Honne dan Tatemae Dalam Film Tokyo Monogatari (東京物語).

(1)

Universitas Kristen Maranatha

小津

安二郎

東京物語

本音 建前 分析

序論

日本人 言 本音 建前 あ く言わ

言う 心 思 あ 程度異 言う あ

う 本音 建前 使い分 時 自己葛藤 生

本 論 文 本 音 建 前 い う 概 念 理 解

う 自己葛藤 生 いう 研究 目的 あ 研究分析

当 心理学的アフロ チ 使用

本音 建前 場人物 感情 深く関わ あ 研究分析

材料

小津 安二郎

東京物語 使う 本論

本 音 建 前 日 本 い 心 理 的 示 言 葉 あ

同 日本特有 社会現象 表 日本語 あ 。 本音 真実

感情 欲求 指 。 社会 立場 期待 要求 違


(2)

Universitas Kristen Maranatha

表 行動 意見 指 。 社会 立場 期待 要求

本音 一致 い場合 あ

日本 本音 建前 社会 和 調和 保 いう考え方

あ 東京物語 対話 い 次 う 本音 建前

キチ ト ヒ ヤ 熱海 早く帰 失望

言う 本音 あ 日 ホ ト 自分 家 美容

院 所有 女性 会 合 日 あ

(0.58.09)

: 帰 い ?

く い いい

日 び 頂 う 思

父 :う … う 帰 う 思う う

: いい あ 出

父 :い あ… う帰 …

母 :京子 寂 い う

:大 夫 母 京子 う子供 い

今度 休 歌舞 伎 伴 う 思

う… う う 悪い う

父 : 金 出 い 思

:う く いい 今晩

七時 家 会合い あ

いい 講習会

母 : う 大勢

:え 生憎くう 番だもんだから

父 : う … い い う

: く 来 ほ

あ う云 …

記 対 話 次 う 意 味 含 い 自分 要求 人間 関係


(3)

Universitas Kristen Maranatha

分 希望 控え い 建前 あ 表

入 キチ ト 建前 記 対話 あ

次 対話 ト ノ う 泊 時 ト ノ

ョウ 早く再婚 う 対話 あ

(1.15.04)

紀子 : う ?

母 :昌 死 う 年 あ

ああ 写真 飾 見

わ あ 気 毒 …

紀子 : う ?

母 : あ い …

紀子 : う あ わ…

母 :いいえ ほ う わ あ

思う 時々 父 話

いい 人 あ あ い 気兼

嫁い い ほ う う

貰わ わ ほ う い

紀子 : いい あ …

母 :あ あ あ あ あ

紀子 : う う

母 :あ あ 今 労

わ 思う …

紀子 :いい 母様 あ 勝手 う

母 : あ あ あ う

紀子 :いいえ いい あ 方 気楽

母 : あ 今 う

年 く 一人 淋 い え う

紀子 :いい あ 年 い

母 :いい人 う…あ あ…

紀子 : い

記 対 話 ト 本音 表 ノ 建前 相 変 断

い 対話 中 ノ ト 表 微笑 入 対


(4)

Universitas Kristen Maranatha

あ ノ 寝 ふ い 本音 自分 泣い い

あ 実際 対話 ノ 感情 抑え ト 気分

害 い ノ 何 い う 振 舞う あ

結論

映 画 東 京 物 語 昭 和 日 本 家 族 間 中 本 音

建前 現在 日本人 い 本音 建前

言う概念 社会構造 和及び調和 保 あ あ

本音 出 相手 快感 え 建前 言う 普通

あ 本音 出 話 手 気楽 場合


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Pembatasan Masalah 5

1.3Tujuan Penelitian 6

1.4Metode Penelitian 6

1.5Organisasi Penulisan 10

BAB 2

HONNE DAN TATEMAE

2.1 Definisi Honne dan Tatemae 12

2.2 Latar Belakang dan Perkembangan Honne dan Tatemae 14

2.3 Perwujudan Honne dan Tatemae 18

2.4 Pandangan serta Pengaruh Honne dan Tatemae 23

2.4.1 Terhadap Masyarakat Jepang 25


(6)

Universitas Kristen Maranatha

BAB 3

ANALISIS FILM TOKYO STORY

3.1 Peristiwa Kedatangan Shukichi dan Tomi Hirayama ke Tokyo 31

3.2 Mengirim Orang Tua ke Penginapan 44

3.3 Shukichi dan Tomi Hirayama Meninggalkan Penginapan 52

3.4 Meninggalnya Tomi 61

BAB 4

KESIMPULAN

4.1 Simpulan 78

SINOPSIS

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN

HONNE DAN TATEMAE DALAM FILM

TOKYO MONOGATARI (1953)

DATA HONNE DAN TATEMAE

Waktu Honne/

Tatemae

Pelaku Keterangan

0.05.04 Honne Sukichi dan Tomi ketika menungkapkan kebahagiaan mengunjungi anak merekake Tokyo

0.13.03 Tatemae Fumiko ketika memberikan ide tambahan makan malam

0.14.26 Tatemae Noriko kepada Tomi ketika menyangkal kesibukan kerja

0.19.52 Tatemae Sukichi dan Tomi ketika diminta segera tidur oleh Koichi

0.20.47 Honne Tomi kepada Sukichi

kekecewaan Tomi mengenai tempat tinggal koichi

0.22.27 Honne Shige kepada suaminya

ketika melarang menjenguk

Sukichi dan Tomi di rumah Koichi 0.25.10 Tatemae Sukichi kepada

Koichi

ketika pasrah batal berjalan-jalan

0.26.22 Honne Minoru kepada Fumiko

mengungkapkan kekecewaan tidak jadi berjalan-jalan

0.31.36 Honne Shige menyayangkan suami yang membeli kue mahal untuk Sukichi dan Tomi

0.35.10 Tatemae dilakukan Tomi ketika Shige menyuruh memakai sandalnya yang kotor

0.41.24 Tatemae Noriko kepada Sukichi dan Tomi

melakukan penolakan

terhadap pujian (setelah membawa jalan-jalan Sukichi dan Tomi)


(8)

Universitas Kristen Maranatha

0.45.53 Honne Shige dan Koichi rencana pengiriman ke Atami

0.50.40 Honne Sukichi dan Tomi ketika merasakan

ketidaknyamanan di Atami 0.56.41 Tatemae Shige kepada tamu

salon

ketika mengatakan sukichi dan Tomi adalah kenalan dari desa

0.57.40 Tatemae Sukichi dan Tomi tidak mengatakah hal buruk mengenai Atami

0.58.59 Honne Shige kecewa orang tuanya pulang lebih awal dari Atami

“ Tatemae Sukichi dan Tomi menanggapi pernyataan Shige mengenai keberadaan Sukichi dan Tomi yang menganggu tanpa bertanya apa

1.09.02 Honne Sukichi dan Numata ketika mabuk di kedai sake

1.15.04 Tatemae Noriko menyangkal kesepian setelah ditinggalkan Shoji ketika Tomi menginap

1.18.56 Honne Shige ketika Sukichi dan Numata pulang dalam keadaan mabuk

1.30.40 Honne Sukichi dan Tomi kesan mengenai anak mereka di Tokyo

1.58.16 Tatemae Kyoko menanggapi pernyataan Shige ketika meminta pakaian milik Tomi sesaat setelah kematianTomi 1.59.32 Tatemae Sukichi menanggapi pernyataan Shige

mengenai Tomi yang sakit 2.00.20 Tatemae Sukichi penerimaan terhadap rencana

kepulangan anak- anak mereka ke Tokyo

2.03.27 Honne Kyoko berbicara pada Noriko mengenai kekecewaan terhadap perlakuan kakaknya terutama Shige


(9)

Universitas Kristen Maranatha

2.06.57 Tatemae Noriko menyangkal setiap pujian yang diberikan Sukichi ketika akan palang ke Tokyo

2.08.25 Honne Noriko perasaan sebenarnya mengenai kesulitan dan kesepian yang dialami setelah ditinggalkan Shoji 2.11.20 Honne Sukichi mengungkapkan segala

kekecewaan trhadap anak-anaknya selama di Tokyo


(10)

Universitas Kristen Maranatha


(11)

Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN

HONNE DAN TATEMAE DALAM FILM

TOKYO MONOGATARI (1953)

DATA HONNE DAN TATEMAE

Waktu Honne/

Tatemae

Pelaku Keterangan

0.05.04 Honne Sukichi dan Tomi ketika menungkapkan kebahagiaan mengunjungi anak merekake Tokyo

0.13.03 Tatemae Fumiko ketika memberikan ide tambahan makan malam

0.14.26 Tatemae Noriko kepada Tomi ketika menyangkal kesibukan kerja

0.19.52 Tatemae Sukichi dan Tomi ketika diminta segera tidur oleh Koichi

0.20.47 Honne Tomi kepada Sukichi

kekecewaan Tomi mengenai tempat tinggal koichi

0.22.27 Honne Shige kepada suaminya

ketika melarang menjenguk

Sukichi dan Tomi di rumah Koichi 0.25.10 Tatemae Sukichi kepada

Koichi

ketika pasrah batal berjalan-jalan

0.26.22 Honne Minoru kepada Fumiko

mengungkapkan kekecewaan tidak jadi berjalan-jalan


(12)

Universitas Kristen Maranatha

0.31.36 Honne Shige menyayangkan suami yang membeli kue mahal untuk Sukichi dan Tomi

0.35.10 Tatemae dilakukan Tomi ketika Shige menyuruh memakai sandalnya yang kotor

0.41.24 Tatemae Noriko kepada Sukichi dan Tomi

melakukan penolakan

terhadap pujian (setelah membawa jalan-jalan Sukichi dan Tomi) 0.45.53 Honne Shige dan Koichi rencana pengiriman ke Atami

0.50.40 Honne Sukichi dan Tomi ketika merasakan

ketidaknyamanan di Atami 0.56.41 Tatemae Shige kepada tamu

salon

ketika mengatakan sukichi dan Tomi adalah kenalan dari desa

0.57.40 Tatemae Sukichi dan Tomi tidak mengatakah hal buruk mengenai Atami

0.58.59 Honne Shige kecewa orang tuanya pulang lebih awal dari Atami

“ Tatemae Sukichi dan Tomi menanggapi pernyataan Shige mengenai keberadaan Sukichi dan Tomi yang menganggu tanpa bertanya apa

1.09.02 Honne Sukichi dan Numata ketika mabuk di kedai sake

1.15.04 Tatemae Noriko menyangkal kesepian setelah ditinggalkan Shoji ketika Tomi menginap

1.18.56 Honne Shige ketika Sukichi dan Numata pulang dalam keadaan mabuk

1.30.40 Honne Sukichi dan Tomi kesan mengenai anak mereka di Tokyo


(13)

Universitas Kristen Maranatha

1.58.16 Tatemae Kyoko menanggapi pernyataan Shige ketika meminta pakaian milik Tomi sesaat setelah kematianTomi 1.59.32 Tatemae Sukichi menanggapi pernyataan Shige

mengenai Tomi yang sakit 2.00.20 Tatemae Sukichi penerimaan terhadap rencana

kepulangan anak- anak mereka ke Tokyo

2.03.27 Honne Kyoko berbicara pada Noriko mengenai kekecewaan terhadap perlakuan kakaknya terutama Shige 2.06.57 Tatemae Noriko menyangkal setiap pujian yang

diberikan Sukichi ketika akan palang ke Tokyo

2.08.25 Honne Noriko perasaan sebenarnya mengenai kesulitan dan kesepian yang dialami setelah ditinggalkan Shoji 2.11.20 Honne Sukichi mengungkapkan segala

kekecewaan trhadap anak-anaknya selama di Tokyo


(14)

Universitas Kristen Maranatha


(15)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowaki mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Film merupakan salah satu hasil dari sebuah kebudayaan. Film berisi adegan-adegan yang direkam oleh kamera untuk kemudian disajikan dalam layar. Film dibuat sebagai pemuasan terhadap masyarakat, oleh karena itu terdapat berbagai jenis film seperti: film dokumenter, film komedi, film horor, dan lain sebagainya. Film dapat juga menjadi refleksi dari suatu keadaan dalam masyarakat.

Sebagai negara yang sarat akan tradisi, aturan dan adat istiadat menghasilkan suatu pola pikir yang menjadikan bangsa Jepang mempunyai jati diri yang tidak tergoyahkan hingga akhirnya menjadi bangsa yang diakui di dunia. Jepang juga merupakan negara yang dapat dikatakan mencerminkan moderenitas dan kebudayaan, seperti sebuah mata uang, dalam masyarakat Jepang kebudayaan bersanding dengan modernitas. Jepang merupakan negara penguasa teknologi di Asia dan diakui sebagai bangsa yang sangat maju di dunia.

Salah satu kata yang paling penting untuk memahami pemikiran bangsa Jepang adalah 和(wa). Wa merupakan harmoni. Menjaga harmonisasi dalam masyarakat Jepang sudah merupakan kebutuhan yang akan menjaga suatu


(16)

Universitas Kristen Maranatha

keadaan tetap sejalan dan dapat membuat bangsa Jepang kuat dan mampu bertahan menghadapi segala tekanan yang ada. Menjaga harmoni tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya, yaitu yang disebut dengan

honne本音dan tatemae 建前.

本音 建前 社会現象を表 日本語 あ ま 本音 真実

感 情・ 欲 求を 指 こ 社会 ・立場 期 待 ・要 求さ こ

違う 場 合 あ し し 正直 表現 さ い ま た一方 建

前 公 表 行動・ 意 見を 指 こ 社会 ・ 立場 期 待 ・

要求さ こ 本音 一致し い場合 あ …

1

Honne to tatemae wa, shakai genshou wo arawasu nihongo de aru. Mazu,

honne to wa shinjitsu no gensyou-yokkyuu wo sasu. Korera wa shakai –

tachiba kara kikai – youkyuu sareru koto to chigau baai ga ari, shibashiba

syoujiki ni hyougen sarenai. Mata ippou, tatemae towa kouni arawasu

koudou – iken wo sasu. Korera wa shakai – tachiba kara kikai – youkyuu

sareru koto de, honne to icchishinai baai ga aru…

Honne dan tatemae merupakan kosakata dalam bahasa Jepang yang mengekspresikan fenomena dalam masyarakat. Pertama-tama, honne merupakan hasrat yang menunjukan keinginan sebenarnya. Adanya situasi yang tidak sesuai dan pengharapan dari masyarakat, sehingga seringkali kejujuran tidak dapat ditunjukan. Di lain pihak tatemae adalah sesuatu yang ditujukan untuk mewakili pendapat umum. Dengan adanya pengharapan dari masyarakat, membuat situasi ini tidak sesuai dengan honne.

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa honne dan tatemae merupakan unsur yang sangat penting dalam masyarakat Jepang, terbentuk untuk menjaga keharmonisan lingkungan. Honne merupakan perasaan yang sebenarnya, yang akan sangat tabu bagi masyarakat Jepang untuk menggungkapkannya karena khawatir hanya akan membuat konflik. Sangat sulit untuk orang Jepang mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan, seperti menolak permintaan,

1

本音 建前 (20 oktober 2008)


(17)

Universitas Kristen Maranatha

menolak ajakan dll, dikarenakan ketakutan menimbulkan lingkungan yang tidak kondusif.

Tatemae merupakan perilaku, atau pendapat yang diungkapkan berdasarkan harapan dari masyarakat, dan bukan berdasarkan perasaan yang sebenarnya. Tatemae bukanlah suatu kebohongan yang disengaja tetapi sesuatu yang ada untuk menstabilkan lingkungan, meskipun penggunaannya seringkali membuat pelaku tidak nyaman karena harus menekan perasaan yang sebenarnya

Suatu kondisi dalam masarakat untuk dapat menjaga lingkungan dengan cara menekan perasaan yang sebenarnya, membuat penulis tertarik untuk membahas honne dan tatemae. Dalam hal ini yang akan penulis analisa adalah konsep honne dan tatemae yang tercermin dalam film Tokyo Story yang memiliki judul asli 東京物語Tokyo Monogatari (1953).

Perfilman Jepang mulai berkembang sekitar tahun 1890-an dan masih berupa film bisu. Film dokumentasi pertama dibuat pada tahun 1899. Sampai sekitar tahun 1930 film bisu masih diproduksi di Jepang. Tahun 1950 merupakan puncak dari perfilman Jepang dengan 3 film (Rashomon, Seven Samurai, dan Tokyo Story). Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perfilman Jepang pun semakin berkembang, dan pada tahun 1980-an dibuat film animasi pertama yang kelak menjadi sangat populer di abad ke-20.

Tokyo Story dengan sutradara Yasujiro Ozu, dan produsernya Takeshi Yamamoto, meraih sukses yang sangat besar. Cerita ditulis oleh Kogo Noda dan Yasujiro Ozu, musik ditata oleh Kojun Saito, sinematograpi oleh Yuuharu Atsuta, diedit oleh Yoshiyasu Hamamura, dan didistribusikan oleh Shochiku Company,


(18)

Universitas Kristen Maranatha

Limited, salah satu studio film Jepang yang pada awalnya memproduksi kabuki2

hingga kemudian memproduksi anime3 dan film.

Yasujirō Ozu (1903 - 1963) adalah sutradara film Jepang yang sangat

berpengaruh, Ozu merupakan salah satu sutradara yang sangat produktif. Sepanjang karirnya Ozu telah menyutradarai 53 film, dan 26 film diproduksi dalam 5 tahun karir pertamanya. Ozu diakui di dunia dan dapat disejajarkan dengan Akira Kurosawa4. Tokyo Story merupakan masterpiece dari Ozu yang banyak meraih penghargaan diantaranya memenangkan Sutherland trophy5 pada tahun 1958, Tokyo Story terdaftar sebagai salah satu dari sepuluh film terbesar yang pernah dibuat; juga disebutkan bahwa Tokyo Story termasuk dalam daftar 100 film terbaik sepanjang masa.

Dalam Tokyo Story dikisahkan pasangan kakek dan nenek Sukichi dan Tomi Hirayama dari kota kecil tepi laut Onomichi, mengunjungi anak-anak mereka yang sibuk di Tokyo. Setibanya di Tokyo pasangan Hirayama ternyata terabaikan. Anaknya telah memiliki keluarga sendiri, dengan kesibukan yang ada menjadi sangat sulit membagi waktu antara orangtua dan keluarganya. Hanya menantu perempuan (janda salah satu anak mereka yang meninggal) Noriko, bersikap sangat baik dan ramah terhadap mereka.

Anak mereka tidak mengetahui bagaimana untuk menghibur orang tua sehingga memutuskan untuk mengirimkan orang tuanya ke tempat peristirahatan

2 Seni teater tradisional khas Jepang, dan semua pemainnya adalah lelaki. 3 Sebutan untuk animasi khas Jepang

4 Akira Kurosawa

黒泽 (1910 - 1998) merupakan salah seorang tokoh penting perfilman Jepang ,

produser film, dan juga penulis skenario

5 Penghargaan yang diberikan setiap tahun oleh British Film Institute kepada pembuat film paling original dan imajinatif.


(19)

Universitas Kristen Maranatha

dengan harga murah, di sana penuh sesak dan sangat bising karena penginapan itu merupakan tempat untuk anak muda bersenang-senang. Karena merasa tidak nyaman pasangan ini kembali lebih awal ke rumah anak perempuan mereka Shige.

Kedatangan tak diduga mereka mengganggu pertemuan yang dijadwalkan Shige. Sebagai akibatnya, Sukichi Hirayama mencari beberapa teman tua di kota, mengharapkan diundang untuk menghabiskan malam dan Tomi Hirayama menghabiskan satu malam terakhir dengan Noriko sebelum kembali menuju ke Onomichi. Setelah beberapa hari di Tokyo, pasangan ini kembali pulang. Di kereta api Tomi jatuh sakit, sampai di Onomichi anak-anak dipanggil, dan segera setelah itu Tomi Hirayama meninggal, dikelilingi oleh keluarganya.

Cerita dalam film drama Tokyo Story menggambarkan tradisi pada masa itu, menunjukan pembaharuan serta mengisyaratkan bermacam pemaknaan melalui tingkah laku para tokoh. Rasa cemas, gelisah dan penekanan perasaan sangat kental terasa. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai honne dan tatemae yang merupakan pola pikir masyarakat Jepang, dalam hal ini dikaitkan dengan perilaku para tokoh dalam film Tokyo Story.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulisan skripsi ini akan membatasi permasalahan dengan mengkhususkan pada pembahasan honne dan tatemae yang tercermin dalam film Tokyo Story.


(20)

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami konsep honne dan tatemae dalam film Tokyo Story, serta untuk mengetahui mengapa penerapan konsep tersebut dapat menimbulkan konflik dalam diri individu.

1.4 Metode Penelitian

Metode memiliki kesamaan pengertian dengan prosedur, tata cara, alat, dan teknik, atau dapat pula dikatakan sebagai suatu aturan yang dibuat supaya mendapatkan hasil yang sistematis dan logis. Metode dapat dikatakan suatu kerangka berpikir yang tersusun dengan suatu maksud dan tujuan, metode penelitian sastra yang pada awalnya hanya digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan text atau bahasa, sekarang telah diterapkan untuk dapat mengkaji non-fiksi, fiksi popular, film, dokumen sejarah, hukum, periklanan, dll, yang terkait di bidang studi budaya.6

Budaya akan selalu berhubungan dengan masyarakat karena masyarakat itu sendiri terdiri dari individu yang mempunyai berbagai pemikiran dan keinginan sendiri. Maka untuk dapat memahami suatu konsep berpikir honne dan tatemae sebagai hasil pembentukan masyarkat dalam kaitannya dengan individu penulis menggunakan dialog, gestur7dan konflik pada tokoh-tokoh sebagai dasar untuk memahami honne dan tatemae pada film Tokyo Story. Penulis

6 Literary theory (5 November 2008) <www.iep.utm.edu/i/literary.htm>

7 komunikasi non-verbal yang dilakukan oleh bagian tubuh, digunakan sebagai pengganti atau dapat dikombinasikan dengan komunikasi secara lisan.


(21)

Universitas Kristen Maranatha

menggunakan metode analisis psikologis supaya mendapatkan hasil yang diinginkan.

Metode penelitian psikologis dalam meneliti suatu karya seperti film adalah metode yang bertolak dari asumsi bahwa suatu karya akan selalu terkait dengan peristiwa kehidupan manusia. Manusia selalu menunjukan perilaku yang beragam sehingga untuk memahaminya diperlukan pemahaman psikologis. Penerapan metode psikologis ini, banyak bersandar pada teori dari psikiatris Austrian Sigsmund Shlomo Freud (1856 - 1939), atau yang lebih dikenal dengan sebutan Freud menyatakan bahwa manusia dikuasai oleh batinnya sendiri. Freud juga berbicara mengenai proses penciptaan seni yang merupakan akibat dari tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan kedalam bentuk penciptaan karya seni.

Kebudayaan dan kepribadian sangat saling terikat. Hal ini diakui oleh Edward Sapir (Ball, 197:157) bahwa hubungan kebudayaan dan kepribadian sangat menantang untuk diteliti. Metode psikologis dengan lebih mengacu pada psikologi sosial, memberikan suatu arahan yang dapat menjelaskan dan memahami lebih jauh mengenai perilaku individu dalam masyarakat. Psikologi sosial mempelajari bagaimana kondisi sosial mempengaruhi manusia. Psikologi sosial mempunyai tiga ruang lingkup8, yaitu :

1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)

8 Psikologi sosial, (9 November 2008) <http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi>


(22)

Universitas Kristen Maranatha

2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain

3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik Psikologi sosial cenderung lebih mungkin untuk memeriksa bagaimana persepsi individu, sistem kepercayaan, norma-norma kesusilaan, identitas, dan perilaku yang ditentukan oleh posisi seseorang di ruang sosial. Menurut psikolog Gordon Allport, psikologi sosial adalah disiplin ilmu yang menggunakan metode ilmiah "untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku individu sebenarnya dipengaruhi oleh sesuatu yang dibayangkan, atau atas kehadiran manusia lain" (1985). Psikologi sosial melihat berbagai macam topik sosial, termasuk kelompok perilaku, persepsi sosial, kepemimpinan, perilaku nonverbal, kesesuaian, agresi, dan prasangka.

Dalam psikologi sosial terdapat asumsi dasar mengenai hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat prespektif, yaitu :

1. perilaku (behavioral perspectives) yang menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang.

2. kognitif (cognitive perspectives) yang menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka.


(23)

Universitas Kristen Maranatha

3. stuktural (structural perspectives) yang menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran sosialnya.

4. interaksionis (interactionist perspectives) yang lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial.

William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi James dan Dewey juga mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok yaitu adat istiadat masyarakat atau struktur sosial. Adanya berbagai macam perspektif dari psikologi sosial, terutama teori prespektif struktural dan prespektif interaksional yang dapat memberikan arahan secara lebih terfokus mengenai hubungan individu dengan masyarakat.

Prespektif stuktural menjelaskan perilaku manusia dan hubungannya dengan peran sosial, setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Anggota kelompok membentuk harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut mempengaruhi gaya interaksi diantara anggota-anggota kelompok. Sedangkan dalam masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya atau kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri. (Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991)


(24)

Universitas Kristen Maranatha

Menurut prespektif interaksionis gerak-isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan simbol yang berarti penting. Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik, bahasa tubuh (body langguage), baju, status, kesemuanya merupakan simbol yang bermakna. Prespektif interaksionis didukung juga dengan pernyataan bahwa terjadi saling mempengaruhi antar individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi (masyarakat).

Berdasar pada acuan teori tersebut diatas penulis memilih menggunakan metode penelitian psikologis karena mempunyai koorelasi yang paling dekat dengan kasus yang sedang diteliti sehingga dapat menjelaskan dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

1.5 Organisasi Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi menjadi empat bab dan di dalam setiap bab-nya terdapat sub-bab. Bab I merupakan pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah mengungkapkan alasan pengambilan penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian yang merupakan kerangka dalam penulisan, dan terakhir adalah organisiasi penulisan, yang merinci secara garis besar isi dari skripsi ini. Bab II merupakan landasan teori yang membahas mengenai pengertian juga perkembangan honne dan tatemae dalam masyarakat Jepang. Bab III merupakan analisis honne dan tatemae yang mengemukakan analisis dialog dan gestur yang mencerminkan honne dan tatemae, penulisan disusun mengikuti alur cerita yang terjadi dalam film drama Tokyo Story karya


(25)

Universitas Kristen Maranatha

Yasujiro Ozu. Kemudian bab IV merupakan kesimpulan dari analisis honne dan tatemae dalam film Tokyo Story.


(26)

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

SIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari apa yang penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.

Honne merupakan perasaan, keinginan atau pendapat yang sebenarnya dari seseorang dan akan sangat sulit untuk mengungkapkannya karena ditakutkan akan menimbulkan pertentangan dalam kelompok sosial. Sedangkan tatemae merupakan rangkaian sikap, perilaku atau pendapat yang dirancang untuk konsumsi publik supaya tercipta keselarasan dan menghindari konflik dengan kelompok sosial.

Dalam film Tokyo Story, honne dapat diungkapkan apabila seseorang berada atau berhadapan dengan situasi dimana terdapat ikatan hubungan yang erat atau akrab. Honne dapat pula tampak pada saat situasi lingkungan tempat seseorang berada tidak lagi dapat dikendalikan. Selain itu apabila terdapat rasa percaya diantara pembicara dan lawan bicara honne dapat pula diungkapkan. Dan yang terakhir honne dapat terungkap ketika perasaan yang sebenarnya tidak dapat ditahan atau disembunyikan lagi.

Tatemae yang merupakan statement publik dapat diungkapkan apabila seseorang berhadapan dengan seseorang yang dihormati atau dihargainya. Tatemae juga banyak dipakai untuk menghindari konflik dengan lingkungan sekitar. Terdapat pula alasan tatemae digunakan yaitu untuk melindungi keberadaan seseorang. Selain itu, tatemae dapat diungkapkan ketika seseorang


(27)

Universitas Kristen Maranatha

merendahkan diri. Tatemae dapat juga digunakan sebagai penghargaan atas usaha atau pemberian orang lain. Selanjutnya tatemae yang tercermin dalam Tokyo Story dapat terlihat apabila seseorang membutuhkan perlindungan atau sebagai proteksi diri.

Pemakaian honne dan tatemae dalam berbagai situasi tentulah memberikan suatu dampak atau efek baik pada pembicara ataupun lawan bicara. Beberapa diantara dampak pemakaian honne yaitu akan timbul perasaan tidak nyaman pada lawan bicara atau sekitar ketika honne diungkapkan. Honne juga dapat memberikan kesan buruk terhadap pribadi pengguna. Akan tetapi honne juga dapat memberikan kelegaan atau ketenangan pikiran pada pengguna karena telah diungkapkan. Dengan kata lain penggunaan honne akan menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap orang lain daripada diri sendiri.

Sedangkan untuk tatemae, penggunaannya dapat memberikan situasi yang tetap terjaga dengan baik, juga dapat menghindari pertentangan yang mungkin terjadi, selain itu dapat memberikan kesan baik pada pengguna. Akan tetapi selain hal-hal yang disebutkan tadi, penggunaan tatemaepun memberikan dampak berupa tekanan psikologis yang besar terhadap pribadi pengguna karena seseorang yang menggunakan tatemae harus menahan segala keinginan atau perasaan yang sebenarnya dirasakan, seperti perasaan kecewa, kesal, sedih dan marah. Secara singkat penggunaan tatemae akan menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap diri sendiri daripada orang lain.

Selain hal-hal yang telah disampaikan sebelumnya, pada Tokyo Story, terdapat pula kenyataan bahwa pemakaian honne yang diungkapkan dengan


(28)

Universitas Kristen Maranatha

sengaja akan berupa obrolan wajar yang mengemukakan pandangan ataupun keinginan yang sebenarnya. Sedangkan apabila situasi yang berlangsung tidak sesuai dengan yang diharapkan maka honne akan tampak berupa luapan emosi seperti kemarahan, kekesalan, kekecewaan ataupun tangis dari si pengguna.

Apabila pemakaian tatemae yang digunakan merupakan bentuk penghormatan atau penghargaan terhadap lawan bicara maka tatemae akan tampak berupa sikap merendahkan diri dengan pemakaian keigo atau dapat pula dengan penyangkalan terhadap pujian atau rasa terimakasih yang diberikan. Sedangkan apabila tatemae yang diungkapkan merupakan hasil dari penekanan perasaan maka akan tampak sikap diam, peneriman atau mengiyakan tanpa mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan atau perasaan yang sesungguhnya dirasakan.


(29)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Alston, John P. and Takei, Isao. 2005. Japanese Business Culture and Practice. I Universe.

Befu, Harumi.2001. Anthropological Analysis of "Nihonjinron". Trans Pacific Press, Australia.

_____ 2001. Hegemony of Homogeneity. Trans Pacific Press, Australia.

Bramble, P Sean. 2004. Culture Shock : A Survival Guide to Customs and Etiquette. Marshall Cavendish International.

Davies, Roger J, Osamu Ikeno.2002. The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Tuttle Publishing, North Clarendon

Doi, Takeo.1986. The Anatomy of Self: The Individual Versus Society. Oxford University Press, United State.

Gamble, Adam. and Watanabe, Takesato.2004. A Public Betrayed : An Inside Look at Japanese Media Atrocities and Their Warnings to the West. Regnery Publishing, Washington DC

Gielen, Uwe P. Et.al.1992. “Tatemae and Honne : A Stsudy of Moral Relativis in Japanese Culture”(1992). Psychology in international perspective: 50 years of the

International Council of Psychologists.Taylor & Francis, New York.

Hall, E. 1976. Beyond culture. Anchor Press, New York.


(30)

Universitas Kristen Maranatha Kodansha.1993. Japan an Illustrated Encyclopedia. 7th ed. Kodansha, Tokyo

Lebra, Takie Sugiyama.2004. The Japanese Self in Cultural Logic.University of Hawaii Press, New York.

Mente, Boye Lafayette de.2003. Kata : The Key to Understanding and Dealing With the Japanese. Tuttle Publishing, North Clarendon

Minoru, Nishio.1986. Kokugo Jiten. Iwanami Shoolen, Tokyo.

Mitsubishi, Shoji.1988. Tatemae and Honne: Distinguishing Between Good Form and Real Intention in Japanese Business Culture. Kabushiki Kaisha, Tokyo.

Nakane, Chie.1972. Japanese Society. University of California Press, London.

Proferes, Nicholas T.2004. Film directing fundamentals: see your film before shooting. Focal Press, United Kingdom.

Richie, Donald.1977.Ozu. University of California Press

Semi Atar.1993. Metode penelitian Sastra. Bandung : Angkasa

Shiego Hinata, 2000. Keigo no Renshuuchoo. Chuukei Shuppan, Tokyo

Sugiura, Yoichi. and Gillespie, John K. 2004. Nihongo wo Eeigo de Shokaisuru Jiten. Natsume, Tokyo.

Soepardjo, Djojok. dan Setiawan, Wawan. 1999. “Komunikasi Hubungan Personal Orang Jepang” (1999). Budaya Jepang Masa Kini (Kumpulan Artikel). CV Bintang, Surabaya.


(1)

Universitas Kristen Maranatha Yasujiro Ozu. Kemudian bab IV merupakan kesimpulan dari analisis honne dan


(2)

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

SIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari apa yang penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.

Honne merupakan perasaan, keinginan atau pendapat yang sebenarnya dari

seseorang dan akan sangat sulit untuk mengungkapkannya karena ditakutkan akan menimbulkan pertentangan dalam kelompok sosial. Sedangkan tatemae merupakan rangkaian sikap, perilaku atau pendapat yang dirancang untuk konsumsi publik supaya tercipta keselarasan dan menghindari konflik dengan kelompok sosial.

Dalam film Tokyo Story, honne dapat diungkapkan apabila seseorang berada atau berhadapan dengan situasi dimana terdapat ikatan hubungan yang erat atau akrab. Honne dapat pula tampak pada saat situasi lingkungan tempat seseorang berada tidak lagi dapat dikendalikan. Selain itu apabila terdapat rasa percaya diantara pembicara dan lawan bicara honne dapat pula diungkapkan. Dan yang terakhir honne dapat terungkap ketika perasaan yang sebenarnya tidak dapat ditahan atau disembunyikan lagi.

Tatemae yang merupakan statement publik dapat diungkapkan apabila

seseorang berhadapan dengan seseorang yang dihormati atau dihargainya.

Tatemae juga banyak dipakai untuk menghindari konflik dengan lingkungan

sekitar. Terdapat pula alasan tatemae digunakan yaitu untuk melindungi keberadaan seseorang. Selain itu, tatemae dapat diungkapkan ketika seseorang


(3)

Universitas Kristen Maranatha merendahkan diri. Tatemae dapat juga digunakan sebagai penghargaan atas usaha atau pemberian orang lain. Selanjutnya tatemae yang tercermin dalam Tokyo Story dapat terlihat apabila seseorang membutuhkan perlindungan atau sebagai proteksi diri.

Pemakaian honne dan tatemae dalam berbagai situasi tentulah memberikan suatu dampak atau efek baik pada pembicara ataupun lawan bicara. Beberapa diantara dampak pemakaian honne yaitu akan timbul perasaan tidak nyaman pada lawan bicara atau sekitar ketika honne diungkapkan. Honne juga dapat memberikan kesan buruk terhadap pribadi pengguna. Akan tetapi honne juga dapat memberikan kelegaan atau ketenangan pikiran pada pengguna karena telah diungkapkan. Dengan kata lain penggunaan honne akan menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap orang lain daripada diri sendiri.

Sedangkan untuk tatemae, penggunaannya dapat memberikan situasi yang tetap terjaga dengan baik, juga dapat menghindari pertentangan yang mungkin terjadi, selain itu dapat memberikan kesan baik pada pengguna. Akan tetapi selain hal-hal yang disebutkan tadi, penggunaan tatemaepun memberikan dampak berupa tekanan psikologis yang besar terhadap pribadi pengguna karena seseorang yang menggunakan tatemae harus menahan segala keinginan atau perasaan yang sebenarnya dirasakan, seperti perasaan kecewa, kesal, sedih dan marah. Secara singkat penggunaan tatemae akan menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap diri sendiri daripada orang lain.

Selain hal-hal yang telah disampaikan sebelumnya, pada Tokyo Story, terdapat pula kenyataan bahwa pemakaian honne yang diungkapkan dengan


(4)

Universitas Kristen Maranatha sengaja akan berupa obrolan wajar yang mengemukakan pandangan ataupun keinginan yang sebenarnya. Sedangkan apabila situasi yang berlangsung tidak sesuai dengan yang diharapkan maka honne akan tampak berupa luapan emosi seperti kemarahan, kekesalan, kekecewaan ataupun tangis dari si pengguna.

Apabila pemakaian tatemae yang digunakan merupakan bentuk penghormatan atau penghargaan terhadap lawan bicara maka tatemae akan tampak berupa sikap merendahkan diri dengan pemakaian keigo atau dapat pula dengan penyangkalan terhadap pujian atau rasa terimakasih yang diberikan. Sedangkan apabila tatemae yang diungkapkan merupakan hasil dari penekanan perasaan maka akan tampak sikap diam, peneriman atau mengiyakan tanpa mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan atau perasaan yang sesungguhnya dirasakan.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Alston, John P. and Takei, Isao. 2005. Japanese Business Culture and Practice. I Universe.

Befu, Harumi.2001. Anthropological Analysis of "Nihonjinron". Trans Pacific Press, Australia.

_____ 2001. Hegemony of Homogeneity. Trans Pacific Press, Australia.

Bramble, P Sean. 2004. Culture Shock : A Survival Guide to Customs and Etiquette. Marshall Cavendish International.

Davies, Roger J, Osamu Ikeno.2002. The Japanese Mind: Understanding

Contemporary Japanese Culture. Tuttle Publishing, North Clarendon

Doi, Takeo.1986. The Anatomy of Self: The Individual Versus Society. Oxford University Press, United State.

Gamble, Adam. and Watanabe, Takesato.2004. A Public Betrayed : An Inside Look at

Japanese Media Atrocities and Their Warnings to the West. Regnery Publishing,

Washington DC

Gielen, Uwe P. Et.al.1992. “Tatemae and Honne : A Stsudy of Moral Relativis in Japanese Culture”(1992). Psychology in international perspective: 50 years of the

International Council of Psychologists.Taylor & Francis, New York.

Hall, E. 1976. Beyond culture. Anchor Press, New York.


(6)

Universitas Kristen Maranatha Kodansha.1993. Japan an Illustrated Encyclopedia. 7th ed. Kodansha, Tokyo

Lebra, Takie Sugiyama.2004. The Japanese Self in Cultural Logic.University of Hawaii Press, New York.

Mente, Boye Lafayette de.2003. Kata : The Key to Understanding and Dealing With

the Japanese. Tuttle Publishing, North Clarendon

Minoru, Nishio.1986. Kokugo Jiten. Iwanami Shoolen, Tokyo.

Mitsubishi, Shoji.1988. Tatemae and Honne: Distinguishing Between Good Form

and Real Intention in Japanese Business Culture. Kabushiki Kaisha, Tokyo.

Nakane, Chie.1972. Japanese Society. University of California Press, London.

Proferes, Nicholas T.2004. Film directing fundamentals: see your film before

shooting. Focal Press, United Kingdom.

Richie, Donald.1977.Ozu. University of California Press

Semi Atar.1993. Metode penelitian Sastra. Bandung : Angkasa

Shiego Hinata, 2000. Keigo no Renshuuchoo. Chuukei Shuppan, Tokyo

Sugiura, Yoichi. and Gillespie, John K. 2004. Nihongo wo Eeigo de Shokaisuru Jiten. Natsume, Tokyo.

Soepardjo, Djojok. dan Setiawan, Wawan. 1999. “Komunikasi Hubungan Personal Orang Jepang” (1999). Budaya Jepang Masa Kini (Kumpulan Artikel). CV

Bintang, Surabaya.


Dokumen yang terkait

ä¸‡éš†åå¤©ç©ºä½›å¯ºæ¥è®¿è€ å¯¹ä¿ç•™å†œåŽ†æ–°å¹´çš„çœ‹æ³•.

0 0 12

助词‘了’的汉印翻译原则.

0 0 9

ä¸‡éš†çŽ›æ‹‰æ‹¿è¾¾åŸºç£æ•™å¤§å­¦æ¥è‡ªè‹é—¨ç­”è Šå²›çš„åŽè£”å¤§å­¦ç”Ÿçš„äº¤é™ æ–¹å¼åˆ†æž.

0 0 7

äº¤é™ æ³•ä¸Žå¬è¯´æ³•å¯¹åˆçº§æ±‰è¯­å£è¯­æ•™å­¦æœ‰æ•ˆçŽ‡çš„æ¯”è¾ƒç ”ç©¶.

0 0 8

æ• äº‹æ•™å­¦æ³•ä½œä¸ºæé«˜æ±‰è¯­æ•™å­¦æ•ˆçŽ‡çš„æ–¹æ³•ä¹‹ä¸€.

0 0 11

æœ‰æ•ˆçš„é˜ è¯»æ•™å­¦æŠ€å·§â€”â€” 针对于玛大汉语专科第四学期学生的考察.

0 0 9

万隆玛拉拿达基督教大学文学院中文本科毕业论文 æ–‡å­¦ä¸Žå“²å­¦çš„å ³ç³»âˆ¶ ä½™åŽã€Šæ´»ç€ã€‹çš„ä¸»äººå ¬ç¦è´µåæ˜ äº†åº„å­æ€æƒ³.

0 0 10

Makoto èª , Rei 礼,dan Meiyo 名誉 Dalam Drama 'Shinsengumi'『新撰組』.

0 0 20

Laporan Kerja Praktik 如何给孩子从早期介绍中文.

0 1 8

Laporan Kerja Praktik æ ¹æ®çŽ°ä»£æ±‰è¯­çš„æ±‰å­—çŸ¥è¯†æ¥ç†è§£æ—¥è¯­çš„æ±‰å­— 产生不少困难和误解 (Berdasarkan Bahasa China Modern Mengalami Kesulitan dan Kesalahpahaman Dalam Memahami Kanji Jepang).

0 0 2