PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA : Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA Terhadap Megawati Soekarnoputri Sebagai Calon Presiden Dalam Pemilihan Umum 1999 Dan 2004 Di Indonesia.

(1)

No. Skripsi: 2089/UN.40.2.3/PL/2014

PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

(Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA Terhadap

Megawati Soekarnoputri Sebagai Calon Presiden Dalam

Pemilihan Umum 1999 Dan 2004 Di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh Agustina

0705930

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

No. Skripsi: 2089/UN.40.2.3/PL/2014

PemilihanUmumdan Media Massa

(Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah

GATRA Terhadap Megawati Soekarnoputri

Sebagai Calon Presiden Dalam Pemilihan Umum

1999 Dan 2004 Di Indonesia)

Oleh Agustina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Agustina 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5Metode dan Teknik Penulisan ... 7

1.6Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1Pemilihan umum ... 11

2.2Perempuan dan politik di Indonesia ... 12

2.3Teori-Teori Pers ... 15

2.4Berita (news) dan Ulasan (view) ... 18

2.5Semiotika ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metodologi Penelitian ... 24

3.2Persiapan Penelitian ... 24


(5)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1Perkembangan Media Massa Dari Masa Pemerintahan Orde Baru

Menuju Masa Pemerintahan Reformasi ... 34

4.2Peran Media Massa dalam Pemilihan umum ... 39

4.3Pemilihan Umum di Indonesia (Pemlu 1999 dan Pemilu 2004 ) ... 41

4.3.1 Pemilihan Umum 1999 ... 41

4.3.2 Pemilihan Umum 2004 ... 44

4.4Megawati Soekarnoputri dalam perpolitikan Indonesia kurun waktu 1987-2004 ... 47

4.5News Dan Views Megawati Soekarnoputri Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Umum Tahun 1999 Dan 2004 Dalam Majalah Tempo Dan Majalah Gatra ... 50

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pemilihan umum dan media massa (Pandangan Majalah Tempo dan Majalah Gatra terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden dalam pemilihan umum 1999 dan 2004 di Indonesia)”. Permasalahan pokok yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pemberitaan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden dalam pemilihan umum 1999 dan 2004 dalam majalah Tempo dan Gatra? Dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba menjelaskan secara deskriptif–analitis mengenai peran media massa dalam pemilihan umum dan bagaimana media massa menanggapi tentang pencalonan megawati sebagai presiden pada pemilihan umum 1999 dan 2004. Metode yang digunakan adalah metode historis. Meliputi pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk memperdalam analisis, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian ilmu komunikasi dengan menggunakan analisis wacana M.A.K. Halliday dan teori photography Roland Barthes. Perkembangan media massa di Indonesia terjadi seiring bergantinya pemerintah yang berkuasa. Era reformasi membawa angin segar bagi kehidupan pers di Indonesia, berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers membuat semakin maraknya penerbitan media massa di Indonesia. Media massa pun semakin berani mengeluarkan kritik-kritik terhadap kinerja pemerintahan, tidak seperti di masa pemerintahan Orde baru yang hanya menjadi corong pemerintahan. Era awal reformasi pun dimeriahkan dengan berlangsungnya pemilihan umum 1999 dan pemilihan umum 2004. Pemilihan umum 1999 menjadi pemilu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena merupakan pemilu pertama yang bebas dari campur tangan birokrasi pemerintahan, sedangkan pemilihan umum 2004 adalah pemilu yang tidak hanya melibatkan rakyat memilih anggota legislative namun juga ikut menentukan presiden dan wakil presidennya. Pada pemilihan umum 1999 dan 2004, sosok Megawati cukup menjadi sorotan public karena dia berani maju mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia. Terjadi pro dan kontra di semua kalangan masyarakat luas atas pencalonannya sebagai presiden. Majalah Tempo dan Gatra menanggapi pencalonan Megawati sebagai presiden pada pemilu 1999 dan 2004 dengan menampilkan news dan views selama proses pemilihan umum dari tahap kampanye hingga hasil pemilu di umumkan. Pro dan kontra yang terjadi di kalangan elit politik dan masyarakat biasa ditampilkan oleh kedua majalah tersebut dengan mengusung visi dan misi


(7)

ABSTRACT

The title of Essay is”General Election And Mass Media (View Point Of Tempo Magazine

And Gatra Magazine To Megawati Soekarnoputri As Presidentian Candidates In General Election 1999 And 2004 In Indonesia)”. The subject matter in this essay is about how the news of Megawati Soekarnoputri in general election 1999 and 2004 in tempo magazine and Gatra magazine? From that subject matter, the researcher try to explain in descriptive-analytic about role of the mass media in general election and how the mass media respond the presidential nomination of Megawati Soekarnoputri in general election in 1999 and 2004. The researcher use the history method. That method is consist of the collection of oral and written sources, critic sources, interpretation and historiography. To deepen the analysis, the researcher use interdisciplinary approach through the science communication from discourses analysis M.A.K. Halliday and Theory Photography Roland Barthes. In Indonesia, mass media growth along with the transfer of government power. Reform period bring a happy news for mass media life in Indonesia, UU No. 40 Thn 1999 about Press make the publishing house in Indonesia grow. Mass media becoming brave to critic the government performance, not like in New Orde government that mass media just like a stooge of government. At the beginning reform period, Indonesia held a general election 1999 and general election 2004. General election 1999 is the most awaited by society because it’s the first general election after the New Orde government. While general election 2004 is general election that involved the people to choose the president in directly. In general election 1999 and 2004, Megawati Soekarnoputri became a public spotlight because she volunteered as a president. Tempo and Gatra give a respond about that. Tempo and Gatra magazine present news and views about Megawati Soekarnoputri as far as general election 1999 and 2004 ongoing. Pros and cons happen in elite politic and the society too. And both magazine showing the vision and mission to give a up to date news, neutral news and can be accounted.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum merupakan sebuah wadah untuk menciptakan pemerintah yang demokratis. Indonesia pun hingga saat ini telah melaksanakan pemilihan umum terhitung 10 kali dimulai tahun 1955 yaitu Pemilihan Umum tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009 . Seiring dengan perkembangan jaman dan bergantinya pemerintahan, pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia pun mengalami perubahan disetiap penyelenggaraannya.

Pemilihan umum 1955 terjadi pada masa pemerintahanOrde Lama tepatnya pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilihan umum 1955 ini merupakan perwujudan dari pelaksanaan Undang-Undang No.7 tahun 1953 mengenai pemilihan umum. Pada pemilihan umum 1955 tersebut terjadi dua kali pemungutan suara, yaitu satu kali untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada bulan September dan satu kali lagi untuk memilih anggota konstituante pada bulan Desember (Budiardjo, 2008, hlm. 473).

Pemilihan umum 1971 merupakan pemilihan umum yang dilaksanakan pertama kali oleh pemerintahanOrde Baru. Pemilihan umum 1971 tersebut dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No.15 tahun 1969 dan dilakukan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemilihan umum ini diikuti oleh 9 partai politik dan 1 organisasi masyarakat. Hasil akhir perhitungan suara pada Pemilihan umum 1971 menentukan Golongan Karya (Golkar) sebagai pemenang pemilihan umum 1971(www. kpu.go.id diakses pada tanggal 1 Januari 2014).

Pemilihan umum ditahun-tahun berikutnya yaitu pemilihan umum tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 hanya di ikuti oleh 2 partai politik dan 1 golongan karya saja. Hal tersebut terjadi semenjak diberlakukannya UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar, pemerintah dan Dewan Perwakilan


(9)

Rakyat (DPR) menentukan hanya diperbolehkan dua partai dan satu Golongan Karya yang dapat ikut dalam pemilihan umum di Indonesia. Kedua partai tersebut adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan PDI (Partai Demokrasi Indonesia). Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan kampanye pemilihan umum tanpa partai kehilangan identitas masing-masing. Pengelompokan tersebut mencakup tiga kelompok, yaitu Golongan Nasional yaitu yang dicerminkan oleh PDI, Golongan Spiritual yang tercermin dalam PPP dan Golongan Karya. Sepanjang pemilihan umum yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Barupun selalu dimenangkan oleh Golongan Karya(Budiardjo, 2008, hlm. 445-446).

Pemilihan umum 1999 merupakanpemilihan umum yang terjadi pada masa transisi dari sebuah pemerintahan yang otoriter menuju pemerintahan yang demokratis. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pemilihan umum yang melibatkan rakyat Indonesia meskipun hanya dalam pemilihan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemilihan umum 1999 juga merupakan tonggak sejarah baru bagi bangsa Indonesia dalam upaya penataan kembali kehidupan politik yang lebih sehat, adil dan demokratis jika dibandingkan dengan pemilihan umum-pemilihan umum sebelumnya (Haris, 2000, hlm. 31).

Pada pemilihan umum 1999 ini muncul partai-partai baru yang ikut berpartisipasi didalamnya, yaitu sekitar 48 partai politik.Pada pemilihan umum 1999 ini yang keluar sebagai pemenang adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang kemudian diikuti oleh Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa(PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Partai-partai tersebut merupakan partai “lima besar” pada pemilihan umum 1999 ini (Romli, 2003, hlm. 138).

Selanjutnya pada pemilihan umum 2004, pemilihan umum yang jelas berbeda dengan pemilihan umum 1999.Pada pelaksanaan pemilihan umum 2004,rakyat tidak hanya sekedar memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) saja namun rakyat ikut serta dalam pemilihan Presiden beserta


(10)

Wakil Presiden Indonesia. Jumlah partai politik yang berpartisipasi dalam pemilihan umum 2004 ini hanya 24 partai politik, lebih sedikit jika dibandingkan dengan pada pemilihan umum 1999 karena verifikasi di tingkat menteri kehakiman dan di tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap partai peserta pemilihan umum lumayan ketat (Denny, 2006, hlm. VI).

Pada Pemilihan Umum 2004, ada hal yang menarik untuk disimak mengenai di calonkannya kembali Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Seperti kita ketahui pada Pemilihan Umum 1999, PDI Perjuangan meraih hasil suara terbanyak dibandingkan dengan partai-partai lain yang ikut serta dalam pemilihan Umum 1999 dengan 33,7% suara dan perolehan 153 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (Ma’ruf, 2013, hlm. 108). Meskipun PDIPerjuangan meraih suara terbanyak dalam pemilihan umum namun dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999, Megawati soekarnoputri yang diusung sebagai calon Presiden dari PDI Perjuangan justru mengalami kekalahan dari lawannya Abdurrahman Wahid dengan perolehan kursi 373 banding 313 suara.

Pada waktu itu Megawati Soekarnoputri hanyaberhasilmendapatkan posisi sebagai wakil presiden mendampingi Abdurrahman Wahid yang sebagai Presiden RI. Memasuki tahun 2001 Megawati menggantikan Abdurrahman Wahid sebagai presiden setelah MPR mencabut mandatnya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Pada pemilihan Umum 2004 Megawati soekarnoputri mencalonkan kembali sebagai Presiden Republik Indonesia. Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pencalonannya kembali dalam Pemilihan Umum 2004 karena selain merupakan calon Presiden wanita pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia dalam Pemilihan Umum namun juga karena di Pemilihan Umum 2004 ini merupakan usahanya kembali untuk tetap mempertahankan jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Penulis melihat adanya pro dan kontra dalam masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri pada masa jabatannya sepanjang23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004 yang bisa saja berpengaruh dalam pencalonannya


(11)

kembali sebagai Presiden Republik Indonesia, dan itu dapat dikaji melalui news and views dalam media massa.

Suksesnya pemilihan umum-pemilihan umum yang terlaksana di Indonesiatidak terlepas dari adanya pihak-pihak yang turut berpartisipasi dansalahsatunya adalah peran media massa.Media massa dan pemilihan umum, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Dikatakan begitu karena media dalam hal ini berperan sebagai alat untuk melindungi masyarakat dari pemberitaan yang tidak obyektif selama masa kampanye pemilihan umum. Singkatnya media massa memiliki fungsi sebagai penyambung lidah antara rakyat dan pemerintah dalam hal apapun termasuk dalam rangka menyukseskan pemilihan umum(Qomarulaeli, 2010, hlm.51).

Jadi betapa pentingnya peran media massa dalam pelaksanaan pemilihan umum sebagai penyampai informasi kepada khalayak masyarakat luas dan pada saat yang bersamaan juga media massa dituntut untuk memberikan informasi-informasi yang objektif pula kepada masyarakat atau dengan kata lain media massa pun harus bertanggung jawab atas setiap pemberitaannya. Namun dalam pelaksanaannya banyak pengaruh dari berbagai pihak yang pada akhirnya memaksa media massa untuk mengingkari fungsinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi dan keadaan kehidupan pers atau media massa pada tiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia.

Untuk mengetahui perkembangan media massa dari tahun ke tahun tersebut, majalah merupakan media massa yang cukup tepat untuk dijadikan bahan penelitian. Dikatakan begitu karena majalah memiliki beberapa keunggulan dari media massa lainnya seperti surat kabar yang terbit setiap hari. Majalah memiliki beberapa karakterstik khusus, yaitu:

1. Berita disajikan secara mendalam.

2. Nilai aktualitasnya lebih lama sesuai dengan frekuensi terbitnya. 3. Lebih banyak menampilkan foto.

4. Cover atau sampul majalah menjadi daya tarik utama(Ardianto, Lukiati dan Karlinah, 2009, hlm. 121-122).


(12)

Dalam penelitian ini, penulis mengambil majalah Tempokarena majalah ini merupakan salah satu majalah yang paling lama bertahan hingga kini dan juga pernah mengalami pemberedelan selama masa pemerintahanOrde Baru yang kemudian bangkit kembali ketika memasuki era reformasi. Berikutnya adalah majalah Gatrayang merupakan majalah yang berdiri disaat majalah Tempo terkena pemberedelan, yang pada akhirnya beberapa wartawan Tempo pada saat itu berinisiatif untuk menerbitkanmajalah Gatra. Dan hingga saat ini majalah Gatra pun merupakan majalah yang masih eksis dan dapat disejajarkan dengan majalah Tempo. Dari kedua majalah tersebut diharapkan mendapat gambaran mengenai media massa dan juga keterlibatannya dalam pemilihan umum di Indonesia melalui informasi yang tersaji dalam bentuk headline atau laporan utama, karikatur-karikatur, kolom pembaca dan yang lainnya yang terdapat didalam majalah. Kedua majalah tersebut juga merupakan majalah yang bersegmen berita dan mengusung jurnalisme investigasi, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang tepat dalam menggali dunia perpolitikan di Indonesia.

Pemilihan umumdan media massa, kedua hal tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Bagaimana pun media massa merupakan bagian dari kegiatan politik bangsa, yang mana media massa dalam hal ini menjadi penyampai inspirasi politik kepada khalayak masyarakat luas. Dalam konteks pemilihan umum, media memiliki peran yang cukup besar dalam mensukseskan pemilihan umum. Opini publikterbentuk dari adanya pemberitaan yang kuat dari media massa. Oleh karena itu, media massa bagi para peserta pemilihan umum dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan visi, misi maupun cara pandang mereka kepada masyarakat dan merupakan sarana komunikasi politik bagi partai politik, calon anggota legislatif, maupun Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden(Qomarulaeli, 2010, hlm. 54).

Berangkat dari pemaparan tersebut penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai perkembangan media massa dan keterlibatannya pada pemilihan umum di Indonesia. Namun dalam penelitian ini penulis hanya akan mengkaji mengenai


(13)

hal pemberitaan Calon Presiden Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan umum saja agar penelitian ini lebih terarah, fokus dan tidak meluas kepada hal-hal yang lainnya yang berkaitan dengan topik pemilihan umum.Bagi penulis mengkaji pemberitaan Megawati Soekarnoputri dalam media massa ini adalah hal yang menarik dikaji karena Megawati adalah salah satu tokoh perempuan pertama Indonesia yang berhasil menjabat sebagai Presiden di Indonesia. Maka dari itu penulis bermaksud mengangkat kajian tersebut dalam sebuah judul : Pemilihan UmumDan Media Massa (PandanganMajalah TEMPODan Majalah

GATRAterhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden dalamPemilihan umum 1999 dan 2004Di Indonesia).

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis menentukan permasalahan utama yang akan dikaji lebih dalam melalui karya tulis Penelitian ilmiah ini. Permasalahan utama tersebut adalah bagaimana pandangan media massa terhadap pemilihan umumtahun 1999 dan 2004 khususnya mengenai Calon Presiden Megawati Soekarnoputripada saat itu? Agar permasalahan dapat terarah dan mengacu pada permasalahan pokok maka penulis merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan media massadi Indonesia darimasapemerintahanordebarumenujumasareformasi?

2. Bagaimana pelaksanaan pemilihan umum 1999 danpemilihanumum2004?

3. Bagaimana keterlibatan Megawati Soekarnoputri dalam kancah perpolitikan di Indonesia kurun waktu 1987-2004?

4. Bagaimana News dan Views tentang Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden pada pemilihan umum1999 dan2004 dalam majalah mingguan Tempo dan majalah mingguan Gatra?


(14)

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan media massa terhadap pemilihan umum-pemilihan umum di Indonesia. Adapun tujuan khusus penulisan skripsi atau karya tulis ini diantaranya sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perkembangan media massa di Indonesia darimasapemerintahanordebarumenujumasareformasi.

2. Menjelaskan pelaksanaan pemilihan umum1999 danpemilihanumum2004. 3. Menjelaskan keterlibatan Megawati Soekarnoputri dalam dunia perpolitikan

di Indonesia kurun waktu 1987-2004.

4. Menjelaskan News dan Views Megawati Soekarnoputri sebagaiCalon Presidenpadapemilihan umum 1999 dan 2004 dalam pandangan majalah mingguan Tempo dan Gatra.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penyusunan skripsi atau karya tulis ini adalah :

1. Menambah pustaka dan penulisan sejarah yang mengkaji atau membahas tentang media massa, terutama di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian sejarah

mengenai perkembangan media massa di Indonesia.

3. Memperkaya penulisan mengenai peranan media massa dalam pemilihan umum-pemilihan umum di Indonesia.

1.5Metode dan Teknik Penelitian 1.5.1 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Penulis menggunakan metode tersebut karena data-data mengenai pemberitaan Megawati Soekarnoputri sebagaicalon presiden pada pemilihan umum1999


(15)

dan2004 di media massa cetak berasal dari masa lalu. Adapun menurut Helius Sjamsudin, metode historis mempunyai beberapa definisi antara lain metode merupakan prosedur, teknik atau cara-cara yang sistematis dalam melakukan suatu penyidikan. Dan metode historis adalah proses pengujian dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan pada masa lampau (Ismaun, 2005, hlm. 28). Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Heuristik

Heuristik merupakan proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Menurut Kuntowijoyo (2005, hlm. 95) sumber sejarah disebut juga data sejarah. Di dalam bahasa Inggris datum (bentuk tunggal) dan data (bentuk jamak), dan dalam bahasa Latin, datum yang berarti pemberian. Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang dianggap relevan dengan pokok kajian yang akan ditulis.

b. Kritik

Kritik merupakan proses analisis sumber yang dilakukan terhadap sumber sejarah. Dalam tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap sumber sejarah yang sudah diperoleh. Dengan demikian penulis telah melakukan kritik intern terhadap sumber-sumber yang diperoleh. Menurut Helius Sjamsuddin (2007), kritik intern lebih menekankan kepada isi dari sumber sejarah. Sejarawan harus mampu menilai apakah kesaksian atau data yang telah diperoleh dari berbagai sumber itu dapat diandalkan atau tidak.

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung peristiwa yang menjadi kajian penulis. Pada tahap ini penulis memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian, memberikan makna terhadap fakta-fakta yang diperoleh yang telah dihubungkan dan dianalisa sebelumnya.


(16)

Historiografi merupakan tahap penulisan sejarah. Tahap penulisan sejarah setelah melewati tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang ditemukan, analisis dan memberi penafsiran. Setelah itu fakta-fakta sejarah tersebut disajikan menjadi sebuah kesatuan yang tersusun dalam bentuk karya tulis.

1.5.2 Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian dengan menggunakanstudi literatur. Teknikstudi literaturyang digunakan penulisadalah dengan membaca berbagai sumber yang relevan dari buku-buku,jurnal, artikel, majalah dan sumber tertulis dari internet.

1.6Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pendahuluan ini berisi beberapa hal diantaranya latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis mengambil kajian tentang pemilihan umum 1999 danpemilihan umum 2004 dalam media massa khususnya dalam pemberitaan mengenai Megawati Soekarnoputri. Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang mengapa penulis memilih tema ini. Selain itu, bab ini juga memuat rumusan dan pembatasan masalah. Bab ini juga memuat tujuan penulisan yang merupakan jawaban dari rumusan dan pembatasan masalah yang telah ditetapkan. Selain itu, pada bab ini juga terdapat penjelasan dari judul dan sistematika penulisan.

Bab II adalah Landasan Teori. Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat teori-teori yang dijadikan sebagai kerangka dasar berpikir bagi penulis untuk dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh di lapangan yang berhubungan dengan pokok pembahasan yang juga disertai dengan analisis yang dapat mempermudah dalam pemecahan masalah tersebut.

Bab III adalah Metodologi Penelitian, bab ini mengungkap rangkaian kegiatan serta langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian untuk penulisan


(17)

skripsi ini. Adapun langkah-langkah tersebut adalah pertama, persiapan penelitian yang terdiri dari pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, konsultasi dan mengurus perizinan. Kedua adalah pelaksanaan penelitian serta melakukan kritik sumber baik internal maupun eksternal. Ketiga penafsiran atau interpretasi dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan dan terakhir melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan atau yang disebut historiografi.

Bab IV adalah Pembahasan. Didalam bab ini penulis berusaha untuk mendeskripsikan hasil penelitian mengenai pemberitaan Megawati Soekarnoputri sebagaiCalon Presiden dalampemilihan umum pada tahun 1999 dan2004, sejarah berdirinya majalah mingguan Tempo dan Gatra,serta pandangan majalah mingguan Tempo dan Gatra dalam hal permberitaan Megawati Soekarnoputri sebagaiCalon Presiden Pemilihan umum 1999 dan2004 yang kemudian dianalisis dengan bantuan teori yang digunakan oleh penulis.

Bab V adalah Kesimpulan, bab ini merupakan bagian terakhir dari keseluruhan skripsi yang mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metodologi Dan Teknik Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam mengkaji topik yang menjadi

pembahasan skripsi penulis yang berjudul “Pemilihan Umum Dan Media Massa

(Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA Terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden dalam Pemilihan umum 1999 dan 2004 Di Indonesia)” tersebut menggunakan metode historis. Metode historis ialah rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah (Ismaun, 2005, hlm. 28).

Teknik penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Teknik studi literature. Teknik studi literature yang digunakan penulis adalah dengan membaca berbagai sumber yang relevan dari buku-buku, artikel, majalah dan sumber tertulis dari internet.

3.2Persiapan Penelitian

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian

Hal pertama yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah dengan mengajukan topik penelitian terlebih dahulu. Topik yang diajukan oleh peneliti pada awalnya adalah “Pemilihan umum 2004 dan media massa (studi kasus terhadap isi headline majalah Tempo dan majalah Gatra )”. Namun ketika penulis melakukan seminar penulisan karya ilmiah pada tanggal 6 mei 2011, penulis mendapatkan masukan dari calon dosen pembimbing agar judul yang diajukan diubah menjadi “Pemilihan Umum dan Media Massa (Pandangan Majalah Tempo dan Majalah Gatra pada pemilihan umum tahun 1997, 1999 dan 2004)”. Hal tersebut bertujuan agar karya ilmiah yang akan disusun oleh penulis lebih mengandung unsur


(19)

historis dibandingkan dengan unsur ilmu komunikasinya. Pada bimbingan berikutnya penulis merasa kajiannya masih terlalu luas maka akhirnya mengajukan ide pada dosen pembimbing I agar kajiannya dipersempit lagi, dan akhirnya judul yang disepakati adalah “Pemilihan Umum Dan Media Massa (Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA Terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden dalam Pemilihan umum 1999 dan Pemilihan Umum 2004 Di Indonesia)”.Pada akhirnya penulis kemudian menindaklanjuti dengan memulai penelitian dan juga mulai menyusun karya tulis ilmiah ini.

3.2.2 Proses Bimbingan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis tidak semena-mena melakukan penelitian namun didampingi oleh dua orang dosen yang berdasarkan surat penunjukan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh tim pertimbangan penulisan skripsi (TPPS) yaitu Drs. Andi Suwirta, M.Hum sebagai dosen pembimbing I dan Moch. Eryk Kamsori, S.Pd sebagai pembimbing II. Kegiatan proses bimbingan yang dilakukan penulis dengan kedua dosen pembimbing tersebut dimaksudkan agar penulis mendapatkan arahan dan masukan dalam melakukan penelitian sehingga penulis tidak melakukan penelitian ini secara semena-mena.

Penulis memulai bimbingan dengan pembimbing I, Pak Andi Suwirta pada tanggal 7 Oktober 2011. Pada saat itu penulis mendapatkan arahan dalam memberikan judul untuk skripsi ini dan dari segi isi pada bagian latar belakang harus lebih diperjelas kembali pemaparan tentang pemilihan umum di Indonesia. Ketika melakukan bimbingan kepada pembimbing ke IIyaitu Pak Moch. Eryk pada tanggal 7 November 2011, penulis mendapatkan arahan dalam hal pengetikan, EYD dan tanda bacanya.

Pada saat penulis melakukan bimbingan kepada Pembimbing I kembali pada tanggal 10 Januari 2014 penulis mengajukan perubahan judul menjadi Pemilihan Umum Dan Media Massa (Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA Terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon


(20)

Presiden dalam Pemilihan umum 1999 dan Pemilihan Umum 2004 Di Indonesia)” dikarenakan agar pembahasan penulis lebih terfokus. Hal mengenai perubahan judul pun disetujui oleh kedua pembimbing sehingga penulis dapat lebih terarah dan lebih fokus dalam penulisan skripsi ini.

Saat ini penulis telah melakukan 4 kali bimbingan kepada Pembimbing I, Pak Andi Suwirta, dan masih dalam tahap penyusunan bab 1, 2 dan 3. Penulis pun telah melakukan bimbingan sebanyak 5 kali kepada pembimbing II, Pak Moch Eryk, dan masih dalam tahap penyusunan bab 1, 2 dan 3. Sejauh ini proses bimbingan yang dilakukan oleh penulis membuat penulisan skripsi ini lebih mudah dan terarah.

3.3Pelaksanaan Penelitian

Pada bagian ini penulis menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan untuk penulisan skripsi ini.

3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan kegiatan dalam pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan masalah penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan sumber sejarah baik primer maupun sekunder. Agar lebih fokus, penulis melakukan pencarian terhadap sumber tertulis yang dipergunakan untuk mendapatkan data mengenai pemberitaan Capres pada pemilihan umum tahun 1999 dan2004. Adapun yang paling banyak dipergunakan adalah sumber tertulis seperti majalah, karena pada penelitian ini penulis akan menganalisis cover dan berita yang muncul pada dua majalah berita yaitu: Tempo(periodesasi bulan April – Agustus tahun 1999 dan Juli - Agustus tahun 2004) dan Gatra ( periodesasi bulan April – Agustus tahun 1999 dan Juli-Agustus tahun 2004). Selain itu penulis juga mencari sumber tertulis lainnya berupa buku, artikel, dan jurnal.

Pencarian sumber tertulis penulis lakukan ke toko buku Gramedia (Pembreidelan Tempo 1994 Wajah Hukum Pers Sebagai Alat Represi


(21)

Politik Negara Orde Baru karya Hasyim Asy‟ari), pasar buku Palasari (Menggugat Pemilihan Orde Baru karya Syamsuddin Harris dkk; Menggugat Partai Politik karya Mahrus Irsyam dan Lili Romli (editor), Toko buku Rumah buku(Media, pemilu dan politik karya Irawan Saptono(editor); Media, komunikasi dan politik sebuah kajian kritis karya I Gusti Ngurah Putra (editor); Analisis Pers Teori dan Praktik karya Ana Abrar) dan Perpustakan Nasional. Untuk beberapa sumber majalahTempo dan Majalah Gatra penulis dapatkan dari perpustakaan Nasional yang bertempat di Jl.Salemba Raya, Jakarta Pusat. Penulis melakukan pencarian sumber data di Perpustakaan Nasional Jakarta selama 3 hari pada Januari tahun 2012.

Selain melakukan pencarian sumber ke beberapa tempat, penulis juga melakukan pencarian sumber pada media internet. Penulis dibantu dengan mesin pencari google dalam menemukan sumber data mengenai tokoh Megawati Soekarnoputri, media massa dan pemilihan umum di Indonesia. Sumber data yang didapat dari mesin pencari google adalahbeberapa artikel dalam jurnal yaitu: Demokratisasi media massa dalam prinsip kebebasankarya Jamhur Poti, komunikasi politik dan demokratisasi di Indonesia: perubahan fase demokrasi dari konsolidasi menuju pematangan karya Idham Holik, Demokrasi dan kinerja pers Indonesia karya I Gusti Ngurah Putra, perkembangan kehidupan pers dari masa rezim orde baru ke masa rezim reformasi karya Amir purba dan lain-lain. kemudian penulis juga mendapat skripsi yang mengkaji tentang tokoh Megawati Soekarnoputri yaitu “Kepemimpinan Karismatik: Studi tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri dalam PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)” karya Hadi Mustafa.

Sumber tertulis yang telah didapat kemudian dibaca, dipahami dan dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan penelitian. Penulis mencatat hal-hal penting yang didapat dari tiap sumber, seperti daftar pustaka dan kutipan-kutipan yang diperlukan.


(22)

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah semua sumber terkumpul, penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut karena dengan kritik ini akan didapat data yang lebih valid untuk menunjang penulisan skripsi. Kritik sumber sangat penting dilakukan karena erat kaitannya dengan tujuan sejarawan mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007, hlm. 131). Kritik menyangkut verifikasi sumber, yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketetapan (akurasi) dari sumber tersebut (Sjammsuddin, 2007, hlm. 132). Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh sumber tertulis kebenarannya tidak sama. Dengan demian, seorang sejarawan dapat mengetahui apa yang benar, apa yang tidak benar, dan apa yang meragukan.

Tahap kritik sebenarnya secara tidak langsung sudah penulis lakukan saat pengumpulan sumber. Topik yang penulis ajukan adalah perihal diskursus wacana yang dianalisis secara historis. Oleh karena itu, walaupun metode yang digunakan historis tetapi tetap menggunakan disiplin ilmu lainnya sebagai ilmu bantu, terutama komunikasi dan semiotika. Adapun kritik yang dilakukan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini untuk lebih jelasnya sebagai berikut.

3.3.2.1 Kritik eksternal

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 132). Pada tahap kritik eksternal ini penulis melakukan pemilahan terhadap sumber-sumber mana saja yang dapat digunakan oleh penulis dalam menulis skripsi ini dan juga menentukan informasi mana yang


(23)

termasuk kedalam informasi benar, informasi tidak benar atau informasi yang meragukan.

Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melakukan kritik eksternal adalah dengan mengidentifikasi penulis dari sumber-sumber tertulis yang didapatkan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menegakkan otentisitas (Sjamsuddin, 2007, hlm.135). Selain mengidentifikasi penulis sumber tersebut namun juga memperhatikan tanggal dan tahun terbit, serta lembaga penerbitnya juga.

Contoh dari kritik eksternal yang dilakukan penulis dalam membuat skripsi ini adalah ketika penulis mengambil sumber artikel dari buku Memastikan Arah Baru Demokrasi yang diterbitkan oleh Mizan pada tahun 2000. Hal yang pertama dilakukan adalah penulis mendapatkan bahwa penerbit Mizan merupakan salah satu penerbitan besar di Indonesia sehingga buku tersebut menurut penulis layak untuk dijadikan sebagai sumber. Setelah itu penulis mulai memilah-milih artikel-artikel mana saja yang kira-kira dapat dijadikan sumber dan kemudian penulis menemukan salah satu artikel yang berjudul Pemilu 1999 Dan Format Baru Politik yang ditulis oleh Syamsudin Haris. Melihat dari penulisnya yaitu Syamsudin Haris adalah salah seorang peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI yang merupakan Profesor Riset bidang perkembangan politik Indonesia dan doktor ilmu politik yang juga menjabat Kepala Pusat Penelitian Politik (P2P), tentu saja artikel tersebut dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan skripsi ini khususnya dalam pembahasan mengenai pemilu 1999.

Kemudian penulis menemukan buku Politik Media Dan Pertarungan Wacana terbitan LKIS Yogyakarta. Dalam tahap kritik eksternal ini, pertama penulis melihat penerbitan buku tersebut yaitu LKiS Yogyakarta. Sebagaimana penulis ketahui LKiS Yogyakarta adalah salah satu penerbitan yang terkenal dengan buku-buku yang mengusung wacana keislaman kritis dan buku-buku terbitan LKiS


(24)

Yogyakarta tersebut pun sering dijadikan sebagai sumber bacaan bagi kalangan mahasiswa. Setelah itu penulis melihat penulis buku tersebut yaitu Agus Sudibyo. Agus Sudibyo adalah salah satu peneliti dan konsultan media, komunikasi politik dan informasi publik yang telah menulis beberapa buku khusunya mengenai isu-isu pers dan komunikasi politik. Melihat latarbelakang dari penulis dan juga penerbitan buku tersebut penulis tidak ragu untuk menggunakannya sebagai sumber skripsi khususnya dalam membahas mengenai isu-isu pers di Indonesia.

Contoh ketiga penulis melakukan kritik eksternal pada penulisan skripsi ini adalah ketika penulis menemukan artikel Komunikasi Politik Dan Demokratisasi Di Indonesia: Perubahan Fase Demokrasi Dari Konsolidai Menuju Pematangan karya Idham Holik di internet. Pertama-tama penulis melihat penulis artikel tersebut yaitu Idham Holik. Beliau diketahui sebagai salah satu dosen di Universitas Islam ‟45 Bekasi jurusan ilmu komunikasi. Kemudian penulis melihat web tempat artikel tersebut ditampilkan yaitu www.ejournal-unisma.net. Web tersebut adalah web yang dimiliki dan dikelola oleh pihak Universitas Islam ‟45 Bekasi. Melihat dari penulis dan web yang mengunggah artikel tersebut, penulis tidak ragu untuk menjadikan artikel tersebut sebagai bahan sumber skripsi penulis.

3.3.2.2 Kritik internal

Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal menekankan pada aspek ”dalam” yaitu isi dari sumber dan dilakukan setelah kritik eksternal dilakukan (Sjamsuddin, 2007, hlm. 143). Dalam melakukan kritik internal, penulis melakukan perbandingan isi buku sejenis antara penulis satu dengan penulis lainnya sebagai contoh artikel The Waiting Game is Over: Media Massa dan saat-saat kejatuhan Soeharto dengan buku Pembreidelan Tempo 1994: Wajah Hukum Pers sebagai Alat Represi Politik Negara Orde Baru karya


(25)

Hasyim Asy‟ari. Dari kedua buku tersebut, penulis dapat mengetahui kondisi media massa pada masa Orde Baru yang bisa dikatakan adalah masa „gelap‟ media massa. Karena terjadinya pemberedelan terhadap beberapa media cetak (majalah dan surat kabar) yang tidak hanya terjadi satu kali namun terjadi beberapa kali selama masa Orde Baru.

Kemudian contoh selanjutnya adalah buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar dan Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk Dan Kode Etik. Didalam kedua buku tersebut penulis mendapatkan infromasi mengenai sejarah jurnalistik atau pers di Indonesia, selain itu juga penulis mendapatkan informasi mengenai news dan views. Dari kedua buku tersebut penulis tidak menemukan perbedaan mengenai pemaparan sejarah pers di Indonesia dan mengenai news dan views sehingga penulis yakin bahwa kedua sumber ini dapat dijadikan sumber yang terpercaya dalam memaparkan mengenai sejarah pers di Indonesia dan juga mengenai news dan views.

Hasil dari kritik eksternal dan internal terhadap sumber tertulis adalah sesuatu yang menurut penulis valid keadaannya. Hal ini kemudian akan dipergunakan dalam proses selanjutnya.

3.3.3 Interpretasi

Interpretasi adalah menafsirkan keterangan dari sumber-sumber sejarah berupa fakta yang terkumpul dengan cara dirangkai dan dihubungkan sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan sumber permasalahan.tahap interpretasi juga dapat diartikan sebagai pemberian makna terhadap data atau fakta yang sebelumnya sudah dikumpulkan.

Dalam tahap interpretasi penulis menggunakan cabang-cabang ilmu pengetahuan selain sejarah. Dengan kata lain dalam mengkaji permasalah dalam skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Maksud dari pendekatan tersebut adalah bentuk pendekatan dalam penelitian sejarah yang menggunakan bantuan disiplin ilmu lain (ilmu sosial) dalam mempertajam analisis kajian karena suatu masalah dapat dilihat


(26)

dari berbagai dimensi (Sjamsuddin, 1996, hlm. 201) Disiplin ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah filsafat, psikologi, komunikasi, sosiologi dan budaya (cultural studies, dalam penelitian ini semiotka). Hal ini dilakukan karena tema yang dipilih berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tersebut.

Ilmu komunikasi (komunikasi massa) digunakan oleh penulis untuk mengkaji mengenai perkembangan media massa dilihat dari interaksi antar kelompok masyarakat. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk melihat bagaimana proses komunikasi yang terjadi antara pemerintah dengan masyarakat melalui media massa pada saat rangkaian pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Dengan menggunakan disiplin pengetahuan tersebut, diharapkan akan membuat pemaparan akan menjadi lebih utuh, menyeluruh, dan mendalam.

3.3.4 Historiografi

Historiografi adalah kisah masa lampau yang direkontruksi oleh sejarawan berdasarkan fakta yang ada. Dengan kata lain, historiografi adalah penulisan hasil penelitian sebagai proses yang dilakukan setelah sumber-sumber sejarah yang ditemukan selesai dianalisis dan ditafsirkan (Ismaun, 2005, hlm. 28). Penulis menceritakan apa yang telah didapat dengan disertai penafsiran-penafsiran sehingga terciptalah sebuah rangkaian sejarah peristiwa yang utuh. Dengan demikian, historiografi adalah tahap paling akhir dalam penelitian sejarah.

Sebuah karya tulis bisa dikatakan ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat keilmuan. Namun selain itu, penyajian suatu karya ilmiah juga harus memperhatikan tata dan susunan bahasa. Agar manfaat yang didapat dalam penyusunan karya ilmiah menjadi optimal, karya tersebut menarik untuk ”dinikmati”, dan menambah wawasan khalayak, penyajian penelitian harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan tata bahas yang baku dan disepakati secara umum. Penyajian harus diuraikan secara sistematis dan kronologis, sesuai dengan aturan dalam pedoman penulisan karya ilmiah.


(27)

3.3.5 Laporan Penelitian

Langkah ini merupakan tahapan akhir dari prosedur penelitian yang dilakukan penulis. Hal ini dilakukan setelah sumber-sumber ditemukan, dianalisis, dan ditafsirkan yang akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Universitas Pendididikan Indonesia.

Laporan penelitian yang disajikan oleh penulis adalah berupa karya tulis ilmiah yang terdiri dari lima bab, yaitu: pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, pembahasan masalah, dan kesimpulan. Pada bab empat penulis membuat judul “pemilihan umun dalam media massa”. Selain itu, ada pula beberapa tambahan, seperti kata pengantar, abstrak serta lampiran-lampiran untuk melengkapi laporan penelitian.


(28)

BAB V KESIMPULAN

Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai sebuah lembaga yang mengusung netralitas. Seperti yang terjadi di masa pemerintahan Orde Baru, ketika pers terjebak dalam kebijakan pemerintah melalui Undang-Undang Pokok Pers tahun 1982, pada saat itu kebanyakan media massa tidak dapat memuat kritikan-kriikan terhadap kinerja pemerintah karena kritikan tersebut akan dianggap sebagai penghambat jalannya pembangunan nasional. Hingga akhirnya pemerintahan Orde Baru tumbang dan Indonesia memasuki masa transisi menuju era Reformasi, akhirnya dunia pers dapat bernafas lega dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang didalamnya menghapus peraturan mengenai berlakunyaSurat Izin Untuk Penerbitan (SIUP) bagi setiap penerbitan di Indonesia. Era reformasi mengubah wajah dunia pers yang suram kini menjadi lebih cerah, munculnya media massa cetak baru dalam jumlah yang cukup banyak mencerminkan sisi positif dari era pemerintahan yang baru.

Di Era Reformasi, peran media massa pun semakin terasa di masyarakat, terlebih dalam masa pemilihan umum. Media massa menjadi alat komunikasi bagi si pemilih dan yang dipilih. Selain itu juga media massa menjadi pengawas pemilihan umum dimulai dari tahap awal pemilihan umum hingga berakhirnya pemilihan umum. Pemilihan umum di Indonesia pun mengalami perubahan ketika memasuki era reformasi. Pemilihan umum 1999, merupakan pemilihan umum yang pertama kali dilakukan setelah jatuhnya pemerintahan Orde baru. Pemilihan umum 1999 tersebut disambut dengan antusias oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tidak menyukai pemerintahan orde baru. Membludaknya keikutsertaan partai peserta pemilihan umum 1999 adalah bukti dari rasa antusias masyarakat untuk mewujudkan demokrasi di Indonesia ini. Pelaksanaan pemilihan


(29)

umum 1999 dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 dan partai yang berhasil meraih suara rakyat terbanyak adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati soekarnoputri. Kemenangan Megawati bersama partainya yaitu PDI Perjuangan bukanlah sebuah kemenangan yang mutlak untuk mendapatkan kursi jabatan presiden RI, karena pemilihan presiden dilakukan didalam Sidang Umum MPR 1999. Hasil Sidang Umum MPR 1999 pun menyatakan bahwa yang menjadi presiden Indonesia keempat adalah Abdurrahman Wahid sedangkan Megawati harus puas dengan jabatan sebagai wakil presiden. Namun Megawati tidak perlu menunggu 5 tahun lamanya untuk bisa merasakan kursi presiden, karena pada tahun 2001, Presiden Abdurrahman Wahid dicabut jabatannya sebagai presiden oleh MPR dalam Sidang Istimewa yang berlangsung pada tanggal 23 Juli 2001. Dan secara otomatis Megawati menggantikan posisi Abdurrahman Wahid sebagai presiden Republik Indonesia. Masa jabatan Megawati sebagai presiden berlangsung dari tahun 2001 hingga 2004. Pada tahun 2004 itu pun, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam Pemilihan umum presiden 2004.

Pelaksanaan Pemilihan umum 2004 terbagi menjadi kedalam dua bagian, yaitu pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden. Pada pemilihan umum 2004 ini untuk pertama kalinya rakyat Indonesia diikutsertakan dalam pemilihan presiden. Partai yang berhasil lolos sebagai peserta Pemilu 2004 hanya ada 24 partai. Sedikitnya jumlah partai peserta pemilihan umum tidak mempengaruhi antusias masyarakat untuk ikut serta dalam pemilihan umum 2004. Partai yang masuk peringkat tujuh besar pilihan rakyat adalah Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangsaan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional. Ketujuh partai tersebut berhak untuk ikut dalam pemilihan umum presiden 2004 karena ketujuh partai tersebut telah berhasil meraih suara lebih dari 3 %. Pemilu Presiden 2004 pun diikuti oleh 5 pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, yaitu Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Susilo


(30)

Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, Wiranto-Salahudin, Amien Rais - Siswono Yudhohusodo, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Hasil dari Pemilihan umum Presiden 2004 yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004 adalah keluarnya pasangan Susilo Bambang yudhoyono-Jusuf Kalla sebagai pemenang dengan persentase perolehan suara sebanyak 33,57% disusul oleh pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim muzadi dengan 26,61% perolehan suara. Diurutan ketiga ada pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid dengan 22,15% perolehan suara dan diurutan keempat ada pasangan Amin Rais-Siswono Yudhohusodo dengan perolehan suara 14,66%, dan pasangan diurutan terkahir adalah Hamzah Haz-Agum Gumelar dengan peroleh suara sebanyak 3,01%. Dari hasil persentase perolehan suara kelima pasangan capres dan cawapres diatas, maka diadakan kembali pemilu presiden putaran kedua karena dari kelima pasangan capres dan cawapres tersebut tidak ada yang berhasil meraih suara sebanyak lebih dari 50%. Pasangan capres dan cawapres yang berhak ikut dalam pemilu presiden putaran kedua adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf kalla dan pasangan Megawati - Hasyim Muzadi. Kedua pasangan tersebut bertarung kembali dalam pemilu presiden putaran kedua yang diadakan pada tanggal 20 September 2004. Hasil pemilu presiden putaran kedua tahun 2004 pun menyatakan bahwa pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf kalla keluar sebagai peraih suara rakyat terbanyak dengan persentase 60,62% dan berhak menjabat sebagai Presiden dan wakil presiden masa jabatan 2004-2009.

Keberhasilan dari kedua pemilihan umum dimasa awal reformasi yaitu pemilu 1999 dan 2004 tidak lepas dari peran media massa. Informasi-informasi yang disajikan oleh media massa mengenai visi misi peserta pemilu, opini dan kritik dari masyarakat pemilih yang aktif dan paham terhadap pemilihan umum diharapkan bisa menjadi media pendidik bagi masyarakat pemilih yang pasif dan tidak paham mengenai pemilihan umum. informasi-informasi mengenai pemilihan umum dalam media massa disajikan dalam bentuk news dan views

News dan views yang merupakan produk dari media massa memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pemilih untuk menentukan pilihannya disaat


(31)

pelaksanaan pemilihan umum. Salah satu contohnya kemenangan Megawati bersama partainya PDI Perjuangan dalam Pemilihan Umum 1999. Sosok Megawati Soekarnoputri pada saat pemilu 1999, bisa jadi merupakan sosok yang dielu-elukan oleh masyarakat dan menjadi topik pemberitaan di media massa karena diyakini memiliki jiwa kepemimpinan seperti ayahnya yaitu Presiden pertama RI Soekarno dan juga diyakini sebagai simbol dari perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru. Namun bagaimanapun juga. media massa harus tetap mengusung netralitas, sehingga tidak hanya memberitakan hal-hal yang positif saja mengenai Megawati namun sisi negatifnya juga ditampilkan. Seperti yang dilakukan oleh Majalah Tempo dan Gatra. Kedua majalah tersebut dikenal dengan majalah yang fokus terhadap pemberitaan politik. Pada pemilu 1999 dan pemilu 2004, kedua majalah tersebut menampilkan baik itu sisi positif dan sisi negatif dari sosok Megawati. Sisi positif Megawati dimuat dalam majalah Tempo dan Gatra dalam bentuk profil atau riwayat hidup contohnya artikel berjudul “Beban Berat Seorang Putri” yang dimuat dalam majalah Tempo. Sedangkan sisi negatif Megawati dimuat dalam bentuk kritikan atas sikap dan kinerja dari Megawati itu sendiri yang ditampilkan pada rubrik opini atau kolom pada kedua majalah tersebut, contohnya laporan utama pada majalah Tempo yang berjudul “Gunting Pita Dongkrak Citra” dan laporan utama pada Gatra yang berjudul“Putar Otak Meramu Janji”.

Kemenangan dan kekalahan suatu partai atau tokoh dalam pemilu tidak lepas dari peran media massa yang memuat informasi tentang peserta pemilu, namun salah satu yang menjadi faktor penentu kemenangan dan kekalahan suatu partai atau perorangan dalam pemilu adalah penilaian masyarakat atas sikap dan kinerja dari para peserta pemilu itu sendiri yang ditampilkan oleh media massa.Seperti yang terjadi kepada Megawati Soekarnoputri ketika melakukan aksi diam pada pemilihan umum 1999. Sikap diam Megawati pada pemilu 1999 ditanggapi oleh media massa dengan menampilkan tanggapan dari tokoh ataupun masyarakat yang pro dan kontra terhadap aksi diam Megawati tersebut. Ada yang menyebut aksi diam itu adalah sebuah cerminan dari sikap bijaksana seorang


(32)

Megawati dan dari kalangan yang kontra terhadap aksi diam Megawati tersebut selalu menghubungkan dengan sifatnya yang pendiam dan tidak ingin terbuka kepada masyarakat luas mengenai ide atau gagasan-gagasannya. Bahkan terkadang disangkutpautkan dengan tingkat intelektualitas Megawati yang kurang dibandingkan dengan saingan-saingannya di bursa pencalonan presiden. Tanggapan dari kalangan yang kontra terhadap aksi diam Megawati tersebut bisa saja mempengaruhi masyarakat menjadi meragukan kemampuan Megawati bila nanti terpilih menjadi presiden.

Sama halnya ketika Megawati berlaga di bursa pencalonan presiden pada pemilihan umum 2004. Megawati yang pada waktu berlangsungnya pemilihan umum 2004 masih menjabat sebagai presiden (presiden incumbent) mendapatkan perhatian lebih dari media massa mengenai kinerjanya sebagai presiden. contohnya pada beberapa artikel di Tempo dan Gatra yang menyinggung soal kegagalan pemerintahan Megawati dalam hal penyelesaian masalah pengangguran yang mungkin akan jadi penghambat bagi pasangan Megawati-Hasyim untuk menang dalam pemilu presiden 2004. Tidak tanggung-tanggung, Tempo dan Gatra menampilkan kritikan-kritikan terhadap kinerja pemerintahan Megawati tersebut dengan menggunakan narasumber dari para pakar tertentu hingga masyarakat biasa. Pemberitaan-pemberitaan negatif mengenai kinerja Megawati sebagai presiden tersebut bisa jadi mempengaruhi para pemilih untuk memutuskan tidak mendukung atau mempercayai Megawati kembali menjadi Presiden RI. Dan kenyataannya pun pada pemilu presiden 2004, Megawati kalah bersaing dengan mantan mentrinya Susilo Bambang Yudhoyono baik itu pada pemilu presiden putaran pertama dan kedua.

Keberpihakan media terhadap salah satu calon presiden pada pemilu 1999 dan 2004 tidak terlihat pada majalah Tempo dan Majalah Gatra hal tersebut disebabkan karena kedua majalah tersebut memiliki visi dan misi yang hampir sama yaitu menjadi media yang bertanggungjawab, jujur dan menghargai perbedaan pendapat (terbuka) selain itu juga mungkin dikarenakan pada tahun 1999-2004 belum adanya media massa cetak ataupun elektronik yang dikuasai


(33)

atau dimiliki oleh salah satu elit politik. Lain halnya dengan masa kini, banyak media yang memang dimiliki oleh tokoh elit politik contohnya seperti Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh pimpinan partai Nasional Demokrat, dan TV One dimiliki oleh Aburizal Bakrie pimpinan partai Golkar. Dikarenakan adanya kepemilikan media oleh beberapa elit politik tersebut maka yang terjadi adalah pemberitaan yang tidak seimbang dan pemberitaan yang saling menjatuhkan seperti yang terjadi pada pilpres 2014 kemarin antara kubu capres Jokowi dan kubu capres Prabowo. MNC Group(MNC TV, RCTI, Global TV) sebagai pendukung capres Prabowo-Hatta media tersebut dalam penayangan iklan maupun berita mengenai Prabowo terhitung sangat sering, lain halnya dengan pemberitaan lawannya, capres Jokowi, jumlah penayangan iklan maupun berita sangatlah sedikit. Sebaliknya, Metro TV yang mendukung kubu capres Jokowi bertindak hal yang sama dengan MNC Group. Metro TV lebih sering menayangkan iklan dan berita sosok Jokowi dibandingkan lawannya yaitu Prabowo.

Keberpihakan media terkait dalam pemberitaan pemilu presiden menurut Masduki bahwa pelaksanaan pemilihan umum yang bertepatan dengan era komersialisasi media memperlihatkan berlakunya teori ekonomi pasar dalam jurnalistik (Masduki dalam Handrini, 2014. Hlm. 17). Penulis mengartikan hal tersebut bahwa adanya kekuatan investor dibalik proses produksi berita-berita yang akan disajikan oleh media-media yang dimiliki oleh kalangan elit tertentu.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, A. N. 2011.Analisis Pers Teori dan Praktik. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Afandi, E. 2005. Menggugat Negara; Rasionalitas Demokrasi, HAM, dan Kebebasan. Jakarta: PBHI.

Abdurrachman, S. 2003. “Pers Di Masa Orde Baru”, dalam Hisyam, M. (Peny.). Krisis Masa Kini Dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ardianto,S. Lukiati K. dan Siti K. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar

Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arifin, A. 2010. Opini Publik. Jakarta: Gramata Publishing.

Asy’ari, H. 2009. Pembreidelan Tempo 1994 Wajah Hukum Pers Sebagai Alat

Represi Politik Negara Orde Baru. Jakarta: Pensil 324.

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Denny, J.A. 2006. Jejak-JejakPemilu 2004. Yogyakarta: LKIS

Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Haris, S. 2000. “Pemilu 1999 dan Format Baru Politik Indonesia”, dalam LIP

FISIP UI .Memastikan Arah Baru Demokrasi. Bandung: Mizan.

Ismaun. 2005. Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung Historia Utama Press.

Ma’ruf, A. 2013. Megawati SoekarnoputriRiwayatPribadi Dan PolitikPutri Bung

Karno. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Masduki. 2007. RegulasiPenyiaran: Dari OtoriterKe Liberal. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Piliang, A. 2003. Hipersemiotika. Yogyakarta: Jalasutra.

Putra, B. 2000. “Media Massa dan Saat-Saat Kejatuhan Soeharto”, dalam LIP FISIP UI . Memastikan Arah Baru Demokrasi. Bandung: Mizan.

Putra, I Gusti N. 2008. Media, Komunikasi Dan Politik: SebuahKajianKritis. Yogyakarta:Fisipol UGM

Romli, L. 2003. “Potret Buram partai politik di Indonesia”, dalam Mahrus Irsyam dkk (ed.), Menggugat Partai Politik. Depok: LIP FISIP UI.


(35)

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sjamsuddin, H. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sudibyo, A. 2009. Politik Media dan pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.

Suhandang, K. 2010. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Bandung: Nuansa.

Tim UPI. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2013. Bandung.

Qomarulaeli,L. 2010. “Media Dan Kepentingan Publik Dalam Pemilu, dalam Irwan Saptono (ed.), Media,Pemilihan umum dan Politik: kecenderungan media dalam pemilihan umum 2009. Jakarta: ISAI.

Sumber internet

Putra. Jejak pers di masa Orde Baru dan Reformasi. [Onlne] terdapat di:

http://mengintip-dunia.blogspot.com/2007/11/jejak-pers-di-masa-orba-dan-reformasi.html (diakses di Bandung: 9 September 2011).

Hertanto, L. 2009. Malari dan Pemberedelan Pers Soeharto: Tutup! Tutup! Tutup!

[Online] terdapat di:

http://www.detiknews.com/read/2009/01/15/080030/1068638/10/soehar to-tutup!-tutup!-tutup! (diakses di Bandung : 11 November 2011). Holik, I. 2008. Komunikasi politik dan demokratisasi di Indonesia :perubahan

fase demokrasi dari konsolidasi menuju pematangan. [Online] terdapat di:http://www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/madani/article/viewFil e/172/159 (diakses di Bandung: 1 April 2013).

Hasibuan, L.T. 2013. Perempuan Dan Politik (Studi Analisis Wacana Kekuatan Perempuan Dalam Politik Film The Iron Lady) [Online] terdapat di : http://eprints.uns.ac.id/15072/1/348292701201410436.pdf (diakses di Bandung: 1 April 2014).


(36)

Kumala, A. ---. semiotik bagian 1 [Online] terdapat di http://repo.isi-dps.ac.id/464/1/469-1617-1-PB.pdf (diakses di Garut: 1 April 2013). Pasya, G.K. ---. Peranan Wanita dalam Kepemimpinan dan Politik. [Online]

terdapat di

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1961032 31986031-R._GURNIWAN_KAMIL_PASYA/jurnal_wanita.pdf. (14

Januari 2014).

Pradhanawati, A. ---.Perempuan dan Politik dari Pemilu ke Pemilu: Mengawal Keterwakilan Perempuan melalui Affirmative Action”. [Online]

terdapat di

http://eprints.undip.ac.id/32962/2/PEREMPUAN_DAN_POLITIK_DA

RI_PEMILU_KE_PEMILU.pdf ( diakses di Garut: 14 Januari 2014).

Tim Tempo. 2010. Annual Report 2010. [Online] terdapat di

http://korporat.tempointeraktif.com/files/pdf/annual-report-2010.pdf ( di akses di Garut: 1 April 2013).

---. ---. Gatra. [Online] terdapat di:

http://id.wikipedia.org/wiki/Gatra (diakses di Garut: 1 April 2013).

---. ---. Pemilihan umum 1971. [Online] terdapat di:

http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 40 (diakses di Bandung : 11 November 2011).

---. ---. “Modul Bab II PEMILU DI INDONESIA.” [Online] terdapat di

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =10&cad=rja&uact=8&ved=0CHQQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fkpu. go.id%2Fdmdocuments%2Fmodul_1c.pdf&ei=qciHU6DRFtHIuATwl4 KoCA&usg=AFQjCNEhzPjLgx_SVmbdeuIj9TtT6j0aYw&bvm=bv.67 720277,d.c2E (diakses di Garut: 14 Januari 2014)

---. ---. “ModulHasilPemilu di Indonesia”.[Online] terdapat dihttp://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf(diakses di Garut: 14 Januari 2014)


(37)

Sumber Skripsi

M. Hadi. 2011. “Kepemimpinan Karismatik: Studi Tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri dalam PDIP”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak diterbitkan.

Nurhidayat, A. 2009. “FenomenaGolput di Indonesia Pasca Orde Baru (Studi Kasus Pada Pemilu 2004)”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak diterbitkan.

Sumber Majalah

Tempo edisi 27 Juni1999 “Mega Menang, Mega dihadang.” Tempo pada edisi 27 juni 1999

Tempo edisi 02 Agustus 1999 “Mega Berjanji, BuktiDinanti”. Tempo edisi 02 Agustus 1999 “Mega Menantang, Mega Dihadang.”

Tempo edisiPemilihanPresiden 2004, 30 juni 2004, judul “CukupSatuPutaran.” Tempo edisi Pemilihan Presiden 2004, 30 Juni 2004 judul “Beban Berat Seorang Putri.”

Tempo edisi 29 Agustus 2004, judul “Gunting Pita Dongkrak Citra.” Gatra edisi 13 Maret 1999, judul “Nomor 1 takberarti RI-1.” Gatra edisi 10 April 1999, judul “Posko Pro-Mega.”

Gatra 8 Mei 1999, judul “Menimbang Posisi Kandidat RI-1.” Gatra 8 Mei 1999, judul “Debat Terbuka CalonPresiden.” Gatra edisi 22 Mei 2004, judul “Putar Otak Meramu janji.” Gatra edisi 19 Juni 2004, judul “Lain TempatTampil Lain.” Gatra edisi 3 Juli 2004, judul “Sempritan Kampanye Abu-Abu.” Gatra edisi 10 Juli 2004, judul “Mozaik Melek Politik.”


(1)

82 Agustina, 2014

PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA (Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA

Megawati dan dari kalangan yang kontra terhadap aksi diam Megawati tersebut selalu menghubungkan dengan sifatnya yang pendiam dan tidak ingin terbuka kepada masyarakat luas mengenai ide atau gagasan-gagasannya. Bahkan terkadang disangkutpautkan dengan tingkat intelektualitas Megawati yang kurang dibandingkan dengan saingan-saingannya di bursa pencalonan presiden. Tanggapan dari kalangan yang kontra terhadap aksi diam Megawati tersebut bisa saja mempengaruhi masyarakat menjadi meragukan kemampuan Megawati bila nanti terpilih menjadi presiden.

Sama halnya ketika Megawati berlaga di bursa pencalonan presiden pada pemilihan umum 2004. Megawati yang pada waktu berlangsungnya pemilihan umum 2004 masih menjabat sebagai presiden (presiden incumbent) mendapatkan perhatian lebih dari media massa mengenai kinerjanya sebagai presiden. contohnya pada beberapa artikel di Tempo dan Gatra yang menyinggung soal kegagalan pemerintahan Megawati dalam hal penyelesaian masalah pengangguran yang mungkin akan jadi penghambat bagi pasangan Megawati-Hasyim untuk menang dalam pemilu presiden 2004. Tidak tanggung-tanggung, Tempo dan

Gatra menampilkan kritikan-kritikan terhadap kinerja pemerintahan Megawati tersebut dengan menggunakan narasumber dari para pakar tertentu hingga masyarakat biasa. Pemberitaan-pemberitaan negatif mengenai kinerja Megawati sebagai presiden tersebut bisa jadi mempengaruhi para pemilih untuk memutuskan tidak mendukung atau mempercayai Megawati kembali menjadi Presiden RI. Dan kenyataannya pun pada pemilu presiden 2004, Megawati kalah bersaing dengan mantan mentrinya Susilo Bambang Yudhoyono baik itu pada pemilu presiden putaran pertama dan kedua.

Keberpihakan media terhadap salah satu calon presiden pada pemilu 1999 dan 2004 tidak terlihat pada majalah Tempo dan Majalah Gatra hal tersebut disebabkan karena kedua majalah tersebut memiliki visi dan misi yang hampir sama yaitu menjadi media yang bertanggungjawab, jujur dan menghargai perbedaan pendapat (terbuka) selain itu juga mungkin dikarenakan pada tahun 1999-2004 belum adanya media massa cetak ataupun elektronik yang dikuasai


(2)

atau dimiliki oleh salah satu elit politik. Lain halnya dengan masa kini, banyak media yang memang dimiliki oleh tokoh elit politik contohnya seperti Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh pimpinan partai Nasional Demokrat, dan TV One dimiliki oleh Aburizal Bakrie pimpinan partai Golkar. Dikarenakan adanya kepemilikan media oleh beberapa elit politik tersebut maka yang terjadi adalah pemberitaan yang tidak seimbang dan pemberitaan yang saling menjatuhkan seperti yang terjadi pada pilpres 2014 kemarin antara kubu capres Jokowi dan kubu capres Prabowo. MNC Group(MNC TV, RCTI, Global TV) sebagai pendukung capres Prabowo-Hatta media tersebut dalam penayangan iklan maupun berita mengenai Prabowo terhitung sangat sering, lain halnya dengan pemberitaan lawannya, capres Jokowi, jumlah penayangan iklan maupun berita sangatlah sedikit. Sebaliknya, Metro TV yang mendukung kubu capres Jokowi bertindak hal yang sama dengan MNC Group. Metro TV lebih sering menayangkan iklan dan berita sosok Jokowi dibandingkan lawannya yaitu Prabowo.

Keberpihakan media terkait dalam pemberitaan pemilu presiden menurut Masduki bahwa pelaksanaan pemilihan umum yang bertepatan dengan era komersialisasi media memperlihatkan berlakunya teori ekonomi pasar dalam jurnalistik (Masduki dalam Handrini, 2014. Hlm. 17). Penulis mengartikan hal tersebut bahwa adanya kekuatan investor dibalik proses produksi berita-berita yang akan disajikan oleh media-media yang dimiliki oleh kalangan elit tertentu.


(3)

84 Agustina, 2014

PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA (Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA DAFTAR PUSTAKA

Abrar, A. N. 2011.Analisis Pers Teori dan Praktik. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Afandi, E. 2005. Menggugat Negara; Rasionalitas Demokrasi, HAM, dan Kebebasan. Jakarta: PBHI.

Abdurrachman, S. 2003. “Pers Di Masa Orde Baru”, dalam Hisyam, M. (Peny.).

Krisis Masa Kini Dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ardianto,S. Lukiati K. dan Siti K. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar

Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arifin, A. 2010. Opini Publik. Jakarta: Gramata Publishing.

Asy’ari, H. 2009. Pembreidelan Tempo 1994 Wajah Hukum Pers Sebagai Alat Represi Politik Negara Orde Baru. Jakarta: Pensil 324.

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Denny, J.A. 2006. Jejak-JejakPemilu 2004. Yogyakarta: LKIS

Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Haris, S. 2000. “Pemilu 1999 dan Format Baru Politik Indonesia”, dalam LIP

FISIP UI .Memastikan Arah Baru Demokrasi. Bandung: Mizan.

Ismaun. 2005. Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung Historia Utama Press.

Ma’ruf, A. 2013. Megawati SoekarnoputriRiwayatPribadi Dan PolitikPutri Bung Karno. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Masduki. 2007. RegulasiPenyiaran: Dari OtoriterKe Liberal. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Piliang, A. 2003. Hipersemiotika. Yogyakarta: Jalasutra.

Putra, B. 2000. “Media Massa dan Saat-Saat Kejatuhan Soeharto”, dalam LIP FISIP UI . Memastikan Arah Baru Demokrasi. Bandung: Mizan.

Putra, I Gusti N. 2008. Media, Komunikasi Dan Politik: SebuahKajianKritis.

Yogyakarta:Fisipol UGM

Romli, L. 2003. “Potret Buram partai politik di Indonesia”, dalam Mahrus Irsyam dkk (ed.), Menggugat Partai Politik. Depok: LIP FISIP UI.


(4)

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sjamsuddin, H. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sudibyo, A. 2009. Politik Media dan pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.

Suhandang, K. 2010. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Bandung: Nuansa.

Tim UPI. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2013. Bandung.

Qomarulaeli,L. 2010. “Media Dan Kepentingan Publik Dalam Pemilu, dalam Irwan Saptono (ed.), Media,Pemilihan umum dan Politik: kecenderungan media dalam pemilihan umum 2009. Jakarta: ISAI.

Sumber internet

Putra. Jejak pers di masa Orde Baru dan Reformasi. [Onlne] terdapat di: http://mengintip-dunia.blogspot.com/2007/11/jejak-pers-di-masa-orba-dan-reformasi.html (diakses di Bandung: 9 September 2011).

Hertanto, L. 2009. Malari dan Pemberedelan Pers Soeharto: Tutup! Tutup! Tutup!

[Online] terdapat di:

http://www.detiknews.com/read/2009/01/15/080030/1068638/10/soehar to-tutup!-tutup!-tutup! (diakses di Bandung : 11 November 2011). Holik, I. 2008. Komunikasi politik dan demokratisasi di Indonesia :perubahan

fase demokrasi dari konsolidasi menuju pematangan. [Online] terdapat di:http://www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/madani/article/viewFil e/172/159 (diakses di Bandung: 1 April 2013).

Hasibuan, L.T. 2013. Perempuan Dan Politik (Studi Analisis Wacana Kekuatan Perempuan Dalam Politik Film The Iron Lady) [Online] terdapat di : http://eprints.uns.ac.id/15072/1/348292701201410436.pdf (diakses di Bandung: 1 April 2014).


(5)

86 Agustina, 2014

PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA (Pandangan Majalah TEMPO Dan Majalah GATRA

Kumala, A. ---. semiotik bagian 1 [Online] terdapat di http://repo.isi-dps.ac.id/464/1/469-1617-1-PB.pdf (diakses di Garut: 1 April 2013). Pasya, G.K. ---. Peranan Wanita dalam Kepemimpinan dan Politik. [Online]

terdapat di

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1961032 31986031-R._GURNIWAN_KAMIL_PASYA/jurnal_wanita.pdf. (14 Januari 2014).

Pradhanawati, A. ---.Perempuan dan Politik dari Pemilu ke Pemilu: Mengawal Keterwakilan Perempuan melalui Affirmative Action”. [Online]

terdapat di

http://eprints.undip.ac.id/32962/2/PEREMPUAN_DAN_POLITIK_DA RI_PEMILU_KE_PEMILU.pdf ( diakses di Garut: 14 Januari 2014). Tim Tempo. 2010. Annual Report 2010. [Online] terdapat di

http://korporat.tempointeraktif.com/files/pdf/annual-report-2010.pdf ( di akses di Garut: 1 April 2013).

---. ---. Gatra. [Online] terdapat di: http://id.wikipedia.org/wiki/Gatra (diakses di Garut: 1 April 2013). ---. ---. Pemilihan umum 1971. [Online] terdapat di:

http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 40 (diakses di Bandung : 11 November 2011).

---. ---. “Modul Bab II PEMILU DI INDONESIA.” [Online] terdapat di http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =10&cad=rja&uact=8&ved=0CHQQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fkpu. go.id%2Fdmdocuments%2Fmodul_1c.pdf&ei=qciHU6DRFtHIuATwl4 KoCA&usg=AFQjCNEhzPjLgx_SVmbdeuIj9TtT6j0aYw&bvm=bv.67 720277,d.c2E (diakses di Garut: 14 Januari 2014)

---. ---. “ModulHasilPemilu di Indonesia”.[Online] terdapat dihttp://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf(diakses di Garut: 14 Januari 2014)


(6)

Sumber Skripsi

M. Hadi. 2011. “Kepemimpinan Karismatik: Studi Tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri dalam PDIP”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak diterbitkan.

Nurhidayat, A. 2009. “FenomenaGolput di Indonesia Pasca Orde Baru (Studi Kasus Pada Pemilu 2004)”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak diterbitkan.

Sumber Majalah

Tempo edisi 27 Juni1999 “Mega Menang, Mega dihadang.” Tempo pada edisi 27 juni 1999

Tempo edisi 02 Agustus 1999 “Mega Berjanji, BuktiDinanti”. Tempo edisi 02 Agustus 1999 “Mega Menantang, Mega Dihadang.”

Tempo edisiPemilihanPresiden 2004, 30 juni 2004, judul “CukupSatuPutaran.” Tempo edisi Pemilihan Presiden 2004, 30 Juni 2004 judul “Beban Berat Seorang

Putri.”

Tempo edisi 29 Agustus 2004, judul “Gunting Pita Dongkrak Citra.” Gatra edisi 13 Maret 1999, judul “Nomor 1 takberarti RI-1.”

Gatra edisi 10 April 1999, judul “Posko Pro-Mega.”

Gatra8 Mei 1999, judul “Menimbang Posisi Kandidat RI-1.”

Gatra8 Mei 1999, judul “Debat Terbuka CalonPresiden.” Gatra edisi 22 Mei 2004, judul “Putar Otak Meramu janji.”

Gatra edisi 19 Juni 2004, judul “Lain TempatTampil Lain.”

Gatra edisi 3 Juli 2004, judul “Sempritan Kampanye Abu-Abu.”

Gatra edisi 10 Juli 2004, judul “Mozaik Melek Politik.”