Tanggung jawab keluarga Katolik stasi Muara Asa Di Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh terhadap pendidikan iman anak.

ABSTRAK

Judul skripsi TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI
MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGIJIL LINGGANG MELAPEH
TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan kesan pribadi
penulis bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa
dalam mendidik iman masih kurang. Padahal keluarga merupakan sekolah pertama
dan utama dalam mendidik iman anak. Maka keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara
Asa perlu meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab dalam mendidik iman anakanak mereka. Keprihatinan lain masih dialami oleh keluarga-keluarga Katolik dalam
melaksanakan tanggungjawab mereka yakni kurangnya waktu bersama anak oleh
karena tuntutan pekerjaan. Anak asyik dengan dengan dunianya sendiri.
Kebanyakan orang tua masih menyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak
lain, seperti guru agama atau sekolah Minggu.
Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana keluarga Katolik meningkatkan
pelaksanaan tanggungjawab mereka dalam mendidik iman anak-anaknya. Dalam
rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka
yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan
para ahli mengenai tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman
anak. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan tanggungjawab
keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak penulis melakukan penelitian
dengan cara pengamatan dan penyebaran kuesioner.

Hasil penelitan menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga
Katolik terhadap pendidikan iman anak Stasi Muara Asa masih kurang. Hal tersebut
dilihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia yang kurang
nampak dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, umat Stasi Muara Asa
memiliki harapan melalui pendampingan rekoleksi keluarga dapat membantu
mereka menumbuhkan semangat dalam meningkatkan tanggungjawab keluarga
Katolik Stasi Muara asa di Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh terhadap
pendidikan iman anak-anak mereka sehingga anak-anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan semakin mencintai
Sang Pencipta.

viii

ABSTRACT

Thesis title THE RESPONSIBILITY OF CATHOLIC FAMILY IN
STATION MUARA ASA PARISH ST. JOHN THE EVANGELIST
LINGGANG MELAPEH TOWARD CHILDREN FAITH EDUCATION is
chosen based on the personal impression that the implementation of the
responsibilities of Catholic in the parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh,

station Muara Asa in education children is still lacking faith. Whereas the family is
the first and primary schools to educate children of faith. Then Catholic families in
Muara Asa parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh need to improve the
implementation of the responsibility to educate their children faith. Another concern
that is still experienced by Catholic families in carrying out their responsibilities
namely the lack of time with children because of work demands, actions of children.
Most of parents are still handing children faith education to others, such as religious
teacher or Sunday schools.
The main problem in this thesis own Catholic Family can improve the
implementation of their responsibilities in educating their children faith. In order to
respond these main problems, the authors conducted a literature that comes from
Scripture, Church documents, and also the experts views on Catholic family
responsibilities toward to children faith education. Besides that, to again an overview
of the implementation of Catholic families toward to children faith education, the
authors conducted a research by observation and questionnaires.
The research results showed the implementation of the responsibilities of
Catholic family against faith education of children in the station Muara Asa, parish
St. John the Evangelist Lingang Melapeh are still lacking. This can be seen from the
four elements of koinonia, kerygma, liturgy, and diakonia are less visible in
everyday life. However, the parishioners of St. John the Evangelist Lingang

Melapeh, station Muara Asa have hope through recollection assistance for the
improvement of Catholic families’ responsibilities toward to children faith
education. Therefore, the author have found that Catholic people in station Muara
Asa have the hope in the family recollection assistance that can help Catholic people
to grow the spirit in the improvement of Catholic families’ responsibility in station
Muara Asa at parish St. John Evangelist Linggang Melapeh toward their children
faith education so that the children can grow and evolve to be a good human being
for others and also put their love in The Almighty.

ix

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA
DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH
TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Martalina
NIM: 121124036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Kedua orang tua saya Agustinus Lonyong dan Albina Rapun
Kedua adik saya Juliani dan Gabriel Noprianus
Kekasih tercinta Teki A.Md

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
(Flp 4:6)


v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Judul skripsi TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI
MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGIJIL LINGGANG
MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan
kesan pribadi penulis bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di
Stasi Muara Asa dalam mendidik iman masih kurang. Padahal keluarga
merupakan sekolah pertama dan utama dalam mendidik iman anak. Maka
keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa perlu meningkatkan pelaksanaan
tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka. Keprihatinan lain
masih dialami oleh keluarga-keluarga Katolik dalam melaksanakan

tanggungjawab mereka yakni kurangnya waktu bersama anak oleh karena
tuntutan pekerjaan. Anak asyik dengan dengan dunianya sendiri. Kebanyakan
orang tua masih menyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak lain, seperti
guru agama atau sekolah Minggu.
Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana keluarga Katolik
meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab mereka dalam mendidik iman anakanaknya. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis
melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen
Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai tanggungjawab keluarga Katolik
terhadap pendidikan iman anak. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran
pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak
penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran
kuesioner.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab
keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak Stasi Muara Asa masih kurang.
Hal tersebut dilihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan
diakonia yang kurang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian,
umat Stasi Muara Asa memiliki harapan melalui pendampingan rekoleksi
keluarga dapat membantu mereka menumbuhkan semangat dalam meningkatkan
tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara asa di Paroki Yohanes Penginjil
Linggang Melapeh terhadap pendidikan iman anak-anak mereka sehingga anakanak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi

sesama dan semakin mencintai Sang Pencipta.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Thesis title THE RESPONSIBILITY OF CATHOLIC FAMILY IN
STATION MUARA ASA PARISH ST. JOHN THE EVANGELIST
LINGGANG MELAPEH TOWARD CHILDREN FAITH EDUCATION is
chosen based on the personal impression that the implementation of the
responsibilities of Catholic in the parish St. John the Evangelist Linggang
Melapeh, station Muara Asa in education children is still lacking faith. Whereas
the family is the first and primary schools to educate children of faith. Then
Catholic families in Muara Asa parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh
need to improve the implementation of the responsibility to educate their children
faith. Another concern that is still experienced by Catholic families in carrying out
their responsibilities namely the lack of time with children because of work
demands, actions of children. Most of parents are still handing children faith

education to others, such as religious teacher or Sunday schools.
The main problem in this thesis own Catholic Family can improve the
implementation of their responsibilities in educating their children faith. In order
to respond these main problems, the authors conducted a literature that comes
from Scripture, Church documents, and also the experts views on Catholic family
responsibilities toward to children faith education. Besides that, to again an
overview of the implementation of Catholic families toward to children faith
education, the authors conducted a research by observation and questionnaires.
The research results showed the implementation of the responsibilities of
Catholic family against faith education of children in the station Muara Asa,
parish St. John the Evangelist Lingang Melapeh are still lacking. This can be
seen from the four elements of koinonia, kerygma, liturgy, and diakonia are less
visible in everyday life. However, the parishioners of St. John the Evangelist
Lingang Melapeh, station Muara Asa have hope through recollection assistance
for the improvement of Catholic families’ responsibilities toward to children
faith education. Therefore, the author have found that Catholic people in station
Muara Asa have the hope in the family recollection assistance that can help
Catholic people to grow the spirit in the improvement of Catholic families’
responsibility in station Muara Asa at parish St. John Evangelist Linggang
Melapeh toward their children faith education so that the children can grow and

evolve to be a good human being for others and also put their love in The
Almighty.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Esa, sebab melalui kasihNyalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul TANGGUNGJAWAB
KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES
PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN
ANAK.
Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan
tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak yang ada di
Stasi Muara Asa. Menurut hasil pengamatan penulis, orang tua masih cenderung
menyerahkan pendidikan iman anak-anak kepada pihak lain, seperti guru agama
ataupun Sekolah Minggu. Mereka kurang mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik iman dengan baik. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan

untuk

membantu

keluarga

Katolik

semakin

meningkatkan

pelaksanaan

tanggungjawabnya dalam tugasnya sebagai pendidik iman anak yang utama dan
pertama dalam keluarga.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini melibatkan banyak
pihak. Oleh karena itu, pantaslah pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung. S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing
skripsi sekaligus dosen akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran
membimbing, memberikan motivasi dan masukan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II dan sekretaris
panitia penguji yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan
waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan dengan
skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M.Si., selaku dosen penguji III yang telah
memberikan

semangat,

meluangkan

waktu

untuk

mempelajari

dan

memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.
4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah setia
membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis
menjalani masa studi.
5. Stap dan karyawan Prodi PAK yang turut memberikan perhatian dan
dukungan bagi penulis.
6. Bapak Antonius Rusi, selaku ketua umat Stasi Muara Asa yang telah
menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
7. Umat Stasi Muara Asa yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban
dan mencurahkan perasaan sewaktu penulis melakukan penelitian.
8. Bapak, ibu, adik-adik dan segenap keluarga yang dengan setia menemani,
selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani
masa studi.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJAUN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTO ................................................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 6
E. Metode Penulisan .................................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II. TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP
PENDIDIKAN IMAN ANAK .............................................................. 9
A. Tanggungjawab Keluarga Katolik ...................................................... 10
1. Tanggungjawab ............................................................................... 10
a. Pengertian Tanggungjawab ....................................................... 10
b. Jenis-jenis Tanggungjawab ....................................................... 13
2. Keluarga Katolik ............................................................................. 15
a. Pengertian Keluarga Katolik ..................................................... 15
b. Keluarga Katolik adalah Gereja Rumah Tangga ...................... 17
c. Keluarga Katolik adalah Sel Terkecil di Masyarakat ............... 20
d. Ciri-ciri Keluarga Katolik ......................................................... 21

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Tugas Keluarga Katolik ............................................................ 24
B. Pendidikan Iman Anak ........................................................................ 27
1. Pengertian Pendidikan Iman Anak .................................................. 27
2. Tujuan Pendidikan Iman Anak ....................................................... 28
3. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak ........................................... 29
a. Teladan Tokoh-tokoh Indetifikasi ............................................. 30
b. Suasana...................................................................................... 30
c. Pengajaran ................................................................................. 31
d. Komunikasi ............................................................................... 32
C. Pendidikan Iman Anak Merupakan Tanggungjawab Keluarga .......... 32
BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA
KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES
PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP
PENDIDIKAN IMAN ANAK ............................................................. 36
A. Gambaran Umum Stasi Paroki Yohanes Pengijil Linggang Melapeh
dan Stasi Muara Asa ......................................................................... 37
1. Situasi Geografis Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh
dan Stasi Muara Asa ................................................................... 37
2. Sejarah Singkat Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh
dan Stasi Muara Asa .................................................................... 38
3. Situasi Umat Paroki Yohanes Penginjil dan Stasi Muara Asa..... 41
4. Karya Pastoral Stasi Muara Asa .................................................. 43
B. Penelitian Tentang Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi
Muara Asa Terhadap Pendidikan Iman Anak ................................. 44
1. Persiapan Penelitian .................................................................... 44
a. Latar Belakang Penelitian ................................................... 44
b. Tujuan Penelitian ............................................................... 46
c. Jenis Penelitian ................................................................... 47
d. Istrumen Pengumpulan Data .............................................. 47
e. Responden Penelitian .......................................................... 48
f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu................................ 49
g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi .................................... 49
2. Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................... 50
xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut
Masing-masing Variabel .............................................................. 61
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................... 67
BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN
PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK
STASI MUARA ASA TERHADAP PENDIDIKAN
IMAN ANAK ................................................................................... 70
A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa
Terhadap pendidikan Iman Anak ....................................................... 71
B. Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa
Terhadap Pendidikan Iman Anak ...................................................... 72
1. Alasan Pemilihan Kegiatan Rekoleksi Keluarga ........................... 73
2. Rekoleksi Keluarga ........................................................................ 73
a.

Tujuan Kegiatan Rekoleksi ..................................................... 73

b.

Waktu, Tempat dan Peserta .................................................... 73

C. Usulan Kegiatan Rekoleksi Keluarga ................................................ 74
1. Latar Belakang Program................................................................. 74
2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Keluarga ........................................... 75
3. Matriks Kegiatan Rekoleksi Keluarga ........................................... 77
4. Contoh Persiapan Rekoleksi Keluarga ........................................... 79
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 86
A. Kesimpulan ....................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ................................. (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesi Penelitian ............................... (2)
Lampiran 3: Kuesioner Tertutup ........................................................ (3)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden........................................ (10)

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5: Daftar Lagu ................................................................. (17)
Lampiran 6: Kisah Keluarga Albert ................................................. (18)
Lampiran 7: Teks Kitab Suci ........................................................... (19)

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Alkitab
Indonesia,

ditambah

dengan

Kitab-kitab

Deuterokanonika,

yang

diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia.
Ef

: Efesus

Kej

: Kejadian

Kis

: Kisah Para Rasul

Luk

: Lukas

Mat

: Matius

Rm

: Roma

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA

: Apostolicam Actuossisatem, Dekrit Konsili Vatikan II
tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18 November 1965

CT

: Catechesi Tradendae
Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para
Uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese
masa kini. Tanggal 16 Oktober 1979
xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

FC

: Familiaris Consortio
Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran
Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup,
Iman-iman dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik,
tanggal 22 November 1981

GE

: Gravissium Educationis
Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai
Pendidikan Kristen. Diteruskan oleh Paus Paulus VI pada
tanggal 28 Oktober 1965.

KGK

: Katekismus Gereja Katolik
Terjemahan

Indonesia

dikerjakan

berdasarkan

edisi

Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2007
LG

: Lumen Gentium
Konsititusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja.
Tanggal 21 November 1964

KHK

: Kitab Hukum Kanonik
Dikeluarkan pada tanggal 25 Januari 1983 oleh Paus
Paulus Yohanes II.

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Singkatan Lain
KAS

: Keuskupan Agung Semarang

KBG

: Komunitas Basis Gereja

KDRT

: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

KK

: Kepala Keluarga

KWI

: Konferensi Wali Gereja Indonesia

OMK

: Orang Muda Katolik

PD

: Persekutuan Doa

PIA

: Pendidikan Iman Anak

PIR

: Pendidikan Iman Remaja

RI

: Republik Indonesia

SAGKI

: Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia

SD

: Sekolah Dasar

SLTP

: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Atas

SLTA

: Sekolah Lanjutan Tengah Atas

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

SMA

: Sekolah Menengah Atas

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Tugas mendidik pertama-tama merupakan tanggungjawab keluarga,
karena keluarga merupakan tempat dimana untuk pertama kalinya anak
memperoleh pengajaran mengenai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat, tempat anak hidup dan berkembang (GE art. 3).
Di dalam keluarga, anak pertama kali menemukan pengalaman pertama
masyarakat manusia yang sehat serta Gereja. Lambat laun, melalui keluargalah
anak dibawa masuk ke dalam pergaulan warga dan dalam umat Allah.
Peranan keluarga Katolik dalam mendidik mempunyai tempat yang
sangat penting dalam karya pastoral (FC art. 40). Maka dari itu, keluarga perlu
menyadari betapa pentingnya pendidikan Katolik dalam keluarga. Sebuah
keluarga wajib menciptakan suasana lingkungan keluarga yang dijiwai oleh cinta
kasih Allah dan manusia sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anakanak. Tugas keluarga untuk mendidik pendidikan Katolik anak tidak dapat
digantikan oleh siapa pun, karena ini merupakan tanggungjawab sebuah keluarga.
Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio
mengatakan bahwa:
Orang tua mendidik berakar dalam panggilan utama suami-istri
untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan
membangkitkan dalam dan demi cinta kasih seorang pribadi baru, yang
dalam dirinya mengemban panggilan untuk bertumbuh dan
mengembangkan
diri,
keluarga
sekaligus
sanggup
bertugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi
sepenuhnya (FC art. 36).
Karya manusia dalam penciptaan manusia baru melahirkan suatu tugas
baru, yaitu tugas mendidik dan memelihara hasil prokreasi tersebut. Dalam hal ini,
manusia yang telah menjadi anggota Katolik mempunyai tanggungjawab untuk
mendidik secara Katolik anak-anak yang telah dikaruniakan kepada keluarga
Bagi keluarga Katolik, tugas mendidik yang berakar dalam panggilan
utama mereka untuk berperan serta di dalam karya penciptaan Allah mendapat
sumber baru yang khas dalam Sakramen Perkawinan, yang menguduskan mereka
untuk mendidik secara Katolik anak-anak mereka: artinya perutusan itu meminta
mereka untuk mengambil bagian dalam wewenang dan cinta kasih Allah Bapa dan
Kristus Sang Gembala (FC art. 38). Konsili Vatikan II mengingatkan bahwa:
Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat
kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka, keluargalah yang
harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Sebab
merupakan tanggung jawab orang tua dalam menciptakan lingkungan
keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang
terhadap sesama sedemikian rupa sehingga menunjang keutuhan pendidikan
pribadi dan sosial anak-anak mereka (GE art. 3).
Pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa ketika anak dilahirkan, orang
tua memiliki tugas dan tanggungjawab baru dalam kehidupan keluarga, yakni
mendidik anak-anak mereka. Tanggungjawab keluarga yang dimaksud adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga dalam meningkatkan iman anak.
Pendidikan iman anak menjadi bagian yang sangat penting dalam usaha mendidik
secara Katolik dengan nilai-nilai Katolik, Moral Katolik, ajaran iman Katolik
misalnya: memberi nasehat, memberi teladan hidup Katolik sehingga menjadi
orang Katolik yang dewasa dalam kegiatan pastoral. Tanggungjawab utama dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

pendidikan iman anak tersebut terletak pada orang tua, hal ini sesuai dengan salah
satu fungsi keluarga yaitu sebagai tempat pendidikan iman anak.
Dalam ajaran Gereja Katolik, pendidikan atau pembinaan iman sangat
penting dalam kehidupan seorang anak. Hal ini dibuat untuk mempertahankan jati
diri seorang pengikut Kristus dalam menghadapi perkembangan zaman dan arus
globalisai, pendidikan di sini lebih diutamakan bagi anak-anak generasi muda
penerus dan pembangun Gereja, karena mereka adalah tulang punggung dan
harapan masa depan Gereja.
Anak merupakan buah cinta dari pasangan suami-istri yang perlu
dilindungi, dibesarkan oleh kasih sayang melalui pendidikan, terutama pendidikan
Katolik. Keluarga harus dapat mendidik anak-anak dengan diberi nasehat-nasehat
atau teladan-teladan. Para keluarga harus bisa mengarahkan anak-anaknya untuk
terlibat di dalam hidup menggereja. Namun kenyataannya sekarang ini banyak
keluarga yang lalai akan kewajibannya. Keluarga sekarang lebih mementingkan
kesibukan mereka dengan pekerjaan-pekerjaan, sehingga lupa akan tugasnya yang
harus mendidik anak dengan pendidikan Katolik. Hal ini menyebabkan anak tidak
aktif dalam hidup menggereja.
Berangkat dari pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan di Stasi
Muara

Asa,

keluarga

kurang

berperan

dalam

mengembangkan

iman

anak-anaknya. Seperti yang dialami penulis dalam keluarga penulis kurang
mendapat perhatian serta pendampingan dari keluarga berkaitan dengan pokokpokok iman Katolik dan bagaimana harus terlibat di Gereja. Penulis merasa
bahwa para keluarga di Stasi Muara Asa masih kurang memahami sepenuhnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

tugas mereka sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam
keluarga. Banyak keluarga yang cenderung menyerahkan pendidikan iman
anaknya kepada suatu lembaga terkait, seperti sekolah, tetapi sebenarnya itu
tidaklah cukup. Secara khusus dalam pendidikan iman, keluarga menjadi tempat
yang pertama dan utama, keluarga menjadi tempat persemaian bertumbuh dan
berkembangnya iman anggota keluarga.
Hasil pengamatan yang penulis lakukan pada beberapa keluarga di Stasi
Muara Asa ditemukan bahwa banyak keluarga yang kurang memperhatikan
pendidikan hidup rohani anaknya karena terbentur oleh pekerjaan. Hidup rohani
tidak hanya didapatkan dalam pendidikan iman di sekolah saja, tetapi di dalam
keluarga. Peran keluarga dalam mendidik hidup rohani anak, dengan maksud anak
dapat menghidupi ajaran Katolik seperti berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi,
mau terlibat dalam hidup menggereja, tidak hanya datang dan pergi saja di Gereja
namun anak ikut ambil bagian di dalamnya. Dengan keteladanan serta
pendampingan keluarga mengajak anak-anaknya ikut terlibat aktif dalam hidup
menggereja. Misalnya dengan mengikuti latihan koor, menjadi misdinar,
lektor/lektris, pemazmur atau di lingkungan dengan mengikuti ibadat mingguan
atau doa-doa yang lainnya. Dengan begitu anak semakin akrab dengan kegiatan
menggereja dan anak dapat merasakan keterlibatan aktif dalam hidup menggereja.
Berdasarkan latarbelakang di atas maka penulis ingin memberikan
sumbangan

pemikiran

melalui

penulisan

skripsi

dengan

judul

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI STASI MUARA ASA
TERHADAP

PENDIDIKAN

IMAN

ANAK

DI

PAROKI

YOHANES

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

PENGINJIL LINGGANG MELAPEH KALIMANTAN TIMUR. Penulisan
skripsi diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan
iman anak mereka?
2. Sejauh mana keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa telah melaksanakan
tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak mereka?
3. Upaya macam apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan
tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara Asa terhadap pendidikan iman
anak mereka?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan
penjelasan tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Menjelaskan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak
mereka.
2. Mengetahui sejauh mana keluarga Katolik di Stasi Muara Asa telah
melaksanakan tanggungawab terhadap pendidikan iman bagi anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

3. Memberikan sumbangan berupa program rekoleksi terhadap keluarga Katolik
dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik
terhadap pendidikan iman anak-anak mereka.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah:
1. Keluarga Katolik di Stasi Muara Asa mengetahui tanggungjawab dalam
mendidik iman anak-anak mereka.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis sejauh mana peningkatan
tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa berpengaruh positif
terhadap pendidikan iman anak.
3. Penulis dapat memberikan sumbangan berupa program rekoleksi keluarga
terhadap keluarga Katolik di Stasi Muara Asa dalam rangka meningkatkan
tanggungjawab bagi pendidikan iman anak mereka.

E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis
yaitu metode yang menggambarkan dan menganilisis data-data yang diperoleh
baik

melalui

pengalaman

maupun

studi

pustaka.

Penulis

juga

akan

mengungkapkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak
Stasi Muara Asa. Cara mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian di
Stasi Muara Asa Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh Kalimantan Timur.
Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

merumuskan sumbangan mengenai program pendampingan keluarga katolik guna
meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak
mereka.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokokpokok sebagai berikut:
Bab I ini, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, menfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika.
Bab II ini, berisi gambaran umum tentang tanggungjawab

keluarga

Katolik, mencakup pengertian tanggungjawab keluarga Katolik, pengertian
keluarga Katolik dan ciri-ciri keluarga Katolik, tugas keluarga Katolik,
tanggungjawab keluarga Katolik. Kemudian membahas Pendidikan Iman Anak
yang mencakup pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan, pengertian
iman, pengertian iman menurut Kitab Suci, pengertian iman menurut Dokumen
Gereja bentuk pendidikan iman anak.
Bab III ini, berisi uraian tentang Gambaran Umum Stasi Muara Asa serta
uraian tentang Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh, yang berisi situasi
geografis Paroki, sejarah berdirinya stasi dan paroki, situasi umat Stasi Muara Asa
dan Paroki, visi dan misi, tantangan stasi dan aroki, strategi. Dalam bab ini juga
disampaikan penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara
Asa terhadap pendidikan iman anak di dalamnya memuat persiapan penelitian,
laporan penelitian, tanggapan pribadi atas hasil penelitian dan kesimpulan
penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Bab IV ini, berisi uraian mengenai upaya peningkatan tanggungjawab
keluarga katolik di Stasi Muara Asa berupa usulan kegiatan Rekoleksi keluarga
sebagai upaya meningkatkan tanggungjawab keluarga katolik di Stasi Muara Asa.
Bab V ini, berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB II
TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP
PENDIDIKAN IMAN ANAK
Bab pertama telah menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaaf penulisan, metode penulisan serta sistematikan penulisan
skripsi. Bab kedua secara khusus membahas tanggungjawab keluarga Katolik
terhadap pendidikan iman anak. Bab kedua merupakan pembahasan dari rumusan
masalah yang pertama, yakni menggambarkan tanggungjawab keluarga Katolik
terhadap pendidikan iman anak-anak. Tanggungjawab keluarga Katolik adalah
suatu kewajiban orang tua Katolik untuk memperhatikan pendidikan iman
anaknya. Peran orang tua sangatlah besar di dalam keluarga terutama dalam
memperhatikan pendidikan iman anaknya.
Bab kedua ini terdiri dari tiga bagian yaitu tanggungjawab keluaga
Katolik, pendidikan iman anak, dan pendidikan iman anak tanggunjawab keluarga
Katolik. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan
kepustakaan. (a) Meliputi tanggungjawab dan keluarga Katolik. Bagian ini
mencakup pengertian tanggungjawab, jenis-jenis tanggungjawab, pengertian
keluarga Katolik, keluarga Katolik adalah Gereja rumah tangga, keluarga Katolik
adalah sel terkecil di masyarakat, ciri-ciri keluarga Katolik, dan tugas keluarga
Katolik. (b) Membahas pendidikan iman anak. Bagian ini meliputi tiga pokok
bahasan yaitu pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

bentuk-bentuk pendidikan iman anak. (c) Mejelaskan pendidikan iman anak
tanggungjawab keluarga Katolik.
A. Tanggungjawab Keluarga Katolik
1. Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang sengaja maupun tidak sengaja. Tanggungjawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggungjawab
merupakan salah satu nilai moral utama yang ada di dalam hukum moral. Sebab
tanggungjawab tersebut memiliki tujuan dan mengandung nilai-nilai baik bagi
semua orang, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Tanggungjawab sangat diperlukan untuk mengembangkan jiwa yang sehat,
membentuk kepribadian yang memiliki kepedulian akan hubungan interpersonal
dan menjadi warga masyarakat yang humanis.
a. Pengertian Tanggungjawab
Dapiyanta dalam buku Rukiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa
tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan tanggapan atas
tindakannya. Tanggapan tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa
melakukan hal tertentu dan kesiapan menanggung resiko atas apa yang telah
dilakukannya. Tuntutan kesiapan menjawab dan menaggung itulah yang disebut
tanggungjawab.
Sehubungan dengan kesiapan menjawab dan menanggung itu, tindakan
yang bertanggugjawab mengandaikan adanya kesadaran dan kebebasan. Sadar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

berarti tahu. Kalau orang bertindak atas kesadaran pribadi, ia tahu apa yang ia
perbuat dan mengapa berbuat demikian. Ia telah membuat pertimbangan sebelum
bertindak. Bertindak bebas berarti bertindak atas kemauan sendiri. Tindakan
tersebut bukan hasil pemaksaan atau keterpaksaan. Dengan menghendaki tindakan
tersebut orang akan siap menanggung segala resiko atau konsekuensi dari
tindakannya (Dapiyanta, 2013: 35). Semakin orang tersebut bebas maka ia
semakin bertangungjawab. Artinya apabila manusia dalam mengambil keputusan
dan menentukan jenis tindakan itu manusia tidak memiliki kebebasan, maka
dengan sendirinya ia tidak mungkin memiliki tanggungjawab. Bebas di sini bukan
berarti bebas semuanya. Kebebasan tidak sama dengan keliaran dan tanpa aturan
(Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Dan tentu keputusan maupun tindakan
tersebut diambil dengan penuh kesadaran. Sebab orang tidak mungkin
mengemban tanggungjawab apabila ia tidak menyadari keputusan atau
perbuatannya. Sadar berarti mengetahui dan merasakan proses-proses emosi dan
pikiran yang sedang berjalan sewaktu individu mengambil keputusan atau
melakukan suatu tindakan. Dapiyanta dalam buku Rukiyanto dan Esti Sumarah
(2014: 22) mengemukakan pendapat bahwa tanggungjawab adalah kemampuan
seseorang untuk memberikan respon atas tindakannya. Respon tersebut berupa
jawaban atas pertanyaan mengapa aku melakukan hal tertentu dan kesiapan
menjawab dan menanggung itulah disebut tanngungjawab. Contohnya: seorang
pemuda ditangkap polisi karena dituduh telah membunuh seseorang. Pemuda itu
harus mempertanggungjawabkan di pengadilan tindakan membunuh yang telah ia
lakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Berkaitan dengan tanggungjawab Gilarso (1996: 14) mengatakan bahwa
tanggungjawab dalam membangun keluarga Kristiani dilakukan dengan penuh
cinta kasih. Melalui pernikahan, saumi-istri membangun suatu persekutuan cinta
yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus diusahakan antara
mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, juga kepada sanak-saudara,
tetangga, lingkungan, dan akhirnya kepada semua orang lain, terutama orangorang kecil dan miskin. Karena itu, segenap anggota keluarga terutama suami-istri
harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menumbuhkembangkan cinta kasih di
dalam kehidupan mereka. Bila cinta kasih ada dalam keluarga, maka sikap
keterbukaan, saling pengertian, saling mengampuni, serta saling mendukung satu
sama lain dalam hal-hal yang baik akan muncul dalam keluarga.
Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga sangatlah penting dan besar.
Orang tua tidak hanya sekedar mengetahui tanggungjawabnya kepada setiap
anggota keluarga, tetapi sungguh-sungguh melaksanakan tanggungjawab tersebut.
Keluarga harus dapat bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak-anaknya.
Di dalam keluarga mendidik anak adalah tugas yang utama dan pertama, tidak
dapat digantikan oleh siapapun itu (FC art. 36). Ini juga dapat berarti bahwa arah
dan kehidupan iman anak ditentukan oleh bagaimana cara keluarga itu mendidik
anak secara bertanggungjawab.
Dengan demikian, tanggungjawab keluarga Katolik yang dimaksud adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga Katolik dalam melaksanakan
pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak menjadi bagian yang sangat penting
dalam usaha pendewasaan iman anak. Tanggungjawab keluarga dalam pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

iman anak tersebut terletak pada orang tua, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi
keluarga yaitu sebagai tempat pendidikan iman anak.
b. Jenis-jenis Tanggungjawab
Tanggungjawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau
hubungan yang dibuat manusia. Tanggungjawab seorang manusia tidak hanya
berhenti pada dirinya sendiri, melainkan juga untuk hal lainnya. Wujud
tanggungjawab bermacam-macam, misalnya tanggungjawab terhadap diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan. Jenis-jenis tanggungjawab itu sendiri
antara lain:
1) Tanggungjawab terhadap Diri Sendiri
Tanggungjawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata
hati, misalnya, dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggungjawab
terhadap diri sendiri merupakan hal yang mendasar dalam melakukan kewajibankewajiban lainnya sebagai tuntutan dalam mengembangkan kepribadian sebagai
pribadi. Pada dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga
seorang pribadi yang memiliki pendapat sendiri dalam berbuat dan bertindak.
Apabila manusia bertanggungjawab pada dirinya sendiri maka ia mampu
bertanggungjawab pada hal lain pula. Dengan berani bertanggungjawab berarti
kita sudah mampu melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan diri
sendiri sehari-hari secara rutin.
2) Tanggungjawab kepada Anggota Keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Setiap anggota keluarga saling membutuhkan dalam melaksanakan tugas
dan peran dengan baik agar keharmonisan keluarga tetap terjalin dengan baik.
Segala tugas yang dilakukan dengan iklas akan menunjukkan kepedulian akan apa
yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga lainya. Sebagi contoh:
seorang anak harus belajar dengan baik dan membantu meringankan tugas orang
tua ketika berada di rumah. Dengan melaksanakan tanggungjawab sebagai anak,
maka hal tersebut tentunya menjadi suatu kebanggaan bagi kedua orang tua.
Apabila dalam hal-hal kecil diabaikan, maka semakin sulit untuk membangun rasa
tanggungjawab dalam diri maupun untuk orang lain (Rintyastini, 2006: 53).
3) Tanggungjawab sebagai Anggota Masyarakat
Pada dasarnya seorang manusia adalah makluk sosial, yakni tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain. Seorang manusia dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai anggota masyarakat tentu memiliki
tanggungjawab sehingga dapat melangsungkan hidup yang baik di tengah-tengah
masyarakat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada masyarakat.
Bertanggungjawab terhadap masyarakat berarti menanggung tuntutan normanorma sosial, bisa berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat,
hukum penjara, dan lain-lain. Bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat
akan melatih seorang menjadi pribadi yang lebih matang, di mana ia akan
memiliki wawasan yang lebih luas (Rintyastini, 2006: 57).
4) Tanggungjawab sebagai Umat Beragama
Tanggungjawab umat beragama diwujudkan antara lain dengan berusaha
memahami aturan agama dan kemudian mengamalkannya (Rintyastini, 2006: 58).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Seseorang yang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap agama diharapkan
memiliki tanggungjawab pada agamanya yang dianut. Bertanggungjawab kepada
agama berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan
berdosa. Bagi kaum muda tanggungjawab dalam beragama masih mudah
terpengaruh oleh aneka tawaran duniawi. Namun kesadaran diri mereka untuk
terlibat dalam kegiatan keagamaan sudah mengalami peningkatan. Misalnya aktif
dalam kegiatan Gereja dan lingkungan seperti menjadi misdinar, lektor, mengikuti
komunitas doa, Rosario, bakti sosial, dan lain sebagainya (Rintyastini, 2006: 60).

2. Keluarga Katolik
a. Pengertian Keluarga Katolik
KWI (2011: 5) menyatakan bahwa keluarga merupakan buah dan
sekaligus tanda kesuburan adikordrati Gereja serta memiliki ikatan yang
mendalam sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah-tangga (Ecclesia
Domestica). Sebutan ini selain memperlihatkan eratnya pertalian antara Gereja
dan keluarga, juga menegaskan fungsi keluarga yang disebut sebagai bentuk yang
terkecil dari Gereja.
Keluarga, yang didasarkan pada cintakasih serta dihidupkan oleh cinta
kasih, merupakan persekutuan pribadi: suami dan istri, orang tua dan anak-anak,
serta saudara-saudara. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang
membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga (FC art. 18). Pengertian
keluarga ini memperlihatkan bahwa setiap manusia berasal dari keluarga. Dalam
keluarga terdapat pribadi yang berbeda-beda, namun mereka hidup bersama dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

cinta kasih. Setiap pribadi menunjukan cinta kasih melalui tindakan konkret untuk
kebahagian, kesejahteraan, dan keselamatan keluarga (KWI 2011:10).
Keluarga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, keluarga merupakan sel
terkecil dari masyarakat luas. Konsili Vatikan II mengatakan: “karena Pencipta
alam semesta telah menetapkan persekutuan suami-istri menjadi asal-mula dan
dasar masyarakat manusia, maka keluarga merupakan sel pertama dan sangat
penting bagi masyarakat” (AA art. 11). Sebagai sel terkecil dalam masyarakat,
keluarga mempunyai hubungan-hubungan yang amat penting dan organik dengan
masyarakat, karena di dalam keluarga seluruh jaringan hubungan sosial dibangun
(Paus Yohanes Paulus II, 1994:8). Melalui kehadiran dan peran anggotaanggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun
masyarakat yang memanusia dan rukun (FC art. 43)
Keluarga memiliki hubungan kedekatan atau relasi antar anggotaanggotanya. Dalam perkawinan dan keluarga terjalin serangkaian hubungan antar
pribadi (FC art. 15). Setiap anggota keluarga dijalin oleh relasi yang bersifat
personal dan fungsional. Yang dimaksud dengan relasi personal adalah relasi antar
pribadi, yang tidak didasarkan pada kedudukan atau fungsi seseorang. Dalam
keluarga, kedua relasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena hubungan
fungsional dalam keluarga harus selalu personal juga, artinya harus selalu dalam
semangat menerima yang lain sebagai pribadi yang bermartabat sama karena
memiliki hak yang sama pula.
Pandangan mengenai keluarga di atas sejalan dengan pandangan Gereja
dalam Katekismus Gereja Katolik yang mengartikan keluarga Katolik sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

persekutuan kodrati, di mana pria dan wanita di panngil untuk menyerahkan diri
dalam cinta kasih melanjutkan kehidupan (KGK No. 2207). Artinya persekutuan
pribadi-pribadi ini terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan bebas antara
seorang pria dan seorang wanita, serta diungkapkan dalam kesepakatan nikah.
Mereka bersedia meninggalkan segalanya, termaksud orang tua dan sanak
saudaranya untuk membangun persekutuan hidup dengan pasangannya.
Pria dan wanita dipanggil untuk senantiasa menumbuhkembangkan
persatuan mereka dengan selalu setia pada janji perkawinan. Berkat janji
perkawinan yang diucapkan, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dalam
Mat 19:6 dikatakan “Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena
itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Sabda Yesus
ini mengatakan bahwa suami-istri merupakan dua pribadi yang telah disatukan
oleh Allah. Surat Santo Paulus kepada jemaat di Efesus (5:22-23) mengatakan
suatu perkawinan dapat dikatakan sebagai sakramen, sebagai tanda dan rahmat
hubungan antara Allah dan jemaat-Nya, bila perkawinan tersebut dilakukan secara
sah oleh dua pribadi yang telah dibaptis dalam nama Yesus.
b. Keluarga Katolik adalah Gereja Rumah Tangga
KWI (2011: 15-18) menegaskan bahwa keluarga adalah Gereja rumahtangga. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri menerima tiga martabat Kristus,
yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Berkat Sakramen Baptis pula,
mereka menjadi anggota dan ikut membangun Gereja. Gereja bukan hanya
merupakan sebuah komunitas basis Gerejawi yang mengambil bagian dalam karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

penyelamatan Allah. Keluarga adalah Gereja rumah tangga karena mengambil
bagian lima tugas Gereja seperti diungkapkan KWI (2011: 15-17) antara lain:
1) Persekutuan (Koinonia)
Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang diperluas dengan kehadiran anak. Ciri pokok
persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta kasih serta
kesedian untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain (KWI, 2011:15-16).
Cinta kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama karena tanpa cinta kasih
keluarga tidak dapat hidup, berkembang atau menyempurnakan diri sebagai
persekutuan pribadi-pribadi (FC art. 18).
Persekutuan dalam keluarga akan terwujudkan dan makin sempurna berkat
semangat berkorban yang besar. Dalam keluarga dibutuhkan sikap terbuka dan
murah hati, bertenggang rasa, saling mengampuni dan saling berdamai (FC art.
21). Sikap saling memaafkan diwujudkan dengan memaafkan apabila ada anggota
keluarga yang berbuat salah dan tetap menerima mereka meskipun memiliki
keterbatasan, seperti anak yang nakal tetap diterima dengan penuh kasih sayang.
Persekutuan dalam keluarga juga dapat diwujudkan dengan menciptakan saat-saat
bersama, misalnya: doa bersama, kesetian dalam suka dan duka baik ketika sehat
maupun sakit.
2) Liturgi (Leiturgia)
Kepenuhan hidup Katolik tercapai melalui sakramen dan hidup doa karena
keluarga dapat bertemu dan berdialog dengan Allah. Suami istri mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

tanggungjawab membangun kesejahteraan jasmani dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.

1 8 141

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta.

3 24 162

Upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak.

0 4 153

Peranan doa bersama dalam keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di wilayah Juwono, Paroki Santa Maria Lourdes Sumber, Magelang Jawa Tengah.

0 36 140

Deskripsi pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung.

1 20 153

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

1 9 139

Bimbingan orang tua terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 2 132

Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 0 157

UPAYA MENINGKATKAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI UMAT STASI KEDAMIN DARAT HULU PAROKI HATI MARIA TAK BERNODA PUTUSSIBAU KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE KELUARGA

0 0 155

Peranan doa bersama dalam keluarga Katolik bagi pembentukan karakter remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Yogyakarta - USD Repository

0 3 159