PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI.

(1)

PERAN ORANG TUA DALAM

MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA

ANAK USIA DINI

Oleh

Weni Nuraeni Latifah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Weni Nuraeni Latifah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

PERAN ORANG TUA DALAM

MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA

ANAK USIA DINI

Oleh

Weni Nuraeni Latifah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Weni Nuraeni Latifah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA

PADA ANAK USIA DINI

(Studideskriptifterhadap orang tuasiswa RA Al-Muqoddasah, Cimaung Bandung)

SKRIPSI

Diajukanuntukmemenuhisyaratmemperolehgelarsarjanapendidikanpadajurusanpedag ogik program PG PAUD UniversitasPendidikan Indonesia

Oleh

WeniNuraeniLatifah 1010098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(4)

WENI NURAENI LATIFAH 1010098

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Heny Djoehaeni,S.Pd. M.Si NIP.197007241998022001

PEMBIMBING II

Rita Mariyana, M.Pd NIP. 197803082001122001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Dr. Ocih Setiasih NIP. 196007071986012001


(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Weni Nuraeni Latifah

1010098

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI

(Studi deskriptif terhadap orang tua murid Raudhatul Athfal Al-Muqoddasah Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung )

PENGUJI I

Dr.Badru Zaman,M.Pd NIP.1974080620 0112 1 002

PENGUJI II

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP.19600707 198601 2 001

PENGUJI III

dr. Nur Faizah Romadona,M.Kes NIP.1970112920 0312 2 001

PENGUJI IV

Leli Kurniawati, S.Pd. M.Mus NIP.132252248

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP.19600707 198601 2 001


(6)

ABSTRAK

Weni Nuraeni Latifah (1010098) Peran Orang Tua dalam

MenanamkanNilai-Nilai Agama pada Anak Usia Dini

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peran orang tua yang mempunyai posisi penting terhadap pembentukan anak, seperti pembentukan karakter, sikap, pengetahuan, penalaran dan sebagainya. Keluarga sebagai ajang sosialisasi dan mempunyai kedudukan multi fungsional sehingga proses pendidikan keluarga sangat berpengaruh bagi anak. Setiap interaksi dengan anak merupakan kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai terutama nilai agama karenanilai agama ini merupakan dasar bagi anak dalam bersikap untuk menjalani kehidupannya dimasa yang akan datang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nila-inilai keagamaan kepada anak usia dini. Tujuannya penelitian ini adalah untuk mengungkap data mengenai sejauh mana nilai-nilai keagamaan ditanamkan orang tua kepada anak usia dini. Untuk mengungkapkan data mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak usia dini. Dengan alat pengumpul data berupa kuesioner.Berdasarkan hasil analisis data yang diperolehdari 45 orang tua yang berada di RA Al-Muqoddasah, didapatkan kesimpulan sebagaiberikut: orang tua merupakan pendidik pertama untuk seorang anak dalam memperoleh keyakinan agama, nilai, moralyang dapat dijadikan patokan bagi anak dalam kehidupannya. Pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh orang tua kepada anak akan membekas dalam diri anak sehingga akan menjadi salah satu factor pembentukkan kepribadian. Nilai-nilai agama islam yang ditanamkan kepada anak yaitu mengenai nilai-nilai akidah, nilai-nilai ibadah dan akhlaul karimah. Cara atau strategi orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu dengan berbagai strategi atau metode yang dipergunakan yaitu, keteladanan, pembiasaan, nasihat, memberikan perhatian, hukuman. Adapun yang menjadi hambatan-hambatan dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu lingkungan tempat tinggal, kurangnya sarana prasarana, perilaku anak yang kurang baik, keberadaan media cetak dan elektronik dan lembaga PAUD yang muatan agamanya kurang.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR………..ii

DAFTAR ISI……….v

DAFTAR TABEL………...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………6

C. Tujuan Penelitian………7

D. Metode Penelitian………...8

E. Manfaat Penelitian………..8

F. Struktur Organisasi Skripsi………...9

BAB II KAJIAN TEORI A. Karakteristik Anak Usia Dini………...10

B. Pengembangan Nilai Agama pada Anak Usia Dini……….22

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Nilai-nilai Agama pada Anak….24 D. Peran Nilai Agama bagi Anak Usia Dini……….29

E. Nilai-nilai Agama yang Dikembangkan pada Anak Usia Dini………30

F. Strategi Pengembangan Nilai-nilai Agama pada Anak Usia Dini………...32

G. Peran Orang Tua dalam Menanamkan Nilai-nilai Agama pada Anak Usia Dini……38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian……….42

B. Populasi dan Sampel………42

C. Definisi Operasional……….44

D. Teknik dan Instrumen Penelitian………..44

E. Analisis Data………45

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….49


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN………68 B. SARAN………69

DAFTAR PUSTAKA...71

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia dini merupakan masa yang sangat penting (urgent) sepanjang hidup. Sebab pada masa ini adalah masa pembentukkan fondasi dan dasar pembentukkan kepribadian serta keagamaan yang akan menentukan pengalaman selanjutnya. Pengalaman yang dialami pada masa ini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya bahkan akan selalu membekas.

Pentingnya pada usia dini ini dan uniknya karakteristik yang dimilikinya menuntut adanya pendekatan atau perhatian yang memusatkan pada anak yaitu dengan adanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki masing-masing individu.

Menurut Ahmad D. Marimba (Mansur, 2005:8),pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar yang dilakukan oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan ibunya anak sudah dilengkapi seluruh panca indra, akal pikiran dan potensi untuk mengeksplorasi lingkungannya sebagai salah satu cara dalam membangun pengetahuanya tentang sesuatu hal. Oleh karena itu pada masa ini anak benar-benar membutuhkan stimulan guna mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.Maka dengan itu pendidikan harus diberikan dari sejak anak dalam kandungan ibunya. Seperti dalam sabda nabi tentang pentingnya pendidikan yaitu “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Dengan sabda nabi tersebut jelaslah


(10)

bahwa pendidikan terjadi sejak anak dalam kandungan melalui stimulasi yang diberikan ibunya.

Menurut Mansur (2005) pendidikan anak usia dini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak.

2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi motoric halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi.

3. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. DAP (Mansur:2005) memandang bahwa pada anak usia ini memiliki perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat dan memerlukan peran lingkungan sekitar terutama keluarga untuk mendudukung dan memberikan bimbingan secara maksimal sesuai kebutuhannya supaya perkembangan fisik dan mentalnya dapat berkembang secara optimal sesuai dengan karakteristik yang unik dan potensi masing-masing individu.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adala mempersiapakan serta membekali anak sejak dini untuk mendapatkan kesempatan dan pengalaman hidup yang akan membantu pada kehidupan anak selanjutnya yang semakin


(11)

hari semakin rumit dan penuh dengan tantangan yang mau tidak mau anak harus mampu menghadapinya tanpa bergantung pada orang lain.

Usia dini adalah masa peka dimana anak akan sangat mudah menyerap atau mengingat apa yang dia alami terutama melalui panca indranya dengan cara mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Anak pada masa ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat sehingga jika rasa ingin tahunya pada masa peka ini tidak diarahkan maka anak akan memiliki perilaku atau sikap yang kurang baik dimasa yang akan datang seperti fenomena yang sering kita lihat sekarang-sekarang ini.

Sering kita lihat pada masa sekarang tidak sedikit remaja yang terjerumus ke dalam hal yang tidak menguntungkan atau merugikan buat dirinya sendiri bahkan merugikan orang lain, seperti munculnya sikap-sikap membangkang, perilaku-perilaku negative yang akhirnya terjadilah kenakalan remaja.

Tidak sedikit pengaruh negative dari pesatnya perkembangan teknologi pada masa sekarang terhadap perilaku dan kepribadian individu yang menuntut adanya bimbingan secara intensif supaya tidak mudah terbawa arus dan memiliki filter yang cukup kuat dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Seperti ungkapan Ahmad Tafsir (2002) bahwa suasana, lingkungan hidup, dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah demikian hebatnya, sehingga media massa, baik yang bersifat elektronik maupun media cetak dan pengaruh hubungan langsung dengan budaya asing tidak dapat dielakkan dan ikut mencampuri pendidikan anak-anak.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya ditanamkan pendidikan agama dalam kehidupan individu tersebut. Supaya pendidikan agama tersebut dapat berhasil atau tercapai dengan baik maka sudah seharusnya ditanamkan sejak anak usia dini, karena


(12)

pada usia dini anak lebih mudah menerima stimulasi sehingga melalui latihan-latian dan pembiasaan- pembiasaan dengan nilai-nilai agama pada usia ini akan membantu pembentukan kepribadian dan moral yang baik pada anak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat (1991),

bahwa latihan-latihan keagamaan hendaklah dilakukan sedemikian rupa sehingga menumbuhkan nilai-nilai dan rasa aman karena mempunyai nilai-nilai tersebut sangat diperlukan dalam pertumbuhan kepribadian anak.

Menurut zakiah Daradjat (1982) bahwa usia ini adalah usia paling subur untuk menanamkan dasar agama kepada anak, usia pertumbuhan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama melalui permainan dan pembiasaan perilaku dari orang tua atau orang dewasa dan guru.

Anak yang memiliki kebiasaan serta berkepribadian baik sejak usia dini cenderung akan selalu mengembangkan kepribadian baik tersebut pada kehidupan selanjutnya. Oleh sebab itu janganlah kita sia-siakan kesempatan diusia yang paling berarti ini untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada anak dengan baik.

Fenomena yang terjadi saat ini tidak sedikit orang tua menyerahkan pendidikan agama anaknya kepada pihak lembaga pendidikan (sekolah) yang mereka percaya.Mereka sepertinya lebih mementingkan pengetahuan umum anak-anak mereka seperti calistung dari pada pengetahuan agama yang terkadang dianggap sepele atau diposisikan sebagai nomor dua setelah akademik anak-anak mereka.Dan mereka sering beranggapan bahwa penanaman nilai-nilai agama dapat dilakukan setelah anak dewasa kelak.Dan penanaman nilai agama ini terjadi secara sepihak hanya di tempat anak tersebut sekolah sehingga penanaman nilai agama kurang optimal.


(13)

Sangat disayangkan jika pendidikan anak diserahkan begitu saja kepada pihak lain tanpa ada bimbingan langsung dari orang tua di rumah sebagai lingkungan yang paling utama dan pertama terjadinya pendidikan bagi anak. Karena orang tua adalah pendidik pertama yang ditemui oleh anak serta berperan penting dalam proses pendidikan tersebut terutama dalam menanamkan nilai-nilai agama terhadap anak. Seperti yang telah diungkap oleh Zakiah Daradjat (1991) yaitu sebagai berikut:

karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari, terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya terdahulu.

Sebelum anak mengenal pendidikan atau belajar di sekolah, lingkungan pendidikan pertama yang harus dikembangkan adalah pendidikan di lingkungan keluarga yaitu di rumah yang merupakan lingkungan pertama ditemui seorang anak. Perlu disadari pula bahwa anak merupakan titipan dan amanah dari Alloh SWT yang dianugrahkan kepada sepasang suami istri. Maka dengan itu sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tuanya untuk membimbing, dan mengarahkan anaknya supaya memiliki sikap, ucapan, tindakan, perilaku, kepribadian yang berlandaskan norma yang ada, dalam hal ini berlandaskan pada ajaran agama islam. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakannya apa yang diperintahkannya. (QS. 6666(

Disadari atau tidak sikap anak adalah cermin dari sikap orang tua, apa yang dilakukan oleh orang tua maka anak akan mengikutinya. Oleh karena itu orang tua


(14)

memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan agama anak usia dini dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang baik bagi anaknya. Seperti yang terdapat dalam sebuah hadits yag diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim berikut ini:

Tiada seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah (berakidah yang benar). Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak itu beragama yahudi, nasrani, atau majusi

Maka beradasarkan Quran surat At-tahrim ayat 6 dan hadits Bukhori Muslim di atas maka pembinaan dan pendidikan agama anak usia dini adalah tugas utama dan pertama orang tua terutama di lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama yang anak temukan sebelum lingkungan pendidikan di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir (2002) sebagai berikut:

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya.Disebut pendidik utama, karena besar sekali pengaruhnya.Disebut pendidik pertama, karena karena merekalah yang pertama mendidik anaknya.

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari kewajibannya ter hadap anak-anak mereka dan memenuhi segala kebutuhannya yang memerlukan asuhan, perawatan serta pendidikan yang baik guna kelangsungan hidupnya. Serta menciptakan lingkungan keluarga yang aman, nyaman, kondusif supaya anakpun merasa tentram, tenang berada di lingkungan keluarganya.

Sebagai orang tua, seharusnya memiliki dan memahami tujuan yang akan dicapai dalam penanaman nilai-nilai agama dan berusaha supaya anak memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dapat tumbuh dan berkembang serta mempersiapkan anak sejak dini supaya menjadi manusia unggul.


(15)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Peran Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Agama pada Anak

Usia Dini”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Pendidikan agama sangatlah penting untuk ditanamkan kepada anak usia dini guna memberikan dasar perkembangan kepribadian dan moral bagi anak secara optimal.

Pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang ditemukan oleh anak sebelum pendidikan di sekolah, oleh karena itu orang tualah yang memiliki peran penting dalam pendidikan agama tersebut.

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anaknya dengan memberikan contoh atau keteladanan melalui pembiasaan perilaku sehari-hari.

Oleh karena itu orang tua harus berupaya dengan baik supaya anak memiliki dasar pendidikan agama yang baik untuk bekal kehidupan selanjutnya, meskipun banyak hambatan yang harus orang tua hadapi dalam menanamkan pendidikan agama sejak anak usia dini ini.

Maka dengan latar belakang tersebut penulis mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai agama bagi anak usia dini? a. Memperkenalkan nilai aqidah

b. Memperkenalkan nilai ibadah c. Meneladankan akhlaqul karimah

2. Hambatan apa yang dihadapi orang tua dalam mananamkan nilai agamaterhadap anak usia dini?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Seluruh individu beraktivitas akan memiliki tujuan, begitu pula peneliti dalam melakukan penelitian ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diteliti.

Sesuai dengan apa yang terurai dalam latar belakang masalah maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan orang tua terhadap anak usia dini.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan kondisi yang terjadi pada saat ini.Penelitian deskriptif dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan tantangan yang sedang dihadapi.

Metode deskriptif memiliki karakteristik tersendiri seperti yang diungkapkan oleh Furchan dalam Aries (2008) yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian deskriptif cenderung mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena dengan cara meneliti secara teratur dan mengutamakan objektivitas.


(17)

3. Dalam penelitian deskriptifpun tidak ada uji hipotesis.

Oleh karena itu dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif guna mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada pada saan ini.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkjan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi kepada penulis tentang peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini

2. Penulis mendapatkan informasi tentang hambatan yang dihadapi orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini.

3. Penulis memperoleh informasi mengenai upaya yang dilakukan oleh orang tua ketika menghadapi hambatan dala menanamkan nilai-nila agama dapa anak usia dini.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Teori tentang Peran Orang Tua dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama pada Anak Usia Dini.

Bab III Metodologi Penelitian, menguraikan tentang teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan hasil pengolahan data.


(18)

Bab IV Pembahasan, di dalamnya membahas hasil penelitian tentang peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini, hambatan yang dihadapi serta upaya yang dilakukan orang tua dalam menghadapi hambatan tersebut.

Bab V Kesimpulan dan Saran, menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti serta rekomendasi penulis sebagai peneliti selaku peneliti terhadap hasil penelitian berdasarkan hasil pengolahan data.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang menggambarkan kondisi yang terjadi pada saat ini. Penelitian deskriptif dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan tantangan yang sedang dihadapi. Seperti yang telah diungkapkan oleh Sukmadinata (2005), bahwa penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang mendasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau mengggambarkan fenomena-fenomena yang ada.

Metode deskriptif memiliki karakteristik tersendiri seperti yang diungkapkan oleh Furchan dalam Aries (2008) yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian deskriptif cenderung mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena dengan cara meneliti secara teratur dan mengutamakan objektivitas.

2. Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan. 3. Dalam penelitian deskriptifpun tidak ada uji hipotesis.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut sujana (1992), populasi adalah artinya totalitas semua nilai yang mungkin menghitung, mengukur, kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.


(20)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, peneliti beranggapan bahwa totalitas yang dimaksud dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah orang tua siswa RA (Raudhatul Athfal) Al-Muqoddasah yang jumlahnya 45 orang. Yang mana nantinya 45 orang tua tersebut akan menjadi responden yang akan mengisi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada instrument penelitian yaitu angket yang disebarkan oleh peneliti.

2. Sampel

Arikunto (1993) berpendapat tentang sampel, yaitu sebagai berikut:

“apabila subjek kurang dari 100, maka dapat diambil semuanya, sedangkan jika subjeknya lebih dari 100 orang, maka sampel dapat diambil 10-15% atau lebih,

sesuai dengan kemampuan penelitian.”

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini, penulis akan mengambil semua orang tua siswa sebagai responden, sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi. Denga kata lain sampel yang diam bil dalam penelitian ini adalah sampel total yang berjumlah 45 orang dengan perincian sebagai berikut:

TABEL 3.1

SAMPEL PENELITIAN

No Jenis Kelamin Jumlah Sampel

1 Laki- laki 27 orang

2 Perempuan 18 orang


(21)

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami dan menginterpretasikan terhadap penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelasakan istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Yaitu sebagai berikut:

1. Peran orang tua, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peran oaring tua adalah tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) dalam menanamkan nilai-nilai agama pada seoarang anak.

2. Nilai-nilai agama, adalah ajaran-ajaran yang sesuai dengan keyakinan yang dianut oleh seseorang, yang dalam hal ini adalah ajaran agama islam.

3. Anak usia dini, adalah anak yang berusia mulai dari 0 tahun sampai dengan usia 6 tahun.

D. Teknik dan Instrumen Penelitian

Salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penelitian pendidikan adalah kuesioner atau angket. Dimana kuesioner atau angket tersebut terdapat beberapa item yang berhubungan erat dengan masalah yang akan diteliti oleh seorang peneliti.

Begitu pula dalam melakukan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner).

Menurut Arikunto (1993), angket (kuesioner) adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Dengan angket atau kuesioner ini orang dapat mengetahui tentang keadaan diri, pengalaman sikap, pendapat dan lain sebagainya.


(22)

Item angket atau kuesioner yang dibuat adalah adalah jenis kuesioner dengan item tertutup yang disertai dengan dua alternatif jawaban yaitu “Ya dan Tidak” dengan skor penilaian “Ya = 1 dan Tidak = 0”. Yang mana pertanyaan-pertanyaan atau item-item tersebut berkaitan dengan peran orang tua dakam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini.

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi tersebut disusun sesuai dengan permasalahan yang dibahas supaya tidak menyimpang dari permasalahan yang telah ditetapkan.

b. Menyusun Item (pertanyaan)

Setelah kisi-kisi instrument disusun, selanjutnya penulis menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan kisi-kisi instrument. Selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan pimpinan Raudhatul Athfal Al-Muqoddasah untuk mendapatkan persetujuan mengenai materi item serta mendapatkan persetujuan waktu penyebaran angket tersebut.

c. Perbanyakan dan Penyebaran Angket

Setelah penulis mendapatkan persetujuan dari pembimbing dan pimpinan Raudhatul Athfal Al-Muqoddasah, peneliti memperbanyakinstrumen tersebut sesuai dengan jumlah sampel yaiut 45 orang tua siswa.

Setelah instrument tersebut diperbanyak, selanjutnya penulis menyebarkannya kepada seluruh prang tua siswa untuk dipahami dan dijawab setiap item (pertanyaan) yang terdapat pada instrument tersebut.


(23)

E. Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul dari seluruh responden, selanjutnya penulis melakukan analisis data.

Dalam analisis data tersebut terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan kelengkapan identitas responden pada angket penelitian yang sudah diisi oleh responden. Selanjutnya mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa instrument penelitian dan setian item apakah sudah terisi semuanya atau belum.

b. Tahap Mentabulasikan Data

Data yang telah terkumpul dan lengkap kemudian diolah yang selanjutnya untuk dianalisa dengan menggunakan teknik analisa deskriptif. Selanjutnya analisa deskriptif data dilakukan dengan bentuk tabel.

c. Tahap Penetrapan Data

Selanjutnya data tersebut dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus perhitungan prosentase sebagai berikut:

F

P = _________ X 100 % N

Keterangan:


(24)

F = Alternatif jawaban pilihan responden N = Jumlah responden

100 = Bilangan tetap (Surakhmad,1990)

Prosentase tersebut digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang jawaban responden dan mendeskripsikan variabel.

TABEL 3.2

SKALA PENILAIAN

Persentase Keterangan

-100 % Seluruhnya

90% - 99% Hampir seluruhynya

60% - 89% Sebagian besar

51% - 50% Lebih dari setengahnya

-50% Setengahnya

40% - 49% Hampir setengahnya

10% - 39% Sebagian kecil

01% - 09% Sedikit sekali

-0% Tidak ada

(Winarno Surakhmad, 1990)

TABEL 3.3


(25)

Persentase Keterangan

-100% Baik sekali

80% - 99% Baik

60% - 79% Cukup baik

50% - 59% Cukup

30% - 49% Kurang

20% - 29% Kurang baik

1% - 19% Buruk

-0% Buruk sekali

(Harahap,1982) Setelah itu selanjutnya data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dideskripsikan.


(26)

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya tentang peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu: 1. Memperkenalkan nilai-nilai aqidah, yang berkaitan dengan dasar-dasar agama islam

dan ketauhidan. Dalam hal ini orang tua memperkenalkan kapada anak-anaknya bahwa Allah sebagai Tuhan mereka.

2. Memperkenalkan nilai-nilai ibadah, berkaitan dengan cara-cara beribadah yang sesuai denga ajaran agama Islam. Misalnya orang tua membiasakan anak-anaknya melaksanakan sholat yang lima waktu.

3. Meneladankan akhlaqul karimah, berkaitan dengan sikap atau perilaku sehari-hari supaya anak berperilaku baik sesuai dengan ajaran Islam.

Hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu:

1. Hambatan dari situasi dan kondisi tempat tinggal. 2. Kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana. 3. Perilaku anak yang kurang baik.

4. Keberadaan media cetak dan elektronik.


(28)

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian maka ada beberapa saran yang penulis ajukan yaitu sebagai berikut:

1. Saran untuk Orang tua

 Orang tua merupakan figur pertama bagi anak maka orang tua hendaklah menjadi contoh atau teladan bagi anaknya.

 Orang tua hendaknya mengenalkan nilai-nilai agama sejak anak usia dini dan sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak.

 Orang tua hendaknya mengajarkan nilai-nilai agama secara intensif kepada anak supaya anak dapat merasakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 Orang tua hendaknya membimbing dan memperhatikan pendidikan anak-anaknya, karena pendidikan yang diterima dari orang tuanyalah yang akan menjadi dasar pembinaan kepribadian anak.

2. Saran untuk sekolah

 Pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana beribadah yang memadai dan sesuai dengan ajaran islam untuk mengenalkan nilai-nilai agama sejak dini.  Mengadakan kerja sama antara orang tua dan sekolah supaya nilai-nilai agama

yang ditanamkan sejalan antara orang tua di rumah dengan lembaga pendidikan.


(29)

 Sekolah hendaknya mengajarkan nilai-nilai agama pada anak usia dini sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak.

 Sekolah hendaknya memilih guru dengan selektif dan menambah wawasan guru misalnya dengan diadakannya pelatihan-pelatihan supaya guru memiliki kualitas yang baik dalam pengetahuan agama.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Andhiani. (2007). Majalah Akhbar. Bandung.________

Aries, S Erna Febru.(2008). Penelitian Deskriptif .(Online). Tersedia: ardhana12.wordpress.com/2008/02/27. (21 juni 2012).

Crain, William. (2007). Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Zakiah. (1991). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. (1982). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama. (2007). Al-Quran dan Terjemahan. Bandung: Syamil Al-Quran. Gunarti, Winda. Suryani, Lilis dan Muis Azizah. (2008). Metode Pengembangan Perilaku

dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Halim, M. Nipan Abdul. (2000). Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Hakim. (2007). Majalah Akhbar. Bandung. ________

LN Yusuf, Syamsu. (2010). Psikologi Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakaya. Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Nurihsan, Ahmad Juntika dan Agudtin, Mubiar. (20011). Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: Refika Aditama. Rofiqoh, Husni. (2012). Majalah Akhbar. Bandung. Rofiqoh, Husni. (2011). Majalah Akhbar. Bandung.

Rudiyanto. (2010). Modul Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan PAUD. PG PAUD.

Sujiono. (2009). Online. Tersedia: http//www.docstoc/doc/docstoc_premium_ad_html. Sholehuddin,M. (1997). Konsep Dasar Pendididkan Prasekolah. UPI: Bandung.

Sembodo, Muhammad Ilham. San Imam. (2002). 27 Cara Menangani Emosi Anak. Depok: PT Luxima Metro Media.


(31)

Surakhmad, Winarno. (1990). Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Tafsir, Ahmad. (2002). Pendididkan Agama dalam Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ulwan, Abdullah Nasih. (1996). Mengembangkan Kepribadian Anak. Bandung: remaja

Rosdakarya.

Yulindrasari, Hani. (2010). Kompilasi Materi Perkuliahan Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak. Bandung: UPI.

Bukhori Muslim. (____). Al-jamiushohih Imam Bukhori . Daarul Fikri Zakaria, A. (2005). Al-hidayah. Garut: Ibnu Azka Press.


(1)

Weni Nuraeni Latifah,,2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93


(2)

Weni Nuraeni Latifah,,2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya tentang peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu: 1. Memperkenalkan nilai-nilai aqidah, yang berkaitan dengan dasar-dasar agama islam

dan ketauhidan. Dalam hal ini orang tua memperkenalkan kapada anak-anaknya bahwa Allah sebagai Tuhan mereka.

2. Memperkenalkan nilai-nilai ibadah, berkaitan dengan cara-cara beribadah yang sesuai denga ajaran agama Islam. Misalnya orang tua membiasakan anak-anaknya melaksanakan sholat yang lima waktu.

3. Meneladankan akhlaqul karimah, berkaitan dengan sikap atau perilaku sehari-hari supaya anak berperilaku baik sesuai dengan ajaran Islam.

Hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu:

1. Hambatan dari situasi dan kondisi tempat tinggal. 2. Kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana. 3. Perilaku anak yang kurang baik.

4. Keberadaan media cetak dan elektronik.


(3)

Weni Nuraeni Latifah,,2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian maka ada beberapa saran yang penulis ajukan yaitu sebagai berikut:

1. Saran untuk Orang tua

 Orang tua merupakan figur pertama bagi anak maka orang tua hendaklah

menjadi contoh atau teladan bagi anaknya.

 Orang tua hendaknya mengenalkan nilai-nilai agama sejak anak usia dini dan

sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak.

 Orang tua hendaknya mengajarkan nilai-nilai agama secara intensif kepada

anak supaya anak dapat merasakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 Orang tua hendaknya membimbing dan memperhatikan pendidikan

anak-anaknya, karena pendidikan yang diterima dari orang tuanyalah yang akan menjadi dasar pembinaan kepribadian anak.

2. Saran untuk sekolah

 Pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana beribadah yang memadai dan

sesuai dengan ajaran islam untuk mengenalkan nilai-nilai agama sejak dini.

 Mengadakan kerja sama antara orang tua dan sekolah supaya nilai-nilai agama

yang ditanamkan sejalan antara orang tua di rumah dengan lembaga pendidikan.


(4)

Weni Nuraeni Latifah,,2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

 Sekolah hendaknya mengajarkan nilai-nilai agama pada anak usia dini sesuai

dengan perkembangan dan karakteristik anak.

 Sekolah hendaknya memilih guru dengan selektif dan menambah wawasan

guru misalnya dengan diadakannya pelatihan-pelatihan supaya guru memiliki kualitas yang baik dalam pengetahuan agama.


(5)

1 Weni Nuraeni Latifah,2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Andhiani. (2007). Majalah Akhbar. Bandung.________

Aries, S Erna Febru.(2008). Penelitian Deskriptif .(Online). Tersedia: ardhana12.wordpress.com/2008/02/27. (21 juni 2012).

Crain, William. (2007). Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Zakiah. (1991). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. (1982). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama. (2007). Al-Quran dan Terjemahan. Bandung: Syamil Al-Quran. Gunarti, Winda. Suryani, Lilis dan Muis Azizah. (2008). Metode Pengembangan Perilaku

dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Halim, M. Nipan Abdul. (2000). Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Hakim. (2007). Majalah Akhbar. Bandung. ________

LN Yusuf, Syamsu. (2010). Psikologi Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakaya. Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Nurihsan, Ahmad Juntika dan Agudtin, Mubiar. (20011). Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: Refika Aditama. Rofiqoh, Husni. (2012). Majalah Akhbar. Bandung. Rofiqoh, Husni. (2011). Majalah Akhbar. Bandung.

Rudiyanto. (2010). Modul Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan PAUD. PG PAUD.

Sujiono. (2009). Online. Tersedia: http//www.docstoc/doc/docstoc_premium_ad_html. Sholehuddin,M. (1997). Konsep Dasar Pendididkan Prasekolah. UPI: Bandung.

Sembodo, Muhammad Ilham. San Imam. (2002). 27 Cara Menangani Emosi Anak. Depok: PT Luxima Metro Media.


(6)

2 Weni Nuraeni Latifah,2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Surakhmad, Winarno. (1990). Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Tafsir, Ahmad. (2002). Pendididkan Agama dalam Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ulwan, Abdullah Nasih. (1996). Mengembangkan Kepribadian Anak. Bandung: remaja

Rosdakarya.

Yulindrasari, Hani. (2010). Kompilasi Materi Perkuliahan Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak. Bandung: UPI.

Bukhori Muslim. (____). Al-jamiushohih Imam Bukhori . Daarul Fikri Zakaria, A. (2005). Al-hidayah. Garut: Ibnu Azka Press.