PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN TOLAK PELURU YANG DIMODIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMAN 1 Parongpong.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Masalah ... 11

F. Definisi Operasional ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 14

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 17

C. Media Pembelajaran ... 20

D. Pembelajaran Tolak Peluru Melalui Pendekatan Pendidikan Jasmani ... 27

E. Anggapan Dasar ... 36


(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 41

C. Alur Penelitian ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 53

B. Prasyarat Analisis Data ... 54

C. Pengujian Hipotesis... 57

D. Diskusi Penemuan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 66


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sample Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku Tes Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kotrol ... 53

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kotrol ... 54

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas Liliefors Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1a Macam-Macam Warna Peluru Sesungguhnya ... 24

Gambar 2.1b Macam-Macam Peluru yang dimodifikasi ... 25

Gambar 2.2 Macam-Macam Cara Memegang Peluru ... 30

Gambar 2.3 Gerakan Dalam Melakukan Tolakan Peluru ... 32

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttes Control Group ... 41

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 42


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,


(6)

kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman

Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalaman– pengalaman gerak lewat aktivitas jasmani. Dengan aktivitas jasmani ini diharpkan akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Sehingga keterampilan dan perkembangan lainnya yang bersifat jasmaniah sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani,siswa disosialisaikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Tidak mengherankan apabila banyak pakar yang


(7)

meyakini dan mengatakan bahwa penndidikan jasmani merupakan bagian dari pendidkan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.

Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru belum memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran, melainkan hanya menggunakan berbicara dan kapur tulis, sementara materi-materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktek di lapangan. Pada Kenyataannya praktek dilapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien.

Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media maupun alat bantu pembelajaran. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu pembelajaran informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu tersebut dan kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehinggahanya bermodalkan berbicara dan kapur tulis. Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi Penjas yang efeknya dapat mengkondisikan siswa dalam situasi Duduk Diam Catat Hafal. Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan pengajaran Penjas yang


(8)

sangat kompleks yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping itu, hal ini tentu bertentangan dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak anaknya tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah-masalah sehari-hari yang kontekstual.

Salah satu tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai cita-cita yang mulia tersebut, maka sangat diperlukan pembangunan dalam bidang pendidikan. Di dalam dunia pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan satu mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal tersebut juga sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabus yang ada. Dan hal tesebut merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa sekolah mempunyai kewengan mengebangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silabusnya.

Adapun standar kompetensi dari materi tolak peluru ini adalah mempraktekan berbagai keterampilan permainan olahraga dengan teknik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dan juga kompetensi dasar dari materi ini adalah mempraktekan ketrempilan teknik salah satu nomor atletik tolak peluru dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kerja keras dan


(9)

percaya. Atletik adalah aktivitas jasmani yang kompetitif/dapat diadu, meliputi beberapa lomba-lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti: berjalan, berlari, melompat, dan melempar, (PASI, 1993:1). Selain itu dalam kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan, diantaranya adalah nomor lari, jalan, nomor lompat dan nomor lempar. Tolak peluru adalah olahraga dengan menolakkan peluru (alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi, atau kuningan), (PASI, 2003:60). Beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram, garis tengah peluru putra 110-130 mm sedangkan peluru putri bergaris tengah 95-110 mm.

Terdapat banyak kendala dan hambatan agar atletik disukai dan disenangi oleh siswa, bahkan bisa dijadikan ajang prestasi pada salah satu nomor lomba di tingkat pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemui di lapangan antara lain adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan atletik yang memmadai. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan atletik standar yang harganya relatif mahal dan sulit dijangkau oleh anggaran sekolahnya. Masalah lainnya adalah kemampuan guru penjas dalam menyajikan Proses Belajar Mengajar (PBM) atletik yang lebih menekankan pada penguasaan teknik dan berorientasi kepada hasil atau prestasi siswa pada setiap nomor atletik. Dengan demikian unsur bermain dan kesenangan siswa menjadi kurang diperhatikan. Untuk itu, kreatifitas guru penjas perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan dengan berbagai memodifikasi peralatan atletik. Barang-barang bekas atau bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan sekolah


(10)

atau rumah siswa yang mudah di dapat masih bisa digunakan atau dibuat bahkan relatif murah bila harus dibeli. Dengan demikian kita mencoba mengubah atau mengembangkan pola pikir kita sebagai guru penjas dalam PBM atletik: dari berorientasi prestasi berubah kepada orientasi PBM atletik bernuansa bermain, dari ketergantungan pada penggunaan alat standar, menjadi pemanfaatan alat-alat yang dimodifikasi.

Sarana prasarana merupakan salah satu bagian strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya.

Salah satu bentuk sarana dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini sangat penting dalam proses pembelajaran guna mencapai target-target tujuan pembelajaran. Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Association for Education Communication Technology mengartikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Menurut National Education Association media merupakan segala hal yang dapat dimanipulasi (modifikasi), dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta pirantinya untuk kegiatan tersebut. Juliantine (2010: 67) secara umum menyatakan bahwa media sering juga disebut perangkat lunak atau


(11)

materi, maksudnya adalah segala hal yang memuat pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu.

Khusus mengenai media yang termasuk bahan atau peralatan, pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam lima kategori, Gerlach & Ely yang dikutip oleh Rustaman (2003: 139) adalah sebagai berikut:

a. Real material and person (transfaransi, slide, film trip, dan film),

b. Isual material for projection (guru, psikologi, pimpinan perusahaan,

tumbuh-tumbuhan dan hewan).

c. Udio materials (kaset audio, piringan hitam, radio, compact disc).

d. Rinted materials (buku tulis, diktat, Koran, majalah).

e. Display material papan tulis, bulletin board, flannel board, flip chart, peta

globe, bola, maket, patung, dan boneka).

Keberadaan media pembelajaran yang kurang memadai dan mencukupi di suatu sekolah dapat menghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu alternatif media atau alat bantu dalam pembelajaran, salah satunya adalah media modifikasi alat. Modifikasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan saran dan prasarana yang ada di sekolah. Minimnya sarana dan prasarana yang ada menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana itu sendiri. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetpi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga siswa akan merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan.

Modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran dalam pendidikan jasmani.


(12)

Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.

Dalam hal ini peneliti mencoba mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana tersebut dengan memodifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani. Alat modifikasi tersebut berupa peluru yang digunakan dalam pembelajaran tolak peluru. Peluru standar adalah peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain. Peluru beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra min 110 -130 mm max. Sedangkan untuk putri bergaris tengah 95-110 mm. Dari hasil studi pendahuluan, keberadaan peluru di sekolah sangatlah terbatas. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk memodifikasi alat peluru ini dengan bola yang diisi kain bekas, bola plastik berisi pasir dan bola yang diisi semen (cor) dengan beberapa perbedaan dari alat peluru yang sesungguhnya.

Selanjutnya modifikasi alat peluru yang lain adalah penggunaan bola berbahan plastik yang kemudian diisi dengan pasir, bola yang diisi kain bekas dan bola yang diisi semen (cor) beratnya 1 Kg – 5 Kg. Sehingga penggunaan peluru yang dimodifikasi ini juga aman untuk digunakan oleh siswa.

Selain itu peranan modifikasi alat dapat dijadikan suatu solusi atas problematika yang terjadi selama ini dan guru dapat mengurangi atau menambah


(13)

tingkat kompleksitasnya tugas ajar yang harus dilakukan siswa, seperti yang di ungkapkan oleh Lutan dan Suherman (2000: 69) sebagai berikut:

Modifikasi peralatan, guru dapat mengurangi tingkat kompleksitasnya tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu, misalnya: berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya, peralatan yang digunakan.”

Selain itu, Bahagia (2010: 3) mengemukakan bahwa:

Kemampuan guru untuk memodifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan jalan mengurangi atau menambah tingkat kesulitan yang dihadapi siswa baik dalam hal bantu dan perlengkapan, karakteristik materi yang disesuaikan dengan keadaan siswa, lingkungan pembelajaran serta cara evaluasi yang di berikan di akhir kegiatan kelak.

Dari pernyataan tersebut, modifikasi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran terutama dalam mencitakan suasana pembelajaran pendidikan jasmani yang aktif dan mempunyai unsur kesenangan atau kegembiraan dalam pembelajaran tersebut serta dapat berguna bagi sekolah-sekkolah yang berada di perkotaan dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani.

Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti tolak peluru tersebut nampaknya bola plastik berisi pasir, bola yang di isi kain bekas, bola basket bekas, bola pelastik yang di isi semen yang dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk peluru yang biasa digunakan pada pembelajaran tolak peluru, dari segi ketersediaan dan harga, maka peluru dari bola plastik, bola yang di isi kain bekas,


(14)

bola basket bekas, bola pelastik yang di isi semen ini sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menentukan judul

“Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Tolak Peluru Yang Dimodifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Adakah pengaruh penggunaan alat bantu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan alat bantu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa sebagai sumber masukan dan tambahan informasi ilmiah.


(15)

2. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi siswa

Siswa dapat lebih senang dan partisipatif dalam proses pembelajaran Tolak Peluru.

b. Bagi guru

Pembelajaran tolak peluru menggunakan peluru modifikasi ini dapat menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar yang di modifikasi dan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

c. Bagi sekolah

Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

d. Bagi Peneliti

Dapat menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lain dalam cabang atletik dan cabang olahraga lain.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka peneliti membatasi permasalahan hanya pada aspek-aspek yang menjadi fokus pada penelitian, diantaranya:


(16)

2. Materi yang di ajarkan dalam tolak peluru meliputi, fase pegangan/grip, fase persiapan, fase luncuran/glide, fase pengataran fase gerakan lengan akhir. Dan fase pemulihan/recovery.

F. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman atau penafsiran dalam penelitian peneliti mencoba menjelsakan istilah-istilah yang di gunakan sebagai berikut: 1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kongnitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalalaman yang berulang-ulang (Hamalik, 2002:3).

2. Media Modifikasi

Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat

melakukan pola gerak secara benar”. Pendekatan ini dimaksudkan agar materi

dapat disajikan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai (Lutan, 1988).

3. Peluru

Tolak Peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang


(17)

dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya (Syaifuddin, 1992:144).

4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja di kelola untuk memungkinkan ia turut seta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tetentu, pemeblajaran merupakan bus set dari pendidikan (Sagala: 2005:61).


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan metode yang tepat dan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Secara umum metode merupakan cara yang hendak dilakukan oleh setiap peneliti dalam melakukan penelitiannya. Penggunaan metode dalam peleksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, Sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan mencapai tujuan yang di inginkan. Untuk itu peneliti harus terlebih dahulu menetukan metode apa yang hendak dipakai, dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun yang dimaksud dengan metode penelitian menurut Sugiyono (2010: 2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunbakan metode eksperimen dengan tujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data atau informasi sebanyak-banyaknya dari suatu kelompok sampel yang diteliti melalui suatu percobaan dengan control yang ketat dan menggunakan alat batu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa.

Sehubungan dengan metode yang digunakan yaitu metode eksperimen, peneliti mengutip pendapat Arikunto (2007: 107) yang menyatakan bahwa ”penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik”.


(19)

Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2010: 107) bahwa “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Dari beberapa pendapat para ahli dia atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang akan di teliti.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menerapkan program pembelajaran kepada dua kelompok yang berbeda dengan bentuk latihan yang sama, tetapi kelompok A menggunkan peluru modifikasi dan kelompok B menggunakan peluru sesungguhnya. Pembelajaran yang diberikan dalam waktu 4 minggu atau 12 kali pertemuan. Habbelinck (1978) yang dikutip oleh Agustan (2011:23) mengemukakan bahwa:

Penelitian menyebutkan bahwa frekuensi latihan paling sedikit 3 hari perminggu, baik untuk olahraga kesehatan, olahraga pendidikan, dan olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 40 jam tidak melakukan latihan.

Dengan tujuan untuk mengetahui bagimana pengaruh dari masing-masing peluru yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, serta utuk mengetahui perbedaan dari hasil belajar dengan menggunkan 2 peluru yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, secara sepesifik penelitian eksperimen dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa bersar pengaruh penggunaan alat bantu pemeblajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil


(20)

belajar siswa di SMAN 1 Parongpong dan dapat menggamabarkan bahwa eksperimen merupakan suatu kegiatan dalam penelitian yang bertujuan mendapakan fakta-fakta atau informasi dari data yang terkumpul serta menguji hipotesis yang dirumuskan sehingga mendapakan data yang sebenarnya dari persoalan yang diteliti.

B. Desain Penelitian

Dalam suatu penlitian dibutuhkan desain penlitian untuk dijadikan acuan dalam mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penlitian, disain penlitian diperlukan dalam suatu penelitian sebagai alur yang dapat dijadikan pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditentukan sehingga tujuan atau hasil yang diperoleh akan sesuai dengan harapan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut peneliti menggunkan desain eksperimen yaitu pretest-posttes control group design. Mengenai desain ini Sugiyono (2010: 112) menggabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttes Control Group Keterangan:

R : Kelompok eksperimen dan control O1 & O3 : Tes Awal (Pre-test)

O2 : Tes akhir (Post-test) kelompok eksperimen O4 : Tes akhir (Pre-test) kelompok kontrol X : Tretment

Dari desain yang telah dikemukakan diatas, tes dilakukan dua kali O1 dan O3 sebagai tes awal dan sesudah diberikan perlakuan dilakukan O dan O sebagai tes

RO1 X O2


(21)

akhir. Tanda X adalah kelompok yang diberikan perlakukan yaitu pemakaian peluru modifikasi dan peluru yang sesungguhnya.

C. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

POPULASI SAMPEL

TES AWAL

Tes keterampilan tolak peluru menggunakan peluru

sesungguhnya

KELOMPOK EKSPERIMEN KELOMPOK KONTROL

Pemebelajaran dengan menggunakan peluru

modifikasi

Pebelajaran dengan menggunakan peluru

sesungguhnya TES AKHIR

Tes keterampilan tolak peluru dengan menggunakan peluru

sesungguhnya

Analisis Perbandingan hasil Kelommpok A dan kelompok B

Hasil kelompok A Hasil kelompok B


(22)

Berdasarkan alur penelitian diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Populasi

Hal yang pertama perlu diperhatikan dalam bekerja dengan statistika inferensial adalah populasi ke mana hasil-hasil penlitian itu akan digeneralisasikan. Populasi dengan segala batsanya harus didefenisikan secara jelas sehingga generlisasi hasil-hasil penlitian dapat dirumuskan secara akurat. Secara formal, populasi dapat didefenisikan sebagi sekumpulan objek, orang atau keadaan yang paling tidak memiliki satu kalateristik umum yang sama.

Menurut Sugiyono (2010: 117) bahwa “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian tarik kesimpulannya. Maka yang menjadi populasi ini adalah siswa SMA N 1 Parongpong.

2. Sampel.

Mengenai pengertian sampel dijelaskan oleh Sugiyono (2010:118) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sedangkan Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa sampel adalah ”Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik dan sifat yang mewakili seluruh populasi yang ada.


(23)

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling yang dijelaskan oleh Arikunto (2006: 134) yang menjelaskan mengenai pedoman pengambilan sampel sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan tenaga.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen kuasi yang teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan pusposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Arikunto (2008: 139) “Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Selanjutnya, menurut Arikunto

(2006:140) „Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan,

misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh‟. Penentuan sampel ini dilakukan karena materi yang diberikan oleh peneliti adalah materi yang ada pada kelas XI semester gajil sedangkan penelitian di lakukan pada semester satu sehingga sampel yang diambil adalah kelas yang di berikan persetujuan oleh pihak sekolah dan guru yang bersangkutan. Setelah melalui proses tersebut, sampel yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 1 dan IPS 2.

Setelah penulis mendapatkan sample dilakukan pretest, selanjutnya penulis menentukan satu kelompok yang dijadikan kelompok eksperimen dan satu kelompok menjadi kelompok kontrol. Penentuan kelompok ini dilakukan secara proporsional dengan menggunakan sampling sistematis. Menurut Sugiyono


(24)

(2010:123) sampling sistematis adalah ”Teknik pengambilan sampel berdasarkan

urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut”. Jadi kedua kelompok

tersebut diambil sebagai sampel. Penentuan sampel ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang repersentatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasi. Secara lebih rinci tentang pembagian sampel disajikan dalam bentuk kelompok sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

NO NAMA KELOMPOK JUMLAH

1 2

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

20 20

JUMLAH 40

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan alat ukur sebagai media pengumpul data tesebut, kulitas data tergantung pada kulitas alat ukurnya. Dalam penlitian ini menggunkan tes keterampilan tolak peluru sebagai alat ukurnya dan pembelajaran (tretment) disesuikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silambus yang dibuat oleh SMA N 1 Parongpong. Dan hal tesebut merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa sekolah mempunyai kewengan mengebangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silambusnya. Suatu alat ukur harus sesuai dengan apa yang diukur.

Dalam proses pengumpulan data, diperlukan alat yang disebut instrumen. Pemilihan instrumen penelitian yang tepat sangat diperlukan agar mempermudah


(25)

peneliti dalam mengumpulkan data. Dijelaskan oleh Arikunto (2010: 203) bahwa instrumen penelitian adalah “Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah”.

Sebelum instrumen ini digunakan dalam pembelajaran tolak peluru di sekolah, instrumen penelitian di uji validitasnya dengan cara melakukan retest pada populasi yang ada kemudian hasilnya divalidasikan kepada dosen ahli sebagai validator. Validasi dilakukan oleh dua dosen ahli. Setelah instrumen penelitian ini divalidasi, instrumen kemudian direvisi kembali. Sehingga instrumen penelitian dapat menghasilkan pengukuran yang akurat.

Pengujian retest ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Γ = �Σxy− Σx (Σy)

�Σ 2)− Σ 2 {(�Σ 2) (Σ )2}

Nilai thitung  ttabel maka perbedaan tersebut signifikan, artinya butir tes tersebut valid.

Dalam pembelajarannya bentuk instrumen dan skor dari tiap butir tes disajikan dalam Lampiran 1. Sedngkan untuk sketsa lapang pada tes tolak pluru sesuai dengan Gambar 3.3 berikut ini:


(26)

Gambar 3.3 Sketsa Lapang Tes Tolak Peluru

(Sumber: http:/en.Wikipedia.Org)

Tes Pelaksanaan Tolak Peluru

Pengumpulan data dalam penlitian ini didapat dari: 1. Tes ketermpilan tolak peluru sebagai tes awal. 2. Tes keterampilan peluru sebagi tes akhir. a. Proses Pembelajaran

Dalam pelaksanaan penlitian ini kedua kelompok masing-masing diberikan dua bentuk metode pembelajaran yang sama dengan menggunakan bola modifikasi untuk kelompok A dan kelompok B diberikan bola sesungguhnya. Karena tujuan dari penlitian yang dilasksankan yaitu mengetahui pengaruh penggunaan alat bantu pemebelajaran dalam meningkatkan ketempilan tolak peluru pada siswa SMA yang tergambar dalam hasil belajar siswa.


(27)

Bentuk pembelajaran kelompok A dengan menggunakan media pemeblajaran yang dimodifikasi berupa bola modifikasi yang tebuat dari bahan-bahan yang tebuat dari semen.

1. Bentuk pembelajaran kelompok A dalam melakukan pemeblajaran tolak peluru dengan menggunakan bola modifikasi.

a. Gerakan pelaksanaan:

Dilakukan sesuai dengan program dan bentuk-bentuk pembelajaran tolak peluru, yang secara tidak langsung mengarah pada dasar ketermpilan tolak peluru.

b. Ukuran bola modifikasi

Dari beberapa kriteria media alternatif modifikasi untuk mengganti tolak peluru tersebut nampaknya bola plastik berisi pasir, bola yang di isi kain bekas, bola plastik yang di isi semen, bola plastik yang dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru dengan volumenya = (4/3) 3 x 3.14 x (7,5 x 7,5) = 235,5 cm3 dan diameternya 15 cm, berat dari bola modifikasi ini juga berpariatif dari yang sedang sampai yang berat dari 1 sampai 5 kg.

c. Tujuan pemkaian peluru modifikasi:

1. Untuk memberikan motivasi kepada sisiwa dalam melakukan teknik dasar ketermpilan tolak peluru dengan menggunakan peluru yang lebih ringan. 2. Untuk membrikan pengalaman gerak kepada siswa, sekligus melatih

koordinasi gerak, dan hal yang paling utamanya dalam tahap ini adalah penekanan pada pengenalan gerakan dasar melalui penggunaan alat bantu dengan menggunakan metode yang sesuai dengan ketermpilan siswa.


(28)

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistika. Pada analisis statistik terdapat dua macam pengujian yaitu statistik parametrik dan nonparametrik. Statistik parametrik perlu pengujian persyaratan analisis yang harus dilakukan oleh peneliti. Menurut Riduwan (2011:119) pengujian persyaratan analisis adalah ”apabila peneliti menggunakan analisis parametrik,maka harus dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsinya seperti homogenitas untuk uji perbedaan dan

uji normalitas”. Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila data tidak memenuhi

prasyarat penguji analisis normalitas dan homogenitas, maka statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik. Rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut dikutip dari buku metode statistika karangan Sudjana (2005).

Langkah-langkah perhitungan dalam pengolahan data akan dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005: 67):

=

∑��

Keterangan: � = rata-rata

∑xi = jumlah skor yang diperoleh

n = banyaknya sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus (Sudjana, 2005: 93):

=

∑(��−�)2


(29)

Keterangan: S = simpangan baku

√ = akar dari

∑ = jumlah dari

xi = nilai kuantitatif sampel

� = rata-rata

n = banyaknya sampel

3. Menguji normalitas

Tujuan menguji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari hasil pengukuran tersebut berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data dinilai dengan menggunakan uji Liliefors, (Sudjana, 2005:466). Langkah-langkah dalam penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2,...Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,...Zn dengan menggunakan rumus :

Z = X1– X S

X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel. b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,...Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:

S (Zi) = Banyaknya Z1, Z2,...Zn yang < Z n

d. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga tersebut ini Lo.


(30)

f. Kriteria hipotesis adalah diolak nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar. Dalam hal ini hipotesis diterima.

4. Uji homogenitas.

Menguji homogenitas dua variasi adalah variansi dari tes awal dan tes akhir baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Menguji homogenitas data setiap butir dengan rumus:

Variansi terbesar F =

Variansi terkecil

Kriteria pengujian adalah pihak kiri, hipotesa ditolak jika F < F(1-α).(v1.v2) dimana nilai F(1-α)(v1.v2)didapat dari daftar distribusi F dengan taraf nyata (α)=0,05 dan dk=v1 dan v2 untuk nilai v1=n-1 dan v2=n-2. Jadi data setiap butir tes adalah homogen apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel.

5. Menguji t

Uji t adalah untuk menguji kesamaan dua rata-rata antara tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini ditentukan oleh pengujian normalitas. Jika setelah diuji normalitas ternyata terdistribusi normal, baru kemudian dilakukan uji t yaitu menguji kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak.

Proses untuk uji t sebagai berikut:

a. Menghitung simpangan baku gabungan (S) dengan rumus: (n1-1) s21 + (n2-1) s22

Sgab2 =


(31)

Keterangan: S = simpangan baku gabungan n1 = jumlah responden pada tes awal n2 = jumlah responden pada tes akhir S12 = varians pada tes awal

S22 = varians pada tes akhir

b. Mencari nilai t dengan rumus:

=

�1−�2

�� 11+1

�2

Keterangan: t = nilai t hitung

X1 = rata-rata tes akhir

X2 = rata-rata tes awal

n1 = jumlah responden pada tes awal

n2 = jumlah responden pada tes akhir

s = simpangan baku

c. Membandingkan nilai t hitung yang telah dicari dengan ttabel dengan derajat kebebasan n1+n2-2 dan taraf nyata α=0,05

d. Uji t dengan kriteria pengujian adalah H0 diterima jika –ttabel<t<ttabel dengan kata lain jika nilai t hitung berada diantara –ttabel dan ttabel maka hipotesis nol H0 diterima, artinya treatment tidak memberikan pengaruh yang berarti.

e. Sebaliknya jika nilai t hitung tidak terletak diantara –ttabel dan ttabel maka hipotesis nol tidak diterima, artinya treatment yang diberikan pengaruh yang berarti.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Alat bantu pembelajaran yang dimodifikasi berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran tolak peluru di SMAN 1 Parongpong.

B. Saran

Berdasrakan kesimpulan dari hasil penlitian yang telah penulis kemukakan, ada bererapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan metode pembelajaran di sekolah , sebaiknya guru pendidikan jasmani lebih kreatif dan inovatif agar keterbatasan alat mengajar dapat teratasi sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Bagi para guru pendidikan jasmani serta serta pembaca pada umumnya, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani terutama untuk keterampilan tolak peluru bisa menggunakan alat bantu modifikasi yang mana bisa menangulangi permasalahan sarana dan prasarana yang kurang memadai di sekolah.


(33)

3. Bagi pihak sekolah dan pemerintah yang bertanggung jawab dalam menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih diperhatikan agar tujuan KBM dapat tercapai sesuai yang diharapakan


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. (2011). Pedagogi Olahraga, Seri Konsep dan Pendekatan Pengajaran: Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustan, Boby. (2011). Pengaruh Modifikasi Alat terhadap Hasil Belajar Lay Up

Shot dalam Pembelajaran Permainan Bolabasket. Skripsi FPOK UPI: Tidak

Diterbitkan

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo.

Arikunto, Suharsini. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model-Model Pembeljaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI.

Lutan, Rusli. (1988). Pengantar Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar dan

Metode. Jakarta: Depdikbud.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdiknas.

Nurhasan dan Cholil, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

PASI. (2003). Peraturan/Ketentuan Perlombaan Atletik. Jakarta: Direktorat Keolaragaan.


(35)

Purnamawati dan Eldarni. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta: _____ .

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan SD/MI. Jakarta: Prenada Media Group.

Sidik, Dikdik Zafar. (2011). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: Rosda.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartono, Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sunaryo, Basuki. (1979). Atletik I. Jakarta: PT. Pertja Offset.

Syarifudin, Aip. (1991). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Akhmad Sudrajat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran tersedia [online] diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012. Bahagia, Y. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/F-

FPOK/JUR.PEND.OLAHRAGA/1949031619722111- yoyobahagia%28PP%MEDIA-DAN-ALAT-PEMBELAJARAN-PENJAS.pdf


(36)

Mahendra, A. (2003). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/F-

FPOK/JUR.PEND.OLAHRAGA/196308241989031- agusmahendra/kumpulan-makalah-bahan-penetaran-28-agus-mahendra-29/MODEL-PEMBELAJARAN-PENDIDIKAN-JASMANI.pdf

Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik dan Model

Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Anonim. ______________.

http://lms.oum.edu.my/e-content/HBPE3303SMK/content/11114751HBPE3303_V1_beta/topic%20 3/gd/Topik%203/Gaya-Lontar-Berdiri.jpg

Anonim. ______________.

http://lms.oum.edu.my/e-content/HBPE3303SMK/content/11114751HBPE3303_V1_beta/topic%20 3/gd/Topik%203/Gaya-Lontar-Berdiri.jpg

Anonim. ________. http://gratisnyafree.files.wordpress.com/2011/02/image048.jpg Anonim. ________. http://w33.indonetwork.co.id/pdimage/46/2689346_peluru.jpg


(1)

Keterangan: S = simpangan baku gabungan n1 = jumlah responden pada tes awal

n2 = jumlah responden pada tes akhir

S12 = varians pada tes awal

S22 = varians pada tes akhir

b. Mencari nilai t dengan rumus:

=

�1−�2

�� 11+1

�2

Keterangan: t = nilai t hitung X1 = rata-rata tes akhir

X2 = rata-rata tes awal

n1 = jumlah responden pada tes awal

n2 = jumlah responden pada tes akhir

s = simpangan baku

c. Membandingkan nilai t hitung yang telah dicari dengan ttabel dengan derajat

kebebasan n1+n2-2 dan taraf nyata α=0,05

d. Uji t dengan kriteria pengujian adalah H0 diterima jika –ttabel<t<ttabel dengan

kata lain jika nilai t hitung berada diantara –ttabel dan ttabel maka hipotesis nol

H0 diterima, artinya treatment tidak memberikan pengaruh yang berarti.

e. Sebaliknya jika nilai t hitung tidak terletak diantara –ttabel dan ttabel maka

hipotesis nol tidak diterima, artinya treatment yang diberikan pengaruh yang berarti.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut: “Alat bantu pembelajaran yang dimodifikasi berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran tolak peluru di SMAN 1 Parongpong.

B. Saran

Berdasrakan kesimpulan dari hasil penlitian yang telah penulis kemukakan, ada bererapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan metode pembelajaran di sekolah , sebaiknya guru pendidikan jasmani lebih kreatif dan inovatif agar keterbatasan alat mengajar dapat teratasi sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Bagi para guru pendidikan jasmani serta serta pembaca pada umumnya, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani terutama untuk keterampilan tolak peluru bisa menggunakan alat bantu modifikasi yang mana bisa menangulangi permasalahan sarana dan prasarana yang kurang memadai di sekolah.


(3)

3. Bagi pihak sekolah dan pemerintah yang bertanggung jawab dalam menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih diperhatikan agar tujuan KBM dapat tercapai sesuai yang diharapakan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. (2011). Pedagogi Olahraga, Seri Konsep dan Pendekatan Pengajaran: Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustan, Boby. (2011). Pengaruh Modifikasi Alat terhadap Hasil Belajar Lay Up Shot dalam Pembelajaran Permainan Bolabasket. Skripsi FPOK UPI: Tidak Diterbitkan

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo.

Arikunto, Suharsini. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model-Model Pembeljaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI.

Lutan, Rusli. (1988). Pengantar Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar dan Metode. Jakarta: Depdikbud.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdiknas.

Nurhasan dan Cholil, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

PASI. (2003). Peraturan/Ketentuan Perlombaan Atletik. Jakarta: Direktorat Keolaragaan.


(5)

Purnamawati dan Eldarni. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta: _____ .

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan SD/MI. Jakarta: Prenada Media Group.

Sidik, Dikdik Zafar. (2011). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: Rosda.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartono, Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sunaryo, Basuki. (1979). Atletik I. Jakarta: PT. Pertja Offset.

Syarifudin, Aip. (1991). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Akhmad Sudrajat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran tersedia [online] diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012.

Bahagia, Y. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/F-

FPOK/JUR.PEND.OLAHRAGA/1949031619722111- yoyobahagia%28PP%MEDIA-DAN-ALAT-PEMBELAJARAN-PENJAS.pdf


(6)

Mahendra, A. (2003). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/F-

FPOK/JUR.PEND.OLAHRAGA/196308241989031- agusmahendra/kumpulan-makalah-bahan-penetaran-28-agus-mahendra-29/MODEL-PEMBELAJARAN-PENDIDIKAN-JASMANI.pdf

Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik dan Model Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Anonim. ______________.

http://lms.oum.edu.my/e-content/HBPE3303SMK/content/11114751HBPE3303_V1_beta/topic%20 3/gd/Topik%203/Gaya-Lontar-Berdiri.jpg

Anonim. ______________.

http://lms.oum.edu.my/e-content/HBPE3303SMK/content/11114751HBPE3303_V1_beta/topic%20 3/gd/Topik%203/Gaya-Lontar-Berdiri.jpg

Anonim. ________. http://gratisnyafree.files.wordpress.com/2011/02/image048.jpg


Dokumen yang terkait

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN ACCOUNTING GAME TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 1 TIGABINANGA TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 20

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

0 2 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

0 5 15

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA KELAS XI IPS Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 18

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA KELAS XI IPS Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 11

PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN, DAN PARTISIPASI SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KABANJAHE DAN KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TIGAPANAH.

2 5 20

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung.

0 1 50

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN PELURU SESUNGGUHNYA DAN MODIFIKASI ALAT TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOX PADA SISWA KELAS XI USAHA PERJALANAN WISATA 2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN 2013/2014.

0 0 18

PENGGUNAAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA O BRIEN PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.

0 0 17

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMAN 10 PONTIANAK

0 1 10