Peran Pemerintah, Kompetensi Sumber Daya, dan Budaya Lokal terhadap Kinerja dan Daya Saing Usaha Industri Kerajinan Kayu di Wilayah Sarbagita Provinsi Bali.
PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER DAYA,
DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN DAYA
SAING USAHA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI WILAYAH
SARBAGITA
PROVINSI BALI
GEDE SANTANU NIM: 1090671006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
DISERTASI
(2)
PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER DAYA,
DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN DAYA
SAING USAHA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI WILAYAH
SARBAGITA
PROVINSI BALI
Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor pada Program, Program Studi Ilmu Ekonomi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
GEDE SANTANU NIM: 1090671006
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(3)
PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER
DAYA, DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN
DAYA SAING USAHA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI
WILAYAH SARBAGITA
PROVINSI BALI
GEDE SANTANU NIM: 1090671006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
DISERTASI
(4)
PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER
DAYA, DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN
DAYA SAING USAHA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI
WILAYAH SARBAGITA
PROVINSI BALI
Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor pada Program, Program Studi Ilmu Ekonomi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
GEDE SANTANU NIM: 1090671006
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(5)
Lembar Pengesahan
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 OKTOBER 2015
(6)
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini saya penulis disertasi :
Nama : Gede Santanu
NIM : 1090671006
Program Studi : Ilmu Ekonomi, Program Doktor, Pascasarjana
Universitas Udayana
Alamat Mahasiswa : Jl. Kembar Sari No. 2, Tegalwangi II, Sesetan Denpasar
Telp./HP : (0361) 722169 / 081239611633
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat, apabila di
kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah disertasi ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17
Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Januari 2016
Yang Membuat Pernyataan,
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kertha wara nugraha-Nya disertasi ini selesai dibuat. Penelitian ini berjudul “Peranan Pemerintah, Kompetensi Sumber Daya, dan Budaya Lokal Terhadap Kinerja dan Daya Saing Usaha Industri Kerajinan Kayu di Wilayah Sarbagita Provinsi Bali”, yang penelitiannya dilakukan di Wilayah Sarbagita Provinsi Bali, sebuah wilayah yang terdiri dari empat Kabupaten dan satu Kota, yaitu Badung, Gianyar, Tabanan, dan Denpasar,
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD KEMD., atas waktu, bantuan dan fasilitas selama kuliah berlangsung. Terimaksih kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana universitas Udayana; beserta Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., selaku Asisten Direktur I dan Prof. Made Sudiana Mahendra, PhD., selaku Asisten Direktur II pada Program Pascasarjana.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada pembimbing akademis Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE.,M.Si; Prof.Dr.Drs. Made Kembar Sri Budhi, MP selaku Ketua Program Studi dan Promotor, Dr. Drs. I Ketut Djayastra, SE selaku Sekretaris Program yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Doktor Ekonomi. Ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. Made Sukarsa, SE.,MS, selaku Kopromotor I dan Dr. I Gde Sudjana Budiasa, SE., M.Si yang selaku Kopromotor II yang meluangkan waktu untuk mengoreksi tulisan disertasi dan telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, saran kepada penulis.
Dekan Fakultas Ekonomi Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE.,MS, Pembantu Dekan I Dr. I G W Murjana Yasa, SE.,Msi, Pembantu Dekan II, Prof. Dr. Made Wardana, SE.,MP, Pembantu Dekan III Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,Msi, yang memberi kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti kuliah di Program Doktor hingga selesai.
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE.,MS, Sekretaris Jurusan Dr. I.B. Purbadharmaja, SE.,ME beserta staf yang telah memberi kesempatan kuliah di Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Program Doktor Ilmu Ekonomi hingga selesai.
Para dosen pengampu selama menempuh kuliah Prof. Ketut Nehen, M.Ec Ph.D, Prof. Dr. Ketut Sudibia, SE.,SU, Prof. Dr. Made Sukarsa, SE.,MS, Prof. Dr. I Wayan Sudirman, SE.,SU, Prof. Dr. Ketut Rahyuda, MSIE, Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi, Prof. I Wayan Tjatera, SE, MSc, Ph.D (almarhum), Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D, prof. Dr. Dewa Ngurah Suprapta, MSc, Prof. Dr. Ketut Ardana, MA, Dr. Ketut Putra Erawan yang telah memberikan materi kuliah dengan keahliannya masing-masing untuk dapat menyelesaikan disertasi ini.
(8)
Dosen pengampu mata kuliah penunjang disertasi (MKPD) Prof. Dr. Drs. Made Kembar Sri Budhi, MP dan Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi, dengan kecerdasan dan keahliannya sebagai ilmuan telah memberikan dasar-dasar teoritis yang menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian disertasi ini.
Terimakasih atas bantuan informasi, kerjasama dan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan, kepada para narasumber yang telah membantu pengisian kuesioner, dan para usaha IKM di Wilayah Sarbagita.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Ir. I Made Mudina, MT yang telah memberikan ijin belajar dan dorongannya dalam menyelesaikan studi dan penulisan disertasi ini.
Seluruh teman-teman dan sahabat angkatan ke-2 September 2010 program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Udayana yang telah memberi dukungan penuh kepada penulis dalam kehadirannya selama sidang-sidang berlangsung, kesediaannya dalam berdiskusi, kebersamaannya dalam suka dan duka selama menempuh studi dan penyelesaian disertasi ini, untuk itu penulis ucapkan terimakasih.
Kepada staf Program Doktor Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Udayana Ni Komang Sri Mariatini dan Eka Putrawan, terimakasih dan atas jasa-jasa dalam memfasilitasi masa perkuliahan, sidang-sidang ujian hingga terselesaikannya disertasi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih disertai penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulisan disertasi ini. Terimakasih kepada istri Dra. Putu Dyah Hudiananingsih, Mhum; putra-putri tercinta: Putu Dita Mahayani, SST, Kadek Dian Jatiwardani, Komang Sandiaskara Wibawa, Ketut Eka Widnyaningdias, dan Ketut Dwi Prandnyaningdias; keluarga besar Putu Widana, BA (alm) dan Luh Kompiang yang telah mendukung serta memotivasi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan disertasi ini tidak luput dari segala keterbatasan, untuk itu perlu kiranya penelitian ini dapat lebih disempurnakan secara berkelanjutan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian disertasi ini.
Denpasar, Januari 2016 Penulis
Gede Santanu
(9)
ABSTRAK
PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER DAYA, DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING USAHA
INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI WILAYAH SARBAGITA PROVINSI BALI
Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang berorientasi ekspor di Indonesia sangat strategis dalam rangka meningkatkan pendapatan, perluasan lapangan kerja serta merupakan penghasil devisa (Orpha Jane et al (2012), dan Sriyana (2010). Kajian secara lebih spesifik dilaporkan oleh Jamaluddin (2011) tentang daya saing produk lokal, serta Endang Siti Rahayu (2010) tentang pentingnya kemitraan dalam upaya meningkatkan daya saing IKM yang diangkat dari profile perkampungan industri kecil Jakarta Timur.
Penelitian Jesika (2012) menemukan adanya peran yang positif dalam rangka peningkatan daya saing IKM ber-orientasi ekspor di wilayah DKI Jakarta dari sejumlah variabel seperti keunggulan produk, inovasi yang dilakukan pengusaha, sumber daya manusia serta pemasaran dengan memanfaatkan teknologi. Kajian yang dilakukan oleh Asep A Saefuloh (2007) untuk IKM di Provinsi Bali menunjukkan bahwa peranan pemerintah dilaksanakan dalam rangka terwujudnya fondasi ekonomi kerakyatan. Kebijakan pemerintah Provinsi Bali dilaksanakan melalui pembinaan IKM untuk mendorong peningkatan daya saing ekspor khususnya kerajinan di Bali.
Penelitian ini bertujuan Untuk mendapatkan gambaran tentang kebijakan pemerintah terhadap kinerja IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali, potensi budaya lokal dalam mendukung keberadaan modal sosial, serta kompetensi usaha IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kebijakan pemerintah terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing usaha IKM. Penelusuran terhadap pengaruh intermediasi dari kebijakan pemerintah berdampak positif terhadap daya saing usaha melalui kinerja usaha IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali. kompetensi sumber daya usaha IKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing usaha. Hal ini menunjukkan bahwa aspek sumber daya yang relevan dengan kebutuhan produksi dan pengelolaan usaha IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali dapat mendukung penelitian ini.
Ternyata potensi modal sosial terdapat pada budaya lokal di wilayah Sarbagita. Penelusuran terhadap dampak atas peran modal sosial yang terkandung pada budaya lokal berpengaruh terhadap kinerja usaha, menunjukkan bahwa budaya lokal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Budaya lokal juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha maupun pengaruh budaya lokal terhadap daya saing usaha. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa keberadaan budaya lokal menjadi sangat relevan apabila dapat diwujudkan menjadi tindakan aksi dalam rangka membangun kebersamaan dalam pengelolaan usaha di lingkungan IKM wilayah Sarbagita Provinsi Bali.
(10)
Hasil penelitian ini dapat memberikan keyakinan bahwa peran kebijakan pemerintah selama ini telah berhasil berfungsi tidak saja sebagai pendorong peningkatan kompetensi usaha IKM, tetapi juga bahwa pemberdayaan pemerintah telah berhasil memperkokoh peran pendampingan pemerintah kota/kabupaten di lingkungan wilayah Sarbagita Provinsi Bali.
Penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa budaya lokal akan memperkokoh daya saing usaha IKM dalam menghadapi persaingan pasar global khususnya pada bidang industri kerajinan kayu berbasis ekspor.
Kata kunci : Peran pemerintah, kompetensi sumber daya, budaya lokal, kinerja, daya saing usaha, dan industri kerajinan kayu.
(11)
ABSTRACT
THE GOVERNMENT ROLE, RESOURCES COMPETENCE, AND THE LOCAL CULTURE OF THE PERFORMANCE ITS COMPETITIVENESS
OF WOOD CRAFT AND INDUSTRIES IN SARBAGITA AREA BALI PROVINCE
Small and Medium Enterprises (SME) export oriented in Indonesia is very strategic in order to increase revenues, expansion of employment opportunities as well as a foreign exchange earner (Orpha Jane et al (2012), and Sriyana (2010). The more specific reported by Jamaluddin (2011 ) on the competitiveness of local products, as well as Endang Rahayu Siti (2010) on the importance of partnerships in an effort to improve the competitiveness of SMEs which was taken from the profile of small industrial township of East Jakarta.
Jesika study (2012) found a positive role in enhancing the competitiveness of export-oriented SMEs air in Jakarta on a number of variables such as excellence product, innovation made businessman, human resources and marketing with technology. The studies conducted by Asep A Saefuloh (2007) for SMEs in Bali showed that the role of government implemented in order to realize the foundation of social economy. Bali provincial government policies implemented through the development of SMEs to boost export competitiveness, especially handicrafts in Bali.
This study aimed to get an overview of government policies on the performance of SMEs in the region Sarbagita Bali Province, the potential of the local culture in favor of the existence of social capital, as well as business competence of SMEs in the region Sarbagita Bali.
The results showed that the role of government policy proved positive and significant impact on the competitiveness of SME businesses. Search for intermediation influence of government policy can be mapped in a positive impact on the competitiveness of enterprises through business performance of SMEs.
In turn, the SME enterprise resource competencies has positive and significant impact on the competitiveness of enterprises. This suggested that aspects of the resources that are relevant to production and business management needs of SMEs can be supported by this research.
The potential for social capital in local culture is in the region of Sarbagita. The research on the impact of the role of social capital embodied in the local culture affected the performance of the business, showsed that the local culture has positive and significant impact on business performance. The local culture also has a positive and significant effect on the performance of the business and the influence of local culture on the competitiveness of enterprises. Thus, it can be stated that the existence of the local culture becomes very relevant when they put into action in order to build unity in business management in SMEs environment Sarbagita region.
The results of this study can provide an assurance that the role of government policy has been successfully function not only as a driver of the increase in SME business competence, but also that the government has been
(12)
successful empowerment to strengthen the role of the government assistance both for the city and regency in the region of Sarbagita.
This study recommends that local culture will strengthen the competitiveness of the SME business to face the global market competition, especially in the field of wooden handicrafts export-based industries.
Keywords: Role of government, competence resources, local culture, performance, business competitiveness, and wood craft industry.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ………. x
DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
DAFTAR TABEL ……….. x iv BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar Belakang ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……….12
1.3 Tujuan Penelitian ………...13
1.4 Manfaat Penelitian ………...14
BAB II LANDASAN TEORI ………. ... 16
2.1 Kinerja Usaha ... 16
2.2 Daya Saing ... 17
2.3 Konsep Budaya Lokal dan Potensi Modal Sosial ... 20
2.4 Strategi Pengembangan Usaha ... ……….… 23
2.5 Pendekatan Kelembagaan dan Sumber Daya ...……….. 28
2.6 Karakteristik dan Tingkatan Kompetensi ………. 29
2.7 Industri Kecil dan Ruang Lingkupnya ... ………. 32
(14)
2.8 Peran Pemerintah dan Industri Kecil dan Menengah ... 36
2.9 Penelitian Sebelumnya ...………..………... 38
BAB III KERANGKA PIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .…………... 42
3.1 Model Kerangka Pikir ... 42
3.2 Kerangka Konsep Penelitian ……….…….…..44
3.3 Hipotesis Penelitian ..……….. 47
BAB IV METODE PENELITIAN ……….49
4.1 Rancangan Penelitian ………..49
4.2 Lokasi Penelitian ……….…….50
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………..51
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….54
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ………..56
4.6 Metode Pengumpulan Data ……….56
4.7 Data dan Jenis Data ……….57
4.8 Instrumen Penelitian ...57
4.9 Teknik Analisis Data ...59
4.10 Penentuan Jenis Latent Formative dan Reflective ...61
4.11 Pengukuran Reflective Model ...63
4.12 Formative Measurenment Model ... 65
4.13 Pengujian Model Struktural (Inner-model) ... 67
4.14 Tahapan Pengujian Model Struktural (Inner-model) ... 69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 73
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 73
(15)
5.2 Profile Usaha Industri Kecil dan Menengah Kerajinan Kayu
Wilayah Sarbagita ... 77
5.3 Karakteristik Sampel Penelitian IKM ...79
5.4 Uji Measurenment Data Penelitian ... 85
5.5 Hasil Analisis Second Order Model Struktural Penelitian... 95
5.6 Kontribusi Penelitian Terhadap Ilmu Ekonomi ...110
5.6.1 Temuan Penelitian ...112
5.6.2 Keterbatasan Penelitian ...113
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ..………....114
6.1 Kesimpulan ...114
6.2 Saran – Saran ...116
DAFTAR PUSTAKA ...118
LAMPIRAN ... 128
(16)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Daerah Penelitian ... 5
2.1 Konsep Budaya Lokal dan Modal Sosial ... 21
2.2 Strategi Ancaman Pesaing Porter ... .…. 23
2.3 Implementasi Strategi Berdasarkan Periode Waktu ………. 24
2.4 Konsep RBV... ……… 25
2.5 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Keunggulan Kompetitif …….. ……….... 26
2.6 Proses Nilai Tambah dan Keunggulan Kompetitif ..………. 26
2.7 Komponen Kinerja Untuk Menghasilkan Daya Saing Berkelanjutan ...….. 27
2.8 Konsep Modal Sosial dan Resources Based Views ... 39
2.9 Framework Penelitian Roxas dan Chadee (2011) ... 39
3.1 Model Kerangka Pikir Penelitian ... 43
3.2 Konstruksi Peranan Pemerintah, Kompetensi Sumber daya, dan Budaya Lokal Terhadap Kinerja dan Daya Saing Usaha Industri Kerajinan Kayu Wilayah Sarbagita Provinsi Bali ... 45
5.1 Wilayah Sarbagita Provinsi Bali ...78
5.2 Uji Kelayakan Karakter Laten Formative X1...87
5.3 Uji Kelayakan Karakter Laten Reflective X2 ...88
5.4 Uji Kelayakan Karakter Laten Formative X3 (Second Order Formative ...90
5.5 Uji Kelayakan Karakter Laten Reflective Y1 ...93
5.6 Uji Kelayakan Karakter Laten Reflective Y2 ...94
5.7 Model Struktural Second Order Path dan SEMPLS ...96
(17)
5.8 Model Struktural Intermediasi Kebijakan Pemerintah
Terhadap Kinerja Usaha ...105
5.9 Model Struktural Intermediasi Kebijakan Pemerintah
Terhadap Daya Saing Usaha ...106
5.10 Model Struktural Intermediasi Kompetensi Usaha...107
5.11 Model Struktural Intermediasi Budaya lokal ...108
5.12 Peranan Budaya Lokal Dalam Penguatan Kinerja Usaha Membangun Daya Saing ...112
(18)
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1Potensi Industri Kerajinan Kayu Wilayah Sarbagita Tahun 2013 ... 6
1.2Realisasi Ekspor Daerah Bali Per Komoditi Periode 2008-2012……….…… 7
1.3Realisasi Ekspor Per Negara Tujuan Tahun 2008-2012... 8
4.1 Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Industri Kerajinan Kayu Wilayah Sarbagita Tahun 2013 ....………...51
4.2 Jumlah Populasi Usaha Industri Kerajinan Kayu pada Wilayah Sarbagita Provinsi Bali ... 52
4.3 Distribusi Sampel Penelitian pada Wilayah Sarbagita Provinsi Bali ………. 54
4.4 Karakteristik Latent Variabel yang Memiliki Bentuk Reflecteive dan Formative ... 63
4.5 Kriteria Pengujian Latent Measurenment Reflective ... 65
4.6 Kriteria Pengujian Latent Measurenment yang Formative ... 67
5.1 Second Order Latent: BootstrappingPATH COEFFICIENT ...97
(19)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daya saing produk industri ber-orientasi ekspor yang dihasilkan oleh
pengusaha ekonomi menengah dan kecil di Indonesia telah banyak dilakukan
pengkajian tidak saja karena banyak menyerap lapangan perja, tetapi juga
merupakan penghasil devisa dari perdagangan ekspor. Hasil kajian tentang
kinerja Industri Kecil dan Menengah (IKM) dilaporkan oleh Orpha Jane dan Arie
Indra Chandra (2012), Badrudin Rudy(2012), serta Jaka Sriyana (2010). Kajian
secara lebih spesifik dilaporkan oleh Jamaluddin (2005) tentang daya saing
produk lokal, serta Endang Sri Rahayu (2010) tentang pentingnya kemitraan
dalam upaya meningkatkan daya saing IKM yang diangkat dari profile
perkampungan industri kecil Jakarta Timur.
Laporan hasil penelitian yang disampaikan oleh para peneliti
sebagaimana disebutkan di atas pada umumnya memberikan gambaran tentang
kendala permodalan, jaringan pemasaran yang terbatas, serta permasalahan
sumber daya yang kurang terampil. Penelitian Jesika (2012) menemukan adanya
peran yang positif dalam rangka peningkatan daya saing IKM ber-orientasi ekspor
di wilayah DKI Jakarta dari sejumlah variabel seperti keunggulan produk, inovasi
yang dilakukan pengusaha, sumber daya manusia serta pemasaran dengan
memanfaatkan teknologi.
(20)
2
Kendala yang dihadapi IKM di Bali adalah permasalahan bahan baku dan
teknologi, sehingga mengurangi daya saing IKM di Bali. Kajian yang dilakukan
oleh Asep A Saefuloh (2007) untuk IKM di Provinsi Bali menunjukkan bahwa
peranan pemerintah dilaksanakan dalam rangka terwujudnya fondasi ekonomi
kerakyatan. Kebijakan pemerintah Provinsi Bali dilaksanakan melalui pembinaan
IKM untuk mendorong peningkatan daya saing ekspor khususnya kerajinan di
Bali.
Pendekatan pembinaan IKM juga dilakukan pemerintah pusat melalui
Departemen Koperasi dan IKM bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Badung yang sukses dalam pengembangan model One Village One Product (OVOP) (Laporan Bappeda Kabupaten Badung, 2012). Demikian pula terhadap Adanya kesesuaian kompetensi sumber daya yang semakin tersedia secara
mencukupi, adanya pengetahuan kelembagaan ekonomi baru, adanya dukungan
lingkungan (budaya) dalam meningkatkan keunggulan kompetensi dan adanya
pengetahuan (kreativitas) sebagai pembangkit ekonomi (Badrudin Rudy, 2012).
Penelitian Sujadi (2008) tentang sinergi produk IKM berbasis ekspor di
Klaten Jawa Tengah menyimpulkan adanya keterkaitan yang erat antara penyedia
bahan baku dengan kinerja pertumbuhan ekspor produk IKM tersebut. Studi yang
telah dilaksanakan oleh sejumlah peneliti tersebut di atas pada umumnya lebih
banyak menyajikan profile tentang kinerja IKM dengan sangat terbatas memperkenalkan adanya kemungkinan penggunaan strategi usaha yang tepat guna
(21)
3
Porter (1995) telah merumuskan empat komponen yang harus
diperhatikan organisasi perusahaan dalam mendapatkan pangsa pasar dari produk
yang mereka produksi. Pertama, adalah company strategy, struktur usaha dan posisi pesaing. Kedua, adalah factor conditions, yaitu kondisi internal perusahaan dengan sumber daya yang mereka miliki dalam upaya menghasilkan produk yang
low cost. Ketiga adalah demand conditions, dimana produk yang dihasilkan akan menemukan pembeli potensial. Ke empat adalah supporting industries, dimana perusahaan dalam menghasilkan produk barang dan jasa dapat memelihara
ketersediaan bahan baku melalui jaringan supplier yang semakin mapan.
Persaingan pasar produk berbasis ekspor pada era tahun 1990-an semakin
tajam, sehingga mengharuskan banyak perusahaan menata kembali strategi usaha
yang lebih sesuai dalam menghadapi arah persaingan usaha dalam arena pasar
internasional. Dalam rangka menyikapi arah persaingan tersebut, Barney, J. B., &
Wright, P.M. (1998) dapat menjadi sumber inspirasi baru tentang gagasan mereka
yang berkaitan dengan pendekatan Resources Base View (RBV) yaitu pandangan yang lebih memfokuskan diri pada persoalan inward looking dari perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan usaha menjadi lebih tajam dalam menata low cost untuk mampu bersaing. Pada tahun 1990-an, gagasan tentang RBV menjadi lebih mengemuka untuk kemudian dikaitkan dengan kemungkinan dapat memiliki
nilai tambah berkelanjutan, yaitu arah pengembangan strategi usaha resources based approach yang dikaitkan dengan sustainable competitive advantage
(22)
4
Premis dari pendekatan RBV adalah bahwa perusahaan bersaing dari sumber daya yang mereka miliki dengan mengoptimalkan pada kapabilitas
sumber daya agar bisa berproduksi pada nilai tambah pelanggan yang lebih besar
(Margaret A.Peteraf dan Mark E. Bergen, 2003). Produk yang berdaya saing
tinggi adalah pencerminan dari kemampuan usaha dalam mengkombinasikan
resources berbasis kompetensi sumber daya yang akan mendorong terbentuknya keunggulan kompetitif produk dari usaha bersangkutan. Dengan demikian,
keunggulan sumber daya adalah focus strategi dalam mencapai sasaran akhir. Berdasarkan laporan hasil penelitian yang telah disampaikan di sejumlah
tempat di Indonesia, menunjukkan bahwa pendekatan RBV yang memfokuskan kepada strategi inward looking adalah mungkin diterapkan, tetapi menjadi relative terkendala apabila tidak diperhitungkan lingkungan budaya, kondisi
kemasyarakatan serta arah kelembagaan politik. Hal tersebut ikut serta
membentuk dan sekaligus dapat menjadi hambatan bagi pengembangan konsep
RBV dalam rangka menghasilkan produk yang berdaya saing.
DiMaggio and Powell (2001) menggagas keterpaduan antara konsep
RBV dengan konsep teori new institutional yang memfokuskan kepada peranan kelembagaan dalam membentuk perilaku kemasyarakatan. Cara pandang ini
menjadi relevan dengan kondisi IKM di Indonesia, karena perubahan yang terjadi
atas kinerja usaha mereka tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kondisi
budaya, kepentingan politik dan kondisi dinamis sosial kemasyarakatan.
Provinsi Bali terkenal di dunia dengan wisata budaya, sehingga Bali
(23)
5
Kondisi ini berdampak terhadap IKM sebagai industri yang mendorong pariwisata
di Bali. Kondisi ini menunjukkan bahwa IKM di Provinsi Bali sangat potensial
dikembangkan untuk menopang perekonomian Bali sebagai daerah pariwisata.
Gambar 1.1 Daerah Penelitian
Bali merupakan kawasan yang dibagi menjadi 4 wilayah pengembangan
potensi produksi meliputi Bali Selatan, Bali Utara, Bali Timur dan Bali Barat.
(lihat Gambar 1.1). Meskipun dibagi menjadi 4 wilayah, namun dilihat dari
wilayah pertumbuhan ekonomi, maka Bali dibagi menjadi wilayah Sarbagita dan
wilayah Non Sarbagita. Sarbagita meliputi Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan, serta non Sarbagita meliputi
(24)
6
Tabel 1.1
Potensi Industri Kerajinan Kayu Wilayah Sarbagita Tahun 2013 No. Kabupate
n/Kota Jml. Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000)
1 Tabanan 53 350 14.231.133 69.842.525 2 Denpasar 316 2.134 33.386.444 152.364.554 3 Badung 235 2.636 10.439.728 83.600.113 4 Gianyar 286 5.335 388.210.040 195.738.265
Total 890 10.455 446.267.345 501.545.457 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Tahun 2013
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali
tahun 2013, jumlah unit usaha di wilayah Sarbagita Provinsi Bali yang terbanyak
ada di Kota Denpasar, kemudian disusul Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung,
dan yang paling sedikit ada pada Kabupaten Tabanan. Penyerapan tenaga kerja
paling banyak di Kabupaten Gianyar, dan paling sedikit ada di Kabupaten
Tabanan. Nilai investasi terbesar ada pada Kabupaten Gianyar, dan terendah di
Kabupaten Badung. Nilai produksi terbesar ada di Kabupaten Gianyar, disusul
Kota Denpasar, kemudian Kabupaten Badung, dan yang terendah nilai
produksinya adalah Kabupaten Tabanan. Total produksi industri kerajinan kayu di
wilayah Sarbagita Tahun 2013 senilai Rp. 501.545.457.000.
Industri yang ada di Bali sebagian besar tergolong IKM, dimana produk
industri kecil dan kerajinan yang terdiri dari kerajinan kayu dan tekstil. Ekspor
daerah Bali digolongkan atas beberapa komoditas, yaitu hasil kerajinan, hasil
(25)
7
dilihat bahwa total ekspor daerah Bali dari tahun 2008 hingga tahun 2012 rata-rata
mengalami penurunan sebesar 3,32 persen.
Berdasarkan Tabel 1.2, ternyata produk kerajinan kayu mengalami
fluktuasi, artinya mengalami penurunan dan peningkatan ekspor. Bahkan
terdapat arah dimana produk ekspor tertentu tidak lagi menjadi mata dagangan
pada negara bersangkutan, tetapi kemudian beralih ke negara tujuan lainnya.
Komoditas ekspor hasil kerajinan yang di dalamnya termasuk kerajinan kayu
realisasi ekspor Daerah Bali periode 2008 – 2012 rata-rata mengalami perubahan dengan penurunan sebesar 6,42 persen. Demikian pula untuk hasil industri
realisasi ekspornya untuk periode yang sama juga mengalami penurunan rata-rata
3,93 persen. Hasil pertanian dan perkebunan realisasi ekspor periode 2008 – 2012 rata-rata mengalami kenaikan, dimana untuk hasil pertanian sebesar 5,23
persen, dan untuk perkebunan sebesar 6,45 persen. Sedangkan realisasi ekspor di
luar hasil kerajinan, hasil industri, hasil pertanian dan hasil perkebunan dalam
periode 2008 – 2012 rata-rata mengalami kenaikan sebesar 39,83 persen.
Tabel 1.2
Realisasi Ekspor Daerah Bali Per Komoditi Periode 2008 – 2012
Komoditas Ekspor
Tahun (Rp juta) Rata-rata
Perubahan
2008 2009 2010 2011 2012
Hasil Kerajinan 266,21 224,10 215,29 197,46 202,07 - 6,42%
Hasil Industri 188,93 170,47 180,22 192,13 157,03 -3,93%
Hasil Pertanian 96,17 104,54 119,77 102,56 114,89 5,23%
Hasil
Perkebunan 0,64 0,96 0,89 0,90 0,74 6,45%
Lain-lain 1,88 2,47 3,75 4,82 7,11 39,83%
Total 553,83 502,54 519,91 497,86 481,84 -3,32%
(26)
8
Fenomena kinerja IKM di Provinsi Bali dapat dilihat dari perdagangan
ekspor produk kerajinan yang selama ini telah diekspor ke berbagai negara tujuan,
antara lain negara ASEAN, negara Pasifik, Uni Eropa, Timur Tengah Eropa
Timur, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Selatan, dan negara
lainnya. Realisasi ekspor per negara tujuan tahun 2008– 2012 untuk negara tujuan Uni Eropa mengalami penurunan yang sangat tinggi dengan rata-rata 11,11
persen. Sedangkan untuk negara tujuan Amerika Tengah realisasi ekspor tahun
2008 – 2012 mengalami kenaikan yang sangat tinggi dengan rata-rata 16,45 persen, dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
Realisasi Ekspor Per Negara Tujuan Tahun 2008 – 2012
Negara Tujuan
Realisasi Ekspor (Rp juta) Rata-rata Perubahan 2008 2009 2010 2011 2012
Negara
ASEAN 13,38 10,65 12,47 12,77 13,03 0,27% Negara
Pasific 248,03 256,26 270,92 263,19 273,62 2,54% Uni Eropa 198,77 171,03 163,38 147,52 123,46 -11,11%
Timur
Tengah 5,40 2,45 3,85 4,14 4,27 3,33% Eropa Timur 2,31 1,51 1,14 1,65 2,06 2,66% Afrika 14,99 16,29 14,65 14,81 17,30 4,13% Amerika
Tengah 2,27 2,16 2,43 4,40 3,39 16,45% Amerika
Selatan 7,55 5,76 6,42 7,34 7,81 2,12% Asia Selatan 1,99 2,22 2,58 3,39 3,11 12,71%
Negara
Lainnya 59,14 34,21 42,07 38,65 33,79 -9,97% Total 553,83 502,54 519,91 497,86 481,84 -3,32% Sumber : Dinas Perdagangan Provinsi Bali, Tahun 2014
(27)
9
Berdasarkan fenomena tersebut, serta sejumlah riset yang terkait dengan
IKM sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, maka konstruksi permasalahan
kinerja IKM dapat dirumuskan sebagai pokok permasalahan penelitian ini.
Pertama, keberadaan IKM tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja IKM, termasuk permasalahan bagaimana mewujudkan
daya saing berkelanjutan sebagaimana telah dirumuskan sebagai strategi bersaing
oleh Barney (1998). Kedua, kemungkinan dapat dipadukan konsep DiMagio dan
Powell (2001). Ketiga, memadukan konsep strategi daya saing Barney (1998) dan
pendekatan modal sosial (DiMagio dan Powell, 2001) diharapkan dapat menjadi
kerangka dalam memecahkan permasalahan kinerja IKM yang berdaya saing di
Bali.
Darwanto, (2010), menyatakan bahwa pemerintah memiliki peran
strategis dalam memberdayakan IKM di Indonesia. Hal yang senada disampaikan
oleh Etty Puji Lestari (2002) dan Badrudin Rudy (2010). Peranan pemerintah
ternyata sebagian besar diarahkan kepada upaya pemberdayaan dan
pendampingan dalam rangka meningkatkan kompetensi usaha IKM. (Orpha Jane,
Arie Indra Chandra, 2012). Peran yang lain dari pemerintah adalah memberikan
fasilitas pendanaan (Sujadi, 2008), dan Irene Ferguson Laing (2009). Pemerintah
juga berperan dalam membantu dalam kerjasama kemitraan usaha. (Christiana et
al, 2011), dan Nunuy Nur Afiah (2009).
Jonathan Q. Morgan (2009), dan juga sejalan dengan Jose G. Vargas
Hernandez (2010), menyatakan bahwa pembinaan dan pemberdayaan pemerintah
(28)
10
IKM secara berkelanjutan. Mohammed Bin Rashid Establishment (2011), dan
Atul Mishra (2012) lebih menekankan kepada pendampingan pemerintah dalam
rangka kemitraan usaha sehingga menjadi fondasi bagi pengembangan usaha
berdaya saing dalam jangka panjang.
Kualitas sumber daya IKM yang diberdayakan secara konsisten dan
berkelanjutan akan meningkatkan daya saing IKM dalam mendapatkan segmen
pasar yang lebih luas, Elnaga (2013). Hal yang senada juga dikemukakan oleh
Okereke (2011), Onuka (2012),danMabel Oyitso (2012).
Atul Mishra (2013), Aziz Sunje (2000), dan Jonathan Q. Morgan
(2009) juga menyatakan hal yang tidak berbeda dengan peneliti sebelumnya, yaitu
bahwa penataan sumber daya IKM yang semakin trampil akan meningkatkan
kompetensi mereka dalam rangka membangun kinerja produksi dan perluasan
pasar. Stimson, et al (2003) menyatakan perlunya memperhatikan lingkungan
social. Paldam, at al (1999) menyatakan peranan adat tradisi dan budaya
masyarakat sebagai dinamika yang hidup berkembang dan memberikan dorongan
bagi peningkatan prestasi dalam berproduksi. Meningkatnya produksi secara stabil
pada gilirannya dapat menciptakan daya saing usaha secara berkelanjutan
(Stephenson, et al (2004), Farrell, et al (2003). Michael Woolcock (2000)
menyatakan pentingnya kinerja produksi dalam rangka mendorong perluasan
pasar.
Kevin, et al (2008), melaporkan kajian tentang peranan social capital
dalam membangun daya saing usaha IKM. Hal yang senada disampaikan oleh
(29)
11
kapital dalam membangun daya saing disampaikan oleh Gelinas, Orams, dan
Wiggins (1997), Thomas C. Powell (2001). Bahwa peranan social capital
dimaksud adalah proses kebersamaan dalam pengambilan keputusan (Nham, et al
(2010), dan Arif Dwi Hartanto et al (2013).
Newbert (2008), menyatakan bahwa kebersamaan untuk mencapai
tujuan dapat dilakukan dengan menghindarkan adanya konflik kepentingan antar
sesama pengusaha IKM. Roger J. Best (2008), Porter (1995),danBruce Dehning,
Theophanis Stratopoulos (2002), menyatakan bahwa motivasi kerja dalam
semangat kebersamaan dinyatakan sebagai kunci keberhasilan dalam membangun
kinerja usaha.
Y. Sri Susilo (2010), dan juga Setiarso (2006), menyatakan bahwa
kebersamaan akan membangun fondasi perusahaan menjadi lebih kuat. (Jesika,
2012), dan (Julianto Didik Eko, 2008), serta (Endang Sri Rahayu, 2010)
memperkuat pernyataan Susilo dan Setiarso berdasarkan penelitian kinerja usaha
yang dilakukan di DKI Jakarta.
Sriyana, (2010), dan Maurice Berns, et al (2009) mendukung
pernyataan di atas dengan mengemukakan bahwa kebersamaan tidak saja
membangun fondasi usaha yang kuat tetapi juga dapat meningkatkan struktur
permodalan usaha melalui penguatan kebersamaan.
Keterbaruan dari penelitian ini adalah menyertakan peranan modal
sosial melalui pendekatan budaya lokal dalam rangka membangun peningkatan
daya saing IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali. Peranan modal sosial sebagai
(30)
12
sosial dalam penelitian ini diartikan sebagai potensi yang terdapat pada Budaya
Lokal. Setiap budaya memiliki potensi kebersamaan (Putnam, 1978).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan beberapa
pokok masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh pemerintah terhadap kinerja IKM (usaha industri
kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
2) Bagaimana pengaruh pemerintah terhadap kompetensi IKM (usaha industri
kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
3) Bagaimana pengaruh pemerintah terhadap daya saing berkelanjutan IKM
(usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
4) Bagaimana pengaruh kompetensi IKM terhadap kinerja IKM (usaha industri
kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
5) Bagaimana pengaruh kompetensi IKM terhadap daya saing berkelanjutan
pada IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
6) Bagaimana pengaruh budaya lokal terhadap kinerja IKM (usaha industri
kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
7) Bagaimana pengaruh budaya lokal terhadap daya saing berkelanjutan pada
IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
8) Bagaimana pengaruh kinerja IKM terhadap daya saing berkelanjutan pada
IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
9) Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha industri
(31)
13
10) Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap daya saing usaha
industri kerajinan kayu melalui mediasi kinerja usaha?
11) Bagaimana pengaruh kompetensi usaha industri kerajinan kayu terhadap daya
saing usaha melalui mediasi kinerja usaha?
12) Bagaimana pengaruh budaya lokal terhadap daya saing usaha industri
kerajinan kayu melalui mediasi kinerja usaha?
1.3Tujuan Penelitian
1) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh pemerintah terhadap
kinerja IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi
Bali
2) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh pemerintah terhadap
kompetensi IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
3) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh pemerintah terhadap
daya saing berkelanjutan IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita
Provinsi Bali
4) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh kompetensi IKM
terhadap kinerja IKM (usaha kerajinan kayu di wilayah Sarbagita Provinsi
Bali
5) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh kompetensi IKM
terhadap daya saing berkelanjutan pada IKM (industri kerajinan kayu) di
(32)
14
6) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh budaya lokal terhadap
kinerja IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi
Bali?
7) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh budaya lokal terhadap
daya saing berkelanjutan pada IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah
Sarbagita Provinsi Bali
8) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh kinerja IKM terhadap
daya saing berkelanjutan pada IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah
Sarbagita Provinsi Bali
9) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi kebijakan pemerintah terhadap
kinerja usaha melalui mediasi kompetensi usaha
10) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi kebijakan pemerintah terhadap
daya saing usaha melalui mediasi kinerja usaha.
11) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi kompetensi usaha terhadap daya
saing usaha melalui mediasi kinerja usaha.
12) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi budaya lokal terhadap daya saing
usaha melalui mediasi kinerja usaha.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka manfaat praktis
(33)
15
1) Memberikan kontribusi/masukan bagi Pemerintah dalam menyusun acuan
kebijakan pemberdayaan industri kerajinan kayu di Bali pada khususnya dan
IKM yang lain pada umumnya;
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan
dengan memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa melalui analisis
ini, IKM dapat dijadikan sebagai barometer kekuatan perdagangan daerah
dalam persaingan global.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian
khususnya dalam kajian ilmu pengetahuan ekonomi dengan mengoptimalkan
peran Budaya Lokal dalam mendukung daya saing dan kinerja usaha. Disamping
itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang
melakukan penelitian dibidang pemberdayaan IKM dalam pembangunan daerah
(1)
10
IKM secara berkelanjutan. Mohammed Bin Rashid Establishment (2011), dan Atul Mishra (2012) lebih menekankan kepada pendampingan pemerintah dalam rangka kemitraan usaha sehingga menjadi fondasi bagi pengembangan usaha berdaya saing dalam jangka panjang.
Kualitas sumber daya IKM yang diberdayakan secara konsisten dan berkelanjutan akan meningkatkan daya saing IKM dalam mendapatkan segmen pasar yang lebih luas, Elnaga (2013). Hal yang senada juga dikemukakan oleh Okereke (2011), Onuka (2012),danMabel Oyitso (2012).
Atul Mishra (2013), Aziz Sunje (2000), dan Jonathan Q. Morgan (2009) juga menyatakan hal yang tidak berbeda dengan peneliti sebelumnya, yaitu bahwa penataan sumber daya IKM yang semakin trampil akan meningkatkan kompetensi mereka dalam rangka membangun kinerja produksi dan perluasan pasar. Stimson, et al (2003) menyatakan perlunya memperhatikan lingkungan social. Paldam, at al (1999) menyatakan peranan adat tradisi dan budaya masyarakat sebagai dinamika yang hidup berkembang dan memberikan dorongan bagi peningkatan prestasi dalam berproduksi. Meningkatnya produksi secara stabil pada gilirannya dapat menciptakan daya saing usaha secara berkelanjutan (Stephenson, et al (2004), Farrell, et al (2003). Michael Woolcock (2000) menyatakan pentingnya kinerja produksi dalam rangka mendorong perluasan pasar.
Kevin, et al (2008), melaporkan kajian tentang peranan social capital dalam membangun daya saing usaha IKM. Hal yang senada disampaikan oleh Robert M. Grant (2001). Dan juga Oystein Gjerde et al (2009). Peranan sosial
(2)
11
kapital dalam membangun daya saing disampaikan oleh Gelinas, Orams, dan Wiggins (1997), Thomas C. Powell (2001). Bahwa peranan social capital dimaksud adalah proses kebersamaan dalam pengambilan keputusan (Nham, et al (2010), dan Arif Dwi Hartanto et al (2013).
Newbert (2008), menyatakan bahwa kebersamaan untuk mencapai tujuan dapat dilakukan dengan menghindarkan adanya konflik kepentingan antar sesama pengusaha IKM. Roger J. Best (2008), Porter (1995),danBruce Dehning, Theophanis Stratopoulos (2002), menyatakan bahwa motivasi kerja dalam semangat kebersamaan dinyatakan sebagai kunci keberhasilan dalam membangun kinerja usaha.
Y. Sri Susilo (2010), dan juga Setiarso (2006), menyatakan bahwa kebersamaan akan membangun fondasi perusahaan menjadi lebih kuat. (Jesika, 2012), dan (Julianto Didik Eko, 2008), serta (Endang Sri Rahayu, 2010) memperkuat pernyataan Susilo dan Setiarso berdasarkan penelitian kinerja usaha yang dilakukan di DKI Jakarta.
Sriyana, (2010), dan Maurice Berns, et al (2009) mendukung pernyataan di atas dengan mengemukakan bahwa kebersamaan tidak saja membangun fondasi usaha yang kuat tetapi juga dapat meningkatkan struktur permodalan usaha melalui penguatan kebersamaan.
Keterbaruan dari penelitian ini adalah menyertakan peranan modal sosial melalui pendekatan budaya lokal dalam rangka membangun peningkatan daya saing IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali. Peranan modal sosial sebagai kekuatan dalam membangun daya saing merujuk pada DiMagio (2001). Modal
(3)
12
sosial dalam penelitian ini diartikan sebagai potensi yang terdapat pada Budaya Lokal. Setiap budaya memiliki potensi kebersamaan (Putnam, 1978).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh pemerintah terhadap kinerja IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
2) Bagaimana pengaruh pemerintah terhadap kompetensi IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
3) Bagaimana pengaruh pemerintah terhadap daya saing berkelanjutan IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
4) Bagaimana pengaruh kompetensi IKM terhadap kinerja IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
5) Bagaimana pengaruh kompetensi IKM terhadap daya saing berkelanjutan pada IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali? 6) Bagaimana pengaruh budaya lokal terhadap kinerja IKM (usaha industri
kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
7) Bagaimana pengaruh budaya lokal terhadap daya saing berkelanjutan pada IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali? 8) Bagaimana pengaruh kinerja IKM terhadap daya saing berkelanjutan pada
IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali? 9) Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha industri
(4)
13
10) Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap daya saing usaha industri kerajinan kayu melalui mediasi kinerja usaha?
11) Bagaimana pengaruh kompetensi usaha industri kerajinan kayu terhadap daya saing usaha melalui mediasi kinerja usaha?
12) Bagaimana pengaruh budaya lokal terhadap daya saing usaha industri kerajinan kayu melalui mediasi kinerja usaha?
1.3Tujuan Penelitian
1) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh pemerintah terhadap kinerja IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
2) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh pemerintah terhadap kompetensi IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali 3) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh pemerintah terhadap
daya saing berkelanjutan IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
4) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh kompetensi IKM terhadap kinerja IKM (usaha kerajinan kayu di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
5) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh kompetensi IKM terhadap daya saing berkelanjutan pada IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
(5)
14
6) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh budaya lokal terhadap kinerja IKM (usaha industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali?
7) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh budaya lokal terhadap daya saing berkelanjutan pada IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
8) Untuk menguji signifikansi dan menganalisis pengaruh kinerja IKM terhadap daya saing berkelanjutan pada IKM (industri kerajinan kayu) di wilayah Sarbagita Provinsi Bali
9) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha melalui mediasi kompetensi usaha
10) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi kebijakan pemerintah terhadap daya saing usaha melalui mediasi kinerja usaha.
11) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi kompetensi usaha terhadap daya saing usaha melalui mediasi kinerja usaha.
12) Untuk menganalisis pengaruh signifikansi budaya lokal terhadap daya saing usaha melalui mediasi kinerja usaha.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut :
(6)
15
1) Memberikan kontribusi/masukan bagi Pemerintah dalam menyusun acuan kebijakan pemberdayaan industri kerajinan kayu di Bali pada khususnya dan IKM yang lain pada umumnya;
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan dengan memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa melalui analisis ini, IKM dapat dijadikan sebagai barometer kekuatan perdagangan daerah dalam persaingan global.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian khususnya dalam kajian ilmu pengetahuan ekonomi dengan mengoptimalkan peran Budaya Lokal dalam mendukung daya saing dan kinerja usaha. Disamping itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian dibidang pemberdayaan IKM dalam pembangunan daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah.