PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK TULIS BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU: Studi Deskriptif Kualitatif Pada Siswa Tunarungu SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK TULIS BAGI
PESERTA DIDIK TUNARUNGU
(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Siswa Tunarungu SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh:
Siti Riska Supriyanti 0906673
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN BATIK TULIS
BAGI PESERTA DIDIK
TUNARUNGU
Oleh
Siti Riska Supriyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Siti Riska Supriyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
SITI RISKA SUPRIYANTI NIM. 0906673
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK TULIS BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU
(Studi deskriptif kualitatif pada peserta siswa SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 195809071987031001
Pembimbing II
Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd NIP. 196010151987101001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa
Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 196010151987101001
(4)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi Peserta Didik Tunarungu (Studi Deskriptif kualitatif pada siswa tunarungu SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota
bandung).
Keterampilan batik tulis merupakan salah satu keterampilan yang penting diajarkan kepada peserta didik tunarungu, karena keterampilan batik tulis ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi dunia kerja. Kemudian cocok diajarkan kepada anak tunarungu karena berbasis visual dan motorik. Selain itu keterampilan ini dapat melatih motorik tangan anak tunarungu. Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup, yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Melalui pelayanan pendidikan yang sistematis dan terarah bagi peserta didik tunarungu diharapkan menjadi warga yang terampil dan mandiri. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru yaitu KS dan tiga orang peserta didik tunarungu SMALB yaitu RS, UL dan SY. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif tentang pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian diketahui bahwa dalam perencanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan silabus. Pelaksanaan pembelajaran memakai metode bervariasi, evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis menggunakan evaluasi proses dan hasil. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak mengalami banyak kendala begitupun dalam media pembelajaran maupun metode pembelajaran. Kendala evaluasi proses yaitu guru tidak selalu berada di dalam kelas. Masalah yang ditemukan adalah kekurangan alokasi waktu, terganggunya evaluasi proses, hambatan pengayaan sarana dan prasarana. Upaya yang dilakukan yaitu membagi materi yang sulit ke beberapa pertemuan, menggantikan guru untuk mengawasi dalam evaluasi proses dan menyediakan peralatan batik tulis dengan melebihi jumlah peserta didik.
(5)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRACT
Learning Skills Batik For Deaf Students (Qualitative Descriptive Study on SMALB deaf students in SLB Negeri Bandung Cicendo city).
Batik skills is one of the essential skills taught to deaf students, because these batik skills can be an alternative in the face of the working world. Then matched taught to deaf children because of the visual and motor-based. Besides these skills can train hand motor deaf children. Schools have an obligation to provide learning life skills, vocational skills oriented. Educational services through a systematic and targeted for students with hearing impairment is expected to be a skilled and self-reliant citizens. The focus of this research is to describe the batik skill learning for learners with hearing impairment in Cicendo SLB Negeri Bandung. Research conducted on the KS one teacher and three deaf learners SMALB ie RS, UL and SY. The purpose of this study was to obtain an overview of the learning skills of batik on deaf learners. This study used a qualitative approach with descriptive method of batik skill learning for deaf learners in Cicendo SLB Negeri Bandung. The data was collected through observations, interviews and documentation. Results reveal that the teachers prepare lesson plans and lesson plan syllabus. Implementation of learning used varying methods, evaluation of learning skills using the batik process and outcome evaluation. In the implementation of learning does not experience many difficulties as well as in media teaching and learning methods. Constraints teacher evaluation process that is not always in the classroom. Problems found are lack of time allocation, the disruption of the evaluation process, enrichment facilities and infrastructure constraints. Effort made is difficult to divide the material several meetings, replacing the teacher to supervise the evaluation process and provide batik equipment to exceed the number of learners.
(6)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Masalah ... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK TULIS BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU ... 7
A. Pembelajaran Keterampilan ... 7
1. Pengertian Pembelajaran ... 7
2. Tahapan Pembelajaran ... 11
3. Pembelajaran Keterampilan ... 13
B. Keterampilan Membatik ... 17
1. Sejarah Batik ... 17
2. Pengertian Membatik ... 18
3. Alat dan Bahan yang digunakan untuk membatik tulis ... 21
4. Langkah-langkah Pembuatan Batik Tulis ... 25
C. Tunarungu ... 27
1. Pengertian Tunarungu ... 27
2. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 28
3. Penyebab Ketunarunguan ... 29
4. Dampak Ketunarunguan ... 30
D. Program Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis bagi Peserta Didik Tunarungu ... 31
(7)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Tempat dan Subjek Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian ... 35
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 36
D. Pengujian Keabsahan Data ... 39
E. Teknik Analisis data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil Penelitian ... 45
1. Perencanaan pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 45
2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 47
3. Evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 49
4. Hambatan dalam pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 51
5. Upaya dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 53
B. Pembahasan ... 54
1. Perencanaan pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 55
2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 57
3. Evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 61
4. Hambatan dalam pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo. ... 62
5. Upaya dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 65
A. Kesimpulan ... 65
(8)
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN ... 70
(9)
1
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia di dunia ini memiliki keahlian khusus yang bisa dikembangkan dan dipakai di dalam kehidupan masyarakat untuk menopang kehidupannya sehari-hari. Keahlian yang di maksud adalah keterampilan yang setiap orang miliki. Keterampilan bisa di pelajari dimanapun yaitu di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Karena pada penelitian ini yang dibahas mengenai peserta didik, maka akan membahas keterampilan yang ada di lingkungan sekolah.
Pada saat ini banyak sekali keterampilan yang dikembangkan di sekolah-sekolah baik itu sekolah-sekolah umum maupun sekolah-sekolah luar biasa. Keterampilan sangat penting sekali dipelajari di sekolah karena sangat berguna sekali untuk menunjang kehidupan nantinya setelah mereka lulus. Sekolah menyuguhkan berbagai keterampilan dan peserta didik disuruh untuk memilih salah satu ataupun beberapa keterampilan yang mereka gemari. Keterampilan juga salah satu kegiatan yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak. Oleh karena itu keterampilan bisa berjalan dengan baik apabila di sertai dengan bakat yang dimiliki anak. Keterampilan yang diajarkan di sekolah adalah salah satu upaya agar peserta didik yang sudah lulus memiliki bekal untuk hidup mandiri dan membiayai kehidupan sendiri.
Dalam hal ini keterampilan tidak hanya di pelajari di sekolah-sekolah umum saja akan tetapi di pelajari dan di sekolah luar biasa. Bahkan keterampilan-keterampilan banyak dipelajari di sekolah-sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi anak luar biasa mempunyai tugas pokok yaitu membantu peserta didik mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tingkat jenis keluar biasaannya.
(10)
2
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kirk dan Gallagher dalam fajardwijatmikoplb12uns.blogspot.com mengemukakan definisi anak luar biasa sebagi anak yang menyimpang dari rata - rata dalam hal karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik neuromotoratik atau fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi, gabungan dari variabel tersebut atau semuanya. Karena mereka memiliki penyimpangan, maka anak luar biasa memerlukan modifikasi dalam pembelajarannya dalam bentuk pendidikan luar biasa.
Pintner (Somad dan Hernawati, 1995:27) meneliti taraf kecerdasan anak tunarungu melalui tes tertulis dan tes kecerdasan individual dan hasilnya anak tunarungu pada umumnya menunjukkan taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Akan tetapi mereka memiliki kesempatan untuk menerima pendidikan layaknya anak yang normal pendengarannya. Dalam mengikuti berbagai kegiatan kehidupan pun mereka memiliki kemampuan, misalnya dalam berdagang, berpolitik, bekerja dan kegiatan kehidupan lainnya layaknya anak pada umumnya. Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari ketunarunguan, yaitu dampak dalam aspek bahasa, aspek persepsi bunyi, aspek komunikasi, aspek intelektual, aspek sosial-emosi, bahkan aspek vokasional.
Pendidikan adalah wadah agar anak tunarungu dapat berkembang layaknya anak yang normal pendengarannya. Sekolah suatu lembaga untuk mengembangkan kemampuan anak. Dari lembaga inilah anak tunarungu dapat mengembangkan bakatnya, memperluas pengetahuannya dan menerima berbagai keterampilan yang telah tersedia. Seperti yang terdapat pada paragraf sebelum-sebelumnya bahwa sekolah menyuguhkan berbagai keterampilan agar setelah lulus mereka bisa langsung hidup mandiri. Karena tidak semua peserta didik tunarungu setelah lulus dari sekolah luar biasa dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup, yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
(11)
3
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Anak tunarungu memiliki hambatan pada organ bicaranya, artinya mereka tidak mampu mendengar dan berbicara secara optimal. Maka dari itu untuk mempelajari keterampilan harus berbasis visual. Keterampilan yang berbasis visual yaitu keterampilan yang menggunakan organ penglihatan secara optimal. Karena keterampilan adalah pembelajaran yang berbuah hasil karya anak, motorikpun akan sangat berpengaruh terhadap pembelajaran keterampilan. Jadi di dalam pembelajaran keterampilan bisa mengembangkan dua aspek, yaitu aspek visual dan motorik.
Dari hasil studi pendahuluan melalui observasi di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung, keterampilan yang sedang dipelajari oleh anak-anak sangat beragam. Mulai dari memasak, otomotif dan membatik. Hal yang sangat menarik untuk diteliti adalah membatik, karena batik adalah warisan budaya Indonesia yang sangat unik dari segi motif, cara pengerjaan dan cara pemakaiannya bahkan nilai jualnya pun bisa dikatakan sangat menjual. Dari cara pengerjaannya batik dibagi menjadi tiga macam, yaitu batik cap, batik tulis dan batik printing. Dalam hal ini peneliti lebih tertarik pada pengerjaan batik tulis, karena dilihat dari cara pengerjaan batik tulis memerlukan kelihaian tangan serta ketelitian. Karena anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran dan wicara, maka di dalam pembelajarannya pun mereka memiliki hambatan yaitu dalam ketelitian menorehkan canting, cara mengukur malam dan cara menyalakan kompor minyak tanah.
Keterampilan batik ini sangat cocok dipelajari oleh anak tunarungu karena berbasis visual dan motorik. Artinya keterampilan batik tulis ini dapat mengembangkan ketajaman penglihatan tangan dengan ketelitiannya merapihkan garis pada kain dan mengembangkan motorik tangan pada saat menorehkan canting pada kain yang memerlukan kelihaian tangan. Selain itu, harga jual batik tulis paling tinggi dibandingkan dengan batik printing dan batik cap. Jadi keuntungan anak dapat mempelajari batik tulis ini adalah dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menghadapi dunia kerja. Jika lahan kerja sudah penuh maka
(12)
4
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mereka bisa membuat lahan kerja mereka sendiri. Selain itu keuntungan untuk masyarakat adalah pelestarian kebudayaan Indonesia khususnya di bidang batik tulis.
Anak tunarungu memiliki hambatan pada organ pendengarannya, karena ada kerusakan atau kurang berfungsinya organ pendengaran tersebut. Hal itu menyebabkan anak tunarungu tidak dapat belajar secara optimal karena tidak ada proses mendengar berarti tidak ada juga proses peniruan. Dengan demikian dalam pembelajaran batik tulis perlu adanya media yang memadai dan dapat mengoptimalkan pembelajaran batik tulis anak tunarungu. Selain media, strategi guru dalam memberikan pelajaran batik tulis menjadi perhatian yang khusus juga. Karena strategi guru dalam memberikan pembelajaran batik sangat berpengaruh terhadap pengoptimalan kemampuan peserta didik dalam pengerjaan batik tulis.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pembelajaran batik tulis pada anak tunarungu. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi Peserta Didik Tunarungu”.
B. Fokus Masalah Penelitian
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tertuju kepada ”Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan batik tulis bagi peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ?”. Dengan subfokus masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
(13)
5
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
5. Bagaimana upaya guru dalam menangani hambatan yang muncul dalam pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian Secara Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu. b. Tujuan Penelitian Secara Khusus
1) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan batik tulis peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
2) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan batik tulis peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
3) Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
4) Untuk mengetahui apa yang menjadi penghambat pembelajaran keterampilan batik tulis peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
5) Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam pembelajaran keterampilan batik tulis peserta didik tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
(14)
6
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat di ambil baik secara teoritis maupun secara praktis, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam ilmu pendidikan kebutuhan khusus. Khususnya tentang pembelajaran batik tulis bagi peserta didik tunarungu.
b. Secara praktis
Bagi SLB B, khususnya SLB Negeri Cicendo Kota Bandung hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan pembelajaran keterampilan batik tulis.
(15)
7
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK TULIS BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU
A.
Pembelajaran Keterampilan 1. Pengertian PembelajaranNasution (Suryosubroto, 2009:15) menyatakan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar mengajar.
Usman (Suryosubroto, 2009:16) proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Slameto (2003:20) menyatakan bahwa belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Slameto (2003:109) menyatakan peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, sedangkan pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
(16)
8
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam PBM sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Usman (1990:7) menyatakan guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola PBM, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri peserta didik dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan peserta didik untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi peserta didik.
Sugandi, dkk (2000:25) menyebutkan ciri–ciri dari pembelajaran antara lain:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
(17)
9
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sugandi, dkk (2000:27) menyatakan bahwa Prinsip-prinsip pembelajaran antara lain :
1. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.
2. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui berbagai kiat untuk menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.
4. Keaktifan Siswa
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
6. Pengulangan
Untuk mempelajari, siswa perlu membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.
(18)
10
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.
8. Balikan Dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran. Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan baiknya tersebut.
9. Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.
Sugandi dkk (2000:25) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
(19)
11
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Tahapan Pembelajaran a. Tahap perencanaan
Tahapan ini adalah tahapan persiapan pembelajaran yang di dalamnya terdapat penyusunan rencana pengajaran/ rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Usman (2009:61) menyatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran/rencana pengajaran merupakan persiapan guru mengajar untuk tiap pertemuan. Usman (2009:61) menyatakan bahwa fungsi dari rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif.
Johnson (Suryosubroto,2009:22) menyatakan bahwa :
Teacher are expected to design and deliver instruction so that student learning is facilitated. Instruction is asset of event design to initiated aclivate, and support learning in student, it is the process of arranging the learning in student, it is the process of arranging in the learning situation (including the classroom, the student, anf the curriculum materials) so that learning is facilitated.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena rencana pengajaran memudahkan siswa untuk belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan dan mendorong belajar siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa, materi dan kurikulum) agar menjadi lebih mudah.
b. Tahap pelaksanaan
Menurut Djahri (Kunandar, 2007:287) prinsip utama dalam proses pembelajaran adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar
(20)
12
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang (life skill).
Sudjana (Suryosubroto, 2009:30) menyatakan bawa tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal inti dan akhir. Tahapan awal yang ada di dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah :
1) Guru dan peserta didik berdoa bersama-sama sebelum melaksanakan pembelajaran
2) Guru mengabsen peserta didik dan mencatat yang tidak hadir
3) Guru bertanya kepada peserta didik mengenai pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
4) Mengadakan apersepsi yaitu mengaitkan pembelajaran mengenai materi yang akan dipelajari.
5) Mengadakan pre test untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai materi yang telah diberikan sebelumnya.
Sudjana (Suryosubroto, 2009:36) menyatakan :
Dalam praktek mengajar metode yang baik digunakan adalah metode mengajar yang bervariasi/ kombinasi dari beberapa metode mengajar, seperti (a) ceramah, tanya jawab dan tugas, (b) ceramah, diskusi dan tugas (c) ceramah, demonstrasi dan eksperimen (d) ceramah, sosiodrama dan diskusi (e) ceramah, problem solving dan tugas (f) ceramah, demonstrasi dan latihan. Setelah kegiatan pembelajaran guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam. c. Tahap evaluasi
Wand dan Brown (Kunandar, 2007:377) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.
(21)
13
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kunandar (2007:377) menyatakan tujuan hasil belajar adalah untuk mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil belajar. Evaluasi program bertujuan untuk menilai menilai aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukkan kompetensi peserta didik. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran.
Di dalam pelaksanaan evaluasi perlu adanya program evaluasi. Nurkancana dan Sumartana (Kunandar, 2007:378) menyusun hal-hal yang harus dimuat di dalam program evaluasi, yaitu :
1) Perincian terhadap tujuan evaluasi dalam lembaga pendidikan dan tujuan evaluasi setiap mata pelajaran.
2) Perincian mengenai aspek pertumbuhan yang harus diperhatikan dalam setiap tindakan evaluasi
3) Metode evaluasi yang dapat dipergunakan. 4) Masalah alat evaluasi yang dapat dipergunakan. 5) Kriteria dan skala yang dipergunakan.
6) Jadwal evaluasi.
3. Pembelajaran Keterampilan
Depdiknas (2006:4) menyatakan bahwa mata pelajaran keterampilan memiliki fungsi mengembangkan kreativitas, mengembangkan sikap produktif, mandiri, dan mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan/pekerjaan dan hasil karya. Keterampilan diberikan kepada peserta didik berupa teori tentang pengertian, jenis, fungsi, bahan, alat, dan teknik membuat benda. Keterampilan kerajinan dan teknologi tersebut diajarkan melalui membuat desain, membuat skema rangkaian, membuat
(22)
14
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
resep, membuat benda, membuat kemasan, dan cara menyajikan serta menjual benda kerajinan dan teknologi. Keterampilan kerajinan dan teknologi mengembangkan sikap kreatif dan mandiri melalui pembelajaran berbagai jenis keterampilan. Keterampilan kerajinan meliputi kerajinan dari bahan lunak, keras baik alami maupun buatan dengan berbagai teknik pembentukan. Keterampilan teknologi meliputi rekayasa, budidaya, dan pengolahan, sehingga peserta didik mampu menghargai berbagai jenis proses membuat keterampilan dan hasil karya keterampilan kerajinan dan teknologi. Berdasarkan substansinya, materi pembelajaran keterampilan meliputi wawasan apresiasi tentang keterampilan dan ruang lingkupnya, pengetahuan bahan dan alat, berkarya, dan penyajian karya, serta wawasan kewirausahaan. Dalam pelaksanaan pembelajarannya materi-materi atau kompetensi tersebut disampaikan berdasarkan bidang masing-masing atau terpadu sesuai porsi yang ada.
Pada hakikatnya, pelaksanaan pembelajaran keterampilan ditekankan pada pembelajaran produktif, yaitu berkarya keterampilan kerajinan dan teknologi, penyajian karya, dan wawasan pemasaran karya untuk membentuk jiwa kewirausahaan peserta didik.
Pembelajaran keterampilan diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) yang meliputi keterampilan personal, sosial, pravokasional, dan akademik. Penekanan jenis keterampilan dipilih oleh satuan pendidikan dan perlu mempertimbangkan minat dan bakat peserta didik serta potensi lokal, budaya, ekonomi, dan kebutuhan daerah.
Keterampilan personal dan sosial diperlukan untuk semua peserta didik, keterampilan akademik mereka yang akan melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keterampilan pravokasional diperlukan mereka yang akan memasuki dunia kerja. Keterampilan pravokasional
(23)
15
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat diberbagai pengalaman apresiasi dan kreasi untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi peserta didik.
Pembelajaran keterampilan memberikan bekal kepada peserta didik agar memiliki sikap adaptif, kreatif, dan inovatif melalui pengalaman belajar yang menekankan pada aspek fisik dan mental. Pembelajaran keterampilan pravokasional adalah memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, sosial, etika, estetika, dan kreativitas dalam apresiasi dan kreasi berkarya keterampilan. Kegiatan keterampilan dimulai dari mengidentifikasi potensi lingkungan peserta didik untuk diubah dan dikembangkan untuk menjadi bermanfaat bagi kehidupan. Pembelajaran keterampilan dirancang secara sistematis melalui tahapan meniru, memodifikasi, mengubah, dan menciptakan produk yang lebih bermanfaat.
Pembelajaran keterampilan pada dasarnya adalah pembelajaran praktik. Pembelajaran keterampilan mengacu pada pembelajaran berbasis kompetensi yaitu model pembelajaran di mana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan.
Menurut Depdiknas (2006:8) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kompetensi yaitu (1) penguasaan kompetensi oleh peserta didik, (2) penguasaan kompetensi peserta didik harus memiliki kesepadanan dengan kompetensi tersebut dimana digunakan, (3) aktivitas belajar Peserta didik bersifat perseorangan, dan (4) pembelajaran kompetensi harus ada bahan pengayaan (enrichment) bagi Peserta didik yang lebih cepat dan program perbaikan (remedial) bagi
(24)
16
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Peserta didik yang lamban, sehingga perbedaan irama belajar Peserta didik terlayani.
Menurut Hadiyanto (Anwar, 2006:7) belajar adalah merupakan perubahan, karena paling relevan dengan keberadaan lembaga pendidikan sebagai agen perubahan. Anwar (2006:8) menyatakan learning to learn tumbuh dari sinergi antara intelektual dan moral yang berekspresi dari hasil belajar otentik (actual outcomes) dalam bentuk karya dan perilaku. Dimilikinya keterampilan belajar untuk belajar oleh peserta didik, dengan sendirinya akan dikuasai sejumlah aspek lain, termasuk keterampilan untuk hidup. Keterampilan belajar bukan keterampilan tunggal akan tetapi merupakan garis kontinum yang bermula dari titik awal kehidupan dan berakhir pada akhir hidup manusia itu sendiri. Keterampilan belajar merupakan salah satu potensi dan tugas asasi manusia yang kualitasnya dipengaruhi faktor eksternal.
Pembelajaran bagi tumbuhnya keterampilan belajar juga dirasakan sebagai salah satu kebutuhan mendasar bagi Negara maju dalam menyongsong era globalisaasi, seperti pernyataan Tong (Anwar, 2006:8) bahwa kurikulum harus lebih menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan kritis serta pemecahan masalah.
Keterampilan belajar yang pertumbuhannya memerlukan berbagai prasyarat selaras dengan konsep “menjadi manusia pembelajar”. Dalam hal ini manusia hidup untuk belajar (Learning to how be), konsep ini sesuai dengan pentingnya “keterampilan belajar” dan “belajar untuk hidup” sesuai dengan arah “belajar untuk terampil”.
Anwar (2006:9) menyatakan bahwa tujuan akhir dari keterampilan belajar adalah dimilikinya kemampuan memecahkan masalah secara bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka harus lebih dahulu melalui dua tujuan antara, yaitu : (1) mampu mengenali hakikat
(25)
17
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dan (2) dapat berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuhnya/ seutuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Untuk mencapai tujuan akhir, maka peserta didik harus mampu mengaktualisasikan segenap potensi diri dan mengekspresikannya secara otentik.
Dalam konteks pendidikan, belajar keterampilan merupakan bagian dari keterampilan belajar. Muatan keterampilan belajar, akan muncul keterampilan lain, baik bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam dimensi belajar keterampilan lebih condong dan dominan pada aspek psikomotor. Melalui keterampilan belajar akan ditemukan suatu bentuk keterampilan khusus (vocational skill) yang sesuai dengan bakat dan minatnya serta dapat digunakan sebagai basis untuk memperoleh penghasilan layak.
Keterampilan khusus yang dimaksud adalah lifeskill dalam arti vocational skill yang diperoleh melalui keterampilan belajar. Selaras dengan penegasan Gredler (Anwar, 2006:12) tentang kedudukan pembelajaran dalam proses kehidupan manusia :
“Individual who have become skilled at self directed learning are able to acquire a variety of new leisure-time and job skills. They also have developed the capacity to endow their lives with life-long creativity”. Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa individu yang sudah memiliki keterampilan belajar dapat mengarahkan dirinya pada berbagai keterampilan baru termasuk keterampilan kejuruan. Mereka juga dapat mengembangkan kapasitasnya untuk memberkati hidup mereka melalui kreativitas sepanjang masa. Individu yang memiliki keterampilan belajar, maka akan mudah memperoleh berbagai keterampilan lain, termasuk keterampilan untuk bekerja yang merupakan bagian dari kreativitas kehidupan jangka panjang.
(26)
18
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Keterampilan Membatik 1. Sejarah Batik
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama. Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing (Gratha, 2012: 6). Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.
Menurut Gratha (2012:7) secara historis, batik sangat erat hubungannya dengan Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan islam di Jawa pada masa dahulu. Pengembangan batik dengan gencar berlangsung di masa kerajaan Mataram pada tahun 1600-1700. Pada kurun waktu itulah batik meluas ke seantero Jawa. Untuk keperluan upacara dan busana bangsawan, para seniman keraton menciptakan berbagai macam motif batik. Kemudian keraton Solo dan Yogyakarta, selaku penerus Mataram, mulai memperkaya motif batik warisan leluhurnya. Pada masa itu, batik yang dihasilkan kebanyakan batik tulis. Sedangkan batik cap baru di kenal setelah perang Dunia I selesai atau sekitar tahun 1920-an.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai
(27)
19
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
2. Pengertian Membatik
Gratha (2011:8) mengemukakan, batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan teknik rintang warna. Batik merupakan salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.
Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
(28)
20
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.
Batik adalah salah satu karya seni berupa tulisan atau gambar yang cara pembuatannya mempergunakan bahan lilin (malam/wax) sebagai perinting warna, dibuat di atas kain putih ataupun media lainnya. Makna batik menurut definisi di atas dapat diartikan bahwa kain batik atau media rupa apapun bila dalam pembuatannya menggunakan lilin sebagai perintang warna dapat dikatakan batik.
Pada perkembangannya (seiring dengan perkembangan teknologi tekstil) banyak sekali kain-kain bermotif batik yang ada dipasaran. Dari pembuatannya yang asal dan tidak serumit batik. Menjadikan harga jual jenis kain ini menjadi sangat murah. Hal ini pula yang mengakibatkan masyarakat menjadi sulit untuk membedakan antara Kain Batik dan tekstil bermotif batik. Hal tersebut di atas juga berdampak pada penurunan apresiasi di kalangan masyarakat.
Sesuai dengan teknik pembuatannya, Kain batik dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu Batik Tulis (menggunakan canting), Batik Cap (menggunakan cap tembaga), dan Batik sablon (menggunakan panel screen).
Tabel 2.1.
Jenis Batik Berdasarkan Teknik Pembuatannya
Jenis Batik Teknik Pembuatan
Batik Tulis
Batik yang pengerjaannya dilakukan dengan cara menuliskan lilin di atas kain putih, menggunakan alat khusus yang disebut canting.
Batik Cap Batik yang pembuatannya
(29)
21
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terbuat dari tembaga.
Batik Sablon (Printing)
Batik yang hampir sama dengan proses sablon yang digunakan dalam pembuatan gambar pada kaos . diawali dengan membuat screen (gambar pada panel screen).
Dari ketiga jenis batik berdasarkan teknik pembuatannya tersebut ada salah satu jenis batik yang lebih sukar dikerjakan daripada jenis yang lainnya yaitu batik tulis. Batik Tulis adalah batik yang pengerjaannya dilakukan dengan cara menuliskan lilin di atas kain putih, menggunakan alat khusus yang disebut canting. Setelah selesai ditulis (digambar) kemudian dilanjutkan dengan isen-isen, yaitu menambahkan ornamen, seperti Titik yang biasanya disebut Cecek (cecekan), sawut, cacah, gori, ukel, sisik, sisik melik, grinsing dll.
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk membatik tulis
Untuk membuat batik/ membatik harus mempersiapkan alat dan bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sa’du (2010:9) menjelaskan mengenai alat-alat dan bahan untuk membuat batik, yaitu sebagai berikut :
a. Bandul
(30)
22
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu. Fungsi pokok bandul ialah menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah bergeser tertiup angin atau tidak sengaja tertarik tangan si pembatik.
b. Dingklik atau lincak
Gambar 2.2.
Dingklik merupakan tempat duduk bagi orang yang membatik. Tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik.
c. Gawangan
Gambar 2.3.
Gawangan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan, tetapi kokoh dan kuat. Fungsi gawangan adalah menggantungkan atau menyangkutkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan canting. Gawangan ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga ringan dan mudah untuk dipindah-pindah.
(31)
23
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.4.
Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam (lilin untuk membatik). Wajan ini ada yang terbuat dari logam baja, ada pula yang terbuat dari tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain.
f. Anglo/ Kompor
Gambar 2.5.
Anglo dibuat dari tanah liat atau bahan lain. Anglo adalah alat perapian sebagai pemanas malam. Kompor dibuat dari besi dengan diberi sumbu. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu.
g. Taplak
(32)
24
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Taplak ialah kain untuk menuutup paha si pembatik supaya tidak terkena tetesan malam (lilin) panas sewaktu canting ditiup.
h. Saringan lilin (Canting)
Gambar 2.7.
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya yang mempunyai sifat lentur dan ringan. Canting terbagi menjadi dua, yaitu canting yang berlubang kecil dan canting yang berlubang besar.
i. Lilin/ Malam
(33)
25
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lilin atau malam adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya, malam tidak habis (hilang), karena akhirnya di ambil kembali pada proses mbabar, yaitu proses membatik sampai batik menjadi kain. j. Mori
Gambar 2.9.
Bahan yang biasa digunakan untuk membuat batik adalah kain yang biasa disebut dengan mori. Mori ini biasanya terbuat dari katun.
k. Pensil
Gambar 2.10.
Pensil digunakan sebagai alat untuk membuat pola dasar di atas kain mori. Biasanya pensil yang dipakai adalah pensil 2B, agar hasilnya lebih terlihat tebal.
(34)
26
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.11.
Penggaris digunakan sebagai alat untuk membuat garis pinggir sebelum membuat pola dasar di atas kain mori.
4. Langkah-langkah Pembuatan Batik Tulis
Dalam membatik, sepotong kain/ mori harus dikerjakan tahap demi tahap. Setiap tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Tetapi sepotong kain mori tidak dapat dikerjakan beberapa orang dalam waktu yang bersamaan. Tahap-tahap pembuatan batik menurut Sa’du (2010:11) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2.
Langkah Pengerjaan Membatik Tulis
No Langkah Pengerjaan
1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada.
2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
(35)
27
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama. 7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang
kedua.
8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah digambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
Mencanting dilakukan dengan cara menorehkan malam cair pada kain yang sudah digambar menggunakan pensil. Cara memegang canting sama dengan memegang pensil, tapi dengan posisi cucuk canting agak mendongak ke atas, hal ini untuk mencegah agar malam tidak menetes pada kain. Posisi duduk harus diperhatikan, tangan kanan yang memegang canting harus menghadap ke kompor agar mempermudah proses mencanting (untuk kidal, tangan kiri menghadap ke kompor). Isi canting dengan malam cair hingga 1/3 bagian saja, kemudian oleskan canting (dari bagian kayu hingga cucuknya)
(36)
28
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada pinggiran wajan untuk mencegah kelebihan malam menetes pada kain. Mulailah mencanting dengan menorehkan cucuk canting pada kain mengikuti garis outline yang sudah ada. Usahakan jari kelingking bertumpu pada bagian kain untuk mencegah agar tidak gemetar. Malam harus sering diganti untuk mencegah canting agar tidak mudah tersumbat.
C. Tunarungu
1. Pengertian Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Dwidjosumarto (Somad dan Hernawati, 1995:26) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Selain itu, Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Memperhatikan pengertian tunarungu menurut para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruh (deaf) yang
(37)
29
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Kirk (Somad dan Hernawati, 1995:29) mengklasifikasikan ketunarunguan berdasarkan tingkat kehilangan pendengarannya, yaitu sebagai berikut:
a. 0 dB
Menunjukkan pendengaran yang optimal b. 0-26 dB
Menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran yang normal. c. 27-40 dB
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan).
d. 41-55 dB
Mengerti bahasa percakapan, tidak datang mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu dengar sedang).
e. 56-70 dB
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu agak berat).
f. 71-90 dB
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat).
g. 91 dB
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli (tergolong tunarungu berat sekali).
(38)
30
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kelainan pendengaran meskipun banyak kemungkinannya baik dalam struktur maupun fungsi. Somad dan Hernawati (1995:25) mengelompokkan tiga jenis kelainan pendengaran berdasarkan anatomi fisiologis yaitu :
a. Tunarungu hantaran (konduksi) ialah ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran duara pada telinga bagian tengah. Ketunarunguan konduksi terjadi karena pengurangan intensitas bunyi yang mencapai telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi.
b. Tunarungu syaraf (sensorineural) ialah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada lobus temporalis.
c. Tunarungu campuran adalah kelainan pendengaran yang disebabkan kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran.
3. Penyebab Ketunarunguan
Secara umum penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir (prenatal), ketika lahir (natal) dan sesudah lahir (post natal). Banyak para ahli yang mengungkap tentang penyebab ketulian dan ketunarunguan, tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda dalam penjabarannya.
Trybus (Somad dan Hernawati, 1996:32) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak-anak di Amerika Serikat yaitu :
a. Keturunan
b. Campak Jerman dari pihak ibu
c. Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran d. Radang selaput otak (meningitis)
e. Otitis media (radang pada bagian telinga tengah) f. Penyakit anak-anak, radang dan luka-luka
(39)
31
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari hasil penelitian, kondisi-kondisi tersebut hanya 60% penyebab dari kasus-kasus-kasus ketunarunguan pada masa anak-anak. Meskipun sudah banyak alat-alat diagnosa yang canggih, namun masih belum dapat menentukan penyebab ketunarunguan yang 40% lagi. Dan ternyata campak jerman dari pihak ibu, keturunan, komplikasi selama kehamilan dan kelahiran adalah penyebab yang lebih banyak.
4. Dampak Ketunarunguan
Anak tunarungu kehilangan salah satu media yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Bicara dan bahasa merupakan media utama untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Dan tidak kalah penting adalah bahwa bahasa merupakan alat untuk berpikir serta merupakan ”pintu gerbang” untuk mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan. Anak tunarungu yang tidak memiliki kelainan lain, pada awalnya dapat mengikuti irama perkembangan bicara bahasa seperti anak mendengar. Keadaan tunarungu yang diderita pada tahapan tertentu akan mengakibatkan hambatan.
Anak tunarungu perlu mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan dapat dilaksanakan secara formal (di sekolah) dan secara informal (di rumah dan di masyarakat). Pendidikan disampaikan melalui komunikasi antar pendidik dan anak didik. Sebagai alat komunikasi dipergunakan bahasa. Ada 3 jenis bahasa yaitu bahasa lisan, tulisan dan isyarat. Pada umumnya orang-orang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan. Karena cepat dan intonasi yang dipergunakan dalam bahasa lisan dapat memperjelas pesan yang disampaikan, serta jika perlu dapat diminta diulang beberapa kali agar pesan yang disampaikan benar-benar dapat dipahami waktu itu.
(40)
32
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Somad dan Hernawati (1995:15) menyatakan bahwa untuk anak tunarungu data yang diberikan melalui pendengaran lebih menguntungkan untuk daya ingatan sesaat dibandingkan dengan jika data tersebut diberikan melalui tulisan (penglihatan). Menurut Uden (Somad dan Hernawati, 1995:12) data auditif lebih diingat karena bersifat ritmis (berirama). Data yang dapat dinyanyikan atau dibawa dengan berirama, penekanan secara ritmis pada bagian-bagian tertentu, dapat menunjang daya ingatan.
Dengan demikian ketunarunguan mempengaruhi daya ingatan, tetapi pengaruhnya tidak menyeluruh untuk semua jenis daya ingatan. Perkembangan bahasanya yang kurang sempurna merupakan faktor yang merendahkan daya ingatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa ketunarunguan mempengaruhi beberapa aspek yang sangat penting di dalam kehidupan. Salah satu aspek kahidupan adalah di dalam mencari lapangan pekerjaan. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka akan kesulitan juga dalam mencari lapangan kerja. Akan tetapi hal tersebut bisa di atasi dengan memberikan suatu program pembelajaran yang dapat membuat pendidikan keterampilan anak berkembang.
D. Program Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis bagi Peserta Didik Tunarungu
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tiga ranah dalam pembelajaran, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut dapat diterapkan pada pembelajaran keterampilan yang disediakan di sekolah. Keterampilan merupakan bekal kecakapan hidup mandiri sebagai pribadi, anggota masyarakat sesuai dengan kelainan yang dimilikinya dan potensi yang dimilikinya. Salah satu jenis keterampilan yang dapat dikembangkan di sekolah adalah keterampilan batik tulis. Selain dapat mengembangkan ranah kognitif anak
(41)
33
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
juga dapat mengembangkan ranah afektif dan psikomotorik didalam kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran keterampilan batik tulis ini dapat membuat peserta didik menjadi tenaga kerja yang terampil dalam kecakapan kerja dibidang perindustrian khususnya di bidang membatik tulis. Sebelum dilaksanakannya materi pembelajaran membatik tulis, ada beberapa materi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran membatik tulis. Proses membatik tulis dikerjakan pada saat kain mori telah memiliki pola untuk dicanting. Lankah-langkah untuk mencanting adalah :
1. Membuat desain batik dengan pensil, atau yang dikenal dengan nama molani, di atas kain mori. Pertama peserta didik membentangkan kain di atas meja kemudian mulai menggambar motif batik dengan pensil, sesuai dengan selera masing-masing.
2. Menggunakan canting yang telah berisi lilin cair untuk melapisi motif yang diinginkan, disesuaikan dengan kebutuhan. Langkah yang ketiga, yaitu peserta didik melapisi motif batik yang telah di gambar. Motif batik ini bisa berupa bunga, bangunan dan lain sebagainya sesuai dengan selera peserta didik. Tujuan langkah ini agar saat pencelupan bahan ke dalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. Setelah lilin cukup kering, celupkan kain ke dalam larutan pewarna.
3. Menutupi bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna) dengan lilin. Peserta didik menggunakan canting berlubang kecil untuk bagian halus (tipis) dan canting berlubang besar untuk bagian yang tebal. Tujuannya adalah agar saat pencelupan bahan ke dalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
(42)
34
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(43)
33
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung yang beralamat di Jalan Cicendo No. 2 Kota Bandung. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada kebutuhan data penelitian.
Adapun profil dari SLB tempat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Nama Sekolah : SLB NEGERI CICENDO Kota Bandung 2. Nomor Statistik : 8020626017001
3. NPSN : 58570041
4. Provinsi : Jawa Barat
5. Desa / Kelurahan : Babakan Ciamis
6. Kecamatan : Sumur Bandung
7. Jalan dan nomor : Jl. Cicendo No. 2
8. Kode Pos : 40117
9. Telepon : 022-4211855
10. Daerah : Perkotaan
11. Status Sekolah : Negeri
12. Akreditasi : B
13. Surat Kelembagaan : Nomor 412.9/22256-Disdik
14. Penerbit / SK : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat 15. Tahun Berdiri : 1930
16. Tahun Perubahan : 2009 17. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
18. Bangunan Sekolah : Milik Sendiri 19. Jumlah Keanggotaan Rayon : Gugus X 20. Organisasi Penyelenggara : Pemerintah
(44)
34
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adapun keadaan fasilitas personal ( guru, murid dan karyawan dan kelengkapan lingkungan proses pembelajaran) di sekolah adalah sebagai berikut :
1. Guru (tenaga pendidik)
Jumlah Tenaga Pendidik di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung pada saat ini berjumlah 32 orang, terdiri dari :
Tabel 3.1.
Jumlah Tenaga Pendidik SLB Negeri Cicendo
No Tenaga Pendidik Jumlah Ket.
1 Guru PNS 23 Orang
2 Guru Sukwan 9 Orang
2. Pegawai (tenaga kependidikan)
Jumlah Pegawai / Karyawan di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung pada saat ini berjumlah 12 orang, terdiri dari :
Tabel 3.2.
Jumlah Pegawai/ Karyawan SLB Negeri Cicendo
No Tenaga Administrasi Jumlah Ket.
1 Tata Usaha PNS 3 Orang
2 Tata Usaha / THL 2 Orang
3 Tata Usaha Sukwan 4 Orang
4 Penjaga/ Caraka 3 Orang
3. Peserta Didik
Jumlah peserta didik SLB Negeri Cicendo Kota Bandung pada saat ini berjumlah 136 orang terdiri dari :
(45)
35
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.3.
Jumlah peserta didik SLB Negeri Cicendo
No Peserta Didik Jumlah Ket.
1 TKLB 17 Orang
2 SDLB 69 Orang
3 SMPLB 28 Orang
4 SMALB 22 Orang
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan informasi-informasi yang berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik SLB Negeri Cicendo Kota Bandung jenjang SMALB yang mengikuti keterampilan membatik tulis. Guru yang akan mejadi subjek penelitian ini adalah guru keterampilan membatik khususnya batik tulis yang bernama Bapak KS. Peserta didik berjumlah 3 orang yang terdiri dari tiga orang peserta didik putri yang bernama RS kelas XI, UL kelas X dan SY kelas XI. RS memiliki keterampilan dalam membuat pola yang rapih dan kreatif, akan tetapi masih memiliki hambatan dalam menyalakan kompor. UL memiliki keterampilan yang baik dalam mengukur malam. Dan SY memiliki keterampilan yang baik dalam mengukur malam dan menorehkan canting pada kain. Semua peserta didik tergolong tunarungu sedang, yaitu tunarungu yang tingkat pendengarannya berada pada 41-55 dB. Maka dari itu perlu metode dan media khusus untuk menunjang pembelajarannya.
B. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Williams (Moleong, 2012:5) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
(46)
36
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen (human instrument). Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan merekonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Metode deskriptif ini bermaksud untuk memahami, mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut sugiyono (2012:63) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.
1. Observasi
Pengamatan dilakukan dengan observasi partisipatif. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
(47)
37
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi pertisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak.
Instrumen yang digunakan pada teknik pengumpulan data ini adalah instrumen observasi. Adapun yang akan di observasi adalah proses pembuatan batik tulis oleh peserta didik yang mengikuti kelas vokasional keterampilan batik tulis, proses pembelajaran peserta didik hingga proses penutupan pembelajaran keterampilan batik tulis. Teknik pengumpulan data ini menjawab pertanyaan subfokus masalah no (2) Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? dan no (3) Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (4) Apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (5) Bagaimana upaya guru dalam menangani hambatan yang muncul dalam pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
2. Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2012:72) mendefinisikan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal, hasil wawancara direkam dengan menggunakan camcorder agar memudahkan peneliti untuk mendokumentasikan semua data dan informasi yang dikatakan responden. Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi
(48)
38
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi.
Wawancara dilakukan terhadap guru keterampilan batik tulis dan peserta didik tunarungu dengan berpedoman pada instrumen yang telah dibuat. Adapun alat wawancara yang dipakai adalah buku catatan, camcorder dan kamera. Teknik wawancara ini menjawab subfokus masalah penelitian no (1) Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (2) Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (3) Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (4) Apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (5) Bagaimana upaya guru dalam menangani hambatan yang muncul dalam pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012:82), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data ini akan lebih kredibel /dapat dipercaya jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Subyek dalam penelitian ini adalah guru keterampilan batik tulis. Sedangkan informan dari penelitian ini adalah tiga orang siswa SMALB.
Teknik dokumentasi ini menjawab subfokus masalah penelitian no (1) Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ? (2) Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan batik tulis pada peserta didik tunarungu ?
Dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Nasution (Sugiyono, 2012:60) menyatakan :
(1)
64
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
waktu pada salah satu guru anggota tim keterampilan membatik, supaya dapat mengawasi peserta didik yang sedang membatik agar penilaiannya tidak terhambat. Kemudian upaya terkait satu atau beberapa alat yang rusak, KS menyediakan peralatan lebih sebagai persediaan jika alat hilang atau rusak.
(2)
65
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini akan di bahas mengenai data hasil penelitian dan pembahasan mengenai keterampilan batik tulis ini. Peneliti memperoleh data hasil penelitian ini dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi pada subjek (KS) dan siswa SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk deskriptif berdasarkan setiap pertanyaan penelitian yang sesuai dengan data hasil penelitian di lapangan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan membatik tulis ini dibuat oleh guru berdasarkan mata pelajaran seni dan budaya untuk tingkat SMALB. Guru sudah membuat program pembelajaran yang tertuang dalam program silabus dan RPP pembelajaran membatik. Penentuan standar kompetensi dan kompetensi dasar diambil dari kurikulum yang ada. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan materi yang diajarkan dengan tetap memperhatikan kemampuan individu. Sumber belajar diambil dari buku-buku tentang membatik sebagian dari internet. Metode dan media pembelajaran digunakan secara beragam sehingga dalam pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik tulis telah terstruktur, dengan penjadwalan hari yang sudah jelas. Dalam proses pelaksanaannya, pembelajaran membatik diikuti siswa dengan penuh antusias karena pelaksanaannya lebih banyak praktik dibanding teori. Pelaksanaan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran membatik selalu dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung atau setelah
(3)
66
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kegiatan belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik dapat menyerap pembelajaran yang sudah diberikan. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran membatik tulis ini adalah jenis evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Masalah atau hambatan yang ditemukan di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung adalah hasil yang dikerjakan masih kurang maksimal, hal ini disebabkan karena kondisi siswa yang tidak memungkinkan seperti pemahaman komunikasi peserta didik dari guru yang kurang berjalan lancar, keterbatasan daya tangkap peserta didik, hambatan waktu pelaksanaan pembelajaran membatik tulis, hambatan dalam evaluasi proses, kemudian hambatan dalam sarana dan prasarana. Namun demikian tidak menjadikan suatu halangan untuk melanjutkan keterampilan membatik tulis bagi peserta didik dan guru selalu mengupayakan solusi dalam mengatasi hambatan tersebut sehingga proses kegiatan belajar dan mengajar dalam keterampilan membatik dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yaitu guru membangun komunikasi yang lebih efektif dengan memberikan arahan-arahan kembali dengan materi yang kurang dipahaminya, kemudian membagi materi pembelajaran tertentu ke dalam beberapa kali pertemuan, evaluasi proses yang digantikan sementara oleh guru keterampilan batik tulis yang lain, kemudian yang terakhir menyediakan alat-alat membatik tulis dengan jumlah yang melebihi jumah peserta didik.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru
Guru hendaknya memberikan demonstrasi kepada peserta didik secara peorangan, agar materi yag disampaikan bisa diterima oleh setiap peserta didik. Demonstrasi yang dilakukan yaitu cara
(4)
67
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menyalakan kompor dan cara menyiukkan canting dari katel ke kain mori. Guru juga diharapkan untuk melebihi alokasi waktu untuk peserta didik agar pembelajaran berlangsung leluasa. Kemudian guru diharapkan selalu berada di dalam kelas, agar proses evaluasi tidak terganggu lagi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan mengenai keterampilan membatik, khususnya membatik tulis. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah responden penelitian lebih dari 4 responden, kemudian penelitian selanjutnya diharapkan meneliti keterampilan membatik yang lain, yaitu membatik cap dan membatik canting, agar pengetahuan keterampilan membatik lebih meluas.
(5)
68
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung : Alfabeta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Bunawan, L. Yuwati, CS. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.
Dewan Bimbingan Skripsi. (2011). Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Fathoni, A. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta.
Gratha, B. (2012). Panduan Mudah Belajar Membatik. Jakarta : Demedia Pustaka.
Kantor Penanaman Modal. (2009). Ragam Hiasan Batik Jawa Barat. Modul. Bandung : Tidak diterbitkan.
Kirk dan Galagher. (2009). Anak Luar Biasa. [Online]. Tersedia: http://fajardwijatmikoplb12uns.blogspot.com [5 November 2012] Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Lembur Batik. Kegiatan Kerjasama Keterampilan Membatik. Proposal. Bandung : Tidak diterbitkan.
Lestari, L. (2012). Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Bagi Siswa
Tunarungu. Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Moleong, LJ. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Bandung.
Rosinta, A. (2008). Pelaksanaan Latihan Artikulasi Pada Anak Tunarungu Di
Kelas Persiapan SLB Negeri B Garut. Skripsi. Bandung : Tidak
diterbitkan.
Sa’du, A. (2010). Buku Panduan Mengenal dan Membuat Batik. Jogjakarta : Harmoni.
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung : DEPDIKBUD DIRJEND Pendidikan Tinggi.
Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama. Sugandi, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP PRESS. Sugandi, dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan (Pendekatan
kuantitatif, kualitatif, R & D). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan (Pendekatan
kuantitatif, kualitatif, R & D). Bandung : Alfabeta.
(6)
69
Siti Riska Supriyanti, 2013
Pembelajaran Keterampilan Batik Tulis Bagi peserta Didik Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Suhendar. (2010). Orthopedagogik Umum II. [Online].
Tersedia:http://fajardwijatmikoplb12uns.blogspot.com [25 November 2012]
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Usman, MU. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
_________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.