GAMBARAN UMUM TENTANG PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP
commit to user
LAPORAN KHUSUS
GAMBARAN UMUM TENTANG PENERAPAN CONTRACTOR
SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS)
DI PT. PERTAMINA (PERSERO)
REFINERY UNIT IV
CILACAP
May Dwinantono Setyo Nugroho R0008116
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2011
(2)
commit to user
PENGESAHAN
Magang dengan judul : Gambaran Umum Tentang Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) di PT.Pertamina (Persero)
Refinery Unit IVCilacap
May Dwinantono Setyo Nugroho., NIM : R0008116, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Penguji Magang
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada hari ...Tanggal...2011
Pembimbing I Pembimbing II
Sumardiyono, SKM., M.Kes Devi Aliyani, SKM NIP. 19650706 198803 1 002
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
(3)
commit to user
(4)
commit to user
ABSTRAK
GAMBARAN UMUM TENTANG PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) DI PT. PERTAMINA (PERSERO)
REFINERY UNIT IVCILACAP
May Dwinantono Setyo Nugroho1, Sumardiyono 2, Devi Aliyani3
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan Contractor
Safety Management System (CSMS) dan tahap perekrutan calon rekanan kerja di
P.T Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data dilakukan berdasarkan observasi dan wawancara kemudian dianalisa menggunakan teknik pengolahan data dan teknik analisa data. Penelitian ini dilaksanakan karena 70% dari pekerja yang bekerja di perkantoran dan Unit pengolahan bukanlah pekerja PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, mereka merupakan pekerja dari kontraktor yang bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 80% dari total biaya pemeliharaan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap digunakan untuk menyewa kontraktor. 90% dari kasus kecelakaan dan insiden HSE yang berkaitan dengan bisnis PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menimpa para pekerja kontraktor. Maka dari itu perlu adanya Contractor Safety Management System
(CSMS) untuk mendapatkan rekan kerja yang berkompeten
Hasil: Analisis data dibandingkan dengan pedoman-pedoman atau standar yang ada, yaitu Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan pedoman BPMIGAS.
Simpulan: Contractor Safety Management System (CSMS), merupakan sistem untuk memilih rekan kerja yang berkompeten dan PT. Pertamina (Persero) telah melakukan pengawasan dan penilaian agar dapat mengurangi resiko bahaya pada rekan kerja.saran yang diberikan adalah sagar perusahaan lebih banyak melakukan pengawasan pada setiap kegiatan operasional yang dilakukan oleh rekan kerja.
Kata kunci : penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) Kepustakaan : 7, 1970 2006.
1, 2, 3
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
(5)
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat melaksanakan magang di PT. Pertamina (Persero) Refinary Unit IV Cilacap dan menyusun laporan magang ini. Laporan magang ini disusun berdasarkan orientasi-orientasi di berbagai unit khususnya mengenai Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan ditunjang oleh data-data dari literatur dan petunjuk serta penjelasan dari pembimbing.
Atas terlaksananya Magang serta tersusunnya laporan Magang ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr. MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2007-2011.
2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2015. 3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D. III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2008-2011.
4. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2015.
5. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan masukan kepada penulis.
6. Ibu Devi Aliyani, SKM selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis.
7. Bapak Ir. R. M. Happy Paringhadi, selaku Manager HR Area/Business Partner Refinery Unit IV yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek (Magang) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
8. Bapak Arif Romdlon, SHselaku Panitia pelatihan bagian HR Area/Business Partner PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
(6)
commit to user
9. Bapak Sugandi selaku Manager Health, Safety and Environmental (HSE) PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
10. Bapak Gatot Pratomo, selaku Safety Section Head PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
11. Bapak Arjon Siagian, selaku pembimbing lapangan Kerja Praktek maupun pada saat penulisan laporan.
12. Bapak Dasiyo, Bapak Heru, Bapak Encu, Bapak Sjahru, Mas Rizki, Mas Al Hadiruna yang telah membantu penulis untuk mendapatkan literatur dan data yang dibutuhkan.
13. Mas Agus, Mas Yoga, Mas Andra, Mas Wahyu dan Mas Didi di bagian HSE
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang membantu penulis memperoleh data-data yang dibutuhkan.
14. Ibu, Kakak, Adik dan saudara-saudaraku semua, terima kasih atas semua dukungan moril.
15. Teman-teman senasib sepenanggungan yang magang di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
16. Teman-teman satu tim (Lia, Isabella, Ocha, Dinar, Dian, Nana).
17. Seluruh teman-teman seperjuangan di Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya saran dan kritik membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.
Surakarta, Penulis,
(7)
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 18
BAB III. METODE PENELITIAN... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Lokasi Penelitian ... 19
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 19
D. Sumber Data ... 19
E. Teknik Pengumpulan Data ... 20
F. Pelaksanaan ... 20
G. Analisa Data ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
A. Hasil Penelitian ... 22
(8)
commit to user
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 40
A. Simpulan ... 40
B. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN
(9)
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Risk Assessment matrix ... 14 Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 19
(10)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan ijin Magang. Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Magang. Lampiran 3. Absensi Kerja Praktek.
Lampiran 4. Jadwal Magang.
Lampiran 5. Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
Lampiran 6. Kebijakan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja Lindungan Lingkungan dan Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu.
Lampiran 7. Contoh hasil evaluasi sementara.
Lampiran 8. Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
Lampiran 9. Peta Lokasi area 70 PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Lampiran 10. Surat perintah tentang tim penerapan CSMS.
(11)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang mempunyai aneka macam sumber daya alam, salah satu yang dikenal adalah sumber daya minyak dan gas bumi. Bagi negara yang berkembang minyak dan gas bumi sangatlah berguna, dan merupakan sumber daya alam yang strategis. Bahkan sampai saat ini peran minyak dan gas bumi dalam pembangunan negeri masih sangatlah konsisten. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan minyak dan gas bumi semakin meningkat. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan minyak dan gas bumi, pemerintah membentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi negara (PERTAMINA) di Indonesia. PT. Pertamina
(Persero) mengemban tugas negara untuk mengusahakan dan
mengembangkan potensi sumber daya minyak dan gas bumi. Kebijaksanaan didasar kan pada pancasila dan undang-undang dasar Dasar 1945 pasal 33, secara operasional dikembangkan atas dasar Undang-Undang Migas No. 22 tahun 2001.
PT. Pertamina (Persero) memiliki unit-unit operasi yang besar di seluruh Indonesia, meliputi beberapa eksplorasi dan produksi, 7 unit pengolahan, 8 unit pemasaran dan unit pununjang lainnya. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah salah satu unit usaha yang berada dibawah Direktorat
(12)
Industri minyak dan gas PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan industri hilir (downstream) yang mengembangkan potensi sumber daya alam minyak dan gas di sektor pengolahan dan pemurnian. Proses pemurnian dan pengolahan minyak merupakan suatu proses dimana minyak mentah dimurnikan dan diproses menjadi berbagai produk petrolium. Proses pemurnian memerlukan banyak sekali peralatan yang kompleks, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya berbagai macam resiko, antara lain : kecelakaan kerja, kebakaran atau peledakan, Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan pencemaran lingkungan. Isu dalam lingkungan luas yang diakibatkan oleh proses pemurnian dan produksi minyak dan gas dapat memberikan efek pada level lokal ataupun global. Salah satu masalah yang penting adalah efek terhadap pekerja maupun kesehatan masyarakat.
Dalam beroperasinya kilang PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, maka banyak kemungkinan mempunyai potensi bahaya di tempat kerja yang bersifat fisik, kimia, biologi, radiasi, ergonomi dan psikologi terhadap kesehatan pekerja. Untuk menangani bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja, perlu dilakukan identifikasi, evaluasi, dan kontrol bahaya-bahaya tersebut. Identifikasi adalah mengetahui dan mengenal bahaya-bahaya apa saja yang ada di lingkungan tersebut. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh bahaya itu merupakan ancaman bagi kesehatan pekerja. Kontrol adalah cara pengendalian resiko bahaya yang ada di lingkungan kerja, agar bahaya-bahaya tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisir agar tidak lagi merupakan ancaman bagi pekerja.
(13)
commit to user
Di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap 70% dari pekerja yang bekerja di perkantoran dan Unit pengolahan bukanlah pekerja PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, mereka merupakan pekerja dari kontraktor yang bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.80% dari total biaya pemeliharaan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap digunakan untuk menyewa kontraktor. 90% dari kasus kecelakaan dan insiden HSE yang berkaitan dengan bisnis PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menimpa para pekerja kontraktor.
Untuk menjamin kehandalan, kelancaran dan keselamatan operasi pengolahan diperlukan peningkatan serta pengembangan sistem dan prosedur keselamatan kerja yang baku. Dalam menunjang kegiatan operasi kilang PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, maka peranan Health Safety
Environmental (HSE) sangatlah penting untuk menunjang pencegahan dan
penanggulangan bahaya kecelakaan kepada setiap pekerja ataupun para kontraktor yang bekerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, sehingga kerugian dapat ditekan seminimal mungkin dan mencapai produksi semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan produktivitas dan mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan, PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memberi tugas dan tanggung jawab kepada Health Safety Environmental (HSE), untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan aspek K3, lingkungan dan bahaya kebakaran secara
(14)
operasional diseluruh operasi kilang PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Oleh karena itu pengelolaan aspek K3 dan lingkungan dilakukan secara profesional, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar operasi berjalan aman, handal, efisien dan berwawasan. Dengan banyaknya kontraktor yang bekerjasama dengan PT.Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap, maka harus diwujudkan kerjasama yang baik di
antara kedua pihak terkait.
Dalam penelitian kali ini, penulis tertarik untuk mengetahui Penerapan
Contractor Safety Management System (CSMS) Sebagai Bentuk Persyaratan
Kerjasama Kontraktor dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat di rumuskan permasalahan :
Bagaimana penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ?
C. Tujuan
Dalam pelaksanaan magang ini diharapkan tercapainya tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan Contractor Safety Management System
(CSMS) dan tahap perekrutan calon rekanan kerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
(15)
commit to user
2. Untuk mengetahui manfaat penerapan Contractor Safety Management
System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
D. Manfaat
Dalam pelaksanaan magang ini diharapkan tercapainya manfaat sebagai berikut :
1. Peneliti
a. Dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik serta kondisi lingkungan kerja.
b. Dapat meningkatkan pengetahuan terhadap penerapan Contractor
Safety Management System (CSMS).
c. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. d. Dapat menerapkan ilmu yang di peroleh selama kuliah.
2. Perusahaan
a. Dapat mengembangkan identifikasi aspek K3 dengan Contractor
Safety Management System (CSMS).
b. Dapat memberikan rekomendasi kepada perusahaan dan dapat menciptakan kegiatan kerja di tempat kerja yang aman dan nyaman. 3. Bagi Diploma III Hiperkes dan keselamatan kerja
a. Dapat menambah kepustakaan mengenai Contractor Safety
Management System (CSMS).
b. Dapat menjadi sarana pengembangan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja.
(16)
c. Dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahaan.
(17)
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap keselamatan kerja diatur melalui peraturan perundangan guna meningkatkan kesadaran bagi pihak manajemen maupun karyawan, peraturan tersebut diantaranya adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang bertujuan:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan
pekerjaaan untuk kesejahteraan, meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja atas hak keselamatannya.
3. Sumber produksi yang dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. PT. Pertamina (Persero) RU IV sangat memperhatikan keselamatan kerja bagi karyawan mitra kerja. Hal ini mendorong akan pentingnya meningkatkan kesadaran keselamatan kerja di kalangan mitra kerja, dengan mengembangkan sebuah program yang disebut dengan Contractor Safety Management System
(CSMS) yaitu sebuah sistem kontrol terhadap aspek pengelolaan HSE bagi mitra kerja yang berkerja di PT. Pertamina (Persero) RU IV.
Program Contractor Safety Management System (CSMS) ini akan memberikan jaminan operasional yang unggul melalui 6 tahapan, yaitu :
(18)
1. Penilaian Risiko
Tahapan Penilaian Risiko adalah tahap awal untuk mengkaji sejauh mana risiko pekerjaan yang akan dikontrakkan.
2. Pra Kualifikasi
Tahapan Pra Kualifikasi adalah tahap penyaringan mitra kerja yang potensial.
3. Seleksi
Tahapan Seleksi adalah tahap proses pemilihan mitra kerja, melalui proses tender dengan mempertimbangkan semua aspek, termasuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan.
4. Evaluasi Awal
Tahapan Kegiatan Pra Pekerjaan adalah tahap untuk memastikan bahwa aspek aspek yang relevan dengan perencanaan pekerjaan, termasuk kajian risiko telah dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak terkait, pada awal pelaksanaan kontrak.
5. Pekerjaan Sedang Berjalan
Tahapan Pekerjaan Sedang Berjalan adalah tahap untuk menjamin agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana.
6. Evaluasi Akhir
Tahapan Evaluasi Akhir, adalah tahap untuk mengevaluasi kinerja mitra kerja.
(19)
commit to user
Adapun pertimbangan PT. Pertamina (Persero) RU IV mengembangkan program Contractor Safety Management System (CSMS) adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya keseragaman program Contractor Safety Management
System (CSMS) antara PT. Pertamina (Persero) RU IV dengan mitra kerja.
2. Menjamin operasi pengelolaan minyak dan gas berjalan dengan aman untuk mendukung tercapainya target produksi yang telah diterapkan. 3. Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para mitra kerja.
4. Mencegah terjadinya kerugian material, peralatan dan kerusakan lingkungan.
5. Menjaga citra perusahaan.
Dalam mengimplementasikan Program Contractor Safety Management
System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
sebelumnya dilaksanakan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Pengembangan
Kegiatan Tahap Pengembangan adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan Pedoman CSMS
Pembuatan pedoman berguna untuk mengatur seleksi kontraktor ke dalam dua tahap, yaitu :
1) Tahap Administrasi
Langkah langkah untuk memilih rekan kerja terbaik, khususnya dalam hal Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan. Tahap ini terdiri dari :
(20)
a) Penilaian Risiko
Prosedur untuk meneliti risiko pekerjaan yang akan dikontrakkan dan menentukan kategorinya apakah Rendah (R), Sedang (S), atau Tinggi (T). Kategori risiko tersebut kemudian menentukan perlu atau tidaknya langkah langkah CSMS berikutnya.
b) Pra Kualifikasi
Prosedur untuk meneliti kualifikasi rekan kerja dalam hal Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan. Hanya mereka yang memiliki potensi untuk berkerja secara aman yang akan disertakan di dalam proses tender untuk suatu pekerjaan. c) Pemilihan
Prosedur untuk memilih rekan kerja terbaik di antara yang mengikuti tender.
2) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
Langkah langkah yang bertujuan untuk menjamin Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan di lapangan. Tahap ini terdiri dari :
a) Evaluasi Awal Pekerjaan
Langkah untuk membuka komunikasi awal antara PT. Pertamina (Persero) RU IV dengan rekan kerja pada awal pekerjaan mengenai kesamaan rencana dengan implementasi HSE.
(21)
commit to user
b)Evaluasi Pekerjaan BerlangsungLangkah inspeksi dan penilaian pelaksanaan lapangan. Ada 2 macam daftar periksa di bagian ini, yaitu Daftar periksa Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Checklist) dan Daftar periksa Program Keselamatan Kerja (Safety Program Checklist). Inspeksi harus selalu diikuti dengan langkah langkah koreksi, karena mekanisme kontrol tidak akan pernah terbentuk tanpa langkah koreksi.
c) Evaluasi Akhir
Langkah penilaian kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan rekan kerja selama Pra Kualifikasi dan Pekerjaan Berlangsung. Hasil evaluasi akan disimpan di Bank Data, dan menjadi bahan pertimbangan apakah mitra kerja tersebut layak untuk pekerjaan yang akan datang.
Setelah selang waktu tertentu, Data Bank akan memiliki sejumlah nama rekan kerja yang baik dan memenuhi syarat sehingga proses Pra Kualifikasi dan Pemilihan kemudian akan berjalan lebih mudah.
b. Pembentukan Tim CSMS PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Tim CSMS dibentuk menurut surat perintah dari General Manager PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Adapun susunan dari tim CSMS adalah
(22)
1) Pelindung
Berkewajiban sebagai pelindung dari program CSMS di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan mempunyai tugas membentuk Tim CSMS.
2) Penasehat
Sebagai penasehat dari program CSMS di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
3) Penanggung jawab
a) Bertanggung jawab terhadap penerapan program CSMS.
b)Memberikan dukungan terhadap sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam implementasi CSMS.
c) Melakukan evaluasi dan laporan terhadap penerapan CSMS kepada General Manager
4) Ketua
a) Menyusun program kegiatan CSMS dan melaksanakan
implementasi sesuai dengan program kegiatan.
b)Memimpin dan mengkoordinasi kegiatan CSMS.
c) Merencanakan pertemuan tim CSMS minimal 1 bulan sekali d)Melakukan sosialisasi terhadap program kerja ke seluruh bagian
atau fungsi terkait dan memonitor pelaksanaannya sesuai rencana.
e) Membuat laporan setiap kegiatan penerapan program CSMS kepada General Manager
(23)
commit to user
5) Wakil ketuaa) Bekerja sama dengan ketua dalam melaksanakan tugas Tim CSMS.
b)Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai ketua jika tidak di tempat dan berhalangan hadir.
6) Sekertaris
a) Memberikan masukan kepada ketua Tim untuk menetapkan kebijakan dan konsep CSMS secara rutin dan terjadwal sesuai dengan keperluan dan urutan prioritas.
b)Memfasilitasi semua kegiatan CSMS PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
c) Mendokumentasikan semua kegiatan CSMS ke seluruh bagian atau fungsi terkait.
d)Melaksanakan semua urusan administrasi dan surat menyurat yang berhubungan dengan program CSMS.
e) Mengkonsep dan bertanggung jawab sampai dengan terbitnya hasil penilaian lapangan.
f) Menginput data-data hasil penilaian lapangan ke data bank. g)Melaksanakan tugas sebagai Tim CSMS.
7) Anggota
a) Aktif terlibat dalam penerapan CSMS sesuai skala prioritas (target program)
(24)
b)Secara berkala mengikuti rapat CSMS yang membahas dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi.
c) Melaksanakan dan memonitor kegiatan implementasi CSMS. d)Melaksanakan dan mencari data tentang penerapan CSMS
terhadap para penyedia jasa atau kontraktor PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
e) Menyatukan persepsi atau pola pikir sehingga interprestasi hasil penilaian CSMS dapat dijadikan masukan untuk bahan bagi manajemen PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
c. Up Skilling Pekerja PT. Pertamina (Persero) Refinery UNit IV Cilacap
yang terlibat CSMS
Suatu bentuk pengembangan kemampuan pekerja untuk dapat mengerti dan memonitor kegiatan implementasi CSMS yang berlangsung pada semua rekanan kerja dan dapat untuk menyatukan persepsi atau pola pikir sehingga interprestasi hasil penilaian CSMS.
d. Up Skiling dan sosialisasi CSMS kepada Seluruh Mitra Kerja.
Suatu bentuk pengembangan dan penyamaan persepsi antara sistem HSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan sistem HSE rekan kerja yang bekerja sama.
2. Tahap Implementasi
Kegiatan tahap implementasi mencakup :
a. Melaksanakan Klinik CSMS kepada seluruh Mitra Kerja dan Pekerja Pertamina yang terlibat dalam implementasi CSMS. Klinik CSMS
(25)
commit to user
adalah suatu bentuk program yang bertujuan untuk menyamakan paradigma HSE antara calon rekanan dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Dengan di laksanakannya klinik CSMS, maka semua calon rekanan dapat mengetahui tentang tahapan CSMS dan sistem HSE yang ada di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
b. Melakukan Risk Assessment semua pekerjaan yang sudah berlangsung dan yang akan dikerjakan di RU dengan Metoda Risk Assessment Matrix untuk menentukan resiko Pekerjaan (High Risk, Medium Risk atau Low
Risk).
Gambar 1. Risk Assessment matrix
Sumber : Data Sekunder RU IV, 2011
1)AREA BIRU - Resiko-resiko diasumsikan rendah apabila fasilitas
atau bisnis memiliki Sistem Manajemen HSSE yang berfungsi dengan baik Moderate impact Moderate effect Moderate damage Major injury or health effect 3 Major impact Major effect Major damage PTD or up
to 3 fatalities
4
No impact No effect No
damage No injury or
health effect 0 E D C B A Massiv e impact Massiv e effect Massiv e damage More than 3 fatalities 5 Minor impact Minor effect Minor damage Minor injury or health effect 2 Slight impact Slight effect Slight damage Slight injury or health effect 1 Has happened more than once per year at the Location Has
happened at the Location or more than once per year in the Organisation Has
happened in the Organisation or more than once per year in the Industry Heard of in
the Industry Never
heard of in the Industry INCREASING LIKELIHOOD CONSEQUENCES Moderate impact Moderate effect Moderate damage Major injury or health effect 3 Major impact Major effect Major damage PTD or up
to 3 fatalities
4
No impact No effect No
damage No injury or
health effect 0 E D C B A Massiv e impact Massiv e effect Massiv e damage More than 3 fatalities 5 Minor impact Minor effect Minor damage Minor injury or health effect 2 Slight impact Slight effect Slight damage Slight injury or health effect 1 Has happened more than once per year at the Location Has
happened at the Location or more than once per year in the Organisation Has
happened in the Organisation or more than once per year in the Industry Heard of in
the Industry Never
heard of in the Industry
(26)
2)AREA KUNING Resiko level Medium dan hal-hal berikut harus berada pada tempatnya Engineering Standards or best Practice,
Industry Practices, Hazard Control Sheets, Mini-Bowties.
3)AREA MERAH resiko merah harus dianalisa dengan analisa Bowtie
analysis atau equivalent-nya
c. Melaksanakan penilaian Program HSE mitra kerja dengan metoda penilaian dokummen dan Survey ke Kantor dan Workshop mitra kerja untuk menentukan Rating High, Medium atau Low. Dimana dalam proses penilaian ini memiliki batasan sebagai berikut :
1) Pekerjaan dengan resiko rendah tidak diharuskan mengikuti prakualifikasi, kontraktor langsung mengikuti proses seleksi .
2) Pekerjaan dengan resiko menengah tidak diharuskan mengikuti prakualifikasi, kontraktor langsung mengikuti proses seleksi tetapi harus mengikuti seluruh proses dalam tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan Kontraktor (A-002/I00400/2003-S0).
3) Semua pekerjaan yang diklasifikasikan beresiko tinggi setelah dilakukan penilaian awal terhadap bahaya yang ada, mutlak harus dilaksanakan melalui proses prakualifikasi.
4) Kriteria nilai minimum yang bisa diterima agar kontraktor lulus prakualifikasi SMK3 Kontraktor adalah :
a) 55 untuk resiko tinggi; b)40 untuk resiko medium;
(27)
commit to user
c) 25 untuk resiko rendah.5) Jika tidak ada satupun kontraktor yang lulus tahap prakualifikasi, sedangkan pekerjaan harus tetap dilaksanakan maka ditempuh langkah penerimaan bersyarat. Pada kondisi ini, persyaratan-persyaratan khusus harus diterapkan tanpa mengabaikan atau mengurangi kaidah HSE, tindakan pengawasan yang ketat untuk resiko relatif harus dikenakan pada kontraktor.
3. Tahap Evaluasi dan Review Tujuan dari Evaluasi dan Review :
a. Melakukan evaluasi bersama terhadap kinerja HSE kontraktor dan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
1) Dialog dua arah.
2) Review dan evaluasi data yang diperoleh.
b. Feed Back terhadap penerapan HSE untuk perbaikan pekerjaan yang
akan datang .
c. Memberikan reward atau punishment terhadap kinerja HSE Kontraktor. Proses evaluasi dan Review:
a. Evaluasi akhir harus dilaksanakan segera setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
b. Evaluasi yang dilakukan meliputi: 1)HSE plan yang dijanjikan 2)Laporan Pre-Job Activity
(28)
4)Follow up ketidaksesuaian dan gap clossure 5)KPI yang disepakati
(29)
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.Kerangka Pemikiran Pekerjaan yang dikontrakan
Kontraktor
Penilaian
Seleksi
Pra Pelaksanaan Pekerjaan Tinggi
Pelaksanaan Pekerjaan
Evaluasi Akhir Penilaian Resiko
Prakualifikasi
Sedang Rendah
Tahap Pengembangan
Tahap Implementasi
(30)
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian deskriptif yaitu memberi gambaran yang jelas dan tepat terhadap objek penulisan. Dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran tentang penerapan Contractor
Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, yang berlokasi di Desa Donan, Kecamatan Lomanis, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini meliputi kegiatan kerja dan penerapan Contractor
Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap.
D. Sumber Data
Sumber data ini berasal dari : 1. Sumber data primer
Sumber data primer ini diperoleh dari observasi di lapangan, wawancara serta diskusi dengan pengawas di lapangan dan karyawan PT. Pertamina
(31)
commit to user
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap, yan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai penerapan Contractor Safety Management System (CSMS).
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitihan di HSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini adalah:
1. Observasi, yaitu berupa pengamatan langsung terhadap aktivitas tenaga kerja yang melakukan pekerjaan serta pengamatan terhadap lingkungan kerjanya
2. Studi Kepustakaan, yaitu melalui buku-buku, literatur dan standar peraturan yan ada kaitannya dengan penelitihan yang penulis lakukan. 3. Wawancara, berupa wawancara dengan pengawas dan karyawan dalam
ruang lingkup PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur.
H. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT.PERTAMINA (Persero) UP IV Cilacap pada tanggal 08 Maret 2011 sampai dengan 21 April 2011.
I. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif, yaitu penggambaran
(32)
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap kepada para rekan kerja, sehingga PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat memperoleh rekan kerja yang kompetitif sesuai dengan kriteria kebijakan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Analisis data tersebut dibandingkan dengan pedoman-pedoman atau standar yang ada, yaitu Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan pedoman BPMIGAS.
(33)
commit to user
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap 70% dari pekerja yang bekerja di perkantoran dan Unit pengolahan bukanlah pekerja PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, mereka merupakan pekerja dari kontraktor yang bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 80% dari total biaya pemeliharaan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap digunakan untuk menyewa kontraktor. 90% dari kasus kecelakaan dan insiden HSE yang berkaitan dengan bisnis PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menimpa para pekerja kontraktor.
Dengan penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) dapat diketahui tentang kemampuan masing-masing kontraktor dalam bidang Health Safety and Environmental (HSE). Dengan adanya hal tersebut PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat mempercayai calon rekanan kerja yang memenangkan tender.
Selain itu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap harus mempercayakan kepada mitra kerja bahwa daerah yang akan dilakukan pekerjaan oleh mitra kerja aman dari segala bahaya kebakaran/peledakan, kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan. Dalam upaya untuk
(34)
memperkecil resiko kebakaran/peledakan, kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan serta kejadian-kejadian lain yang tidak diinginkan, maka
Safe Working Practice
bertujuan untuk mengurangi terjadinya :Unsaafe act Unsafe
condition
Penggambaran penerapan Contractor Safety Management System (CSMS)
Di dalam 14 elemen sistem MKP terdapat satu elemen yang berhubungan dengan kontraktor, yaitu tentang Keselamatan Kerja Kontraktor. Oleh karena itu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Mengembangkan suatu sistem yang disebut dengan Contractor Safety Management System (CSMS), adapun dasar-dasar (pedoman) dari pengembangan Contractor Safety Management
System (CSMS) adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lindungan-Lingkungan PT Pertamina (Persero).
2. Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Kontraktor No.A-002/100400/2003-S0
3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
4. Manajemen Keselamatan Proses PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Contractor Safety Management System (CSMS) itu sendiri adalah Suatu Bagian dari sistem manajemen Keselamatan Kerja yang berupaya untuk menertibkan Pengelolaan Kontraktor yang menjadi rekanan PT. Pertamina
(35)
commit to user
(Persero) dengan memasukan aspek HSE pada setiap tahapan pelaksanaan kontrak suatu pekerjaan mulai dari tahap Penilaian Resiko hingga kepada Akhir pelaksanaan pekerjaan. Adapun Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Membina dan Meningkatkan kepedulian dan kesadaran kontraktor dalam penanganan aspek HSE, sehingga tingkat kecelakaan kerja kontraktor dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan.
2. Meningkatkan produktivitas dan citra atau image positif PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap di mata pelanggan, masyarakat, Pemerintah dan semua pihak terkait.
3. Membina dan Meningkatkan kemampuan kontraktor lokal dalam menghadapi
persaingan global
4. Sebagai Bukti konsistensi Kontraktor dalam penerapan HSE
Dari penerapan Contractor Safety Management System (CSMS), PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap mendapatkan manfaat yang berupa: 1. Pembagian Tanggung Jawab Keselamatan Kerja antara Pertamina dan
Kontraktor menjadi seimbang.
2. Pertamina akan memperoleh kontraktor yang lebih profesional.
3. Jumlah Insiden dapat diminimasi karena kontraktor sudah lebih peduli aspek HSE.
(36)
5. Pertamina dapat mengontrol konsistensi kontraktor dalam menerapkan aspek HSE selama kerjasama terjalin.
Dalam penilaian resiko dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu high, mediun
dan low. Kategori ini dibedakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan di kerjakan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Penilaian tingkat resiko pekerjaan dilakukan oleh direktorat atau unit bisnis masing-masing berdasarkan panduan corporate. Contractor Safety Management System (CSMS) dibagi menjadi 6 langkah yang berkesinambungan dan dapat mewujudkan tujuan-tujuan dari sistem tersebut. Adapun 6 langkah itu adalah :
1. Risk Assessment (Penilaian resiko)
Risk Assessment (Penilaian resiko) merupakan langkah pertama dalam Program Contractor Safety Management System (CSMS) yang berfungsi untuk menilai semua pekerjaan yang akan dikontrakan. Risk Assessment (Penilaian resiko) bertujuan untuk mengkaji seberapa besar dampak negatif pekerjaan terhadap aspek HSE (keselamatan manusia, peralatan/aset, lingkungan hidup dan citra perusahaan). Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam Risk
Assessment (Penilaian resiko) adalah sebagai berikut :
a. Jenis Pekerjaan
Setiap jenis kegiatan atau pekerjaan berpotensi menimbulkan dampak negatif pada aspek HSE dalam skala yang berbeda.
(37)
commit to user
b. Lokasi KerjaLokasi kerja mempengaruhi risiko atau potensi dampak negatif HSE (perairan atau laut, ruangan tertutup, sekitar bahan atau peralatan mudah terbakar, ketinggian, bawah air).
c. Rentang Waktu Pelaksanaan Kerja
Pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung lama akan menimbulkan keletihan dan kejenuhan terhadap pekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan potensi dampak negatif HSE
d. Bahan atau Material atau Peralatan yang digunakan
Setiap bahan atau material atau peralatan yang digunakan memiliki potensi bahaya dan tingkat resiko yang berbeda
e. Pekerjaan Simultan atau Gabungan beberapa Kontraktor
Tingkat kesulitan terhadap pengawasan dan pengendalian pekerjaan yang dilakukan secara simultan atau bersamaan oleh beberapa kontraktor ditempat yang sama
f. Pengalaman Kontraktor
Kontraktor yang berpengalaman cenderung lebih mampu untuk
mengendalikan bahaya pekerjaannya dibandingkan kontraktor yang belum berpenglaman
2. Pra Kualifikasi
Prakualifikasi merupakan langkah pertama penyaringan kontraktor untuk menjamin hanya kontraktor yang mampu bekerja secara aman yang akan diikutsertakan dalam lelang. Kontraktor lulus bersyarat adalah kontraktor yang
(38)
telah lulus tahap prakualifikasi namun belum mampu memenuhi sebagian persyaratan (ringan) HSE yang diwajibkan dan akan memenuhinya dalam waktu yang ditentukan.
Dalam penilaian pra kualifikasi dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu
high, medium dan low. Adapun langkah-langkah pada tahap Pra kualifikasi
adalah sebagai berikut :
a. Kontraktor yang telah lolos prakualifikasi sebelumnya tidak diharuskan mengikuti proses prakualifikasi lagi kecuali jika komposisi Sumber Daya Manusia berubah.
b. Kontraktor atau mitra kerja Pertamina yang belum pernah mengikuti prakualifikasi atau baru, diharuskan mengisi daftar kuisioner sebagai persyaratan ikut serta tahap prakualifikasi.
c. Untuk pekerjaan yang beresiko tinggi maka prakualifikasi dilakukan oleh Tim Evaluasi (Tim Tender yang terdiri dari wakil fungsi terkait) yang ditunjuk.
d. Tim Evaluasi menilai hasil Kuisioner SMK3 Kontraktor sesuai Kriteria Evaluasi Prakualifikasi Pertamina dan melakukan klarifikasi melalui kegiatan inspeksi dan audit. Hasil pembahasan oleh Tim-Evaluasi menghasilkan keputusan :
1) Lulus, maka kontraktor bersangkutan dimasukkan ke dalam daftar calon peserta lelang.
2) Tidak Lulus, maka kontraktor bersangkutan dikenakan diskualifikasi dan diberi umpan balik untuk memberitahukan kepada mereka
(39)
commit to user
mengenai alasan kenapa mereka tidak memenuhi syarat dan
memberitahu mereka mengenai tindakan koreksi terhadap
kekurangan yang ditemukan.
e. Jika tidak ada satupun kontraktor yang lulus tahap prakualifikasi, sedangkan pekerjaan harus tetap dilaksanakan maka ditempuh langkah penerimaan bersyarat. Pada kondisi ini, persyaratan-persyaratan khusus harus diterapkan tanpa mengabaikan atau mengurangi kaidah HSE, tindakan pengawasan yang ketat untuk resiko relatif harus dikenakan pada kontraktor.
f. Kontraktor yang lulus bersyarat sesuai kondisi yang dapat diterima kemudian dimasukkan dalam calon peserta lelang.
Dalam pelaksanaan tahap Pra Kualifikasi ada suatu batasan-batasan, yaitu :
1. Pekerjaan dengan resiko rendah tidak diharuskan mengikuti prakualifikasi, kontraktor langsung mengikuti proses seleksi .
2. Pekerjaan dengan resiko menengah tidak diharuskan mengikuti
prakualifikasi, kontraktor langsung mengikuti proses seleksi tetapi harus mengikuti seluruh proses dalam tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan Kontraktor (A-002/I00400/2003-S0).
3. Semua pekerjaan yang diklasifikasikan beresiko tinggi setelah dilakukan penilaian awal terhadap bahaya yang ada, mutlak harus dilaksanakan melalui proses prakualifikasi.
(40)
4. Kriteria nilai minimum yang bisa diterima agar kontraktor lulus prakualifikasi SMK3 Kontraktor adalah :
a. 55 untuk resiko tinggi; b. 40 untuk resiko medium; c. 25 untuk resiko rendah.
5. Jika tidak ada satupun kontraktor yang lulus tahap prakualifikasi, sedangkan pekerjaan harus tetap dilaksanakan maka ditempuh langkah penerimaan bersyarat. Pada kondisi ini, persyaratan-persyaratan khusus harus diterapkan tanpa mengabaikan atau mengurangi kaidah HSE, tindakan pengawasan yang ketat untuk resiko relatif harus dikenakan pada kontraktor.
3. Selection (Seleksi)
Tahap seleksi (selection) adalah untuk memilih dan menentukan Kontraktor yang paling memenuhi persyaratan dari aspek K3 selain persyaratan teknis, ekonomis dan persyaratan lainnya, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Persiapan Dokumen Lelang
1) Bagian kontrak dan Fungsi / Bagian terkait harus membuat rencana K3 yang sesuai dengan masing masing jenis pekerjaan. Keseluruhan resiko kontrak dan manajemen K3LL harus diberi bobot yang sesuai, berikut pertimbangan-pertimbangan lain ketika kriteria seleksi dievaluasi.
2) Bagian kontrak bisa berkonsultasi dengan wakil K3 untuk memperoleh bobot yang paling tepat untuk pekerjaan yang
(41)
commit to user
dikontrakkan, biasanya sekitar 20% - 30%, tergantung dari kompleksitas pekerjaan. Dokumen yang harus disertakan dalam paket lelang adalah :
a) Sasaran dan Tujuan K3.
b) Definisi dari Cakupan Rencana K3 dan bahaya yang sudah diketahui untuk diperhatikan.
c) Prosedur pengawasan K3, buku pedoman dan panduan
keselamatan serta masalah kepatuhan untuk kontrak.
d) Definisi interface yang diantisipasi antara Pertamina dan Kontraktor, strategi pengawasan Pertamina dan interaksi dengan operasi Pertamina.
e) Persyaratan-persyaratan spesifikasi minimum. f) Metode evaluasi lelang.
g) Persyaratan-persyaratan pre-bid dan kunjungan lapangan yang mutlak perlu.
3) Dalam mempersiapkan dokumen kontrak ada beberapa pertimbangan yang perlu diambil:
a) Manajer bertanggung jawab dalam memastikan bahwa dokumen lelang menjelaskan persyaratan-persyaratan K3 untuk kontrak bersangkutan dan pengetahuan mengenai bahaya yang telah diidentifikasi untuk disampaikan kepada kontraktor. Pertamina tidak akan pernah mengasumsikan bahwa kontraktor mengetahui bahaya di tempat kerja.
(42)
b) Kontraktor mempunyai tanggung jawab sendiri terhadap rencana K3 nya, tetapi dokumen-dokumen harus menjeiaskan ketentuan yang jelas bagi Pertamina untuk melaksanakan audit K3 terhadap Kontraktor untuk menilai kepatuhannya.
c) Dokumen-dokumen harus menyertakan ketentuan bagi Pertamina untuk menunda pekerjaan jika kontraktor tidak memenuhi Kriteria K3 yang dijelaskan didalam Rencana K3 kontrak.
d) Pertamina harus memastikan bahwa tahap mobilisasi dan demobilisasi tercantum dalam Rencana K3. Pentingnya
persyaratan-persyaratan SMK3 Kontraktor harus
dikomunikasikan kepada semua peserta lelang selama waktu berlangsungnya rapat klarifikasi pre- Bid.
b. Pre-bid dan rapat pertemuan.
Klarifikasi lelang diperlukan untuk memastikan adanya pengertian peserta lelang yang jelas mengenai persyaratan-persyaratan lelang, tempat kerja, dan aturan-aturan serta persyaratan-persyaratan yang dikenakan. Persyaratan-persyaratan lelang harus menyertakan aspek-aspek K3, Teknis, Administrasi, Jadwal dan Biaya. Rapat rapat pre-Bid dan kunjungan lapangan ditetapkan sebagai sesuatu yang mutlak untuk diikuti oleh peserta lelang . Ketidakhadiran dalam rapat pre-Bid dan kunjungan lapangan akan mengakibatkan peserta lelang mendapat catatan tidak hadir.
(43)
commit to user
c. Evaluasi Lelang, Peninjauan Lokasi dan AuditSelama masa evaluasi lelang, Fungsi / Bagian terkait pemiiik pekerjaan, Wakil dari Bagian K3 dan Bagian Kontrak harus menyelenggarakan pertemuan untuk membahas program K3 yang dibuat oleh Kontraktor dan menilai seberapa efektif kontraktor telah memberikan jaminan bahwa semua bahaya sudah dikenali. Apa yang telah dievaluasi selama proses Prakualifikasi bisa saja dievaluasi ulang dan dibandingkan satu sama yang lain dengan semua peserta lelang, kalau terdapat inkonsistensi dengan Pra Kualifikasi peserta lelang.
Rapat klarifikasi antara Pertamina dan kontraktor juga harus dilakukan untuk mengklarifikasi dan menilai selanjutnya kecocokan antara rencana-rencana K3 kontraktor dan bagaimana rencana tersebut berinteraksi dengan program K3 Pertamina dan dengan program K3 kontraktor lainnnya. Setelah masalah masalah K3 dievaluasi dan diberikan pemberatan sesuai dengan faktor pemberat yang sudah baku, hal ini akan dimasukkan dalam evaluasi teknis secara keseluruhan. Penilaian ini harus didokumentasikan, sebab merupakan suatu kondisi yang sangat penting untuk memenangkan kontrak.
Inspeksi lapangan mungkin dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap apa yang telah diajukan peserta lelang. Wakii-wakil K3 akan membantu dengan menyediakan jaminan K3 dan memberikan rekomendasi yang diperlukan.
(44)
d. Award/Apresiasi
Rekomendasi award akan diberikan kepada Panitia lelang (panitia tender) untuk persetujuan atau penyerahan sebelum memperoleh persetujuan dari otoritas kontrak (contract office). Semua langkah persetujuan rekomendasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang dijelaskan di dalam buku panduan kontrak.
4. Pre-Job Activity (Pra Pelaksanaan Pekerjaan)
Pre Job Activity (Pra Pelaksanaan Pekerjaan) merupakan langkah pelakasanaan dalam Program Contractor Safety Management System (CSMS) yang berfungsi untuk memastikan HSE plan yang telah dibuat oleh kontraktor sudah lengkap dan memastikan bahwa semua HSE Plan yang dibuat akan dilaksanakan.
Untuk memastikan bahwa aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak dan semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dimengerti oleh semua pihak sebelum pelaksanaan kontrak, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Kontraktor terpilih dari tahap seleksi menanda-tangani kontrak kerja. b. Fungsi terkait yang merupakan pemilik pekerjaan memeriksa kesiapan
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan persyaratan K3 dan memasukkan hasil-hasil dari aktivitas ini ke sistem database untuk menghindari pekerjaan ganda.
(45)
commit to user
c. Bagian atau Fungsi pemilik proyek mengkomunikasikan aspek-aspek resiko K3 yang terkait dengan pekerjaan kontrak dan bersama-sama Bagian HSE melakukan inspeksi kegiatan pramobilisasi.
d. Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan bersama-sama dengan personil kunci pihak kontraktor melakukan rapat-rapat atau kick-off meeting untuk memberi klarifikasi atau mengangkat masalah K3 lainnya.
e. Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan memberikan penjelasan dan orientasi lapangan kepada kontraktor.
f. Kontraktor melatih dan memberikan penjelasan kepada para pekerjanya mengenai semua bahaya yang potensial dan masalah-masalah K3 yang berhubungan dengan pekerjaan.
g. Bagian HSE Pertamina memeriksa apakah pelatihan K3 tersebut dilakukan dan didokumentasikan dengan baik.
h. Kontraktor dan Bagian atau Fungsi terkait sebagai pemilik pekerjaan melakukan mobilisasi untuk memulai aktivitas pekerjaan dengan metode operasi yang sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati.
5. Work in Progress (pelaksanaan pekerjaan)
Untuk menjamin bahwa pelaksanaan kerja sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati oleh PT.Pertamina dengan Rekan kerja dan bahwa kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan selama pekerjaan diperhatikan dengan benar. Dalam pelakasanaan work in progress (pelaksanaan pekerjaan) dibutuhkan adanya Checklist Inspeksi HSE. Checklist Inspeksi
(46)
HSE adalah Checklist Aspek HSE yang digunakan oleh Pengawas Pelaksana dalam melakukan pemeriksaan Aspek HSE Mitra Kerja.
Dalam pelaksanaan work in progress (pelaksanaan pekerjaan) maka dilakukan prosedur berikut :
a. Datam waktu 7 (tujuh) hari setelah mobilisasi, Manajer Lini yang berwenang melakukan kunjungan ke lokasi yang dikelola kontraktor untuk mengkomunikasikan harapan manajemen dan memantau kinerja mereka dalam hal K3 melalui audit atau inspeksi. Peninjauan lapangan tersebut juga dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu untuk memastikan semua kewajiban K3 telah dipenuhi.
b. Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan harus memantau kecakapan kontraktor dalam hal pelaksanaan semua komitmen pelatihan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
c. Kontraktor dan Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan melakukan inspeksi, audit K3 dan evaluasi sementara secara berkala dengan frekuensi sesuai jenis pekerjaan, besar pekerjaan, dan resiko yang terlibat dan/atau lamanya kontrak serta mencatatnya dalam sistem database. d. Setiap temuan inspeksi dan audit harus dibicarakan satu sama lain antara
Pertamina dan kontraktor dengan komitmen kedua-belah pihak untuk meningkatkan kinerja K3.
e. Kontraktor melakukan tindakan perbaikan terhadap setiap kekurangan yang ditemukan. Bila tidak melaksanakan perbaikan, kontraktor bersangkutan akan di beri peringatan atau sangsi berupa peringatan lisan
(47)
commit to user
maupun tertulis, pemberhentian personil, penundaan kontrak, atau bahkan penghentian kontrak.
f. Kontraktor harus melakukan pengawasan dan komunikasi K3 kepada pekerjanya, serta melakukan/berpartisipasi dalam setiap latihan keadaan darurat dan melakukan investigasi kecelakaan yang terjadi ditempat kerja dan melaporkannya kepada Pertamina.
6. Final Evaluation
Untuk mengadakan evaluasi bersama terhadap kinerja K3 Kontraktor dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan untuk memberikan feed back kepada kontraktor dan PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan
di masa depan, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Kontraktor menyerahkan semua informasi dan data guna penyusunan laporan evaluasi akhir kepada Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan.
b. Bagian atau Fungsi terkait membahas laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor berdasarkan kewajiban-kewajiban K3 kontrak, Laporan Aktivitas Awal Pekerjaan, Laporan Evaluasi Sementara, Tindakan perbaikan selama evaluasi sementara.
c. Hasil evaluasi akhir didiskusikan dengan kontraktor dan memasukkannya dalam sistem database.
d. Kepala Bagian atau Manajer Fungsi terkait memberikan persetujuan terhadap laporan hasil evaluasi akhir.
(48)
e. Bagian atau Fungsi terkait menerbitkan surat peringatan atau pujian untuk kinerja yang di bawah atau yang melebihi harapan dan mengihmkan laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor kepada Fungsi HSE.
f. Bagian safety memasukkan laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor ke dalam data Bank K3 Kontraktor (SMK3 Kontraktor) .
B. Pembahasan
1. Risk Assessment (Penilaian Resiko)
Dalam tahap penilaian resiko ini PT. Pertamina (Persero) RU IV telah mempertimbangkan jenis pekerjaan, lokasi kerja, rentang waktu pelaksanaan kerja, bahan atau material atau peralatan yang digunakan. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 lampiran 1 pada pasal 3.(3).(1) tentang identifikasi sumber bahaya dan pasal 3.(3).(2) tentang penilaian resiko. Penilaian resiko ini mengacu pada pedoman BPMIGAS
2. Pra Kualifikasi
Dalam pelaksanaan pra kualifikasi, PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon rekan kerja dan menilai setiap hal-hal yang telah disyaratkan tersebut. Dalam hal ini PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah menyamakan segala bentuk persyaratan dan penilaian tersebut dengan pedoman BPMIGAS. Pelaksanaan audit SMK3 di perusahaan calon rekan kerja untuk membuktikan bahwa penerapan SMK3 telah dilaksanakan, penilaian
(49)
commit to user
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap berpedoman dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 Bab IV tentang audit Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Selection (Seleksi)
Dalam pelaksanaan tahap seleksi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah menyeleksi calon rekan kerja dengan mengacu pada pedoman BPMIGAS.
4. Pre-job Activity (Pra pelaksanaan Pekerjaan)
Dalam pelaksanaan pra pelaksanaan pekerjaan PT. Pertamina hanya melakukan inspeksi dan memberikan arahan kepada rakan kerja, karena dalam hal ini PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap sebagai pemilik pekerjaan. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 pasal 2 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi.
5. Work In Progress (Pelaksanaan Pekerjaan)
Dalam pelaksanaan tahap pelaksanaan pekerjaan PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang sebagai pemilik pekerjaan telah melakukan pemantauan (Inspeksi), audit K3 dan melaporkan segala bentuk kinerja pegawai rekan kerja kepada pemilik perusahaan rekanan tersebut agar rekanan kerja dapat melakukan perbaikan pada setiap kekurangan yang ditemukan, hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi dan pedoman BPMIGAS.
(50)
6. Final Evaluation (Evaluasi Akhir)
Dalam pelaksanaan evaluasi akhir PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah melakukan diskusi kepada pihak rekan kerja, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi dan memberikan penghargaan atau peringatan untuk kinerja yang melebihi atau dibawah harapan, hal ini telah sesuai dengan pedoman BPMIGAS.
(51)
commit to user
41
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil pengamatan terhadap penerapan Sistem Contractor Safety
Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV terdiri dari 6 tahapan, yaitu : Risk
Assessment (Penilaian Resiko) yang telah sesuai dengan Permenaker No.
05/MEN/1996 lampiran 1 pada pasal 3.(3).(1), Pra Kualifikasi yang telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 Bab IV, Selection (Seleksi) yang telah sesuai dengan pedoman BPMIGAS, Pre-job Activity (Pra pelaksanaan Pekerjaan) yang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 pasal 2, Work In Progress (Pelaksanaan Pekerjaan) yang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 dan
F
inal Evaluation (Evaluasi Akhir) yang telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 11 Tahun 1979.
2. Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sangat efektif untuk mencegah dan mengendalikan unsafe act serta unsafe condition dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan operasional perusahaan karena
(52)
kehandalan dari rekanan kerja yang terpilih dan pengawasan dari PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
B. Saran
1. Sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan K3 setiap aktifitas pekerjaan, untuk mengurangi faktor bahaya dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
2. Sebaiknya meningkatkan pengawasan terhadap semua kegiatan yang terkait dengan operasional perusahaan baik itu kegiatan pemeliharaan, konstruksi ataupun kegiatan lainnya di dalam area proses kilang.
3. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap harus lebih tegas memberikan peringatan pada setiap temuan pelanggaran dengan pemberian hukuman atau sanksi pelanggaran secara konsisten.
(1)
maupun tertulis, pemberhentian personil, penundaan kontrak, atau bahkan penghentian kontrak.
f. Kontraktor harus melakukan pengawasan dan komunikasi K3 kepada pekerjanya, serta melakukan/berpartisipasi dalam setiap latihan keadaan darurat dan melakukan investigasi kecelakaan yang terjadi ditempat kerja dan melaporkannya kepada Pertamina.
6. Final Evaluation
Untuk mengadakan evaluasi bersama terhadap kinerja K3 Kontraktor dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan untuk memberikan feed back kepada kontraktor dan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan di masa depan, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Kontraktor menyerahkan semua informasi dan data guna penyusunan laporan evaluasi akhir kepada Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan.
b. Bagian atau Fungsi terkait membahas laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor berdasarkan kewajiban-kewajiban K3 kontrak, Laporan Aktivitas Awal Pekerjaan, Laporan Evaluasi Sementara, Tindakan perbaikan selama evaluasi sementara.
c. Hasil evaluasi akhir didiskusikan dengan kontraktor dan memasukkannya dalam sistem database.
d. Kepala Bagian atau Manajer Fungsi terkait memberikan persetujuan terhadap laporan hasil evaluasi akhir.
(2)
commit to user
e. Bagian atau Fungsi terkait menerbitkan surat peringatan atau pujian untuk kinerja yang di bawah atau yang melebihi harapan dan mengihmkan laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor kepada Fungsi HSE.
f. Bagian safety memasukkan laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor ke dalam data Bank K3 Kontraktor (SMK3 Kontraktor) .
B. Pembahasan
1. Risk Assessment (Penilaian Resiko)
Dalam tahap penilaian resiko ini PT. Pertamina (Persero) RU IV telah mempertimbangkan jenis pekerjaan, lokasi kerja, rentang waktu pelaksanaan kerja, bahan atau material atau peralatan yang digunakan. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 lampiran 1 pada pasal 3.(3).(1) tentang identifikasi sumber bahaya dan pasal 3.(3).(2) tentang penilaian resiko. Penilaian resiko ini mengacu pada pedoman BPMIGAS
2. Pra Kualifikasi
Dalam pelaksanaan pra kualifikasi, PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon rekan kerja dan menilai setiap hal-hal yang telah disyaratkan tersebut. Dalam hal ini PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah menyamakan segala bentuk persyaratan dan penilaian tersebut dengan pedoman BPMIGAS. Pelaksanaan audit SMK3 di perusahaan calon rekan kerja untuk membuktikan bahwa penerapan SMK3 telah dilaksanakan, penilaian
(3)
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap berpedoman dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 Bab IV tentang audit Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Selection (Seleksi)
Dalam pelaksanaan tahap seleksi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah menyeleksi calon rekan kerja dengan mengacu pada pedoman BPMIGAS.
4. Pre-job Activity (Pra pelaksanaan Pekerjaan)
Dalam pelaksanaan pra pelaksanaan pekerjaan PT. Pertamina hanya melakukan inspeksi dan memberikan arahan kepada rakan kerja, karena dalam hal ini PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap sebagai pemilik pekerjaan. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 pasal 2 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi.
5. Work In Progress (Pelaksanaan Pekerjaan)
Dalam pelaksanaan tahap pelaksanaan pekerjaan PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang sebagai pemilik pekerjaan telah melakukan pemantauan (Inspeksi), audit K3 dan melaporkan segala bentuk kinerja pegawai rekan kerja kepada pemilik perusahaan rekanan tersebut agar rekanan kerja dapat melakukan perbaikan pada setiap kekurangan yang ditemukan, hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi dan pedoman BPMIGAS.
(4)
commit to user
6. Final Evaluation (Evaluasi Akhir)Dalam pelaksanaan evaluasi akhir PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap telah melakukan diskusi kepada pihak rekan kerja, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi dan memberikan penghargaan atau peringatan untuk kinerja yang melebihi atau dibawah harapan, hal ini telah sesuai dengan pedoman BPMIGAS.
(5)
commit to user
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil pengamatan terhadap penerapan Sistem Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV terdiri dari 6 tahapan, yaitu : Risk Assessment (Penilaian Resiko) yang telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 lampiran 1 pada pasal 3.(3).(1), Pra Kualifikasi yang telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 Bab IV, Selection (Seleksi) yang telah sesuai dengan pedoman BPMIGAS, Pre-job Activity (Pra pelaksanaan Pekerjaan) yang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 pasal 2, Work In Progress (Pelaksanaan Pekerjaan) yang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 dan F
inal Evaluation (Evaluasi Akhir) yang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979.
2. Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sangat efektif untuk mencegah dan mengendalikan unsafe act serta unsafe condition dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan operasional perusahaan karena
(6)
commit to user
kehandalan dari rekanan kerja yang terpilih dan pengawasan dari PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
B. Saran
1. Sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan K3 setiap aktifitas pekerjaan, untuk mengurangi faktor bahaya dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
2. Sebaiknya meningkatkan pengawasan terhadap semua kegiatan yang terkait dengan operasional perusahaan baik itu kegiatan pemeliharaan, konstruksi ataupun kegiatan lainnya di dalam area proses kilang.
3. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap harus lebih tegas memberikan peringatan pada setiap temuan pelanggaran dengan pemberian hukuman atau sanksi pelanggaran secara konsisten.