PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung.
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi
Oleh
Moch. Fikri Faizillah
(0901226)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
MOCH FIKRI FAIZILLAH
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung)
Bandung, Agustus 2014
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I
Dr. Sumartini, MP NIP. 19590830 198601 2 001
PEMBIMBING II
Siti Parhah, S.Pd, M.SE NIP. 19800907 200912 2 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, MM. NIP. 19610420 198703 1 002
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014 Yang Membuat Pernyataan,
Moch Fikri Faizillah NIM.0901226
(4)
ABSTRAK
“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi
pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 kota Bandung)” Di bawah bimbingan: Dr.
Sumartini, MP. Dan Siti Parhah, S.Pd, M.SE
Oleh:
Moch. Fikri. Faizillah 0901226
Permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa berada di bawah standar ketuntasan minimal. Model pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture diharapkan menjadi solusi dalam memecahkan masalah tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan teknik Picture and Picture dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan subyek terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI IPS 1 (kelas kontrol) dan XI IPS 3 (kelas eksperimen) yang terdiri dari 36 siswa pada setiap kelasnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji-t dua sampel tidak berhubungan atau uji t (independent sample t test) dan (paired test) menggunakan SPSS 16.0 dan
Microsoft Office Excel 2007.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Hasil belajar pada kelas eksperimen setelah penggunaan teknik
Picture and Picture lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga
penggunaan teknik Picture and Picture dalam kegiatan belajar mengajar dinyatakan efektif dan dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Teknik Picture and Picture, Hasil Belajar, Eksperimen
(5)
ABSTRACT
“Influence of Cooperative Learning Model Picture And Picture Of Technique Learning Results (Experimental Study Lesson of Economics in Class XI Social
SMAN 8 City Of Bandung)”. Supervised by : Dr. Sumartini , MP And Siti Parhah, S.Pd. , M.SE.
By
Moch. Fikri Faizillah 0901226
Problems that occurred in this study were student learning outcomes are below the standard minimum completeness. Cooperative learning techniques Picture and Picture expected to be a solution to solve the problem.
The purpose of this study was to determine differences in learning results on economic subjects between the experimental class students who use the technique Picture and Picture with the control class students who use the lecture method.
The research method used is the experimental method, the subject consists of two classes, namely class XI IPS 1 (control group) and XI IPS 3 (experimental class) who consists of 36 students in each class. Data processing is performed using two-sample t-test or t-test are not related (independent sample t test) and (paired test) using SPSS 16.0 and Microsoft Office Excel 2007. Based on the results of the research show that there are differences in learning results between the experimental class students who use cooperative learning techniques Picture and Picture with who control class using lecture method. Learning outcomes in the experimental class after using Picture and Picture technique is higher than the control class. So the use of techniques Picture in Picture and declared effective teaching and learning activities and can be used as an alternative in improving result of learning student.
Keywords: Cooperative Learning Model, Picture And Picture Technique, Results Learning, Experiments
(6)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi siswa. Kimble et.al. (1993) mencoba mendefinisikan belajar sebagai “a relatively permanen change in
behavioral potentiality that occurs as result of reinforced practice.” Yang artinya,
belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh keadaan-keadaan dari sifatnya sementara. Proses belajar mengajar merupakan tugas mengajar dengan anak didik yang melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Hal ini menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari proses interaksi antara pendidik dan peserta didik. Proses interaksi ini sangat penting sekali dalam kelangsungan proses belajar mengajar, karena melalui proses belajar mengajar pendidik menyampaikan suatu pesan berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan etika kepada para peserta didik melalui proses interaksi. Tempat yang tepat untuk melakukan interaksi pembelajaran adalah di sekolah karena di sekolah terdapat berbagai perangkat yang menunjang untuk melakukan proses pembelajaran diantara siswa dengan guru. Dalam proses belajar mengajar umumnya guru lebih mementingkan ketercapaian target kurikulum dan kurang memperhatikan penguasaan siswa dalam menerima materi hal itu dapat membuat siswa bersikap pasif.
Pencapaian hasil pembelajaran dapat dilihat dari tinggi rendahnya prestasi nilai siswa, perolehan nilai UN (Ujian Nasional) merupakan gambaran secara umum dalam ketercapaian prestasi siswa. Berikut ini merupakan perolehan nilai UN untuk mata pelajaran ekonomi pada tingkat SMA di Kota Bandung:
(7)
2
Tabel 1.1
Nalai Rata-rata Hasil UN tingkat SMA di Kota Bandung pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2012/2013
No
SMAN Cluster 1 SMAN Cluster 2 SMAN Cluster 3
Sekolah
Rata-rata Sekolah
Rata-rata Sekolah
Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SMAN 2 Bandung SMAN 3 Bandung SMAN 4 Bandung SMAN 5 Bandung SMAN 8 Bandung SMAN 11 Bandung SMAN 24 Bandung
5.89 6.57 5.57 5.93 6.01 5.88 5.92
SMAN 1 Bandung SMAN 6 Bandung SMAN 7 Bandung SMAN 9 Bandung SMAN 20 Bandung SMAN 22 Bandung
5.97 5.72 5.60 5.82 6.03 5.98
SMAN 10 Bandung SMAN 12 Bandung SMAN 13 Bandung SMAN 14 Bandung SMAN 15 Bandung SMAN 16 Bandung SMAN 17 Bandung SMAN 18 Bandung SMAN 19 Bandung SMAN 21 Bandung SMAN 23 Bandung SMAN 25 Bandung SMAN 26 Bandung SMAN 27 Bandung
5.85 5.58 5.67 5.34 6.01 5.61 5.86 5.78 5.60 5.98 6.00 5.85 6.09 5.71 Rata-rata Nilai 5.97 Rata-rata Nilai 5.85 Rata-rata Nilai 5.78
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung
Dari Tabel 1.1 tersebut dapat kita lihat hanya beberapa sekolah unggulan seperti SMA 3 Bandung dengan nilai 6,57 yang dimana sekolah tersebut berada pada kluster 1 meskipun nilai rata-rata UN saat itu dipatok sebesar 5,5. Hal ini justru semakin memprihatinkan bahwa nilai yang lebih tinggi justru diperoleh oleh SMA swasta yaitu oleh SMA Kristen 1 BPK dengan nilai sebesar 7,98.
(8)
Sedangkan untuk perolehan nilai UN SMAN 8 Bandung yang merupakan sekolah kluster 1 memperoleh nilai rata-rata kedua terbaik setelah SMAN 3 Bandung. Pencapaian nilai yang tinggi tersebut berbanding terbalik dengan hasil nilai UTS siswa kelas XI IPS di SMAN 8 Bandung yang mengalami nilai rendah, sehingga banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.
Rendahnya nilai UTS untuk mata pelajaran ekonomi terjadi disemua kelas XI IPS . Hal tersebut jelas merupakan suatu masalah yang harus dibenahi karena jika dibiarkan akan menyebabkan siswa tidak kreatif dan cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai pun tidak optimal yang berdampak pada hasil nilai pada mata pelajaran ekonomi.
Berikut ini hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 8 kota Bandung berdasarkan nilai ujian tengah semester tahun ajaran 2012/2013 :
Tabel 1.2
Rata-rata nilai ujian tengah semester kelas XI IPS SMA Negeri 8 kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013
Kelas dibawah KKM diatas KKM Jumlah
XI IPS 1 26 20 46
XI IPS 2 24 21 45
XI IPS 3 22 22 44
Sumber: Nilai Ujian Tengah Semester (data diolah)
Hasil pemaparan pada tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai ujian tengah semester masih banyak yang masih dibawah KKM yaitu pada kelas XI IPS 1 sebagaimana KKM yang telah ditentukan adalah 75.00.
Penjelasan tersebut diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi kondisi fisik dan psikis siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada diluar diri siswa yang meliputi kompetensi guru, metode mengajar, kurikulum, keluarga, lingkungan dan fasilitas belajar.
(9)
4
Menurut hasil wawancara penulis dengan salah satu guru mata pelajaran ekonomi serta dengan perwakilan siswa yang bersedia diwawancarai ternyata penyebab rendahnya nilai UTS disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya seperti faktor kelelahan siswa, faktor materi pembelajaran yang disampaikan terkadang sulit dipahami, faktor kesiapan siswa menjelang UTS, serta padatnya pekerjaan rumah (PR) yang diterima siswa di sekolah. Menyinggung pertanyaan tentang metode mengajar yang penulis ajukan pada guru, kemudian guru menjelaskan bahwa metode mengajar tidak selalu bervariasi tergantung situasi kelas dan kondisi siswa ketika didalam kelas maka dari itu metode belajar pun disesuaikan. Akan tetapi guru lebih memilih menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah.
Memandang pentingnya sebuah metode pembelajaran ekonomi, maka seorang pengajar/guru seharusnya memahami berbagai metode pembelajaran itu sendiri agar penggunaan metode pembelajarannya tepat. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa metode pembelajaran, antara lain metode bermain, metode ceramah, metode demonstrasi, metode simulasi.
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti efektifitas penggunaan salah satu model. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.
Banyak berbagai teknik yang terdapat pada model kooperatif salah satunya yaitu teknik Picture & Picture. Teknik ini menjadi bagian dari model kooperatif karena memiliki unsur kreatif, aktif dan menyenangkan untuk peserta didik. Pada dasarnya teknik Picture & Picture terbagi pada beberapa gambar-gambar sebagai media pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dalam bentuk kartu baik berukuran besar ataupun kecil, jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
(10)
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar masih kurang diaplikasikan oleh tenaga pendidik di SMAN 8 Bandung, hal ini dapat terlihat bahwa :
1. Guru lebih memilih menggunakan metode konvensional berupa penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran.
2. Meskipun fasilitas lengkap, akan tetapi guru masih jarang menggunakannya.
3. Masih kurang lengkapnya buku pembelajaran di perpustakaan sehingga referensinya kurang.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut dan berdasarkan pengamatan sementara, maka terlihat dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi kelas XI di SMAN 8 Kota Bandung menunjukkan gejala yang berdampak pada pembelajaran siswa menjadi kurang aktif dan kreatif sehingga suasana didalam kelas tidak terlalu menyenangkan. Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka salah satu usaha yang akan ditempuh adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan dan harapan menarik siswa untuk termotivasi dalam belajar sehingga akan terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang : Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 8 kota Bandung).
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
(11)
6
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture dikelas eksperimen pada perlakuan awal (pre test) dan perlakuan akhir (post test)?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang menggunakan metode ceramah dikelas kontrol pada perlakuan awal (pre test) dan perlakuan akhir (post test)?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture dikelas eksperimen dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran konvensional metode ceramah dikelas kontrol?
1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
- Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang menggunakan model
kooperatif dengan teknik picture and picture dikelas eksperimen pada perlakuan awal (pre test) dan perlakuan akhir (post test).
- Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang menggunakan model
pembelajaran konvensional metode ceramah dikelas kontrol pada perlakuan awal (pre test) dan perlakuan akhir (post test).
- Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran
kooperatif dengan teknik picture and picture dikelas eksperimen dengan model pembelajaran konvensional metode ceramah dikelas kontrol.
1.3.1 Manfaat Penelitian
1.3.1.1 Manfaat secara teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
(12)
1.3.1.2 Manfaat secara praktis
Dengan adanya penelitian ini penulis harapkan dapat memberikan gambaran sebagai informasi mengenai pengaruh penggunaan teknik Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa untuk kepentingan dunia praktis.
(13)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitan ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung pada tahun ajaran 2013/2014. Kemudian terpilih dua kelas yaitu kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2. Maka dengan itu peneliti menganalisa model pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture sebagai variabel bebas (X) terhadap hasil belajar yang merupakan variabel terikat (Y).
3.2Metode Penelitian
Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan.
Metode eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi subyek yang diteliti menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah siswa yang diberi perlakuan (treatment) dengan memberikan model pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture pada saat pembelajaran berlangsung, sementara kelompok kontrol adalah siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional/tradisional.
Menurut McMillan dan Schumacher (2001) penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu kelompok treatment yang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapat
(14)
kan perlakuan.
Dalam penelitian ini penulis memilih metode kuasi eksperimen yang diharapkan dapat mengungkapkan perbedaan hasil belajar. Metode kuasi eksperimen adalah metode eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak memiliki penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menciptakan perubahan yang disebabkan perlakuan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”non equivalent control group design”. Di dalam desain ini terdapat dua kelompok yang kelompok yang dipilih tidak secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda signifikan. Pengaruh perlakuan ( . Secara bagan bisa digambarkan seperti Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan :
X : Dikenakan perlakuan (treatment ) dengan penggunaan teknik picture and
picture dalam proses belajar mengajar dikelas
- : Tidak dikenakan perlakuan (treatment)
O1 : Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
O2 : Tes akhir (setelah perlakuan ) pada kelompok eksperimen
O3 : Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
O4 : Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok kontrol
Dalam pengambilan data penelitian dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum eksperimen dan setelah eksperimen, atau sebelum dan sesudah kegiatan
(15)
38
belajar menggunakan teknik picture and picture. Pengambilan data yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pre test (O1) dan (O3) sedangkan
pengambilan data yang dilakukan setelah perlakuan disebut post test (O2 ) dan
(O4).
Perlakuan yang diberikan berbeda, untuk kelompok eksperimen menggunakan teknik picture and picture dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, sedangkan kelompok kontrol tidak menggunakan teknik picture and picture. Masing-masing diberikan perlakuan sebanyak tiga kali. Setelah perlakuan masing-masing kelompok diberikan tes lagi (pos test) untuk mengukur variabel terikat.
Setelah perlakuan dilakukan selanjutnya membandingkan skor pretest terhadap skor postest yang dihasilkan dari alat ukur yang sama, jika hasil test sesudah perlakuan lebih baik dari hasil tes sebelumnya, maka pembelajaran tersebut terbukti efektif diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.
3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Definisi populasi menurut Riduwan (2009:54) populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Sedangkan menurut Bungin (2010:99) pengertian populasi sebagai berikut : Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 8 Kota Bandung.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut Arikunto (2006:131) “pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau
(16)
sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 di SMAN 8 Kota Bandung.
3.4Operasional Variabel
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis
Konsep
Empiris Konsep Analisis
Model pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture (X) Suatu teknik pembelajaran yang memperhatikan suatu gambar yang sesuai dengan materi pembelajaran Model Pembelajaran koperatif teknik Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran koperatif teknik
Picture and Picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran.
3. Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan materi. 4. Guru memberikan kumpulan
gambar kepada siswa dalam kelompok.
5. Siswa mengamati gambar-gambar dan menklarifikasi cirri-ciri.
6. Siswa mengemukakan pendapat/mempresentasikan alasan pemikiran.
7. Guru bersama dengan siswa melakukan diskusi kelas tentang hasil pemikiran dari tiap
kelompok.
8. Penarikan kesimpulan pembelajaran bersama-sama. Hasil belajar siswa (Y) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman Hasil yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu berupa nilai mata pelajaran
Nilai mata pelajaran ekonomi diperoleh dari hasil pre test dan post
(17)
40
belajar ekonomi
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data yaitu:
a. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama siswa dan nilai tes mata pelajaran ekonomi standar kompetensi Memahami Perekonomian Terbuka.
b. Metode eksperimen
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pola Metode Eksperimen
Kelompok Kondisi awal Perlakuan Tes
Eksperimen Nilai kelas XI semester I KD Memahami
Perekonomian Terbuka
Metode Pembelajaran kooperatif teknik
Picture and Picture
Tes akhir
Kontrol Nilai kelas XI semester I KD Memahami
Perekonomian Terbuka
Metode Pembelajaran Ceramah
Tes akhir
Memberi perlakuan pada kelompok eksperimen dengan metode pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture dan kelompok kontrol dengan metode ceramah sebagai pembanding. Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu memberikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture, kemudian mengadakan tes akhir untuk
(18)
melihat hasil pembelajarannya. Sedangkan perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol yaitu menggunakan metode ceramah dan setelah pembelajaran selesai diberikan tes akhir yang sama dengan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen.
3.6Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan pelaporan penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian, meliputi: a. Menentukan masalah
b. Melakukan pra penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa. 2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Melakukan perizinan pada pihak-pihak terkait dalam penelitian ini. b. Menetapkan meteri pelajaran yang akan dipergunakan dalam penelitian. c. Membuat skenario pembelajaran.
d. Menyusun instrumen tes pilihan ganda berdasarkan indikator hasil belajar siswa.
e. Menetapkan jumlah soal yang akan di jadikan instrumen penelitian yang beracuan pada validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
g. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen penelitian.
h. Mengganti atau membuang soal-soal yang belum valid ataupun soal-soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dengan soal yang lebih baik.
i. Mengadakan uji coba lagi hingga di peroleh instrumen penelitian yang valid dan reliabel.
j. Memilih sampel dengan dilakukan secara homogen berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi.
(19)
42
k. Menentukan waktu penelitian untuk melakukan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran ekonomi yang bersangkutan.
l. Memberi perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture serta metode ceramah. m. Memberikan pre test dan post test pada kelompok eksperimen setelah
pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.
n. Menguji kesamaan dan perbedaan hasil pre test dan post test pada masing-masing kelas eksperimen.
o. Membandingkan hasil pre test dan post test antara pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik picture and picture serta kelas dengan menggunakan metode ceramah.
3. Pelaporan Penelitian
Membuat interpretasi dan kesimpulan penelitian berdasarkan hipotesis.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data tes pemahaman konsep dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Penskoran
Penskoran tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan pedoman penskoran. Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor terlebih dahulu ditentukan standar penilaian untuk setiap tahap, sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada unsur subjektif. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar, pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : S = skor siswa
R = jumlah item yang dijawab benar
(20)
2. Mengubah skor mentah menjadi nilai
Pengolahan skor mentah menjadi nilai dapat dilakukan dengan mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP).
3. Menghitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata hasil pre test dan post test.
Setelah nilai pre test dan post test pada kedua kelas, kemudian dihitung peningkatan antara pre test dan post test untuk mendapatkan nilai gain ternormalisasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain dan gain ternormalisasi adalah sebagai berikut :
N = Gain =
(Arikunto, 2006:126) Keterangan :
N – Gain = Gain yang dinormalisir Pre test = Nilai awal pembelajaran Post test = Nilai akhir pembelajaran
3.8Pengujian Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, instrumen tersebut harus memiliki tingkat kesahihan (validitas) serta keterandalan (reliabilitas). Suharsimi Arikunto (2002:144) menyatakan, bahwa “instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel”.
3.8.1 Uji Validitas
Menurut Anderson (Arikunto,2009:65) : “A test is valid if it measures what it purpose to measure” yang artinya sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian Validitas butir soal dilakukan dnegan menggunakan rumus korelasi product moment :
(Arikunto, 2009:72)
2 2 2 2Y
Y
N
X
X
N
Y
X
XY
N
r
xy(21)
44
Dimana :
rxy = Koefisien korelasi butir
∑X = Jumlah skor tiap item
∑Y = Jumlah skor total item
∑X2
= Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
∑Y2
= Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y N = Jumlah sampel
Cara perhitungan dari uji validitas ini merupakan perhitungan setiap item, hasil perhitungan tersebut dikonfirmasikan ke dalam tabel harga product moment dengan taraf signifikasi atau pada tingkat kepercayaan 95%, rxy disebut juga
dengan rhitung. Setelah harga koefisien korelasi (rxy) diperoleh, kemudian nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai rkritis product moment. Hasil r hitung kemudian
dikonfirmasikan dengan harga distribusi rkritis dengan taraf signifikasi (α) = 0,05
yang artinya peluang membuat kesalahan sebesar 5% setiap item akan terlihat tingkat kesalahannya apabila harga rhitung > rtabel dengan taraf kepercayaan 95%
serta derajat kebebasannya (dk) = n – 2. Instrumen dinyatakan valid apabila rhitung
> rtabel dengan tingkat signifikasi 0,05.
Pada formula tersebut rxy diartikan sebagai koefisien korelasi dan kriterianya
adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.4 Kriteria Validitas
Besarnya nilai Intepretasi
Antara 0,800 - 1,00 Antara 0,600 - 0,800 Antara 0,400 - 0,600 Antara 0,200 - 0,400 Antara 0,000 - 0,200
Tinggi Cukup Agak rendah
Rendah
Sangat rendah (tidak berkorelasi) Sumber : Arikunto, 2009 : 75
(22)
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut cukup baik (Arikunto, 2002:154). Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Jika tes tersebut diberikan pada kesempatan yang lain akan memberikan hasil yang relatif sama.
Untuk mengetahui reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus ( )
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal/butir pertanyaan m = skor rata-rata
Vt = varians total
Jika harga r11 > r tabel maka dapat dikatakan tes tersebut reliabel.
(Arikunto,2002:166).
3.8.3 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, perlu juga dianalisis tingkat kesukaran. Adapun rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah:
Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus :
Keterangan :
P : Tingkat kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir itu Js : Jumlah siswa yang mengikuti tes
(Arikunto, 2009:208)
(23)
46
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasi sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 – 1,00 adalah soal mudah
(Arikunto, 2009 : 210) Tabel diatas dapat menjelaskan bahwa kriteria dari uji tingkat kesukaran dari soal-soal yang telah diolah memiliki tingkat kesukaran yang cukup bervariasi sebagaimana ditunjukkan tabel berikut ini.
3.8.4 Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2002:211) daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut:
DP = Keterangan:
DP : Daya Pembeda
JB A : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JB B : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JS A : jumlah siswa kelas atas
(Suherman, 1990:201)
Berikut ini akan dipaparkan klasifikasi daya pembeda : Tabel 3.6
Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval Kriteria
DP ≤ 0,00 0,00 < DP ≤ 0.20 0,20 < DP ≤ 0,40
Sangat jelek Jelek
(24)
0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
Baik
Sangat Baik Sumber : Suherman,1990:202
3.9 Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum diberi perlakuan, perlu dianalisis dahulu melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata, hal ini dilakukan supaya perangkat berangkat dari titik awal yang sama.
3.9.1 Uji Normalitas
Setelah mendapatkan data awal dari nilai semester II mata pelajaran Ekonomi standar kompetensi uMemahami Perekonomian Terbuka kelas XI IPS tahun pelajaran 2013/2014, data tersebut diuji apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah rumus Chi-Kuadrat, yaitu:
∑
Keterangan:
XI2 : chi-kuadrat Oi : hasil pengamatan Ei : hasil yang diharapkan
Jika XI 2 hitung < XI 2 tabel maka daftar distribusi normal. (Sudjana, 2002: 273)
3.9.2 Uji Homogenitas
Menurut Irianto (2009:275) uji homogenitas sangat diperlukan sebelum kita membandingkan dua kelompok atau lebih, agar perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh adanya perbedaan data dasar (ketidakhomogenan kelompok yang dibandingkan). Dalam penelitian ini untuk melakukan uji homogenitas menggunakan uji ANOVA pada aplikasi SPSS 16.0.
Dengan kriteria pengujianya sebagai berikut : Terima Ho jika F (max) hitung≤ F (max) tabel
(25)
48
Adapun Ho menyatakan variansi homogen sedangkan H1 menyatakan
variansi tidak homogen.
3.10 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian dan dari hasil analisis itu akan ditarik suatu simpulan. Analisis data dalam penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu tahap awal yang merupakan tahap pra uji hipotesis untuk membuktikan bahwa setiap kelas berangkat dari titik tolak yang sama. Tahap akhir yang merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis penelitian.
3.10.1 Pengujian Hipotesis
Salah satu pengujian yang dilakukan untuk menguji hipotesis ini yaitu dengan menggunakan uji berikut :
Pengujian Rerata Sampel Berpasangan dengan Uji-t
Dalam suatu percobaan, kelompok pertama dijadikan kelompok kontrol dan kelompok yang satu lagi dijadikan kelompok percobaan adalah lebih baik daripada pasangannya diambil dari kelompok lain, walaupun pengambilannyadilakukan secara acak. Sebab, pemasanagan kelompok-kelompok yang sifatnya serupa itu akan mengurangi bervariasinya perbedaan-perbedaan.
Dengan demikian hipotesis nol dan alternatifnya berturut-turut
: = 0 dan : ≠ 0. Sedangkan untuk pengujian hipotesis, statistik t yang dipergunakan adalah
̅
√
(Ruseffendi, 1998:312-313)
Pengujian Dua Sampel Bebas dan Kedua Variansi Populasinya Tidak Diketahui Tetapi Diasumsikan Sama.
Pada model ini, variansi populasi kedua kelompok itu dianggap sama besar. Variansi populasi pendekatan diperoleh dari :
(26)
∑ ∑
Maka dengan hipotesis nol Ho : , uji statistiknya :
√
(27)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 8 Bandung yang beralamat di jalan Selontongan No.3 Bandung. SMAN 8 Bandung pada awalnya bernama SMA Negeri 402 yang berdiri pada tanggal 1 Januari 1967 yang berlokasi di Jalan Belitung (sekarang SMAN 5 Bandung) dengan kepala sekola Bapak Drs.M.Moch. Ilyas, dibantu oleh 44 orang tenaga pengajar. Mereka inilah yang turut serta mempersiapkan berdirinya SMAN 8 Bandung pada tahun pelajaran 1966/1967 dan belajar pada sore hari.
Sejak berdiri SMAN 8 Bandung mempunyai fasilitas kelas sebanyak 7 ruang yaitu:
Kelas I sebanyak 3 kelas
Kelas II sebanyak 2 kelas, dan
Kelas III sebanyak 2 kelas
Tiga tahun kemudian, awal tahun 1970 SMAN 8 Bandung pindah tempat ke jalan Solontongan No. 3 Bandung hingga saat ini dan mulai belajar pagi hari.
SMAN 8 Bandung merupakan sekolah yang sudah terakreditasi A dengan berbagai fasilitas yang menunjang seperti gedung aula, mesjid, laboratorium fisika, laboratorium biologi, hingga sarana perpustakaan yang sudah memenuhi kebutuhan siswa.
(28)
4.1.1.1 Identitas Sekolah
Nomor Statistik Sekolah : 3 0 1 0 2 6 0 1 3 0 8 6
NISN : 20219326
Nama Sekolah : SMA NEGERI 8 BANDUNG
Alamat
Jalan : SOLONTONGAN NO.3 RT.01/ RW.06
- Desa / Kelurahan : TURANGGA
- Daerah : KOTA
Kecamatan : LENGKONG
Kota : KOTA BANDUNG
Provinsi : JAWA BARAT
Kode Pos : 40264
Kode Area/No. Telp./Fax : (022) / 7304542 / 7310331
E-mail : info@sman8bandung.sch.id
Website : www.sman8bandung.sch.id
Jarak Sekolah sejenis terdekat : 1 (Km)
Sekolah Dibuka Tahun : 1967
Tahun terakhir Sekolah ini direnovasi : 2006
Status Sekolah : Negeri
Waktu Penyelenggaraan : Pagi
Tempat Penyelenggaraan : Sekolah Sendiri
SK Terakhir Status Sekolah : No.035/0/97 Tgl 7 Maret 1997
Keterangan SK : Perubahan nama
(29)
52
4.1.1.2 Visi dan Misi SMAN 8 Bandung
Visi
Berdasarkan data informasi dari situs sman8bdgschi.id visi SMAN 8 Bandung adalah “Menjadi sekolah menengah atas berprestasi, religius, berbudaya,
berwawasan lingkungan, berbasis terknologi informasi dan komunikasi.” Misi
Misi adalah target atau sasaran yang ingin dicapai setelah kegiatan dilaksanakan rambu-rambu yang ditentukan. Sesuai dengan visi didasarkan pada kompetensi dari berbagai komponen yang dimiliki, rumusan misi SMAN 8 Bandung adalah:
1) Mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual 2) Membangun kualitas dan kuantitas lulusan yang diterima di Perguruan
Tinggi terbaik.
3) Membangun akuntabilitas sekolah yang dilandasi komitmen dan sikap profesionalisme
4) Membangun watak dan kepribadian peserta didik yang jujur, peduli lingkungan, bermartabat dan berwawasan kebangsaan
5) Mengembangkan lingkungan sekolah yang aman, bersih, rapi, dan nyaman dalam upaya peneyelamatan lingkungan hidup
6) Membangun kemitraan dengan stakeholders sekolah guna mewujudkan pendidikan yang bermutu
7) Mengembangkan mutu proses pembelajaran melalui integrasi nilai-nilai karakter, penekanan pada teknologi informasi dan komunikasi
8) Mengembangkan kualitas layanan kepada stakeholders sekolah melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(30)
4.1.1.3 Struktur Organigram SMAN 8 Bandung
Gambar 4.1
Struktur Organigram SMAN 8 Bandung Sumber : Dokumen Sekolah
Jumlah siswa SMAN 8 Bandung setiap kelas rata-rata berjumlah 35 sampai dengan 40 orang. Adapun kondisi SMAN 8 Bandung secara keseluruhan cukup memadai, hal ini terlihat dari luasnya ruangan kelas yang memadai untuk 40 orang siswa. Kemudian fentilasi udara cukup nyaman disertai dengan kondisi jendela yang aman untuk dibuka maupun ditutup. Kondisi meja dan kursi tersedia dengan lengkap, bahkan untuk saat ini seluruh ruangan kelas yang ada di SMAN 8 Bandung sudah dilengkapi dengan fasilitas layar LCD dan Infocus. Papan tulis menggunakan white board, kemudian dilengkapi dengan penghapus, taplak meja,
(31)
54
jam dinding, organigram kelas, dan beberapa peta atau gambar hasil karya siswa siswa tersedia dengan baik. Kemudian disertai pula dengan adanya sebuah lemari serbaguna yang terletak samping meja guru.
SMAN 8 Bandung memiliki ruangan multimedia legkap dengan peralatannya dan satu ruang perpustakaan yang memadai dengan banyaknya buku yang dapat dipinjam oleh seluruh warga sekolah serta terdapat berbagai jenis buku dari mulai buku pengetahuan, buku paket untuk penunjang belajar siswa, Al-Qur’an, Juz Amma, cerpen, koran, novel, kamus, dan lain sebagainya. SMAN 8 Bandung memiliki laboratorium bahasa untuk pelajaran bahasa Indonesia, Inggris, Arab, maupun Jepang. Bahkan di sekolah ini terdapat laboratorium IPS untuk penelitian mata pelajaran Ekonomi, Geografi, dan Sejarah, di tempat tersebut juga dipajangkan hasil karya terbaik siswa siswi jurusan kelas IPS. Ruangan TU yang dimiliki cukup luas dan memadai, ruang guru pun sudah lengkap dengan meja, kursi, dan lemari masing-masing hanya saja kurang luas sehingga jika guru berkumpul semua, ruangan tidak cukup memadai untuk menampung. Ruang wakasek sudah cukup memadai karena ruang antara wakasek kesiswaan, kurikulum, humas, serta sarana dan prasarana telah memiliki ruangan tersendiri. Untuk ruangan kepala sekolah pun sudah memadai, serta ruang BP yang sudah baik dilengkapi dengan kursi dan meja yang nyaman jika dipergunakan untuk kegiatan bimbingan.
SMAN 8 Bandung memiliki gedung serba guna yang cukup luas serta ruangan mesjid yang besar sehingga dalam melaksanakan shalat khususnya shalat jumat khususnya civitas akademika tidak perlu keluar komplek sekolah. Keadaannya pun cukup tertata rapi, bahkan mesjid di sekolah ini terlihat indah disertai dengan suasana pekarangan hijau yang ditumbuhi tanaman. Hal yang menjadi daya tarik selain suasana pekarangan yang hijau dan asri, SMAN 8 Bandung juga memiliki kantin yang bersih dan terlihat steril.
(32)
4.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandung. Dalam penelitian diambil 2 kelas secara random.
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Penelitian
Kelas Teknik Pembelajaran Jumlah
Siswa Laki-laki Perempuan
XI IPS 1 Menggunakan metode
ceramah picture 36 21 15
XI IPS 3 Menggunakan teknik
picture and picture 36 19 17
Sumber: data penelitian diolah
Kelas eksperimen yang berada dikelas XI IPS 3 yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan menggunakan teknik pembelajaran
picture and picture dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan kelas kontrol
yaitu kelas XI IPS 1 yang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan menggunakan metode ceramah picture dalam kegiatan belajar mengajar.
4.1.3 Analisis Instrumen
4.1.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menunjukan kevalidan sebuah instrumen yang dipergunakan dalam sebuah penelitian yang sebelumnya telah dihitung dan telah dicocokan dengan tabel harga product moment dengan taraf signifikansi tingkat kepercayaan 95%. Setelah harga koefisien korelasi (rxy) diperoleh,
kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan nilairkritis product moment. Hasil r
hitung kemudian dikonfirmasikan dengan harga distribusi rkritis dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 yang artinya peluang membuat kesalahan sebesar 5% setiap
(33)
56
kepercayaan 95% serta derajat kebebasannya (dk) = n – 2. Uji validitas ini diolah menggunakan Microsoft Excel.
Berikut merupakan hasil uji validitas soal yang digunakan sebagai alat penelitian secara keseluruhan:
Tabel 4.2
Uji Validitas Instrumen
No.
Soal r-hitung r-tabel Ket
No.
Soal r.hitung r-tabel Ket
1. 0,37 0,33 valid 16. 0,48 0,33 valid
2. 0,44 0,33 valid 17. 0,42 0,33 valid
3. 0,51 0,33 valid 18. 0,52 0,33 valid
4. 0,39 0,33 valid 19. 0,53 0,33 valid
5. 0,53 0,33 valid 20. 0,47 0,33 valid
6. 0,52 0,33 valid 21. 0,56 0,33 valid
7. 0,59 0,.33 valid 22. 0,57 0,33 valid
8. 0,41 0,33 valid 23. 0,5 0,33 valid
9. 0,49 0,33 valid 24. 0,43 0,33 valid
10. 0,39 0,33 valid 25. 0,44 0,33 valid
11. 0,48 0,33 valid 26. 0,46 0,33 valid
12. 0,45 0,33 valid 27. 0,39 0,33 valid
13. 0,45 0,33 valid 28. 0,38 0,33 valid
(34)
15. 0,59 0,33 valid 30 0,43 0,33 valid Sumber: data penelitian (dioalah)
Berdasarkan pemaparan tabel 4.2 diketahui bahwa semua item soal dalam penelitian ini valid, karena memenuhi kriteria yaitu rhitung > rtabel sehingga soal
layak untuk dijadikan alat ukur dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
4.1.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kebenaran suatu instrumen penelitian yang dihitung menggunakan rumus Spearman-Brown dengan teknik dua ganjil-genap untuk instrumen dengan pengolahan data dilakukan melalui bantuan dengan Microsoft Excel.
Hasil dari mengkolerasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dari data hasil nilai instrumen pengujian soal dengan menggunakan rumus korelasi product moment mendapatkan rxy = 0,96858.
Selanjutnya yang dilakukan untuk mendapatkan hasil indeks reliabilitas maka nilai tersebut di hitung kembali dengan menggunakan Spearman-Brown yang menghasilkan r11 = 0,98404, dari hasil tersebut maka instrumen penelitian
dikatakan reliabel karena rhitung > rtabel, hasil pengujian reabilitas instrumen di
gambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen No. Soal 1-30
r11 0,98404
rtabel 0,35
kriteria sangat tinggi Sumber: data penelitian (diolah)
Pemaparan data pada tabel 4.3 mengindikasikan bahwa instrumen penelitian memiliki reliabitas yang sangat tinggi karena angka reliabilitasnya
(35)
58
sebesar 0,98404. Sehingga instrumen soal ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
4.1.3.3 Uji Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu merupakan suatu parameter yang memetakan kriteria soal yang menjelaskan peluang untuk menjawab benar atau tidaknya suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0.
Hasil dari uji tingkat kesukaran pada soal atau instrumen penelitian digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji Tingkat Kesukaran
No.
Soal Nilai Keterangan
No.
Soal Nilai Keterangan
1. 0,4375 Sedang 16. 0,56 Sedang
2. 0,69 Mudah 17. 0,22 Sukar
3. 0,63 Sedang 18. 0,5 Sedang
4. 0,81 Mudah 19. 0,59 Sedang
5. 0,69 Mudah 20. 0,5 Sedang
6. 0,31 Sukar 21. 0,19 Sukar
7. 0,66 Sedang 22. 0,69 Sedang
8. 0,31 Sukar 23. 0,41 Sedang
9. 0,34 Sedang 24. 0,59 Sedang
(36)
11. 0,56 Sedang 26. 0,38 Sedang
12. 0,41 Sedang 27. 0,38 Sedang
13. 0,72 Mudah 28. 0,53 Sedang
14. 0,5 Sedang 29. 0,66 Sedang
15. 0,59 Sedang 30. 0,5 Sedang
Sumber: data penelitian (dioalah)
Hasil pemaparan data pada tabel 4.4 mengindikasikan bahwa variasi soal dimana tingkat kesukaran soal dengan tingkat mudah berjumlah 4 soal, tingkat kesukaran sedang berjumlah 22 soal dan tingkat kesukaran dengan tingkat sukar berjumlah 4 soal. Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
Rentang Tingkat
Kesukaran Kriteria 0,00 - 0,30 Sukar 0,30 - 0,70 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah Sumber: Arikunto, 2009:210
4.1.3.4 Uji Tingkat Daya Pembeda
Daya pembeda memberikan informasi terkait soal instrumen yang akan dijadikan sebagai alat dalam penelitian, sehingga informasi tentang kemampuan siswa dalam menjawab bisa kita uji.
Untuk menghitung daya pembeda atau indeks diskriminasi dipakai rumus sebagai berikut:
DP =
Berikut adalah hasil pengujian uji daya pembeda dengan menggunakan MS Excel:
(37)
60
Tabel 4.5
Uji Tingkat Daya Pembeda
No. Soal
Daya
Pembeda Keterangan
No. Soal
Daya
Pembeda Keterangan
1 0,361 Cukup 16 0,58 Baik
2 0,64 Baik 17 0,31 Cukup
3 0,61 Baik 18 0,47 Baik
4 0,61 Baik 19 0,64 Baik
5 0,64 Baik 20 0,56 Baik
6 0,47 Baik 21 0,33 Cukup
7 0,67 Baik 22 0,72 Baik Sekali
8 0,31 Cukup 23 0,47 Baik
9 0,44 Baik 24 0,47 Baik
10 0,44 Baik 25 0,47 Baik
11 0,5 Baik 26 0,42 Cukup
12 0,39 Baik 27 0,33 Cukup
13 0,61 Baik 28 0,44 Baik
14 0,64 Baik 29 0,5 Baik
15 0,64 Baik 30 0,56 Baik
Sumber: data penelitian (dioalah)
Dari pemaparan tabel 4.5 diatas mengindikasikan bahwa hasil perhitungan daya pembeda dimana terdapat 5 soal dengan kriteria cukup, 1 soal dengan
(38)
kriteria baik sekali, dan 24 soal dengan kriteria baik. Dengan klarisifikasi indeks daya pembeda sebagai berikut:
Interval Kriteria
DP ≤ 0,00
0,00 < DP ≤ 0.20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat jelek Jelek
Cukup Baik
Sangat Baik Sumber: Suherman, 1990:202
4.1.4 Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.4.1 Data Hasil Pre Test dan Post Test
Pre test dilakukan pada awal penelitian dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep materi pada standar kompetensi perekonomian terbuka. Sedangkan test akhir atau post test dilakukan pada akhir penelitian dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi standar kompetensi perekonomian terbuka setelah dilaksanakan eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture dan dikelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Pre test dan post test dilaksanakan pada kelas kontrol di kelas XI IPS 1 dan kelas eksperimen di kelas XI IPS 3. Berikut adalah data hasil penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen didapat data pre test dan post test dengan rata-rata dibawah ini:
Tabel 4.6
Rata-rata Pre Test & Post Test Siswa di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Rata - rata
Pre Test Post Test
Kelas Kontrol 51,67 75,19
Kelas Eksperimen 52,87 80,09
Sumber: Data penelitian diolah
Pemaparan data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata pretest lebih tinggi yaitu sebesar 52,87 sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah memiliki rata-rata 51,67. Dan untuk nilai rata-rata
(39)
62
kelas eksperimen pada post test lebih besar yaitu sebesar 80,09 sedangkan nilai rata-rata dikelas kontrol sebesar 75,19.
4.1.4.2 Data Skor Gain
Data skor gain merupakan selisih antara nilai pre test dengan post test dikelas kontrol maupun dikelas eksperimen. Setelah data hasil pre test dan post
test didapat dari kelas kontrol dan eksperimen, kemudian dihitung peningkatan
antara pre test dan post test untuk mendapatkan nilai gain ternormalisasi sehingga kita akan mengetahui perbedaan hasil di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran setelah mendapatkan perlakuan. Berikut ini adalah perkembangan skor gain di kelas kontrol dan kelas eksperimen:
Tabel 4.9
Skor Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol
Kelas Rata - rata
GAIN N-GAIN
Kelas Kontrol 23,52 0,47
Kelas Eksperimen 27,22 0,55
Sumber: Data penlitian diolah
Pada informasi data di tabel 4.9 mengindikasikan bahwa terdapat nilai rata-rata. Pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah memperoleh rata-rata Gain yaitu sebesar 23,52 dan rata-rata N-Gain 0,47. Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan teknik picture and picture memperoleh peningkatan perolehan hasil belajar. Pada kelas eksperimen rata-rata Gain yaitu sebesar 27,22 dan rata-rata N-Gain yaitu 0,55. Adanya peningkatan tersebut karena siswa mendapatkan perlakuan khusus. Perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen yaitu saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
4.1.5 Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
4.1.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data, apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, dan untuk mengetahui gain berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunaka uji
(40)
Chi-Kuadrat yang kemudian diolah dengan SPSS 16.0. Kriteria pengujiannya adalah jika X2hitung< X2 tabel data berdistribusi normal sedangkan jika X2hitung> X2tabel data
berdistribusi tidak normal. Berikut adalah hasil pengujian data dalam penelitian: Tabel 4.11
Uji Normalitas dengan Chi Square
Test Statistics
N GAIN KONTROL
N GAIN EKSPERIME
N
POST TEST KONTROL
POST TEST EKSPERIMEN
Chi-Square 13,333 9,333 19,500 15,111
df 23 23 17 17
Asymp. Sig. 0,944 0,995 0,012 0,035
Sumber: Data diolah SPSS 16.0
Berdasarkan data dari tabel 4.11 terbukti bahwa data dari kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal, karena untuk nilai Chi-Square atau Xhitung
N-Gain kelas kontrol lebih kecil dari Xtabel yaitu 13,333 < 35,172 . Dan untuk nilai
Chi-Square atau Xhitung N-Gain kelas eksperimen lebih kecil dari Xtabel yaitu 9,333
< 35.172. Hasil uji normalitas pada data post test kontrol dan post test eksperimen menunjukkan berdistribusi normal, karena nilaiXhitung post test kelas kontrol lebih
kecil dari Xtabel yaitu 19,599 < 27,587. Dan untuk nilai Xhitung kelas eksperimen
lebih kecil dari Xtabel yaitu 15,111 < 27,587.
4.1.5.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan sampel kelas kontrol dan eksperimen homogen atau tidak, dengan begitu jika ternyata hasilnya homogen maka tidak terdapat perbedaan antara kemampuan awal siswa anatara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan ANOVA pada SPSS 16.0, dengan kriteria jika Fhitung < Ftabel maka kedua sampel
homogen. Hasil perhitungan melalui SPSS 16.0 maka didapat F hitung sebagai
(41)
64
Tabel 4.13 Hasil Uji Anova
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 12,500 1 12,500 0,081 0,777
Within
Groups 10832,272 70 154,747
Total 10844,772 71
Sumber: Lampiran
Pada pemaparan tabel 4.13 bahwa data nilai Fhitung pada pre test
keseluruhan sebesar 0,081 dengan nilai signifikan 0,777. Jadi Fhitung menunjukan
nilai yang lebih kecil dari Ftabel yaitu 0,081 < 3,98. Maka dapat disimpulkan bahwa
sampel secara keseluruhan homogen.
4.1.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis yang akan di uji kebenarannya. Pengujian tersebut di uji menggunakan aplikasi SPSS 16.0, yaitu:
Uji Hipotesis 1
Hipotesis pertama yaitu terdapat perbedaan hasil belajar dengan menggunakan teknik picture and picture dikelas eksperimen pada perlakuan awal (pre test) dan perlakuan akhir (post test). Berikut hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan program SPSS 16.0:
(42)
Tabel 4.14
Hasil Hipotesis Pre Test dan Post Test Kelas Ekperimen Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Pair 1
PRE TEST – POST TEST
Lower Upper 2,72217E1 12,09846 2,01641 23,128
14
31,3152
0 13,500 35 0,000 Sumber: Lampiran
Pada data tabel 4.14 hasil menunjukkan uji olah perhitungan pada uji t pada nilai pre test dan post test di kelas eksperimen didapat nilai thitung sebesar
13,50 untuk df = 35 maka diperoleh ttabel = 2,030. Karena nilai thitung lebih besar
dari ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, maka terdapat perbedaan hasil pre test
dan hasil post test di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture pada kegiatan belajar mengajar.
Uji Hipotesis 2
Hipotesis kedua yaitu terdapat perbedaan hasil belajar dikelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada perlakuan awal (pre test) dan perlakuan akhir (post test). Berikut hasil pengujian hipotesi kedua yang diuji menggunakan program SPSS 16.00:
Tabel 4.15
Hasil Pre Test dan Hasil Post Test Kelas Kontrol Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Pair 1
PRE TEST – POST TEST
Lower Upper 2,35183E1 12,57176 2,09529 19,264
66
27,7720
1 11,224 35 0,000 Sumber: Lampiran
(43)
66
Pada data tabel 4.15 menunjukkan perhitungan pada uji t pada nilai pre test dan post test di kelas eksperimen didapat nilai thitung sebesar 11,22 untuk df = 35
maka diperoleh ttabel = 2,030. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan H1
diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil pre test dan hasil post test pada kelas kontrol.
Uji hipotesis 3
Hipotesis ketiga yaitu terdapat perbedaan hasil belajar model teknik picture
and picture dikelas eksperimen dibandingkan dengan hasil yang menggunakan
metode ceramah dikelas kontrol. Berikut adalah hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan program SPSS 16.0:
Tabel 4.16
Hasil Hipotesis Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Independent Sample Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference
3,091 70 0,003 4,90694 1,58772
3,091 65,384 0,003 4,90694 1,58772
Sumber: Lampiran
Pemaparan data pada tabel 4.16 mengindikasikan bahwa hasil perhitungan uji t pada nilai post test kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat nilai thitung =
3,091 untuk df = 70, diperoleh ttabel = 1,994 artinya thitung > ttabel, maka Ho ditolak
dan H1 diterima, atau dari perhitungan α = 5% yaitu 0,05 dua sisi penolakan dapat
disimpulkan Ho tidak dapat diterima karena signifikasi dua sisi 0,00 < 0,05 tingkat signifikan (α) artinya bahwa terdapat perbedaan nilai post test hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif teknik picture and
(44)
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture sebagai variabel bebas (X), dan variabel terikatnya (Y) adalah hasil belajar siswa. Sedangkan materi yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu pada standar kompetensi memahami perekonomian terbuka. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandung dengan subjek siswa kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 1 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pada pertemuan pertama, siswa dibentuk kedalam beberapa kelompok secara random, setiap kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. Pada pertemuan pertama siswa sangat antusias dan terlihat kondusif dalam kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok sibuk membahas gambar yang guru berikan yang selanjutnya dipresentasikan didepan kelompok yang lainnya. Beberapa perwakilan dari setiap kelompok maju untuk mengutarakan pendapatnya pada setiap gambar dan disudahi dengan tanya jawab antar anggota kelompok yang lain.
Pada pertemuan kedua dan ketiga masih dengan kelompok yang sama yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya suasana disikusi menjadi lebih menarik. Semangat dan keceriaan siswa diperlihatkan dengan aktifnya setiap anggota kelompok yang ikut membantu bila ada kelompoknya mendapatkan serangan dari kelompok lain. Pengetahuan siswa pun menjadi bertambah karena pada setiap gambar yang dibahas terdapat perbedaan pendapat dari kelompok lain tapi hal ini bukan menjadi kendala bagi siswa untuk dapat mengembangkan potensi dan wawasan mereka. Selain itu, dari setiap pertemuan yang telah dilaksanakan terdapat perbedaan hasil pre test dan post test di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture dan dikelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
Adapun kendala dalam penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
picture and picture pada proses pembelajaran yaitu diperlukan kesepakatan
bersama antara guru dengan murid agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan suasana yang tertib dan kondusif. Selain itu persiapan untuk melaksanakan
(45)
68
proses pembelajaran dengan menggunakan teknik picture and picture sangat penting, selain guru dituntut untuk kreatif mencari bahan ajar yang berhubungan dengan materi ajar, guru harus sesekali memperhatikan beberapa siswa yang terlihat tidak terlalu antusias padahal proses pembelajaran terlihat menyenangkan serta guru harus dapat memperkirakan arah diskusi dari setiap gambar yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari diskusi yang tidak efektif mengingat waktu pada setiap pertemuan terbatas sedangkan gambar yang akan dibahas terdiri dari 7 sampai 8 gambar.
Penggunaan model kooperatif teknik picture and picture ini membantu siswa menyerap materi dengan cepat, sehingga siswa dapat memainkan imajinasinya sendiri dan disampaikan dengan perkataan mereka sendiri. Ditambah lagi dengan siswa yang dibentuk secara kelompok memudahkan mereka untuk mencari hasil dari setiap gambar yang diberikan oleh guru dengan cara berdiskusi antara anggota kelompok. Untuk setiap kelompok yang tampil dapat melakukan diskusi dengan tanya jawab, hal ini bertujuan menambah wawasan siswa dan tingkat kekritisan terhadap argumen orang lain. Pada kelompok-kelompok inilah terlihat siswa menjadi terpacu untuk mengutarakan pendapatnya dihadapan kelompok lain yang sebelumnya telah didiskusikan dengan teman sekelompoknya.
Hal ini didukung oleh pernyataan Gagne (Suprijono, 2011:06) siswa dikatakan telah memiliki kemampuan hasil belajar yang berupa keterampilan intelektual bila siswa mampu mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas dan kecakapan siswa dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri serta siswa memiliki kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Slavin (Isjoni, 2011:15) menjelaskan bahwa ”pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.” Pada pelaksanaannya proses pembelajaran kooperatif semua siswa belajar bekerja sama dengan kelompoknya
(46)
dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam sebuah gambar lalu menjelaskan pendapat menurut mereka sendiri.
Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab atau menjelaskan maksud dari gambar yang guru berikan.
Pernyataan tersebut didukung teori kontuktivisme Vygotsky dimana dalam pemdidikan terdapat dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas dan setting memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Kedua pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan pemunculan (scaffolding) yang berarti semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya.
Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif teknik picture and
picture yaitu mampu menciptakan suasana belajar menjadi ceria serta
membangkitkan gairah belajar siswa terlihat dari perkembangan pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga siswa menjadi lebih menghargai pendapat dari kelompok lain dan bekerja sama dengan sesama kelompoknya dalam membahas setiap gambar sehingga proses belajar tidak cepat bosan.
Hal tersebut berdampak positif bagi semua siswa terutama sesama anggota kelompoknya. Pada akhirnya semua siswa bisa mengutarakan pendapatnya mengenai permasalahan di kelompoknya yang guru berikan dengan percaya diri, hal tersebut merupakan bentuk kelebihan dari penggunaan teknik picture and
picture dalam pembelajaran.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar pada siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang tepat dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang aktif, sehingga siswa dapat mengembangkan pemahamannya sendiri mengenai suatu konsep. Hal ini telah dibuktikan dari hasil penelitian selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picrture pada kelas eksperimen
(47)
70
dan membandingkannya dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, LW & David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Pustaka Belajar:Yogyakarta
Anna Poedjiadi. 1996. Efektivitas Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam
Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Peserta Didik di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Tesis. IKIP Bandung: (tidak diterbitkan)
Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi. PT. Rineka Cipta:Jakarta
Arikunto Suharsimi, 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Belajar (Edisi Revisi). Bumi Aksara:Jakarta, Cetakan Kesembilan
Bern R & Erickson P. 2001. An Interactive Web-based Model for the Professional
Development of Teachers in Contextual Teaching and Learning.
Bowling Green State University:Ohio
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Rinekacipta:Jakarta Dahar Ratna Wilis. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga:Jakarta
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran . Rineka Cipta:Jakarta Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia:Bandung
Hanbury, L. 1996. Constructivism: So What? In J. Wakefield and L. Velardi (Eds.). Celebrating Mathematics Learning (pp.3-8) The Mathematical Association of Victoria:Melbourne
Hergenhahn & Matthew Olson. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana:Jakarta
Hudoyo, Herman. 1998. Ilmu Pendidikan. Usaha Nasional:Surabaya
Irianto Agus. 2009. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana Perdana Group: Jakarta
Knuth R.A & Cunningham, D.J 1996. Tools for Contructivism. Springer-Verlag:Berlin
(49)
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Remaja Rosdakarya:Bandung Mulyani Nur Sri, Mahfudz Agus, Permana Leni. 2009. Ekonomi untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas XI. Cakra Media:Jakarta
Purwanto Ngalim. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar:Yogyakarta Ratumanan T.G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Unesa Universitas
Press:Surabaya
Rohmana Yana. 2010. Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews, Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi:Bandung
Ruseffendi. 1998. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung Press: Bandung
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta:Bandung Sanjaya Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana
Predana Media Group:Jakarta
Siregar. S. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. PT Grasindo:Jakarta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta
Sudjana Nana. 2008. Media Pembelajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). CV Sinar Baru:Bandung
Susan, C., Marilyn, L. dan Tony, T. 1995. Learning to Tech in the Secondary
School. Routledge:London
Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Pendidikan. Wijayakusuma:Bandung
Suprijono Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivitik. Prestasi Pustaka Publisher:Jakarta.
Suprijono Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar:Yogyakarta
Surya, M. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Yayasan Bhakti Winaya:Bandung
Tanjung. 1998. Inti Konstruktivis Vigotsky. [online]. Tersedia: http://danni-abdurrahman.blogspot.com/2011/12/implementasi-teori-belajar.html
[22 June 2014]
Tasker, R. 1992. Effective Teaching: What Can A Constructivist View of :earning
Offer. In The Australian Science Teachers Journal. 38 (1): 25-34
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka:Jakarta
(50)
Tytler, R. 1996. Constructivism and Conceptual Change View of Learning in
Science. Majalah Pendidikan IPA; Khasanah Pengajaran IPA.
IMAPIPA:Bandung
Usman, Uzer 2005. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya:Bandung Skripsi:
Putranto Aditya Galih, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Type Make A
Match Terhadap Hasil Belajar Siswa, Skripsi, Program S1 Univesitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2012
(1)
68
Moch. Fikri Faizillah, 2014
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
proses pembelajaran dengan menggunakan teknik picture and picture sangat penting, selain guru dituntut untuk kreatif mencari bahan ajar yang berhubungan dengan materi ajar, guru harus sesekali memperhatikan beberapa siswa yang terlihat tidak terlalu antusias padahal proses pembelajaran terlihat menyenangkan serta guru harus dapat memperkirakan arah diskusi dari setiap gambar yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari diskusi yang tidak efektif mengingat waktu pada setiap pertemuan terbatas sedangkan gambar yang akan dibahas terdiri dari 7 sampai 8 gambar.
Penggunaan model kooperatif teknik picture and picture ini membantu siswa menyerap materi dengan cepat, sehingga siswa dapat memainkan imajinasinya sendiri dan disampaikan dengan perkataan mereka sendiri. Ditambah lagi dengan siswa yang dibentuk secara kelompok memudahkan mereka untuk mencari hasil dari setiap gambar yang diberikan oleh guru dengan cara berdiskusi antara anggota kelompok. Untuk setiap kelompok yang tampil dapat melakukan diskusi dengan tanya jawab, hal ini bertujuan menambah wawasan siswa dan tingkat kekritisan terhadap argumen orang lain. Pada kelompok-kelompok inilah terlihat siswa menjadi terpacu untuk mengutarakan pendapatnya dihadapan kelompok lain yang sebelumnya telah didiskusikan dengan teman sekelompoknya.
Hal ini didukung oleh pernyataan Gagne (Suprijono, 2011:06) siswa dikatakan telah memiliki kemampuan hasil belajar yang berupa keterampilan intelektual bila siswa mampu mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas dan kecakapan siswa dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri serta siswa memiliki kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Slavin (Isjoni, 2011:15) menjelaskan bahwa ”pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.” Pada pelaksanaannya proses pembelajaran kooperatif semua siswa belajar bekerja sama dengan kelompoknya
(2)
69
Moch. Fikri Faizillah, 2014
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam sebuah gambar lalu menjelaskan pendapat menurut mereka sendiri.
Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab atau menjelaskan maksud dari gambar yang guru berikan.
Pernyataan tersebut didukung teori kontuktivisme Vygotsky dimana dalam pemdidikan terdapat dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas dan setting memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Kedua pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan pemunculan (scaffolding) yang berarti semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya.
Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif teknik picture and picture yaitu mampu menciptakan suasana belajar menjadi ceria serta membangkitkan gairah belajar siswa terlihat dari perkembangan pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga siswa menjadi lebih menghargai pendapat dari kelompok lain dan bekerja sama dengan sesama kelompoknya dalam membahas setiap gambar sehingga proses belajar tidak cepat bosan.
Hal tersebut berdampak positif bagi semua siswa terutama sesama anggota kelompoknya. Pada akhirnya semua siswa bisa mengutarakan pendapatnya mengenai permasalahan di kelompoknya yang guru berikan dengan percaya diri, hal tersebut merupakan bentuk kelebihan dari penggunaan teknik picture and picture dalam pembelajaran.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar pada siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang tepat dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang aktif, sehingga siswa dapat mengembangkan pemahamannya sendiri mengenai suatu konsep. Hal ini telah dibuktikan dari hasil penelitian selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik picture and picrture pada kelas eksperimen
(3)
70
Moch. Fikri Faizillah, 2014
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
dan membandingkannya dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
(4)
Moch. Fikri Faizillah, 201 4
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Anderson, LW & David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Pustaka Belajar:Yogyakarta
Anna Poedjiadi. 1996. Efektivitas Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Peserta Didik di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Tesis. IKIP Bandung: (tidak diterbitkan) Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi. PT. Rineka Cipta:Jakarta
Arikunto Suharsimi, 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Belajar (Edisi Revisi). Bumi Aksara:Jakarta, Cetakan Kesembilan
Bern R & Erickson P. 2001. An Interactive Web-based Model for the Professional Development of Teachers in Contextual Teaching and Learning.
Bowling Green State University:Ohio
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Rinekacipta:Jakarta Dahar Ratna Wilis. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga:Jakarta
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran . Rineka Cipta:Jakarta Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia:Bandung
Hanbury, L. 1996. Constructivism: So What? In J. Wakefield and L. Velardi (Eds.). Celebrating Mathematics Learning (pp.3-8) The Mathematical Association of Victoria:Melbourne
Hergenhahn & Matthew Olson. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana:Jakarta
Hudoyo, Herman. 1998. Ilmu Pendidikan. Usaha Nasional:Surabaya
Irianto Agus. 2009. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana Perdana Group: Jakarta
Knuth R.A & Cunningham, D.J 1996. Tools for Contructivism. Springer-Verlag:Berlin
(5)
Moch. Fikri Faizillah, 201 4
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Remaja Rosdakarya:Bandung Mulyani Nur Sri, Mahfudz Agus, Permana Leni. 2009. Ekonomi untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas XI. Cakra Media:Jakarta Purwanto Ngalim. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar:Yogyakarta Ratumanan T.G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Unesa Universitas
Press:Surabaya
Rohmana Yana. 2010. Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews, Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi:Bandung
Ruseffendi. 1998. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung Press: Bandung
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta:Bandung Sanjaya Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana
Predana Media Group:Jakarta
Siregar. S. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. PT Grasindo:Jakarta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta
Sudjana Nana. 2008. Media Pembelajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). CV Sinar Baru:Bandung
Susan, C., Marilyn, L. dan Tony, T. 1995. Learning to Tech in the Secondary School. Routledge:London
Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Pendidikan. Wijayakusuma:Bandung
Suprijono Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitik. Prestasi Pustaka Publisher:Jakarta.
Suprijono Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar:Yogyakarta
Surya, M. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Yayasan Bhakti Winaya:Bandung
Tanjung. 1998. Inti Konstruktivis Vigotsky. [online]. Tersedia: http://danni-abdurrahman.blogspot.com/2011/12/implementasi-teori-belajar.html
[22 June 2014]
Tasker, R. 1992. Effective Teaching: What Can A Constructivist View of :earning Offer. In The Australian Science Teachers Journal. 38 (1): 25-34
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka:Jakarta
(6)
Moch. Fikri Faizillah, 201 4
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tytler, R. 1996. Constructivism and Conceptual Change View of Learning in Science. Majalah Pendidikan IPA; Khasanah Pengajaran IPA. IMAPIPA:Bandung
Usman, Uzer 2005. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya:Bandung Skripsi:
Putranto Aditya Galih, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Type Make A
Match Terhadap Hasil Belajar Siswa, Skripsi, Program S1