PEMBERDAYAAN ORANG TUA MURID DALAM KEIKUTSERTAAN MEMBIAYAI PENDIDIKAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : KASUS PADA SMK NEGERI 2 BALEENDAH KAB. BANDUNG.
PEMBERDAYAAN ORANG TUA MURID
DALAM KEIKUTSERTAAN MEMBIAYAI PENDIDIKAN
PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
( KASUS PADA SMK NEGERI 2 BALEENDAH KAB. BANDUNG)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
Untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
Magister pendidikan dalam Bidang Administrasi Pendidikan
DISUSUN OLEH :
NAMA : H. RACHMAT SADIKIN
NIM : 989556
4fe
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I
Wn-otsf*
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab. M.A.
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Moch. Idochi Anwar, M.Pd.
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2000
Disetujui dandisahkan
Ketua Program StudyAdministrasi Pendidik
Prof Dr. H
msuddin M. MA.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan latarbelakang bahwa adanya kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diseluruh muka bumi ini sangat berpengaruh
terhadap sendi-sendi kehidupan umat manusia. Hal ini akan dirasakan pula
dampaknya terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu perlu ada upaya
pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan
sikap bangsa Indonesia agar bisa mengimbangi atau menghindari dampak negatif
dari kemajuan IPTEK tersebut. Hal ini semua merupakan tugas pemerintah dalam
pengertian tugas Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakannya yaitu
melalui lembaga pendidikan persekolahan maupun jalur luar sekolah.
Permasalahan yang nampak dan merupakan fokus dalam penelitian ini
ialah tentang seberapa jauh kemampuan manajerial pembiayaan pendidikan oleh
sekolah dengan dicabutnya biaya yang bersumber dari SPP/DPP. lsi dari
permasalahan adalah menyangkut :
1. Penentuan proporsi penerimaan biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber
biaya diluar SPP/DPP;
2. Pelaksanaan akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan biaya pendidikan;
3. Keadaan kinerja sistem pendidikan dengan memperhatikan biaya yang ada.
Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri se Jawa Barat dengan
mengambil sample SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung, serta dalam
pelaksanaannya penulis gunakan metoda kualitatif. Ternyata penelitian tersebut
memperoleh temuan-temuan :
a. Dengan pencabutan SPP/DPP menjadikan sumber biaya pendidikan kurang
dan jumlah penerimaan dana pendidikan menjadi kurang;
b. Adanya peningkatan kebutuhan biaya akibat kenaikan hargayang disebabkan
krisis ekonomi dan sebagainya.
Dari hasil penelitian penulis simpulkan berbagai hal sebagai berikut:
1. Adanya kekuatan yang memungkinkan dapat mencari dana pendidikan dari
sumber lain yaitu dengan mantapnya penyusunan RAPBS;
2. Kelemahannya, sekolah selalu mengandalkan biaya pendidikan yang
bersumber dari pemerintah yaitu berupa anggaran rutin yang dituangkan
dalam DIK;
3. Peluang untuk memperoleh penerimaan dana dari sumber lain yaitu adanya
potensi masyarakat/orang tua murid yang tinggi karena mereka sangat antusias
menyekolahkan anaknya dan menyadari akan keberadaan SMK di daerahnya
tersebut;
4. Hambatannya masih adanya kesulitan ekonomi bagi sejumlah orang tua murid
akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dengan memperhatikan beberapa butir temuan penelitian yang dilakukan
di SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung dapat peneliti simpulkan beberapa
saran untuk mengatasi masalah tersebut adalah :
1. Adanya kreatifitas sekolah untuk mencari sumber biaya pendidikan selain dari
pemerintah;
2. Adakan penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan yang perlu
ditunjang dana agar dapat meningkatkan mutu;
3. Pengelolaan biaya pendidikan agar dipertanggungjawabkan dengan baik
kepada masyarakat supaya mereka lebih percaya lagi kepada sekolah.
DAFTAR IS I
Halainan
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I PENDAHULUAN
i
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
8
C. Urgensi Masalah Penelitian
14
D. Rumusan Masalah
15
E. Tujuan Penelitian
16
F. Kegunaan Penelitian
18
G. Paradigma Penelitian
19
BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN DALAM PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN DI SEKOLAH
22
A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan
22
B. Pemberdayaan Dalm Administrasi Pendidikan Serta Peran
Orang Tua Murid Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
26
C. Konsep Dasar Biaya Pendidikan
44
D. Kinerja Sekolah
49
E. Telaahan Hasil Penelitian Terdahulu
53
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
56
A. Metode Penelitian
56
B. Data Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
56
C. Validasi Data
58
iv
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
1. Perkembangan Sekolah
60
60
60
2. Struktur Organisasi dan Jumlah Personil Pengelola
SMKN 2 Baleendah
61
3. Kegiatan Sekolah
62
4. Perkembangan Biaya Pendidikan
63
B. Analisis Data
Teknik Analisis Data
C. Hasil Analisis Data
66
69
72
1. Kategori Sumber dan Biaya (Proporsi Anggaran)
72
2. Strategi Penganggaran Biaya dan Akuntabilitasnya
74
3. Faktor-faktor Biaya Bersumber dari Orang Tua Siswa
79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
84
A. Kesimpulan
84
B. Implikasi
88
C. Rekomendasi
89
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
94
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Anggaran Rutin (DIK) SMK Jawa Barat
10
2. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) Tahun 1997/1998
12
3. Penerimaan Biaya Pendidikan Setelah Pencabutan SPP/DPP
13
4. Persentase Biaya Sektor Pendidikan dari GNP
29
5. Persentase Biaya Sektor Pendidikan dari APBN
30
6. Nilai Balik Terhadap Pendidikan dan Modal Fisik Pekerja
42
7. Perkembangan Jumlah Siswa
60
8. Jumlah Personil SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
62
9. Sumber Biaya Pendidikan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
Sejak Tahun 1996/1997 sampai dengan 2000/2001
64
10.Sumber Biay Pendidikan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
73
1l.Rencana Penggunaan Biaya Pendidikan SMKN 2 Baleendah
78
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Proses Penyelenggaraan Pendidikan
20
2. Prosedur Penganggaran dan Pertanggungjawaban
21
3. Sistem Administrasi Pendidikan
25
4. Posisi Biaya Pendidikan
46
5. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan
61
6. Biaya Pendidikan untuk KBM
65
7. Proses Penyusunan RAPBS menjadi APBS
80
vn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dewasa ini
berpengaruh kepada seluruh sendi kehidupan umat manusia di seluruh dunia,
termasuk Indonesia, baik yang tinggal dipinggiran maupun di perkotaan.
Untuk mengimbangi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tersebut
perlu adanya upaya konkrit dari pemerintah yaitu meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan sikap mandiri masyarakat Indonesia, atau dengan
kata lain diperlukan adanya upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Hal ini perlu dipahami karena tidak menutup kemungkinan jika
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, globalisasi serta perdagangan bebas
berpengaruh serta mengakibatkan hal yang negatif kepada seluruh sendi
kehidupan masyarakat Indonesia,
maka akan memporak porandakan bangsa
Indonesia. Karena itu kemungkinan besar bangsa Indonesia hanya akan menjadi
objek, tempat pemasaran atau jadi buruh murah bagi bangsa lain yang sudah lebih
dulu menguasai IPTEK.
Oleh karena itulah maka pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional bertanggungjawab untuk terus menerus berupaya melaksanakan
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui program pendidikan
di berbagai jenis dan jenjang persekolahan ataupun melalui pendidikan luar
sekolah. Dengan terus menerus memperbaiki pendidikan maka globalisasi akan
memberi manfaat kepada bangsa Indonesia.
Penyelenggaraan proses pendidikan ini mengacu pada ketentuan atau
aturan yang berlaku, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang No. 2/89
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional merupakan
gambaran yang terdiri dari unsur kekuatan dan kelemahan dari budaya bangsa
Indonesia yang antara lain terdiri nilai-nilai (Value), adat kebiasaan, tingkah laku,
sosial politik yang kesemuanya itu akan mempengaruhi corak dan bentuk
kehidupan masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kemajuan,
perkembangan dan meningkatnya taraf hidup dan kehidupan masyarakat yang
lebih dinamis tidak lepas dari peran dan pengaruh pendidikan. Untuk itulah "
Pendidikan hams dilihat sebagai salah satu kekuatan sosial yang ikut memberi
bentuk, corak dan acak pada kehidupan masyarakat masa depan" (Tilaar, 1991 :3).
Upaya pemerintah (Depdiknas) dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia untuk mengimbangi kemajuan IPTEK dan globalisasi
dewasa ini, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah telah dimmuskan
dalam empat kebijakan atau strategi yang terdiri dari :
a. Perluasan kesempatan belajar;
b. Relevansi pendidikan;
c. Peningkatan mutu pendidikan;
d. Efektifitas dan efisiensi, serta melestarikan dan mengembangkan kebudayaan
nasional ( Butir-butir Rapat Kerja Nasional Depdikbud).
Langkah nyata yang telah ditempuh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut adalah :
a. Pembangunan SD Inpres, Unit Gedung Bam (UGB) SLTP, SMU dan SMK,
penambahan mang kelas bam, mang laboratorium, mang perpustakaan
termasuk perabotannya.
b.
Mencukupi buku pelajaran pada semua jenjang dan jenis sekolah melalui
proyek pengadaan buku dengan perbandingan 1 buku untuk 1 murid.
c.
Meningkatkan mutu tenaga gum melalui penataran, seminar, MGMP, MGBS,
studi lanjutan dan Iain-lain.
d.
Melaksanakan pelatihan, praktek kerja bagi siswa (PSG) di dunia usaha/dunia
industri khususnya bagi siswa SMK.
e.
Pemanfaatan sarana/prasarana yang ada di sekolah seoptimal, seefektif dan
seefisien mungkin.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia oleh pemerintah tersebut tidak
hanya melalui jalur pendidikan sekolah saja, tetapi juga melalui jalur pendidikan
luar sekolah. Hal ini sejalan dengan isi UU No. 2/89 yang menyatakan bahwa
"Pendidikan diselenggarakan melalui dua jalur yaitu : pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah". Penyelenggaraannya diatur
menumt
ketentuan
tersendiri, artinya bahwa teknis pendidikan jalur sekolah tingkat dasar dan
menengah diatur oleh Ditjen Dikdasmen, sedangkan pendidikan jalur luar sekolah
diatur melalui ketentuan Direktorat Jenderal Dikluspora.
Pendidikan jalur sekolah merupakan atau subsistem dari sistem Pendidikan
Nasional yang dalam pelaksanaannya mengikuti tahapan, jenis dan lama waktu
tertentu yaitu mulai Pendidikan Dasar, Menengah sampai Perguman Tinggi.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia secara formal sudah dimulai
dari Pendidikan Dasar (SD/MI) yaitu ditandai dengan pencanangan Wajar
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah mulai Mei 1984 dan dilanjutkan dengan
Wajar Pendidikan Dasar 9 tahun mulai Mei 1994. Program ini bertujuan agar
masyarakat Indonesia minimal memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan
dan sikap setara lulusan SLTP. Oleh karena itulah maka Undang-undang No 2/89
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan mempakan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yang mencakup keimanan, ketaqwaan, budi pekerti, pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan
mandiri, rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Menyimak isi tujuan Pendidikan Nasional tersebut maka pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang mempunyai kesempurnaan fisik maupun mental
dengan ditandai berbagai aspek. Sebagaimana dikemukakan di atas, manusia
sebagai makhluk individu maupun anggota masyarakat perlu berbuat sesuatu yaitu
berupa karya, karsa dan mengabdikan dirinya demi kepentingan serta
kemaslahatan bangsa dan negara, setidak-tidaknya bagi masyarakat yang berada
disekitarnya. Manusia sebagai anggota masyarakat hams mampu beradaptasi
dengan lingkungannya karena ia tidak terpisahkan dari bagiannya.
Manusia perlu berkembang dan mengembangkan diri untuk mengimbangi
keadaan sekitarnya, yang ditandai dengan pertumbuhan fisik secara wajar serta
perkembangan mental yang baik. Ini semua tergantung proses pendidikan,
sehingga peran pendidik sangat menentukan
sekali dalam
membentuk
karakteristik dan perkembangan anak didik.
Sekolah mempakan lembaga formal, mempunyai tugas dan fungsi
mendidik anak hendaknya mampu memberi kebebasan serta kesempatan yang
luas bagi pengembangan diri anak didik. Tetapi tetap para gum mengawasi dan
mengarahkannya karena hal ini tidak terlepas dari kemungkinan adanya berbagai
pengaruh internal maupun eksternal yang terjadi akibat adanya interaksi sosial.
Dalam hal ini para gum hams memahami betul apa tugas dan fungsinya serta
menyadari tujuan pendidikan yang telah digariskan sebagaimana dituangkan
dalam UU No. 2/89. Apalagi dalam jenjang Pendidikan Dasar karena akan
menentukan sekali atau mempakan pondasi untuk perkembangan anak selanjutnya
baik pada waktu mengikuti pendidikan lanjutan ataupun menempuh kehidupan di
masyarakat.
Dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan pengamh globalisasi, pendidikan
melalui Sekolah Menengah Kejuman nampaknya hams lebih diutamakan karena
sangat strategis sekali, dimana lembaga ini diharapkan dapat menghasilkan
lulusan sebagai tenaga menengah. Tetapi tenaga yang dihasilkan SMK tersebut
hendaknya betul-betul mempunyai mutu yang baik sehingga akan mampu
menjawab tantangan kemajuan IPTEK.
Pendidikan yang dilaksanakan pada jenjang dan jenis Sekolah Menengah
Kejuruan adalah mempakan bagian dari pendidikan menengah yang dalam UU
No. 2/89 dikemukakan bahwa tujuannya adalah :
1.
Mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional;
2.
Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, maupun berkompetensi dan
mampu mengembangkan diri untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik;
3.
Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia
usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang;
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, siap
berkembang dan beradaptasi (adaptif) serta kreatif, (Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuman, Buku III, 1993 : I).
Tujuan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuman tersebut
sangat sesuai dengan era masa kini, tetapi jangan lupa bahwa dalam pendidikan
tersebut fungsi sekolah bukan hanya mengalihkan ilmu pengetahuan kepada
murid, tetapi juga akan menentukan sifat dan sikap anak didik sebagai seorang
makhluk individu maupun makhluk sosial yang beriman dan bertaqwa. Karenanya
hal tersebut akan mewarnai produk atau hasil proses pendidikan di sekolah kepada
semua lulusannya.
Agar proses pendidikan melalui jalur sekolah itu bisa berjalan baik guna
tercapainya tujuan yang telah digariskan, maka perlu didukung oleh berbagai
faktor yang berkaitan dengan proses pendidikan tersebut antara lain :
sarana/prasarana, tenaga dan biaya yang cukup menentukan, karena semua faktor
lain pada dasarnya akan terkait dan tergantung pada kesediaan biaya/dana. Oleh
sebab itulah maka "Setiap kegiatan pendidikan memerlukan biaya" ( Moch.
Idochi Anwar, 1990 : 50).
Kebutuhan biaya pendidikan diperhitungkan dengan akurat dan matang,
sehingga akan dapat ditentukan jumlahnya ( besarnya), sumber biaya,
pengalokasian, penggunaan sampai pada proses pertanggungjawabannya. Hal itu
dimulai dengan penyusunan rencana penerimaan dan penggunaan biaya secara
akurat dan matang, sehingga akan tercipta prinsip efektif dan efisien. Kegiatan
tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila Kepala Sekolahnya
berfungsi sebagai manajer yang memahami tugas dan fungsinya dalam
melaksanakan manajemen sekolah. Seorang Kepala Sekolah hams menyusun
rencana kerja tahunan serta kaitannya dengan kebutuhan biaya yang akan
menunjang terlaksananya rencana kerja tersebut. Bahkan dalam manajemen
modern dikemukakan bahwa ada 3 ciri yang tidak boleh dilupakan dalam
pengelolaan suatu lembaga, yaitu adanya perencanaan yang akurat, pelaksanaan
yang tepat dan pengawasan yang ketat. Perencanaan sangat erat kaitannya dengan
penyiapan biaya untuk memenuhi serta terlaksananya program kerja, sebagaimana
dikemukakan oleh Edgard L Morphet (1975) "Bahwa perencanaan dan dana akan
menjadi instmmen utama dalam pencapaian tujuan, ini tergantung pada
kemampuan menggunakan kedua komponen tersebut secara kreatif dan efektif'.
Tetapi perlu diingat bahwa setiap unsur penunjang yang ada dalam proses
pendidikan saling berkait sesamanya, supaya unsur itu berfungsi sebagaimana
mestinya.
Keterpaduan,
kebersamaan dan rasa tanggungjawab bersama
mempakan suatu sarana yang baik untuk mencapai sasaran kegiatan kerja sekolah.
Rencana anggaran yang biasa digunakan di sekolah adalah dengan sistem
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) setiap
tahunnya. Hasil penyusunan RAPBS dapat menentukan jumlah biaya yang
diperlukan, sumber biaya, perkiraan besar biaya yang diperoleh, rincian
penggunaan biaya sampai pada cara pertanggungjawaban,
evaluasi dan
pengadministrasiannya. Karena itulah maka pengelolaan keuangan pendidikan
hendaknya dilaksanakan oleh tenaga profesional yang memahami ketentuan serta
cara-cara pengelolaan keuangan negara, supaya biaya sebagai salah satu faktor
penunjang bisa berdaya guna dan berhasil guna, serta dapat dimanfaatkan secara
efektif dan efisien.
B. Identifikasi Masalah.
1) Dalam UU No. 2/89 dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional
yaitu " untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan, maka
untuk mewujudkannya hams melalui proses pendidikan yang baik".
Apabila dikaitkan dengan butir kebijakan Departemen Pendidikan yaitu
meningkatkan mutu pendidikan, nampaknya hal tersebut mempakan bagian
yang tidak terpisahkan daripada tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana
dikemukakan di atas. Apalagi dengan kemajuan IPTEK dan era globalisasi
dewasa ini, diharapkan Iulusan sekolah menengah khususnya SMK hams
benar-benar berkualitas. Hal ini dimaksudkan karena Iulusan SMK mempakan
produk penyiapan tenaga kerja kelas menengah yang diharapkan mampu
mengimbangi pengaruh perkembangan IPTEK dan globalisasi tersebut.
Para Iulusan yang berkualitas mempakan SDM yang diharapkan mampu
bersaing dengan tenaga kerja lain pada dunia usaha atau dunia industri.
Tetapi kenyataannya dewasa ini untuk mendapatkan atau menghasilkan
Iulusan belum efektif, kurangnya dukungan atas penyelenggaraan dan
pemeliharaan fasilitas dan sarana pendidikan SMK sebagai SDM yang
bermutu dan potensial masih sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh beberapa
masalah yang menjadi kendalanya antara lain keterbatasan kemampuan
Kepala Sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolah. Kiranya tidak salah
bahwa hasil evaluasi pelaksanaan pendidikan yang dilaporkan dalam (Buku II
Repelita ke V : 1989) antara lain bahwa " Mutu pendidikan masih rendah,
gum yang kurang profesional, manajemen sekolah yang belum efektif,
kurangnya penyelenggaraan dalam pemeliharaan fasilitas dan sarana
pendidikan".
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kekurangmampuan melaksanakan
manajemen sekolah mempakan salah satu faktor yang dominan, bisa
menggagalkan peningkatan kualitas Iulusan sebagai SDM.
2) Biaya penyelenggaraan pendidikan sampai saat ini masih mengandalkan
sumber utamanya dari Pemerintah yaitu melalui RAPBN ( Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) berbentuk anggaran mtin yang dituangkan
dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan). Jumlah biaya pendidikan yang disediakan
pemerintah memang belum memenuhi kebutuhan ideal yang diharapkan
bahkan jumlahnya masih sangat kecil. Padahal untuk kelancaran proses
pendidikan yang baik memerlukan dukungan biaya yang cukup besar agar
dapat menghasilkan Iulusan yang bermutu sebagaimana diharapkan. Hal itu
sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa "Pendidikan yang
bermutu membutuhkan biaya besar" (Tilaar, 1991 : 52).
Sebagai gambaran nyata tentang kecilnya biaya pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
untuk penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri se Jawa Barat dapat
digambarkan dalam tabel 1 sebagai berikut :
10
Tabel I.
Anggaran Rutin (DIK) SMK Jawa Barat (dalam ribuan)
Juml ah
No.
biaya Per Kegiatan
Tahun
Belanja
Belanja
Belanja
Anggaran
Pegawai
Barang
Pemeliharaan
Jumlah
1.
1999/2000
32.127.330
6.238.197
325.446
38.780.967
2.
1998/1999
22.997.444
6.512.388
425.440
29.935.272
3.
1997/1998
22.787.883
6.267.188
637.339
29.692.410
4.
1996/1997
21.019.790
4.260.881
562.600
25.843.271
Ket
Biaya yang disediakan pemerintah untuk penyelenggaraan pendidikan di SMK
tersebut ternyata besarnya dari tiap tahun anggaran hampir sama walaupun ada
kenaikan jumlahnya relatif kecil. Bahkan kalau dilihat komposisi alokasi dana
perkegiatan menunjukkan bahwa alokasi paling besar ialah untuk belanja
pegawai (Gaji, tunjangan dan lembur), sedangkan untuk belanja barang sangat
kecil kurang lebih 16% sampai dengan 20 %dan belanja pemeliharaan lebih
kecil lagi berkisar kurang lebih 2 %).
Untuk menanggulangi kekurangan biaya pendidikan yang jumlahnya cukup
besar itu, pemerintah berupaya mencari sumber lain yang memungkinkan
antara lain dari masyarakat dan orang tua murid. Undang-undang No. 2/89
pasal 25 ayat 1 menyatakan bahwa "Pada dasarnya pendidikan mempakan
tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, pemerintah, yang
berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan".
Menyimak pernyataan tersebut maka jelaslah bahwa penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia mempakan tanggungjawab bersama, baik dalam hal
pembinaan, pengawasan, suri tauladan, perbuatan, perkataan, perilaku
termasuk pembiayaannya. Tujuannya tidak lain supaya proses pendidikan di
sekolah yang bertanggungjawab adalah pihak sekolah termasuk gum, di
mmah adalah tanggungjawab orang tua dan di lingkungan adalah
tanggungjawab masyarakat, sehingga anak didik jangan sampai kena pengaruh
yang negatif
Sumber biaya yang berasal dari orang tua murid sebagai bentuk
partisipasi mereka dalam membiayai pendidikan adalah bempa iuran SPP/DPP
berdasarkan SK bersama Mendikbud RI No. 0681/K/1989 dan Menteri
Keuangan RI No. 1191/KMK.03/1989 tanggal 23 Oktober 1989, dan iuran BP
3 berdasarkan SK Mendikbud No. 0293/U/1993 tanggal 5September 1993.
Dengan adanya sumber biaya pendidikan dari masyarakat/orang tua murid
bempa iuran SPP/DPP dan iuran BP3 nampaknya cukup membantu sekolah
dalam menanggulangi kebutuhan biaya. Lebih jelasnya, penulis mencoba
memfokuskan penelitian pada salah satu sekolah yaitu SMK Negeri 2
Baleendah Kab. Bandung, yang menggambarkan tentang pembiayaan baik
jumlah, sumber maupun penggunaan sampai pertanggungjawabannya. Untuk
jelasnya gambaran pembiayaan pada SMK tersebut dapat dilihat pada tabel 2,
dimana dalam tabel itu mencerminkan kepada kita bahwa pembiayaan
pendidikan mempakan tanggungjawab bersama pula antara pemerintah, orang
tua dan masyarakat. Sebagai buktinya bahwa sumber biaya pendidikan yang
tertuang dalam tabel 2 ini, adalah berasal dari pemerintah bempa DIK dan
Proyek, dari orang tua/masyarakat bempa iuran SPP/DPP dan BP3.
12
Tabel 2
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Tahun 1997/1998
No
Sumber Biaya
Jumlah
%
Keterangan
364.170.000
79,44
*) Biaya Pem
1.
Biaya Rutin (DIK)
2.
Biaya Pembangunan (OPF)*
16.650.000
3,63
bangunan (OPF)
Iuran SPP/DPP
10.068.000
2,20
tidak tiap tahun
Iuran BP3
67.484.000
14,73
4.
Jumlah
458.372.000
100
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sumber biaya dari masyarakat/orang
tua murid bempa iuran SPP/DPP dan BP3 cukup besar konstribusinya dalam
membiayai pendidikan di SMKN 2Baleendah Kab. Bandung itu yaitu kurang
lebih 16,93% dari jumlah keselumhan biaya yang diterima.
3) Tetapi pada tahun 1997 di Indonesia suatu musibah yang tidak terduga dan
tidak diharapkan yaitu adanya resesi ekonomi dan keuangan menimpa
masyarakat Indonesia. Akibatnya dirasakan oleh masyarakat banyak bempa
masalah sosial yaitu banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) temtama
bagi kelas ekonomi menengah ke bawah, dikarenakan banyaknya pabrik dan
pemsahaan tempat mereka kerja mengalamai kebangkmtan. Dampak yang
lebih parah lagi adalah mereka yang kena PHK berada dalam golongan
ekonomi lemah sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan perekonomian,
biaya hidup, apalagi biaya menyekolahkan anaknya.
13
Pemerintah merasa khawatir akan terjadinya peningkatan angka putus
sekolah bagi anak usia sekolah termasuk murid SMK. Maka upaya yang
dilakukan pemerintah untuk membendung banyaknya anak putus sekolah
akibat beratnya biaya pendidikan, akhirnya diambil kebijakan bempa
pencabutan SKB Mendikbud dan Menkeu tentang peraturan SPP/DPP dengan
diterbitkannya SKB No. 183/K/1998 dan No. 352/KMK/03/1998 tanggal 2
Juh 1998. Ketentuan itu berlaku mulai tahun anggaran 1997/1998 sehin
4.
Jumlah
Ket.
364.170.000
16.650.000
SPP/DPP
SPP/DPP
dihapus
BP3
67.484.000
Jumlah
448.304.000
Sumber : RAPBS SMKN 2 Baleendah 1998/1999
14
Tabel di atas menunjukkan bahwa di SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
jumlah penerimaan biaya pendidikan menjadi tumn karena iuran SPP/DPP
dicabut senilai Rp. 10.068.000 (2,20%), yang sebenarnya biaya tersebut sangat
membantu dalam operasional sekolah.
Dari hasil analisis terhadap berbagai faktor di atas, membuktikan bahwa
pengelolaan biaya pendidikan di SMK Jawa Barat masih mengalami masalah
yang mempakan kendala dalam pelaksanaan rencana kerja tahunannya. Salah
satu kendala yang sangat dirasakan yaitu belum bisa disusunnya program kerja
dan rancangan anggaran pendidikan yang akurat karena terbatasnya serta tidak
tetapnya sumber biaya.
C. Urgensi Masalah Penelitian
Proses pendidikan di sekolah melibatkan berbagai komponen, diantaranya:
(1) Komponen kegiatan pendidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pendidikan; (2) Sumberdaya yang mencakup seperangkat prasarana dan
sarana yang dibutuhkan oleh proses pendidikan; dan (3) Faktor lingkungan sosial,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Keseluruhan komponen tersebut saling
berinteraksi mengembangkan sistem dan tatanan bagi ketercapaian tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah.
Berfungsinya komponen-komponen proses pendidikan dalam mencapai tujuantujuan pendidikan sangat bergantung kepada kemampuan pembiayaan. Oleh
karena itu, aspek pembiayaan sering dipandang sebagai komponen dalam setiap
perencanaan pendidikan, bahkan menurut Gaffar (1987) mempakan petunjuk
*rt
/
15
bagi kelayakan rancangan. Sementara itu, kebijakan pemerintah dalam
penganggaran pendidikan masih mencerminkan pandangan bahwa pendidikan
btikan mempakan prioritas investasi, sebagaimana terbukti dari kecilnya proporsi
anggaran pendidikan dalam APBN dari tahun ke tahun.
Keterbatasan dana pendidikan, akan bisa menimbulkan masalah di
bidang pendidikan, misalnya mutu pendidikan menjadi rendah dan output
pendidikan tidak relevan dengan
lapangan pekerjaan sehingga timbul
penganggaran temtama Iulusan Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pada
tingkat pelaksanaan proses pendidikan, keterbatasan dana dapat menimbulkan
masalah-masalah : (1) Keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang mengakibatkan
terbatasnya alternatif program dan pilihan program yang dapat ditawarkan; dan
(2) keterbatasan dalam penggantian sarana dan prasarana pendidikan yang penting
untuk dapat menunjang kurikulum.
D. Rumusan Masalah.
Memperhatikan latar belakang masalah dan hasil analisis permasalahan
yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada
penganggaran sekolah serta upaya memberdayakan orang tua murid dalam
berpartisipasi membiayai sekolah pada SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung.
Pokok masalah yang ingin dikaji melalui penelitian ini, penulis mmuskan
dalam pertanyaan : Seberapa jauh kemampuan manajerial pembiayaan pendidikan
oleh sekolah sehubungan dengan dicabutnya biaya bersumber dari SPP/DPP 9
Spesifikasi atas pokok masalah penelitian ini diuraikan dalam serangkaian
pertanyaan penelitian berikut ini.
1. Bagaimana proporsi penerimaan biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber
di luar SPP/DPP ?
2. Bagaimanakah akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan pembiayaan pendidikan
oleh sekolah ?
3. Bagaimanakah kondisi kinerja sistem pendidikan di sekolah sehubungan
dengan pembiayaan pendidikan yang tersedia ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ditujukan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai
kemampuan sekolah dalam meningkatkan peranserta masyarakat dalam
membiayai pendidikan setelah diberlakukannya kebijakan pencabutan SPP/DPP.
Selain itu, dimaksudkan pula untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi
akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan biaya pendidikan, serta pengamh langsung
pencabutan SPP/DPP terhadap kinerja sistem pendidikan di sekolah.
Dalam hubungan itu, kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di
sekolah menjadi penting untuk dibina. Zamroni (2000) memandang kepedulian
masyarakat itu sebagai salah satu aspek dari dimensi kontekstual dalam reformasi
pendidikan. Matriks reformasi pendidikan pada dimensi kontekstual yang
dikedepankan Zamroni, merinci : (1) Kondisi Sekolah (masa kini) terpisah dari
masyarakatnya, dukungan masyarakat rendah; (2) Esensi reformasi untuk ini
adalah mengembangkan iklim hubungan sekolah dan masyarakat yang kuat
sehingga sekolah memiliki basis dan menyatu dengan masyarakat sekitar; (3)
Faktor penghambatnya antara lain, masih besarnya rasa ketidak percayaan
masyarakat mengenai penggunaan fasilitas sekolah, dan masyarakat tidak melihat
sekolah sebagai bagian dari mereka; (4) Program aksi yang hams dilakukan
17
adalah memberikan kesempatan partisipatif yang seluas-luasnya kepada orang tua
siswa dan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka.
Dari segi ketersediaan dana pendidikan, peningkatan mutu pendidikan
mengandung arti peningkatan dan pendayagunaan biaya pendidikan yang
diarahkan kepada keseluruhan komponen proses pendidikan, terutama komponen
yang mendukung langsung atas perbaikan mutu hasil pendidikan. Sekolah yang
pendanaannya sangat bergantung kepada sumber-sumber dan dalam jumlah yang
terbatas, akan mengalami kendala dalam ikhtiar meningkatkan mutu proses dan
mutu hasil pendidikannya. Selain itu, sekolah pun hams dapat menyiasati
pendayagunaan pembiayaan pendidikan sehubungan dengan diberlakukannya
kebijakan penghapusan SPP/DPP.
Dalam kondisi demikian, peningkatan partisipasi masyarakat (orang tua
siswa) dalam pemberdayaan pembiayaan pendidikan melalui BP3 dirasakan
penting eksistensi dan peranannya. Masalah yang cukup penting untuk ditelaah
melalui penelitian ini ialah kemampuan sekolah dalam meningkatkan peran serta
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan.
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah :
1) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan proporsi penerimaan
biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber penerimaan diluar SPP/DPP;
2) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan akuntabilitas dan efisiensi
pengeiolaan pembiayaan pendidikan oleh sekolah;
3) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan kondisi kinerja sistem
pendidikan disekolah sehubungan dengan pembiayaan pendidikan yang
tersedia.
F. Kegunaan Penelitian
Secara garis besarnya bahwa penelitian ini mempunyai makna atau
kegunaan secara teoritis dan praktis.
a. Kegunaan Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menilai atau menguji kebenaran dari teori,
aturan atau ketentuan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja
sekolah, khususnya menyangkut rancangan biaya pendidikan. Ketentuan yang
dimaksudkan adalah menyangkut sistem pengelolaan keuangan negara, sumber
biaya, pengalokasian, penggunaan sampai pertanggungjawaban.
b. Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian diharapkan ada manfaat, guna serta konstribusinya bagi :
1) Pemerintah
sebagai
masukan
untuk
penyempurnaan
peraturan
yang
menyangkut pengelolaan keuangan;
2) Sekolah, mempakan masukan dan bantuan bagi para Kepala Sekolah, agar
mereka dapat melaksanakan manajemen sekolah dengan baik sesuai perannya
sebagai manajer, administrator maupun supervisor;
3) Bagi orang tua murid, diharapkan agar jadi masukan supaya mereka menyadari
akan tugas dan fungsinya dalam
membantu
melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pendidikan sesuai isi UU No. 2/89;
4) Peneliti lain, untuk dijadikan bahan bandingan dan penyempurnaan penelitian
lebih lanjut dalam permasalahan yang sama.
19
G. Paradigma Penelitian
Undang-undang Dasar 1945 maupun Undang-undang no. 2/89
menggariskan bahwa penyelenggaraan pendidikan mempakan tanggungjawab
bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ini artinya bahwa
pendidikan tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah saja, akan tetapi
hams dilaksanakan secara bersama-sama baik menyangkut pengadaan
sarana/prasarana unsur penunjang maupun perhatian terhadap anak didik selama
di sekolah maupun di luar sekolah. Karena itu maka pendidikan memerlukan
kerjasama yang baik, antara orang tua, masyarakat dan pemerintah, supaya bisa
menghasilkan atau mencapai tujuan yang telah digariskan.
Oleh sebab itu maka salah satu faktor yang sangat menentukan dari
kelancaran proses pendidikan adalah tersedianya biaya yang memadai baik
berasal dari pemerintah, orang tua, maupun masyarakat serta sumber lainnya.
Khusus pada SMK masalah biaya pendidikan dewasa ini sangat memprihatinkan
karena ada sumber biaya yang dicabut oleh pemerintah akibat adanya resesi
ekonomi sumber biaya yang dimaksudkan berasal dari orang tua murid bempa
iuran SPP/DPP.
Berkaitan dengan itu sekolah hams berupaya mencari jalan pemecahannya
bempa peningkatan pemberdayaan orang tua murid dalam ikut membiayai
pendidikan. Lebih jelasnya hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema
proses (gambar 1).
20
Gambar 1
Proses Penyelenggaraan Pendidikan
INPUT
I'ROSES
fe
w
(Murid )
( PBM )
OUTPUT
P
(Lulusan)
ik
Pc
1. Sarana/
Prasarana
2. Tenaga
(SDM)
nunjang
3. Biava
4.Kurikulum
a. Orang tua
-SPPDPP
-BP3
h. Masyarakat
- Pajak
-Hihah
c. Pemerintah
- Rutin
- Pemhangunan
Khusus mengenai faktor biaya pendidikan sebelum pencabutan SPP/DPP
jumlah biaya pendidikan SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung yang diterima
dari sumber tersebut ± Rp. 458. 372.000,00; (lihat tabel 2). Tetapi
pencabutan
setelah
SPP/DPP maka jumlah penerimaan biaya pendidikan hanya
± Rp. 448.304.000,00; (lihat tabel 3).
Perkiraan penerimaan dana yang berasal dari pemerintah bempa anggaran
mtin proyek maupun yang bersumber dari orang tua/masyarakat bempa SPP/DPP
dan BP3 dituangkan dalam suatu rencana tahunan penerimaan anggaran sekolah
melalui sistem RAPBS ( Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).
Untuk lebih jelasnya prosedur penganggaran, pelaksanaan sampai kegiatan
pertanggungjawabannya (akuntabilitasnya) dapat dituangkan dalam gambar 2
sebagai berikut :
21
Gambar 2
Penerimaan \ 1
SPP/DPP, ar j I—> RAPBS Sekolah + BP3
Bupati/
Walikota
*£Kandep
10
[Kinerja
Sekolah
ISekolal
Kanin
J
11
12
/akun\
tabili
vtasy
Pelaksanaan
APBS
^
r
^6
Diknas
Kanwil
Rapat i\nggota
Depdiknas
BP j
Dari gambar tersebut terlihat adanya ams biaya dari sumber-sumbernya dan
bagaimana dipertanggungjawabkan oleh sekolah (akuntabilitasnya) dan
bagaimana pula kinerja sekolah dengan anggaran yang telah mendapat
persetujuan. Posisi penelitian ada pada proporsi prioritas biaya dalam sumber
SPP/DPP dan bagaimana akuntabilitas dan kinerja sekolah dengan penggunaan
biaya yang ada.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sesuai dengan karakteristik masalah dan tujuannya, penelitian ini
menggunakan
metode
deskriptif-analitik
dengan
pendekatan
kualitatif
Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : (a) sumber data langsung
dalam situasi yang wajar; (b) bersifat deskriptif; (c) mengutamakan proses
daripada produk atau hasil; (d) analisis data secara deskriptif; dan (e)
mengutamakan makna (Bogdan & Biklen, 1982). Situasi yang wajar atau natural
setting memjuk kepada proses dan aktivitas pengumpulan informasi melalui
observasi langsung oleh peneliti terhadap situasi dan manusia yang
diobservasinya.
B. Data, Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Adapun data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan analisis dalam
penelitian ini meliputi aspek-aspek perencanaan penggalian dana dari masyarakat,
pola pengaturan pembiayaan pendidikan, mekanisme pendayagunaan pembiayaan
pendidikan dan pertanggungjawaban pendayagunaan keuangan oleh sekolah
kepada stakeholders.
Subjek penelitian adalah manusia yang dapat memberikan informasi
mengenai aspek-aspek tersebut. Subjek penelitian yang dimaksud dipilih dan
ditentukan secara purposif, yang menyebar di tingkat pemimpin sekolah,
pelaksana proses belajar mengajar dan unsur-unsur pelayanan non edukatif di
56
57
sekolah. Data dikumpulkan melalui teknik-teknik pengamatan, wawancara dan
studi dokumntasi.
Pengamatan
Dalam hal ini penulis memilih tipe pengamatan terbuka, dengan mana
kehadiran penulis diketahui secara terbuka oleh subjek, dan mereka pun secara
sukarela memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengamati peristiwa
yang terjadi dan aktivitas yang mereka lakukan.
Wawancara
Penggunaan wawancara dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis
tujukan untuk mengkonstmksi aspek-aspek manusia, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, kepedulian dan Iain-lain. Untuk memelihara kewajaran
suasana dan proses wawancara, penulis menggunakan tipe wawancara informal
seperti yang disarankan oleh Patton (1980), atau wawancara tak terstmktur
menumt anjuran Lincoln dan Guba (1981).
Wawancara tak terstmktur menumt Lincoln dan Guba dapat digunakan
apabila pewawancara : (1) berhubungan dengan "orang penting"; (2) ingin
menanyakan sesuatu secara lebih mendalam kepada subjek tertentu; (3) tertank
untuk mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden; dan (4)
mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu peristiwa atau keadaan tertentu.
Kajian Dokumen dan Kepustakaan
Dalam penelitian ini, pengumpulan data melalui penggunaan teknik kajian
dokumen akan ditekankan pada deskripsi isi dokumen. Kalaupun untuk dokumen
tertentu mengharuskan dilakukannya analisis isi, maka hal itu akan penulis
58
lakukan sebatas penapsiran berdasarkan perspektif penulis sendin dan
dikonfirmasi dengan pendapat responden tertentu. Kajian kepustakaan penulis
lakukan untuk pengayaan konsep, teori dan landasan metodologik penelitian ini.
C. Validasi Data
Dalam penelitian kualitatif terdapat empat kriteria kesahihan data yang perlu
pengujian, yaitu derajat keterpercayaan, keterahhan, kebergantungan dan
kepastian. Untuk kriteria derajat kepercayaan, disediakan tujuh jenis teknik
pengecekan. Sedangkan kriteria keteralihan, ketergantungan dan kepastian
masing-masing dapat dicek dengan sebuah teknik pengecekan.
Dalam penelitian ini penulis hanya akan mengecek kriteria derajat
kepercayaan, kebergantungan dan kepastian. Untuk mengecek derajat
kepercayaan, akan penulis gunakan teknik triangulasi terhadap sumber dan
member check, Sedangkan kebergantungan dan kepastian, akan diperiksa dengan
teknik audit trail.
Sebagaimana diarahkan oleh Patton (1987), teknik triangulasi terhadap
sumber dapat ditempuh dengan cara-cara : (a) membandingkan data hasil
pengamatan terhadap data hasil wawancara; (b) membandingkan pernyataan
subjek di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (c)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang mengenai situasi penelitian
dengan apa yang mereka katakan sepanjang waktu; (d) membandingkan keadaan
dan perspektif dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dari beragam
latar belakang; dan (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen
yang berkaitan.
59
Member check penulis lakukan dengan cara meminta pendapat dan
penilaian dari responden yang terlibat dalam proses pengumpulan data, berkenaan
dengan data, kategori analitik, dan kesimpulan penelitian. Sedangkan dalam audit
trail, penulis memperlakukan rekan sejawat sebagai auditor yang memberi balikan
kepada penulis mengenai keselumhan aspek penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Kesimpulan berikut ini adalah berdasar akan hasil penelitian, pembahasan,
dan hasil temuan di lapangan.
Penelitian dilakukan pada SMKN 2 Baleendah
Kab. Bandung sebagai sample yang tentunya SMKN mengalami hal yang sama.
Pada SMKN kebijakan Pemerintah untuk mencabut dana SPP/DPP
mengakibatkan dana pembiayaan pendidikan berkurang yang berpengamh
terhadap kegiatan Proses Belajar Mengajar, utamanya adalah berkurangnya dana
untuk memenuhi kebutuhan tambahan kesejahteraan Gum dan pengadaan alat
pelajaran yang dengan sendirinya, berakibat mundurnya prestasi belajar siswa.
Tentunya hal ini juga akan sama dirasakan oleh SMKN yang lainnya. Karena itu
penelitian terhadap biaya pendidikan di SMKN setelah ada pencabutan SPP/DPP
oleh pemerintah ini sangat urgen untuk diteliti, yang tentunya akan mendorong
para pengelola SMKN sebagai sekolah kejuman yang memiliki potensi untuk
dapat mengumpulkan dana pendidikan dari hasil
produk atau jasa yang
mempakan karakteristik khas sekolah kejuman. Sehingga keinginan untuk
menambah mutu dan jumlah produk atau jasa sekolah dari
siswa akan
meningkatkan kualitas memiliki nilai jual yang dapat diandalkan.
Berdasarkan hasil penelitian pada sample SMKN 2 Baleendah Kab.
Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan pencabutan dana SPP/DPP sebagai kebijakan Pemerintah, SMKN 2
Baleendah Kab. Bandung kehilangan dana sebesar Rp 10.068.000,- sehingga
84
85
ada pengurangan jumlah dana dalam memenuhi tambahan kebutuhan
kesejahteraan Gum dan alat pelajaran dan akan berakibat menurunnya prestasi
belajar siswa.
2. Sumber-sumber pembiayaan pendidikan pada SMKN 2 Baleendah Kab.
Bandung dalam dua tahun terakhir mengalami pasang sumt. Sumber-sumber
yang mengalami kenaikan antara lain untuk gaji yaitu dari tahun 1999/2000
sebesar Rp
396.514.000,- menjadi pada tahun 2000/2001 sebesar
Rp.
469.845.000,- uang lembur tahun 1999/2000 sebesar Rp 1.839.000,-menjadi
pada tahun 2000/2001 sebesar Rp
5.701.000,-. Demikian halnya juga
pemeliharaan gedung dari Rp 4.631.000,- di tahun 1999/2000 menjadi Rp
15.424.000,- di tahun 2000/2001. Sedangkan semua sektor penerimaan dari
BP3
mengalami kenaikan yang signifikan yang berarti keluarga dan
masyarakat menyadari benar bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan
memerlukan biaya yang besar. Bagi pengelola sekolah kebijakan Pemerintah
untuk mencabut SPP/DPP mendorong kebijakan untuk menggunakan dana
BP3 untuk kepentingan yang sarat dengan peningkatan akademik seperti
dipemntukan untuk laboratorium bahasa dan laboratorium komputer.
3. Ada tiga strategi yang dilakukan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung dalam
penganggaran yaitu (1) peninjauan ulang kebutuhan-kebutuhan tahun lalu
untuk diketahui kemungkinan penambahan kebutuhan di masa datang, (2)
memperhatikan pembahan harga yang tentunya jumlah biaya akan disesuaikan
dengan pembahan harga ini. (3) untuk gaji dan tunjangan menyesuaikan
86
dengan kondisi tenaga kependidikan. Strategi ini menempatkan posisi dana
BP3 jadi sangat menentukan .
4. Strategi penggalian sumber dana BP3 yang dilakukan oleh SMKN 2
Baleendah Kab. Bandung adalah strategi umum :
(a) Membina keharmonisan hubungan antara sekolah dan orang tua murid
melalui fomm-fomm rapat dan pertemuan antara sekolah dengan orang
tua murid.
(b) Mengembangkan tradisi keterbukaan dan akuntabilitas penggunaan dana
BP3 melalui pelaporan tahunan baik vang disampaikan secara tertulis
maupun lisan dalam forum rapat BP3.
(c) Mengoptimalkan peran BP3 dalam fungsi pengawasan.
Sedangkan strategi khusus :
(a) Penyediaan formulir kesanggupan memberi sumbangan BP3 bagi orang
tua murid dengan standard minimal.
(b) Memberi
keleluasaan pada orang
tua
murid
untuk
mengangsur
pembayaran BP3 dalam batas waktu tertentu.
(c) Melakukan dialog dengan orang tua murid
5. Dengan dihapuskannya dana SPP/DPP SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
mengantisipasi masalah ini dengan menarik dana lain yang senilai dana SPP
yaitu dengan :
(a) Menjelaskan
secara
terbuka
kepada
orang
tua
murid
tentang
berkurangnya dana untuk biaya pendidikan sebagai akibat dihapuskannya
SPP/DPP.
87
(b) Menginformasikan berbagai kategori kebutuhan yang biasanya dibiayai
SPP/DPP.
(c) Mengambil kesepakatan bersama dengan orang tua murid untuk mencari
jalan terbaik dalam pembayaran uang pengganti SPP.
(d) Memberikan laporan pertanggungjawaban secara transparan melalui BP3
6. Kegiatan Proses Belajar Mengajar pada SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
cukup besar memerlukan biaya dari jumlah biaya yang diperlukan, 64,36 %
bersumber dari BP3 sedangkan sumber dari DIK, UYHD dan DBO sebesar
35,64%-nya.
7. Yang menjadi kekuatan dalam pembiayaan sekolah pada SMKN 2 Baleendah
Kab.
Bandung adalah
penyusunan RAPBS
yang
disesuaikan
dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga kinerja sekolah akan tetap baik dalam
pelayanan pendidikan serta memiliki akuntabilitas publik yng
tinggi.
Kelemahan yang muncul adalah masih adanya ketergantungan dari sumber-
sumber dana yang dipemntukan tambahan kesejahteraan dan peralatan
sekolah. Disamping itu terdapat peluang yang baik yaitu adanya potensi dana
yang bersumber dari orang tua murid yang sangat anspiratip untuk mendukung
program peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar. Peluang lain untuk
mendapatkan
dana
adalah
memungkinkan untuk dijual.
produk-produk
keterampilan
siswa
yang
B. Implikasi
Berdasarkan hasil temuan dilapangan maka berikut ini dapat dikemukakan
beberapa implikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa setelah adanya pencabutan SPP/DPP
yang berlaku bagi semua sekolah lanjut termasuk SMKN 2 Baleendah Kab.
Bandung maka Kepala Sekolah sebagai manajer sekolah bemsaha mencari
sumber dana lain atau mencari bentuk lain yang mempakan sumber dana bagi
sekolah untuk dapat membiayai kegiatan sekolah temtama untuk kegiatan
belajar mengajar dan kesejahteraan tenaga pengajar.
2. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa setelah adanya pencabutan dana
SPP/DPP, jumlah dana yang konkrit menjadi berkurang, maka dilakukan
efisiensi dan efektivitas yang lebih ketat dengan mengurangi beberapa
kegiatan yang dianggap kurang begitu menentukan hasil proses belajar
mengajar.
3. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa kuningnya dana untuk biaya proses
belajar mengajar, maka partisipasi serta keikutsertaan tanggungjawab orang
tua murid terhadap sekolah menjadi lebih meningkat.
4. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa penerimaan sumber dana sekolah
mengalami perang sumt, maka pimpinan sekolah melakukan strategi
penganggaran yang tepat dan terbuka dengan lebih mengikutsertakan peran
orang tua murid dalam membuat anggaran biaya.
89
5. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa keteriibatan orang tua murid dengan
sekolah dimohon dituntut pada tingkat frekwensi yang tinggi, maka sekolah
selalu menjaga kehormatan hubungan dengan orang tua murid.
C. Rekomendasi
Disamping
implikasi
sebagaimana
dikemukakan
dimuka,
maka
berdasarkan kesimpulan yang ada, dapatlah dikemukakan rekomendasi sebagai
berikut :
1. Suatu kenyataan bahwa perjalanan masa yang lampau dengan selalu
menggantungkan sumber dana dari pemerintah sekolah tidak menjadimandiri
dan selalu nampak ketergantungannya. maka pimpinan sekolah bersama-sama
gum-gum perlu bemsaha mencari peluang, mencari modal untuk pencarian
sumber dana sekolah, yang tentunya sekolah selaginya selalu berkoordinasi
dengan pemerintah setempat, lebih-lebih dalam pelaksanaan dengan aturan
daerah.
2. Mendukung rekomendasi pertama pimpinan sekolah perlu meyakinkan kaum
pimpinan daerah setempat bahwa dengan meningkatnya pendidikan di daerah,
akan
meningkatkan pendapatan dan
tingkat
hidup masyarakat daerah
setempat.
3. Frekwensi pertemuan dengan orang tua murid perlu ditingkatkan tidak hanya
pada akhir catur wulan saja. tetapi juga pada saat yang penting, temtama yang
berkenaan dengan Iulusan sekolah. kualitas proses belajar mengajar, agar
orang tua murid benar-benar merasa memiliki sekolah.
90
4. Unit produksi sekolah ditingkatkan kedudukannya semodel badan usaha
sehingga perlu diorganisasi secara baik, temtama untuk pemasaran
(melibatkan orang tua murid) dan mejaga standar kualitas hasil produksi.
5. Mendukung rekomendasi yang keempat yaitu untuk menjaga standard kualitas
perlu mencari gum praktek yang profesional kalau perlu melibatkan para ahli
yang terkenal pada bidangnya untuk menjadi guest lecture, sehingga hasil
produksi para siswa benar-benar dapat dihandalkan kualitasnya.
6. Agar selalu mendapatkan kepercayaan masyarakat akan hasil produksi murid,
tetapi juga sekolah tidak boleh terlalu jauh sebagai kegiatan dunia usaha
(menjadi bembah dari kegiatan pendidik bembah menjadi kegiatan dunia
usaha) perlu dibentuk badan pengawas atau pembimbing yang melibatkan
orang tua murid dan tokoh-tokoh pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi (1990). Transpormasi Biaya Pendidikan Dalam Pelayanan
Pendidikan Pada Perguman Tinggi Negeri. Desertasi, FPS IKIP
Bandung.
Biro Perencanaan (2000). Butir-butir Pengarahan Teknis Pada Rakerda Tahun
2000. Jakarta.
Bowman, Mary Jean (1968), Reading in The Economis OfEducations. University
Of Chicago.
Bray, Mark (1966). Decentralization Of Educations Comunnity Einancing the
Word Bank.
Boediono dan Walter W MC Mahon (1993
DALAM KEIKUTSERTAAN MEMBIAYAI PENDIDIKAN
PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
( KASUS PADA SMK NEGERI 2 BALEENDAH KAB. BANDUNG)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
Untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
Magister pendidikan dalam Bidang Administrasi Pendidikan
DISUSUN OLEH :
NAMA : H. RACHMAT SADIKIN
NIM : 989556
4fe
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I
Wn-otsf*
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab. M.A.
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Moch. Idochi Anwar, M.Pd.
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2000
Disetujui dandisahkan
Ketua Program StudyAdministrasi Pendidik
Prof Dr. H
msuddin M. MA.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan latarbelakang bahwa adanya kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diseluruh muka bumi ini sangat berpengaruh
terhadap sendi-sendi kehidupan umat manusia. Hal ini akan dirasakan pula
dampaknya terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu perlu ada upaya
pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan
sikap bangsa Indonesia agar bisa mengimbangi atau menghindari dampak negatif
dari kemajuan IPTEK tersebut. Hal ini semua merupakan tugas pemerintah dalam
pengertian tugas Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakannya yaitu
melalui lembaga pendidikan persekolahan maupun jalur luar sekolah.
Permasalahan yang nampak dan merupakan fokus dalam penelitian ini
ialah tentang seberapa jauh kemampuan manajerial pembiayaan pendidikan oleh
sekolah dengan dicabutnya biaya yang bersumber dari SPP/DPP. lsi dari
permasalahan adalah menyangkut :
1. Penentuan proporsi penerimaan biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber
biaya diluar SPP/DPP;
2. Pelaksanaan akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan biaya pendidikan;
3. Keadaan kinerja sistem pendidikan dengan memperhatikan biaya yang ada.
Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri se Jawa Barat dengan
mengambil sample SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung, serta dalam
pelaksanaannya penulis gunakan metoda kualitatif. Ternyata penelitian tersebut
memperoleh temuan-temuan :
a. Dengan pencabutan SPP/DPP menjadikan sumber biaya pendidikan kurang
dan jumlah penerimaan dana pendidikan menjadi kurang;
b. Adanya peningkatan kebutuhan biaya akibat kenaikan hargayang disebabkan
krisis ekonomi dan sebagainya.
Dari hasil penelitian penulis simpulkan berbagai hal sebagai berikut:
1. Adanya kekuatan yang memungkinkan dapat mencari dana pendidikan dari
sumber lain yaitu dengan mantapnya penyusunan RAPBS;
2. Kelemahannya, sekolah selalu mengandalkan biaya pendidikan yang
bersumber dari pemerintah yaitu berupa anggaran rutin yang dituangkan
dalam DIK;
3. Peluang untuk memperoleh penerimaan dana dari sumber lain yaitu adanya
potensi masyarakat/orang tua murid yang tinggi karena mereka sangat antusias
menyekolahkan anaknya dan menyadari akan keberadaan SMK di daerahnya
tersebut;
4. Hambatannya masih adanya kesulitan ekonomi bagi sejumlah orang tua murid
akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dengan memperhatikan beberapa butir temuan penelitian yang dilakukan
di SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung dapat peneliti simpulkan beberapa
saran untuk mengatasi masalah tersebut adalah :
1. Adanya kreatifitas sekolah untuk mencari sumber biaya pendidikan selain dari
pemerintah;
2. Adakan penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan yang perlu
ditunjang dana agar dapat meningkatkan mutu;
3. Pengelolaan biaya pendidikan agar dipertanggungjawabkan dengan baik
kepada masyarakat supaya mereka lebih percaya lagi kepada sekolah.
DAFTAR IS I
Halainan
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I PENDAHULUAN
i
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
8
C. Urgensi Masalah Penelitian
14
D. Rumusan Masalah
15
E. Tujuan Penelitian
16
F. Kegunaan Penelitian
18
G. Paradigma Penelitian
19
BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN DALAM PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN DI SEKOLAH
22
A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan
22
B. Pemberdayaan Dalm Administrasi Pendidikan Serta Peran
Orang Tua Murid Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
26
C. Konsep Dasar Biaya Pendidikan
44
D. Kinerja Sekolah
49
E. Telaahan Hasil Penelitian Terdahulu
53
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
56
A. Metode Penelitian
56
B. Data Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
56
C. Validasi Data
58
iv
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
1. Perkembangan Sekolah
60
60
60
2. Struktur Organisasi dan Jumlah Personil Pengelola
SMKN 2 Baleendah
61
3. Kegiatan Sekolah
62
4. Perkembangan Biaya Pendidikan
63
B. Analisis Data
Teknik Analisis Data
C. Hasil Analisis Data
66
69
72
1. Kategori Sumber dan Biaya (Proporsi Anggaran)
72
2. Strategi Penganggaran Biaya dan Akuntabilitasnya
74
3. Faktor-faktor Biaya Bersumber dari Orang Tua Siswa
79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
84
A. Kesimpulan
84
B. Implikasi
88
C. Rekomendasi
89
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
94
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Anggaran Rutin (DIK) SMK Jawa Barat
10
2. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) Tahun 1997/1998
12
3. Penerimaan Biaya Pendidikan Setelah Pencabutan SPP/DPP
13
4. Persentase Biaya Sektor Pendidikan dari GNP
29
5. Persentase Biaya Sektor Pendidikan dari APBN
30
6. Nilai Balik Terhadap Pendidikan dan Modal Fisik Pekerja
42
7. Perkembangan Jumlah Siswa
60
8. Jumlah Personil SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
62
9. Sumber Biaya Pendidikan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
Sejak Tahun 1996/1997 sampai dengan 2000/2001
64
10.Sumber Biay Pendidikan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
73
1l.Rencana Penggunaan Biaya Pendidikan SMKN 2 Baleendah
78
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Proses Penyelenggaraan Pendidikan
20
2. Prosedur Penganggaran dan Pertanggungjawaban
21
3. Sistem Administrasi Pendidikan
25
4. Posisi Biaya Pendidikan
46
5. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan
61
6. Biaya Pendidikan untuk KBM
65
7. Proses Penyusunan RAPBS menjadi APBS
80
vn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dewasa ini
berpengaruh kepada seluruh sendi kehidupan umat manusia di seluruh dunia,
termasuk Indonesia, baik yang tinggal dipinggiran maupun di perkotaan.
Untuk mengimbangi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tersebut
perlu adanya upaya konkrit dari pemerintah yaitu meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan sikap mandiri masyarakat Indonesia, atau dengan
kata lain diperlukan adanya upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Hal ini perlu dipahami karena tidak menutup kemungkinan jika
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, globalisasi serta perdagangan bebas
berpengaruh serta mengakibatkan hal yang negatif kepada seluruh sendi
kehidupan masyarakat Indonesia,
maka akan memporak porandakan bangsa
Indonesia. Karena itu kemungkinan besar bangsa Indonesia hanya akan menjadi
objek, tempat pemasaran atau jadi buruh murah bagi bangsa lain yang sudah lebih
dulu menguasai IPTEK.
Oleh karena itulah maka pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional bertanggungjawab untuk terus menerus berupaya melaksanakan
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui program pendidikan
di berbagai jenis dan jenjang persekolahan ataupun melalui pendidikan luar
sekolah. Dengan terus menerus memperbaiki pendidikan maka globalisasi akan
memberi manfaat kepada bangsa Indonesia.
Penyelenggaraan proses pendidikan ini mengacu pada ketentuan atau
aturan yang berlaku, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang No. 2/89
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional merupakan
gambaran yang terdiri dari unsur kekuatan dan kelemahan dari budaya bangsa
Indonesia yang antara lain terdiri nilai-nilai (Value), adat kebiasaan, tingkah laku,
sosial politik yang kesemuanya itu akan mempengaruhi corak dan bentuk
kehidupan masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kemajuan,
perkembangan dan meningkatnya taraf hidup dan kehidupan masyarakat yang
lebih dinamis tidak lepas dari peran dan pengaruh pendidikan. Untuk itulah "
Pendidikan hams dilihat sebagai salah satu kekuatan sosial yang ikut memberi
bentuk, corak dan acak pada kehidupan masyarakat masa depan" (Tilaar, 1991 :3).
Upaya pemerintah (Depdiknas) dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia untuk mengimbangi kemajuan IPTEK dan globalisasi
dewasa ini, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah telah dimmuskan
dalam empat kebijakan atau strategi yang terdiri dari :
a. Perluasan kesempatan belajar;
b. Relevansi pendidikan;
c. Peningkatan mutu pendidikan;
d. Efektifitas dan efisiensi, serta melestarikan dan mengembangkan kebudayaan
nasional ( Butir-butir Rapat Kerja Nasional Depdikbud).
Langkah nyata yang telah ditempuh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut adalah :
a. Pembangunan SD Inpres, Unit Gedung Bam (UGB) SLTP, SMU dan SMK,
penambahan mang kelas bam, mang laboratorium, mang perpustakaan
termasuk perabotannya.
b.
Mencukupi buku pelajaran pada semua jenjang dan jenis sekolah melalui
proyek pengadaan buku dengan perbandingan 1 buku untuk 1 murid.
c.
Meningkatkan mutu tenaga gum melalui penataran, seminar, MGMP, MGBS,
studi lanjutan dan Iain-lain.
d.
Melaksanakan pelatihan, praktek kerja bagi siswa (PSG) di dunia usaha/dunia
industri khususnya bagi siswa SMK.
e.
Pemanfaatan sarana/prasarana yang ada di sekolah seoptimal, seefektif dan
seefisien mungkin.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia oleh pemerintah tersebut tidak
hanya melalui jalur pendidikan sekolah saja, tetapi juga melalui jalur pendidikan
luar sekolah. Hal ini sejalan dengan isi UU No. 2/89 yang menyatakan bahwa
"Pendidikan diselenggarakan melalui dua jalur yaitu : pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah". Penyelenggaraannya diatur
menumt
ketentuan
tersendiri, artinya bahwa teknis pendidikan jalur sekolah tingkat dasar dan
menengah diatur oleh Ditjen Dikdasmen, sedangkan pendidikan jalur luar sekolah
diatur melalui ketentuan Direktorat Jenderal Dikluspora.
Pendidikan jalur sekolah merupakan atau subsistem dari sistem Pendidikan
Nasional yang dalam pelaksanaannya mengikuti tahapan, jenis dan lama waktu
tertentu yaitu mulai Pendidikan Dasar, Menengah sampai Perguman Tinggi.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia secara formal sudah dimulai
dari Pendidikan Dasar (SD/MI) yaitu ditandai dengan pencanangan Wajar
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah mulai Mei 1984 dan dilanjutkan dengan
Wajar Pendidikan Dasar 9 tahun mulai Mei 1994. Program ini bertujuan agar
masyarakat Indonesia minimal memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan
dan sikap setara lulusan SLTP. Oleh karena itulah maka Undang-undang No 2/89
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan mempakan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yang mencakup keimanan, ketaqwaan, budi pekerti, pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan
mandiri, rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Menyimak isi tujuan Pendidikan Nasional tersebut maka pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang mempunyai kesempurnaan fisik maupun mental
dengan ditandai berbagai aspek. Sebagaimana dikemukakan di atas, manusia
sebagai makhluk individu maupun anggota masyarakat perlu berbuat sesuatu yaitu
berupa karya, karsa dan mengabdikan dirinya demi kepentingan serta
kemaslahatan bangsa dan negara, setidak-tidaknya bagi masyarakat yang berada
disekitarnya. Manusia sebagai anggota masyarakat hams mampu beradaptasi
dengan lingkungannya karena ia tidak terpisahkan dari bagiannya.
Manusia perlu berkembang dan mengembangkan diri untuk mengimbangi
keadaan sekitarnya, yang ditandai dengan pertumbuhan fisik secara wajar serta
perkembangan mental yang baik. Ini semua tergantung proses pendidikan,
sehingga peran pendidik sangat menentukan
sekali dalam
membentuk
karakteristik dan perkembangan anak didik.
Sekolah mempakan lembaga formal, mempunyai tugas dan fungsi
mendidik anak hendaknya mampu memberi kebebasan serta kesempatan yang
luas bagi pengembangan diri anak didik. Tetapi tetap para gum mengawasi dan
mengarahkannya karena hal ini tidak terlepas dari kemungkinan adanya berbagai
pengaruh internal maupun eksternal yang terjadi akibat adanya interaksi sosial.
Dalam hal ini para gum hams memahami betul apa tugas dan fungsinya serta
menyadari tujuan pendidikan yang telah digariskan sebagaimana dituangkan
dalam UU No. 2/89. Apalagi dalam jenjang Pendidikan Dasar karena akan
menentukan sekali atau mempakan pondasi untuk perkembangan anak selanjutnya
baik pada waktu mengikuti pendidikan lanjutan ataupun menempuh kehidupan di
masyarakat.
Dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan pengamh globalisasi, pendidikan
melalui Sekolah Menengah Kejuman nampaknya hams lebih diutamakan karena
sangat strategis sekali, dimana lembaga ini diharapkan dapat menghasilkan
lulusan sebagai tenaga menengah. Tetapi tenaga yang dihasilkan SMK tersebut
hendaknya betul-betul mempunyai mutu yang baik sehingga akan mampu
menjawab tantangan kemajuan IPTEK.
Pendidikan yang dilaksanakan pada jenjang dan jenis Sekolah Menengah
Kejuruan adalah mempakan bagian dari pendidikan menengah yang dalam UU
No. 2/89 dikemukakan bahwa tujuannya adalah :
1.
Mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional;
2.
Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, maupun berkompetensi dan
mampu mengembangkan diri untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik;
3.
Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia
usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang;
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, siap
berkembang dan beradaptasi (adaptif) serta kreatif, (Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuman, Buku III, 1993 : I).
Tujuan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuman tersebut
sangat sesuai dengan era masa kini, tetapi jangan lupa bahwa dalam pendidikan
tersebut fungsi sekolah bukan hanya mengalihkan ilmu pengetahuan kepada
murid, tetapi juga akan menentukan sifat dan sikap anak didik sebagai seorang
makhluk individu maupun makhluk sosial yang beriman dan bertaqwa. Karenanya
hal tersebut akan mewarnai produk atau hasil proses pendidikan di sekolah kepada
semua lulusannya.
Agar proses pendidikan melalui jalur sekolah itu bisa berjalan baik guna
tercapainya tujuan yang telah digariskan, maka perlu didukung oleh berbagai
faktor yang berkaitan dengan proses pendidikan tersebut antara lain :
sarana/prasarana, tenaga dan biaya yang cukup menentukan, karena semua faktor
lain pada dasarnya akan terkait dan tergantung pada kesediaan biaya/dana. Oleh
sebab itulah maka "Setiap kegiatan pendidikan memerlukan biaya" ( Moch.
Idochi Anwar, 1990 : 50).
Kebutuhan biaya pendidikan diperhitungkan dengan akurat dan matang,
sehingga akan dapat ditentukan jumlahnya ( besarnya), sumber biaya,
pengalokasian, penggunaan sampai pada proses pertanggungjawabannya. Hal itu
dimulai dengan penyusunan rencana penerimaan dan penggunaan biaya secara
akurat dan matang, sehingga akan tercipta prinsip efektif dan efisien. Kegiatan
tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila Kepala Sekolahnya
berfungsi sebagai manajer yang memahami tugas dan fungsinya dalam
melaksanakan manajemen sekolah. Seorang Kepala Sekolah hams menyusun
rencana kerja tahunan serta kaitannya dengan kebutuhan biaya yang akan
menunjang terlaksananya rencana kerja tersebut. Bahkan dalam manajemen
modern dikemukakan bahwa ada 3 ciri yang tidak boleh dilupakan dalam
pengelolaan suatu lembaga, yaitu adanya perencanaan yang akurat, pelaksanaan
yang tepat dan pengawasan yang ketat. Perencanaan sangat erat kaitannya dengan
penyiapan biaya untuk memenuhi serta terlaksananya program kerja, sebagaimana
dikemukakan oleh Edgard L Morphet (1975) "Bahwa perencanaan dan dana akan
menjadi instmmen utama dalam pencapaian tujuan, ini tergantung pada
kemampuan menggunakan kedua komponen tersebut secara kreatif dan efektif'.
Tetapi perlu diingat bahwa setiap unsur penunjang yang ada dalam proses
pendidikan saling berkait sesamanya, supaya unsur itu berfungsi sebagaimana
mestinya.
Keterpaduan,
kebersamaan dan rasa tanggungjawab bersama
mempakan suatu sarana yang baik untuk mencapai sasaran kegiatan kerja sekolah.
Rencana anggaran yang biasa digunakan di sekolah adalah dengan sistem
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) setiap
tahunnya. Hasil penyusunan RAPBS dapat menentukan jumlah biaya yang
diperlukan, sumber biaya, perkiraan besar biaya yang diperoleh, rincian
penggunaan biaya sampai pada cara pertanggungjawaban,
evaluasi dan
pengadministrasiannya. Karena itulah maka pengelolaan keuangan pendidikan
hendaknya dilaksanakan oleh tenaga profesional yang memahami ketentuan serta
cara-cara pengelolaan keuangan negara, supaya biaya sebagai salah satu faktor
penunjang bisa berdaya guna dan berhasil guna, serta dapat dimanfaatkan secara
efektif dan efisien.
B. Identifikasi Masalah.
1) Dalam UU No. 2/89 dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional
yaitu " untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan, maka
untuk mewujudkannya hams melalui proses pendidikan yang baik".
Apabila dikaitkan dengan butir kebijakan Departemen Pendidikan yaitu
meningkatkan mutu pendidikan, nampaknya hal tersebut mempakan bagian
yang tidak terpisahkan daripada tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana
dikemukakan di atas. Apalagi dengan kemajuan IPTEK dan era globalisasi
dewasa ini, diharapkan Iulusan sekolah menengah khususnya SMK hams
benar-benar berkualitas. Hal ini dimaksudkan karena Iulusan SMK mempakan
produk penyiapan tenaga kerja kelas menengah yang diharapkan mampu
mengimbangi pengaruh perkembangan IPTEK dan globalisasi tersebut.
Para Iulusan yang berkualitas mempakan SDM yang diharapkan mampu
bersaing dengan tenaga kerja lain pada dunia usaha atau dunia industri.
Tetapi kenyataannya dewasa ini untuk mendapatkan atau menghasilkan
Iulusan belum efektif, kurangnya dukungan atas penyelenggaraan dan
pemeliharaan fasilitas dan sarana pendidikan SMK sebagai SDM yang
bermutu dan potensial masih sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh beberapa
masalah yang menjadi kendalanya antara lain keterbatasan kemampuan
Kepala Sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolah. Kiranya tidak salah
bahwa hasil evaluasi pelaksanaan pendidikan yang dilaporkan dalam (Buku II
Repelita ke V : 1989) antara lain bahwa " Mutu pendidikan masih rendah,
gum yang kurang profesional, manajemen sekolah yang belum efektif,
kurangnya penyelenggaraan dalam pemeliharaan fasilitas dan sarana
pendidikan".
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kekurangmampuan melaksanakan
manajemen sekolah mempakan salah satu faktor yang dominan, bisa
menggagalkan peningkatan kualitas Iulusan sebagai SDM.
2) Biaya penyelenggaraan pendidikan sampai saat ini masih mengandalkan
sumber utamanya dari Pemerintah yaitu melalui RAPBN ( Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) berbentuk anggaran mtin yang dituangkan
dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan). Jumlah biaya pendidikan yang disediakan
pemerintah memang belum memenuhi kebutuhan ideal yang diharapkan
bahkan jumlahnya masih sangat kecil. Padahal untuk kelancaran proses
pendidikan yang baik memerlukan dukungan biaya yang cukup besar agar
dapat menghasilkan Iulusan yang bermutu sebagaimana diharapkan. Hal itu
sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa "Pendidikan yang
bermutu membutuhkan biaya besar" (Tilaar, 1991 : 52).
Sebagai gambaran nyata tentang kecilnya biaya pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
untuk penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri se Jawa Barat dapat
digambarkan dalam tabel 1 sebagai berikut :
10
Tabel I.
Anggaran Rutin (DIK) SMK Jawa Barat (dalam ribuan)
Juml ah
No.
biaya Per Kegiatan
Tahun
Belanja
Belanja
Belanja
Anggaran
Pegawai
Barang
Pemeliharaan
Jumlah
1.
1999/2000
32.127.330
6.238.197
325.446
38.780.967
2.
1998/1999
22.997.444
6.512.388
425.440
29.935.272
3.
1997/1998
22.787.883
6.267.188
637.339
29.692.410
4.
1996/1997
21.019.790
4.260.881
562.600
25.843.271
Ket
Biaya yang disediakan pemerintah untuk penyelenggaraan pendidikan di SMK
tersebut ternyata besarnya dari tiap tahun anggaran hampir sama walaupun ada
kenaikan jumlahnya relatif kecil. Bahkan kalau dilihat komposisi alokasi dana
perkegiatan menunjukkan bahwa alokasi paling besar ialah untuk belanja
pegawai (Gaji, tunjangan dan lembur), sedangkan untuk belanja barang sangat
kecil kurang lebih 16% sampai dengan 20 %dan belanja pemeliharaan lebih
kecil lagi berkisar kurang lebih 2 %).
Untuk menanggulangi kekurangan biaya pendidikan yang jumlahnya cukup
besar itu, pemerintah berupaya mencari sumber lain yang memungkinkan
antara lain dari masyarakat dan orang tua murid. Undang-undang No. 2/89
pasal 25 ayat 1 menyatakan bahwa "Pada dasarnya pendidikan mempakan
tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, pemerintah, yang
berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan".
Menyimak pernyataan tersebut maka jelaslah bahwa penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia mempakan tanggungjawab bersama, baik dalam hal
pembinaan, pengawasan, suri tauladan, perbuatan, perkataan, perilaku
termasuk pembiayaannya. Tujuannya tidak lain supaya proses pendidikan di
sekolah yang bertanggungjawab adalah pihak sekolah termasuk gum, di
mmah adalah tanggungjawab orang tua dan di lingkungan adalah
tanggungjawab masyarakat, sehingga anak didik jangan sampai kena pengaruh
yang negatif
Sumber biaya yang berasal dari orang tua murid sebagai bentuk
partisipasi mereka dalam membiayai pendidikan adalah bempa iuran SPP/DPP
berdasarkan SK bersama Mendikbud RI No. 0681/K/1989 dan Menteri
Keuangan RI No. 1191/KMK.03/1989 tanggal 23 Oktober 1989, dan iuran BP
3 berdasarkan SK Mendikbud No. 0293/U/1993 tanggal 5September 1993.
Dengan adanya sumber biaya pendidikan dari masyarakat/orang tua murid
bempa iuran SPP/DPP dan iuran BP3 nampaknya cukup membantu sekolah
dalam menanggulangi kebutuhan biaya. Lebih jelasnya, penulis mencoba
memfokuskan penelitian pada salah satu sekolah yaitu SMK Negeri 2
Baleendah Kab. Bandung, yang menggambarkan tentang pembiayaan baik
jumlah, sumber maupun penggunaan sampai pertanggungjawabannya. Untuk
jelasnya gambaran pembiayaan pada SMK tersebut dapat dilihat pada tabel 2,
dimana dalam tabel itu mencerminkan kepada kita bahwa pembiayaan
pendidikan mempakan tanggungjawab bersama pula antara pemerintah, orang
tua dan masyarakat. Sebagai buktinya bahwa sumber biaya pendidikan yang
tertuang dalam tabel 2 ini, adalah berasal dari pemerintah bempa DIK dan
Proyek, dari orang tua/masyarakat bempa iuran SPP/DPP dan BP3.
12
Tabel 2
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Tahun 1997/1998
No
Sumber Biaya
Jumlah
%
Keterangan
364.170.000
79,44
*) Biaya Pem
1.
Biaya Rutin (DIK)
2.
Biaya Pembangunan (OPF)*
16.650.000
3,63
bangunan (OPF)
Iuran SPP/DPP
10.068.000
2,20
tidak tiap tahun
Iuran BP3
67.484.000
14,73
4.
Jumlah
458.372.000
100
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sumber biaya dari masyarakat/orang
tua murid bempa iuran SPP/DPP dan BP3 cukup besar konstribusinya dalam
membiayai pendidikan di SMKN 2Baleendah Kab. Bandung itu yaitu kurang
lebih 16,93% dari jumlah keselumhan biaya yang diterima.
3) Tetapi pada tahun 1997 di Indonesia suatu musibah yang tidak terduga dan
tidak diharapkan yaitu adanya resesi ekonomi dan keuangan menimpa
masyarakat Indonesia. Akibatnya dirasakan oleh masyarakat banyak bempa
masalah sosial yaitu banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) temtama
bagi kelas ekonomi menengah ke bawah, dikarenakan banyaknya pabrik dan
pemsahaan tempat mereka kerja mengalamai kebangkmtan. Dampak yang
lebih parah lagi adalah mereka yang kena PHK berada dalam golongan
ekonomi lemah sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan perekonomian,
biaya hidup, apalagi biaya menyekolahkan anaknya.
13
Pemerintah merasa khawatir akan terjadinya peningkatan angka putus
sekolah bagi anak usia sekolah termasuk murid SMK. Maka upaya yang
dilakukan pemerintah untuk membendung banyaknya anak putus sekolah
akibat beratnya biaya pendidikan, akhirnya diambil kebijakan bempa
pencabutan SKB Mendikbud dan Menkeu tentang peraturan SPP/DPP dengan
diterbitkannya SKB No. 183/K/1998 dan No. 352/KMK/03/1998 tanggal 2
Juh 1998. Ketentuan itu berlaku mulai tahun anggaran 1997/1998 sehin
4.
Jumlah
Ket.
364.170.000
16.650.000
SPP/DPP
SPP/DPP
dihapus
BP3
67.484.000
Jumlah
448.304.000
Sumber : RAPBS SMKN 2 Baleendah 1998/1999
14
Tabel di atas menunjukkan bahwa di SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
jumlah penerimaan biaya pendidikan menjadi tumn karena iuran SPP/DPP
dicabut senilai Rp. 10.068.000 (2,20%), yang sebenarnya biaya tersebut sangat
membantu dalam operasional sekolah.
Dari hasil analisis terhadap berbagai faktor di atas, membuktikan bahwa
pengelolaan biaya pendidikan di SMK Jawa Barat masih mengalami masalah
yang mempakan kendala dalam pelaksanaan rencana kerja tahunannya. Salah
satu kendala yang sangat dirasakan yaitu belum bisa disusunnya program kerja
dan rancangan anggaran pendidikan yang akurat karena terbatasnya serta tidak
tetapnya sumber biaya.
C. Urgensi Masalah Penelitian
Proses pendidikan di sekolah melibatkan berbagai komponen, diantaranya:
(1) Komponen kegiatan pendidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pendidikan; (2) Sumberdaya yang mencakup seperangkat prasarana dan
sarana yang dibutuhkan oleh proses pendidikan; dan (3) Faktor lingkungan sosial,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Keseluruhan komponen tersebut saling
berinteraksi mengembangkan sistem dan tatanan bagi ketercapaian tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah.
Berfungsinya komponen-komponen proses pendidikan dalam mencapai tujuantujuan pendidikan sangat bergantung kepada kemampuan pembiayaan. Oleh
karena itu, aspek pembiayaan sering dipandang sebagai komponen dalam setiap
perencanaan pendidikan, bahkan menurut Gaffar (1987) mempakan petunjuk
*rt
/
15
bagi kelayakan rancangan. Sementara itu, kebijakan pemerintah dalam
penganggaran pendidikan masih mencerminkan pandangan bahwa pendidikan
btikan mempakan prioritas investasi, sebagaimana terbukti dari kecilnya proporsi
anggaran pendidikan dalam APBN dari tahun ke tahun.
Keterbatasan dana pendidikan, akan bisa menimbulkan masalah di
bidang pendidikan, misalnya mutu pendidikan menjadi rendah dan output
pendidikan tidak relevan dengan
lapangan pekerjaan sehingga timbul
penganggaran temtama Iulusan Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pada
tingkat pelaksanaan proses pendidikan, keterbatasan dana dapat menimbulkan
masalah-masalah : (1) Keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang mengakibatkan
terbatasnya alternatif program dan pilihan program yang dapat ditawarkan; dan
(2) keterbatasan dalam penggantian sarana dan prasarana pendidikan yang penting
untuk dapat menunjang kurikulum.
D. Rumusan Masalah.
Memperhatikan latar belakang masalah dan hasil analisis permasalahan
yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada
penganggaran sekolah serta upaya memberdayakan orang tua murid dalam
berpartisipasi membiayai sekolah pada SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung.
Pokok masalah yang ingin dikaji melalui penelitian ini, penulis mmuskan
dalam pertanyaan : Seberapa jauh kemampuan manajerial pembiayaan pendidikan
oleh sekolah sehubungan dengan dicabutnya biaya bersumber dari SPP/DPP 9
Spesifikasi atas pokok masalah penelitian ini diuraikan dalam serangkaian
pertanyaan penelitian berikut ini.
1. Bagaimana proporsi penerimaan biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber
di luar SPP/DPP ?
2. Bagaimanakah akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan pembiayaan pendidikan
oleh sekolah ?
3. Bagaimanakah kondisi kinerja sistem pendidikan di sekolah sehubungan
dengan pembiayaan pendidikan yang tersedia ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ditujukan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai
kemampuan sekolah dalam meningkatkan peranserta masyarakat dalam
membiayai pendidikan setelah diberlakukannya kebijakan pencabutan SPP/DPP.
Selain itu, dimaksudkan pula untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi
akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan biaya pendidikan, serta pengamh langsung
pencabutan SPP/DPP terhadap kinerja sistem pendidikan di sekolah.
Dalam hubungan itu, kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di
sekolah menjadi penting untuk dibina. Zamroni (2000) memandang kepedulian
masyarakat itu sebagai salah satu aspek dari dimensi kontekstual dalam reformasi
pendidikan. Matriks reformasi pendidikan pada dimensi kontekstual yang
dikedepankan Zamroni, merinci : (1) Kondisi Sekolah (masa kini) terpisah dari
masyarakatnya, dukungan masyarakat rendah; (2) Esensi reformasi untuk ini
adalah mengembangkan iklim hubungan sekolah dan masyarakat yang kuat
sehingga sekolah memiliki basis dan menyatu dengan masyarakat sekitar; (3)
Faktor penghambatnya antara lain, masih besarnya rasa ketidak percayaan
masyarakat mengenai penggunaan fasilitas sekolah, dan masyarakat tidak melihat
sekolah sebagai bagian dari mereka; (4) Program aksi yang hams dilakukan
17
adalah memberikan kesempatan partisipatif yang seluas-luasnya kepada orang tua
siswa dan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka.
Dari segi ketersediaan dana pendidikan, peningkatan mutu pendidikan
mengandung arti peningkatan dan pendayagunaan biaya pendidikan yang
diarahkan kepada keseluruhan komponen proses pendidikan, terutama komponen
yang mendukung langsung atas perbaikan mutu hasil pendidikan. Sekolah yang
pendanaannya sangat bergantung kepada sumber-sumber dan dalam jumlah yang
terbatas, akan mengalami kendala dalam ikhtiar meningkatkan mutu proses dan
mutu hasil pendidikannya. Selain itu, sekolah pun hams dapat menyiasati
pendayagunaan pembiayaan pendidikan sehubungan dengan diberlakukannya
kebijakan penghapusan SPP/DPP.
Dalam kondisi demikian, peningkatan partisipasi masyarakat (orang tua
siswa) dalam pemberdayaan pembiayaan pendidikan melalui BP3 dirasakan
penting eksistensi dan peranannya. Masalah yang cukup penting untuk ditelaah
melalui penelitian ini ialah kemampuan sekolah dalam meningkatkan peran serta
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan.
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah :
1) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan proporsi penerimaan
biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber penerimaan diluar SPP/DPP;
2) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan akuntabilitas dan efisiensi
pengeiolaan pembiayaan pendidikan oleh sekolah;
3) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan kondisi kinerja sistem
pendidikan disekolah sehubungan dengan pembiayaan pendidikan yang
tersedia.
F. Kegunaan Penelitian
Secara garis besarnya bahwa penelitian ini mempunyai makna atau
kegunaan secara teoritis dan praktis.
a. Kegunaan Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menilai atau menguji kebenaran dari teori,
aturan atau ketentuan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja
sekolah, khususnya menyangkut rancangan biaya pendidikan. Ketentuan yang
dimaksudkan adalah menyangkut sistem pengelolaan keuangan negara, sumber
biaya, pengalokasian, penggunaan sampai pertanggungjawaban.
b. Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian diharapkan ada manfaat, guna serta konstribusinya bagi :
1) Pemerintah
sebagai
masukan
untuk
penyempurnaan
peraturan
yang
menyangkut pengelolaan keuangan;
2) Sekolah, mempakan masukan dan bantuan bagi para Kepala Sekolah, agar
mereka dapat melaksanakan manajemen sekolah dengan baik sesuai perannya
sebagai manajer, administrator maupun supervisor;
3) Bagi orang tua murid, diharapkan agar jadi masukan supaya mereka menyadari
akan tugas dan fungsinya dalam
membantu
melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pendidikan sesuai isi UU No. 2/89;
4) Peneliti lain, untuk dijadikan bahan bandingan dan penyempurnaan penelitian
lebih lanjut dalam permasalahan yang sama.
19
G. Paradigma Penelitian
Undang-undang Dasar 1945 maupun Undang-undang no. 2/89
menggariskan bahwa penyelenggaraan pendidikan mempakan tanggungjawab
bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ini artinya bahwa
pendidikan tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah saja, akan tetapi
hams dilaksanakan secara bersama-sama baik menyangkut pengadaan
sarana/prasarana unsur penunjang maupun perhatian terhadap anak didik selama
di sekolah maupun di luar sekolah. Karena itu maka pendidikan memerlukan
kerjasama yang baik, antara orang tua, masyarakat dan pemerintah, supaya bisa
menghasilkan atau mencapai tujuan yang telah digariskan.
Oleh sebab itu maka salah satu faktor yang sangat menentukan dari
kelancaran proses pendidikan adalah tersedianya biaya yang memadai baik
berasal dari pemerintah, orang tua, maupun masyarakat serta sumber lainnya.
Khusus pada SMK masalah biaya pendidikan dewasa ini sangat memprihatinkan
karena ada sumber biaya yang dicabut oleh pemerintah akibat adanya resesi
ekonomi sumber biaya yang dimaksudkan berasal dari orang tua murid bempa
iuran SPP/DPP.
Berkaitan dengan itu sekolah hams berupaya mencari jalan pemecahannya
bempa peningkatan pemberdayaan orang tua murid dalam ikut membiayai
pendidikan. Lebih jelasnya hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema
proses (gambar 1).
20
Gambar 1
Proses Penyelenggaraan Pendidikan
INPUT
I'ROSES
fe
w
(Murid )
( PBM )
OUTPUT
P
(Lulusan)
ik
Pc
1. Sarana/
Prasarana
2. Tenaga
(SDM)
nunjang
3. Biava
4.Kurikulum
a. Orang tua
-SPPDPP
-BP3
h. Masyarakat
- Pajak
-Hihah
c. Pemerintah
- Rutin
- Pemhangunan
Khusus mengenai faktor biaya pendidikan sebelum pencabutan SPP/DPP
jumlah biaya pendidikan SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung yang diterima
dari sumber tersebut ± Rp. 458. 372.000,00; (lihat tabel 2). Tetapi
pencabutan
setelah
SPP/DPP maka jumlah penerimaan biaya pendidikan hanya
± Rp. 448.304.000,00; (lihat tabel 3).
Perkiraan penerimaan dana yang berasal dari pemerintah bempa anggaran
mtin proyek maupun yang bersumber dari orang tua/masyarakat bempa SPP/DPP
dan BP3 dituangkan dalam suatu rencana tahunan penerimaan anggaran sekolah
melalui sistem RAPBS ( Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).
Untuk lebih jelasnya prosedur penganggaran, pelaksanaan sampai kegiatan
pertanggungjawabannya (akuntabilitasnya) dapat dituangkan dalam gambar 2
sebagai berikut :
21
Gambar 2
Penerimaan \ 1
SPP/DPP, ar j I—> RAPBS Sekolah + BP3
Bupati/
Walikota
*£Kandep
10
[Kinerja
Sekolah
ISekolal
Kanin
J
11
12
/akun\
tabili
vtasy
Pelaksanaan
APBS
^
r
^6
Diknas
Kanwil
Rapat i\nggota
Depdiknas
BP j
Dari gambar tersebut terlihat adanya ams biaya dari sumber-sumbernya dan
bagaimana dipertanggungjawabkan oleh sekolah (akuntabilitasnya) dan
bagaimana pula kinerja sekolah dengan anggaran yang telah mendapat
persetujuan. Posisi penelitian ada pada proporsi prioritas biaya dalam sumber
SPP/DPP dan bagaimana akuntabilitas dan kinerja sekolah dengan penggunaan
biaya yang ada.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sesuai dengan karakteristik masalah dan tujuannya, penelitian ini
menggunakan
metode
deskriptif-analitik
dengan
pendekatan
kualitatif
Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : (a) sumber data langsung
dalam situasi yang wajar; (b) bersifat deskriptif; (c) mengutamakan proses
daripada produk atau hasil; (d) analisis data secara deskriptif; dan (e)
mengutamakan makna (Bogdan & Biklen, 1982). Situasi yang wajar atau natural
setting memjuk kepada proses dan aktivitas pengumpulan informasi melalui
observasi langsung oleh peneliti terhadap situasi dan manusia yang
diobservasinya.
B. Data, Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Adapun data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan analisis dalam
penelitian ini meliputi aspek-aspek perencanaan penggalian dana dari masyarakat,
pola pengaturan pembiayaan pendidikan, mekanisme pendayagunaan pembiayaan
pendidikan dan pertanggungjawaban pendayagunaan keuangan oleh sekolah
kepada stakeholders.
Subjek penelitian adalah manusia yang dapat memberikan informasi
mengenai aspek-aspek tersebut. Subjek penelitian yang dimaksud dipilih dan
ditentukan secara purposif, yang menyebar di tingkat pemimpin sekolah,
pelaksana proses belajar mengajar dan unsur-unsur pelayanan non edukatif di
56
57
sekolah. Data dikumpulkan melalui teknik-teknik pengamatan, wawancara dan
studi dokumntasi.
Pengamatan
Dalam hal ini penulis memilih tipe pengamatan terbuka, dengan mana
kehadiran penulis diketahui secara terbuka oleh subjek, dan mereka pun secara
sukarela memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengamati peristiwa
yang terjadi dan aktivitas yang mereka lakukan.
Wawancara
Penggunaan wawancara dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis
tujukan untuk mengkonstmksi aspek-aspek manusia, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, kepedulian dan Iain-lain. Untuk memelihara kewajaran
suasana dan proses wawancara, penulis menggunakan tipe wawancara informal
seperti yang disarankan oleh Patton (1980), atau wawancara tak terstmktur
menumt anjuran Lincoln dan Guba (1981).
Wawancara tak terstmktur menumt Lincoln dan Guba dapat digunakan
apabila pewawancara : (1) berhubungan dengan "orang penting"; (2) ingin
menanyakan sesuatu secara lebih mendalam kepada subjek tertentu; (3) tertank
untuk mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden; dan (4)
mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu peristiwa atau keadaan tertentu.
Kajian Dokumen dan Kepustakaan
Dalam penelitian ini, pengumpulan data melalui penggunaan teknik kajian
dokumen akan ditekankan pada deskripsi isi dokumen. Kalaupun untuk dokumen
tertentu mengharuskan dilakukannya analisis isi, maka hal itu akan penulis
58
lakukan sebatas penapsiran berdasarkan perspektif penulis sendin dan
dikonfirmasi dengan pendapat responden tertentu. Kajian kepustakaan penulis
lakukan untuk pengayaan konsep, teori dan landasan metodologik penelitian ini.
C. Validasi Data
Dalam penelitian kualitatif terdapat empat kriteria kesahihan data yang perlu
pengujian, yaitu derajat keterpercayaan, keterahhan, kebergantungan dan
kepastian. Untuk kriteria derajat kepercayaan, disediakan tujuh jenis teknik
pengecekan. Sedangkan kriteria keteralihan, ketergantungan dan kepastian
masing-masing dapat dicek dengan sebuah teknik pengecekan.
Dalam penelitian ini penulis hanya akan mengecek kriteria derajat
kepercayaan, kebergantungan dan kepastian. Untuk mengecek derajat
kepercayaan, akan penulis gunakan teknik triangulasi terhadap sumber dan
member check, Sedangkan kebergantungan dan kepastian, akan diperiksa dengan
teknik audit trail.
Sebagaimana diarahkan oleh Patton (1987), teknik triangulasi terhadap
sumber dapat ditempuh dengan cara-cara : (a) membandingkan data hasil
pengamatan terhadap data hasil wawancara; (b) membandingkan pernyataan
subjek di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (c)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang mengenai situasi penelitian
dengan apa yang mereka katakan sepanjang waktu; (d) membandingkan keadaan
dan perspektif dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dari beragam
latar belakang; dan (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen
yang berkaitan.
59
Member check penulis lakukan dengan cara meminta pendapat dan
penilaian dari responden yang terlibat dalam proses pengumpulan data, berkenaan
dengan data, kategori analitik, dan kesimpulan penelitian. Sedangkan dalam audit
trail, penulis memperlakukan rekan sejawat sebagai auditor yang memberi balikan
kepada penulis mengenai keselumhan aspek penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Kesimpulan berikut ini adalah berdasar akan hasil penelitian, pembahasan,
dan hasil temuan di lapangan.
Penelitian dilakukan pada SMKN 2 Baleendah
Kab. Bandung sebagai sample yang tentunya SMKN mengalami hal yang sama.
Pada SMKN kebijakan Pemerintah untuk mencabut dana SPP/DPP
mengakibatkan dana pembiayaan pendidikan berkurang yang berpengamh
terhadap kegiatan Proses Belajar Mengajar, utamanya adalah berkurangnya dana
untuk memenuhi kebutuhan tambahan kesejahteraan Gum dan pengadaan alat
pelajaran yang dengan sendirinya, berakibat mundurnya prestasi belajar siswa.
Tentunya hal ini juga akan sama dirasakan oleh SMKN yang lainnya. Karena itu
penelitian terhadap biaya pendidikan di SMKN setelah ada pencabutan SPP/DPP
oleh pemerintah ini sangat urgen untuk diteliti, yang tentunya akan mendorong
para pengelola SMKN sebagai sekolah kejuman yang memiliki potensi untuk
dapat mengumpulkan dana pendidikan dari hasil
produk atau jasa yang
mempakan karakteristik khas sekolah kejuman. Sehingga keinginan untuk
menambah mutu dan jumlah produk atau jasa sekolah dari
siswa akan
meningkatkan kualitas memiliki nilai jual yang dapat diandalkan.
Berdasarkan hasil penelitian pada sample SMKN 2 Baleendah Kab.
Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan pencabutan dana SPP/DPP sebagai kebijakan Pemerintah, SMKN 2
Baleendah Kab. Bandung kehilangan dana sebesar Rp 10.068.000,- sehingga
84
85
ada pengurangan jumlah dana dalam memenuhi tambahan kebutuhan
kesejahteraan Gum dan alat pelajaran dan akan berakibat menurunnya prestasi
belajar siswa.
2. Sumber-sumber pembiayaan pendidikan pada SMKN 2 Baleendah Kab.
Bandung dalam dua tahun terakhir mengalami pasang sumt. Sumber-sumber
yang mengalami kenaikan antara lain untuk gaji yaitu dari tahun 1999/2000
sebesar Rp
396.514.000,- menjadi pada tahun 2000/2001 sebesar
Rp.
469.845.000,- uang lembur tahun 1999/2000 sebesar Rp 1.839.000,-menjadi
pada tahun 2000/2001 sebesar Rp
5.701.000,-. Demikian halnya juga
pemeliharaan gedung dari Rp 4.631.000,- di tahun 1999/2000 menjadi Rp
15.424.000,- di tahun 2000/2001. Sedangkan semua sektor penerimaan dari
BP3
mengalami kenaikan yang signifikan yang berarti keluarga dan
masyarakat menyadari benar bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan
memerlukan biaya yang besar. Bagi pengelola sekolah kebijakan Pemerintah
untuk mencabut SPP/DPP mendorong kebijakan untuk menggunakan dana
BP3 untuk kepentingan yang sarat dengan peningkatan akademik seperti
dipemntukan untuk laboratorium bahasa dan laboratorium komputer.
3. Ada tiga strategi yang dilakukan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung dalam
penganggaran yaitu (1) peninjauan ulang kebutuhan-kebutuhan tahun lalu
untuk diketahui kemungkinan penambahan kebutuhan di masa datang, (2)
memperhatikan pembahan harga yang tentunya jumlah biaya akan disesuaikan
dengan pembahan harga ini. (3) untuk gaji dan tunjangan menyesuaikan
86
dengan kondisi tenaga kependidikan. Strategi ini menempatkan posisi dana
BP3 jadi sangat menentukan .
4. Strategi penggalian sumber dana BP3 yang dilakukan oleh SMKN 2
Baleendah Kab. Bandung adalah strategi umum :
(a) Membina keharmonisan hubungan antara sekolah dan orang tua murid
melalui fomm-fomm rapat dan pertemuan antara sekolah dengan orang
tua murid.
(b) Mengembangkan tradisi keterbukaan dan akuntabilitas penggunaan dana
BP3 melalui pelaporan tahunan baik vang disampaikan secara tertulis
maupun lisan dalam forum rapat BP3.
(c) Mengoptimalkan peran BP3 dalam fungsi pengawasan.
Sedangkan strategi khusus :
(a) Penyediaan formulir kesanggupan memberi sumbangan BP3 bagi orang
tua murid dengan standard minimal.
(b) Memberi
keleluasaan pada orang
tua
murid
untuk
mengangsur
pembayaran BP3 dalam batas waktu tertentu.
(c) Melakukan dialog dengan orang tua murid
5. Dengan dihapuskannya dana SPP/DPP SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
mengantisipasi masalah ini dengan menarik dana lain yang senilai dana SPP
yaitu dengan :
(a) Menjelaskan
secara
terbuka
kepada
orang
tua
murid
tentang
berkurangnya dana untuk biaya pendidikan sebagai akibat dihapuskannya
SPP/DPP.
87
(b) Menginformasikan berbagai kategori kebutuhan yang biasanya dibiayai
SPP/DPP.
(c) Mengambil kesepakatan bersama dengan orang tua murid untuk mencari
jalan terbaik dalam pembayaran uang pengganti SPP.
(d) Memberikan laporan pertanggungjawaban secara transparan melalui BP3
6. Kegiatan Proses Belajar Mengajar pada SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung
cukup besar memerlukan biaya dari jumlah biaya yang diperlukan, 64,36 %
bersumber dari BP3 sedangkan sumber dari DIK, UYHD dan DBO sebesar
35,64%-nya.
7. Yang menjadi kekuatan dalam pembiayaan sekolah pada SMKN 2 Baleendah
Kab.
Bandung adalah
penyusunan RAPBS
yang
disesuaikan
dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga kinerja sekolah akan tetap baik dalam
pelayanan pendidikan serta memiliki akuntabilitas publik yng
tinggi.
Kelemahan yang muncul adalah masih adanya ketergantungan dari sumber-
sumber dana yang dipemntukan tambahan kesejahteraan dan peralatan
sekolah. Disamping itu terdapat peluang yang baik yaitu adanya potensi dana
yang bersumber dari orang tua murid yang sangat anspiratip untuk mendukung
program peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar. Peluang lain untuk
mendapatkan
dana
adalah
memungkinkan untuk dijual.
produk-produk
keterampilan
siswa
yang
B. Implikasi
Berdasarkan hasil temuan dilapangan maka berikut ini dapat dikemukakan
beberapa implikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa setelah adanya pencabutan SPP/DPP
yang berlaku bagi semua sekolah lanjut termasuk SMKN 2 Baleendah Kab.
Bandung maka Kepala Sekolah sebagai manajer sekolah bemsaha mencari
sumber dana lain atau mencari bentuk lain yang mempakan sumber dana bagi
sekolah untuk dapat membiayai kegiatan sekolah temtama untuk kegiatan
belajar mengajar dan kesejahteraan tenaga pengajar.
2. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa setelah adanya pencabutan dana
SPP/DPP, jumlah dana yang konkrit menjadi berkurang, maka dilakukan
efisiensi dan efektivitas yang lebih ketat dengan mengurangi beberapa
kegiatan yang dianggap kurang begitu menentukan hasil proses belajar
mengajar.
3. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa kuningnya dana untuk biaya proses
belajar mengajar, maka partisipasi serta keikutsertaan tanggungjawab orang
tua murid terhadap sekolah menjadi lebih meningkat.
4. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa penerimaan sumber dana sekolah
mengalami perang sumt, maka pimpinan sekolah melakukan strategi
penganggaran yang tepat dan terbuka dengan lebih mengikutsertakan peran
orang tua murid dalam membuat anggaran biaya.
89
5. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa keteriibatan orang tua murid dengan
sekolah dimohon dituntut pada tingkat frekwensi yang tinggi, maka sekolah
selalu menjaga kehormatan hubungan dengan orang tua murid.
C. Rekomendasi
Disamping
implikasi
sebagaimana
dikemukakan
dimuka,
maka
berdasarkan kesimpulan yang ada, dapatlah dikemukakan rekomendasi sebagai
berikut :
1. Suatu kenyataan bahwa perjalanan masa yang lampau dengan selalu
menggantungkan sumber dana dari pemerintah sekolah tidak menjadimandiri
dan selalu nampak ketergantungannya. maka pimpinan sekolah bersama-sama
gum-gum perlu bemsaha mencari peluang, mencari modal untuk pencarian
sumber dana sekolah, yang tentunya sekolah selaginya selalu berkoordinasi
dengan pemerintah setempat, lebih-lebih dalam pelaksanaan dengan aturan
daerah.
2. Mendukung rekomendasi pertama pimpinan sekolah perlu meyakinkan kaum
pimpinan daerah setempat bahwa dengan meningkatnya pendidikan di daerah,
akan
meningkatkan pendapatan dan
tingkat
hidup masyarakat daerah
setempat.
3. Frekwensi pertemuan dengan orang tua murid perlu ditingkatkan tidak hanya
pada akhir catur wulan saja. tetapi juga pada saat yang penting, temtama yang
berkenaan dengan Iulusan sekolah. kualitas proses belajar mengajar, agar
orang tua murid benar-benar merasa memiliki sekolah.
90
4. Unit produksi sekolah ditingkatkan kedudukannya semodel badan usaha
sehingga perlu diorganisasi secara baik, temtama untuk pemasaran
(melibatkan orang tua murid) dan mejaga standar kualitas hasil produksi.
5. Mendukung rekomendasi yang keempat yaitu untuk menjaga standard kualitas
perlu mencari gum praktek yang profesional kalau perlu melibatkan para ahli
yang terkenal pada bidangnya untuk menjadi guest lecture, sehingga hasil
produksi para siswa benar-benar dapat dihandalkan kualitasnya.
6. Agar selalu mendapatkan kepercayaan masyarakat akan hasil produksi murid,
tetapi juga sekolah tidak boleh terlalu jauh sebagai kegiatan dunia usaha
(menjadi bembah dari kegiatan pendidik bembah menjadi kegiatan dunia
usaha) perlu dibentuk badan pengawas atau pembimbing yang melibatkan
orang tua murid dan tokoh-tokoh pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi (1990). Transpormasi Biaya Pendidikan Dalam Pelayanan
Pendidikan Pada Perguman Tinggi Negeri. Desertasi, FPS IKIP
Bandung.
Biro Perencanaan (2000). Butir-butir Pengarahan Teknis Pada Rakerda Tahun
2000. Jakarta.
Bowman, Mary Jean (1968), Reading in The Economis OfEducations. University
Of Chicago.
Bray, Mark (1966). Decentralization Of Educations Comunnity Einancing the
Word Bank.
Boediono dan Walter W MC Mahon (1993