PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SDN Sindan

(1)

BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SDN Sindangraja di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

SUCI WULAN YULIANI 0903313

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SUMEDANG 2013


(2)

BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SDN Sindangraja di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)

Oleh

Suci Wulan Yuliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Suci Wulan Yuliani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

i

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 12

BAB II STUDI LITERATUR A. Hakikat Matematika 1. Pengertian Matematika ... 14

2. Pembelajaran Matematika ... 16

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 17

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar .... 18

5. Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar ... 20

B. Teori Belajar-Mengajar Matematika 1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 26

2. Teori Belajar Thorndike ... 29

3. Teori Belajar Skinner ... 30

4. Teori Belajar Ausubel ... 30

5. Teori Belajar Gagne ... 31

6. Teori Perkembangan Geometri Van Hiele ... 32

C. Tingkat Berpikir Matematis ... 33

D. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 35

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 38

E. Motivasi 1. Pengertian Motivasi ... 41

2. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik ... 42

3. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ... 43

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 44


(4)

ii F. Pendekatan Open-Ended

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ... 51

2. Pengertian Pendekatan Open-Ended ... 52

3. Ide Pendekatan Open-Ended ... 53

4. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 56

5. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 57

6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open-Ended ... 57

7. Masalah Open-Ended ... 58

8. Mengkonstruksi Masalah Open-Ended ... 59

9. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 62

10. Kriteria Evaluasi dalam Pembelajaran Open-Ended ... 65

G. Pembelajaran Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dengan Pendekatan Open-Ended ... 66

H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 69

I. Hipotesis ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 72

B. Subjek Penelitian 1. Populasi ... 73

2. Sampel ... 75

C. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan ... 76

2. Tahap Implementasi Pembelajaran ... 76

3. Tahap Analisis dan Penarikan Kesimpulan ... 77

D. Instrumen Penelitian 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 78

2. Instrumen Skala Sikap untuk Mengukur Motivasi Belajar ... 86

3. Format Observasi ... 88

4. Pedoman Wawancara ... 89

5. Jurnal Harian ... 90

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Data Kuantitatif ... 90

2. Data Kualitatif ... 97

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Data Kuantitatif ... 98

2. Analisis Data Kualitatif ... 145

B. Data Proses Pembelajaran 1. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 153


(5)

iii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 168

B. Saran ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 174

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 177


(6)

iv

2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran Matematika

Kelas V Semester 2 ... 19

2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 38

3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 79

3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas ... 80

3.3 Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 81

3.4 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 82

3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 84

3.6 Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 84

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 85

3.8 Daya Pembeda Butir Soal Tes kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 86 3.9 Validitas Tiap Butir Soal Skala Sikap untuk Mengukur Delapan Aspek Motivasi ... 88

3.10 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 94

4.1 Statistik Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Kedua Kelompok ... 99

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 100

4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 103

4.4 Analisis Uji-U pada Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 104

4.5 Statistik Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Kedua Kelompok ... 105

4.6 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 106

4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 109

4.8 Analisis Uji-t’ pada Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 110

4.9 Analisis Uji-U data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kelas Eksperimen ... 111

4.10 Analisis Uji-U data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kelas Kontrol ... 113

4.11 Statistik N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 116

4.12 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 117

4.13 Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 120


(7)

v

Kelompok ... 122

4.16 Hasil Uji Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 123

4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 125

4.18 Analisis Uji-t pada Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 126

4.19 Statistik Skor Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 127

4.20 Hasil Uji Normalitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 128

4.21 Hasil Uji Homogenitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 130

4.22 Analisis Uji-t pada Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 131

4.23 Analisis Uji-t Data Angket Awal dan Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 133

4.24 Analisis Uji-t Data Angket Awal dan Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 134

4.25 Statistik Nilai N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 137

4.26 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 138

4.27 Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 141

4.28 Analisis Uji-U pada Data N-Gain Motivasi Belajar Siswa ... 142

4.29 Koefisien Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 143

4.30 Koefisien Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 144

4.31 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru ... 146

4.32 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 148

4.33 Hasil Rangkuman Wawancara ... 148


(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes ... 80 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes ... 83 4.1 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen ... 101 4.2 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ... 101 4.3 Perbandingan Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 102 4.4 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen ... 107 4.5 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ... 107 4.6 Perbandingan Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 108 4.7 Rata-rata Skor Pretes dan Postes pada Kedua Kelompok ... 114 4.8 Hasil perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

pada Kelompok Eksperimen ... 115 4.9 Hasil perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

pada Kelompok Kontrol ... 115 4.10 Histogram Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen ... 118 4.11 Histogram Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ... 118 4.12 Perbandingan Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 119 4.13 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar

Siswa Kelompok Eksperimen ... 123 4.14 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar

Siswa Kelompok Kontrol ... 124 4.15 Perbandingan Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa


(9)

vii

4.17 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 129 4.18 Perbandingan Normalitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa

pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 130 4.19 Rata-rata Skor Angket Awal dan Angket Akhir pada Kedua Kelompok .. 135 4.20 Hasil perhitungan Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kelompok

Eksperimen ... 136 4.21 Hasil perhitungan Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kelompok

Kontrol ... 137 4.22 Histogram Hasil Uji Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen ... 139 4.23 Histogram Hasil Uji Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Siswa

Kelompok Kontrol ... 139 4.24 Perbandingan Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada


(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A ... 177

LAMPIRAN B ... 235

LAMPIRAN C ... 249

LAMPIRAN D ... 272

LAMPIRAN E ... 292

LAMPIRAN F ... 396

LAMPIRAN G ... 414


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia di sisi-Nya yang membedakannya dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya.

Manusia berpikir ketika memutuskan barang apa yang akan dibeli di toko, atau baju apa yang akan dipakai hari ini. Saat menulis makalah, menulis artikel, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, dan melakukan hal lainnya, manusia pun berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak untuk memahami sesuatu yang dialami, mencari jalan keluar dari permasalahanan yang sedang dihadapi, serta membuat suatu keputusan. Sejalan dengan pendapat Maulana (2008a) yang menyatakan bahwa berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia, yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, maupun untuk mencari pemahaman. Setiap orang melakukan proses berpikir dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari, juga dalam berkompetisi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Manusia dituntut berpikir untuk memecahkan masalah kehidupan sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan siap bertarung di dunia luar yang penuh persaingan yang sangat kompetitif. Semua itu membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif serta mempunyai kemauan bekerjasama.

Oleh karena itu program pendidikan yang dikembangkan perlu menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa yang dapat dilakukan melalui pembelajaran. Salahsatunya adalah dalam pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.


(12)

Kemajuan suatu negara tergantung pada upaya dari negara tersebut untuk mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang erat kaitannya dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang akan menjadi generasi penerus bangsa.

Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga kelak ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Mengembangkan bakat dan kemampuan siswa tidak hanya tergantung pada intelegensi (kecerdasan), melainkan juga kreativitas dan motivasi untuk berprestasi.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003 pasal 3 berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, para penyelenggara pendidikan di sekolah hendaknya berpegang pada prinsip bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, serta diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun motivasi, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran pada umumnya bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam berpikir dan membangun suasana komunikatif. Proses tersebut diarahkan pada peningkatan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa mampu memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Begitu pun pada pembelajaran matematika, dalam prosesnya harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam bermatematika.


(13)

Pembelajaran matematika umumnya disuguhkan dengan pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap perolehan pengetahuan yang dikonstruksi sendiri oleh siswa. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis cara yang diberikan guru tanpa inisiatif untuk menggunakan cara lain sesuai dengan pemikirannya. Siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara alternatif sendiri dalam memecahkan masalah matematika. Dengan pembelajaran yang demikian, tidak ada kesempatan atau dorongan bagi siswa untuk mengoptimalkan potensi dirinya, mengembangkan penalaran, maupun kreativitasnya. Pada hasilnya, kemampuan berpikir kreatif siswa kurang teroptimalkan dalam pembelajaran matematika.

Kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini terlihat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga OECD (Organization

for Economic Cooperation and Development) pada studi PISA (Programme for International Student Assessment). Penelitian tersebut dilakukan terhadap ribuan

siswa dunia yang berada pada jenjang akhir pendidikan dasar. PISA adalah suatu studi internasional yang salah satu kegiatannya adalah menilai kemampuan matematika siswa di suatu negara yang dilakukan setiap tiga tahun sekali sejak tahun 2000 (Wardhani, 2011).

Siswa Indonesia selalu menduduki peringkat 10 terbawah di antara negara-negara peserta dalam setiap partisipasinya pada PISA. Wardhani (2011), mengatakan bahwa Indonesia pada tahun 2006 menduduki peringkat 52 dari 57 negara, dan pada tahun 2009 menempati peringkat 61 dari 65 negara.

Salah satu soal matematika yang diujikan dalam PISA menyajikan soal yang melatih kemampuan berpikir kreatif, dan hasilnya hanya 11% yang menjawab benar dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti tes. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa kurang terbiasa menyelesaikan soal yang melatih munculnya kreativitas dalam rangka membuat kesimpulan. Penyebab lain adalah siswa kurang terbiasa melakukan proses pemecahan masalah dengan benar, yaitu dengan tahapan memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah dan mengecek hasil pemecahan masalah.


(14)

Pemikiran yang dilakukan dalam pembelajaran matematika saat ini pada umumnya hanya menekankan pada keterampilan analisis, mengajarkan bagaimana siswa memahami konsep-konsep, mengikuti atau menciptakan argumen logis, menggambarkan jawaban, mengeliminasi jalur yang tidak benar dan fokus pada jalur yang benar. Jenis berpikir lain seperti berpikir kreatif matematis yang fokus pada penggalian ide-ide, memunculkan kemungkinan-kemungkinan, dan mencari banyak jawaban benar, kurang diperhatikan dalam pembelajaran matematika.

Kebutuhan akan kreativitas dirasakan pada setiap kegiatan manusia. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi). Munandar (2004) mengatakan bahwa cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dengan adanya kreativitas yang diimplementasikan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan ide tersebut dapat digunakan untuk bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah.

Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif perlu dibiasakan. Menurut Maulana (2008a), berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang baru, membentuk kombinasi baru dari beberapa konsep yang sudah dikuasi sebelumnya, serta memunculkan solusi yang tidak biasa tetapi berguna.

Dalam mengarungi kehidupan yang senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan, manusia dituntut untuk mampu memecahkannya dengan berpikir kreatif. Kemampuan memandang sesuatu dengan cara berbeda dalam memecahkan masalah yang merupakan aspek dalam pemecahan masalah secara kreatif, akan membentuk siswa yang dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa lain.

Kemampuan berpikir kreatif dikembangkan oleh otak kanan. Kemampuan ini dibutuhkan agar siswa mampu menciptakan atau menyusun hal baru dari informasi awal, atau dasar yang telah dibuktikan kebenarannya sebelumnya.


(15)

Sejalan dengan pendapat Musbikin (Maulana, 2008a) yang mengartikan berpikir kreatif sebagai kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang sudah ada dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Munandar (2004) menyebutkan kemampuan berpikir kreatif matematis meliputi indikator berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (originality), berpikir terperinci (elaboration), dan perumusan kembali (evaluation).

Kemampuan berpikir kreatif dalam bermatematika disebut kemampuan berpikir kreatif matematis. Berpikir kreatif matematis dapat diartikan sebagai suatu proses yang digunakan ketika seseorang memunculkan suatu ide baru dalam melakukan keterampilan matematika. Hal itu menggabungkan ide-ide yang sebelumnya belum pernah dilakukan atau diperoleh.

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Mereka menganggap mata pelajaran matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sukar untuk disukai dan dipahami, sehingga tidak ada kemauan untuk mempelajarinya. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab kurangnya motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Menurut Asriani (2012), faktor yang menyebabkan matematika sebagai pelajaran yang menakutkan diantaranya adalah proses pembelajaran yang kurang menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran bercorak teacher centered, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran seorang guru, siswa cenderung pasif dan tidak berperan selama proses pembelajaran. Asriani (2012) menambahkan bahwa dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar, yakni pembelajaran yang bermula dari rumus, menghafalnya, kemudian diterapkan dalam contoh soal.

Kurangnya motivasi siswa tersebut akan berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal dan kurang berkembangnya kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa seletah melakukan proses pembelajaran di sekolah, sehingga motivasi belajar sangatlah penting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran


(16)

matematika. Motivasi belajar adalah suatu kekuatan, tenaga, atau daya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri individu, yang mendorong individu tersebut untuk belajar. Sejalan dengan pendapat Dalyono (2009) yang mengatakan bahwa motivasi adalah penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar.

Munandar (Tarnoto dan Purnamasari, 2009) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif yaitu sebagai berikut ini.

1. Aspek kognitif (faktor kemampuan berpikir) yang terdiri dari kecerdasan (intelegensi), dan memperbanyak bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan.

2. Aspek non kognitif yang terdiri dari sikap, motivasi, nilai, dan ciri kepribadian lain yang berinteraksi dengan lingkungan. Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat mandiri, dan berani dalam mengambil resiko.

Berdasarkan pendapat di atas, peningkatan motivasi belajar siswa akan memberikan pengaruh besar pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa bukanlah hal yang mudah, begitu pun meningkatkan motivasi belajarnya. Diperlukan cara agar kedua hal tersebut dapat dikembangkan secara optimal. Dalam pembelajaran matematika, kemungkinan cara konvensional dengan metode ceramah tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, begitupun kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Perubahan pendekatan pembelajaran sangatlah perlu, karena melalui pendekatan tersebut dapat ditemukan bagaimana caranya agar siswa mampu memahami konsep, prinsip, prosedur, serta fakta yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang disajikan dalam pembelajaran.

Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa termasuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended tampaknya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selain itu, lingkungan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan juga akan


(17)

merangsang memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dan beraktivitas secara optimal dalam pembelajaran.

Pendekatan open-ended merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak penyelesaian (banyak jawaban yang benar) dan cara-cara penyelesaian yang beragam (Shimada, dalam Alhadad, 2010). Melalui pendekatan pembelajaran

open-ended diharapkan keingintahuan siswa akan muncul, karena masalah yang

diberikan tersebut dapat menciptakan situasi yang menimbulkan tantangan bagi mereka, sehingga siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Permasalahan yang memiliki banyak jawaban dan banyak cara penyelesaian yang disajikan oleh pendekatan open-ended diharapkan akan mampu merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ke arah berpikir kreatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Melalui pendekatan open-ended potensi intelektual siswa dapat terarahkan secara proaktif dalam proses menemukan sesuatu yang baru, serta siswa akan diberi kesempatan untuk berpikir kreatif sesuai dengan minat dan kemampuannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nohda (Syafruddin, 2008) yang mengatakan bahwa tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa.

Salah satu materi dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Di samping memperoleh pengetahuan dan keterampilan bermatematika (berhitung dan lainnya), materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dapat menimbulkan rasa ingin tahu serta menumbuhkan motivasi dan kreativitas siswa.

Mengingat pentingnya motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa untuk terus dioptimalkan, temuan pembelajaran matematika yang kurang mengoptimalkan pengembangan kedua hal tersebut, keunggulan materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar, serta kelebihan pendekatan open-ended dalam proses pembelajaran matematika. Sebagai upaya konkret untuk menciptakan suasana belajar yang berpusat pada aktivitas siswa, menyenangkan dan menantang, serta menciptakan pembelajaran yang dapat


(18)

meningkatkan level berpikir matematis siswa, maka dilakukanlah penelitian

dengan judul: “Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SD Sindangraja di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)”.

B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, muncul suatu rumusan masalah umum yang akan diteliti dan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu untuk diketahui apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi siswa pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar? Secara lebih rinci rumusan masalah tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar?

2. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar?

3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh

pendekatan konvensional?

4. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada


(19)

5. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar?

6. Apakah peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pendekatan konvensional?

7. Adakah hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended?

8. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended?

9. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan open-ended?

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam, penelitian difokuskan pada penerapan pendekatan open-ended. Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti dalam penelitian ini adalah originality dan elaboration. Penelitian ini dibatasi hanya pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang semester genap tahun ajaran 2012-2013 pada pokok bahasan Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang. Pemilihan materi tersebut didasarkan pada hal-hal sebagai berikut ini.

1. Materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar ditujukan agar siswa dapat merumuskan masalah, menerapkan strategi pemecahan masalah, menjelaskan/menginterpretasikan hasil, menyusun model matematika, dan menggunakan matematika secara bermakna yang berkaitan dengan bangun datar.

2. Siswa diharapkan mampu menerapkan kemampuan matematisnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan bangun datar, baik untuk saat ini maupun di kemudian hari.

3. Di samping memperoleh pengetahuan dan keterampilan bermatematika (berhitung dan lainnya), materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan


(20)

bangun datar dapat menimbulkan rasa ingin tahu serta menumbuhkan motivasi dan kreativitas siswa.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan khusus sebagai berikut ini.

1. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.

2. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.

3. Mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pendekatan

konvensional.

4. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.

5. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.


(21)

6. Mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pendekatan konvensional

7. Mengetahui adanya hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

8. Memperoleh gambaran mengenai respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

9. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan open-ended.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi berbagai pihak, baik siswa, guru, sekolah, pembaca, maupun peneliti lain. Adapun manfaat bagi masing-masing pihak adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajarnya. Serta dapat merasakan perbedaan suasana pembelajaran pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dengan menggunakan pendekatan open-ended. 3. Bagi Guru Matematika SD

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bahwa pendekatan

open-ended dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan


(22)

4. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan sekolah dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

5. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pendekatan open-ended dan pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran matematika di SD.

6. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang terkait dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan

open-ended.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak penyelesaian (banyak jawaban yang benar) dan cara-cara penyelesaian yang beragam.

2. Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang baru, membentuk kombinasi baru dari beberapa konsep yang sudah dikuasi sebelumnya, serta memunculkan solusi yang tidak biasa tetapi berguna.

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis adalah kemampuan matematis dalam berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (originality), berpikir terperinci (elaboration), dan perumusan kembali (evaluation). Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini adalah: a) Berpikir orisinal (originality) yaitu kemampuan memberikan gagasan yang baru dan unik dalam menyelesaikan masalah matematika. b) Berpikir


(23)

terperinci (elaboration) yaitu kemampuan menyempurnakan atau memperbaiki suatu jawaban dari masalah matematika.

4. Motivasi Belajar adalah suatu kekuatan, tenaga, atau daya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri individu, yang mendorong individu tersebut untuk belajar. Indikator motivasi belajar dalam penelitian ini adalah: a) Durasi kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan. b) Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu. c) Persistensi, yaitu ketepatan dan kelekatan waktu pada tujuan kegiatan belajar. d) Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan belajar. e) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan berupa uang, tenaga, pikiran atau jiwa untuk mencapai tujuan. f) Tingkat aspirasi, yaitu maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. g) Tingkatan kualifikasi prestasi, produk, atau output yang dicapai dari kegiatan. h) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

5. Pemecahan Masalah yang berhubungan dengan Bangun Datar adalah merumuskan masalah, menerapkan strategi pemecahan masalah, menjelaskan/ menginterpretasikan hasil, menyusun model matematika, dan menggunakan matematika secara bermakna yang berhubungan dengan konsep bangun datar. 6. Pendekatan Konvensional adalah pendekatan yang biasa digunakan dalam

pembelajaran matematika pada suatu kelas. Pendekatan konvensional dalam penelitian ini adalah guru menjelaskan materi menggunakan metode ceramah, memberikan contoh soal, kemudian memberikan soal latihan kepada siswa sesuai dengan contoh yang diberikan.


(24)

72 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel penelitian. Variabel-variabel yang dimaksud yaitu penerapan pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika sebagai variabel bebas, serta kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat. Berdasarkan karakteristiknya, maka penelitian ini tergolong ke dalam penelitian eksperimen. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat (Maulana, 2009:20). Dalam penelitian ini, dilakukan suatu manipulasi terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended, kemudian diamati perubahan yang terjadi pada kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi siswa terhadap materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.

Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini.

1. Membandingkan dua kelompok atau lebih.

2. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).

3. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.

4. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. 5. Menggunakan statistika inferensial.

6. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). 7. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.

Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan pemilihan secara acak. Pada kedua kelas tersebut dilakukan pretest untuk mengukur kesetaraan kemampuan awal subjek penelitian. Selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dan pada kelas kontrol diberikan


(25)

pembelajaran konvensional seperti biasanya kelas tersebut belajar. Pada akhir tindakan, kedua kelas diberikan posttest untuk melihat perbedaan hasil peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kedua kelas tersebut setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Selain pretest dan posttest, kelas eksperimen dan kelas kontrol juga diminta untuk mengisi angket motivasi belajar pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kemudian, dari kedua kelas tersebut akan dibandingkan peningkatan motivasi belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitiannya adalah berupa desain kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design).

Sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50), “Pada jenis desain eksperimen ini terjadi pengelompokan secara acak (A), adanya pretes (0), dan adanya postes (0). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan biasa (X2), sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan (X1)”. Adapun bentuk desain penelitiannya sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50) adalah sebagai berikut ini.

A A

0 0

� �

0 0

Keterangan:

A : Pemilihan secara acak 0 : Pretest dan posttest

X1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended X2 : Pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Menurut Maulana (2009: 25-26), populasi adalah sebagai berikut ini. a. Keseluruhan subjek atau objek penelitian.

b. Wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(26)

c. Seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu. d. Semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

dirumuskan secara jelas.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD se-Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang tergolong dalam level sekolah tinggi. Level sekolah ditetapkan berdasarkan nilai hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SD/MI Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2011-2012, yang diperoleh dari UPTD TK/SD Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang (daftar SD terlampir). Menurut Sugiyono (2008: 180) untuk menentukan jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba. Berdasarkan ketentuan tersebut, dari 36 SD di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang terdapat 10 SD berada pada level sekolah tinggi, 16 SD berada pada level sekolah sedang, dan 10 SD berada pada level sekolah rendah. Populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian

No NAMA SEKOLAH

JUMLAH NILAIN UJIAN

AKHIR

RANKING No NAMA SEKOLAH

JUMLAH NILAIN UJIAN

AKHIR

RANKING

1 SUKAMAJU 26.78 1 19 RANCAMULYA 24.25 19

2 MARGAMULYA 26.05 2 20 TEGALKALONG III 24.19 20

3 SINDANGRAJA 25.72 3 21 SUKALUYU 24.17 21

4 SUKAMULYA 25.7 4 22 PADASUKA I 24.11 22

5 PANYINGKIRAN II 25.3 5 23 TALUN 24.06 23

6 PANYINGKIRAN I 25.26 6 24 BENDUNGAN II 24.02 24

7 JATIHURIP 25.14 7 25 PADASUKA II 23.86 25

8 CILENGKRANG 25.11 8 26 PANYINGKIRAN III 23.84 26

9 SINDANGIV 24.93 9 27 SUKAWENING 23.78 27

10 TEGALKALONG II 24.8 10 28 SINDANG II 23.59 28

11 SINDANG III 24.7 11 29 SUKAKERTA 23.54 29

12 KARAPYAK I 24.66 121 30 BENDUNGAN I 23.4 30

13 TEGALKALONG I 24.5 31 31 PADASUKA IV 23.35 31

14 PADAMULYA 24.47 4 32 BABAKAN HURIP 22.94 32

15 LEMBURSITU 24.42 15 33 RANCAPURUT 22.85 33

16 PAMARISEN 24.38 16 34 PADASUKA III 22.1 34

17 SINDANG I 24.37 17 35 GUNUNGSARI 21.8 35


(27)

2. Sampel

Mengingat populasi yang diambil ukurannya cukup besar, serta untuk mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Maulana, 2009: 26). Semakin baik pengumpulan sampel, maka hasil penelitian yang dilakukan akan semakin mendekati kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, sampel yang diambil harus bisa mewakili subjek lain yang tidak terambil. Dengan kata lain, ukuran sampel yang diambil harus memenuhi kaidah representatif. Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel minimum yang representatif untuk penelitian eksperimen, yaitu 30 subjek per kelompok.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dua kelas dari dua sekolah berbeda yang berasal dari 10 SD dengan level sekolah tinggi, lalu satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Dengan pertimbangan bahwa siswa kelas V dari kedua SD tersebut homogen dalam kemampuan dasar matematisnya. Dari seluruh SD yang berada pada level sekolah tinggi dilakukanlah pemilihan secara acak, dan terpilih SDN Sidang IV dan SDN Sindangraja sebagai tempat penelitian. Selanjutnya dilakukan pemilihan kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan terpilihlah SDN Sindang IV sebagai kelas eksperimen dan SDN Sindangraja sebagai kelas kontrol.

SDN Sindang IV dan SDN Sindangraja ini selain menjadi sekolah dasar yang unggul di tingkat Kecamatan, ternyata merupakan sekolah dasar yang unggul juga di tingkat Kabupaten. Hal tersebut terlihat berdasarkan data nilai hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SD/MI Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2011-2012, yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, dari 604 SD di Kabupaten Sumedang, terdapat 163 SD berada pada level sekolah tinggi, 278 SD berada pada level sekolah sedang, dan 163 SD berada pada level sekolah rendah, dan kedua sekolah tersebut termasuk dalam 163 SD yang berada pada level sekolah tinggi.


(28)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sindang IV sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas V SDN Sindangraja sebagai kelas kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini secara umum terbagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan, tahap implementasi pembelajaran, serta tahap analisis dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih rinci mengenai tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi pendahuluan tentang kemampuan berpikir kreatif matematis,

motivasi belajar, dan pendekatan open-ended.

b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.

c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian serta meminta penilaian ahli untuk melakukan validasi.

d. Melaksanakan uji coba instrumen tes.

e. Menganalisis uji coba instrumen tes dan meminta pendapat ahli untuk memperbaiki instrumen sebelum eksperimen dilakukan.

2. Tahap Implementasi Pembelajaran

Tahapan implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

open-ended mengikuti langkah-langkah sebagai berikut ini.

a. Memilih secara acak dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

b. Memberikan pretest, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum pembelajaran dilakukan.

c. Memberikan skala sikap, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk mengukur motivasi belajar siswa sebelum pembelajaran dilakukan.


(29)

d. Mengolah data hasil pretest untuk memperlihatkan bahwa data tersebut normal dan homogen atau tidak.

e. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended terhadap kelas eksperimen sebanyak tiga pertemuan dengan total alokasi waktu 6 × 35 menit, dan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional terhadap kelas kontrol sebanyak tiga pertemuan dengan total alokasi waktu 6 × 35menit.

f. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi.

g. Memberikan posttest, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah pembelajaran dilakukan.

h. Memberikan skala sikap, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk mengukur peningkatan motivasi belajar siswa setelah pembelajaran dilakukan.

i. Meminta siswa untuk membuat jurnal harian mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

j. Memberikan skala sikap dan melakukan wawancara terhadap siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended.

k. Menguji hipotesis.

3. Tahap Analisis dan Penarikan Kesimpulan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut ini. a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.

b. Melakukan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

c. Membuat tafsiran dan kesimpulan hasil penelitian dari data kuantitatif, yaitu mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa. d. Membuat tafsiran dan kesimpulan hasil penelitian dari data kualitatif, yaitu

mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended.


(30)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis, skala sikap untuk mengukur motivasi belajar, format observasi kinerja guru, format observasi aktivitas siswa, wawancara dan jurnal. Uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut ini.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Tes kemampuan berpikir kreatif matematis ini berbentuk uraian yang berfungsi untuk mengungkap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Materi yang diteskan yaitu materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Tes ini terbagi menjadi dua bagian, ada pretest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dan posttest yang digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Karakteristik setiap soal pada pretest dan

posttest adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Dalam penyusunan tes kemampuan berpikir kreatif matematis, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal, dan pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan adalah tes berbentuk uraian yang terdiri dari delapan butir soal, dengan tujuan agar indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diukur dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal tes.

Untuk mengukur ketepatan (validitas) isi soal yang dibuat, sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada ahli dalam pembuatan soal, dalam hal ini dosen pembimbing. Selain validitas isi, konsultasi juga dilakukan untuk mengetahui adanya validitas muka, dalam arti bentuk soal dalam tes hasil belajar yang digunakan memang tepat untuk diberikan kepada subjek penelitian.

Agar memenuhi kriteria sebagai instrumen tes yang baik, maka sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen tes ini diujicobakan agar dapat diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Tes kemampuan berpikir kreatif matematis ini diujicobakan kepada siswa kelas


(31)

VI SD Sindangraja yang telah memperoleh pembelajaran mengenai pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar sebelumnya. Penjelasan mengenai teknik pengolahan data tes kemampuan berpikir kreatif matematis adalah sebagai berikut ini.

a. Validitas Instrumen

Untuk menentukan tingkat (kriteria) validitas tiap butir soal instrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus Product moment dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) dengan formula sebagai berikut ini.

=

∑ −(∑ ) (∑ )

∑ 2 2 . ( 22 ) Keterangan:

= Koefisien korelasi antara dan = Banyaknya peserta tes

= Nilai hasil uji coba

= Nilai rata-rata ulangan harian siswa

Formula di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal masih menggunakan product moment raw score, tetapi variabel untuk jumlah skor soal yang dimaksud dan variabel untuk skor total soal tes hasil belajar.

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dalam Sukjaya, 1990: 147) sebagai berikut ini.


(32)

Tabel 3.2

Kalsifikasi Koefisien Korelasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < 0,80 Validitas tinggi 0,40 < 0,60 Validitas sedang 0,20 < 0,40 Validitas rendah 0,00 < 0,20 Validitas sangat rendah

0,00 Tidak valid

Setelah melakukan ujicoba dan perhitungan, diperoleh nilai sebesar 0,631 dan validitas soal secara keseluruhan termasuk ke dalam kriteria validitas tinggi (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows, dengan hasilnya tampak pada Gambar 3.1.

Correlations

Nilai_Uji_coba Nilai_Harian

Nilai_Uji_coba Pearson Correlation 1 .631**

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

Nilai_Harian Pearson Correlation .631** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

Gambar 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes

Selanjutnya dilakukan perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis, dan untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi dilakukan uji-t, dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2010: 146):

= −2 1− 2


(33)

Keterangan: = Daya beda

= Koefisien korelasi antara dan = Banyaknya subjek

Uji- ini dilakukan untuk melihat apakah antara dua variabel terdapat hubungan yang signifikan atau tidak. Rumusan hipotesisnya adalah:

H0 : �= 0, tidak ada hubungan yang signifikan (tidak valid) H1 :� ≠0, ada hubungan yang signifikan (valid)

H0 diterima jika | ℎ� | . Dalam keadaan lain H0 ditolak.

Untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematis dengan taraf signifikansi

� = 0,05 dan derajat kebebasan −2 = 77, nilai yang diperoleh berdasarkan tabel adalah (0,950; 77) = 1,67. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

No. Soal

Koefisien

Korelasi Interpretasi Keterangan

1 0,19 Sangat rendah 1,70 Valid

2 0,37 Rendah 3,76 Valid

3 0,64 Tinggi 9,51 Valid

4 0,60 Tinggi 8,23 Valid

5 0,64 Tinggi 9,51 Valid

6 0,66 Tinggi 10,26 Valid

7 0,73 Tinggi 13,71 Valid

8 0,33 Rendah 3,25 Valid

Dari delapan butir soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut diperoleh satu soal (nomor 1) dengan validitas sangat rendah, dua soal (nomor 2 dan 8) dengan validitas rendah, dan lima soal (nomor 3, 4, 5, 6, dan 7) dengan validitas tinggi. Selanjutnya dari hasil uji- semua butir soal memiliki ℎ� >


(34)

sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa semua soal memiliki korelasi yang signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

b. Reliabilitas

Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh, seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang lainnya (Maulana, 2009: 45). Untuk mengukur reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut:

11

=

1

1−∑ 2 2

Keterangan:

11 = koefisien korelasi reliabilitas n = banyaknya butir soal

�2 = varians skor setiap butir soal 2 = varians skor total

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177), seperti yang tampak pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Kalsifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < 11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < 11 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < 11 0,40 Reliabilitas rendah

11 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan perhitungan dengan program SPSS 16.0 for windows, diperoleh koefisien reliabilitas 11 = 0,708, yang diinterpretasikan bahwa tes


(35)

kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut memiliki reliabilitas tinggi (perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen terlampir), dengan hasilnya tampak pada Gambar 3.2.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100.0

Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.708 2

Gambar 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes

c. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

��

=

� �

Keterangan:

�� = Tingkat/indeks kesukaran = Rata-rata skor setiap butir soal

� � = Skor maksimum ideal

Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213):


(36)

Tabel 3.5

Kalsifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi ��= 0,00 Terlalu Sukar 0,00 <�� 0,30 Sukar 0,30 <�� 0,70 Sedang 0,70 <�� 1,00 Mudah

��= 1,00 Terlalu Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program excel (perhitungan tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen terlampir), diketahui tingkat kesukaran untuk setiap butir soal seperti yang disajikan dalam Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Instrumen

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

No. Soal IK Tafsiran

1 2,01 0,67 Sedang

2 1,06 0,26 Sukar

3 4,41 0,55 Sedang

4 4,34 0,54 Sedang

5 1,49 0,37 Sedang

6 1,07 0,27 Sukar

7 2,82 0,47 Sedang

8 1,57 0,52 Sedang

Berdasarkan tabel di atas, terdapat enam butir soal (nomor 1, 3, 4, 5, 7, dan 8) memiliki tingkat kesukaran yang sedang, dan dua butir soal (nomor 2 dan 6) memiliki tingkat kesukaran yang sukar. Tidak terdapat soal yang mudah karena perangkat tes tersebut mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yang merupakan kemampuan matematis tingkat tinggi.


(37)

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

��

=

� �

Keterangan:

�� = Daya pembeda

= Rata-rata skor kelompok atas = Rata-rata skor kelompok bawah

� � = Skor maksimum ideal

Terlebih dahulu subjek diurutkan dari skor tertinggi ke skor terendah, kemudian dikelompokkan dengan porsi 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah (Suherman dan Sukjaya, 1990: 204). Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202):

Tabel 3.7

Kalsifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

�� 0,00 Sangat Jelek 0,00 <�� 0,20 Jelek 0,20 <�� 0,40 Cukup 0,40 <�� 0,70 Baik 0,70 <�� 1,00 Sangat Baik

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program excel (perhitungan daya pembeda hasil uji coba instrumen terlampir), diketahui daya pembeda untuk setiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Daya Pembeda Butir Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


(38)

1 2,33 1,71 0,21 Cukup

2 1,38 0,86 0,13 Jelek

3 6,33 2,14 0,52 Baik

4 5,43 3,05 0,29 Cukup

5 2,33 0,62 0,43 Baik

6 2,38 0,00 0,59 Baik

7 4,50 0,81 0,62 Baik

8 2,52 1 0,51 Baik

Dari tabel tersebut tampak bahwa satu butir soal (nomor 2) memiliki daya pembeda jelek, dua butir soal (nomor 1 dan 4) memiliki daya pembeda cukup, dan lima butir soal (nomor 3, 5, 6, 7, dan 8) memiliki daya pembeda baik. Butir soal nomer 2 dengan daya pembeda jelek tetap dipakai dalam penelitian, karena daya pembeda butir soal tersebut jelek disebabkan oleh soal yang terlalu sukar, baik siswa unggul maupun siswa asor sama-sama tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Soal sukar tersebut dipakai karena perangkat tes dalam penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yang merupakan kemampuan matematis tingkat tinggi.

2. Instrumen Skala Sikap untuk Mengukur Motivasi Belajar

Skala sikap terdiri dari sekumpulan pernyataan yang setiap orang diminta untuk memberikan respon atasnya (Maulana, 2009: 38-39). Pola dari respon-respon selanjutnya dipandang sebagai bukti dari satu atau lebih sikap yang mendasari. Instrumen skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur delapan aspek motivasi belajar siswa baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan.

Instrumen ini diberikan dua kali sebagai angket awal dan angket akhir. Pada angket awal, instrumen digunakan untuk mengukur delapan aspek motivasi belajar siswa sebelum pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada angket akhir, instrumen digunakan untuk mengukur


(39)

peningkatan delapan aspek motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Bentuk skala sikap yang digunakan adalah Skala Sikap Likert. Alternatif jawaban yang diberikan ada lima buah, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk setiap pernyataan yang bersifat positif adalah 5 (SS), 4 (S), 3 (R), 2 (TS), dan 1 (STS). Sementara pemberian skor untuk setiap pernyataan yang bersifat negatif adalah 1 (SS), 2 (S), 3 (R), 4 (TS), dan 5 (STS). Dengan kata lain, semakin siswa menyetujui suatu pernyataan positif semakin bagus, dan semakin siswa tidak menyetujui pernyataan negatif semakin bagus. Skala sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan dari Format Skala Sikap untuk Mengukur 8 Aspek Motivasi (Maulana, 2009).

Untuk mengetahui reliabilitas skala sikap ini digunakan rumus Cronbach Alpha. Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program excel (perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen terlampir), diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,659 yang menandakan bahwa instrumen skala sikap untuk mengukur delapan aspek motivasi ini memiliki reliabilitas tinggi. Untuk mengetahui validitas setiap butir soal skala sikap ini digunakan rumus Product moment dari Pearson (perhitungan validitas butir soal hasil uji coba instrumen terlampir), selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi dengan taraf signifikansi �= 0,05, derajat kebebasan −2 = 75, dan nilai yang diperoleh berdasarkan tabel adalah

(0,950; 75) = 1,67. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 3.9 sebagai berikut

ini.

Tabel 3.9

Validitas Tiap Butir Soal

Skala Sikap untuk Mengukur 8 Aspek Motivasi


(40)

Soal Korelasi

1 0,49 Sedang 4,86 Valid

2 0,26 Rendah 2,33 Valid

3 0,42 Sedang 4,01 Valid

4 0,42 Sedang 4,01 Valid

5 0,51 Sedang 5,13 Valid

6 0,55 Sedang 5,70 Valid

7 0,49 Sedang 4,87 Valid

8 0,37 Rendah 3,45 Valid

9 0,49 Sedang 4,86 Valid

10 0,28 Rendah 2,53 Valid

11 0,44 Sedang 4,24 Valid

12 0,31 Rendah 2,82 Valid

13 0,41 Sedang 3,89 Valid

14 0,45 Sedang 4,36 Valid

15 0,62 Tinggi 6,84 Valid

3. Format Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan (Maulana, 2009: 35). Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran baik saat di kelas maupun di luar kelas. Aktivitas ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu, partisipasi, kerjasama, dan motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0–3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau kurang (K). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3 Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6 Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9

Selain aktivitas siswa, observasi juga dilakukan terhadap kinerja guru mulai dari tahapan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga


(41)

evaluasi yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Sama halnya dengan observasi aktivitas siswa, pada observasi kinerja guru juga diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Format observasi kinerja guru yang digunakan pada penelitian ini merupakan pengembangan dari Format Observasi Kinerja Guru (Nurhayati, 2010). Aspek yang diukur dalam observasi kinerja guru ini terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Setiap kegiatan diukur dengan skor pada rentang 0-3 (format observasi kinerja guru beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing kegiatan dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran sangat baik (A), baik (B), cukup (C), atau kurang (D). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi kinerja guru adalah sebagai berikut ini.

Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100% Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80% Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60% Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40% Sangat Kurang (SK) = indikator yang muncul 0 - 20%

4. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data yang sering digunakan dalam hal kita ingin mengorek sesuatu yang belum bisa terungkap dengan jelas oleh instrumen lain (Ruseffendi, dalam Maulana, 2009). Bentuk wawancara merupakan dialog antara pewawancara dengan yang diwawancara. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara untuk siswa (pedoman wawancara terlampir), isinya terkait dengan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended yang telah dilakukan.

5. Jurnal Harian

Jurnal harian siswa adalah karangan singkat yang berkenaan dengan pembelajaran yang dibuat oleh siswa pada akhir pembelajaran. Tujuan


(42)

diberikannya jurnal harian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended (format jurnal harian terlampir).

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, pedoman wawancara dan jurnal harian. Adapun data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan skala sikap untuk mengukur motivasi belajar siswa. Analisis data kualitatif dimulai dengan mengelompokkan data ke dalam kategori tertentu. Data yang diperoleh diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dianalisis. Selanjutnya sebagian data yang terkait dengan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.

1. Data Kuantitatif

Analisis dan pengolahan data kuantitatif pada penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut ini.

a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Analisis data kuantitatif dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor

pretest, skor posttest, dan indeks gain. Hasil uji statistik terhadap skor pretest

akan memperlihatkan bahwa kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Hasil uji statistik terhadap skor posttest akan memperlihatkan bagaimana peningkatannya. Selanjutnya, nilai rata-rata indeks gain dilihat untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas.

Langkah-langkah pengolahan data tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pertama-tama adalah dengan menentukan rata-rata setiap kelompok untuk mengetahui rata-rata hitung kedua kelompok. Kemudian menghitung simpangan baku pada setiap kelompok untuk mengetahui penyebaran kelompok. Setelah itu menguji normalitas dari distribusi masing-masing


(43)

kelompok. Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas kedua kelompok. Jika kedua kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji non-parametik. Setelah normalitas dan homogenitas terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t. Untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan data, semua pengujian statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows.

Untuk lebih rinci mengenai pengolahan data hasil pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis adalah sebagai berikut ini.

1) Menghitung rata-rata skor pretes dan postes kedua kelompok dengan rumus sebagai berikut ini.

=

(Maulana, 2008b: 79) Keterangan:

= rata-rata � = skor ke-�

= banyak data

2) Menghitung simpangan baku skor dari hasil pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus sebagai berikut ini.

= ∑( � − )

2 −1

(Maulana, 2008b: 124) Keterangan:

= simpangan baku = rata-rata

� = skor ke-� = banyak data


(1)

171

membuat motivasi belajar yang tinggi, tidak cukup hanya dengan memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis tinggi yang diperoleh dari pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended, masih banyak kemampuan berpikir tingkat tinggi lain yang perlu ditingkatkan lagi, selain itu ada juga faktor lain yang dapat mempengaruhinya.

8. Sebagian besar siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended. Hal ini terlihat dari respon yang tertuang dalam jurnal harian siswa dan dari hasil wawancara. Dalam jurnal maupun wawancara tersebut, banyak siswa memberikan tanggapan bahwa mereka merasa senang dengan pemberian LKS berisi masalah terbuka yang dikerjakan secara berkelompok, melakukan permainan, dan mendapat penghargaan juga hadiah, yang semua itu mereka alami pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended. 9. Faktor-faktor yang dapat mendukung pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan open-ended di antaranya yaitu kinerja guru yang optimal dalam membuat perencanaan yang baik, melakukan persiapan yang matang, menyusun masalah terbuka yang tepat dan menarik, memberikan LKS yang menyajikan masalah terbuka, menyediakan kegiatan diskusi kelompok, membahas masalah terbuka tersebut berdasarkan kontribusi siswa, menyelipkan kegiatan menarik seperti permainan yang sesuai, dan pemberian reward yang tepat. Selain itu, aktivitas siswa yang cenderung dalam kategori baik, dan peran aktif siswa yang positif saat mengeksplorasi materi maupun selama pembelajaran berlangsung, dapat mendukung pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended tersebut. Adapun hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended di antaranya adalah kesulitan dalam membuat soal-soal (masalah terbuka) pada LKS yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dan kesulitan dalam membuat setiap kelompok untuk aktif berdiskusi bersama seluruh anggota kelompoknya yang memiliki karakter dan kemampuan berbeda.


(2)

Kesimpulan secara umum dari penelitian ini yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bagian terdahulu, saran yang dapat diberikan di antaranya adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi Guru Matematika

Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika di SD. Tidak hanya pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar, sebaiknya dilakukan pada materi yang lain dalam matematika. Bagi guru matematika yang tetap mempertahankan pendekatan konvensional dalam pembelajaran matematika, sebaiknya pembelajaran tersebut dilaksanakan sebaik mungkin dengan perencanaan yang baik, persiapan yang matang, penyusunan soal latihan yang tepat, dan penyajian materi yang menarik juga melibatkan partisipasi aktif siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

2. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended, sebaiknya siswa mampu lebih mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya dengan banyak berlatih mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika yang merangsang kreativitas, meluangkan waktu untuk melakukan diskusi dengan teman maupun gurunya dalam membahas soal tersebut, atau berdiskusi dalam mengerjakan PR, dan rajin membaca buku-buku pengetahuan baik yang berkaitan dengan matematika maupun pengetahuan lain yang akan memperkaya kreativitas.


(3)

173

3. Bagi Sekolah

Dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan pembelajaran, sekaligus untuk mengembangkan potensi siswanya. Selain itu, pihak sekolah dianjurkan untuk setidaknya mengikutsertakan guru-guru yang ada di sekolah yang bersangkutan pada acara-acara seperti seminar atau lokakarya untuk menambah wawasan tentang metode-metode pembelajaran atau inovasi-inovasi yang ada dalam dunia pendidikan, atau bahkan mendatangkan ahli atau pakar pada bidang pendidikan atau bidang teknologi untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended atau berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis juga motivasi belajar siswa. Karena pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa, maka hendaknya peneliti lain mencoba menerapkan pendekatan tersebut dalam upaya meningkatkan kemampuan matematika tingkat tinggi lainnya. Tapi saran saya supaya yang buruk teratasi, sebaiknya peneliti lain lebih memahami pendekatan tersebut secara mendalam, dan banyak membaca referensi-referensi yang dapat memperkaya pemikiran dalam membuat soal-soal (masalah terbuka) yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis maupun kemampuan matematika tingkat tinggi lainnya. Selain itu, perlu juga dipikirkan respon siswa yang mungkin terjadi ketika diberikan masalah terbuka, serta mempersiapkan antisipasinya, sehingga saat pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan tindakan yang tepat ketika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah terbuka yang diberikan.


(4)

174

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Maulana (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.

Alhadad, Syarifah F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self-Esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. [Online]. Tersedia: http://www.upi.edu/repository/skripsiview.php.htm. [20 Oktober 2012].

Asriani, Euis (2012). Matematika dan Cara Mengajarkannya. [Online]. Tersedia:

http://rkeny.blogspot.com/2012/11/matematika-dan-cara-mengajarkannya.html. [5 Maret 2013].

Dahlan, Jarnawi Afgani (2012). Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._ PEND._MATEMATIKA/19680511991011_ARNAWI_AFGANI_DAHL AN/Perencanaan_Pembelajaran_Matematika/open-ended.pdfyan. [27 November 2012].

Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakhrudin (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Hassoubah, Zaleha I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Kamalia, Lia (2008). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP dengan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Teknik Kooperatif Tipe Two Stay–Two Stray. [Online]. Tersedia: http://www.upi.edu/repository/skripsiview.php.htm. [20 Oktober 2012]. Maulana (2006). Alternatif Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. [Offline]. Tersedia: http://www.upi.edu/repository/tesisview.php. htm. [20 Oktober 2012].


(5)

175

Maulana (2008a). Dasar-dasar Keilmuan Matematika: Bahan Belajar untuk Guru, Calon Guru, dan Mahasiswa PGSD. Subang: Royyan Press.

Maulana (2008b). Konsep Dasar Statistika dan Aplikasi Statistika serta Teori Distribusi Peluang. Subang: Royyan Press.

Maulana (2008c). Pendidikan Matematika 1: Bahan Belajar untuk Guru, Calon Guru, dan Mahasiswa PGSD. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Maulana (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Moma, La (2011). Kemampuan Berpikir Matematika. [Online]. Tersedia:

http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/ [27 November 2012].

Mujib, Abdul (2008). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. [Online]. Tersedia: http://www.upi.edu/repository/skripsiview.php.htm. [20 Oktober 2012]. Munandar, Utami (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nurhayati, Ai Nani (2010). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Dasar Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak Dipublikasikan.

Paradesa, Retni (2010). Penerapan Open-ended. [Online]. Tersedia: http://retniparadesa.blogspot.com/2010/06/mata-pelajaran-matematika-perlu.html. [27 November 2012].

Purwanto, M. Ngalim (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmawati, Shani (2011). Penerapan Model Pembelajaran Vak (Visual, Auditori dan Kinestetik) Berbasis Open-Ended Problem untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.upi.edu/repository/skripsiview.php.htm. [20 Oktober 2012]. Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud,


(6)

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sagala, Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slameto (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Syafruddin (2008). Pendekatan Open-ended Problem dalam matematika. [Online]. Tersedia: http://www.psb-psma.org/content/blog/pendekatan-open-ended-problem-dalam-matematika.html. [27 November 2012]. Syah, Muhibbin (2010). Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syukur (2005). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak Diterbitkan. Tarnoto, N. dan Purnamasari A. (2009). Kreativitas Siswa SMP Ditinjau dari

Tingkat Pendidikan Ibu. [Online]. Tersedia:

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:3er7W9unjMQJ:www.journ al.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/download/215/63%2520%25 B29+tarnoto+dan+purnamasari+mengatakan+tentang+kreatif. [27 November 2012].

Wardhani, Sri (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Dokumen

Badan Nasional Standar Pendidikan (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Fokus Media.