PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG.

(1)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING

TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN

BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX

SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh :

ANISYA YURMANIAR NIM. 1100788

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Peningkatan

Keterampilan Makan Bersama Pada Remaja Tunanetra di Kelas

IX SMPLB Negeri A Kota Bandung

Oleh

ANISYA YURMANIAR 1100788

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhisalah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© ANISYA YURMANIAR 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANISYA YURMANIAR 1100788

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA

TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG

SKRIPSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing 1

Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd NIP. 19601015 198710 1 001

Pembimbing II

Dr. H. Atang Setiawan, M.Pd NIP. 19560412 198301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 19580907 198703 1 001


(4)

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP

PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Tunanetra mengalami hambatan penglihatan yang berdampak pada kemampuan dan keterampilan melakukan aktivitas sehari-hari salah satunya aktivitas makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) dalam meningkatkan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian one - group pre test – post test. Pengolahan data dilakukan dengan uji Wilcoxon. Sampel penelitian ini sebanyak 6 orang peserta didik tunanetra kelas IX SMPLB Negeri A Kota Bandung. Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon, menunjukkan bahwa model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan makan bersama, sehingga model pembelajaran ini dapat dipergunakan guru sebagai model pembelajaran alternatif guna meningkatkan kemampuan siswa dalam hal keterampilan makan bersama. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Penelitian ini meneliti pengaruh model pembelajaran yang diterapkan untuk mempengaruhi keterampilan makan bersama. Diharapkan penelitian selanjutnya tidak hanya meneliti pengaruh keterampilan makan bersama saja akan tetapi dapat mengembangkan terhadap jenis aktivitas keseharian lainnya atau mencoba dengan karakteristik siswa yang lebih bervariasi.

Kata Kunci : Cooperative Learning, Student Teams Achievement Division (STAD), Keterampilan Makan Bersama, Tunanetra.


(5)

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE IMPACT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE

ENHANCEMENT OF VISUALLY-IMPAIRED ADOLESCENT’S TABLE

MANNER SKILL IN CLASS IX SMPLB NEGERI A BANDUNG

The blinds sustain a visual impairment affecting on the ability and the skill in doing daily activities such as eating. This research aims to identify the impact of cooperative learning model with a specific type Student Teams Achievement Division (STAD) in enhancing a blind adolescent’s table manner skill. The research method applied is experiment method with the one group pre test - post test research design. The data is processed by Wilcoxon test. The research takes six visually-impaired sample students in class IX SMPLB Negeri A Bandung. The result of data analysis using Wilcoxon test shows that the cooperative learning model with a specific type Student Teams Achievement Division (STAD) is able to enhance the table manner skill. Thus, this learning method is able to be applied

by the teachers as an alternative to enhance student’s ability in the table manner

skill. Therefore, the hypothesis proposed in this research is acceptable. This research identifies the impact of learning model applied in the table manner skill. The further research is expected to not only identify the impact of table manner skill but also other daily activities, or attempt to identify the students with other various characteristics.

Keywords: Cooperative Learning, Student Teams Achievement Division (STAD), Table Manner Skill, the Blinds


(6)

xi

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN HAK CIPTA ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

KATA MUTIARA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5


(7)

xii

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITAN ... 7

A. Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 7

B. Keterampilan Makan Bersama dalam Activity Daily Living ... 11

C. Tunanetra ... 13

D. Remaja ... 17

E. Penelitian terdahulu yang Relevan ... 18

F. Kerangka Pemikiran ... 19

G. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 21

1. Lokasi Penelitian ... 21

2. Subjek Penelitian ... 21

B. Metode Penelitian ... 22

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

1. Model Cooperative Learning Tipe STAD sebagai Variabel Bebas ... 24

2. Keterampilan Makan Bersama sebagai Variabel Terikat ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 27

1. Membuat Kisi-kisi ... 28

2. Pembuatan Butir Soal ... 29

F. Uji Coba Instrumen ... 33

1. Uji Validitas ... 33

2. Uji Reliabilitas ... 36

3. Pelaksanaan Penelitian ... 38

G. Analisis data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41


(8)

xiii

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Deskripsi Data Penelitian ... 41

2. Pengujian Hipotesis ... 47

B. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 56


(9)

xiv

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Data Subjek Penelitian ... 22

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Makan Bersama ... 28

Tabel 3.3. Butir Soal Pengamatan Keterampilan Makan Bersama ... 29

Tabel 3.4. Daftar Pemberi Judgement ... 33

Tabel 3.5. Hasil Judgement ... 34


(10)

xv

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Skor Pre Test Keterampilan Makan Bersama ... 41

Grafik 4.2. Skor Post Test Keterampilan Makan Bersama ... 43

Grafik 4.3. Peningkatan Keterampilan Makan Bersama ... 45


(11)

xvi

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN


(12)

xvii

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Kisi-Kisi Instrumen ... 56

Butir Penilaian Keterampilan Makan Bersama ... 57

Surat Permohonan Judgement ... 60

Penilaian Validitas ... 61

Instrumen Sebelum di Judgement ... 81

Instrumen Setelah di Judgement ... 85

Hasil Judgement (Uji Validitas) ... 89

Hasil Uji Reliabilitas ... 93

Perhitungan Reliabilitas ... 106

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 114

Perhitungan Pre Test dan Post Test ... 125

Dokumentasi Penelitian ... 130

Surat – Surat Perizinan Penelitian ... 134

Hasil Kerja Siswa ... 140


(13)

1

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makan termasuk salah satu kegiatan rutin sehari-hari (activity daily living). Keterampilan makan sangat diperlukan selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sebagai media bersosialisasi seperti dalam jamuan makan bersama.

Maarcus J Bong menyatakan bahwa, “makan adalah suatu mikrokosmos system

social, makan semeja dengan orang lain adalah suatu penjelmaan wawasan

social.” (carapedia:2015)

Etika makan tentunya akan berbeda antara kebudayaan yang satu dan lainnya, namun terdapat beberapa persamaan yang menjadi dasar dalam etika makan. Adapun etika makan sendiri menurut Pendit (2004:10) yaitu “aturan yang digunakan saat makan dan juga mencakup penggunaan yang tepat dari peralatan alat-alat makan, sikap makan dan tatacara makan itu sendiri”.

Dasar-dasar dalam etika makan ini sebenarnya bisa didapat melalui pembelajaran ADL di lingkungan keluarga sejak kecil. Namun, tidak semua individu mampu melalui tahap pembelajaran ADL dengan semestinya. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena hambatan yang dimiliki sehingga dalam pembelajaran dan ADL memerlukan layanan khusus atau lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan yang harus dipenuhinya, salah satunya anak tunanetra. Tunanetra memiliki hambatan penglihatan yang mengakibatkan informasi yang seharusnya diperoleh sejak kecil melalui citra penglihatan tidak dimilikinya. Hal ini mengakibatkan dalam melakukan ADL, tunanetra membutuhkan teknik alternatif agar dapat melakukan secara efektif hal-hal yang biasanya dilakukan oleh anak pada umumnya.


(14)

2

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu permasalahan yang ditemukan dalam studi pendahuluan melalui pengamatan langsung terhadap beberapa subjek yakni tunanetra kurang terampil dalam menguasai keterampilan makan, terutama saat aktivitas makan bersama. Dalam studi pendahuluan ini penulis lakukan di SLB Negeri A Kota Bandung.

Secara umum tampak hampir semua anak SMPLB yang ikut dalam kegiatan tersebut kurang terampil dalam menggunakan alat-alat makan dan tata cara makan yang dilakukan kurang baik , hal ini ditunjukkan dengan cukup banyaknya makanan yang berceceran dan tersisa dengan kurang rapi di piring, masih banyak pula siswa yang makan dengan suara yang tidak nyaman didengar. Hal ini tidak terlalu masalah bila individu masih di usia sekolah dasar, namun pada kenyataan ia sudah menginjak usia remaja dan penampilannya sudah dapat dinilai oranglain. Padahal dalam aturan makan Pendit (2004:14) menyatakan “memotong makanan jangan sampai terlalu besar karena dapat mengganggu waktu akan mengunyah,

jadi sesuaikan dengan kemampuan mulut yang wajar untuk makan.”

Namun, tidak semua tunanetra memiliki keterampilan makan yang kurang rapi, penulis dapat menemukan pula remaja dengan etika makan yang baik. Setelah peneliti coba kaji lebih jauh, ternyata subjek tersebut mempunyai sisa penglihatan. Sehingga, sejalan dengan pernyataan (Hallahan & Kauffman, 1991)

“Perbedaan perbendaharaan informasi dan konsep ini dipengaruhi faktor dua faktor, yaitu tingkat ketunanetraannya dan usia terjadinya ketunanetraan itu.”

Anak yang berkesempatan memperoleh pengalaman visual sebelum menjadi tunanetra, sejauh tertentu akan dapat memanfaatkannya untuk memahami konsep-konsep baru. Anak yang tunanetra sejak lahir pada umumnya akan lebih bergantung pada indera taktualnya untuk belajar tentang lingkungannya daripada mereka yang ketunanetraannya terjadi kemudian. Demikian pula, anak yang buta total akan lebih bergantung pada indera taktual untuk pengembangan konsepnya daripada mereka yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional (low vision).

Studi kasus di atas menarik bagi penulis karena subjek dari penelitian ini berada di usia remaja dan masih bersekolah. Hal ini menarik dikaji karena di SLBN A terdapat mata pelajaran khusus yaitu activity daily living diantaranya


(15)

3

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang etika makan yang diperoleh sejak kelas persiapan tetapi dari segi keterampilan masih kurang optimal padahal sudah di usia remaja.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam penelitian ini peneliti menerapkan suatu model pembelajaran untuk membantu meningkatkan keterampilan makan pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLB Negeri A Kota Bandung dengan cara mencampurkan siswa low vision (masih memiliki sisa penglihatan) dan siswa yang totally blind dalam sebuah kelompok. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Model cooperative learning, khususnya tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa akan saling mambantu agar teman satu kelompoknya paham terhadap materi yang disampaikan. Di akhir pembelajaran akan diadakan sebuah praktik yang harus dikerjakan secara individual. Pada saat itulah keterampilan dari setiap individu akan membantu menambah skor kelompok, sehingga jika skor kelompok tersebut tinggi maka kelompok tersebut bisa saja menjadi kelompok yang terbaik di kelas itu.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi terhadap keterampilan activity daily living etika dalam makan bersama pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLB Negeri A Kota Bandung, hal ini berkenaan dengan faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan intelegensi anak dengan hambatan penglihatan baik itu totally blind maupun low vision sama halnya dengan kemampuan anak pada umumnya, mulai dari dibawah rata-rata sampai diatas rata-rata hal ini menunjukkan tingkat kebervariasian keterampilan anak, keterampilan melakukan activity daily living tergantung kepada informasi yang diperoleh anak. Bagi low vision atau yang masih memiliki sisa penglihatan maka informasi tersebut masih dapat dicerna sebagai konsep yang utuh, sementara bagi totally blind hambatannya adalah mencerna suatu informasi menjadi konsep yang utuh.


(16)

4

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kemampuan penglihatan yang begitu bervariatif harus diberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kemampuan penglihatan fungsional pada anak low vision dapat dioptimalkan secara baik dalam pembelajaran klasikal activity daily living makan bersama.

3. Penggunaan media pembelajaran yang belum mampu mengakomodir kebervariasian siswa sehingga pembelajaran kurang efektif. Dalam hal ini, perlu ada media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan makan bersama terutama bagi siswa tunenetra total seperti video atau media lain. Dengan adanya media yang mampu menunjang proses pembelajaran maka akan mempermudah proses pembelajaran itu sendiri.

4. Perlu ada pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat mengakomodir kebervariasian siswa dalam mengefektifitaskan pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD karena model ini mengakomodir keberagaman siswa di kelas.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan makan bersama yaitu sisa penglihatan, kegiatan pembelajaran di sekolah dan penggunaan media pembelajaran. Maka agar penelitian tidak terlalu meluas, penulis membatasi masalah pada kegiatan pembelajaran di kelas, terutama dalam model pembelajaran, yaitu pengaruh model cooperative learning terhadap peningkatan keterampilan makan pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLBN A Kota Bandung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah dalam


(17)

5

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cooperative learning terhadap peningkatan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLB Negeri A Kota Bandung?”

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model cooperative terhadap peningkatan keterampilan makan pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLB N Kota Bandung

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui keterampilan makan sebelum diberikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

2) Mengetahui keterampilan makan setelah diberikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

3) Mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan makan anak tunanetra total setelah diberikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

2. Kegunaan dari penelitian ini yaitu :

a. Tataran teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penggunaan model cooperative learning, inovasi terhadap perkembangan keterampilan makan terutama bagi pendidikan anak tunanetra.

b. Tataran praktis: hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi:

1) Pendidik; dapat menjadi kegiatan alternatif yang bisa digunakan ketika menghadapi anak berkebutuhan khusus, dalam hal untuk meningkatkan keterampilan makan bersama.

2) Lembaga; menjadi suatu program yang bisa diterapkan di lembaga, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, karena akan


(18)

6

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terjadinya interaksi antara pendidik dengan peserta didik, dan juga interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lainnya.

3) Peneliti selanjutnya; mengembangkan dan meneliti lebih dalam mengenai metode penelitian, subjek penelitian yang lebih luas atau subjek dengan karakteristik lain serta mengenai variabel penelitian baik variabel bebas yang dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe STAD atau variabel terikat yang dalam penelitian ini adalah keterampilan makan bersama.


(19)

21

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penenlitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri A (SLBN A) kota Bandung yang beralamat di jalan Pajajaran No.50 Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Sekolah tersebut merupakan sekolah bagi tunanetra yang didirikan pada tanggal 24 Juli 1901 oleh Dr. Weshoft. Berdasarkan SK Mentreri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 03/SK/B/II tanggal 13 Maret 1962., bertatus negeri dan berada di bawah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di kelas IX SMPLB pada tahun ajaran 2015-2016

2. Subjek Penelitian a) Populasi Penelitian

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiono, 2012:80). Populasi

pada penelitian ini adalah remaja tunanetra di SLB Negeri A Kota Bandung.

b) Sampel Penelitian

Sugiono (2012:80) mengemukakan pendapatnya mengenai sample,

dimana menurutnya “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Untuk mengambil sampel ada beberapa teknik, yang biasa disebut dengan teknik sampling. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. Menurut Sugiono (2012:84) “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk


(20)

22

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan tipe teknik sampling yang digunakan adalah tipe sampling purposive. “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu” (Sugiono, 2012:85). Pertimbangan yang dilakukan peneliti

ketika memilih sampel adalah klasifikasi usia peserta didik dimana kelas yang murni seluruh peserta didiknya berada di usia remaja untuk tingkat SMP adalah di kelas IX. Pertimbangan lainnya adalah kemampuan peserta didik tanpa hambatan penyerta/ MDVI (Multiple Disabilities with Visual Impairment) sehingga dapat bekerja sama dalam suatu kelompok. Adapun data subjek pada penelitian ini yaitu:

Tabel 3.1

Data Subjek Penelitian

No Nama Usia Jenis Ketunanetraan

1

By 17 Totally blind

2

Ft 17 Low Vision

3

Mv 14 Low Vision

4

An 14 Totally blind

5

Rz 18 Totally blind

6

Zd 15 Totally blind

B. Metode Penelitian

Menurut Sugiono (2012:2) “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmuan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dimana eksperimen yang akan di lakukan dalam penelitian ini adalah

“penggunaan model cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan keterampilan makan bersama bagi remaja


(21)

23

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosnow dan Rosenthal (dalam Sunanto 2005:56) mengemukakan “desain

penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (1) Desain kelompok (group design) dan (2) desain subjek tunggal (single subject design)”. Pada penenlitian ini penulis menggunakan desain

eksperimen pre-experimental dan berbentuk one-group pretest-posttest design. Dengan desain yang berbentuk seperti ini maka peneliti akan memberikan pretest sebelum diberi perlakuan dan setelah itu barulah diberikan posttest.

Suryabrata (2003:101) mengemukakan bahwa “dalam rancangan ini digunakan

satu kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan dalam jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk ke

dua kalinya.” Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Sugiono (2012:74) “hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan

dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.”

Menurut Suryabrata (2003: 102) desain eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

T1 = pretest, untuk mengukur kemampuan subjek sebelum

diberikan perlakuan.

X = perlakuan yang diberikan kepada subjek.

T2 = Posttest, untuk mengukur prestasi setelah diberikan

perlakuan kepada subjek.

T1 – T2 = Perbedaan yang nampak sebagai pengaruh yang

ditimbulkan dari perlakuan (X).

C. Definisi Opersional Variabel Penelitian

Menurut Creswell (2009:76) “variabel merujuk pada karakteristik atau suatu

atribut seorang individu atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang


(22)

24

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : 1. Variabel Independent (variabel bebas).

Menurut Creswell (2009) “merupakan variable-variable yang menyebabkan, mempengaruhi atau berefek pada outcome. Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.” Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa variabel ini merupakan variabel yang memberikan pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independent adalah model cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Model cooperative learning tipe STAD ini model pembelajaran dengan pendekatan berpusat pada siswa. Siswa akan dibagi ke dalam kelompok dalam proses pembelajaran, kemudian di akhir pembelajaran akan dilakukan tes individual berdasarkan apa yang telah dipelajari bersama kelompoknya tadi. Kelebihan model cooperative learning tipe STAD menurut Slavin (2005:143)

“STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan model cooperative learning”. Selain itu, model ini juga paling cocok diterapkan untuk berbagai mata pelajaran seperti matematika, bahasa dan keterampilan.

2. Variabel Dependent (variabel terikat).

Menurut Creswell (2009): “Variabel ini merupakan variable-variable yang bergantung pada variable-variable bebas. Variable-variable ini merupakan outcome atau hasil dari pengaruh variable-variable bebas. Istilah lain untuk

variable terikat adalah variabel output, kriteria, konsekuen.” Dalam penelitian ini,

yang menjadi variabel terikat adalah peningkatan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra kelas IX.


(23)

25

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan menurut kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu.

Fallen dan Umansky (1985:381) menyebutkan bahwa keterampilan dalam makan mencakup:

a. Demonstrates tongue control ( kemampuan mengontrol lidah seperti tidak mengeluarkan bunyi saat mengunyah makanan) .

b. Chew solid food (menelan makanan)

c. Suck liquid through a straw ( cara minum dengan menggunakan sedotan) d. Uses utensils with grips (penggunaan alat-alat makan)

Adapun tahapan penilaian dalam pembelajaran keterampilan makan ini meliputi:

a. Persiapan makan (posisi kursi, sikap duduk, posisi tangan, mengambil makanan ke piring, persiapan makan).

b. Proses makan (memotong makanan, menyuap makanan, mengunyah makanan, makan makanan berkuah, cara minum, penggunaan sendok, penggunaan garpu, penggunaan pisau , penggunaan gelas, penggunaan sedotan, etika berbicara saat makan ).

c. Setelah makan ( kebersihan setelah makan, ketertiban dalam makan).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau

tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi Pendahuluan

Mengadakan studi lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dan mencari informasi yang berkaitan dengan subjek yang akan diteliti. Setelah diketahui dan didapatkan informasi mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan, permasalahan tersebut kemudian dituliskan dalam sebuah proposal penelitian. Proposal penelitian tersebut kemudian dipersentasikan dalam


(24)

26

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebuah seminar proposal. Setelah diseminarkan, proposal tersebut direvisi untuk diajukan menjadi sebuah revisi.

b. Pengurusan Surat Izin Penelitian

1) Pengurusan surat izin dimulasi dari pembuatan surat keputusan pembimbing dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan pengajuan proposal penelitian kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).

2) Surat pengantar dari Direktorat Akademik UPI mengenai permohonan izin penelitian disampaikan kepada Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung yang kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota Bandung.

3) Surat izin mengadakan penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang diajukan kepada SLBN A Kota Bandung.

c. Pembuatan Instrumen Penelitian

d. Melakukan Pengujian Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2013: 224) “teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data“. Data yang diperlukan dalam penenlitian ini adalah data yang

dapat memperlihatkan ada atau tidaknya suatu pengaruh dari model cooperative learning terhadap peningkatan kemampuan etika makan remaja tunanetra. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemberian tes kinerja.

Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik, dengan uji Wilcoxon dikarenakan dalam penelitian ini akan menguji dua buah perbedaan data yang berpasangan. Hal ini diperkuat oleh Susetyo (2010:228) yang

mengatakan bahwa “uji Wilcoxon merupakan metode statistika yang

dipergunakan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan, maka

jumlah sampel datanya selalu sama banyaknya.”

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data yaitu sebagai berikut:


(25)

27

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test c. Menghitung selisih (d) pre-test dan post-test

d. Membuat rank tanpa memperhatikan tandanya, jika terjadi rank kembar, maka dipergunakan rank rata-ratanya.

e. Mengelompokan ranking yang bertanda positif dan negative ke dalam table

f. Menjumlahkan semua rank bertanda positif atau negative

g. Untuk jumlah rank yang didapat, maka jumlah yang paling kecil dari kedua kelompok rank untuk mendapatkan tanda (T)

h. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T pada table nilai kritis dalam uji Wilcoxon.

E. Intrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2013: 102) :

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan istrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Instrumen penenlitian menjadi bagian penting dalam melakukan penelitian karena berfungsi untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penenlitian yaitu melakukan tes kinerja dan observasi proses makan bersama. Menurut Surapranata (2004:19), “Tes adalah sehimpunan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku/atribut) tertentu dari orang yang dites tersebut.”

Adapun langkah-langkah dalam membuat instrumen penelitian adalah: membuat kisi-kisi, penyusunan butir soal, sistem penilaian butir soal, dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.


(26)

28

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar dalam pengembangan instrumen dimana didalamnya merupakan gambaran rencana butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian.

Tabel.3.2

Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Makan Bersama

Variabel Aspek yang

dinilai Indikator Jenis Tes

Keterampilan makan

bersama

a. Persiapan makan

1) Posisi kursi 2) Sikap duduk 3) Posisi tangan

4) Mengambil makanan ke piring 5) Persiapan makan

Kinerja b. Proses 1) Memotong makanan

2) Menyuap makanan 3) Mengunyah makanan 4) Makan makanan berkuah 5) Cara minum

6) Penggunaan sendok 7) Penggunaan garpu 8) Penggunaan pisau 9) Penggunaan gelas 10) Penggunaan sedotan 11) Etika berbicara saat makan

bersama c. Setelah

makan

1) Kebersihan setelah makan 2) Ketertiban dalam makan


(27)

29

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pembuatan butir soal

Pembuatan butir soal merupakan pengembangan dari kisi-kisi yang telah dibuat. Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi.

Tabel.3.3

Butir Soal Pengamatan Keterampilan Makan Bersama

Variabel : Keterampilan makan bersama

Aspek yang

Dinilai Indikator Butir Penilaian

Kriteria Penilaian

Keterangan

3 2 1

Persiapan makan

1. Posisi kursi 1. mengangkat kursi dengan lembut 3= tidak ragu-ragu, jarak

proporsional

2= sedikit ragu atau jarak kurang proporsional 1= ragu-ragu dan jarak kurang proporsional 2. posisi kursi berhadapan lurus dengan meja

3. jarak kursi terhadap meja disesuaikan dengan ukuran badan

2. Sikap duduk 4. tidak bersandar 3= konsisten

2= cukup konsisten 1= kurang konsisten 5. sikap tegak


(28)

30

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. tidak mengangkat 4. Pengantar

sebelum makan

8.merapikan daerah makan 3= baik, tidak sambil

main-main

2= cukup baik 1= kurang baik 9. melakukan doa bersama

10. mengucapkan selamat makan

5. Mengambil makanan ke piring

11. secukupnya, tidak sampai penuh/tumpah 3= melakukan dengan baik sesuai point penilaian

2= melakukan dengan cukup baik sesuai point penilaian 1= melakukan point

penilaian dengan kurang baik 12. tidak berceceran

13. mengambil makanan dari yang terdekat 14. tidak rebutan tetapi bergiliran dengan tertib

dan mempersilakan yang lebih tua untuk mengambil makanan terlebih dahulu. Proses

makan

6. Memotong makanan

15.ukuran ideal

16. tidak keluar dari piring 7. Menyuap

makanan

17. secukupnya, mulut tidak sampai penuh 18. makanan tidak berceceran saat hendak

menyuap dari piring ke mulut 19. tidak tergesa-gesa

8. Mengunyah makanan

20. tidak menimbulkan suara 21. tidak tergesa-gesa 22. tidak berceceran


(29)

31

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. Makan makanan berkuah

23. tidak menimbulkan suara

24. kuah tidak berceceran saat hendak menyuap makanan.

25. tidak meniup makanan bila panas 10. Cara minum 26. bila minuman panas, tidak meniup

minuman tetapi mengaduk perlahan dengan sendok untuk mengurangi temperatura. 27. tidak tergesa-gesa saat minum

28. tidak bersuara 11. Penggunaan

sendok

29. menggunakan tangan kanan

30. tidak digenggam tetapi memegang dengan posisi jari seperti memegang pensil.

31. Tidak mengeluarkan banyak suara saat makan

12. Penggunaan garpu

32. menggunakan tangan kiri

33. tidak digenggam tetapi memegang dengan posisi jari seperti memegang pensil.

34. tidak mengeluarkan banyak suara saat makan

13. Penggunaan pisau makan

35. tidak mengeluarkan banyak suara saat memotong makanan.

36. menggunakan tangan kanan

37. tidak digenggam tetapi memegang dengan posisi jari seperti memegang pensil.


(30)

32

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14. Penggunaan gelas

38. memegang bagian gelas sesuai dengan bentuk gelas. Misal gelas dengan pegangan, yang dipegang adalah bagian pegangan gelas.

39. tidak menimbulkan suara

40. tidak menghembus-kan nafas di dalam gelas 15. Penggunaan

sedotan

41. tidak mengeluarkan suara

16. Etika bicara saat makan

42. selalu berkata tolong dan terimakasih saat meminta dan menerima bantuan.

3= konsisten 2= cukup konsisten 1= kurang konsisten 43.berbicara seperlunya dengan bahasa yang

sopan dan volume suara tidak tinggi 44. tidak mengeluarkan suara yang

mengganggu seperti bersendawa atau mengobrol hal yang tidak perlu. Setelah

makan

17. Kebersihan setelah makan

45. makanan tidak berceceran di sekitar piring 3= melakukan dengan baik sesuai point penilaian

2= melakukan dengan cukup baik sesuai point penilaian 1= melakukan point penilaian dengan kurang 46. tidak meninggalkan noda di pakaian

47. membersihkan sekitar mulut menggunakan tissu

18. Ketertiban dalam makan

48. tidak membuat kegaduhan dari alat makan seperti dengan sengaja membunyikan piring dan sendok dsb.

49. membereskan alat makan dengan baik 50. membaca doa setelah makan


(31)

33

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian ini digunakan, maka peneliti melakukan uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tersebut dapat dijadikan sebagai alat tes. Untuk mengetahui sebuah instrumen penelitian dapat digunakan atau tidak, maka harus memenuhi kriteria yakni

instrumen yang valid. “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiono, 2013 :121).

1. Uji Validitas

Mencari kesesuaian antara alat pengukuran dengan tujuan pengukuran merupakan tujuan dari uji validitas, sehingga suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes tersebut benar-benar mengukur hasil belajar. Untuk mengukur tingkat validitas instrumen peneliti menggunakan expert judgment yaitu penilaian dari para ahli. Dimana penilaan validitas instrumen dilakukan oleh ahli. Berikut adalah nama-nama ahli yang memberikan judgement terhadap instrumen penelitian :

Tabel 3.4

Daftar Pemberi Judgement

No. Nama Jabatan

1. Dr.Juang Sunanto,M.Ed.Ph.d. Dosen Jurusan PKh FIP UPI 2. Reiza Miftah Wirakusuma,

SST.Par., S.I.Kom., M.Sc

Dosen Jurusan MRL FPIPS UPI

3. Drs. Irham Hosni, Dipl, S.Ed Dosen Jurusan PKh FIP UPI

4. Dudung Rustiawan, S.Pd

Kepala Satuan Pendidikan Tingkat SMP di SLBN A Kota Bandung

5. Aan Rohanah, S.Pd Guru KTK dan ADL SLBN


(32)

34

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil judgmen kemudian dihitung dengan menggunakan presentase, dengan rumus :

Keterangan : F : Jumlah cocok

N : Jumlah penilai ahli P : Persentase

Tabel 3.5 Hasil Judgment Indikator No. Butir Soal

Daftar Cheklist Judgement

Hasil Ketera ngan Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Ahli 5

1. Posisi kursi

1. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

2. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

3. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

2. Sikap duduk

4. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

5. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

3. Posisi tangan

6. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

7. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

4. Pengantar sebelum makan

8. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

9. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

10. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

5.Mengambil makanan ke piring

11. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

12. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

13. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

14. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

6. Memotong

makanan 15. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

16. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

P =


(33)

35

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator No. Butir

Soal

Daftar Cheklist Judgement

Hasil Kete-rangan Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Ahli 5

7. Menyuap makanan

17. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

18. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

19. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

8. Mengu-nyah makanan

20. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

21. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

22. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

9. Makan makanan berkuah

23. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

24. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

25. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

10. Cara minum

26. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

27. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

28. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

11. Penggu-naan sendok

29. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

30. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

31. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

12. Penggu-naan garpu

32. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

33. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

34. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

13. Penggu-naan pisau makan

35. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

36. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

37. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

14. Penggu-naan gelas

38. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

39. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid


(34)

36

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15. Penggu-naan sedotan

41. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

Indikator No. Butir

Soal

Daftar Cheklist Judgement

Hasil Kete-rangan Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Ahli 5

16.Etika bicara saat makan

42. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

43. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

44. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

17.Kebersih -an setelah makan

45. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

46. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

47. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

18. Ketertib-an dalam makan

48. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

49. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

50. Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok 100% Valid

Dari perhitungan validitas masing-masing butir soal mendapatkan persentase sebesar 100 %. Dengan demikian maka instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini dapat dikatakan valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Selain valid alat ukur yang baik haruslah reliabel. “Instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama” (Sugiono, 2012:121). Uji reliabilitas dilakukan dengan melakukan uji instrumen kepada siswa-siswi tunanetra yang juga berada dalam kategori usia remaja serta duduk di tingkat menengah di SLBN A Kota Bandung. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha. Penggunaan koefisien alpha dalam uji reliabilitas instrumen ini dikarenakan instrumen yang bersifat gradualisasi (penilaian dengan


(35)

37

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rentang skor). Menurut Arikunto (2005:122): “Proses uji reliabilitas dilakukan dengan cara mengujikan instrumen pada responden, kemudian hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut dianalisis dan dicari varians dari tiap-tiap soal dengan menggunakan rumus berikut ini”:

Keterangan:

= varian yang dicari

∑ = jumlah kuadrat dari suatu item

(∑ = jumlah skor dari setiap item N = jumlah responden

Setelah varians dari setiap soal didapatkan, untuk menghitung besarnya reliabilitas digunakan rumus Koefisien Alpha seperti di bawah ini:

Keterangan:

= reliabilitas yang dicari

∑ = jumlah varians skor tiap–tiap item = Varians total

n = jumlah item soal

Dari hasil perhitungan dengan rumus Koefisien Alpha tersebut, nilai yang diperoleh adalah 0,83, (terlampir) Arikunto (2005:101) mengatakan:

� = ∑� − (∑

� � �

=

− 1 1 −


(36)

38

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria reliabilitas antara 0,00 s.d 0,40 mengandung arti reliabilitas rendah. Kriteria reliabilitas antara 0,41 s.d 0,60 mengandung arti reliabilitas cukup. Kriteria reliabilitas antara 0,61 s.d 0,80 mengandung arti reliabilitas tinggi. Kriteria reliabilitas antara 0,81 s.d 1,00 mengandung arti reliabilitas sangat tinggi.

Jadi, reliabilitas pada penelitian ini termasuk kategori sangat tinggi.

3. Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan Pre Tes

Pre tes dilakukan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam keterampilan makan bersama.

b. Perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan ketarmpilan makan bersama dengan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

c. Implementasi model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

Prosedur-prosedur model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut:

1) Presentasi kelas.

a) Memberikan pengenalan dan pengarahan tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. b) Memberikan penjelasan mengenai keterampilan dasar dalam acara makan bersama.

2) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

Dalam kelompok siswa membahas permasalahan, membandingkan cara dan mengoreksi tiap kesalahan anggota kelompoknya.

3) Tes.

Setelah bekerja dengan kelompoknya siswa diberikan tes praktik yang harus dikerjakan secara individual.

4) Skor kemajuan individual.

Peneliti mencatat skor kemajuan siswa dari hari ke hari. 5) Rekognisi tim.


(37)

39

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Pelaksanaan Post Test

e. Pelaksanaan post test dilakukan setelah treatment dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari treatment yang telah dilaksanakan.

f. Mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian.

G. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif pengolahan data merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilxocon Menurut Sugiono (2012:147);

Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik, dengan uji Wilxocon dikarenakan dalam penelitian ini akan menguji dua buah perbedaan data yang berpasangan.

Hal ini diperkuat oleh Susetyo (2010:228) yang mengatakan bahwa “uji

Wilxocon merupakan metode statistika yang dipergunakan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan, maka jumlah sampel datanya selalu

sama banyaknya.”

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data dengan uji Wilxocon menurut Susetyo (2012:228) adalah sebagai berikut:

a. Memberi harga mutlak pada setiap selisih pasangan data (X-Y). Harga mutlak diberikan dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Harga mutlak terkecil diberi nomor urut atau rangking 1, kemudian selisih yang berikutnya diberikan nomor urut atau rangking 2 dan seterusnya.

b. Setiap selisih pasangan (X-Y) diberikan tanda positif dan negatif. c. Hitunglah jumlah rangking yang bertanda positif dan negatif.

d. Selisih tanda rangking yang terkecil atau sesuai dengan arah hipotesis, diambil sebagai harga mutlak dan diberi huruf J. Harga mutlak yeng terkecil atau J dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji Wilxocon.


(38)

40

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian hipotesis mempergunakan taraf signifikasi (nyata) = 0,05 atau = 0,01. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan harga mutlak J yang dipilih dengan harga J pada taraf nyata tertentu, maka diterima atau ditolak.


(39)

52

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan rumus Wilxocon mengenai pengaruh model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) dalam meningkatkan keterampilan makan bersama, diperoleh hasil bahwa cooperative learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLB Negeri A Kota Bandung terutama dalam hal penggunaan alat-alat makan seperti sendok, garpu, dan pisau makan serta sikap tubuh yang semula hampir semua subjek cenderung membungkuk saat makan menjadi tegak dan rileks.

B. Saran

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra, dari penelitian tersebut maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi, diantaranya:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi guru sebagai alternatif model pembelajaran, sehingga dapat menjadi solusi yang akan digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan anak berkebutuhan khusus, khususnya tunanetra totally blind dalam praktik makan sehari-hari.

Peneliti juga menyarankan kapada guru untuk mencoba menerapkan model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) pada saat kegiatan pembelajaran, karena dengan menerapkan model ini peserta didik akan semakin senang belajar karena dalam model pembelajaran ini akan memunculkan kerjasama dan sikap bersaing secara sehat.


(40)

53

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu, sehingga pihak sekolah dapat melakukan asesmen keterampilan makan dalam activity daily living pada anak tunanetra dan selanjutnya dapat mengembangkan kreativitasnya dalam pelajaran lainnya di SLB Negeri A Kota bandung pada peserta didiknya tidak hanya di tingkat menengah tetapi juga di tingkat dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini meneliti pengaruh model pembelajaran yang diterapkan untuk mempengaruhi keterampilan dalam aktivitas makan bersama. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dan meneliti lebih dalam mengenai variabel penelitian baik variabel bebas yang dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe STAD maupun variabel terikat yang dalam penelitian ini adalah keterampilan makan bersama atau bisa dari segi subjek penelitian yang lebih luas atau subjek dengan karakteristik yang berbeda.


(41)

54

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Atmodjo, Marsum Widjojo. 2005. Banquet Table Manners & Napkin Folding. Yogyakarta: ANDI

Daradjat, Zakiah. Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja. Semarang. 1989.

Dewan Bimbingan Skripsi. (2015). Pedoman Penulisan dan Makalah Untuk Mahasiswa S1. Bandung: Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI.

Fallen & Umansky. (1985). Young Children with Special Needs Secong Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.

Hallahan, D.p. & Kauffman, J.m. (1991). Exceptional Children Introduction to Special Education. Virginia:Prentice hall International, Inc.

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia. Kleinsteuber, Asti. (1997). Table Manners Etiket Makan. Jakarta: PT.

Gramedia

Lewis, Vicky. (2003). Development and Disability Secong Edition. London: Blackwell Publishing

Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: PT.Gramedia

Nawawi, Ahmad. (tanpa tahun). Low vision [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Nawawi, Ahmad., Irham Hosni., dan Didi Tarsidi. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra 1 [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, LB151, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Patricia Souder. 2009. Cara Pandang Lain: Pemuda Penyandang Hendaya Visual dan Tunanetra. Klaten: PT. Intan Sejati

Peer, Lindsay dan Reid, Gavin. 2012. Special Educational Needs. London: SAGE Publication Ltd


(42)

55

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendit, I.N.R. (2004). Table Manner Dining Etiquette dan Etiket dalam Jamuan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sastraningrat, Frans Harsono dan Sumarno. (1984). Ortodidaktik Anak Tunanetra. Jakarta: Percetakan Negara RI

Skjerten, Miriam D. (1999). Introduction to Visual Impairment. Oslo: Department of Special Needs Education, University of Oslo. (Alih Bahasa oleh Didi Tarsidi)

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunanto, D. (tanpa tahun). Anak Dengan Gangguan Penglihatan [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Rafika Aditama

Taniredja, T. et al. (2012). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta

Tarsidi, Didi (2002). Pengantar tentang Ketunanetraan, diterjemahkan untuk melengkapi sumber kepustakaan mata kuliah Ortopedagogik Tunanetra I. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia [UPI]. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Carapedia. (2015). Pengertian Definisi Makan. [Online]. Tersedia: http://carapedia.com/pengertian_definisi_makan_info2187.html. 10 Maret.2015


(1)

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Pelaksanaan Post Test

e. Pelaksanaan post test dilakukan setelah treatment dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari treatment yang telah dilaksanakan.

f. Mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian.

G. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif pengolahan data merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilxocon Menurut Sugiono (2012:147);

Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik, dengan uji Wilxocon dikarenakan dalam penelitian ini akan menguji dua buah perbedaan data yang berpasangan.

Hal ini diperkuat oleh Susetyo (2010:228) yang mengatakan bahwa “uji Wilxocon merupakan metode statistika yang dipergunakan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan, maka jumlah sampel datanya selalu sama banyaknya.”

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data dengan uji Wilxocon menurut Susetyo (2012:228) adalah sebagai berikut:

a. Memberi harga mutlak pada setiap selisih pasangan data (X-Y). Harga mutlak diberikan dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Harga mutlak terkecil diberi nomor urut atau rangking 1, kemudian selisih yang berikutnya diberikan nomor urut atau rangking 2 dan seterusnya.

b. Setiap selisih pasangan (X-Y) diberikan tanda positif dan negatif. c. Hitunglah jumlah rangking yang bertanda positif dan negatif.

d. Selisih tanda rangking yang terkecil atau sesuai dengan arah hipotesis, diambil sebagai harga mutlak dan diberi huruf J. Harga mutlak yeng terkecil atau J dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji Wilxocon.


(2)

40

Pengujian hipotesis mempergunakan taraf signifikasi (nyata) = 0,05 atau = 0,01. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan harga mutlak J yang dipilih dengan harga J pada taraf nyata tertentu, maka diterima atau ditolak.


(3)

52

Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan rumus Wilxocon mengenai pengaruh model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) dalam meningkatkan keterampilan makan bersama, diperoleh hasil bahwa cooperative learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra di kelas IX SMPLB Negeri A Kota Bandung terutama dalam hal penggunaan alat-alat makan seperti sendok, garpu, dan pisau makan serta sikap tubuh yang semula hampir semua subjek cenderung membungkuk saat makan menjadi tegak dan rileks.

B. Saran

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan makan bersama pada remaja tunanetra, dari penelitian tersebut maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi, diantaranya:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi guru sebagai alternatif model pembelajaran, sehingga dapat menjadi solusi yang akan digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan anak berkebutuhan khusus, khususnya tunanetra totally blind dalam praktik makan sehari-hari.

Peneliti juga menyarankan kapada guru untuk mencoba menerapkan model cooperative learning tipe student teams achievement division (STAD) pada saat kegiatan pembelajaran, karena dengan menerapkan model ini peserta didik akan semakin senang belajar karena dalam model pembelajaran ini akan memunculkan kerjasama dan sikap bersaing secara sehat.


(4)

53

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu, sehingga pihak sekolah dapat melakukan asesmen keterampilan makan dalam activity daily living pada anak tunanetra dan selanjutnya dapat mengembangkan kreativitasnya dalam pelajaran lainnya di SLB Negeri A Kota bandung pada peserta didiknya tidak hanya di tingkat menengah tetapi juga di tingkat dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini meneliti pengaruh model pembelajaran yang diterapkan untuk mempengaruhi keterampilan dalam aktivitas makan bersama. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dan meneliti lebih dalam mengenai variabel penelitian baik variabel bebas yang dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe STAD maupun variabel terikat yang dalam penelitian ini adalah keterampilan makan bersama atau bisa dari segi subjek penelitian yang lebih luas atau subjek dengan karakteristik yang berbeda.


(5)

54 Anisya Yurmaniar, 2015

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto, S. (2005). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Atmodjo, Marsum Widjojo. 2005. Banquet Table Manners & Napkin Folding. Yogyakarta: ANDI

Daradjat, Zakiah. Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja. Semarang. 1989.

Dewan Bimbingan Skripsi. (2015). Pedoman Penulisan dan Makalah Untuk Mahasiswa S1. Bandung: Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI.

Fallen & Umansky. (1985). Young Children with Special Needs Secong Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.

Hallahan, D.p. & Kauffman, J.m. (1991). Exceptional Children Introduction to Special Education. Virginia:Prentice hall International, Inc.

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia. Kleinsteuber, Asti. (1997). Table Manners Etiket Makan. Jakarta: PT.

Gramedia

Lewis, Vicky. (2003). Development and Disability Secong Edition. London: Blackwell Publishing

Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: PT.Gramedia

Nawawi, Ahmad. (tanpa tahun). Low vision [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Nawawi, Ahmad., Irham Hosni., dan Didi Tarsidi. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra 1 [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, LB151, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Patricia Souder. 2009. Cara Pandang Lain: Pemuda Penyandang Hendaya Visual dan Tunanetra. Klaten: PT. Intan Sejati

Peer, Lindsay dan Reid, Gavin. 2012. Special Educational Needs. London: SAGE Publication Ltd


(6)

Pendit, I.N.R. (2004). Table Manner Dining Etiquette dan Etiket dalam Jamuan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sastraningrat, Frans Harsono dan Sumarno. (1984). Ortodidaktik Anak Tunanetra. Jakarta: Percetakan Negara RI

Skjerten, Miriam D. (1999). Introduction to Visual Impairment. Oslo: Department of Special Needs Education, University of Oslo. (Alih Bahasa oleh Didi Tarsidi)

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunanto, D. (tanpa tahun). Anak Dengan Gangguan Penglihatan [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Rafika Aditama

Taniredja, T. et al. (2012). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta

Tarsidi, Didi (2002). Pengantar tentang Ketunanetraan, diterjemahkan untuk melengkapi sumber kepustakaan mata kuliah Ortopedagogik Tunanetra I. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia [UPI]. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Carapedia. (2015). Pengertian Definisi Makan. [Online]. Tersedia: http://carapedia.com/pengertian_definisi_makan_info2187.html. 10 Maret.2015