Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung.

(1)

No. Daftar FPIPS : 4487/UN.40.2.4/PL/2015

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

ANALISIS PERSEBARAN FACTORY OUTLET DI

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi di Departemen Pendidikan Geografi

oleh :

Rahendra Andry Irawan NIM 1001414

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

ANALISIS PERSEBARAN FACTORY OUTLET DI KOTA

BANDUNG

Oleh

Rahendra Andry Irawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan

Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rahendra Andry Irawan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

ANALISIS PERSEBARAN FACTORY OUTLET DI KOTA

BANDUNG

Rahendra Andry Irawan

1001414

DISAJIKAN DAN DISETUJUI OLEH

PEMBIMBING I

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. NIP. 19600121 198503 2 001

PEMBIMBING II

Bagja Waluya, M.Pd NIP. 19721024 200112 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj.EponNingrum,M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEBARAN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG Oleh : Rahendra Andry Irawan (1001414)

Factory outlet merupakan daya tarik wisata yang ada di Kota Bandung, dimana saat ini perkembangan factory outlet tersebar di ruas jalan yang menimbulkan kemacetan dan alih fungsi kawasan. Penelitian ini membahas mengenai lokasi factory outlet dilihat dari penyebarannya serta berdasarkan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang wilayah di Kota Bandung dan daya tarik factory outlet serta motivasi pengunjung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan menggunakan teknik perhitungan analisis tetangga terdekat untuk mengetahui pola penyebaran factrory outlet, overlay pemetaan kesesuaian rencana tata ruang dan teknik persentase dalam analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran factory outlet menurut teori analisis tetangga terdekat adalah mengelompok, dari jumlah 48 factory outlet, 7 factory outlet berada sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan 41 berada tidak sesuai, selanjutnya daya tarik dan motivasi pengunjung melihat berdasarkan keberagaman produk dan juga melepaskan stress dari rutinitas. Rekomendasi penelitian ini adalah keberadaan factory outlet yang mengelompok harus ditunjang dengan kebutuhan lahan parkir atau rekayasa lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan parah, serta pengawasan izin pendirian bangunan yang diperketat sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan memperkuat konsistensi factory outlet dengan keberagaman produknya agar pengunjung merasa nyaman.

Kata Kunci : factory outlet, persebaran, rencana tata ruang, daya tarik dan motivasi pengunjung.


(5)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Factory outlet is tourist attraction in the city of bandung , where the current is the development of factory outlet spread on roads that to cause traffic jam and over the region .This research discussed the issue of the factory outlet seen from their distribution are and drawing on alignment with the regional landscaping plan in the city of bandung and charm factory outlet visitors and motivation. This research was done using descriptive method quantitative and analytical calculation using nearest neighbor to know the pattern of spread of the factrory outlet, overlay mapping spatial plans and compliance techniques the percentages in data analysis. Results of the study showed that the spread of factory outlet according to the theory of analysis of nearest neighbors is clumped, of the total 48 7 factory outlet, factory outlet is in accordance with the plan of spatial locality and 41 are not fit, then an attraction and visitors see motivation based on the diversity of products and also releases stress from the routine. that is in the city of Bandung, where the development of the current factory outlets scattered in roads leading to traffic congestion and over the function of the area. This research deals with the location of the factory outlets of its spread as well as upon conformity with the plan of spatial locality in the city of Bandung. Recommendations of this research is the existence of the factory outlet that is clumped must be supported with parking needs land or traffic engineering to worst congestion , and supervision establishment license building that tightened in accordance with regional landscaping plan and strengthen outlet consistency moe with plurality their products so that visitors feel comfortable


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iv

UCAPAN TERIMAKASIH...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ...1

B. IdentifikasiMasalah ...8

C. RumusanMasalah ...9

D. TujuanPenelitian ...9

E. ManfaatPenelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Interaksi Keruangan ...11

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Persebaran...13

C. Fasilitas Perkotaan ...18

D. Pasar dan Pusat Perbelanjaan ...19

E. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung ...25

F. Daya Tarik dan Motivasi Pengunjung...27

G. Kerangka Pemikiran ...36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ...37

B. Populasi dan Sampel ...38

C. Definisi Operasional...40

D. Variabel Penelitian ...41

E. Instrumen Penelitian...42

F. TeknikPengumpulan Data ...43

G. Teknik Pengolahan Data ...45

H. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Kota Bandung ...49


(7)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Factory Outlet di Kota Bandung ... 50

1. Lokasi Factory Outlet ... 50

2. Pola Persebaran Factory Outlet di Kota Bandung ... 56

C. Kesesuaian Rencana Tata Ruang dengan Factory Outlet ... 59

D. Karakteristik Pengunjung Factory Outlet ... 65

1. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal ... 65

2. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jenis Kendaraan ... 68

3. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Waktu Tempuh ... 68

4. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Waktu Kunjungan ... 70

5. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jumlah Kunjungan ... 71

E. Daya Tarik Factory Outlet dan Motivasi Pengunjung ... 72

F. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...87

B. Rekomendasi ...89

DAFTAR PUSTAKA ...90 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2008-2013 ...3

Tabel 1.2 Data Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2013 ...3

Tabel 1.3 Jumlah Pasar Modern di Kota Bandung ...5

Tabel 1.4 Jumlah Factory Outlet di Kota Bandung 2008 dan 2014 ...6

Tabel 2.1 Definisi Motivasi Menurut Para Ahli...35

Tabel 3.1 Jumlah Factory Outlet Tahun 2014 ...38

Tabel 3.2 Variabel Penelitian ...42

Tabel 3.3 Kisi Kisi Instrumen Penelitian ...43

Tabel 3.4 Kriteria Pembobotan Skala Likert...48

Tabel 4.1 Jumlah Factory Outlet Berdasarkan Jalan di Kota Bandung ...50

Tabel 4.2 Factory Outlet Yang Tersebar di Kota Bandung ...51

Tabel 4.3 Tabel Titik Ukur Antar Factory Outlet Terdekat...56

Tabel 4.4 Kesesuaian Factory Outlet dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung ...63

Tabel 4.5 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal ...65

Tabel 4.6 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jenis Kendaraan ...68

Tabel 4.7 Karaktersitik Pengunjung Berdasarkan Waktu Tempuh ...69

Tabel 4.8 Respon Pengunjung Terhadap Kondisi Jalan Kota Bandung ...69

Tabel 4.9 Respon Pengunjung Terhadap Kondisi Jalan Penghubung Factory Outlet ...70

Tabel 4.10 Lamanya Waktu Pengunjung Ke Tiap Factory Outlet ...71

Tabel 4.11 Jumlah Kunjungan Ke Factory Outlet ...72

Tabel 4.12 Daya Tarik Factory Outlet Kota Bandung ...73

Tabel 4.13 Motivasi Pengunjung Factory Outlet Kota Bandung ...74

Tabel 4.14 Respon Kenyamanan Pengunjung Terhadap Factory Outlet yang di Kunjungi ...75

Tabel 4.15 Respon Kepuasan Pengunjung Terhadap Factory Outlet Yang di Kunjungi...76


(9)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Pola Persebaran ...16

Gambar 2.2 Kerangka PemikiranPenelitian ...36

Gambar 3.1 Ilustrasi Pola Persebaran ...48

Gambar 4.1 Peta Persebaran Factory Outlet di Kota Bandung ...54

Gambar 4.2 Peta Kawasan Factory Outlet di Kota Bandung ...55

Gambar 4.3 Peta Rencana Tata Ruang Wilayahdi Kota Bandung ...60

Gambar 4.4 Peta Kesesuaian Tata Ruang Wilayah dan Factory Outlet ...62


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Bandung terkenal sebagai kota dengan perwujudan perkembangan sarana dan prasarana yang tinggi sesuai dengan kebutuhan dan dibangun berdasarkan terkenalnya Kota Bandung sebagai Paris Van Java karena kreativitas penduduknya. Menurut Peraturan Pemerintah no 47 Tahun 1997 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa kawasan perkotaan mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Identitas Kota Bandung yang melekat sebagai kota dengan destinasi wisata dibuktikan dengan lebih mengacunya Kota Bandung dalam hal pembangunan ruang publik bagi masyarakat dan pengunjung, keindahan dan kemenarikan yang ada di dalam Kota dengan aktivitas - aktivas pelengkap lain seperti wisata kuliner, berbelanja dan hiburan lainnya.

Hal tersebut tercantum pada visi dan misi Kota Bandung yaitu Visi berupa

“Terwujudnya Kota Bandung Yang Aman, Unggul dan Sejahtera” dan Misi

berupa Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan, menghadirkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, bersih dan melayani, membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing, dan Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan. Visi dan Misi Kota Bandung tersebut di dukung dengan 7 prioritas program kota yaitu dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan, Kemakmuran, Lingkungan hidup, Seni dan Budaya, Prestasi dan Olahraga serta Kerukunan Hidup Umat Beragama.

Kota Bandung memang sudah terkenal sejak zaman Kolonial Belanda dengan pembangunan sarana prasarana gedung, jalan raya dan lintasan kereta api yang bersifat fungsional, terlebih jika Kota Bandung menjadi hunian yang nyaman


(11)

2

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

bagi para kolonial Belanda. Kota Kembang pun menjadi salah satu brand Sejak lama karena Kota Bandung memang dikenal sebagai kota yang didukung dengan iklimnya yang sejuk, pemandangan alam dan nilai historis yang mendorong Kota Bandung sebagai kota dengan daya tarik yang wisata yang sangat tinggi. Perkembangan Kota Bandung saat ini tidak terlepas dari daya tarik Kota Bandung itu sendiri, mendapat julukan sebagai Paris Van Java yang terkenal sebagai kota dengan sejuta kemenarikan sudah tentu akan berdampak pada aktivitas wisata didalammnya pada masanya hingga saat ini dengan fungsi untuk menjadikan Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata karena beragam kreatifitas yang dimiliki masyarakatnya. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya jumlah bangunan bangunan bersejarah bekas peninggalan kolonial Belanda, sehingga tidak mendorong wisatawan asing banyak yang datang terlebih Kota Bandung juga terkenal dengan Konferensi Asia-Afrika.

Daya tarik lain adalah wisata alam yang didukung dengan udara yang sejuk karena berada di daerah pegunungan, hal tersebut terlihat dengan banyaknya fenomena alam yang terbentuk di cekungan Bandung, tetapi wisata di kota Bandung bukan hanya menikmati panorama dan kekhasan alamnya. Sejak terjadinya krisis moneter tahun 1997, kota ini telah bangkit menjadi tempat wisata kuliner dan belanja. Pertumbuhan tempat-tempat kuliner dan tempat belanja yang memenuhi hampir sekujur tubuh kota. Bahkan jika dibanding dengan luas kotanya yang hanya 17.000 hektar lebih, kota Bandung kini sudah penuh dijejali tempat kuliner dan tempat belanja Selain itu salah satu daya tarik lain Kota Bandung adalah keberadaan kesenian kebudayaan sunda yang sampai saat ini masih diperhankan seperti tarian dan alat musik Khas Sunda.

Meningkatnya jumlah penduduk kota Bandung dari tahun ke tahun yang berujung kepada kebutuhan fasilitas fasilitas yang semakin banyak seperti sekolah, rumah sakit, kantor, dan sarana lainnya. Kebutuhan tersebut menjadi salah satu hal yang diutamakan ketika keberadaan Kota Bandung yang terus mengalami perubahan dari segi pemanfaatan lahan menjadi kawasan pemukiman, dan ruang publik.


(12)

3

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2008-2013

Tahun Jumlah Penduduk/jiwa

2008 2.374.198

2009 2.417.287

2010 2.394.873

2011 2.424.957

2012 2.455.517

2013 2.483.977

Sumber : BPS Kota Bandung 2014 (proyeksi sensus penduduk 2010)

Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang mencapai angka 2-3 % per tahun akan menuntut berbagai fasilitas dan infrastruktur dalam kota seperti halnya pendidikan, kesehatan termasuk tempat tempat perbelanjaan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Kebutuhan akan bertambahnya fasilitas fasilitas pun tidak hanya dirasakan oleh penduduk Kota Bandung saja melainkan wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung, hal tersebut terjadi karena setiap tahun wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung selalu meningkat dan terasa jika menjelang akhir pekan, seperti pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Data Kunjungan Wisatawan Ke Kota BandungTahun 2013

No Keterangan 2013 Satuan

I Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 33.731.385 Kendaraan (Pasteur, Pasir Koja, Kopo, M .Toha, Buah Batu)

II 1. Jumlah pengunjung melalui Gerbong Tol 76.765.364 Orang 2. Jumlah pengunjung melalui bandara, stasiun,

terminal

7.073.615 Orang

Jumlah 83.838979 Orang

III Wisatawan yang melalui pintu gerbang kedatangan

a. Wisman 176.432 Orang

b. Wisnus 5.388.292 Orang

Jumlah wisatawan 5.564.724 Orang

IV Wisatawan menginap

a. Wisman 170.432 Orang

b. Wisnus 3.726.447 Orang

Jumlah tamu menginap (penghitungan occupancy hotel)

3.897.429 Orang Jumlah tamu tidak menginap 1.667.295 Orang Sumber data : Badan Pusat Statistik Kota Bandung 2013


(13)

4

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Keberadaan berbagai daya tarik wisata Bandung tersebut ditunjang dengan wisata pelengkap bagi penduduk dan pengunjung Kota Bandung dengan akses masuk ke Kota Bandung dan sarana transportasi yang memadai, sehingga tidak butuh waktu yang lama untuk berkunjung ke Kota Bandung. Hal lain pendukung dalam kegiatan wisata di Kota Bandung adalah pelayanan jasa seperti pertumbuhan tempat perbelanjaan dan wisata kuliner, oleh karena itu tuntutan kebutuhan akan pelengkap kegiatan wisata di Kota Bandung akan semakin banyak seperti Hotel, Tempat tempat perbelanjaan, dan sarana lainnya. Sebagai Kota dengan Brand Image dalam kegiatan fashion sudah pasti Kota Bandung akan dipenuhi dengan berbagai tempat tempat perbelanjaan disamping karena kebutuhan akan berbelanja yang semakin meningkat apabila dilihat dari jumlah penduduk dan wisatawan yang semakin bertambah. pada dasarnya Kota Bandung memang terkenal juga sebagai kota pelayanan jasa yang kompetitif, itu dibuktikan dengan bermunculannya beberapa industri industri kreatif dalam hal industri

fashion.

Pencanangan Kota Bandung sebagai kota wisata belanja berangkat dari kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui investasi langsung pada infrastruktur yang mendukung sektor perdagangan. Asumsi pemikiran ini adalah hasil investasi dalam perdagangan dengan cepat dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Posisi geografis Kota Bandung memberikan keunggulan tersendiri karena adanya permintaan barang dan jasa yang tinggi dari wisatawan yang datang dari luar kota, terutama dari Jakarta, dan juga sekaligus memenuhi kebutuhan penduduk kota. Peningkatan aktivitas perdagangan diharapkan punya efek berganda dalam meneteskan kemakmuran (trickle-down effect) ke industri kecil dan menengah pada piramida rantai industri yang lebih rendah. Sehingga yang timbul saat ini di Kota Bandung adalah lebih kepada pertumbuhan pasar modern seperti pada tabel 1.3 berikut ini.


(14)

5

Tabel 1.3 Jumlah Pasar Modern di Kota Bandung

JENIS PASAR JUMLAH Persentase

PERKULAKAN 2 0,2

PUSAT PENJUALAN /MALL

29 3,2

DEPARTMENT STORE 27 3

HYPERMARKET 3 0,3

SUPERMARKET 29 3,2

MINIMARKET 566 63,6

SARANA PERDAGANGAN LAIN (Factory outlet,

distribusi outlet)

233 26,2

JUMLAH 889 100 %

Sumber : Dinas Koperasi, Ukm dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung Tahun 2014 Data tersebut menunjukan bahwa jumlah pasar modern di Kota Bandung pada tahun 2013 tersebut sangat banyak dan mendominasi hampir di seluruh kota. Jumlah terbanyak jenis pasar modern memang di dominasi oleh Minimarket sebesar 58 % dan sarana perdagangan lain seperti Factory Outlet dan Distro

sebesar 31 %, dengan jumlah tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa pasar modern akan terus bertambah terlebih bagi Factory outlet dan Distro yang merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat menghasilkan bagi pendudukdan wisatawan di Kota Bandung sebagai kota fashion. Pada tahun 2007 British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.

Tempat perbelanjaan yang merupakan destinasi wisata pelengkap adalah

Factory Outlet karena telah menjadi salah satu faktor terpenting dalam sektor wisata belanja di Kota Bandung dengan pemasukan yang sangat besar. Sumaharti dan Tahir (2011) menyebutkan secara pembiayaan Keberadaan Factory outlet

telah menambah penghasilan daerah sebesar Rp 1,97 Milliar, oleh karena itu keberadaan atau jumlah Factory outlet di Kota Bandung selalu mengalami


(15)

6

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

fluktiatif. Factory outlet yang ada di Kota Bandung, bervariasi dalam hal kelengkapan jenis barang yang dijual maupun kelengkapan fasilitas yang disediakan bagi pengunjung. Factory outlet merupakan tempat berbelanja dimana pengunjung dapat sekaligus menikmati lingkungan perbelanjaan yang unik.

Factory outlet telah menjadi simbol bagi kota Bandung Penentuan lokasi pun menjadi sangat penting dalam suatu kegiatan ekonomi karena akan menimbulkan berbagai macam dampak karena peningkatan jumlah Factory Outlet. Berikut merupakan jumlah perbandingan factory outlet di kota bandung pada tahun 2008 dan 2014.

Tabel 1.4 Jumlah Factory outlet di Kota Bandung pada tahun 2008 dan 2014 No

Tahun Jumlah Factory outlet

1 2008 39

2 2014 48

Sumber : Widyastuti (2008), Peneliti (proyeksi Jacktour.com, googlemaps.co.id dan survei lapangan 2014)

Pada tahun 2008 jumlah Factory Outlet di Kota Bandung adalah 39 buah yang tersebar di berbagai ruas jalan Kota Bandung .Pada tahun 2014 jumlah

Factory Outlet di Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 0,9 persen dari tahun 2008. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa perbandingan jumlah

Factory Outlet di Kota Bandung tahun 2008 dan 2014 terjadi perubahan sesuai dengan meningkatnya jumlah kebutuhan penduduk dan wisatawan dalam hal

fashion.

Perkembangan factory outlet tidak terlepas dari meningkatnya salah satu kebutuhan berbelanja bagi penduduk Kota Bandung dan para wisatawan ditambah jika factory outlet merupakan salah satu daya tarik wisata di Kota Bandung. Selain itu dengan pertumbuhannya atau berkembangnya factory outlet

yang merupakan industri kreatif di bidang mode dapat berpengaruh terhadap kekuatan industri kreatif di Kota Bandung. Ishnanto (2010) mengungkapkan bahwa bagi semua pihak, pembangunan Factory outlet dianggap memberikan dampak positif bagi kota, terutama jika dilihat dari sudut pandang ekonomi,


(16)

7

terutama dalam hal mata pencaharian dalam penyerapan tenaga kerja dan sumbangan daerah, selain itu, keberadaan Factory outlet juga dianggap berkontribusi pada perkembangan kota. Menurut Perry Tristianto (2009) bahwa pembangunan Factory Outlet di Kota Bandung dipermudah dengan izin dari pemkot Kota Bandung seperti contoh pendirian factory outlet di wilayah yang bukan peruntukannya pun di perbolehkan oleh perda Kota Bandung karena tidak hanya berkembang di wilayah khusus perdagangan, dalam hal ini erat kaitannya dengan Kesesuaian Rencana Tata Ruang Kota Bandung. Peraturan daerah nomor 23 tahun 1998 menjelaskan bahwa tidak ada definisi baku mengenai siapa yang dimaksud dengan tetangga yang mengakibatkan pemhonan izin hanya meminta persetujuan tetangga yang saling bersebelahan. Dengan demikian tidaklah heran apabila jumlah factory outlet mengalami perubahan karena negoisasi antara pemilik dan pemerintah yang menganjurkan bahwa pendirian factory outlet itu tidak permanen, tetapi adapun beberapa factory outlet yang mendeklarasikan sebagai bangunan permanen atau tetap.

Keberadaan tempat perbelanjaan modern atau Factory outlet juga memiliki berbagai dampak positif dan negatif bagi kota, dimana terdapat dampak postif yaitu Factory Outlet memiliki peran penting dalam hal kegiatan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, dengan demikian hasilnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dalam bidang perdagangan, selain itu dengan peran Kota Bandung sebagai kota fashion pertumbuhan factory outlet jugad disebabkan oleh kreatifitas masyarakat Kota Bandung yang mewadahi setiap kegiatan yang bersifat industri kreatif disamping harga dan kualitas barang yang mumpuni. Oleh karena itu pada saat ini Factory outlet tidak hanya menawarkan atau menjual produk pakaian saja tetapi hal berkembang dengan seiringnya bertambah jumlah pengunjung Factory outlet diubah menjadi, tempat makan bahkan menjadi tempat hiburan lain selain menjadi Factory outlet utamanya.

Hal inilah yang menjadi acuan kedua bagaimana orientasi pengunjung atau apakah tujuan pengunjung untuk mengunjungi Factory outlet di Kota Bandung. Selain itu ketersediaan sarana infrastruktur memiliki peran penting dalam menunjang berbagai aktivitas, termasuk menggerakkan roda ekonomi, sekaligus


(17)

8

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

meningkatkan merk dagang sebuah kawasan. Hal itu lah yang menjadi dasar yang membuat Kota Bandung menjadi kota dengan mengacu terhadap sarana pendukung kehidupan

Dampak negatif terhadap keberadaan factroy outlet diperlihatkan dengan kemacetan lalu lintas, hal ini disebabkan oleh sifat dari tempat perbelanjaan sebagai konsentrasi massa dan lokasi berdirinya yang dekat dengan jalan rayatentu saja kemacetan lalu lintas akan menjadi semakin parah. Selain menimbulkan kemacetan lalulintas, keberadaan Factory outletjuga kerap kali memberikan masalah bagi lingkungan terkait dengan konversi daerah resapan air dan Ruang Terbuka Hijau menjadi kegiatan perdagangan dan jasa Dalam prinsip geografi persebaran merupakan gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat bervariasi. Ada yang tersebar secara merata, bergerombol di wilayah-wilayah tertentu, ataupun sama sekali tidak merata. Hal tersebut akan berkaitan dengan berdrinya berbagai macam factory outlet di Kota Bandung yang banyak. Selain itu dengan menujukan terjadinya jumlah factory outlet yang banyak inilah yang menyinggung mengenai masalah persebaran dan apakah yang menyebabkan terjadinya persebaran seperti itu. Lokasi adalah suatu penjelasan yang dikaitkan dengan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografi sdari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial Sirojuzilam ( 2006, hlm. 22).

Dari penjelasan diatas peneliti dapat mengambil judul yaitu“ANALISIS PERSEBARAN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG”.

B.Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini yang berkaitan dengan persebaran factory outlet di Kota Bandung didapatkan identifikasi masalah yaitu.

1. Semakin bertambahnya jumlah Factory Outlet di Kota Bandung. 2. Alih fungsi lahan lahan pemukiman menjadi sarana pusat perbelanjaan.


(18)

9

3. Persebaran factory outlet di beberapa tempat tempat yang menimbulkan kemacetan.

4. Pendirian factory outlet apakah sudah sesuai dengan Rencana Tata ruang Kota Bandung.

5. Pengunjung memiliki motivasi yang berbeda dalam berkunjung ke factory outlet di Kota Bandung dengan daya tarik yang beragam.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan beberapa hal seperti :

1. Bagaimana pola persebaran factory outlet di Kota Bandung ?

2. Apakah penyebaran factory outlet sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung?

3. Apakah yang menjadi motivasi dan daya tarik factory outlet bagi pengunjung ? D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, didapatkan beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu :

1. Menganalisis pola persebaran factory outlet di Kota Bandung.

2. Mengidentifikasi kesesuaian penyebaran factory outlet dengan RTRW Kota Bandung.

3. Mengdeskripsikian daya tarik factory outlet dan motivasi pengunjung datang

factory outlet di Kota Bandung. E. Manfaat Penelitian

Dilakukannya penelitian ini, penulis berharap semoga menjadi manfaat bagi para pembaca. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat diantaranya : 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian geografi, khususnya dalam pemahaman mengenai konsep persebaran factory outlet dan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah


(19)

10

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Kota Bandung serta daya tarik factory outlet dan bentuk motivasi kunjungan wisatawan yang datang

b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, Menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan salah satu bidang keilmuan geografi dalam kondisi dan keadaan di lapangan secara langsung.

b. Bagi Pemilik bangunan Factory outlet, dapat dijadikan acuan dalam penentuan lokasi dan konversi bangunan demi kelancaran dan kegiatan factory outlet

ditambah dengan kreatifitas menciptakan daya tarik dan persaingan sehat. c. Bagi pengunjung, dapat menambah wawasan dalam menjadikan motivasi

kunjungan sebagai bentuk dari kegiatan berwisata dan berkunjung.

d. Bagi pemerintah, dapat dijadikan acuan dalam penempatan ruang publik yang nyaman dan terkendali serta kesesuaian antara lokasi factory outlet dengan rencana tata ruang wilayah.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Menurut Ali (1984, hlm.54) bahwa „metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Ali (1983, hlm.120 ) yang dimaksud metode deskriptif adalah metode penelitian yang tidak hanya menyajikan data, mengumpulkan, dan menyusunnya, tetapi pembahasannya lebih lanjut, yaitu analisis dan interpretasi tentang arti data yang ada dengan maksud untuk menjelaskan permasalahannya.

Metode survey menurut Tika (2005, hlm.6) suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu bersamaan.Data ini dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap yang diteliti.

Menurut Sumaatmadja (1988, hlm.89) Konsep konsep yang akan dibahas pada pasal penelitian metodologi penelitian geografi ini yaiu tentang langkah langkah penelitian, perumusan dan pernyataan masalah, permusan tujuan penelitian, penyusunan hipotesa, teknik pengumpulan data, penarikan sampel, analisa dan interpretasi data dan penarikan kesimpulan. 1. Objek penelitian

Pada dasarnya objek merupakan apa yang hendak diselidiki di dalam kegiatan penelitian. Ada beberapa persoalan yang perlu untuk kita pahami supaya dapat menentukan serta menyusun objek penelitian di dalam metode penelitian dengan baik yaitu berhubungan dengan apa itu objek penelitian di dalam penelitian. Selain itu apa saja objek penelitiannya dan juga kriteria seperti apa yang bisa dijadikan objek dari penelitian yang kita lakukan.

Objek penelitian dalam peneletian ini meliputi seluruh lokasi Factory oulet yang tersebar di ruas jalan di Kota Bandung selain itu objek penelitian


(21)

38

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

lain adalah para pengunjung yang sedang berkunjung ke Factory Outlet di Kota Bandung.

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Riduwan (2007, hlm.55) adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah yang memenuhi syarat syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.Berdasarkan batasan diatas peneliti menggunakan :

a. populasi wilayah

Meliputi seluruh wilayah yang dimanfaatkan sebagaiFactory Outletdi Kota Bandung yang berjumlah 48Factory Outlet.

Tabel 3.1 Jumlah Factory Outlet di Kota Bandung Tahun 2014 No

Nama Jalan Jumlah Factory outlet

1 Jalan Ir. H. Juanda 15

2 Jalan Dr Setiabudi 4

3 Jalan L.R.E Martadinata 12

4 Jalan Cihampelas 6

5 Jalan Merdeka 2

6 Jalan Diponegoro 1

7 Jalan Sumatera 1

8 Jalan Sukajadi 1

9 Jalan Pasirkaliki 1

10 Jalan Cemara 1

11 Jalan LME Nurtanio Padjajaran 1

12 Jalan Otten 1

13 Jalan Soekarno Hatta 1

14 Jalan terusan Buah Batu 1


(22)

39

b. populasi pengunjung

Meliputi seluruh pengunjung atau wisatawan yang mengunjungi

Factory Outlet yang berada di Kota Bandung 2.Sampel

Sampel menurut Riduwan (2007, hlm.56) adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental sampling

menurut Yunus (2010, hlm. 305) menyatakan bahwa Accidental sampling

adalah,

“Jenis teknik yang hanya dapat dilakukan apabila peneliti tidak mengetahui sampling frame dan sulit menemukan atau menemui anggota populasi yang dapat dipilih menjadi anggota sampel sehingga untuk maksud memperoleh gambaran mengenai populasi, peneliti memutuskan untuk memilih siapa saja yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan dapat ditemui”.

Menurut Usman dan Akbar (2006, hlm.47), “Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan

terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai”. Namun

kelemahan dari teknik ini adalah hasil penelitian yang dilakukan tidak dapat digeneralisasikan pada kasus yang terjadi di tempat lain sehingga kesimpulan dari penelitian cenderung terelokasikan di tempat penelitian.

Berdasarkan pertimbangan, serta pemantauan lapangan, sampel pengunjung dalam penelitian ini adalah siapa saja memiliki kesempatan mengisi kuisioner dan mengisi data yaitu pengunjung yang berkunjung ke

Factory outlet di Kota Bandung.Accidental Sampling adala teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden). Peneliti hanya membatasi jumlah sampel sebanyak 100 responden, maka setiap yang berkunjung ke factory outlet di Kota Bandung yang dijadikan responden.

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, penulis berpedoman pada Nasution (1991,hlm.135) yang berpendapat bahwa: „Mutu penelitian


(23)

40

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan

pengolahannya‟.

C. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah Analisis Persebaran Factory Outlet di Kota Bandung. Maka kali ini peneliti akan menguraikan definisi operasionalnya yaitu.

1. Persebaran

Persebaran arrtinya bahwa gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat bervariasi. Ada yang tersebar secara merata, bergerombol di wilayah-wilayah tertentu, ataupun sama sekali tidak merata. Persebaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persebaran dalam hal pola dan bagaimana penyebaran tempat perbelenjaan dengan menggunakan sistem pemetaan dan analisis deskriptif. Seperti Factory Outlet di Jalan Riau yang terlihat cukup berjajar di sepanjang ruas jalan, ada yang tersebar secara berdempetan dan bergerombol dalam satu area jalan, adapula yang menyebar artinya tidak berada dalam ruas jalan yang sama. Dalam penelitian ini ingin dijelasjkan mengenai faktor apa yang menyebabkan terjadinya persebaran Factory Outlet di Kota Bandung. Dalam kaitannya dengan motivasi berkunjung untuk datang ke Factory Outlet yang ada di Kota Bandung menyebabkan adanya faktor yang menyebabkan persebaran Factory Outlet di Kota Bandung dipengaruhi oleh keputusan berkunjung wisatawan.

2. Factory Outletdi Kota Bandung

Factory Outlet dalam penelitian ini adalah seluruh Factory Outlet

yang berada di Kota Bandung. Dalam hal ini aspek yang digunakan terkait dengan faktor faktor yang mempengaruhi keberadaan Factory Outlet

seperti Kondisi Jalan, topografi, dan sarana pendukung lainnya serta faktor pendukung dari masyarakat bahkan pemerintah. Factory outlet merupakan salah satu bagian dari aktivitas wisatawan ketika berkunjung ke Bandung


(24)

41

dan merupakan atraksi wisata dalam memenuhi kebutuhan berbelanja produk pakaian atau bahkan sekedar berkunjung dan melepaskan rutinitas kehidupannya.

3. Daya Tarik dan Motivasi pengunjung

Daya tarik dan Motivasi pengunjung dalam penelitian digunakan sebagai tolak ukur kunjungan ke factory outlet di Kota Bandung. Seperti diketahui bahwa salah satu daya tarik wisata di Kota Bandung ini adalah menjamurnya Factory Outlet dan industri industri yang bergerak dibidang fashion, sehingga contohnya adalah ketika akhir pekan Kota Bandung akan didatangi wisatawan dari luar kota terutama Jakarta. Dengan kondisi seperti ini terlihat bahwa Factory Outlet yang ada di Kota Bandung tersebut memiliki ciri khas yang menjadi daya tarik dan motivasi pengunjung untuk datang. Motivasi pengunjung memang datang dari diri sendiri sehingga banyak faktor yang menentukan tingkat pengunjung untuk datang dengan berbagai macam motivasinya, tetapi motivasi pun hadir karena adanya faktor penarik dari luar termasuk kaitannya dengan factory outlet yang menjadi faktor penarik pengunjung bisa karena harga atau jenis produk. D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam macam nilai atau beberapa kategori (Bambang Soewarno, 1987,hlm.51-52).Variabel pada penelitian ini menggunakan variabel tunggal artinya variabel tersebut terdiri dari bebearapa indikator penelitan yang menjadi kerangka acuan pengambilan data dilapangan. Sedangkan indikator penelitian ini adalah.


(25)

42

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Tabel 3.2 Variabel penelitian

VARIABEL PENELITIAN INDIKATOR PENELITIAN

1. Persebaran Indeks tetangga terdekat 2. Kesesuaian Rencana Tata

Ruang Kota Bandung

Peta Existing Factory Outlet

Peta Rencana Tata Ruang Kota Bandung

3. Daya Tarik

Bentuk Bangunan factory outlet

Keterjangkauan Harga produk Keberagaman produk

Kelengakapan Fasilitas factory outlet

4. Motivasi Pengunjung

Kebutuhan Hobi berbelanja Menghilangkan stress E. Instrumen Penelitian

Sugiono (2011, hlm.349) mengatakan instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu variabel yang akan diteliti baik itu dalam meneliti fenomena alam atau fenomena sosial. Instrumen penelitian ini sangat penting untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang valid.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang bersifat tertutup namun memiliki pengaruh besar dalam mengukur suatu indikator dalam penelitian. Sebelumnya instrumen ini merupakan alat bantu berupa angket dalam bentuk kisi kisi instrumen penelitian di bawah ini.


(26)

43

Tabel 3.3 Kisi Kisi Instrumen Penelitian Variabel penelitian Indikator penelitian Sub Indikator penelitian Jenis instrumen

No pertanyaan Sasaran instrumen Analisis Persebaran Factory Outlet di Kota Bandung Identitas pengunjung

- Angket 1,2,3,4,5 Pengunjung

FO Pola

persebaran Indeks penyebaran tetangga terdekat

- -

Daya Tarik a.Bentuk Bangunan FO b.Keberagaman Produk c.Keterjangkauan Harga d.Kelengkapan Fasilitas FO Angket 6,7,8,9,10,11,12 13,14 Pengunjung FO Pengunjung FO Pengunjung FO Motivasi Pengunjung Kebutuhan Berbelanja Angket 15,16,17,18,19, 20,21 Pengunjung FO

Hobi Angket Pengunjung

FO Menghilangkan

Stress

Angket Pengunjung

FO Kepuasan dan

Kenyamanan

Angket F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam memecahkan masalah penelitian adalah :

1. Data primer

a. Observasi lapangan

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil (Riduwan, 2007, hlm.104). Dalam observasi lapangan ini yang


(27)

44

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

dilakukan adalah mengumpulkan data data yang akan menjadi acuan untuk dihitung dalam analisis seperti jumlah Factory Outlet di Kota Bandung selanjutnya jarak antar Factory Outlet tersebut, dan pengamatan langsung kondisi jaringan jalan yang akan mempengaruhi aksesibilitas dan daya dukung wisawatan.

b. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan penggunaan (Riduwan, 2007, hlm.99). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket Tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan

tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto,103, hlm.2005). Dalam penelitian ini persebaran angket akan dilakukan terhadap pengunjung yang mengunjungi Factory Outlet yang ada di Kota Bandung dengan cara random artinya setiap pengunjung yang datang dipilih secara acak.

2. Data sekunder a. Studi dokumentasi

Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku buku yang relevan, peraturan peraturan, laporan kegiatan, foto foto, film documenter, data yang relevan penelitian (Riduwan,2007, hlm.105). Dalam penelitian ini kegiatan dokumentasi yang akan dilakukan adalah laporan kegiatan penelitian di lapangan serta foto foto observasi dilapangan yang akan dilampirkan dalam lampiran. Data lain yang diperlukan adalah data perda Kota Bandung dan Monografi Kota Bandung.

b. Studi literature atau kepustakaan

Tujuannya untuk mendapatkan konsep konsep dan teori teori yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dan dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penulisan sehingga diperoleh keterkaitan antara tujuan. Studi literatur yang digunakan adalah landasan landasan teori yang


(28)

45

memperkuat penelitian ini sehingga acuan acuan yang diperhitungkan di lapangan adalah berdasarkan teori yang sudah ada.

c. Peta Parameter

Peta parameter disini adalah peta dasar yang dijadikan acuan dalam penelitian kedepannya, seperti Citra, Peta RBI, RTRW. Citra yang digunakan adalah citra landsaat Quickbird dengan ketelitian yang baik sehingga dapat dijadikan acuan untuk menganalisis secara keruangan, selanjutnya Peta RBI yang digunakan merupakan overlay dari Peta RBI lembar Bandung, Ujungberung, Lembang serta Cimahi, dan adapun salahsatunya adalah peta RTRW Kota Bandung tahun 2011-2031.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk yaitu mengubah data yang bersifat mentah menjadi data yang lebih halus sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tahap awal pengolahan data tersebut yaitu persiapan dan pengecekan data data yang sudah didapatkan dari data awal hingga data lapangan. Selanjutnya menyusun data data tersebut atau data data yang akan digunakan untuk dilanjutkan kedalam tahap proses analisis. Tahap tersebut dilakukan karena proses awal dalam memasuki tahap selanjutnya yaitu tabulasi, Dimana tabulasi data dilakukan dengan melakukan penyusunan data dan analisis data ke dalam bentuk Tabel dengan kategori yang telah ditentukan. Langkah yang terkahir yaitu data di tabulasikan serta di analisis untuk memberikan gambaran terhadap data atau informasi yang didapat dari para responden yang dijadikan sampel penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis sebuah data yang telah terkumpul dari hasil penelitian maka dilakukan analisis data dan untuk menganalisis data tersebut digunakan teknik presentase untuk menganalisis data yang telah terkumpul. Adapun rumus tersebut sebagai berikut :


(29)

46

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Keterangan : P = Presentase n = Jumlah f = Frekuensi

100%= bilangan konstan

Hasil perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik presentase berupa presentase.Hasil perhitungan berupa presentase tersebut digunakan untuk mempermudah penafsiran dan pengumpulan data sementara. Sebagai paramaeter, penulis memilih parameter yang digunakan oleh Arikunto Suharsimi (1990, hlm.57) sebagai berikut :

0% = Tidak ada

1-24% = Sebagian kecil

25-49% = Kurang dari setengahnya

50% = Setengahnya

51-74% = Lebih dari setengahnya 75-99% = Sebagian besar

100% = Seluruhnya

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metodegabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif,mengadopsi analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Lebih jelasnya jenis analisis datayang digunakan dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Metode Pola Persebaran Indeks Tetangga Terdekat

Selanjutnya untuk menghitung pola persebaran yaitu Indeks penyebaran tetangga terdekat dengan rumus :

̅̅̅̅̅̅̅̅ s, Keterangan :


(30)

47

T : indeks penyebaran tetangga terdekat,

̅̅̅: jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat

̅ : Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random.

̅dikukur dengan √ ,

P merupakan kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) sehingga menjadi

Apabila T=0 maka pola persebaran itu mengelompok, apabila T = 1,0 maka pola persebaran itu acak, dan apabila T = 2,15 maka pola persebaran itu seragam atau teratur (Hadisumarno dan Bintarto,1991, hlm.75-76).Ananlisis persebaran area berkumpul dilakukan dengan indeks penyebaran tetangga terdekat.Area berkumpul merupakan fitur polygon,

sehingga harus dikonversi menjadi fitur titik terlebih dahulu untuk menganalisis persebarannya.Konversi titik polygon menjadi fitur titik dilakukan dengan menentukan titik tengah berdasarkan perpotongan garis pada masing-masing sudut atau jika area berkumpul tersebut berbentuk lingkaran, maka pengambilan titik tengah berdasarkan ujung dari jari-jari lingkaran yang berada di dalam lingkaran.

Gambar 3.1 Ilustrasi Pola Persebaran Sumber: Bintarto dan Surastopo (diolah), 1991: 76. b. Skala Likert

Perhitungan kepuasan wisatawan pada penelitian ini menggunakan skala likert.Skala Likert menurut Sugiyono (2007, hlm. 27) merupakan

T = 0 T = 1,0 T = 2,15

Mengelompok Random


(31)

48

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

suatu skala yang digunakan untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial.sehingga baik untuk diterapkan pada penelitian ini.Dalam penelitian ini, analisis skala likert digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kenyamananpengunjung terhadap keadaan factory outlet Kota Bandung.

Skala ini menempatkan skor yang paling besar pada pernyataan yang paling positif. Oleh karena itu, kriteria pembobotan skor pada skala likert ini sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Pembobotan Skala Likert

No Skor Kriteria

1 5 Sangat tinggi

2 4 Tinggi

3 3 Sedang

4 2 Rendah

5 1 Sangat rendah

Sumber : Sugiyono (2007, hlm. 28)

Rumus = T X Pn Keterangan : T = Total Jumlah Panelis

Pn = Pilihan angka skor likert

Selanjutnya untuk menentukan hasil interpretasi digunakan Rumus Indeks % =

Dari rumus tersebut lalu ditentukan kriterianya melalui rumus interval sebagai berikut :

I =


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2010). Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang.Graha ilmu.Yogyakarta

Andhika, Dimas ;(2013) berbagai teori lokasi /http://siswandikha.blogspot.com/ (tersedia online)

Anonymous .(2012). Distribusi Spasial Pusat Perbelanjaan Modern di Surabaya Pusat.Institut Teknologi Surabaya

Anonymous (2010).Analisis pengaruh faktor budaya dan psikologis terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan. Universitas Sumatera

Annoymous, (2010); Izin usah di Kota Bandung; http://swa.co.id/headline/perry-tristianto-izin-usaha-di-bandung-gampang-tapi-membingungkan (tersedia online) 19 Januari 2015

Anonymous (2007). Pengertian pusat perbelanjaan/shoppingmall.blogspot.com (tersedia online)

Annonymous (2007) : Tinjauan teoritis;

http://arivpwk.blogspot.com/2010/11/bab-ii-tinjauan-teori.html. (Tersedia Online) 19 januari 2015

Anonymous. (2013) ; istilah dan definisi penataan ruang. http://www.penataanruang.com/istilah-dan-definisi1.html. 13 Juli 2014 (Tersedia Online)

Anonymous. (2012) ; Teori teori dan Jenis Pasar. http://dayatfals.blogspot.com/2012/03/teori-pasar.html. 21 Agustus 2014 (Tersedia Online)

Bintarto, R. Prof dan Hadisumarmo, Surastopo (1978).Metode analisa geografi.LP3S. Jakarta


(33)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Febriani, Rina (2008) Analisis faktor faktor literatur.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok

Fridgen D Josep. (1996); dimensions of tourism. Educational institute of american hotel and motel asociation,1467 south harrison road

Haryanto. (2010) ; Teori Hirarki Kebutuhan

Maslow.http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow.html 13 Juli 2014 Ttersedia Online)

iwan, (2011) pendekatan geografi.;

http://iwangeodrsgurugeografismamuhammadiyah1tasikmalaya.yolasite.co m/pendekatan-geografi.php. (tersedia online) 19 Januari 2015

Logayah, Dina Siti. (2007).pengembangan bandung sebagai kota wisata budaya (culture heritage ). Jurusan Pendidikan Geografi. Bandung

Maryani, Enok dan Waluya, Bagja.(2007). Handout Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Maryani Enok. (2006). warisan budaya (culture heritage)masihkan menjadi daya tarik kota bandung .pdf. 28 Agustus 2014 (Tersedia Online)

Muawanah, (2012) Analisis Interaksi Keruangan ;

http://annisamuawanah.blogspot.com/2012/01/analisis-interaksi-keruangan.html

Mulyadi, Asep. (2011). Diktat Pengantar Geografi Regional.Jurusan pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Natshir, M Fatih. (2012). Cara menghitung Skala Likert. 2 Januari 2015 (Tersedia Online)

Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung (2011-2031) Nomor 18 Tahun 2011.pdf

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun (2009); Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.pdf


(34)

Puspa, Lisayoesti. (2011). Jangkauan Pelayanan Factory Outlet Berdasarkan Karakteristik Factory Outlet dan Karakteristik Konsumen di Kota Bogor.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Depok

Prabowo, Ibnu (2010). Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (DISTRO) di Perkotaan Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Prayudho,B.J (2009). Teori

Lokasi.http://prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi. (tersedia online)

Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata/motivasi wisatawan hlm 58.Penerbit Andi. Yogyakarta

Resti, Andiani dan Astuti, Isma. (2012) Persamaaan Bisnis Pasar Tradisional dan Pasar Modern. http://nunnamea.wordpress.com/2012/04/18/persamaan-bisnis-pasar-tradisional-dan-pasar-modern/ R.Mella.html. 21 Agustus 2014 (Tersedia Online)

Rostina, Virda (2009). Daya dukung Cihampelas sebagai daerah tujuan wisata belanja: Skripsi Jurusan Pendidikan geografi FPIPS UPI. Bandung

Ruchyatna, Denny.(2010). Analisis Persebaran Café di Kawasan Dago Kota Bandung.Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Sibuea, Lisbet. (2009).Kontribusi KeberadaanFactory Outlet dan Food Court Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Sepanjang Jalan Dr. Setiabudhi Kota Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Sumarhati, Gianti dan Tahir, Akino Midhany. (2004). Kondisi Akuntabilitas dan Transparansi dalam Penertiban Ijin Gangguan Unuk Factory Outlet di Kota Bandung. Departemen teknik planologi ITB. Bandung


(35)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Waluya, Bagja. (2010). Geografi SMA/MA Kelas X. Dinas Pendidikan Jawa Barat Widyastuti, Ratih .(2008). Persebaran Tipologi Factory Outlet Sehubungan

Dengan Karakteristik Pengunjung di Kota

Bandung.

(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123003-S34153-Ratih%20Widdyastuti.pdf)Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Depok


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tahap akhir dalam penelitian yang berjudul Analisis Persebaran Factory Outlet di Kota Bandung, pada bab ini penulis akan menguraikan keseluruhan penelitian melalui kesimpulan dan saran saran maupun opini publik melalui rekomendasi. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya sebagai berikut.

A.KESIMPULAN

1. Kota Bandung memiliki factory outlet yang banyak yaitu 48 unit bangunan yang dijadikan factory outlet. Diketahui bahwa pola persebaran factory outlet

di Kota Bandung adalah mengelompok, hal tersebut dibuktikan dengan menggunakan pendekatan analisis tetangga terdekat dan penguatan survey lapangan dibantu interpretasi peta yang memperlihatkan bahwa lebih dari setengahnya terkonsentrasi pada suatu jalan saling bersebalahan maupun berhadapan, contohnya adalah Jalan Ir. H. Juanda, Jalan L.R.E Martadinata, Jalan Cihampelas, dan Jalan Setiabudhi Kota Bandung yang merupakan jalan jalan wisata yang banyak dikenal oleh wisatawan dalam kota maupun luar kota, walaupun sebenarnya sejumlah factory outlet tersebar di Jalan Merdeka, Jalan Sumatera, Jalan Pasirkaliki, Jalan Sukajadi, Jalan Diponegoro, Jalan Padjajaran, Jalan Otten, Jalan Buah Batu dan Jalan Soekarno Hatta yang jumlahnya tidak lebih dari dua factory outlet. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi factory outlet lebih kepada adanya fasilitas penunjang lain yang berada di dekat factory outlet seperti Hotel, Restoran, Bank, Rumah Sakit, dan Mall, faktor lain adalah dengan mengelompoknya factory outlet di suatu jalan akan sangat mempermudah pengunjung untuk mendatangi lebih dari satu

factory outlet dengan tujuan seperti untuk membandingkan harga atau mencari keberagaman produk lain sehingga mempunyai daya tarik tersendiri karena banyaknya pilihan yang ditawarkan.

2. Kesesuaian tata ruang factory outlet di Kota Bandung berdasarkan pada rencana tata ruang wilayah Kota Bandung dijelaskan bahwa factory outlet


(37)

88

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk ke dalam fungsi perencanaan di bidang perdagangan karena termasuk bagian dari pasar modern atau pusat perbelanjaan. Berdasarkan hasil penelitian melalui overlay peta persebaran factory outlet dengan peta rencana tata ruang wilayah Kota Bandung diketahui 85 % factory outlet berlokasi tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bandung dan 15 % berlokasi sesuai seperti di Jalan Cihampelas dan Jalan Merdeka. Factory outlet yang tidak sesuai keberadaanya berada di wilayah dengan fungsi pemerintahan dan fungsi fasilitas jasa. Asumsi bahwa factory outlet di Kota Bandung berada di wilayah jasa seperti di Jalan L.R.E Martadinata maupun Jalan Ir. Djuanda karena pendirian bangunan tersebut disesuaikan dengan keberadaan fasilitas penunjang lain seperti Hotel maupun Restoran bahkan tempat pendidikan. Khusus untuk Jalan Cihampelas keberadaan factory outlet dikatakan sesuai karena pendiriannya berada diwilayah perdagangan menurut rencana tata ruang wilayah Kota Bandung.

3. Daya tarik factory outlet di Kota Bandung bagi sebagian besar pengunjung karena keberagaman produk dengan berbagai pilihan yang banyak, hal tersebut disebabkan pula oleh jumlah produk factory outlet yang tersebar di Kota Bandung disamping pusat perbelanjaan lainnya. Daya tarik factory outlet

memang sudah menasional bahkan hingga Asia Tenggara, pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari orang Bandung tetapi juga berasal dari Jabodetabek sehingga tidak asing lagi ketika akhir pekan banyak dipadati kendaraan Plat B yang mampir ke factory outlet. Adapun motivasi pengunjung datang ke factory outlet sebagian besar bertujuan karena menghilangkan stres dari rutinitas. Bagi pengunjung terutama bagi wanita berkunjung ke pusat pusat perbelanjaan seperti factory outlet adalah cara untuk menghilangkan stres baik untuk berbelanja atau hanya menikmati keberagaman produk saja. Tingkat kenyamanan dan kepuasan pengunjung pun menjadi salah satu daya tarik dan motivasi pengunjung, dan berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengunjung merasa nyaman berada di factory outlet karena kondisi bangunan yang baik, tempat parkir yang baik, area istirahat yang baik, kebersihan serta keamanan yang baik adapun pengunjung pun merasa puas dberada di factory outlet


(38)

89 keberagaman produk, harga produk, pelayanan, dan keramahan staf staf factory outlet. Ketidaknyamanan pengunjung hanya terlihat ketika sebagian pengunjung merasa tidak nyaman dengan kondisi tempat ibadah.

B.REKOMENDASI

1. Lokasi factory outlet yang mengelompok dan cenderung menumpuk di beberapa ruasakan menimbulkan beberapa dampak salah satunya kemacetan, oleh karena itu perlu diperhatikan hal hal yang menyebabkan kemacetan seperti merekayasa jalan dan memperluas lahan parkir agar tidak menutupi badan jalan.

2. Pengaturan pendirian bangunan factory outlet yang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bandung dan izin pendirian bangunan yang harus diperketat dan juga pengawasan serta sanksi yang tegas jika diperlukan yang bertujuan agar pendirian factory outlet tidak keluar dari kawasan perbelanjaan.

3. Daya tarik factory outlet memang sudah menjadi bagian dari Kota Bandung, terutama dalam hal keberagaman produk, kelengkapan fasilitas ataupun bentuk bangunan factory outlet oleh karena itu perlu diperhatikan konsistensinya dalam memperhatikan kenyamanan dan kepuasan pengunjung.


(1)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Febriani, Rina (2008) Analisis faktor faktor literatur.Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Depok

Fridgen D Josep. (1996); dimensions of tourism. Educational institute of american hotel and motel asociation,1467 south harrison road

Haryanto. (2010) ; Teori Hirarki Kebutuhan

Maslow.http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow.html 13 Juli 2014 Ttersedia Online)

iwan, (2011) pendekatan geografi.;

http://iwangeodrsgurugeografismamuhammadiyah1tasikmalaya.yolasite.co m/pendekatan-geografi.php. (tersedia online) 19 Januari 2015

Logayah, Dina Siti. (2007).pengembangan bandung sebagai kota wisata budaya (culture heritage ). Jurusan Pendidikan Geografi. Bandung

Maryani, Enok dan Waluya, Bagja.(2007). Handout Geografi Ekonomi. Jurusan

Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Maryani Enok. (2006). warisan budaya (culture heritage)masihkan menjadi daya

tarik kota bandung .pdf. 28 Agustus 2014 (Tersedia Online)

Muawanah, (2012) Analisis Interaksi Keruangan ;

http://annisamuawanah.blogspot.com/2012/01/analisis-interaksi-keruangan.html

Mulyadi, Asep. (2011). Diktat Pengantar Geografi Regional.Jurusan pendidikan

Geografi FPIPS UPI. Bandung

Natshir, M Fatih. (2012). Cara menghitung Skala Likert. 2 Januari 2015 (Tersedia Online)

Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung (2011-2031) Nomor 18 Tahun 2011.pdf

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun (2009); Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.pdf


(2)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Puspa, Lisayoesti. (2011). Jangkauan Pelayanan Factory Outlet Berdasarkan

Karakteristik Factory Outlet dan Karakteristik Konsumen di Kota Bogor.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Depok

Prabowo, Ibnu (2010). Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet

(DISTRO) di Perkotaan Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Prayudho,B.J (2009). Teori

Lokasi.http://prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi. (tersedia online)

Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata/motivasi

wisatawan hlm 58.Penerbit Andi. Yogyakarta

Resti, Andiani dan Astuti, Isma. (2012) Persamaaan Bisnis Pasar Tradisional dan

Pasar Modern.

http://nunnamea.wordpress.com/2012/04/18/persamaan-bisnis-pasar-tradisional-dan-pasar-modern/ R.Mella.html. 21 Agustus 2014 (Tersedia Online)

Rostina, Virda (2009). Daya dukung Cihampelas sebagai daerah tujuan wisata

belanja: Skripsi Jurusan Pendidikan geografi FPIPS UPI. Bandung

Ruchyatna, Denny.(2010). Analisis Persebaran Café di Kawasan Dago Kota

Bandung.Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Sibuea, Lisbet. (2009).Kontribusi KeberadaanFactory Outlet dan Food Court

Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Sepanjang Jalan Dr. Setiabudhi Kota Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung

Sumarhati, Gianti dan Tahir, Akino Midhany. (2004). Kondisi Akuntabilitas dan

Transparansi dalam Penertiban Ijin Gangguan Unuk Factory Outlet di Kota Bandung. Departemen teknik planologi ITB. Bandung


(3)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Waluya, Bagja. (2010). Geografi SMA/MA Kelas X. Dinas Pendidikan Jawa Barat

Widyastuti, Ratih .(2008). Persebaran Tipologi Factory Outlet Sehubungan

Dengan Karakteristik Pengunjung di Kota

Bandung.

(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123003-S34153-Ratih%20Widdyastuti.pdf)Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Depok


(4)

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tahap akhir dalam penelitian yang berjudul Analisis Persebaran Factory

Outlet di Kota Bandung, pada bab ini penulis akan menguraikan keseluruhan penelitian melalui kesimpulan dan saran saran maupun opini publik melalui rekomendasi. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya sebagai berikut.

A.KESIMPULAN

1. Kota Bandung memiliki factory outlet yang banyak yaitu 48 unit bangunan

yang dijadikan factory outlet. Diketahui bahwa pola persebaran factory outlet

di Kota Bandung adalah mengelompok, hal tersebut dibuktikan dengan menggunakan pendekatan analisis tetangga terdekat dan penguatan survey lapangan dibantu interpretasi peta yang memperlihatkan bahwa lebih dari setengahnya terkonsentrasi pada suatu jalan saling bersebalahan maupun berhadapan, contohnya adalah Jalan Ir. H. Juanda, Jalan L.R.E Martadinata, Jalan Cihampelas, dan Jalan Setiabudhi Kota Bandung yang merupakan jalan jalan wisata yang banyak dikenal oleh wisatawan dalam kota maupun luar kota,

walaupun sebenarnya sejumlah factory outlet tersebar di Jalan Merdeka, Jalan

Sumatera, Jalan Pasirkaliki, Jalan Sukajadi, Jalan Diponegoro, Jalan Padjajaran, Jalan Otten, Jalan Buah Batu dan Jalan Soekarno Hatta yang

jumlahnya tidak lebih dari dua factory outlet. Faktor yang mempengaruhi

konsentrasi factory outlet lebih kepada adanya fasilitas penunjang lain yang

berada di dekat factory outlet seperti Hotel, Restoran, Bank, Rumah Sakit, dan

Mall, faktor lain adalah dengan mengelompoknya factory outlet di suatu jalan

akan sangat mempermudah pengunjung untuk mendatangi lebih dari satu

factory outlet dengan tujuan seperti untuk membandingkan harga atau mencari keberagaman produk lain sehingga mempunyai daya tarik tersendiri karena banyaknya pilihan yang ditawarkan.

2. Kesesuaian tata ruang factory outlet di Kota Bandung berdasarkan pada


(5)

88

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk ke dalam fungsi perencanaan di bidang perdagangan karena termasuk bagian dari pasar modern atau pusat perbelanjaan. Berdasarkan hasil penelitian

melalui overlay peta persebaran factory outlet dengan peta rencana tata ruang

wilayah Kota Bandung diketahui 85 % factory outlet berlokasi tidak sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bandung dan 15 % berlokasi sesuai

seperti di Jalan Cihampelas dan Jalan Merdeka. Factory outlet yang tidak

sesuai keberadaanya berada di wilayah dengan fungsi pemerintahan dan fungsi

fasilitas jasa. Asumsi bahwa factory outlet di Kota Bandung berada di wilayah

jasa seperti di Jalan L.R.E Martadinata maupun Jalan Ir. Djuanda karena pendirian bangunan tersebut disesuaikan dengan keberadaan fasilitas penunjang lain seperti Hotel maupun Restoran bahkan tempat pendidikan.

Khusus untuk Jalan Cihampelas keberadaan factory outlet dikatakan sesuai

karena pendiriannya berada diwilayah perdagangan menurut rencana tata ruang wilayah Kota Bandung.

3. Daya tarik factory outlet di Kota Bandung bagi sebagian besar pengunjung

karena keberagaman produk dengan berbagai pilihan yang banyak, hal tersebut

disebabkan pula oleh jumlah produk factory outlet yang tersebar di Kota

Bandung disamping pusat perbelanjaan lainnya. Daya tarik factory outlet

memang sudah menasional bahkan hingga Asia Tenggara, pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari orang Bandung tetapi juga berasal dari Jabodetabek sehingga tidak asing lagi ketika akhir pekan banyak dipadati

kendaraan Plat B yang mampir ke factory outlet. Adapun motivasi pengunjung

datang ke factory outlet sebagian besar bertujuan karena menghilangkan stres

dari rutinitas. Bagi pengunjung terutama bagi wanita berkunjung ke pusat pusat

perbelanjaan seperti factory outlet adalah cara untuk menghilangkan stres baik

untuk berbelanja atau hanya menikmati keberagaman produk saja. Tingkat kenyamanan dan kepuasan pengunjung pun menjadi salah satu daya tarik dan motivasi pengunjung, dan berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengunjung

merasa nyaman berada di factory outlet karena kondisi bangunan yang baik,

tempat parkir yang baik, area istirahat yang baik, kebersihan serta keamanan


(6)

89

Rahendra Andry Irawan, 2015

Analisis Persebaran Factory Outlet Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberagaman produk, harga produk, pelayanan, dan keramahan staf staf factory

outlet. Ketidaknyamanan pengunjung hanya terlihat ketika sebagian pengunjung merasa tidak nyaman dengan kondisi tempat ibadah.

B.REKOMENDASI

1. Lokasi factory outlet yang mengelompok dan cenderung menumpuk di

beberapa ruasakan menimbulkan beberapa dampak salah satunya kemacetan, oleh karena itu perlu diperhatikan hal hal yang menyebabkan kemacetan seperti merekayasa jalan dan memperluas lahan parkir agar tidak menutupi badan jalan.

2. Pengaturan pendirian bangunan factory outlet yang harus disesuaikan

dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bandung dan izin pendirian bangunan yang harus diperketat dan juga pengawasan serta sanksi yang

tegas jika diperlukan yang bertujuan agar pendirian factory outlet tidak

keluar dari kawasan perbelanjaan.

3. Daya tarik factory outlet memang sudah menjadi bagian dari Kota

Bandung, terutama dalam hal keberagaman produk, kelengkapan fasilitas

ataupun bentuk bangunan factory outlet oleh karena itu perlu diperhatikan

konsistensinya dalam memperhatikan kenyamanan dan kepuasan pengunjung.