PENINGKATAN PENGENALAN HURUF BRAILLE MELALUI TEKNIK MANGOLD PADA SISWA TUNANETRA TOTALLY BLIND KELAS 9 SMPLB di SLBN A KOTA BANDUNG.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha membimbing agar siswa atau peserta didik mencapai kedewasaan yang mana nantinya agar peserta didik tersebut dapat hidup mandiri dalam menjalankan sehidupan sehari-harinya kelak, hal tersebut sejalan seperti yang dikemukakan dalam UUSPN No.20 tahun 2003 dari buku yang ditulis Sagala (2011:3) bahwa :

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan suatu fondasi yang terpenting di dalam kehidupan sehari-hari, perhatian pemerintah didalam mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membeda-bedakantanpa tekecuali, termasuk pada hal ini adalah anak berkebutuhan khusus (ABK), hal tersebut yang tertuang didalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Warga Negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intlektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Pemerintah sekarang ini memang sudah serius dalam memperhatikan pendidikan baik pendidikan untuk siswa pada umumnya ataupun siswa yang memiliki kebutuhan khusus, salah satu upaya pemerintah didalam memperhatikan pendidikan khususnya bagi siswa yang mengalami hambatan baik memiliki hambatan perkembangan intlegensi, perkembangan fisik, hambatan penglihatan, maupun hambatan emosi. Pemerintah dengan segala


(2)

kebijakannya menyusun agar pendidikan khusus yang diperuntukkan untuk anak berkebutuhan khusus ini dapat mengalami suatu perkembangan kearah yang lebih baik, agar nantinya dapat terciptanya suatu hasil dari pembelajaraan yang telah dilakukan. Pendidikan khusus dilaksanakan dengan dasar anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang sangat berbeda anatara seorang anak dengan anak yang lain, hal tersebut dapat didasarkan dengan hambatan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus tersebut.

Fokus pada pendidikan khusus yaitu seseorang baik itu usia anak-anak, remaja, ataupun dewasa yang memiliki hambatan perkembangan dan pertumbuhan, baik secara permanen ataupun temporer yang dimana hambatan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya fungsi dari suatu anggota badan atau indra atau terbatasnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Pendidikan khusus mendefinisikan seseorang yang mengalami hambatan penglihatan sering disebut tunanetra, tunanetra itu sendiri bukan hanya seseorang yang “buta” akan tetapi seseorang yang mengalami hambatan dalam penglihatan dan kurang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari terutrama dalam belajar, kondisi ini pun dapat dikatakan juga dapat dikatakan “low vison” yang merupakan bagian dari tunanetra.

Pada dasarnya intelegensi, kemampuan bahasa pada tunanetra tidak mengalami hambatan ataupun sama dengan orang pada umumnya, akan tetapi didalam proses pengembangannya diperlukan strategi dan teknik yang berbeda dengan orang pada umumnya, penyebab hal tersebut adalah karena kehilangan fungsi dari indra penglihatan, oleh karena itu tunanetra lebih menekankan pada indra perabaan dan pendengaraan.

Membaca merupakan aktivitas yang sangat kompleks, karena melibatkan kegiatan fisik dan mental. Kegiatan fisik yaitu saat menggunakan organ fisik mata sebagai media sensor lambang-lambang tulisan kemudian


(3)

menginterpretasikan lambang-lambang tulisan tersebut yang melibatkan kegiatan mental (kognitif). Seperti yang dipaparkan oleh Abdurrahman (2012:193)

Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman.

Membaca menjadi suatu keterampilan yang penting untuk mendapatkan informasi, wawasan dan untuk menunjang pembelajaraan, karena menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2012: 200)

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.

Kegiatan membaca dan menulis tunanetra menggunakan huruf braille, di dalam huruf braille fungsi mata digantikan oleh fungsi ujung-ujung jari, huruf braille ini yaitu titik timbul dengan formasi 3 baris 2 kolom, menurut Simon & Huertas, 1998 (dalam Tarsidi 2007) bahwa: Kecepatan rata-rata membaca dari pembaca braille yang terampil adalah 90-115 kata per menit, berbanding 250-300 kata per menit untuk mereka yang membaca secara visual.

Implemantasinya pembelajaraan huruf braille memerlukan perhatian yang serius, hal tersebut dikarenakan huruf braille memiliki simbol-simbol yang sama tetapi mengandung arti yang berbeda, begitupun pada seseorang yang mengalami tunanetra pada usia anak-anak, maupun dewasa, diperlukan suatu teknik yang baik dalam pembelajaraan huruf braille ini, sebagaimana menurut Simon & Huertas, 1998 (dalam Tarsidi 2007) bahwa: (Simon & Huertas, 1998) :


(4)

“Dalam hal membaca braille, "tactile fixation" (rabaan ujung jari) tidak dapat dibandingkan dengan visual fixation, karena membaca taktual

melibatkan koordinasi gerak jari, tangan dan lengan”.

Peneliti menemukan siswa di SLBN A Kota Bandung yang mengalami tunanetra baru, siswa ini mengalami tunanetra total sejak duduk di bangku kelas 6 SD dan belum pernah mendapatkan pembelajaraan huruf braille secara formal, hal tersebut berdampak pada kemampuan membacanya yang mengalami hambatan. Didasari oleh hal tersebut maka timbul keinginan

peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan

kemampuan mengenal huruf braille melalui teknik mangold pada siswa tunanetra Totally Blind kelas 9 SMPLB di SLBN A Kota Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi terhadap kemampuan membaca huruf braille, berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi membaca huruf braille pada siswa tunanetra adalah :

1. Terdapat siswa tunanetra baru di kelas 9 SMPLB di SLBN A Kota

Bandung

2. Kemampuan membaca siswa yang masih lambat, sehingga menjadi

penghambat dalam pembelajaraan

3. Teknik pembelajaraan membaca braille yang masih monoton

4. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca tidak

disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa

5. Kurangnya media pembelajaran, program pembelajaraan yang menarik

dalam melatih kemampuan membaca huruf braille pada siswa, sehingga teknik mangold dapat diterapkan pada siswa tersebut.


(5)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah yang paling terlihat adalah kemampuan Mengenal huruf braille siswa tunanetra totally blind yang masih mengalami hambatan. Agar penelitian tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi pada pengaruh teknik mangold aspek pengenalan huruf braille dengan tujuan mengurangi gerakan mundur, membedakaan huruf braille yang bentuknya hampir sama, yang mana hal tersebut bertujuan pada peningkatan kemampuan membaca permulaan huruf braille.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan maka masalah penelitian ini difokuskan kepada : “Apakah teknik Mangold dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf braille pada siswa totally blind di kelas 9 SMPLB di SLBNA Kota Bandung?.

E. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai teknik Mangoldterhadap meningkatkan kemampuan mengenal huruf braille pada siswa totally blind kelas 9 SMPLB di SLBNA kota Bandung.

2. Kegunaan Penelitian a. Pengembangan Ilmu

Kegunaan dari dilaksanakanya penelitian ini secara teoritis yaitu dapat menambah wawasan di dalam ranah keilmuan khususnya di dalam Pendidikan khusus terutama didalam peningkatan mengenal


(6)

huruf braille pada siswa tunanetra Totally blind dengan menggunakan program mangold.

b. Pengembangan KBM

Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah dengan cara menerapkan teknik mangold ini sebagai bentuk program dalam meningkatkan kemampuan mengenal huruf braille pada siswa tunanetra.

c. Penelitian Lebih Lanjut

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pemberi wawasan pengetahuan tentang pentingnya teknik mangold yang sistematis dan tersusun dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunanetra di sekolah.


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Variabel Penelitian

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Pengenalan huruf braille melalui teknik mangold pada siswa Totally Blind di kelas 9 SMPLB di SLBN A Kota bandung, terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat (target behavior). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik mangold. Sedangkan target behavior pada penelitian ini adalah kemampuan mengenal huruf braille.

Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2008: 38) menyatakan, “secara

teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang

mempunyai „variasi‟ antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.”. Variabel dalam penelitian eksperimen ini adalah teknik mangold dan kemampuan mengenal huruf braille.

1. Definisi Konsep Variabel a. Teknik Mangold

Sugiyono (2008:39) menyatakan “variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibel terikat”.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik mangold. Teknik mangold merupakan pembelajaraan yang memiliki tujuan agar siswa dapat membaca huruf braille dengan sedikit gerakan mundur baik secara vertikal maupun horizontal, menggunakan kemampuan membaca huruf-huruf dengan cepat dan tidak bingung dengan huruf-hurf bayangan cermin (kebalikan) huruf-huruf lain, dan melatih kemampuan taktual siswa dalam mengenal huruf-huruf braille. Teknik mangold ini memiliki beberapa bagian yang terbagi kedalam beberapa pelajaran, akan tetapi di dalam penelitian ini hanya menggunakan beberapa bagian dari pelajarannya yang fokus terhadap bentuk huruf Braille. Teknik mangold ini dibuat untuk


(8)

siswa untuk melatih taktualnya, selain itu di program ini pun dibuat untuk melatih kepekaan pada ujung jari, pada pelaksanaannya teknik mangold dalam bentuk menemukan huruf hal tersebut bertujuan agar siswa tidak

merasa jenuh dalam pelaksanaannya.

b. Kemampuan Mengenal Huruf Braille

“Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain atau

variabel bebas” (Sugiyono 2008:60). Variabel terikat pada penelitian ini adalah peningkatan pengengenal huruf braille. kemampuan mengenal huruf braille ini merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh tunanetra sebagai pengganti dari fungsi indra penglihatan yang digantikan dengan indra perabaan.

Membaca menjadi suatu keterampilan yang penting untuk mendapatkan informasi, wawasan dan untuk menunjang pembelajaraan, karena menurut Lerner ( Abdurrahman, 2012: 200)

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.

Peningkatan subjek dalam mengenal huruf braille, dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan, yaitu dengan memberikan instruksi kepada siswa untuk membaca huruf Braille Adapun tahap pemberian tes adalah:

1) Sebelum siswa diberikan intervensi, untuk mengetahui kemampuan

awal siswa dalam mengenal huruf Braille, siswa diinstruksikan untuk membedakan huruf Braille, mencari huruf yang sama di


(9)

dalam satu baris yang terdiri dari beberapa huruf Braille, dan menemukan huruf yang berbeda di dalam satu baris huruf Braille.

2) Saat diberikan intervensi, berfungsi untuk melihat pencapaian

kemampuan mengenal huruf braille siswa selama proses membaca dengan menggunakan teknik mangold

3) Setelah diberikan intervensi, yang berfungsi untuk melihat hasil

akhir setelah melaksanakan program mengold terhadap

peningkatan kemampuan mengenal huruf braille.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuatitatif. Sugiyono (2008:6) mengemukakan

bahwa “metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan tertentu)”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen mengggunakan rancangan Single Subject Research (SSR) karena yang diteliti adalah subjek tunggal. Pada metode SSR ini yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang diberikan pada satu subjek. Rosnow dan Rosenthal (Sunanto 2006 : 56) mengemukakan :

Desain penelitian eksperimen secara garis besar dibedakan menjadi dua kelompok yaitu desain kelompok (group design) dan desain subjek tunggal (Single Subject Design). Desain kelompok memfokuskan pada data yang berasal dari kelompok individu, sedangkan desain subjek tunggal (Single Subject Design) memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian.

Penelitian ini menggunakan desain A-B-A. Desain A-B-A terdapat tiga tahapan yaitu : Baseline-1 1), Intervensi (B), Baseline-2 2). Baseline-1 (A-1) merupakan kemampuan dasar, yaitu kemampuan awal siswa tunanetra dalam membaca huruf braille. Subjek diamati, sehingga dalam kondisi kemampuan awal subjek tersebut dapat diambil datanya dengan tidak ada rekayasa. Pengamatan dan


(10)

0 50 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 dst.

Sk o r K em a m pua n M eng ena l Ba ng un D a ta r

Sesi (hari)

A -1

B A

-2

sudah didapat berupa kemampuan dasar subjek mengenal huruf braille, B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa program pembelajaraan mangold, subjek di instruksikan menelusur huruf-huruf braille yang letaknya saling berdempetan, hal tersebut dilakukan agar subjek dapat membedakan huruf braille dan tidak terbalik dalam membaca huruf braille, selain itu intervensi ini pun dilakukan untuk mengurangi gerakan mundur pada saat membaca huruf braille. Setelah intervensi, subjek diberikan evaluasi berupa tes. Tes ini mencakup beberapa aspek, yaitu membedakan bentuk huruf yang menyerupai, mencari huruf yang sama di dalam satu baris yang terdiri dari beberapa huruf Braille, dan menemukan huruf yang berbeda di dalam satu baris huruf Braille.

Baseline-2 (A-2) yaitu pengamatan kembali terhadap kemampuan mengenal huruf braille pada siswa tunanetra. Setelah pengukuran pada kondisi intervensi selesai, dilakukan pengukuran pada kondisi baseline kedua. Baseline kedua (A-2) ini dilakukan sebagai kontrol kondisi intervensi untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari variabel bebas. Hal ini juga dapat menjadi evaluasi sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan terhadap subjek.

Adapun grafik perkembangan yang digunakan dalam mengolah data yaitu gambar grafik desain A-B-A. Tampilan grafik yang akan nampak pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :


(11)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang, yakni siswa kelas 9 SMPLB di SLBN A Kota Bandung. Adapun data subjek sebagai berikut :

Nama : IF

Tempat, tanggal lahir : Sumedang 5 Juni 1998

Alamat : Jln. Tanjung sari Ds.Cinanjung

Umur : 15 Tahun

Sekolah : SLBN A Kota Bandung

Kelas : 9 SMPLB

Subjek pada penelitian ini adalah seorang siswi tunanetra kelas 9 SMPLB berinisial IF, IF merupakan siswi yang mengalami penurunan fungsi penglihatan, pada awalnya IF masih punya sisa penglihatan (low vision), IF mengalami tunanerta totally blind pada saat usia 11 karena penurunan fungsi penglihatan yang disebabkan glukoma, kemampuan membaca IF sebetulnya sudah mampu mengenal bentuk huruf braille namun ketika diberi suatu bacaan IF belum lancar dalam membaca huruf braille sehingga hal tersebut menjadi suatu hambatan dalam membaca terlebih lagi jika pada saat ujian, hal tersebut sangat menghambat IF, pada saat membaca IF terkesan mengeja bacaan dan sering tertukarnya huruf pada saat membaca huruf braile tersebut sehingga IF menjadi lambat ketika membaca, selain itu pun IF mengaku belum pernah mendapatkan suatu pembelajaraan sacara khusus untuk melatih kemampuan membaca braille sehingga pada saat pembelajaraan IF sering mengalami hambatan dalam membaca huruf braille, setelah dilakukan asesmen ditemukan bahwa permasalahan IF dalam membaca huruf braille adalah sering tertukarnya bentuk huruf atau reversal sehingga menghambat ketepatan membaca IF.


(12)

2. Lokasi Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April tahun 2014 di SLBN A Kota Bandung yang berlamat di Jalan Pajajaran no.50 Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, penelitian dilaksanakan pada salah satu siswa kelas 9 SMPLB.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah sebagai alat untuk pengumpulan data-data yang nyata dilingkungan. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian (Arikunto, 2002:194). Test dalam penelitian ini dilakukan pada setiap sesi, dan sesi ini dilakukan setiap kali pertemuan dihitung sebagai satu sesi. Baseline A-1, Intervensi B, dan baseline A-2, yang kemudian data baseline A-1 dengan baseline A-2 dibandingkan, jika terjadi selisih dimana nilai data baseline A-2 lebih besar dari baseline A-1, hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh dari intervensi yang telah diberikan, bentuk intervensinya adalah siswa diperintahkan untuk menelusur huruf braille yang bentuknya menyerupai, kemudian siswa diperintahkan menelusur barisan huruf braille yang berbeda dalam satu baris dan menemukan huruf yang sama, dan menelusur huruf braille yang sama dalam satu baris kemudian menemukan huruf yang sama dalam baris tersebut.

Skoring yang dilakukan dimana setiap membaca yang siswa jawab benar dan dijawab salah akan diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes tersebut. Data yang telah diperoleh dicatat kemudian masing-masing komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase peningkatan kemampuan mengenal huruf braille dapat dihitung sebagai berikut:

Persentase =

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan selama menyusun intrumen penelitian :


(13)

1. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan intrumen dan sesuai dengan dengan kemampuan awal siswa yang sebelumnya sudah dilakukan asesmen terlebih dahulu kepada siswa

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

NO Variabel Indikator

1. Membaca

Huruf Braille

a. Membedakan huruf Braille yang bentuknya

menyerupai

b. Menemukan huruf Braille yang sama dalam satu

baris

c. Menemukan huruf Braille yang berbeda dalam satu


(14)

BUTIR SOAL KEMAMPUAN PENGENALAN HURUF BRAILLE

Tabel 3.2 Butir Soal Penegenalan Huruf Braille

Variabel Indikator Butir soal SKOR

Membaca Huruf Braille

1.1

Membedakan

huruf Braille

yang bentuknya menyerupai

Telusurilah huruf-huruf berikut ini !

d f

f d

f h

d h

h d

h j

j h

e i

i e

m p

p m

n q

q n

o x

x o

r w

w r

s t

t s

u v


(15)

1.2 Menemukan

huruf Braille

yang sama

dalam satu baris

1.3 Menemukan

huruf Braille

yang berbeda

dalam satu baris

Hitunglah huruf yang sama dalam baris berikut ini !

1.

dfghjdklodbnmdcxz

2.

rtfyufdsafzxcfbnvfmn

3.

gfdehyuihnhbvhpohq

4.

njkbvjcxzjhgfjytrjrew

5.

rtyunbvcemkopezxle

6.

koplmniarfwqihji

7.

kjhgmpoiumtrewmasdmxcvbm

8.

cvzxpkmplkhgpasdpqwerp

9.

ertyqplkoqnmbqcxfdqszq

10.

mxcxnkjlndsanpoinuytnqen

11.

qwerosdaofgholkonvo

12.

mnbxopuixtyrxlkjx

13.

rweqartgyhrujioprvcxzr

14.

ertwqasdwtghwoplwzxcwbnmw

15.

rtyswqesazxsfvghsyhujs

16.

ijnuyhgurfdewuazxcuvgu

17.

zxcasdvgbhnfrtvuiopvwev

18.

qwerotyuipoasdfgohjklozxcvo

Hitunglah huruf yang berbeda dalam baris ini !

1.

dhdddfdddddfddddhddhddfdhddf

2.

ffffdfffdffhfffhdffffffhffffdffffdffh

3.

hhhhfhhhdhhhhfhhhdfhhhdfhhhfd

4.

jjhjjfhjjjhjjdhjjfjjjfjjjfjjfjjjdjjjhjj

5.

iiieiiiieiiiaiiiieiiiibiiiiiaiiiiieeii


(16)

6.

mmppmnmmnppmnmnmnppnm

7.

nnnqqnmnqmqmqnnnnnqmmnq

8.

xxnxorxxrooxxxxxoxxrxxroxxro

9.

wwwrowwwrwwowwwworwww

10.

sssstsstnsssstssssntsssssntssssss

11.

uuuuvuuvkuuvkuuvkvuuuuuvuk

12.

rrrrrsrrrorsrrrrstrrrrrsrrrrrrtsrrrrrr

2. Penyusunan Program Pembelajaran membaca permulaan

Pembuatan program pembelajaran membaca, ini akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan intervensi dalam pembelajaran membaca pada peserta didik. Program intervensi yang telah dibuat tercantum dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan menjadi acuan atau pedoman pada saat pelaksanaan intervensi yang dilaksanakan peneliti.

3. Pembuatan Butir Soal

Pembuatan butir soal ini disesuaikan dengan kisi-kisi instrument soal. Tujuan tersebut dibuatlah menjadi 50 (lima puluh) butir soal. (terlampir)

4. Sistem Penilaian butir soal

setelah proses pembuatan butir soal ditentukan, selanjutnya dibuat suatu penilaian terhadap butir soal. Penilaian digunakan untuk menentukan skor pada tahap Baseline-1 (A-1), Intervensi dan Baseline-2 (A-2). Penilaian butir soal dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika jawaban siswa benar dan jika jawaban siswa salah maka diberikan nilai 0


(17)

Tabel 3.3 Penilain Butir Soal

No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Butir Soal

1. Membedakan huruf Braille

yang bentuknya menyerupai

1 : jika siswa mampu membedakan bentuk huruf yang bentuknya menyerupai dan jawaban benar

0: Jika siswa tidak mampu membedakan bentuk huruf yang bentuknya menyerupai

1 sd 20

2. Menemukan huruf Braille

yang sama dalam satu baris

1 : jika siswa mampu menemukan dan menghitung jumlah huruf yang sama dalam satu baris dan jawaban sesuai

0: jika siswa tidak mampu menemukan dan menghitung jumlah huruf yang sama di

dalam satu baris, dan

jawaban tidak sesuai

21 sd 38

3. Menemukan huruf Braille

yang berbeda dalam satu baris

1 : jika siswa mampu menemukan dan menghitung jumlah huruf yang berbeda dalam satu baris dan jawaban sesuai

0: jika siswa tidak mampu menemukan dan menghitung jumlah huruf yang berbeda di dalam satu baris, dan jawaban tidak sesuai


(18)

E. Uji Coba Instrumen 1. Judgement

Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu kiranya melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk menetahu layak atau tidaknya instrumen tersebut dijadikan sebagai alat tes. Data hasil uji coba selanjutnya diolah dan dianalisis,selain itu uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan setiap soal berdasarkan para ahli.

Proses judgement ini kelayakan pengumpul alat data dapat digunakan sebagaimana mestinya. Guna mengetahui ketepatan instrumen mengenai mengenal huruf braille ,maka digunakan validitas isi dengan teknik penilaian ahli. Validitas dengan teknik penilaian ahli dilakuan untuk menentukan apakah instrumen yang dibuat sesuai dengan tujuan pengajaran dan sasaran yang akan dinilai.

Tabel 3.3

Daftar Para Ahli untuk Expert-Judgement Instrumen

No Nama Jabatan

1. Dr. Ehan, M.Pd Dosen PKh FIP UPI

2. Drs. Ahmad Nawawi, M.Pd Dosen PKh FIP UPI

3. Idah Faridah, S.Pd Guru SLBN A Kota Bandung

Hasil expert judgement dikatakan valid jika perolehan skornya diatas 50%.

Adapun perhitungannya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : P : Presentase F : Jumlah cocok N : Jumlah penilai ahli


(19)

Tabel 3.4 Hasil Judgement

Indikator No.

Item

Daftar cheklis Judgement Keterangan

Ahmad Ehan Idah

Membedakan

huruf Braille

yang bentuknya menyerupai

1 100 %

2 100 %

3 100 %

4 100 % 5 100 %

6 100 %

7 100 %

8 100 %

9 100 % 10 100 %

11 100 %

12 100 %

13 100 % 14 100 % 15 100 % 16 100 %

17 100 %

18 100 %

19 100 % 20 100 % Menemukan huruf Braille yang sama dalam satu baris 21 100 %

22 100 %

23 100 %

24 100 % 25 100 %


(20)

27 100 %

28 100 %

29 100 %

30 100 %

31 100 %

32 100 % 33 100 % 34 100 %

35 100 %

36 100 %

37 100 %

38 100 % Menemukan huruf Braille yang berbeda dalam satu baris 39 100 %

40 100 %

41 100 %

42 100 %

43 100 % 44 100 %

45 100 %

46 100 %

47 100 % 48 100 % 49 100 % 50 100 %

Berdasarkan hasil Judgement yang telah dilakukan, setiap soal memiliki validitas isi : P = = P = = 100 % Dari hasil perolehan data diatas maka diketahui bahwa instrument layak digunakan, artinya penelitian tidak perlu melakukan revisi soal tes.


(21)

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat menunjukan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan membacapada siswa tunanetra melalui program pembelajaraan mangold. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kemampuan membacahuruf Braille sebelum dan sesudah diberi perlakuan (intervensi) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap target behavior.

Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan pemberian tes tulisan, tes tulisan yang diberikan mencangkup beberapa aspek, yaitu membedakan bentuk huruf Braille yang menyerupai, mencari huruf yang sama di dalam satu baris yang terdiri dari beberapa huruf Braille, dan menemukan huruf yang berbeda di dalam satu baris huruf Braille.

Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan

kemampuan membacahuruf braille sebelum dan setelah diberi perlakuan (intervensi).

Tes ini akan diberikan melalui tiga fase, masing-masing fase tersebut adalah baseline–1

(A-1) dimana peneliti ingin mengetahui kemampuan awal terhadap peserta didik yang diteliti, kemudian fase intervensi (B), fase ini untuk mengetahui kemampuan membacapeserta didik yang diteliti selama mendapatkan perlakuan, dan fase terakhir adalah baseline-2 (A-2) untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang diteliti setelah mendapatkan perlakuan.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kemampuan membaca huruf braille sebelum dan sesudah diberi perlakuan (intervensi) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap target behavior.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik. Persentase ini dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi jumlah soal keseluruhan kemudian dikalikan seratus.


(22)

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen sebagai berikut:

1. Panjang Kondisi

Banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyakanya sesi dalam kondisi tersebut.

2. Estimasi Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

3. Tingkat Stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat dihitung dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

Adapun langkah untuk penentuan kecenderungan stabilitas diantaranya :

a. Menentukan rentang stabilitas dengan rumus :

Rentang stabilitas = Skot tertinggi x Kriteria stabilitas

b. Menentukan Mean Level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada

pada kordinat dibagi banyak data

c. Menenyukan batas atas dengan rumusan :

Batas atas = mean Level + (0,5 rentang stabilitas)

d. Menghitung persentase stabilitas (PS) dengan rumus

Keterangan :

PS : Persentase Stabilitas

BR : Banyak Data Poin dalam Rentang BP : Banyak data Poin


(23)

4. Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukan besarnya perubahan data antara dua data.Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

5. Jejak data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data yang lainnya ke dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, atau mendatar.

6. Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat perubahan level (level change).

Adapun analisis antarkondisi meliputi komponen sebagai berikut:

1. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.

2. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dengan intervensi

3. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan kestabilan perubahan dari sederetan data.

4. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah

5. Data Overlap

“Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan

dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.”(Sunanto, 2006:73).

menentukan data overlap pada kondisi baseline dengan intervensi yang dilakukan dengan cara:

a) Melihat kembali batas bawah dan atas pada rentang kondisi.

b) Menghitung terdapat berapa data point pada kondisi intervensi yang


(24)

c) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi kemudian dikalikan 100 Semakin kecil presentase overlap semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behaviour.

Penggunaan analisis dengan menggunakan grafik dimaksudkan agar data yang digambarkan menjadi lebih jelas dan terukur. Menurut Sunanto (2006:30) komponen-komponen yang penting dalam membuat grafik diantaranya:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan/ waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal).

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variable terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, durasi).

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, dan 75%)

5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya base line atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi lainnya, biasanya dalam bentukgaris putus-putus. 7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera


(25)

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan di Sekolah Luar Biasa. Jakarta

Mangold, Sally (1980). Cuplikan-cuplikan dari program pengembangan persepsi taktual dan pengenalan braille Mangold. Jakarta : Badan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Muhammad, J.A.K. (2008).Spesial Education For Spesial Children. Jakarta : PT Mizan Publika

Ngadu, S. (2012). Pengaruh Tekhnik Mangold Terhadap Kemampuan Membaca Tulisan Braille Anak Tunanetra Kelas 1 Tingkat SDLB di SLBN A Kota Bandung. Skripsi S1 Pendidikan Khusus UPI, Bandung.

Nur’aeni (2010). Kemampuan Mengenali Tulisan Huruf Braille Melalui Teknik Pembelajaraan Mangold Bagi Siswa Tunanetra di Kelas Persiapan SLBN A Kota Bandung Skripsi S1 Pendidikan Khusus UPI, Bandung.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Somantri,T.S (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT.Refika Aditama.

Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunanto, J. Takeuchi, K. Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Tarsidi, D. (2007).Keterampilan Membaca Pada Pengguna braille. [Online] Tersedia :

http://www.d-tarsidi.blogspot.com/2007/11/keterampilan-membaca-pada-pengguna-braille.html, [Diakses pada tanggal 16 September 2013].

---. (2009).Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaraan Bahasa. [Online]

Tersedia : http://www.d-tarsidi.blogspot.com/2009/12.


(26)

(1)

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat menunjukan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan membacapada siswa tunanetra melalui program pembelajaraan mangold. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kemampuan membacahuruf Braille sebelum dan sesudah diberi perlakuan (intervensi) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap target behavior.

Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan pemberian tes tulisan, tes tulisan yang diberikan mencangkup beberapa aspek, yaitu membedakan bentuk huruf Braille yang menyerupai, mencari huruf yang sama di dalam satu baris yang terdiri dari beberapa huruf Braille, dan menemukan huruf yang berbeda di dalam satu baris huruf Braille.

Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan membacahuruf braille sebelum dan setelah diberi perlakuan (intervensi). Tes ini akan diberikan melalui tiga fase, masing-masing fase tersebut adalah baseline–1 (A-1) dimana peneliti ingin mengetahui kemampuan awal terhadap peserta didik yang diteliti, kemudian fase intervensi (B), fase ini untuk mengetahui kemampuan membacapeserta didik yang diteliti selama mendapatkan perlakuan, dan fase terakhir adalah baseline-2 (A-2) untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang diteliti setelah mendapatkan perlakuan.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kemampuan membaca huruf braille sebelum dan sesudah diberi perlakuan (intervensi) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap target behavior.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik. Persentase ini dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi jumlah soal keseluruhan kemudian dikalikan seratus.


(2)

Idhar Yunizar, 2014

Peningkatan Pengenalan Huruf Braille Melalui Teknik Mangold Pada Siswa Tunanetra Totally Blind Kelas 9 Smplb Di SLBN A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen sebagai berikut:

1. Panjang Kondisi

Banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyakanya sesi dalam kondisi tersebut.

2. Estimasi Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

3. Tingkat Stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat dihitung dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

Adapun langkah untuk penentuan kecenderungan stabilitas diantaranya : a. Menentukan rentang stabilitas dengan rumus :

Rentang stabilitas = Skot tertinggi x Kriteria stabilitas

b. Menentukan Mean Level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada kordinat dibagi banyak data

c. Menenyukan batas atas dengan rumusan :

Batas atas = mean Level + (0,5 rentang stabilitas) d. Menghitung persentase stabilitas (PS) dengan rumus

Keterangan :

PS : Persentase Stabilitas

BR : Banyak Data Poin dalam Rentang BP : Banyak data Poin


(3)

4. Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukan besarnya perubahan data antara dua data.Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

5. Jejak data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data yang lainnya ke dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, atau mendatar. 6. Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat perubahan level (level change).

Adapun analisis antarkondisi meliputi komponen sebagai berikut: 1. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. 2. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dengan intervensi

3. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan kestabilan perubahan dari sederetan data. 4. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah 5. Data Overlap

“Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan

dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.”(Sunanto, 2006:73).

menentukan data overlap pada kondisi baseline dengan intervensi yang dilakukan dengan cara:

a) Melihat kembali batas bawah dan atas pada rentang kondisi.

b) Menghitung terdapat berapa data point pada kondisi intervensi yang berada pada rentang kondisi.


(4)

Idhar Yunizar, 2014

Peningkatan Pengenalan Huruf Braille Melalui Teknik Mangold Pada Siswa Tunanetra Totally Blind Kelas 9 Smplb Di SLBN A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi kemudian dikalikan 100 Semakin kecil presentase overlap semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behaviour.

Penggunaan analisis dengan menggunakan grafik dimaksudkan agar data yang digambarkan menjadi lebih jelas dan terukur. Menurut Sunanto (2006:30) komponen-komponen yang penting dalam membuat grafik diantaranya:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan/ waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal).

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variable terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, durasi).

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, dan 75%)

5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya base line atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi lainnya, biasanya dalam bentukgaris putus-putus. 7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera


(5)

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan di Sekolah Luar Biasa. Jakarta

Mangold, Sally (1980). Cuplikan-cuplikan dari program pengembangan persepsi taktual dan pengenalan braille Mangold. Jakarta : Badan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Muhammad, J.A.K. (2008).Spesial Education For Spesial Children. Jakarta : PT Mizan Publika

Ngadu, S. (2012). Pengaruh Tekhnik Mangold Terhadap Kemampuan Membaca Tulisan Braille Anak Tunanetra Kelas 1 Tingkat SDLB di SLBN A Kota Bandung. Skripsi S1 Pendidikan Khusus UPI, Bandung.

Nur’aeni (2010). Kemampuan Mengenali Tulisan Huruf Braille Melalui Teknik

Pembelajaraan Mangold Bagi Siswa Tunanetra di Kelas Persiapan SLBN A Kota Bandung Skripsi S1 Pendidikan Khusus UPI, Bandung.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Somantri,T.S (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT.Refika Aditama.

Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunanto, J. Takeuchi, K. Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Tarsidi, D. (2007).Keterampilan Membaca Pada Pengguna braille. [Online] Tersedia :

http://www.d-tarsidi.blogspot.com/2007/11/keterampilan-membaca-pada-pengguna-braille.html, [Diakses pada tanggal 16 September 2013].

---. (2009).Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaraan Bahasa. [Online] Tersedia : http://www.d-tarsidi.blogspot.com/2009/12.


(6)

Idhar Yunizar, 2014

Peningkatan Pengenalan Huruf Braille Melalui Teknik Mangold Pada Siswa Tunanetra Totally Blind Kelas 9 Smplb Di SLBN A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tim Redaksi Wikrama Waskitha. (2003). Seri Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia 2003 Bagian II. Jakarta: PT Wikrama Waskitha


Dokumen yang terkait

Pembangunan Sistem Pengenalan Huruf Braille Interaktif Berbasis Mobile Di SLBN A Citeureup

1 17 36

PENGARUH PENGGUNAAN PROGRAM MANGOLD DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA TOTALLY BLIND KELAS II SDLB DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.

1 14 42

PERILAKU HETEROSEKSUAL SISWA TUNANETRA PADA MASA REMAJA SMPLB-SMALB DI SLBN A CITEUREUP KOTA CIMAHI (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Tunanetra Remaja di SLBN A Citeureup).

8 17 37

PENGARUH METODE GILLINGHAM TERHADAP KEMAMPUAN MENGENALI TULISAN HURUF ARAB BRAILLE PADA SISWA TUNANETRA KELAS III SDLB DI SLBN-A BANDUNG : Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas III SDLB di SLBN – A Bandung.

0 1 29

PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA TUNANETRA (Studi Deskriptif di SLBN A Kota Bandung).

0 2 31

PEMBELAJARAN MENULIS BRAILLE DENGAN REGLET PADA ANAK TUNANETRA KELAS I SD DI SLBN A BANDUNG.

0 2 27

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN HURUF BRAILLE MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA TUNANETRA KELAS I DI SLB A YPTN MATARAM.

4 24 219

IMPLEMENTASI HURUF BRAILLE DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN PADA SISWA TUNANETRA DI KELAS VII SMPLB/ A YPAB SURABAYA.

0 1 132

PENGARUH PENGGUNAAN PROGRAM MANGOLD DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA TOTALLY BLIND KELAS II SDLB DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG - repository UPI S PLB 0908943 Title

0 0 3

PERILAKU HETEROSEKSUAL SISWA TUNANETRA PADA MASA REMAJA SMPLB-SMALB DI SLBN A CITEUREUP KOTA CIMAHI (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Tunanetra Remaja di SLBN A Citeureup) - repository UPI S PLB 1003067 Title

0 0 3