Memorandum of Understanding;
(5). AHF may use intellectual property right resulting from the cooperation
under this Memorandum of Understanding for non-profitable purposes;
(6). If it is deemed necessary the Parties may cooperate with third party for
financial support, the Parties shall consult with each other in regard to the

implication of intelectual property right arising from the cooperative
activities with other third Party;
(7). Termination of this memorandum of understanding will not affect the
provisions of this article.

ARTICLE 10
MATERIAL TRANSFER AGREEMENT
(1).

Material is defined as clinical specimens, biological materials and
content of its information by referring to the Minister of Health Regulation

No. 657/2009 on Transfer and Use of Clinical Specimens, Biological
Material and Content of its Information;
(2).

Any utilization, movement and transfer of clinical specimens, biological
materials and content of its information done as an implementation of
this MoU shall be conducted using material Transfer Agreement (MTAs)
and provided with relevant supporting documents and shall be done in
accordance with the Republic of Indonesia

laws and regulations

including the regulation of bio-safety and bio-prospecting;
(3).

The provisions on the terms and conditions of transferring material or
resources designated by the Parties shall be in line with the Ministry of
Health rules, regulations and related laws;

(4).

The utilization of genetic material

under this Memorandum of

Understanding by the parties shall be in line with the regulation and
policy of the The Minister of Health;
(5).

The

utilization of genetic material

under this

Memorandum

of

Understanding shall acknowledge and provide full credit to the material
sources provider;
(6).

If, as a results of the cooperative activities under this Memorandum of
Understanding

products of commercial value, patented

and/or

intellectual property rights are generated, material provider entitled to
intellectual property rights and benefit sharing refer to the Ministry of
Health as well as related laws and regulations.

ARTICLE 11
CONFIDENTIALITY

(1).

The Parties shall ensure that any documents, information or other data
exchanged, received or supplied by the Parties for the implementation of
this Memorandum of Understanding or any other agreements made
pursuant to the MoU as confidential , and will not be transferred , supplied
to a third party or published without prior written consent of the other
Parties;

(2).

The Parties agree that the provision of this Article shall continue to be
binding between the Parties notwithstanding the termination of this
Memorandum of Understanding.

ARTICLE 12
STATUS OF EQUIPMENT AND SUPPORT MATERIALS

(1).

All equipment and materials provided/purchased by AHF to support the
implementation of the program shall be used solely for the purpose of
the implementation of the program;

(2).

If there is a change of purpose and or abolition of the equipment and
materials before completion of the program, then it shall be discussed
with and approved by MOH;

(3).

After the completion of the program, disposal of the equipment and
materials should be discussed and agreed by The Parties;

(4).

If equipment and materials as mentioned in articles 1 to 3, will be
transferred to another party either before or after completion of the
activities, the said handing over of the materials and equipment shall be
documented in a Handover Minutes conforming to the regulation and
laws.

ARTICLE 13
THE MANAGEMENT SYSTEM OF DIRECT GRANT BY INGO

(1 ).

The procedure for the management of direct grants in the form of
money, goods, services or securities is in line with the conditions set
forth by the Ministry of Health Decree;

(2).

Reconciliation of grants in the form of money, goods, services or
securities will be conducted at least once in three months and signed by
The Parties;

(3).

Reconciliation of grants in the form of goods and services will be
expressed in the form of a Handover Report and signed by the Parties;

(4).

The Master Plan of Activities and any changes in this plan provide the
basis for the preparation of the Handover Report.

(5).

MOH shall consult to the Directorate General of Finance and Risk
Management of the Ministry of Finance c.q Directorate of Loans and
Grants and the Directorate of Evaluation, Accounting and Settlement, in
order to further the completion of the administrative management of
grants by the AHF.

ARTICLE 14
DOMICILE

(1 ).

a. MOH domicile in JI. H.R. Rasuna Said, Blok X-5, Kav. 4-9,South
Jakarta 12950;
b. P2PML of OTO PC domicile in JI. Percetakan Negara No. 29, Central
Jakarta;

(2).

a. AHF domicile in 6255 W. Sunset Blvd., Floor 21 , Los Angeles, CA
90028;
b. AHF representative to Indonesia domicile in ASWANA Serviced
Office Sarinah Building 12th Floor, JI MH Thamrin No 11 , Central
Jakarta 10350;

(3).

If any changes in domiciles, shall be informed in written by the Parties.

ARTICLE 15
SETTLEMENT OF DISPUTES

Any dispute concerning the interpretation and/or application of this MoU shall
attempt to be settled amicably in good faith through consultation or negotiation

between The Parties.
ARTICLE 16
AMENDMENT

(1).

This MOU may be amended at any time by mutual written consent of the
Parties;

(2).

Such amendment or revision shall come into force on the date as may be
determined by the Parties.

ARTICLE 17
ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION

(1).

This MOU shall enter into force on the date of its signing and shall be
effective for a period of three years;

(2).

Either party may terminate this MOU at any time by sending a written
notification to the other Party at least 6 (six) months prior to the intended
date of termination;

(3).

Termination of this MOU will not affect the completion of ongoing
program. AHF shall complete the ongoing program at least 6 (six) months
after termination date, except the Parties determine otherwise.

IN WITNESS WH EREOF , the undersigned, have signed this MOU.

MADE in duplicate at Jakarta on

)IJ\...'f

O\ in the year 2016 in

Indonesian and English, both texts being equally authentic. In case of any
divergence of interpretation, the Indonesian text shall prevail.

FOR THE MINISTRY OF HEALTH

FOR AIDS HEALTH CARE

OF THE REPUBLI C OF INDONESIA

FOUNDATION

dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes

セ 」ィ 。 ャ ゥョ@

DIRECTOR OF DIRECT

AIDS HEALTHCARE FOUNDATION

TRANSMITIED DISEASE

PRESIDENT

PREVENTION AND CONTROL

PROGRAM DIRECTION

A. BACKGROUND
AIDS Healthcare Foundation is an international non-governmental organization
that is non-sectarian, non-political and non-profit; based in 6255 W. Sunset
Blvd., Floor 21 , Los Angeles, CA 90028. AHF is the largest provider of HIV
AIDS services including education, testing and provisions of anti-retroviral
treatment and care.
Mission:

Cutting edge medicine and advocacy regardless of ability to pay

Vision :

Achieve Global AIDS control through policy change, quality programs and
expansion
B. PROGRAM
I.

Program Focus:

The main focus of the cooperation between the Ministry of Health Republic of
Indonesia and AIDS Healthcare Foundation is to participate in providing
immediate HIV AIDS and PIMS Test, Treatment and Care services to
population in need in the working areas, through cooperation with various local
partners like hospital and other health service facilities, NGOs, and support
groups.
II.

Scope of Cooperation:

1. Increase accessability and quality to HIV AIDS early detection

and

treatment services so that more people are aware of their HIV status and
get the immediate treatment and care needed.


In implementing the program, AHF will work with various local partners
like NGOs, support groups and hospital/clinic/health care to provide

services especially but not limited to pregnant women. their partners,
their babies and to other key population.


Early detection services will be conducted by health service facilities and
will not involve AHF for specimen testing and management. In terms of
the management and security of specimen, its implementation must be
in accordance with the standard guidelines and prevailing regulations.

2. Strengthen the technical knowledge and capacity of health care workers
and potential staff member of partners of working areas to provide HIV
AIDS test, treat and care services for People Living with HIV.
3. Increase health promotion efforts through :


Condom promotion and increase condom use amongst risk population,
in line with Ministry of Health policy.



Reduce Stigma and Discrimination against PLHIV.

C. MANAGEMENT
1.

Activity Master Plan (Three-Year Action Plan)
a. AHF Indonesia with Partner (hereinafter referred to as "Dit. P2PML") will
prepare an Activity Master Plan (Three-Year Action Plan) as a
reference for the implementation of the program includes:
1) Introduction
2) Objective
3) Target;

4) Expected results
5) Activity
6) Performance indicators

7) Labor I Expert
8) Location and Target Group I Beneficiaries;
9) Financing; and
10)Closing
b. The Activity Master Plan is signed by AIDS Healthcare Foundation
representative to Indonesia and Dit. P2PML.

c. The Activity Master Plan is a reference in the preparation of the Annual
Action Plan, and is submitted to the respective local governments in the
working areas and copy furnished to Ministry of Health c.q Bureau for
International Cooperation.

2.

Annual Action Plan
a. AHF Indonesia prepares Annual Action Plan as a reference in the
implementation of programs in each area of work, which includes:
1)

Introduction

2)

Objective

3)

Target

4)

Expected results

5)

Activity

6)

Labor I Expert

7)

The role of the Third Party

8)

Location and Target Group I Beneficiaries;

9)

Financing

10) Schedule of Programs; and
11 ) Closing
b. Annual Action Plan is consulted by AIDS Healthcare Foundation
representative to Indonesia with the Local Government, facilitated by the
Dit P2PML.
c. Annual Action

Plan

is

signed

by

AIDS

Healthcare

Foundation

representative to Indonesia Indonesia and the Provincial Government,
and acknowledged by the Dit. P2PML.
d. Annual Action Plan is a reference for AIDS Healthcare Foundation
representative to Indonesia and Local Government in the implementation
of activities in each work area.

3.

Financing
The financing of the cooperative program is sourced from the budget of
AHF estimated at Rp. 31 .768.688.330 (Thirty One Billion Seven Hundred

Sixty Eight Million and Six Hundred Eighty Eight Thousand Three Hundred
and Thirty Rupiah) with AHF financing the program with the self-funding
mechanism, and the fund is allocated for the program. This fund is an
estimation budget that might depend on the need of the program for the
next three years with the detail as below:

Year 2016: Rp 7.920.757.810 (Seven Billion Nine Hundred Twenty Million
and Seven Hundred Fifty Seven Thousand and Eight Hundred Ten Rupiah)
Year 2017: Rp 9.990.496.590 (Nine Billion Nine Hundred Ninety Million and
Four Hundred Ninety Six Thousand and Five Hundred Ninety Rupiah)
Year 2018: Rp 13.857.433.030 (Thirteen Billion Eight Hundred Fifty Seven
Million and Four Hundred Thirty Three Thousand and Thirty Rupiah)
4. Location

The locations of AIDS Healthcare Foundation Indonesia's program in the
provinces of :
1) OKI Jakarta Province in 5 municipalities (West, East, South, North and
Central of Jakarta)
2) West Java Province in 3 districts (lndramayu, Purwakarta, and
Pangandaran)

D. IMPLEMENTATION

AHF works with government, hospital and other health service facilities, and
local NGOs to implement the provision of HIV AIDS services.
I. National Level
1. MOH through Dit P2PML to facilitate in optimizing the implementation
of the program of cooperation, both at the central and local levels.
2. MOH through Dit P2PML disseminate information about the program
of cooperation to the Provincial Government and District I Municipal
in the working area.

3. MOH through the Dit P2PML along with the relevant agencies to
facilitate management of placement and extension of work permit of
AHF's foreign experts at central level.
4. MOH through the Dit P2PML to facilitate and foster the Local
Government in the working

area in

order to

optimize the

implementation of the annual activity.
5. MOH to coordinate the National Coordinating Team consisting of
inter-ministry for effective implementation of MOU.
6. National Coordinating Team conducts monitoring and evaluation of
activities of the cooperation.
7. Dit P2PML with input from National Coordinating Team to submit
AHF annual activity report through the Bureau for International
Cooperation (BSLN) to institutions I agencies.
8. Facilitation, coordination and collaboration between AHF and civil
society organizations/non-profit organization
II. Provincial Level
1. Governor through the Provincial Health Office is responsible for
optimizing the implementation of the program of cooperation with
AHF Indonesia in the area.
2. Governor through the Provincial Health Office facilitates District/City
Government in the area of AHF Indonesia in optimizing the
implementation of annual activities.
3. Facilitation, coordination and collaboration between AHF and civil
society organizations/non-profit organization

Ill. The Role of the Third Party
1. In the context of the implementation of activities, AHF can involve
hospital/clinic/health care, community groups, universities, nongovernmental organizations, and foundations that are legally
incorporated and registered in the National or Local Government,
after consultation and approval from Dit. P2PML.