Yakuza Dalam Film Tokyo Mafia.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang Masalah

1


1.2

Pembatasan Masalah

5

1.3

Tujuan Penelitian

5

1.4

Metode Penelitian

6

1.5


Organisasi Penulisan

8

ORGANISASI YAKUZA

9

2.1

Struktur Organisasi Yakuza

9

2.2

Kesetiaan Yakuza

15


2.3

Hubungan Berdasarkan Hierarki Dalam Organisasi

18

2.4

Kegiatan Bisnis Yakuza

20

YAKUZA DALAM FILM TOKYO MAFIA

24

Hierarki Dalam Cara Memanggil

24


3.1.1

Kashira

25

3.1.2

Aniki

26

3.1.3

Oya

27

BAB II


BAB III
3.1

3.2

Kedudukan Menurut Hierarki

29

3.3

Hierarki Dalam Cara Bersikap

33

iv

Universitas Kristen Maranatha


3.4

3.5

BAB IV

Kesetiaan Yakuza

37

3.4.1

Kesetiaan Terhadap Atasan

37

3.4.2

Kesetiaan Terhadap Kelompok


40

Kegiatan Bisnis Yakuza

41

3.5.1

Perdagangan Obat Bius dan Perdagangan Senjata

41

3.5.2

Prostitusi dan Hiburan Malam

45

3.5.3


Rekanan Yakuza

47

KESIMPULAN

50

SINOPSIS

vi

DAFTAR PUSTAKA

xii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

xiii


v

Universitas Kristen Maranatha

東京マ

いう映画









ター

教大学


文学部日本語学科




世界



序論



用語





本来



ーム










販売






言う言葉

人あ



社会

迷惑





犯罪組織










言葉







意味



親子関係



売春





犠牲



実現

組織



習慣



重視






虚構

強制

麻薬



兵器

全員

献身





犠牲








覚悟
いう



非常










組織







いう関係















忠実

実現

本来

ーム

言う言葉

いう関係現



態度





犯罪

いう組織



一人










いう

いう用語


ーム

言う言葉

関係












兄弟関係


連行序列

vi

全員

ザ社会


いう制度







階層構造
存在



本論

用語


組織











会長





東京マ
ぶ場合

後輩





用語



組織構造








後輩

対話



いう映画



当映

先輩







会長

使用



先輩



舎弟

いう称



関係

多数










特徴



東京マ

成員



組織

血族







高い人

構造

封建制度



地位


仲心






ザ家族

組織






兄貴

いう







いう称

:



い ..



東京マ
東京マ

う称




兄貴


いう称



vii

組織


会長





先輩





東京マ






組織





び方

例え
組織

会長

総長



補佐



総長





組織会長



現実




助手



用語



いう用語

多数





役者

ザ組織

組織

助手







会長









最後
東京マ

ザ組織
支配

会長

使

組織

最高



実際

会長


東京マ



組織








態度





態度







役割





いう基本原則














組織







手い

viii








会長








構成員







忠誠心



組織

父系制度


集団

態度取

ザ迷わ



東京マ
忠誠心








封建時

組織

義務









映画









現在日本

ザ家族

いう用語


意味



会長
補佐



成員


場合
い任




基本



成員

忠誠心
成員


忠誠心





集団

犠牲







世界




生死
力者






いう











ザ組織

起こ
犯罪





忠誠心
実現











いう制度

関わ




習慣

東京マ


犠牲



組織

権力者



人問





重要

危険



組織



当権

及ぶ場合
警察所

成員





出頭

忠誠心





例え

:

え東京マ

:

う?











東京マ
場面

組織



成員


犠牲





義務



犠牲

:












:





組織





対話

会長





英語

東京マ

ix





う意義






場面


う自

集団

態度



集団

資料



収入



ザ組織

不法
:腕








場面



いい

場面

ー知












不法

場面

取引

覚悟






例え

軍需品

:

犠牲



東京マ
組織





集団

奪わ









東京マ
















:五千万円

不法


東京マ
軍需品 取引

ザ組織
麻薬販売

収入







営業


行為

東京マ


日本

例え



売春

ザ組織

実際

結論
東京マ
組織





組織構造



忠誠心







映画





ザ組織
巨大

犯罪組織



ザ組織
組織

x



実際

日本





ザ組織
一員

組織





体系的

一家





組織

収入





映画





ザ組織


xi

不法





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika mendengar tentang negara Jepang seringkali yang terlintas ataupun
tertanam adalah Jepang sebagai negara yang memiliki teknologi tinggi, pendidikan
bermutu, tingkat perekonomian yang tinggi, dan masyarakat modern yang masih
menjunjung tinggi tradisinya. Dibalik semua itu ada satu hal yang selama ini kurang
mendapat tempat untuk dicermati yaitu mengenai sebuah kelompok masyarakat yang
merupakan masyarakat kelas bawah di Jepang. Para peneliti ilmu sosial dalam
menggambarkan Jepang pada dunia, sangat sedikit perhatiannya terhadap masyarakat
kelas bawah yang terdapat di Jepang, yang anggotanya dianggap memiliki perilaku
menyimpang, walaupun tidak semua 1 . Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa
kenyataannya memang tidak sedikit dari anggota masyarakat kelas bawah tersebut
yang berperilaku menyimpang merupakan anggota organisasi kriminal. Salah satu
film yang menggambarkan tentang kelompok kriminal di Jepang, yang dinamakan
yakuza, adalah Tokyo Mafia yang disutradarai oleh Kazuhiko Murakami tahun 1995.
Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melihat sisi lain dari
kelompok yakuza yang merupakan organisasi kriminal di Jepang, dengan meneliti
lebih dalam gambaran yakuza yang terdapat pada film Tokyo Mafia. Film ini sendiri
bercerita tentang seorang anggota yakuza yang bernama Ginya Yabuki yang
1

Margaret Lock. PhD, Japanese Responses to Social Change-Making the Strange Familiar, 1983.
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerenden.Fcgi

1

Universitas Kristen Maranatha

diperankan oleh Riki Takeuchi yang keluar dari kelompoknya karena ketidak
cocokannya dengan orang nomor dua dalam kelompok yakuza tempat ia dulunya
mengabdikan diri. Ketidak cocokan mereka berdua disebabkan oleh orang nomor dua
dalam kelompoknya menuduh Yabuki menggelapkan uang pemimpin kelompok.
Setelah Yabuki keluar dari kelompok ia mendirikan kelompok baru yang bernama
Tokyo Mafia. Tujuan awal Yabuki mendirikan kelompoknya adalah untuk balas
dendam kepada orang yang dulu telah menuduh dia menggelapkan uang pemimpin
kelompok lamanya, tetapi seiring berjalannya waktu Yabuki melupakan semua tujuan
awalnya. Karena ia merasa semua itu tidak ada gunanya dan juga perkembangan
kelompok barunya semakin maju pesat.
Ginya Yabuki memiliki seorang sahabat dekat yaitu Sho Saimon yang
diperankan oleh Masayuki Imai yang dulunya sama-sama sebagai anggota yakuza.
Sho Saimon sangat setia kepada kelompoknya dan mengutamakan baktinya kepada
親分oyabun tempat ia tinggal. Kedudukan Sho Saimon sendiri dalam kelompoknya
tergolong tinggi sebagai orang kepercayaan kepala yakuza tempat ia bekerja.
Walaupun Yabuki dan Sho Saimon yang awalnya satu kelompok dan kemudian beda
kelompok mereka berdua tetap menjalin hubungan persahabatannya. Setelah
beberapa lama kemudian, muncul masalah besar antara kelompok mereka yaitu
terbunuhnya pemimpin tertinggi dikelompok Sho Saimon. Dan yang menjadi pemicu
permasalahan tersebut adalah Yabuki dituduh sebagai aktor dibalik semuanya itu.
Akibat masalah tersebut persahabatan keduanya pun mulai merenggang dan terjadi

2

Universitas Kristen Maranatha

permusuhan. Tidak beberapa lama kemudian perang antar kelompok terjadi dan yang
keluar jadi pemenangnya adalah kelompok Sho Saimon. Penulis memilih film Tokyo
Mafia sebagai bahan penelitian karena rating film Tokyo Mafia tergolong tinggi,
yaitu memperoleh rating 6,5 dalam skala 10 2 .
Selain itu cerita dalam film juga sangat menarik yaitu terfokus pada isi
kedalaman dari organisasi yakuza, konsekuensi-konsekuensi yang harus dihadapi
apabila ingin menjadi seorang yakuza serta kegiatan yakuza, walaupun kebenaran dari
semua cerita yang ada dalam film masih perlu dipertanyakan. Berbicara mengenai
yakuza pertama-tama kita harus mengetahui dahulu asal-usul yakuza dan yang
melatar belakangi munculnya yakuza.
Asal-usul yakuza menjadi suatu bahan banyak perdebatan. Yakuza dapat
dikatakan muncul pertama kali pada zaman Tokugawa. Pada awalnya mereka adalah
para samurai, tetapi dalam suatu masa perdamaian yang panjang di Jepang, samurai
ini tidak lagi dibutuhkan, dan mereka menjadi 浪人 ronin. Para samurai tak bertuan
itu atau biasa disebut ronin, mulai mencari pekerjaan baru, namun tidak semua ronin
tersebut sukses dengan pekerjaan barunya bahkan banyak yang menjadi
pengangguran. Para ronin yang tidak berhasil dengan pekerjaan barunya atau tidak
dapat memperoleh pekerjaan kemudian menggunakan segala cara untuk memperoleh
uang, seperti merampok, berjudi, dan sebagainya. Ronin-ronin tersebut biasanya
membentuk kelompok-kelompok dalam melakukan kegiatannya. Pada saat itu ada

2

Ser ratings for Tokyo Mafia, 1995. www.imdb.com/ratings

3

Universitas Kristen Maranatha

suatu kelompok ronin yang cukup terkenal dikalangan masyarakat Edo yang
menamakan dirinya か ぶ き 者 kabuki-mono (orang-orang gila), yaitu kumpulan
orang-orang eksentrik yang berperilaku sesuka hatinya. Di saat berkumpul, biasanya
mereka berjudi dengan menggunakan kartu. Dari permainan judi yang mereka
lakukan itulah muncul istilah yakuza.
Yakuza pada awalnya adalah sebuah istilah dalam permainan kartu yang
disebut sammai karuta atau tiga kartu. Pada permainan tersebut setiap pemain
dibagikan tiga buah kartu. Apabila seorang pemain memperoleh tiga buah kartu
dengan kombinasi 8-9-3 (ya-ku-sa(za)) maka total nilai yang diperoleh adalah 20, dan
karena angka terakhir dari total nilai yang diperoleh adalah 0 (nol) maka ia
dinyatakan kalah 3 . Dari istilah tersebut, kata yakuza memiliki arti tidak berguna yang
menunjukkan pada seorang pemain yang kalah karena memiliki kartu 8-9-3 atau
yakuza. Istilah yakuza pada awalnya hanya ditujukan bagi seorang pemain yang kalah
dalam permainan kartu, namun maknanya kemudian berkembang dan tidak lagi
ditujukan bagi seorang pemain saja tetapi mengacu pada semua orang yang
melakukan judi dan melakukan hal-hal yang menyimpang dan menggangu
masyarakat 4 .
Yakuza dianggap mewakili kejahatan terorganisasi di dunia karena yakuza
dapat dikatakan sebagai suatu organisasi kriminal yang memiliki struktur organisasi
yang tersusun kuat dan rapi untuk mengatur seluruh aktivitas anggotanya. Oleh
3

New York Daily News article by Ying Chan and Jerry Capeci, Japanese Yakuza, Past and Present: by
Adam Johnston, 1995, http://www.alternative.com/crime/yakuza.html
4
The Japanese Mafia, Yakuza. http://web.telia.com/yakuza.htm

4

Universitas Kristen Maranatha

karena itu sebagian besar masyarakat Jepang memandang yakuza sebagai sekelompok
orang dengan perilaku menyimpang dan menakutkan sehingga mereka tidak ingin
terlibat dengan yakuza. Tetapi di lain pihak, keberadaan yakuza tidak dapat diabaikan
karena keberadaan yakuza telah membantu mengurangi pengangguran dan menambah
pemasukan kas negara yang berasal dari pajak minuman dan bisnis-bisnis legal yang
dimiliki yakuza 5 .
Ada beberapa aspek pada yakuza yang dianggap menarik, misalnya
hubungan atasan bawahan yang kuat, loyalitas tinggi yang diterapkan baik terhadap
pemimpin maupun terhadap sesama anggota lainnya. Hal tersebut tampak dalam film
Tokyo Mafia, sehingga penulis tertarik untuk menganalisis film tersebut.

1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian ini membahas organisasi yakuza yang meliputi hubungan atasan
bawahan pada yakuza, kesetian yang dimiliki anggota yakuza, hubungan berdasarkan
hierarki dalam organisasi yakuza, kegiatan bisnis yakuza, melalui penggambaran
secara faktual yakuza dalam film Tokyo Mafia.

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah organisasi yakuza yang
terdapat ataupun yang tergambar dalam film Tokyo Mafia sesuai dengan teks
mengenai yakuza di Jepang.

5

Walter L. Ames, Police and Cummunity in Japan, Barkeley: University of Carolina Press,1981, hal.
105.

5

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Metodologi Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian ini, penulis akan menggunakan
metodologi deskriptif analitik. Metodologi deskriptif analitik dilakukan dengan cara
mendeskriptifkan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analitik. Secara
etimologis deskriptif dan analitik berarti menguraikan. Meskipun demikian, analitik
yang berasal dari bahasa Yunani analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai) telah
diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan
pemahaman dan penjelasan secukupnya 6 .
Deskriftif analitik terdiri dari dua istilah yaitu deskriptif dan analitik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, deskriptif adalah pemaparan atau
penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci serta menguraikannya untuk
mencapai tujuan penelitian 7 . Menurut kamus besar bahasa Indonesia analitik adalah:
a). Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb). b).
Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penalahaan bagian itu sendiri
serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan. c). Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya. d). Proses
pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenaran 8 .
Deskriptif analitik terdiri dari dua istilah, yaitu analitik yang berarti
menganalisa suatu hal dengan tujuan mengetahui penyebabnya, sedangkan deskriptif
6

Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, 2004. hal. 53.
KBBI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka, 1989). hal. 201
8
Ibid, hal. 32

7

6

Universitas Kristen Maranatha

itu sendiri merupakan paparan dari satu per satu parameter kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Withney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat (F.L Withney, 1960 : 160).
Secara harafiah, metode diskriptif analitik ini adalah metode penelitian
untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi data. Kerja peneliti bukan saja memberikan
gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari
suatu masalah yang ingin dipecahkan.
Penelitian deskriptif analitik mempelajari dan menganalisa masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena 9 .
Tujuan dari penelitian deskriptif analitik adalah untuk memecahkan masalah
secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi 10 . Jadi
penelitian deskriptif analitik merupakan suatu metode pendekatan yang menganalisa,
kemudian memaparkan segala sesuatunya dengan bersifat apa adanya dan terfokus

9

Moh.Nazir.Phd, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988). hal. 63
Cholid Narbuko.Drs. Abu Achmadi.Drs. Metodologi Penelitian (PT. Bumi Aksara, 2001). hal. 44

10

7

Universitas Kristen Maranatha

pada sebuah struktur fenomena, menguraikan inti dari struktur dan menghasilkan
sebuah jawaban dari yang tak terlihat menjadi terlihat11 .
Data yang bisa digunakan dalam pendekatan ini berupa pengumpulan
informasi yang kemudian dianalisis melalui pandangan pribadi penulis berdasarkan
buku-buku, artikel-artikel, dan jurnal-jurnal yang telah dilihat dan dibaca. Dalam
pendekatan ini yang menjadi kunci keberhasilan adalah membaca dan membuat
catatan, selain itu beberapa tingkatan penafsiran sehingga terbentuk sebuah pola
umum ke khusus.

1.5 Organisasi Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis akan menguraikannya dalam IV bab. Hal ini
bertujuan supaya menghasilkan karya tulis yang sistematis.
Pada bab I ini penulis akan menguraikan masalah yang akan menjadi latar
belakang penulisan dan karya ilmiah ini, pembatasan masalah, tujuan penelitian ini
dilakukan, metode penulisan dan akan di akhiri dengan organisasi penulisan.
Pada bab II penulis akan membahas tentang organisasi yakuza, struktur
organisasi yakuza, kesetian yakuza, hubungan berdasarkan hierarki dalam organisasi
yakuza serta kegiatan bisnis organisasi yakuza.
Pada bab III ini, penulis akan membahas tentang penggambaran secara
faktual yakuza dalam film Tokyo Mafia.
Pada bab IV berisi tentang kesimpulan dan uraian pada bab-bab sebelumnya.

11

Susan M. Laverty.Ph.D. 2003. hal. 46

8

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV
KESIMPULAN
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil analisis terhadap film Tokyo
Mafia yang bercerita tentang organisasi yakuza. Adapun tujuan penulis dalam
menganalisis film Tokyo Mafia adalah untuk mengetahui apakah organisasi yakuza
yang ada dalam cerita film Tokyo Mafia telah sesuai dengan fakta mengenai
organisasi yakuza sebenarnya.
Setelah penulis melakukan analisis isi cerita film, ternyata sesuai dengan
dugaan awal bahwa banyak persamaan antara organisasi yakuza yang ada dalam
cerita film Tokyo Mafia dengan fakta sebenarnya tentang organisasi yakuza yang ada
di Jepang. Beberapa unsur yang menjadi pembuktian adalah terdapat persamaan
seperti pada sistem hierarki, kesetiaan, dan juga kegiatan bisnis yakuza.
Unsur pertama yaitu sistem hierarki, penulis membaginya menjadi tiga
bagian yaitu hierarki dalam cara memanggil, kedudukan menurut hierarki dan
hierarki dalam cara bersikap.
Dalam organisasi yakuza terdapat istilah tertentu yang digunakan oleh
seorang anggota untuk memanggil anggota lain yang berstatus lebih tinggi dari
dirinya. Hal ini juga ditemukan dalam film Tokyo Mafia, dimana ketika seorang
yakuza yang berstatus junior memanggil senior maupun pemimpinnya, para anggota
selalu mengunakan istilah tertentu yang menandakan jika yang dipanggil tersebut
adalah anggota yang berstatus lebih tinggi darinya. Istilah-istilah tersebut adalah

50

Universitas Kristen Maranatha

kashira sebutan untuk orang ke-2 dalam keluarga yakuza, aniki yaitu sebutan untuk
para senior, dan oya yaitu sebutan untuk pemimpin kelompok.
Kedudukan menurut hierarki pada cerita film Tokyo Mafia hanya mencakup
pada peran atau status seorang anggota yakuza dalam kelompoknya. Dalam film
Tokyo Mafia peran atau status anggota dalam kelompok sesuai dengan fakta
sebenarnya tentang organisasi yakuza. Penyebutan kedudukannya pun mengacu pada
fakta mengenai organisasi yakuza yang ada di Jepang. Seperti sebutan untuk
kedudukan seorang oyabun yang telah membawahi banyak kelompok cabang yaitu
socho (oyabun tertinggi).
Hierarki dalam cara bersikap pada cerita film Tokyo Mafia sesuai dengan
fakta sebenarnya cara bersikap dalam organisasi yakuza sebenarnya. Dimana
keduanya menekankan bahwa anggota yakuza bersikap sesuai dengan statusnya
dalam organisasi. Hal yang merupakan perwujudan dari struktur hierarki masyarakat
yakuza, yang secara jelas mengakui perbedaan antara superordinat dan subordinat.
Hubungan anggota yakuza pada keduanya juga diatur secara hierarki berdasarkan
pada sistem senioritas.
Unsur kedua adalah kesetiaan yakuza. Pada film Tokyo Mafia yang
menceritakan kesetiaan yakuza mencakup dalam dua hal yaitu kesetiaan pada atasan
dan kesetiaan pada kelompok. Kesetiaan seorang anggota yakuza hingga ke tahap
pengorbanan diri demi keselamatan oyabun dan demi kelompok. Bagian yang
menceritakan tentang kesetiaan yakuza dalam film Tokyo Mafia tersebut sesuai

51

Universitas Kristen Maranatha

dengan kenyataan sebenarnya tentang kesetiaan yang seharusnya dimiliki oleh
seorang anggota yakuza.
Seorang yakuza dilatih untuk menjadi seseorang yang benar-benar loyal atau
setia kepada keluarga tempat ia bernaung dan mengutamakan baktinya kepada
oyabun. Pengorbanan diri sendiri demi oyabun dan ikka dalam organisasi yakuza
adalah adat dan kebiasaan yang merupakan perwujudan dari migawari yaitu subtitusi
atau pengganti bagi oyabun.
Unsur ketiga adalah kegiatan bisnis yakuza. Yakuza memang organisasi
kriminal yang sejak dahulu memperoleh penghasilan perjudian, pemerasan, prostitusi,
perdagangan obat-obat terlarang dan juga senjata. Dari beberapa jenis kegiatan diatas
terdapat beberapa kegiatan yang sama yang dilakukan oleh organisasi yakuza yang
ada dalam cerita fim Tokyo mafia. Dimana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
sumber penghasilan dari kelompok yakuza.
Dengan demikian dalam skripsi ini penulis mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa organisasi yakuza yang ada dalam cerita film Tokyo Mafia memiliki
persamaan dengan organisasi yakuza sebenarnya yang ada di Jepang. Yakuza yang
merupakan organisasi kriminal besar juga memiliki kekuasaan besar dengan struktur
organisasi yang sistematis.

52

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA
Ames, Walter L. 1981. Police and Cummunity in Japan: University of California
Press.
Bruno, A. 2007. The Yakuza, The Japanese Mafia: www.wikipedia.com. (20
September 2007).
BOURYOKUDAN MINI KOUZA, 2007,
http://www.web-sanin.co.jp/gov/boutsui/mini00.htm. (2 November 2007).
Cholid Narbuko, Drs and Abu Achmadi, Drs. 2001. Metodologi Penelitian. Ghalia
Indonesia.
Duut, Nabanita. 2002. Yakuza. http://www.thingsasian.com/stories-photos/2020. (2
Oktober 2007).
Ekayani Tobing, Dr. 2006. Keluarga Tradisional Jepang Dalam Perspektif Sejarah
dan Perubahan Sosial. ILUNI KWJ.
Jonhston, Adam and Chan, Ying and Jerry Cacepi. 1995. Japanese Yakuza:
www.alternatives.com/crime/index.html. (10 Oktober 2007).
KBBI. 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka
Lock, Margaret, Phd. 1983. Japanese Responses to Social Change-Making the
Strange Familiar. www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1011012. (8
Oktober 2007).
Nazir, Mohammed, Phd. 1988. Metode Penelitian. Bumi Aksara.
Ratna, Nyoman Kutha, Prof, Dr. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Reprinted from Okinawa Japan Virtual Ginza Your Door to Okinawa Japan. 2002.
http://www.virtualginza.com/yakuza.htm. (15 September 2007).
Saga, Junichi. 1991. Confessions of A Yakuza. Japan. Kondansha International.
The Japanese Mafia, Yakuza. http://web.telia.com/~u31302275/yakuza.htm. (3
September 2007).

xii

Universitas Kristen Maranatha