Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014) T1 362007066 BAB I

(1)

฀A฀ I PENDAHULUAN 1.1 Latar ฀elakang

Media massa merupakan sebuah instrument penting di tengah-tengah masyarakat yang sekarang hidup di era globalisasi, apalagi bagi mereka yang butuh pertukaran informasi yang cepat, guna memuaskan hasrat kebutuhan mereka. Infomasi sudah tak mengenal ruang dan waktu lagi, sehingga membuat dunia terlipat dengan sendirinya, membuat segala sesuatu menjadi dekat ataupun bahkan tak berjarak lagi. Dimana hampir setiap orang bisa mengakses berbagai macam bentuk informasi yang berbeda beda sesuai selera masing-masing, dan apabila dilihat bentuknya, mulai dari informasi berbentuk cetak hingga ke informasi lebih mutakhir berbasis elektronik ataupun internet dengan stimulus khusus yang sangat beragam dalam menyajikan bentuk beritanya dengan kemasan yang mungkin lebih menarik sesuai dengan segmentasi yang digolongkan oleh media itu sendiri (Pilliang 20฀฀:59).

Tak lepas dari hal diatas, bahwa media massa sarat dengan proses komunikasi guna menyebarkan atau memasarkan pesan akan sebuah hal yang dianggap penting baginya, proses tersebut dikenal dengan komunikasi massa, Serta media massa mampu merepresentasikan diri sebagai ruang publik yang utama dan turut menentukan dinamika sosial, politik, budaya, di tingkat lokal maupun global. Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai ฀eco฀er, interpreter dan enco฀er. Komunikasi massa men-฀eco฀e lingkungan sekitar dimana sebuah masyarakat berada, mengawasi kemungkinan timbulnya suatu hal tertentu, seperti mengawasi efek yang ditimbulkan dari pesan yang diterpakan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal yang di-฀eco฀e sehingga dapat mengambil kebijakan terhadapnya, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-enco฀e pesan yang memelihara hubungan suatu masyarakat tertentu dengan masyarakat yang lain serta menyampaikan


(2)

kebudayaan baru ke dalam anggota-anggota masyarakat. Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi sebuah fakta yang tak bisa dipisahkan akan sebuah media karena komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan suara-suara dan ataupun kata-kata secara luas (Wiryanto:2005:฀3-20).

Mengenai pesan media massa, pesan media menjadi salah satu unsur yang penting dalam sebuah proses komunikasi massa, setelah itu apabila merujuk kepada sebuah konsep yang jauh lebih sederhana mengenai signifikansi pesan, dimana letak sebuah pesan yang di dalamnya terkandung ide ataupun gagasan tertentu yang diwujudkan dalam bentuk informasi dengan posisi dibarisan terdepan diantara sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) dikarenakan tanpa ada pesan yang berwujud informasi tersebut sebuah proses komunikasi tidak akan terjadi antara komunikator dan komunikan (McLuhan (฀999) dalam Bungin (2008: 50). Dan terlebih lagi jika menilik terhadap pentingnya pesan dilihat dari efek atau dampak yang bisa diakibatkan olehnya dalam ranah komunikasi massa, pesan media massa pun memiliki dampak tersendiri/khusus, baik dampak sederajat kognitif saja ataupun hingga ke derajat perubahan perilaku. Sehingga, seperti layaknya yang dinyatakan oleh David barlo mengenai dampak (efek) isi media adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima pesan komunikasi massa. David Berlo mengklasifikasikan dampak atau perubahan ini ke dalam tiga kategori, yaitu (lihatWiryanto, 2005):

฀) dampak bersifat kognitif (berkaitan pengetahuan dan opini); 2) dampak bersifat afektif (berkaitan dengan perasaan dan sikap); 3) dampak atas perilaku.

Hal tersebut merupakan akibat ketika beberapa fungsi dari media diterapkan, dimana media massa dengan pesannya yang beragam memiliki fungsi mendasar untuk menghibur/to entertain, menginformasi/to inform, mendidik/to e฀ucatedan untuk mempengaruhi/to persua฀e (Effendy 2004:฀4). Mengenai pembentukan pesan oleh media massa itu sendiri biasanya belandaskan pada agendanya, yang dimana agenda tersebut sering menjadi rujukan akan ideologi


(3)

dikenal dengan agenda setting ialah sebuah keadaan, dimana media menentukan apa yang perlu dan yang penting untuk dipikirkan pembaca atau masyarakat yang menggunakan media massa tersebut. Jadi media massa lekat dengan pembentukan citra tentang sesuatu dalam masyarakat, media massa mengubah persepsi masyarakat tentang sesuatu. Sehingga media di dalam praktek-prakteknya banyak mengandung sifat persuasif yang kuat namun sangat halus mengenai isu-isu tertentu guna menggiring atau mengarahkan opini publik secara sadar atau tidak sadar, yang membuat publik mengesahkan yang telah dianggap penting oleh media berdasarkan ideologinya berkaitan dengan kelas dominan (Rakhmat, 2005: 200). Hampir senada dengan apa yang diutrakan oleh Gramsci tentang hegemoni yang adalah sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan, (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.

Belakangan ini, muncul kembali di media Tanah Air mengenai kasus sengketa lahan di Telukjambe, Karawang. Lalu supaya memperjelas duduk perkara untuk fenomena tersebut, apabila menilik dari sejarahnya ialah mengenai klaim tanah tersebut dan mengenai pendapat sejumlah pihak yang menyebutkan tanah tersebut sebagai tanah adat.Sekitar tahun ฀974, PT Dasa Bagja telah membebaskan tanah yang luasnya sekitar 58฀ hektar dari garapan masyarakat untuk membuka lahan perkebunan tanamam kapuk (randu). Tanah tersebut merupakan bekas partikelir Tegal Waroe Landen yang terletak pada beberapa desa, diantaranya merupakan Wanakerta, Wanasari, Margamulya, Sirnabaya, dan Sukaluyu, Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang. Setelah dibebaskan, lahan tersebut akan dijadikan area perkebunan randu. Namun usaha tersebut gagal dan tanah sekitar 58฀ hektar itu milik PT Dasa Bagja haknya dioper kepada PT Makmur Jaya Utama.

Lalu pada kurun waktu ฀990-an, tanah tersebut oleh PT Makmur Jaya Utama kembali dioperalihkan haknya kepada PT SAMP melalui akta No. 576 dan No. 577/Notaris Muljani Sjafei SH.Yang kemudian diterbitkan SK Gubenur No.


(4)

593/SK.III-BKPMD/฀99฀ bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP itu, sebagai kawasan industri atas nama PT SAMP. Tanah seluas 58฀ hektar itu terletak di dua lokasi, yakni lokasi pertama seluas 23฀ hektar dan lokasi kedua seluas 350 hektar. Setelah itu PT. SAMP pada sekitar era ฀99฀-฀992 menghadap pemerintah kabupaten dan kantor pertanahan Karawang untuk memberitahu tentang rencana pembangunan berizin industri serta HGB dan HGU (Hak Guna Usaha), namun pihak bersangkutan menolak dikarenakan lahan tersebut merupakan tanah adat (menurut Kantor Pertanahan dan menurut warga) dan selain itu masih banyaknya tempat/kawasan yang masih di garap petani di dalam lingkup 350 hektar lahan yang di miliki oleh PT. SAMP. Lalu Karena yakin dan memiliki bukti bahwa tanah itu merupakan tanah negara, PT SAMP pun menjawab tantangan Pihak Pertanahan Karawang dan hingga putusan Mahkamah Agung menyatakan sebagai tanah negara, dan Kantor Pertanahan Karawang segera menerbitkan sertifikat HGB itu.

Selain dasar di atas, masyarakat menolak dan melawan terhadap klaim PT. SAMP, dikarenakan, masyarakat sekitar merasa tidak pernah membebaskan tanahnya kepada siapapun, masyarakat menempati, menggarap, dan membayar pajak atas tanah tersebut serta terlebih lagi dengan hanya ganti rugi yang hanya Rp.4000 per meter. Menurut siaran pers Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), warga telah memanfaatkan lahan 350 hektar tersebut sejak tahun ฀958. Hak warga atas tanah semakin dipertegas dengan lahirnya UUPA No. 5 Tahun ฀960. Memang masyarakat mengakui, pernah menyewakan tanah mereka kepada PT. Dasa Bagja selama tiga tahun, yaitu sejak ฀974 sampai tahun ฀977. Namun, karena masa sewa habis dan HGU yang diajukan oleh PT. Dasa Bagja kepada Menteri Dalam Negeri tidak dikabulkan, maka tanah tersebut ditinggalkan dan masyarakat kembali menggarap tanah-tanah mereka, termasuk membayar pajaknya sesuai dengan yang tertera dalam girik, SPPT, dan pembukuan desa. Dampak dari penolakan masyarakat atas PT. SAMP berbuntut panjang, saling gugat pun terjadi, mulai dari perdata, pidana, sampai Tata Usaha Negara. Dengan hasil beberapa persidangan, terdapat putusan yang cukup kontradiksi, bahkan


(5)

saling tumpang tindih. Mulai keputusan yang memenangkan pihak masyarakat, hingga putusan yang lain memenangkan PT. SAMP.

Sehingga memunculkan dugaan-dugaan keterlibatan berbagai pihak baik kepolisian, kejaksaan, pengadilan, maupun BPN pun muncul karena ketidak konsistenan putusan hukum pada setiap proses peradilan atas sengketa tanah tersebut.Selain itu Serikat Petani Karawang mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengusut sengketa lahan di wilayah Telukjambe, Kabupaten Karawang, yang melibatkan PT Sumber Air Mas Pratama (SAMP). Serikat petani menduga ada indikasi suap-menyuap di balik putusan pengadilan yang memenangkan PT SAMP dalam sengketa tersebut.Para petani ini mengaku sebagai korban eksekusi lahan di kawasan Telukjambe. Eksekusi dilakukan atas dasar putusan pengadilan yang memenangkan PT SAMP tersebut. Lahan seluas 350 hektar yang sebelumnya milik petani Karawang dinyatakan oleh PN Karawang statusnya menjadi milik PT SAMP yang telah diakuisisi oleh PT Agung Podomoro Land.Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan mengatakan bahwa, kasus sengketa lahan di wilayah Telukjambe itu telah dimenangkan PT SAMP sejak 2007 dan memiliki kekuatan hukum yang tetap. Lalu setelah itu pengadilan mengabulkan eksekusi tersebut dengan terlebih dahulu melakukan teguran kepada warga, delapan hari sebelum eksekusi.

Kemudian Metro Tv juga menayangkan mengenai kasus Karawang dalam program acara Metro Realitas, Senin (07/07/20฀4), dengan tema 'Dilema Petani di Tanah Sengketa'. Tanah yang tak bertuan yang telah digarap turun temurun secara komunal bisa berpindah tangan atas nama hukum dalam sekejap, belum lagi tanah bersurat sah tiba-tiba bisa diakui pihak lain karena juga memiliki surat sah. Di Karawang, para petani, warga dan buruh yang bersolidaritas melakukan blokade jalan di tiga titik, yakni di Tol Karawang Barat, Tol Karawang Timur dan Pasar Kosambi untuk mencegah masuknya ribuan aparat yang mengawal eksekusi Pengadilan Negeri (PN) Karawang). yang juga di unggah di situs Metro news dalam acara Metro Realitas, dengan bentuk penyajian video berupa dokumenter, dengan menampilkan gambar mengenai realitas yang terjadi disana beserta narasi


(6)

yang di bumbui oleh pendapat dan opini pihak-pihak terkait dengan durasi kurang lebih selama dua puluh menit.

Metro Realitas merupakan sebuah program acara berita yang menyajikan investigasi secara mendalam terhadap berbagai kasus kejahatan dan kriminal yang terjadi di Indonesia. Hasil investigasi disuguhkan dalam sebuah liputan dokumenter yang dikemas secara apik dan menarik. Metro Realitas merupakan salah satu acara yang akan memberikan informasi yang lebih aktual dan faktual tentang suatu kejadian, secara nyata. Kemudian berkaitan dengan relevansi penelitian ini Metro Tv sendiri dikepalai oleh Surya Paloh yang juga menjadi ketua umum partai Nasional Demokrat (NASDEM) yang mengusung ideologi restorasi yaitu gerakan memulihkan, mengembalikan, serta memajukan fungsi pemerintahan Indonesia kepada cita-cita Proklamasi ฀945 yang memiliki manifesto yang berkaitan sistem kenegaraan untuk menjalankan mandat yang tertuang dalam konstitusi Undang Undang Dasar ฀945. Mandat untuk menjadikan manusia Indonesa yang adil, makmur, dan sejahtera, merdeka sebagai negara, merdeka sebagai rakyat. Merdeka yang kami maksud berarti kebutuhan rakyat terpenuhi dan menolak negara yang meninggalkan perannya dalam pemenuhan hak warga negara.

Serta pada PILPRES 20฀4 partai ini berdiri di kubu JOKOWI-JK yang sangat berbeda dengan partai oposisinya. Sehingga pemberitaan yang disiarkan mengandung tendensi-tendensi tertentu terhadap partai oposisi, Dan hal tersebut memunculkan petisi-petisi ataupun himbauan dari Peneliti Masyarakat Peduli Media untuk tidak menoton siaran Metro Tv karena berita provokatif dan tak sesuai dengan kaidah jurnalistik yang disiarkan stasiun televisi itu telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, yang memuat aturan perundang-undangan penyiaran yang disahkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dan juga dari pihak oposisi yang memiliki tokoh Prabowo secara tidak langsung didukung oleh ketua umum partai Demokrat Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikarenakan di Rapimnas Demokrat dua puluh persen lebih Prabowo, Jokowi tidak ada sama sekali.Serta kemudian wakil dari Prabowo pada saat


(7)

Pemilu, ialah Hattarajasa, memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dengan SBY.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa wacana yang akan disebarkan oleh Metro tv dari segi objektifitasnya mungkin akan berkurang dan mungkin condong untuk berseberangan dengan pemerintah. Selain itu memungkinkan juga untuk Metro tv membangun citra dari Prabowo dengan halus, tidak langsung, atau secara garis besar berusaha menggambarkan kembalinya era Soeharto yang mengedepankan agresi militer guna menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kenegaraan apabila Prabowo berhasil memenangkan Pemilu 20฀4. Sebab, apabila kembali menilik berita dari Metro Realitas, yang juga menampilkan bagaimana pihak pengadilan yang diwakili oleh BRIMOB (Brigade Mobil) melakukan eksekusi lahan dengan memaksa para warga yang menghadang mereka untuk menyingkir dengan didorong dan menggunakan water canon.

Lalu tentang wacana mengenai warga tiga desa di Karawang yang mengalami tindak kekerasan, dan apabila dilihat mengenai kekerasan itu sendiri, kekerasan (violence) diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentuyang lebih spesifik (Soekanto 2002:฀58). Kekerasan identik dengan tindakan agresi atau penyerangan, Erich Frommmenguraikan agresi dengan pendekatan psikoanalisis. Merupakan sebuah teori tentang upaya non nurani, resistensi, pemalsuan realita menurut kebutuhan subjektif, harapan, karakter dan konflik antara upaya-upaya berhasrat yang terkandung di dalam ciri pembawaan dengan tuntutan pemertahanan diri. Sehingga sejauh mana seseorang dapat menekan hasratnya bukan hanya tergantung pada faktor internal diri seseorang, melainkan juga pada situasi. Dengan demikian agresi sama sekali bukan satu-satunya bentuk reaksi terhadap ancaman, meski pada umumnya semua kondisi yang memicu timbulnya perilaku agresif merupakan ancaman terhadap kepentingan hayati. Serta akar kekerasan manusia bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri, yang sering disebut sebagai watak manusia, yang merupakan percampuran antara agresi bawaan


(8)

manusia yang berlatar belakang adaptif-biologis, dengan destruktivitas dan kekejaman manusia.

Dan tindakan kekerasan dipengaruhi oleh kedua faktor, berasal dari dalam diri manusia yang kemudian bercampur dengan kondisi eksternal (sosial-ekonomi-politk) yang menyebabkan terjadinya rangsangan untuk melakukan tindakan kekerasan yang berakibat kepada fisik maupun psikis. Fenomena kekerasan dalam berbagai motifnya telah menjajah semua ruang, baik ruang publik, maupun ruang domestik, bahkan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Maraknya tindakan kekerasan dan kebrutalan telah menjadi hal yang lazim. Ada suatu kecenderungan bahwa kekerasan bukan lagi dianggap sesuatu yang memprihatinkan karena bertentangan dengan kemanusiaan manusia sendiri. Kekerasan dan kebrutalan telah menjadi suatu kesenangan dan ekstasi penghancuran, merupakan istilah yang digunakan Erich Froom untuk menjelaskan proses penghancuran baik fisik maupun psikis yang diiringi dengan perasaan ketidakacuhan, kegembiraan, bahkan kepuasaan puncak. Penghancuran yang menyenangkanitu muncul ketika manusia telah kehilangan hal yang penting dalam menjaga eksistensinya, yaitu akal sehat, pengendalian diri,dan cinta yang kemudian menyebabkan manusia melepaskan energi penghancuran. Akibatnya, jika jatuh korban fisik ataupun psikis, korban hanya sebagai produk kekerasan yang menjadi sesuatu yang remeh atau banal (Erich Fromm, 20฀0:฀฀7–253).

Hal tersebut telah mewarnai realitas masyarakat Indonesia, dengan sebab mendasar didominasi oleh faktor persaingan kepentingan dari sektor politik (kekuasaan) dan ekonomi (lihat Camara, 2000:30). Serta Camara juga menegaskan, kekerasan di masyarakat bersifat akumulatif, kekerasan melahirkan kekerasan. Inilah spiral kekerasan, Yang biasanya di akhiri dengan tindakan represi pemerintah(Camara : 2000: 30-38). Tindak represi atau penekanan dari pihak pemerintah yang mengisyaratkan kekerasan yang menggunakan lembaga kenegaraan, seperti agresi/kekuatan militer menjadi sebuah instrumen/bagian yang tak dapat terpisahkan dari praktek kekerasan negara. Galtung juga mengemukakan konflik kekerasan dipahami menjadi tiga konsep yaitu kekerasan kultural,


(9)

keterkaitan untuk menjelaskan penyebab konflik kekerasan, konflik kekerasan yaitu dari kekerasan kultural melalui kekerasan struktural ke kekerasan langsung (Galtung 2003:439).

Pada ranah ini mungkin dapat memahami gagasan Thomas Hobbes (฀588-฀679) yang menganjurkan negara harus tampil sebagai kekuatan raksasa yang bersikap keras terhadap warganya. Negara Hobbesian menjelmakan diri sebagai Sang Leviathan yang menakutkan. Hanya dengan pengerahan teknik teror yang sistematis, negara bisa menundukkan warganya. Weber juga menyatakan negara adalah komunitas manusia yang (sukses) memonopoli penggunaan kekerasan fisik yang sah dalam wilayah tertentu (Hobber dan Weber dalam Windhu, ฀992: 3฀-32).

Mengenai berita Metro Realitas tentangkekerasan terhadap penduduk tiga desa di Karawang menarik untuk dikaji melalui pendekatan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis (AWK) merupakan bagian dari paradigma kritis. Dalam paradigma kritis, setiap wacana yang muncul (teks, percakapan, atau apa pun) tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan (Sobur 2009: 75). Wacana-wacana yang digerakan oleh suatu kekuasaan tertentu berpeluang membentuk ketidaksetaraan atau ketidakadilan sosial. Dengan demikian, setiap analisis wacana selalu dikaitkan dengan dimensi-dimensi kuasa. Tugas analisis ini adalah mengkritisi kekuasaan yang tersembunyi dibalik wacana tertentu. Studi analisis wacana kritis (AWK) bukan saja mendalami isi teks yangmenjadi obyek kajian, dan sukar dijadikan wadah informasi yang bebas dari kepentingan ekonomi, politik, melainkan lebih dalam juga mengkaji konstruksi apa yang dibangun dalam isi teks dalam media (Hamad, 2004: 38).

Dalam pandangan VanDijk,mengenalkan istilah kognisi sosial, pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model Van Dijk.Proses pendekatan dan produksi ini melibatkan suatu yang disebut kognisi sosial, serta wacana oleh Van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis sosial), (dalam Eriyanto 200฀ : 22฀-225).


(10)

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, akan disajikan tabel tentangpenelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain sehingga dapat membedakan keoriginalitasan penelitian ini, apabila di ulas secara singkat, peneliti membanding dengan tiga penelitian yang hampir serupa. Mulai dari milik Yulianto kajian gender dengan judul ‘Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Berbasis Gender Di Surat Kabar Suara Merdeka’, serta milik Anwari tentang ‘Media Massa Dalam bingkai Kekuasaan’, dan milik Tia Agnes tentang ’AWK Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegeliaan Disamping Kraft” dalam Majalah Pantau (terlampir pada tabel ฀.฀ mengenai hasil penelitian terdahulu). Lalu dalam penelitian ini, berusaha untuk mengkaji berita dari Metro Realitas mengenai ‘Dilema Petani Di tanah Sengketa’ dengan teori analisis wacana krisis model Van Dijk yang dikaitkan dengan teori agresi Erich Fromm dan tipologi Johan Galtung tentang kekerasan, sehingga dapat menjelaskan wacana yang muncul dalam pemberitaan tersebut terkait dengan kekerasan negara.

TA฀EL 1.1.1

HASIL PENELITIAN TERDAHULU No. Peneliti Judul

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan ฀. Yuliyanto Budi Setiawan Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Berbasis Gender Di Surat Kabar Suara Merdeka Berita bertema kekerasan berbasis gender di Suara Merdeka banyak menampilkan dominasi budaya patriarki, dan menjadikannya sebagai dasar dari suatu Teori yang digunakan AWK Norman Fairclough, unit analisa dan amatan.


(11)

realita. Di karenakan telah tertanam pada benak para jurnalis dan konsumen, sehingga mempengaruhi carapandang mereka yang lebih fokus pada selera pria, ketika mereka memproduksi maupun ketika mengkonsumsi teks berita bertema gender. 2. Anwari MEDIA

MASSA DALAM BINGKAI KEKUASAAN (Analisis Wacana Berita Munas Golkar di Metrotv dan tvOne) Dengan ini, wartawan tidak mungkin objektif seratus persen, idealitas wartawan akan dibenturkan oleh ideologi perusahaan media, mau tidak mau Tema pokok mengedepankan perbandingan dua media, Unit amatan dan analisa berbeda.


(12)

wartawan harus taat dengan peraturan perusahaan media sebagai tempat kerja wartawan yang menjadi wartawan berfikir subjektif terhadap fakta dengan memilih mana fakta yang layak diberitakan dan mana yang tidak. 3. Tia Agnes AWK Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegeliaan Disamping Kraft” dalam Majalah Pantau Teks mampu memaparkan segi semantik dan makna secara baik. Dalam leksikon penulis menggunakan kata dengan konotasi negatif terhadap Tema Pokok mengedepankan Jurnalisme satra, Unit amatan dan analisa berbeda.


(13)

militer. Secara keseluruhan penulis menampilkan teks jurnalisme satra Tom Wolfe dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diteliti adalah :

฀.2.฀. Wacana apa yang muncul dalam pemberitaan Metro Realitas tentang ‘Dilema Petani Di Tanah Sengketa’ berkaitan dengan kekerasan negara?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

฀.3.฀ Menggambarkan dan menjelaskan wacana kritis yang muncul dalam Metro Realitas tentang ‘Dilema Petani Di Tanah Sengketa’ berkaitan dengan kekerasan negara.

1.4 Manfaat Penelitan ฀.4.฀ Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya/memperbanyak konsep atau teori komunikasi khususnya yang berkaitan dengan teori wacana kritis.


(14)

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pengetahuan/wawasan bagi para pembaca dalam melihat wacana di balik media tertentu berkaitan dengan kekerasan negara.


(1)

keterkaitan untuk menjelaskan penyebab konflik kekerasan, konflik kekerasan yaitu dari kekerasan kultural melalui kekerasan struktural ke kekerasan langsung (Galtung 2003:439).

Pada ranah ini mungkin dapat memahami gagasan Thomas Hobbes (฀588-฀679) yang menganjurkan negara harus tampil sebagai kekuatan raksasa yang bersikap keras terhadap warganya. Negara Hobbesian menjelmakan diri sebagai Sang Leviathan yang menakutkan. Hanya dengan pengerahan teknik teror yang sistematis, negara bisa menundukkan warganya. Weber juga menyatakan negara adalah komunitas manusia yang (sukses) memonopoli penggunaan kekerasan fisik yang sah dalam wilayah tertentu (Hobber dan Weber dalam Windhu, ฀992: 3฀-32).

Mengenai berita Metro Realitas tentangkekerasan terhadap penduduk tiga desa di Karawang menarik untuk dikaji melalui pendekatan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis (AWK) merupakan bagian dari paradigma kritis. Dalam paradigma kritis, setiap wacana yang muncul (teks, percakapan, atau apa pun) tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan (Sobur 2009: 75). Wacana-wacana yang digerakan oleh suatu kekuasaan tertentu berpeluang membentuk ketidaksetaraan atau ketidakadilan sosial. Dengan demikian, setiap analisis wacana selalu dikaitkan dengan dimensi-dimensi kuasa. Tugas analisis ini adalah mengkritisi kekuasaan yang tersembunyi dibalik wacana tertentu. Studi analisis wacana kritis (AWK) bukan saja mendalami isi teks yangmenjadi obyek kajian, dan sukar dijadikan wadah informasi yang bebas dari kepentingan ekonomi, politik, melainkan lebih dalam juga mengkaji konstruksi apa yang dibangun dalam isi teks dalam media (Hamad, 2004: 38).

Dalam pandangan VanDijk,mengenalkan istilah kognisi sosial, pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model Van Dijk.Proses pendekatan dan produksi ini melibatkan suatu yang disebut kognisi sosial, serta wacana oleh Van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis sosial), (dalam


(2)

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, akan disajikan tabel tentangpenelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain sehingga dapat membedakan keoriginalitasan penelitian ini, apabila di ulas secara singkat, peneliti membanding dengan tiga penelitian yang hampir serupa. Mulai dari milik Yulianto kajian gender dengan judul ‘Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Berbasis Gender Di Surat Kabar Suara Merdeka’, serta milik Anwari tentang ‘Media Massa Dalam bingkai Kekuasaan’, dan milik Tia Agnes tentang ’AWK Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegeliaan Disamping Kraft” dalam Majalah Pantau (terlampir pada tabel ฀.฀ mengenai hasil penelitian terdahulu). Lalu dalam penelitian ini, berusaha untuk mengkaji berita dari Metro Realitas mengenai ‘Dilema Petani Di tanah Sengketa’ dengan teori analisis wacana krisis model Van Dijk yang dikaitkan dengan teori agresi Erich Fromm dan tipologi Johan Galtung tentang kekerasan, sehingga dapat menjelaskan wacana yang muncul dalam pemberitaan tersebut terkait dengan kekerasan negara.

TA฀EL 1.1.1

HASIL PENELITIAN TERDAHULU No. Peneliti Judul

Penelitian

Hasil Penelitian

Perbedaan ฀. Yuliyanto

Budi Setiawan

Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Berbasis Gender Di Surat Kabar Suara Merdeka

Berita bertema kekerasan berbasis gender di Suara Merdeka banyak

menampilkan dominasi budaya patriarki, dan menjadikannya sebagai dasar dari suatu

Teori yang digunakan AWK Norman Fairclough, unit analisa dan amatan.


(3)

realita. Di karenakan telah tertanam pada benak para jurnalis dan konsumen, sehingga mempengaruhi carapandang mereka yang lebih fokus pada selera pria, ketika mereka memproduksi maupun ketika

mengkonsumsi teks berita bertema gender. 2. Anwari MEDIA

MASSA DALAM BINGKAI KEKUASAAN (Analisis Wacana Berita Munas Golkar di Metrotv dan tvOne)

Dengan ini, wartawan tidak mungkin objektif seratus persen,

idealitas wartawan akan dibenturkan oleh ideologi perusahaan media, mau tidak mau

Tema pokok mengedepankan perbandingan dua media, Unit amatan dan analisa berbeda.


(4)

wartawan harus taat dengan peraturan perusahaan media sebagai tempat kerja wartawan yang menjadi wartawan berfikir subjektif terhadap fakta dengan memilih mana fakta yang layak diberitakan dan mana yang tidak.

3. Tia Agnes

AWK Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegeliaan Disamping Kraft” dalam Majalah Pantau

Teks mampu memaparkan segi semantik dan makna secara baik. Dalam leksikon penulis menggunakan kata dengan konotasi negatif terhadap

Tema Pokok mengedepankan Jurnalisme satra, Unit amatan dan analisa berbeda.


(5)

militer. Secara keseluruhan penulis menampilkan teks jurnalisme satra Tom Wolfe dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diteliti adalah :

฀.2.฀. Wacana apa yang muncul dalam pemberitaan Metro Realitas tentang ‘Dilema Petani Di Tanah Sengketa’ berkaitan dengan kekerasan negara?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

฀.3.฀ Menggambarkan dan menjelaskan wacana kritis yang muncul dalam Metro Realitas tentang ‘Dilema Petani Di Tanah Sengketa’ berkaitan dengan kekerasan negara.

1.4 Manfaat Penelitan ฀.4.฀ Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya/memperbanyak konsep atau teori komunikasi khususnya yang berkaitan dengan teori wacana kritis.


(6)

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pengetahuan/wawasan bagi para pembaca dalam melihat wacana di balik media tertentu berkaitan dengan kekerasan negara.


Dokumen yang terkait

Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat Psk Abg” Di Reportase Investigasi Trans Tv

0 11 133

Wacana keterlibatan anak-anak dalam kampanye partai keadilan sejahtera jelang Pemilu 2014 di Merdeka.com

0 3 114

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014) T1 362007066 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014) T1 362007066 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014) T1 362007066 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014)

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wacana Kepemimpinan Model Dahlan Iskan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Analisis Wacana Kepemimpinan Model Teun A. Van Dijk) T1 362010031 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wacana Kepemimpinan Model Dahlan Iskan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Analisis Wacana Kepemimpinan Model Teun A. Van Dijk) T1 362010031 BAB II

0 1 23

ANALISIS WACANA KRITIS MODEL TEUN A. VAN

0 0 23