Foodmarket Bandung Tempo Dulu.

(1)

ABSTRAK

Foodmarket Bandung Tempo Dulu merupakan sebuah pusat jajanan dan oleh-oleh khas Bandung yang dipadukan dengan restoran khas Belanda serta kitchen tour area. Foodmarket

ini dibuat sebagai tujuan wisata kuliner bagi wisatawan.

Tema perancangan yang diambil dari foodmarket ini adalah Bandung Tempo Dulu. Tujuan dari pengambilan tema Bandung Tempo Dulu adalah untuk membangkitkan kembali kota Bandung seperti ketika jaman keemasannya.

Perancangan foodmarket Bandung Tempo Dulu dimulai dengan perumusan masalah, kajian teori, analisis objek studi, penentuan konsep perancangan dan aplikasi konsep terhadap desain.

Hasil perancangan foodmarket Bandung Tempo Dulu menampilkan bentuk-bentuk geometris, warna monochrome coklat, layout linear dan furniture bergaya tempo dulu.


(2)

ABSTRACT

Foodmarket Bandung Tempo Dulu is a centre of Bandung’s souvenir and snacks which blend

with Netherlands restaurant and kitchen tour area, This foodmarket have purpose as culinary destination for tourist.

Design concept of this Foodmarket is Bandung Tempo Dulu. The goal of the design concept is to revived Bandung as in its golden era.

Design of Foodmarket Bandung Tempo Dulu start with formulation of the problem, study theory, object study analysist, decide design concept and concept application to design. The result of design Foodmarket Bandung Tempo Dulu show geometric form, brown monochrome colour, linear layout and oldiest furniture.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iii

PRAKATA ... …………...iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Gagasan ... 3

1.3 Identifikasi Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II FOODMARKET... 5

2.1 Definisi Foodmarket ... 5

2.2 Fasilitas Makan dan Minum.……….5

2.3 Art deco ... 6

2.3.1 Definisi Art deco ... 7

2.3.2 Sejarah Art deco ... 7

2.4 Bandung Tempo Dulu ... 7


(4)

BAB IIIDESKRIPSI DAN ANALISA OBJEK STUDI ... 15

3. 1 Deskripsi Objek Studi ... 15

3.2 Analisis Fisik ... 17

3.3 Analisis Tapak ... 18

3.4 Analisis Fungsional dan Programming ... 21

3.4.1 Kebutuhan Ruang ... 21

3.4.2 Programming ... 22

3.4.3 Kedekatan Ruang ... 24

3.4.4 Zoning dan Blocking ... 25

BAB IVKONSEP DAN DESAIN ... 30

4.1 Konsep Desain ... 30

4.1.1 Konsep Bentuk ... 31

4.1.2 Konsep Layout ... 31

4.1.3 Konsep Warna ... 32

4.1.4 Konsep Material ... 33

4.1.5 Konsep Pencahayaan ... 33

4.1.6 Konsep Furniture ... 34

4.1.7 Konsep Sirkulasi ... 34

4.1.8 Konsep Keamanan ... 34

4.2 Aplikasi Desain ... 34

4.2.1 Aplikasi Konsep Bentuk ... 35

4.2.2 Aplikasi Konsep Layout ... 37

4.2.3 Aplikasi konsep Warna ... 38

4.2.4 Aplikasi Konsep Material ... 39

4.2.5 Aplikasi Konsep Pencahayaan ... 40

4.2.6 Aplikasi Konsep Furniture ... 41

4.2.7 Aplikasi Konsep Sirkulasi ... 42


(5)

BAB VSIMPULAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 48

RIWAYAT HIDUP ... 49


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 SMAN 3 Pada Tahun 1920(Bandungtempodulu.com) ... 8

Gambar 2.2 SMAN 3 Bandung Pada Tahun 1920(Bandungtempodulu.com) ... 8

Gambar 2.3 Gedung HBS Van de Zuster Ursulinen Pada Tahun 1920(Bandungtempodulu.com) ... 9

Gambar 2.4 Gedung Sekolah St Angela pada Tahun 2000(Bandungtempodulu.com) ... 9

Gambar 2.5 Gedung St Aloysius Pada Tahun 1930(Bandungtempodulu.com) ... 10

Gambar 2.6 Gedung St Aloysius Pada Tahun 1930(Bandungtempodulu.com) ... 10

Gambar 2.7 Gedung SMPN 5 Pada Tahun 2000(Bandungtempodulu.com) ... 11

Gambar 2.8 Gedung SMPN 5 Pada Tahun 1920(Bandungtempodulu.com) ... 11

Gambar 2.9 Gedung Sate(outdoorwebshoot.com) ... 12

Gambar 2.10 Gedung Sate(outdoorwebshoot.com) ... 12

Gambar 2.11 Museum Geologi (atenk-urangbandung.blogspot.com) ... 13

Gambar 3.1 Denah Lantai Dasar ... 16

Gambar 3.2 Denah Lantai Satu... 16

Gambar 3.3 Denah Lantai Dua ... 17

Gambar 4.1 Gedung Jarbeurs(Bandungtempodulu.com) ... 31

Gambar 4.2 Gedung Mulo (Bandungtempodulu.com) ... 31

Gambar 4.3 SMAN 3 Bandung (Bandungtempodulu.com) ... 32

Gambar 4.4 Skema Warna ... 33

Gambar 4.5 Tegel dengan Ornamen Tempo Dulu ... 33

Gambar 4.6 Batu Candi ... 33

Gambar 4.7 Kursi bergaya Art deco(Furniturestyles.net) ... 34

Gambar 4.8 Sirkulasi bergaya artdeco ... 35


(7)

Gambar 4.10 Layout First Floor ... 36

Gambar 4.11 Aplikasi Konsep Linear ... 37

Gambar 4.12 Aplikasi Konsep Linear ... 37

Gambar 4.13 Potongan Khusus ... 48

Gambar 4.14 Potongan Khusus ... 48

Gambar 4.15 Perspective ... 39

Gambar 4.16 Potongan Khusus ... 39

Gambar 4.17 Potongan Khusus ... 40

Gambar 4.18 Potongan Khusus ... 41

Gambar 4.19 Furniture ... 41

Gambar 4.20 Layout First Floor ... 42

Gambar 4.21 Layout Ground Floor ... 43

Gambar 4.22 Ceiling Plan Ground Floor... 43

Gambar 4.23 Ceiling plan First Floor ... 43

Gambar 5.1 General Layout Lantai Dasar ... 46


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisis Tapak ... 18

Tabel 3.2 Tabel Aktivitas… ... 21

Tabel 3.3 Tabel kebutuhan Ruang ... 21

Tabel 3.4 Tabel Programming Besaran Furniture ... 23

Tabel 3.5 Diagram Matriks ... 24

Tabel 3.6 Bubble Diagram Lantai Dasar ... 25

Tabel 3.7 Bubble Diagram Lantai Satu ... 26


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Site Plan

LAMPIRAN II General Layout Ground Floor

LAMPIRAN III General Layout First Floor

LAMPIRAN IV General Layout Second Floor

LAMPIRAN V Elevation A-A’

LAMPIRAN VI Elevation B-B’

LAMPIRAN VII Ceiling Plan First Floor

LAMPIRAN VIII Ceiling Plan Ground Floor

LAMPIRAN IX Floor Pattern Ground Floor

LAMPIRAN X Layout Furniture Ground Floor

LAMPIRAN XI Floor Pattern First Floor

LAMPIRAN XII Layout Furniture First Floor

LAMPIRAN XIII Section AA-AA’

LAMPIRAN XIV Section BB-BB’

LAMPIRAN XV Section CC-CC’

LAMPIRAN XVI Section DD-DD’

LAMPIRAN XVII Interior Detail Umbrella

LAMPIRAN XVIII Interior Detail Standing Lamp

LAMPIRAN XIX Interior Detail List Cashier Area

LAMPIRAN XX Furniture

LAMPIRAN XXI Detail Furniture


(10)

LAMPIRAN XXIII Perspective Veranda Area


(11)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta dan Bandung memberikan dampak positif dan negatif bagi perekonomian. Salah satu contoh dari dampak negatif adanya tol Cipularang adalah menurunnya omzet dari restoran atau tempat persinggahan yang berada di jalur Bandung-Jakarta. Banyak juga tempat usaha yang bangkrut karena adanya tol Cipularang. Akan tetapi di sisi lain, banyak usaha yang muncul karena adanya tol tersebut. Usaha yang berkembang terutama di bidang jasa seperti hotel, rumah makan, dan travel.

Kehadiran Tol Cipularang merupakan jembatan emas yang mebuka peluang bisnis yang menjanjikan dalam bidang jasa. Tercatat sejak dibukanya tol ini pada bulan Juli 2005, jumlah pengunjung hotel meningkat dengan pesat. Muncul juga banyak restoran baru dan berkembangnya bisnis travel dengan pesat. Sebut saja X-trans, Citytrans, Cipaganti Travel dan Baraya travel semuanya berkembang pesat sejak dibukanya tol Cipularang. Travel-travel ini menjadi pilihan utama bagi orang-orang untuk berwisata dari Jakarta-Bandung maupun sebaliknya.


(13)

Sejak adanya tol Cipularang, mobilitas masyarakat Jakarta ke Bandung maupun Bandung ke Jakarta meningkat cukup pesat. Alasan utama dari mobilitas ini adalah wisata. Hal ini terlihat jelas bila weekend maupun musim liburan di kota Bandung. Tanpa perlu melakukan survey, tidak dapat dipungkiri banyak sekali mobil berpelat B yang memadati restoran, café, mall dan tempat wisata lainnya.

Kota Bandung merupakan ibukota Jawa barat yang dapat dikatakan merupakan pusat budaya dari masyarakat Sunda. Budaya masyarakat Sunda sangat beraneka ragam mulai dari kesenian, adat istiadat, arsitektur hingga kuliner. Warisan kuliner yang ada di Jawa barat, khususnya kota bandung sangatlah kaya. Sebut saja lotek, karedok, gado-gado, semuanya merupakan makanan khas Sunda yang memilki daya tarik tersendiri.

Selain masakan-masakan khas Sunda, kota bandung memiliki banyak sekali jajanan khas bandung. Jajanan ini seperti batagor, brownies, pisang molen, dll. Semua makanan ini memang bila ditelusuri tidak asli berasal dari Bandung atau Jawa barat, akan tetapi dalam pikiran banyak orang jajanan ini sudah dicap berasal dari Bandung.

Lokasi dari tempat jajanan khas bandung terdapat di berbagai sudut Bandung. Bagi wisatawan yang belum mengetahui jalan di kota Bandung tentu saja hal ini menyulitkan dan juga tidak efisien karena untuk membeli satu jajanan ke tempat jajanan lainnya harus menempuh jarak yang cukup jauh. Sedangkan bila kita berada di sisi wisatawan, maka kita mengharapkan kemudahan serta kepraktisan dalam membeli jajanan.

Foodmarket yang akan dibuat dikhususkan untuk menjual jajanan. Jajanan yang

dimaksud adalah makanan kecil dan oleh-oleh khas Bandung. Foodmarket ini menjadi pusat jajanan yang sudah terintegrasi dalam satu tempat sehingga wisatawan tidak kesulitan ketika mencari jajanan yang diinginkan. Foodmarket ini akan dibuat bernuansa Bandung Tempo Dulu dan diharapkan memberikan kontribusi berupa memperkenalkan kuliner Bandung serta

diharapkan menjadi icon tempat kuliner kota Bandung.

1.2 Gagasan

Foodmarket ini memiliki konsep one stop shop dalam bidang jajanan, bakery dan

pastry. Di dalamnya menjual jajanan dan oleh-oleh khas Bandung seperti kue, batagor, surabi, martabak, dan lain-lain. Dalam foodmarket ini juga menyediakan kursus memasak untuk membuat kue, coklat, dan sejenisnya.


(14)

Target market yang dituju dari foodmarket ini adalah rombongan anak sekolah, keluarga dan rombongan dari luar kota, terutama Jakarta dan sekitarnya. Keluarga yang datang untuk berlibur tidak hanya dapat mencicipi jajanan khas Bandung, tetapi bagi mereka yang membawa anak dapat bereksperimen dengan mencoba membuat kue, roti, coklat dan sejenisnya pada saat itu juga.

Tema yang akan diterapkan pada foodmarket ini adalah Bandung Tempo Dulu. Penerapan tema ini diharapkan dapat menghidupkan kembali suasana kota Bandung seperti pada masa keemasannya.

1.3 Identifikasi Masalah

1.3.1 Bagaimana menerapkan konsep Bandung Tempo Dulu pada foodmarket?

1.3.2 Bagaimana membuat sirkulasi yang baik agar pengunjung tidak memadati satu area tertentu?

1.3.3 Bagaimana menerapkan layout yang dapat mengakomodasi site dan pengunjung secara efisien?

1.3.4 Bagaimana menerapkan layout antara foodmarket dan tempat memasak agar pengunjung foodmarket maupun kursus memasak dapat teratur?

1.3.5 Bagaimana kontribusi untuk menciptakan korelasi antara fasad yang modern dengan gaya interior tempo dulu?

1.4 Tujuan

1.4.1 Menerapkan konsep Bandung Tempo Dulu pada foodmarket

1.4.2 Membuat sirkulasi yang tepat agar pengunjung tidak memadati satu area tertentu

1.4.3 Menerapkan layout yang dapat mengakomodasi site dan pengunjung secara efisien 1.4.4 Menerapkan layout antara foodmarket dan kursus memasak agar pengunjung


(15)

1.4.5 Memberi kontribusi sehingga tercipta korelasi antara fasad yang modern dengan gaya interior tempo dulu.

1.5 Sistematika Penulisan

Pada Bab I, penulis akan membahas mengenai latar belakang karya tulis, gagasan, identifikasi masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

Pada Bab II, penulis akan memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan foodmarket,

Art deco, dan bandung tempo dulu dimana di dalamnya terdapat hal-hal yang menjadi dasar

dari penelitian ini.

Pada Bab III, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisa mengenai objek studi yaitu supermarket Jalan Setiabudi, Bandung, melakukan analisis tapak, analisis fungsional,

programming serta image study.

Pada Bab IV, penulis akan menerapkan desain untuk foodmarket di Jalan Setiabudi, Bandung


(16)

BAB V

SIMPULAN

Penerapan konsep Bandung tempo dulu pada foodmarket adalah dengan menerapkan konsep bangunan tempo dulu seperti bentuk yang geometris, layout yang linear dan material yang bernuansa tempo dulu ke dalam layout, bentukan ruang, bentukan furniture, layout

furniture dan penerapan material dalam foodmarket.

Cara membuat sirkulasi yang baik agar pengunjung tidak memadati satu area tertentu adalah dengan menerapkan system pembayaran dengan mendebet uang di kasir . Hal ini membuat pengunjung yang ingin membeli satu produk tidak perlu melakukan transaksi yang memakan waktu tetapi hanya dengan menunjukkan kartu.

Penerapan layout yang dapat mengakomodasi site dan pengujung secara efisien adalah dengan mengambil area berbentuk persegi panjang dari site, bukan secara keseluruhan. Layout tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(17)

Gambar 5.1 General Layout Lantai Dasar


(18)

Cara penerapan layout antara foodmarket dan tempat memasak agar pengunjung

foodmarket maupun kursus memasak dapat teratur adalah dengan membagi area foodmarket

pada lantai dasar, sedangkan area kitchen pada lantai satu. Pada lantai satu tidak semuanya digunakan untuk area kitchen, oleh karena itu sirkulasi dibagi menjadi dua antara pengunjung

kitchentour dan foodmarket.

Kontribusi untuk menciptakan korelasi antara fasad yang modern dengan gaya interior tempo dulu adalah dengan menerapkan konsep teras area di bagian sekitar pintu masuk. Bila dilihat dari luar maka akan terasa suasana tempo dulu.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Facilities Planning. 2004.

Designing commercial Interiors. 2006

http://www.bandungtempodulu.com

http://www.outdoorwebshoot.com

Pile, John F.Interior Design. 2007.

Fietz Jurgen. The Story of Architecture of the 20th Century. 1999.


(1)

Target market yang dituju dari foodmarket ini adalah rombongan anak sekolah, keluarga dan rombongan dari luar kota, terutama Jakarta dan sekitarnya. Keluarga yang datang untuk berlibur tidak hanya dapat mencicipi jajanan khas Bandung, tetapi bagi mereka yang membawa anak dapat bereksperimen dengan mencoba membuat kue, roti, coklat dan sejenisnya pada saat itu juga.

Tema yang akan diterapkan pada foodmarket ini adalah Bandung Tempo Dulu. Penerapan tema ini diharapkan dapat menghidupkan kembali suasana kota Bandung seperti pada masa keemasannya.

1.3 Identifikasi Masalah

1.3.1 Bagaimana menerapkan konsep Bandung Tempo Dulu pada foodmarket?

1.3.2 Bagaimana membuat sirkulasi yang baik agar pengunjung tidak memadati satu area tertentu?

1.3.3 Bagaimana menerapkan layout yang dapat mengakomodasi site dan pengunjung secara efisien?

1.3.4 Bagaimana menerapkan layout antara foodmarket dan tempat memasak agar pengunjung foodmarket maupun kursus memasak dapat teratur?

1.3.5 Bagaimana kontribusi untuk menciptakan korelasi antara fasad yang modern dengan gaya interior tempo dulu?

1.4 Tujuan

1.4.1 Menerapkan konsep Bandung Tempo Dulu pada foodmarket

1.4.2 Membuat sirkulasi yang tepat agar pengunjung tidak memadati satu area tertentu 1.4.3 Menerapkan layout yang dapat mengakomodasi site dan pengunjung secara efisien 1.4.4 Menerapkan layout antara foodmarket dan kursus memasak agar pengunjung


(2)

1.4.5 Memberi kontribusi sehingga tercipta korelasi antara fasad yang modern dengan gaya interior tempo dulu.

1.5 Sistematika Penulisan

Pada Bab I, penulis akan membahas mengenai latar belakang karya tulis, gagasan, identifikasi masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

Pada Bab II, penulis akan memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan foodmarket, Art deco, dan bandung tempo dulu dimana di dalamnya terdapat hal-hal yang menjadi dasar dari penelitian ini.

Pada Bab III, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisa mengenai objek studi yaitu supermarket Jalan Setiabudi, Bandung, melakukan analisis tapak, analisis fungsional, programming serta image study.

Pada Bab IV, penulis akan menerapkan desain untuk foodmarket di Jalan Setiabudi, Bandung


(3)

BAB V

SIMPULAN

Penerapan konsep Bandung tempo dulu pada foodmarket adalah dengan menerapkan konsep bangunan tempo dulu seperti bentuk yang geometris, layout yang linear dan material yang bernuansa tempo dulu ke dalam layout, bentukan ruang, bentukan furniture, layout furniture dan penerapan material dalam foodmarket.

Cara membuat sirkulasi yang baik agar pengunjung tidak memadati satu area tertentu adalah dengan menerapkan system pembayaran dengan mendebet uang di kasir . Hal ini membuat pengunjung yang ingin membeli satu produk tidak perlu melakukan transaksi yang memakan waktu tetapi hanya dengan menunjukkan kartu.

Penerapan layout yang dapat mengakomodasi site dan pengujung secara efisien adalah dengan mengambil area berbentuk persegi panjang dari site, bukan secara keseluruhan. Layout tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(4)

Gambar 5.1 General Layout Lantai Dasar


(5)

Cara penerapan layout antara foodmarket dan tempat memasak agar pengunjung foodmarket maupun kursus memasak dapat teratur adalah dengan membagi area foodmarket pada lantai dasar, sedangkan area kitchen pada lantai satu. Pada lantai satu tidak semuanya digunakan untuk area kitchen, oleh karena itu sirkulasi dibagi menjadi dua antara pengunjung kitchen tour dan foodmarket.

Kontribusi untuk menciptakan korelasi antara fasad yang modern dengan gaya interior tempo dulu adalah dengan menerapkan konsep teras area di bagian sekitar pintu masuk. Bila dilihat dari luar maka akan terasa suasana tempo dulu.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Facilities Planning. 2004.

Designing commercial Interiors. 2006 http://www.bandungtempodulu.com http://www.outdoorwebshoot.com Pile, John F.Interior Design. 2007.

Fietz Jurgen. The Story of Architecture of the 20th Century. 1999. Tate Allen. Interior Design in The 20th Century. 1986