PERANAN KARDINAL DI KERAJAAN PRANCIS PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743.
PERANAN KARDINAL DI KERAJAAN PRANCIS PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
RESTI RUBIYANTI 0704681
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PERANAN KARDINAL DI KERAJAAN PRANCIS PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743
Oleh Resti Rubiyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Resti Rubiyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
(4)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan
Louis XV tahun 1726-1743”. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah
“Bagaimana peran kardinal di Kerajaan Perancis pada masa pemerintahan Louis XV
tahun 1726-1743”. Masalah utama tersebut terbagi ke dalam empat pertanyaan penelitian yaitu (1) mengapa Louis XV memberikan kekuasaan kepada Kardinal Fleury di bidang pemerintahan?, (2) bagaimana kondisi sosial ekonomi dan pemerintahan Prancis sebelum pemerintahan Kardinal Fleury?, (3) Bagaimana Bentuk pemerintahan Kardinal Fleury pada Masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743?, dan (4) Bagaimana pengaruh Pemerintahan Kardinal Fleury dalam bidang pemerintahan dan ekonomi Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743?. Kajian ini menggunakan teori kekuasaan, teori kekuasaan negara, teori konflik, dan teori ekonomi. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literatur yaitu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner dengan mengambil konsep dari ilmu Politik, yaitu konsep kekuasaan, konsep konflik yang diperoleh dari ilmu Sosiologi, serta konsep ekonomi merkantilisme yang diambil dari ilmu Ekonomi. Berdasarkan hasil temuan maka diperoleh pertama, pemerintahan sebelum Kardinal Fleury yaitu masa pemerintahan Louis XIV dan Pemerintahan Perwalian harus menghadapi masalah krisis ekonomi yang terjadi akibat pemerintahan Louis XIV yang mengeluarkan dana besar untuk membiayai perang dan pembangunan Istana Versailles. Kedua, Kardinal Fleury memegang kekuasaan berdasarkan kepercayaan dari raja dan masyarakat atas kemampuannya dalam mengelola pemerintahan. Ketiga, pada masa pemerintahannya Kardinal Fleury memberlakukan sistem ekonomi merkantilis untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Prancis.
Keempat, Kardinal Fleury berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara di
kawasan Eropa dengan cara melakukan kerjasama perdagangan. Kelima, Kardinal Fleury sangat berperan dalam terciptanya perdamaian dan kemakmuran di Prancis.
(5)
Abstract
This research move on from the authors of the role of anxiety in the Kingdom French cardinal in the Reign of Louis XV from 1726 to 1743. The main issues that were examined in this research is "How does a cardinal role in the Kingdom of France during the reign of Louis XV in 1726-1743?" The main problem is divided into four research questions, namely why Louis XV granted the power to Cardinal Fleury in government?, How economic and social conditions of the French government before the administration of Cardinal Fleury?, Cardinal Fleury What form of government in the reign of Louis XV 1726-1743?, and How the influence of Cardinal Fleury Government in the field of economic and governance in France during the reign of Louis XV in 1726-1743? . This research uses the theory of power, state power theory, conflict theory, and economic theory. The method used is the historical method to perform four steps namely heuristic research, criticism, interpretation, and historiography. As for the authors undertook data collection techniques including reviewing literature sources relevant to the study authors. The approach used is to take an interdisciplinary approach to the concept of political science, the concept of power, conflict concepts derived from sociology of science, as well as the concept of mercantilism taken from the science of Economics. Based on the findings of the obtained first, before the administration of Cardinal Fleury that the reign of Louis XIV and Guardianship Administration must deal with the economic crisis that occurred due to the reign of Louis XIV who spend big money to finance the war and the construction of the Palace of Versailles. Second, Cardinal Fleury to power based on trust of the king and the people for his ability to manage the government. Third, in the reign of Cardinal Fleury impose mercantilist economic system to address economic crisis in France. Fourth, Cardinal Fleury tried to establish good relations with the countries in the European region by way of trade cooperation. Fifth, Cardinal Fleury was instrumental in the establishment of peace and prosperity in France.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ...
I ii iii v 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah …... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.5 Struktur Organisasi ...
1 4 5 5 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA …...... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1Prancis Sebelum Pemerintahan Kardinal Fleury...
2.1.2 Monarki Absolut …...………...
2.1.3 Kardinal Fleury ……...……….
2.2 Landasan Teoritik ………...
2.2.1 Teori Kekuasaan ………..
2.2.2 Teori Kekuasaan Negara ………..
2.2.2.1 Teori Kekuasaan Negara Menurut Thomas Hobbes … 2.2.2.2 Kekuasaan Negara Menurut John Locke ………. 2.2.2.3 Kekuasaan Negara Menurut Montesquieu …………...
2.2.3 Teori Konflik Lewis Coser ………..
2.2.4 Teori Ekonomi Merkantilisme ……….
9 9 10 13 15 15 17 17 19 21 22 26
(7)
Resti Rubiyanti, 2013
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ……….…...……..
3.2.3 Proses Bimbingan ………...…….………
3.3 Pelaksanaan Penelitian ...
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ………
3.3.2 Kritik Sumber ……….…...………...
3.3.2.1Kritik Eksternal ……….……...………
3.3.2.2 Kritik Internal ……….………...………... 3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ………...…..
3.3.4 Historiografi ………...……..
BAB IV PERANAN KARDINAL FLEURY PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743……… 4.1 Prancis Sebelum Pemerintahan Kardinal Fleury ……….……
4.1.1 Masa Pemerintahan Louis XIV ……….. 4.1.2 Masa Pemerintahan Perwalian ……….
4.2 Prancis Pada Masa Pemerintahan Kardinal Fleury ………... 4.2.1 Latar Belakang Pemberian Kekuasaan Kepada Kardinal
Fleury...
4.2.2 Bentuk Pemerintahan Kardinal Fleury ……….. 4.2.2.1 Kebijakan Ekonomi ………..
4.2.2.2 Hubungan Luar Negeri ……….
4.3 Pengaruh Kekuasaan Kardinal Fleury Terhadap Pemerintahan Prancis
Pada Masa Louis XV 1726-1743……….…..
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………...……….…….
5.1 Kesimpulan ……….. 5.2 Rekomendasi ………
DAFTAR PUSTAKA ………..
LAMPIRAN ……….
RIWAYAT HIDUP 36 37 38 38 41 41 44 46 48 51 52 52 65 75 75 77 77 79 81 85 85 89 90 93
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Untuk mengkaji peran kardinal dalam bidang pemerintahan dan bentuk dari pemerintahannya kita lihat dahulu apa itu kardinal dan tugasnya. Uskup atau kardinal merupakan seorang rohaniawan Katolik, yg kedudukannya lebih tinggi daripada imam dan mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam, dan tugasnya adalah mengorganisasi pekerjaan dan tugas gereja di wilayah (keuskupan) tertentu.
Menurut Wellem (2006: 204) bahwa “kardinal berada langsung di bawah paus
dan bertindak sebagai penasihat paus. Dewan kardinal menjalankan pemerintahan
gereja selama Takhta Suci kosong.” Wellem (2006: 204) juga mengungkapkan tiga
tingkatan kardinal yang mempunyai tugas yang berbeda-beda. Pertama, Kardinal Imam adalah imam jemaat dari berbagai gereja katolik Roma. Kedua, Kardinal Diakon yang bertugas untuk memelihara orang miskin dalam tujuh wilayah Roma.
Ketiga, Kardinal Uskup yang bertugas untuk membantu paus karena banyaknya
(9)
1726-1743. Hal serupa pun diungkapkan oleh Craig (1986: 664), by 1726, the chief
minister of the French court was Cardinal Fleury (1653-1743). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa adanya pembagian kekuasaan dalam bidang pemerintahan di Prancis pada masa pemerintahan Kardinal Fleury.
Prancis merupakan suatu Negara yang berbentuk monarki absolut. Monarki absolut adalah negara yang berbentuk kerajaan yang berprinsip seorang raja mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya. Dalam monarki absolut, raja adalah satu-satunya penguasa berdaulat di kerajaan dan tidak wajib mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di depan rakyatnya. Namun, konsep kekuasaan absolut ini tetap memiliki keterbatasan, baik ditinjau secara hukum maupun secara fakta di lapangan. Secara hukum, raja memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, baik kepada rakyatnya maupun kepada Tuhan. Raja pun harus mematuhi
ketentuan adat yang disebut “hukum dasar” kerajaan, seperti pewarisan tahta
berdasarkan urutan kelahiran dengan meyisihkan anak perempuan. Kekuasaan absolut ini juga dibatasi oleh situasi di lapangan, luasnya kerajaan yang relatif besar. (Suhelmi, 2007: 232; [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki).
Kardinal Fleury diangkat menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Louis XV. Seperti yang diungkapkan di atas, kardinal merupakan pemimpin dalam gereja katolik. Fleury sendiri merupakan seorang gerejawan di keuskupan Frejus. Sebelum diangkat menjadi uskup, beliau sempat belajar teologi di Universitas Sorbonne. ([Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kardinal).
(10)
Carpentier (2011: 253) menyatakan bahwa “masa pemerintahannya [Fleury] ini dikenal dengan masa perdamaian dan kemakmuran bagi Negara Prancis. Beliau berhasil menyeimbangkan anggaran belanja dan pendapatan serta mendorong kegiatan ekonomi yang tengah berkembang pesat.” Selain itu ia juga berhasil mengurangi ketegangan antara Inggris dan Spanyol. Tahun 1727, usahanya ini berhasil meredam permusuhan antara Inggris dan Spanyol sehingga tidak berkembang menjadi konflik Eropa, meskipun demikian ia tidak dapat menghindari peperangan di akhir pemerintahannya, yaitu perang suksesi tahta Austria. (Carpentier, 2007: 253)
Adapun alasan yang menjadi landasan peneliti untuk mengkaji hal tersebut adalah: pertama, sebagai sebuah kajian dalam sejarah kawasan yang berhubungan dengan bidang politik; kedua, Tahun 1726-1743 merupakan periode pemerintahan Kardinal di Prancis pada masa Louis XV.
Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji masalah ini dengan judul “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis Pada Masa Pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743”.
(11)
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan beberapa pokok pemikiran yang dipaparkan di atas, terdapat permasalahan utama yang akan dikaji yaitu, Bagaimana peran kardinal di Kerajaan Perancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743? Agar permasalahan yang dikaji menjadi lebih jelas, peneliti akan memberikan batasan masalah tersebut kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan pemerintahan Prancis sebelum pemerintahan Kardinal Fleury?
2. Mengapa Louis XV memberikan kekuasaan kepada Kardinal Fleury di bidang pemerintahan?
3. Bagaimana Bentuk pemerintahan Kardinal Fleury pada Masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743?
4. Bagaimana pengaruh Pemerintahan Kardinal Fleury dalam bidang pemerintahan dan ekonomi Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743?
1.3Tujuan Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tujuan penelitian, yaitu:
1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan pemerintahan Prancis sebelum pemerintahan Kardinal Fleury.
2. Mendeskripsikan latar belakang pemberian kekuasaan oleh Louis XV kepada Kardinal Fleury.
(12)
3. Menjelaskan bentuk dari pemerintahan Kardinal Fleury pada masa Pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743.
4. Mendeskripsikan pengaruh pemerintahan Kardinal Fleury dalam bidang pemerintahan dan ekonomi pada masa Louis XV tahun 1726-1743.
1.4Manfaat Penelitian
Dengan mengkaji pembahasan mengenai peranan kardinal di Kerajaan Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743 terdapat beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh penulis, diantaranya:
1. Memperkaya penulisan sejarah mengenai sejarah Eropa terutama tentang sejarah Prancis.
2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian sejarah mengenai peranan kardinal di bidang pemerintahan terutama pada masa Louis XV. 3. Khususnya bagi penulis sendiri, selain mendapatkan pengetahuan mengenai
Katolik, penulis juga dapat mengetahui sistem pemerintahan yang di jalankan oleh kardinal di kerajaan Prancis.
(13)
1.5Struktur Organisasi
Untuk lebih memudahkan dalam memahami penelitian ini, maka peneliti menggunakan struktur organisasi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, akan menguraikan beberapa pokok pikiran yang berkaitan dengan latar belakang masalah mengenai peranan kardinal di Kerajaan Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka merupakan teoritis dalam berpikir yang berisi konsep-kosep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah monarki Absolut, Kardinal Fleury. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori kekuasaan, teori kekuasaan negara, teori konflik, dan teori ekonomi.
BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah metode dan teknik penelitian yang penulis gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, serta analisis dan cara penulisan. Metode yang digunakan terutama adalah metode historis. Penelitian historis (historical research) adalah suatu usaha untuk menggali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan dari peristiwa-peristiwa masa lampau. Didukung oleh langkah-langkah penelitian yang mengacu pada proses metodologi penelitian dalam penelitian sejarah. Selain itu juga menggunakan teknik studi literatur.
(14)
BAB IV PERANAN KARDINAL FLEURY PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743
Bab ini merupakan isi utama dari tulisan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa sub bab yaitu, pertama Prancis sebelum pemerintahan Kardinal Fleury, kedua Prancis pada masa pemerintahan Kardinal Fleury, ketiga Pengaruh kekuasaan Kardinal Fleury terhadap kondisi pemerintahan dan ekonomi Prancis pada masa pemerintahan Louis XV.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis penelitian terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan interpretasi peneliti tentang inti pembahasan penulisan.
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang
berjudul “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV Tahun 1726-1743”. Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode historis. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman (1999: 43) dalam bukunya bahwa metode sejarah sebagai seperangkat aturan sistematis dalam mengumpulkan sumber sejarah secara efektif, melakukan penilaian secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan.
Selain itu penulis juga menggunakan teknik studi literatur dengan memakai pendekatan interdisipliner. Studi Literatur merupakan teknik yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain baik dari buku maupun sumber-sumber lainnya yang relevan. Sedangkan pendekatan Interdisipliner adalah pemecahan suatu masalah dengan cara menggunakan tinjauan dari berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu.
(16)
3.1 Metode dan Teknik Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam melakukan penelitian sesuai dengan masalah yang dikaji. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan hasilnya berupa rekonstruksi imajinatif atau historiografi (Gottschalk, 1986: 32).
Metode penelitian historis bertujuan untuk merekontruksi masa lalu secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memperifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti yang menjelaskan fakta untuk memperoleh kesimpulan yang kuat. Penelitian dengan metode historis merupakan penelitian kritis terhadap keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dengan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta interpretasi dari sumber sejarah tersebut.
Langkah-langkah dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 34) terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan untuk
(17)
2. Kritik, yaitu usaha menilai sumber-sumber sejarah. Semua sumber dipilih melalui
kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian (Ismaun, 2005: 50). Dengan kritik eksternal diharapkan hasil penelitian sejarah teruji dari sisi keaslian data yang digunakannya. Sedangkan dengan kritik internal, diharapkan kasil penelitian sejarah teruji kebenaran, keakuratan dan kerelevanan data tersebut untuk ditafsirkan dan dijelaskan. Kritik sumber ada dua macam, yaitu:
a) Kritik ekstern atau kritik luar memiliki fungsi untuk menilai otensitas sumber sejarah. Sumber otentik tidak mesti harus sama dengan sumber dan isi tulisan dalam dokumen harus sembunyi dan sama dengan sumber aslinya, baik menurut isinya yang tersurat maupun tersirat.
b) Kritik intern atau kritik dalam memiliki fungsi untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana bisa dipercaya) diadakan penilaian instrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian dipunguti fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.
3. Interpretasi atau penafsiran merupakan usaha memahami dan mencari hubungan
antar fakta sejarah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan rasional. Pada tahap ini penulis melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta dan data dengan konsep dan teori yang telah diteliti oleh penulis sebelumnya. Fakta dan data
(18)
tersebut kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.
4. Historiografi adalah usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah
menjadi suatu kisah yang jelas atau suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil (Ismaun, 2005; Sjamsuddin, 2007). Historiografi merupakan tahap terakhir dalam sebuah penelitian sejarah.
3.1.2 Teknik Penelitian
Penulis menggunakan teknik studi literatur atau studi kepustakaan dalam melakukan penelitian ini. Teknik studi literatur merupakan teknik pengumpulan data melalui sumber-sumber yang relevan, seperti buku, artikel-artikel dalam majalah, jurnal, maupun sumber internet.
Setelah sumber-sumber tersebut didapatkan maka tahapan selanjutnya akan dipelajari, dikaji serta diidentifikasi dan dikritisi baik secara eksternal maupun internal, setelah itu penulis melakukan analisis. Dari hasil analisis ini menjadi acuan penulis didalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini.
(19)
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan langkah awal yang dilakukan penulis sebelum penelitian dilakukan. Ada beberapa tahap di dalam persiapan penelitian ini yaitu penentuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, dan proses dalam bimbingan.
3.2.1 Penentuan Tema Penelitian
Pada tahap ini, langkah awal yang dilakukan oleh penulis adalah menentukan tema penelitian. Tema yang diangkat oleh penulis adalah mengenai sejarah kawasan khususnya Eropa. Karena dapat dikatakan sejarah kawasan terutama sejarah Eropa khususnya negara Prancis sangat menarik perhatian penulis. Semenjak dari itu penulis semakin kagum dan ingin mengetahui lebih banyak tentang Eropa. Ketertarikan dan kesukaan terhadap mata kuliah ini tentunya didukung pula oleh penjelasan dosen yang sangat membuat penulis kagum dan tidak pernah bosan disetiap beliau mengajar.
Pada awalnya penulis merasa bingung dalam memilih tema atau topik yang akan penulis kaji. Karena banyak hal yang menarik dari Sejarah Eropa, tetapi setelah berdiskusi dengan teman-teman yang juga banyak memberikan masukan kepada penulis pada akhirnya penulis memutuskan untuk menulis tentang negara Prancis. Terutama mengenai masalah pemerintahan di Prancis.
Penulis merasa tertarik mengkaji tentang pemerintahan negara Prancis khususnya masalah peranan kardinal dalam pemerintahan dan bentuk dari
(20)
pemerintahannya. Pemerintahan perwalian dapat dikatakan sangat berani dalam mengambil suatu upaya untuk mengatasi masalah krisis yang sedang dihadapi dengan diberlakukannya Sistem Law. Penulis ingin mengetahui bentuk dan pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh kardinal dalam bidang pemerintahan dan ekonomi pada masa Louis XV.
Setelah melakukan pencarian sumber mengenai sejarah Prancis terutama bidang pemerintahannya ke beberapa perpustakaan dan toko buku, akhirnya penulis
mengajukan rancangan judul penelitian “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis Pada
Masa Louis XV Tahun 1726-1743”. Selanjutnya tema penelitian ini diserahkan kepada dosen TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Selanjutnya penulis membuat proposal skripsi yang nantinya akan dipresentasikan.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini menjadi sebuah kerangka dasar bagi penulis dalam membuat skripsi. Rancangan penelitian yang telah dibuat oleh penulis berupa proposal skripsi. Proposal skripsi berisi judul penelitian, latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
(21)
dengan tema atau topik penelitian. Setelah semua data diperoleh kemudian penulis membuat propsosal skripsi. Proposal tersebut kemudian dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012.
Pada saat pelaksanaan seminar skripsi penulis banyak mendapat kritik dan saran dari calon pembimbing skripsi dan dosen lainnya yang hadir pada saat itu. Terutama pada bagian latar belakang masalah. Setelah proposal disetujui selanjutnya turun Surat Keputusan penunjukan pembimbing dari TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi) No. 046/TPPS/JPS/PEM/2012. Pembimbing I adalah Bapak Dr. Nana Supriatna, M.Ed dan pembimbing II adalah Bapak Drs. Tarunasena.
3.2.3 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan salah satu proses penting dalam penyusunan skripsi ini. Karena dalam setiap proses bimbingan penulis mendapat saran dan kritik dari kedua pembimbing sehingga penulis menjadi lebih terarah dalam penyusunan skripsi ini. Untuk waktu bimbingan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama sehingga proses bimbingan dapat berjalan dengan efektif dan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis dibimbing oleh pembimbing I adalah Bapak Dr. Nana Supriatna, M.Ed dan pembimbing II adalah Bapak Drs. Tarunasena. Pada setiap proses bimbingan biasanya membahas satu bab. Dimulai dari rancangan penelitian atau proposal, bab I, bab II, bab III, bab IV dan bab V.
(22)
Penulis mendapatkan banyak saran dari pembimbing I dan pembimbing II diantaranya mengenai, latar belakang, dan rumusan masalah yang harus diperbaiki dan lebih difokuskan lagi.
Manfaat yang diperoleh penulis dari proses bimbingan skripsi ini diantaranya adalah penulis dapat bertanya mengenai permasalahan yang dihadapi selama proses pembuatan skripsi ini. Selain itu penulis juga banyak sekali mendapat kritik dan saran sehingga penulis menjadi tahu kelemahan dan kekurangan penulis serta lebih terarah disetiap tahap pembuatan srkripsinya.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dikatakan sebagai tahap yang juga penting dalam setiap karya penulisan. Karena pada tahap ini penulis membuat rancangan penelitian, mempersiapkan serta mencari dan memilih data untuk mengkaji permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
(23)
atau kegiatan manusia pada masa lalu (Sjamsuddin, 2007: 95). Sumber sejarah berupa bahan-bahan sejarah yang memuat aktifitas manusia dimasa lalu yang berbentuk tulisan atau cerita.
Pada tahap pengumpulan sumber ini penulis menggunakan waktu yang cukup lama karena harus benar-benar mencari dan mengumpulkan sumber yang sesuai dan tentunya relevan. Jenis-jenis sumber yang digunakan penulis adalah buku-buku, dan sumber internet. Dalam pengumpulan sumber ini penulis menggunakan teknik studi literatur.
Tempat pertama yang penulis kunjungi adalah perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Buku-buku yang ditemukan berhubungan dengan sejarah Prancis, pemerintahan Prancis dan tentang ilmu politik, diantaranya, “The New Cambridge Modern History vol VII The Old Regime 1713-1763” karya G. N Clark (1966), “Dasar-Dasar Ilmu Politik” karya Miriam Budiarjo (2004), “History of Civilization The Revolutionary Period (The Age of Reason)vol IV (1942)” karya B. Landon serta “Negara dan Revolusi Sosial, Suatu Analisis Komparatif Tentang
Prancis, Rusia dan Cina” karya T. Skocpol (1991).
Perpustakaan lain yang penulis kunjungi adalah perpustakaan Universitas Parahyangan di jalan Ciumbuleuit, dari perpustakaan ini penulis mendapat sumber yang kemudian digunakan untuk tinjauan pustaka pada bab dua, yaitu buku
“Dinamika Gereja” karya T. Jacob (1979).
Selain mengunjungi perpustakaan penulis juga melengkapi sumber dengan mencari dibeberapa toko buku seperti Gramedia dan Palasari. Penulis mendapatkan
(24)
beberapa buku yang relevan diantaranya “Isu-Isu Kontroversial Dalam Sejarah Barat” karya Hansiswany Kamarga dan Julius Siboro (2012).
Penulis juga mempunyai beberapa koleksi buku pribadi yang relevan yaitu,
“Sejarah Prancis Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20” karya Jean
Carpentier (2011), “Pemikiran Politik Barat” karya Ahmad Suhelmi (2007),
“Sejarah Sebagai Ilmu” karya Ismaun (2005), “Metodologi Sejarah” karya Helius
Sjamsuddin (2007).
Selain itu, penulis juga mendapat pinjaman buku dari Ibu Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M.Pd. selaku dosen di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul “The Heritage of World Civilizations” karya
Albert M Craig, et al yang diterbitkan oleh Macmillan Publishing Company pada tahun 1986. Buku ini merupakan buku berbahasa Inggris yang di dalamnya membahas sangat banyak dan detail mengenai sejarah Eropa dan Asia.
Semua sumber yang diperoleh ada yang berbahasa Inggris terutama mengenai sejarah Prancis dan pemerintahannya. Sedangkan sumber yang menggunakan bahasa Indonesia mengenai ilmu politik dan mengeni keuskupan. Setelah semua sumber diperoleh selanjutnya penulis membaca, memahami, mengkaji dan membandingkan, hal ini dilakukan agar memperoleh pemahaman yang benar-benar jelas dan terperinci.
(25)
3.3.2 Kritik Sumber
Setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap relevan tahap selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut. Kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Sjamsuddin (2007: 131) menjelaskan bahwa kritik sumber bagi sejarawan yang erat kaitannya dalam usaha mencari kebenaran (truth). Karena seringkali sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil.
Tujuan dari kritik sumber ini adalah supaya penulis tidak dengan mudah menerima begitu saja data atau sumber yang telah diperoleh. Kita harus menguji apa data sumber yang telah diperoleh itu benar-benar akurat dan dapat dipercaya. Pada umumnya kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang memang menjadi pilihannya. Adapun kritik sumber yang dilakukan di dalam penyusunan skripsi ini adalah kritik eksternal dan kritik internal.
3.3.2.1 Kritik Eksternal
Pada tahap ini penulis melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis yang berupa buku-buku. Kritik eksternal merupakan cara untuk menilai keaslian sumber sejarah. Kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada
(26)
suatu waktu sejak awal mulanya sumber itu telah dibuat oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 134).
Hal penting yang harus diperhatikan pada saat melakukan kritik eksternal ialah bahan, bentuk sumber dan asal dokumen, kapan dibuat (sudah lama atau belum lama sesudah terjadi peristiwa yang diberitakan), dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa (Ismaun, 2005: 50).
Kritik eksternal dilakukan untuk memeriksa keaslian serta keakuratan sumber. Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menilai kelayakan sumber sebelum mengkaji isi sumbernya. Salah satu contoh kritik eksternal yang dilakukan
penulis adalah kritik terhadap buku yang berjudul “Sejarah Prancis Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20” yang ditulis oleh Jean Carpentier, et al. Buku
ini merupakan terjemahan dari buku berbahasa Prancis yang berjudul Histoire de
France yang terbit pertama kali pada tahun 1987 dan diperbarui pada tahun 2000.
Buku ini diterjemahkan oleh Forum Jakarta-Paris.
Jean Carpentier, sangat apik dan jelas dalam menulis buku Sejarah Prancis ini. Buku ini membahas dimulai dari zaman prasejarah sampai dengan peristiwa pada abad 20. Buku ini disusun secara kronologis, buku ini juga mencakup berbagai bidang salah satunya yang penulis bahas yaitu pemerintahan. Buku karya Jean
(27)
apabila penulis mengambil buku ini sebagai salah satu sumber yang digunakan didalam pembuatan skripsi ini.
Selain buku Sejarah Prancis karya Jean Carpentier, penulis juga melakukan kritik eksternal terhadap buku karangan Albert M Craig, yang berjudul “The Heritage Of World Civilization” yang diterbitkan oleh Macmillan Publishing Company pada tahun 1986. Albert M Craig adalah seorang sejarawan, penulis dan pernah juga mengajar di Universitas Harvard selama lebih dari lima puluh tahun. Selain di Harvard beliau juga menjadi dosen tamu di Universitas Tokyo, Universitas Kyoto dan Universitas Keio di Jepang. Albert M Craig meraih gelar sarjana dibidang filsafat di Universitas Northwestern pada tahun 1949. Kemudian beliau belajar sejarah ekonomi di Universitas Strasbourg di Prancis. Dua tahun kemudian beliau menjadi mahasiswa pascasarjana di Kyoto University, Jepang.
Buku berbahasa Inggris ini membahas sangat jelas dan terperinci mengenai peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi diseluruh benua yang ada dunia. Melihat dari latar belakang pendidikannya, penulis menganggap buku karangan Albert M Craig, ini sangat layak untuk dipergunakan sebagai sumber didalam pembuatan skripsi ini.
(28)
3.3.2.2 Kritik Internal
Pada tahap kritik internal ini penulis membaca seluruh sumber-sumber yang telah diperoleh pada tahap heuristik, kemudian melakukan penilaian terhadap sumber tersebut, setelah itu dibandingkan dengan sumber lainnya. Hal ini perlu dilakukan karena kita dapat mengetahui layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh.
Kritik internal dilakukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapatkan dipercaya) diadakan penilaian instrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian dipunguti fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber (Ismaun, 2005: 50).
Kritik internal dilakukan oleh penulis terhadap buku yang berjudul The New
Cambridge Modern History Vol VII The Old Regime 1713-1763 karya Clark (1966) dalam bukunya menjelaskan kemunduran dari kerajaan “ketuhanan” Prancis. Lebih
lanjut Clark mengatakan bahwa Fleury memerintah di Prancis pada tahun 1726-1743. Fleury merupakan penerus dari Richelieu dan Mazarin. Ia merupakan perdana menteri tanpa gelar, dalam pengadilan ia adalah seorang “Walpole Prancis”, yang
(29)
sebagai Garde des sceaux dan menteri untuk urusan luar negeri. Jika keuangan adalah kunci sukses pemerintahan di Perancis, kebijakan luar negeri adalah kunci sukses keuangan, dan Fleury mencurahkan usaha terbesarnya untuk pemeliharaan perdamaian dengan negara lain. Tuduhan bahwa dia mengabaikan angkatan laut telah terbukti dapat dibenarkan. Tujuan dasarnya adalah untuk mencegah rekreasi dari koalisi negara-negara Eropa melawan Prancis. Karena itu ia melanjutkan kebijakan Dubois yaitu melakukan aliansi dengan Inggris. Ia mampu membangun kembali pengaruh Perancis di utara dan timur Eropa.
Sebagai pembanding digunakan buku lain, yang berjudul Sejarah Prancis
Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20 karya Carpentier (2011)
menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Kardinal Fleury ini merupakan masa perdamaian dan kemakmuran bagi kerajaan Prancis. Selama hampir 20 tahun, Fleury menjalankan roda pemerintahan kerajaan dengan sikap hati-hati dan menentramkan, mengikuti cara-cara yang pernah diterapkan Colbert, yaitu selalu berusaha menciptakan perdamaian di luar negeri serta menjaga ketertiban dan kemakmuran di dalam negeri. Ia mendukung upaya keras Orry, Pengawas Umum Urusan Keuangan, yang berhasil menyeimbangkan anggaran belanja dan pendapatan serta mendorong kegiatan ekonomi yang tengan berkembang pesat.
Hal yang sama juga terdapat dalam buku The Heritage Of World Civilization karya Craig (1986) yang mengatakan bahwa sejak 1726, perdana menteri Prancis adalah Kardinal Fleury. Ia adalah gerejawan besar terakhir yang telah begitu setia melayani kerajaan Prancis. Ia mengerti ambisi politik dan ketidak mampuan kaum
(30)
bangsawan, dan secara diam-diam memblokir pengaruh para bangsawan. Ia menyadari situasi keuangan yang sulit akibat dari perang pada masa Louis XV.
Skocpol dalam bukunya yang berjudul Negara Dan Revolusi Sosial, Suatu
Analisis Komparatif Tentang Perancis, Rusia dan Cina (1991) mengatakan bahwa
kemenangan perang yang dilakukan Prancis hanya dibutuhkan sebagai upaya untuk mempertahankan kehormatan Prancis diatas panggung internasional, bukan untuk melindungi perdagangan luar negerinya. Prancis menderita kerugian besar akibat perang-perang yang dilakukan Louis XIV. Hal ini masih terasa sepeninggal wafatnya Louis XIV.
Berdasarkan hasil dari melakukan kritik internal, penulis mendapatkan kesesuaian dan beberapa perbedaan pendapat dari berbagai penulis. Penulis mendapatkan kesamaan persepsi mengenai Prancis dan pemerintahannya. Perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap penulis. Hal ini mungkin disebabkan dari latar belakang penulis yang berbeda-beda.
3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Tahap selanjutnya dalam penulisan karya ilmiah adalah penafsiran sumber atau interpretasi. Interpretasi adalah penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang
(31)
satu dimasukan kedalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 55).
Sjamsuddin (2007: 164) dalam bukunya menjelaskan bahwa ada dua macam cara penafsiran yang ada kaitannya dengan faktor-faktor atau tenaga-tenaga pendorong sejarah yaitu determinisme dan kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil keputusan. Bentuk-bentuk penafsiran deterministik itu ialah determinisme rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran (teori) orang besar, penafsiran spiritual atau idealistik, penafsiran ilmu dan teknologi, penafsiran sosiologis dan penafsiran sintesis. Berdasarkan bentuk-bentuk penafsiran tersebut penulis menggunakan penafsiran sintesis.
Penafsiran sintesis ialah penafsiran yang menggabungkan semua faktor atau tenaga yang menjadi penggerak sejarah. Sebagaimana yang diungkapkan Barnes dalam Sjamsuddin (2007: 170) bahwa menurut penafsiran ini, tidak ada satu kategori
“sebab-sebab” tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah. Artinya perkembangan dan jalannya sejarah digerakkan oleh berbagai faktor dan tenaga bersama-sama manusia tetap sebagai pemeran utama. Penulis menggunakan penafsiran sintesis karena peranan kardinal di kerajaan Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tidak terlepas dari adanya faktor-faktor penyebab atau pendorong seperti kesetiaan Kardinal Fleury terhadap kerajaan Prancis, kesadaran akan ambisi dalam politik dan ketidakmampuan para bangsawan dalam menjalankan pemerintahan.
(32)
Penulis juga menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan ilmu bantu dan disiplin ilmu yang serumpun, diantaranya ilmu politik dan konsep negara.
3.3.4 Historiografi
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Penulisan skripsi merupakan karya tulis ilmiah resmi mahasiswa dalam menyelesaikan program sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah.
Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan suatu karya ilmiah atau disebut juga dengan laporan penelitian. Tahapan ini merupakan hasil dari penulis yang diawali dengan pengumpulan sumber, setelah itu sumber dikritik untuk mengetahui keabsahan sumbernya, lalu setelah dikritik kemudian ditafsirkan supaya fakta-fakta dari sumber yang telah didapatkan dapat digunakan sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini. Secara harfiah historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu disebut sejarah (Ismaun,
(33)
Hasil penelitian disusun dalam lima bab, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pembuatan dan pemahaman terhadap skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah penelitian. Disertai mengenai ketertarikan penulis dalam memilih permasalahan yang diangkat. Untuk lebih memfokuskan pada bab ini juga berisi rumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
Bab II Kajian Pustaka. Bab ini berisi tentang pemaparan mengenai sumber-sumber buku dan sumber-sumber lain yang digunakan oleh penulis sebagai sumber-sumber rujukan yang relevan dalam penulisan peranan kardinal di Kerajaan Prancis pada masa pemerintahan Louis XV
Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini berisi mengenai langkah-langkah, metode, pendekatan dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian. Hal ini dilakukan penulis untuk mendapatkan sumber yang berkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji oleh penulis. Tahapan ini meliputi heuristik, yaitu proses pengumpulan data. Kritik yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan dari sumber yang telah didapatkan, kritik yang dilakukan secara eksternal dan internal. Interpretasi adalah proses penafsiran fakta yang telah ditemukan. Tahapan terakhir dinamakan historiografi, merupakan kegiatan penulisan dan proses penyusunan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu pada bab ini penulis juga menguraikan langkah-langkah yang ditempuh penulis selama melaksanakan proses penulisan skripsi ini.
(34)
Bab IV Pembahasan. Bab ini dapat dikatakan isi utama dari penulisan skripsi ini. karena didalamnya berisi pembahasan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Pada bab IV ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dari hasil pengolahan serta analisis yang telah dilakukan terhadap fakta-fakta yang telah diperoleh.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi ini, pada bab ini terdapat penafsiran penulis dari hasil analisis dan temuan yang didapatkan yang kemudian disajikan dalam bentuk kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan pada bab-bab sebelumnya.
(35)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat enam hal yang penulis simpulkan dalam bab ini sehubungan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi yang berjudul “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis Pada Masa Pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743” ini. Kesimpulan tersebut didasarkan pada temuan fakta-fakta dan analisis yang telah dikaji dan dipaparkan oleh peneliti. Berikut terdapat beberapa hal pokok yang telah peneliti simpulkan berdasarkan permasalahan yang telah dibahas.
Pertama, Pada masa Louis XIV Prancis telah mencapai puncak kejayaannya,
sekaligus masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Prancis. Louis XIV memerintah dari tahun 1643 sampai tahun 1715. Dalam pemerintahannya Louis XIV merupakan pemimpin yang sangat absolut, tetapi dia sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, absolutisme pada masa pemerintahan Louis XIV dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat.
Pada masa pemerintahannya, Louis XIV dibantu oleh para bangsawan yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan kepentingan kerajaan dan rakyat. Para bangsawan bergelimang harta dan senang berfoya-foya.
(36)
Prancis dilanda krisis ekonomi, karena pada masa pemerintahannya Louis XIV membangun Istana yang menelan dana begitu besar dan diperparah dengan seringnya terjadi perang, salah satunya adalah Perang Suksesi Spanyol yang terjadi tahun 1701-1714, serta konflik agama dengan kaum Huguenot dengan dicabutnya
Edid de Nantes yang dibuat pada masa Henry IV.
Kedua, Setelah Louis XIV meninggal, ia menulis surat wasiat yang isinya mengangkat Duc Philippe d’Orleans sebagai wali raja. Oleh karena itu dibentuklah
pemerintahan perwalian yang dipimpin oleh wali raja. Masa pemerintahan perwalian merupakan periode reaksi terhadap pemerintahan Louis XIV.
Banyak sekali yang harus dihadapai pemerintahan perwalian. Duc d’Orleans
harus dapat mengeluarkan Kerajaan Prancis dari krisis ekonomi akibat dari pemerintahan Louis XIV dan membangun kembali serta menambah kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan. Masalah utama yang harus dihadapi pemerintahan perwalian adalah kondisi keuangan yang sangat terpuruk, utang negara mencapai dua livres. Dalam upaya mengatasi hal ini, wali raja mengangkat John Law menjadi pengawas keuangan dan menyetujui skema keuangan yang dibuat oleh John Law.
Ditahun pertamanya sistem yang diterapkan John Law mengalami sukses dan dapat mengatasi krisis ekonomi di kerajaan Prancis. Namun pada tahu berikutnya,
(37)
Namun, upaya ini sia-sia. Law melarikan diri dan bersembunyi di Bruxelles dalam keadaan bangkrut.
Ketiga, Kardinal Fleury lahir di Lodeve, 26 Juni 1653, merupakan anak dari
seorang bendahara gereja dan murid dari Kardinal Bonzi. Kardinal Fleury sempat belajar di Universitas Sourbon bidang Teologi sebelum akhirnya diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Louis XV tahun 1726-1743. Sebelum diangkat menjadi Perdana Menteri Kardinal Fleury adalah guru pribadi dari Louis XV, Kardinal Fleury mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh Louis XV.
Setelah diangkat menjadi Perdana Menteri Kardinal Fleury dipercaya dalam mengelola urusan negara. Kardinal Fleury memegang kekuasaan berdasarkan kepercayaan dan kemampuannya dalam mengelola urusan pemerintahan.
Keempat, masalah utama yang dihadapi pada masa pemerintahan Kardinal
Fleury adalah krisis ekonomi akibat dari pemerintahan Louis XIV yang sering melakukan perang, pembangunan Istana Versailles dan para bangsawan yang senang berfoya-foya, dan juga akibat dari kegagalan sistem yang dijalankan John Law pada masa pemerintahan perwalian.
Untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi Kardinal Fleury mempercayakan urusan keuangan kepada Philibert Orry. Kebijakan keuangan yang diterapkan oleh Orry mengikuti cara yang digunakan oleh Colbert yang memberlakukan pajak
dixime. Orry juga mengembangkan industri textile dan kertas. Serta menerapkan
(38)
Selain itu Kardinal Fleury menerapkan mazhab fisiokrat, dengan mendirikan himpunan tani kerajaan membuka lahan-lahan kosong untuk ditanami. Walaupun lahan-lahan yang dibuka masih sedikit, tetapi masih cukup untuk menaikan produksi pertanian. Usahanya ini berhasil mengurangi krisis ekonomi yang terjadi di Prancis.
Kelima, selain dalam bidang ekonomi, Kardinal Fleury pun harus
memperbaiki hubungan dengan negara-negara tetangganya. Kardinal Fleury berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara khususnya negara-negara yang berada di kawasan Eropa dengan cara melakukan perdagangan.
Dalam upaya mendekatkan hubungan antara Prancis dengan Austria, Kardinal Fleury mengajukan perjanjian perdamaian setelah terjadinya Perang Suksesi Polandia. Hasilnya hubungan antara Kerajaan Prancis dengan Austria terjalin dengan erat dan telah melemahkan dominasi Inggris di kawasan Benua Eropa.
Namun hubungan ini kembali memburuk dan terjadi perang antara Austria yang dibantu oleh Inggris dan Belanda melawan Prancis yang dibantu Prusia. Perang Suksesi Austria ini diakhiri dengan ditandatanganinya Traktat Aix-la-Chapelle.
Keenam, pemerintahan Kardinal Fleury sangat berperan dalam perdamaian
dan kemakmuran yang terjadi di Prancis selama pemerintahannya. Selain ia berhasil memperbaiki keuangan negara dan menjalin hubungan baik negara-negara di Eropa,
(39)
Perdagangan dengan negara.negara lain pun mengalami perkembangan, tidak hanya dengan negara-negara di Benua Eropa, melainkan dengan negara-negara yang ada di Benua lain, seperti di Benua Afrika dan Benua Amerika.
5.2 Rekomendasi
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dalam SK-KD 3.1 membedakan pengaruh Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia terhadap perkembangan pergerakan Nasional Indonesia karena pemerintahan Louis XV ini menjadi salah satu penyebab terjadinya Revolusi Prancis.
(40)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Budiardjo, M. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Carpentier, J, dkk. (2011). Sejarah Perancis – Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Carsten, F. L. (1964). The New Cambridge history vol V The ascendancy Of France. London: Cambridge: University Press.
Clark, G N, et al. (1966). The New Cambridge Modern History: The Old Regime
1713-1763 vol VII. Cambridge: University Press.
Craig, A. M, et al. (1986). The Heritage of World Civilizations. New York: Macmillan Publishing Company.
Easton, S. C. (1966). The Western Heritage From The Earliest Times To The Present. New York, Chicago, San Francisco: Holt, Rinehart and Winstone Inc.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hayek, F. A. (2006). The Trend of Economic Think: Essays on Political Economistis
(41)
Kamarga, H. (2012). Isu-Isu Kontroversial dalam Sejarah Barat. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Landone, B. (1942). History Of Civilization The Revolutionary Period (The Age of
Reason) vol IV. New York: Book inc.
Lord, J. (1913). Beacon Lights Of History vol VIII: Great Rulers. New York: The University Press.
Parsons, R. (2012). Kebohongan dan Kesalahan Sejarah. Yogyakarta: Imperium.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Skocpol, T. (1991). Negara dan Revolusi Sosial, Suatu Analisis Komparatif Tentang
Perancis, Rusia dan Cina. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suhelmi, A. (2007). Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Syam, F. (2007). Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat, Ideologi, dan
Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tim Penyusun. (1973). Ensiklopedi Umum. Jogjakarta: Jajasan Kanisius.
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(42)
Wellem, F. D. (2006). Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia.
Internet:
Tanpa Nama. (2012). Monarki. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki. [30 Januari 2012]
Tanpa Nama. (2012). Kardinal. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kardinal. [30 Januari 2012]
Tanpa Nama. (2012). Kekuasaan. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan. [31 Januari 2012]
Yonie. (2010). Teori Konflik Lewis Alfred Coser. [Online]. Tersedia: http://fisip.uns.ac.id/blog/yonie/2010/10/27/teori-konflik-lewis-alfred-coser/. [31 Januari 2012]
Peeoner A. (2012). Konsep Merkantilisme Dan Pendapat Para Ahli Merkantilis. [Online]. Tersedia: http://poernomoagusto.blogspot.com/2012/03/konsep merkantilisme-dan-pendapat-para/. [29 Desember 2012]
(1)
87
Namun, upaya ini sia-sia. Law melarikan diri dan bersembunyi di Bruxelles dalam keadaan bangkrut.
Ketiga, Kardinal Fleury lahir di Lodeve, 26 Juni 1653, merupakan anak dari seorang bendahara gereja dan murid dari Kardinal Bonzi. Kardinal Fleury sempat belajar di Universitas Sourbon bidang Teologi sebelum akhirnya diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Louis XV tahun 1726-1743. Sebelum diangkat menjadi Perdana Menteri Kardinal Fleury adalah guru pribadi dari Louis XV, Kardinal Fleury mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh Louis XV.
Setelah diangkat menjadi Perdana Menteri Kardinal Fleury dipercaya dalam mengelola urusan negara. Kardinal Fleury memegang kekuasaan berdasarkan kepercayaan dan kemampuannya dalam mengelola urusan pemerintahan.
Keempat, masalah utama yang dihadapi pada masa pemerintahan Kardinal Fleury adalah krisis ekonomi akibat dari pemerintahan Louis XIV yang sering melakukan perang, pembangunan Istana Versailles dan para bangsawan yang senang berfoya-foya, dan juga akibat dari kegagalan sistem yang dijalankan John Law pada masa pemerintahan perwalian.
Untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi Kardinal Fleury mempercayakan urusan keuangan kepada Philibert Orry. Kebijakan keuangan yang diterapkan oleh Orry mengikuti cara yang digunakan oleh Colbert yang memberlakukan pajak dixime. Orry juga mengembangkan industri textile dan kertas. Serta menerapkan sistem kerja paksa untuk memperbaiki sistem transportasi.
(2)
88
Selain itu Kardinal Fleury menerapkan mazhab fisiokrat, dengan mendirikan himpunan tani kerajaan membuka lahan-lahan kosong untuk ditanami. Walaupun lahan-lahan yang dibuka masih sedikit, tetapi masih cukup untuk menaikan produksi pertanian. Usahanya ini berhasil mengurangi krisis ekonomi yang terjadi di Prancis.
Kelima, selain dalam bidang ekonomi, Kardinal Fleury pun harus memperbaiki hubungan dengan negara-negara tetangganya. Kardinal Fleury berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara khususnya negara-negara yang berada di kawasan Eropa dengan cara melakukan perdagangan.
Dalam upaya mendekatkan hubungan antara Prancis dengan Austria, Kardinal Fleury mengajukan perjanjian perdamaian setelah terjadinya Perang Suksesi Polandia. Hasilnya hubungan antara Kerajaan Prancis dengan Austria terjalin dengan erat dan telah melemahkan dominasi Inggris di kawasan Benua Eropa.
Namun hubungan ini kembali memburuk dan terjadi perang antara Austria yang dibantu oleh Inggris dan Belanda melawan Prancis yang dibantu Prusia. Perang Suksesi Austria ini diakhiri dengan ditandatanganinya Traktat Aix-la-Chapelle.
Keenam, pemerintahan Kardinal Fleury sangat berperan dalam perdamaian dan kemakmuran yang terjadi di Prancis selama pemerintahannya. Selain ia berhasil memperbaiki keuangan negara dan menjalin hubungan baik negara-negara di Eropa, Kardinal Fleury pun berhasil mengembangkan sistem jalan di Prancis, serta membangun dan memelihara rute transportasi yang merupakan jaringan terbaik di Eropa.
(3)
89
Perdagangan dengan negara.negara lain pun mengalami perkembangan, tidak hanya dengan negara-negara di Benua Eropa, melainkan dengan negara-negara yang ada di Benua lain, seperti di Benua Afrika dan Benua Amerika.
5.2 Rekomendasi
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dalam SK-KD 3.1 membedakan pengaruh Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia terhadap perkembangan pergerakan Nasional Indonesia karena pemerintahan Louis XV ini menjadi salah satu penyebab terjadinya Revolusi Prancis.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Budiardjo, M. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Carpentier, J, dkk. (2011). Sejarah Perancis – Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Carsten, F. L. (1964). The New Cambridge history vol V The ascendancy Of France. London: Cambridge: University Press.
Clark, G N, et al. (1966). The New Cambridge Modern History: The Old Regime 1713-1763 vol VII. Cambridge: University Press.
Craig, A. M, et al. (1986). The Heritage of World Civilizations. New York: Macmillan Publishing Company.
Easton, S. C. (1966). The Western Heritage From The Earliest Times To The Present. New York, Chicago, San Francisco: Holt, Rinehart and Winstone Inc.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hayek, F. A. (2006). The Trend of Economic Think: Essays on Political Economistis and economic History. United Kingdom: Taylor & Francis.
Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.
(5)
Kamarga, H. (2012). Isu-Isu Kontroversial dalam Sejarah Barat. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Landone, B. (1942). History Of Civilization The Revolutionary Period (The Age of Reason) vol IV. New York: Book inc.
Lord, J. (1913). Beacon Lights Of History vol VIII: Great Rulers. New York: The University Press.
Parsons, R. (2012). Kebohongan dan Kesalahan Sejarah. Yogyakarta: Imperium.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Skocpol, T. (1991). Negara dan Revolusi Sosial, Suatu Analisis Komparatif Tentang Perancis, Rusia dan Cina. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suhelmi, A. (2007). Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Syam, F. (2007). Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tim Penyusun. (1973). Ensiklopedi Umum. Jogjakarta: Jajasan Kanisius.
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(6)
Wellem, F. D. (2006). Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia.
Internet:
Tanpa Nama. (2012). Monarki. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki. [30 Januari 2012]
Tanpa Nama. (2012). Kardinal. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kardinal. [30 Januari 2012]
Tanpa Nama. (2012). Kekuasaan. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan. [31 Januari 2012]
Yonie. (2010). Teori Konflik Lewis Alfred Coser. [Online]. Tersedia: http://fisip.uns.ac.id/blog/yonie/2010/10/27/teori-konflik-lewis-alfred-coser/. [31 Januari 2012]
Peeoner A. (2012). Konsep Merkantilisme Dan Pendapat Para Ahli Merkantilis. [Online]. Tersedia: http://poernomoagusto.blogspot.com/2012/03/konsep merkantilisme-dan-pendapat-para/. [29 Desember 2012]