Analisa Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

Bab 4 Analisa Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

4.1 Aspek Lingkungan

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Berdasarkan usulan rencana/program dalam RPIJM yang telah disusun oleh pemerintah Kabupaten Garut maka dilakukan penapisan untuk masing-masing sektor dengan mempertimbangkan isu pokok: 1) Perubahan iklim, 2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, 3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, 4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

  5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, 6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau, 7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan

  No Kreteria Penilaian Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak Signifikan)

  penghijauan di beberapa bagian.

  3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

  • Tidak terdapatkegiatan yang dapat mempengaruhi Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan.

  4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

  • Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam.

  5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan.

  Pembangunan dan Peningkatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) serta infrastruktur pendukungnya dan Pembangunan IPAL Komunal dan IPLT akan merubah beberapa bagian kawasan alami yang dimanfaatkan sabuk hijau.

  Pengaruh yang ditimbulkan bersifat sementara dan Tidak

  signifikan.

  6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

  • Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat.

  7. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia -

  Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Mengacu pada kriteria rencana program dan kegiatan yang tertuang dalam RPIJM Kabupaten Garut maka secara mendasar kajian lingkungan yang dibutuhkan berupa penyusunan dokumen dan kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) serta Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

  Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka pengelompokan atau kategori program bidang Cipta Karya di Kabupaten Garut yang memerlukan dokumen kajian dan perlindungan lingkungan adalah seperti pada Tabel berikut.

Tabel 4.2. Kebutuhan Analisis Perlindungan Sosial pada Program Bidang Cipta Karya Di Kabupaten Garut Perlindungan Lingkungan No Kompenen Kegiatan Lokasi UKL- AMDAL SPPLH UPL

1. Pengembangan Permukiman

  a) Pembangunan Rusunawa Darul Arkom, Ponpes beserta Infrastrukturnya Almusadadiyah, Ponpes

  • √ - Suci, Jalan Raya Bayongbong, Jalan Patriot

  b) Pembangunan Infrastruktur √ - -

  RSH

  c) Penataan/Peningkatan √ - - Infrastruktur Permukiman

  Kawasan Kumuh Pusat Kota

  d) Peremajaan Permukiman

  • √ - Kumuh Kawasan Industri

  e) Pembangunan Infrastruktur

  • √ Permukiman Perdesaan

  f) Penataan Permukiman di

  • Sempadan Sungai Ciliwung

  √

  Perlindungan Lingkungan No Kompenen Kegiatan Lokasi UKL- AMDAL SPPLH UPL

  h) Implementasi 3R √ - -

  • i) Pembangunan TPS Terpilah
  • √ j) Pembangunan Stasiun
  • √ Peralihan Antara/TPST k) Pembangunan TPA

  √ - - Regional Nambo 4.

  a) Pengambilan Air Baku √ - - √ - -

  • √ - √ - -

  √ - -

  • √ -
  • √ -
  • √ - √ - -
  • &radi
  • √ -

  b) Pembangunan Jaringan √ - -

  Transmisi √ - - √ - - √ - -

  √ - - √ - -

  c) Pembangunan Instalasi √ - -

  • Pengolahan Air

  √

  • √ - √ - - √ - -

4.2.1.2 Pengarusutamaan Gender

  Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Garut terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing- masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang seperti yang tertuang pada Tabel 4.4.

  Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Di Kabupaten Garut

  Jumlah Penduduk miskin tahun 2011 di kawasan prioritas di kec.

  1. Kawasan Tegar

  No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

a. Kawasan Tegar Beriman di Kelurahan Pakansari dan Tengah Kecamatan Cibinong

  Cibinong

  Permasalahan yang muncul di Kawasan Permukiman Kawasan Tegar Beriman Kecamatan Cibinong yaitu:Keterpaduan system infrastruktur wilayah dengan system infrastruktur permukiman, masih banyak ijin lokasi perumahan yang belum di bangun sehingga menimbulkan kekumuhan, perumahan swadaya dengan kondisi buruk atau tidak layak, antisifasi perkembangan sector informal yang belum berjalan dengan tertib dan teratur.

  6. Antisipasi demand kebutuhan hunian yang akan semakin tinggi dengan mendorong pembangunan perumahan formal pada lokasi yang sesuai dengan tata ruang.

  5. Implementasi RDTR Kota Cibinong melalui perencanaan teknis (DED) pada beberapa komponen dan lokasi pembangunan.

  4. Peningkatan kerjasama antar daerah dan institusi dalam upaya memperoleh dukungan investasi bagi pembangunan kawasan.

  3. Penataan permukiman pada koridor jalan raya Garut terutama pada permukiman di belakang zona industry.

  2. Pengendalian pemanfaatan lahan di sempadan sungai dan sempadan setu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung kebutuhan air bersih masyarakat Cibinong.

  1. Peningkatan layanan infrastruktur pada kantong- kantong permukiman yang minim pelayanan infrastrukturnya.

  Jumlah rumah kumuh di kawasan prioritas 12.264 unit dengan komposisi 30% rumah formal dan 70% rumah swadaya.

  Kel. Pabuaran, Kel. Pakansari, kel. Tengah Kel. Cibinong Kel. Nanggewer Kecamatan :

   Kondisi hunian secara umum :

  Beriman, KawasanSekitar REL KA Pabuaran, Kawasan Permukiman di Belakang BIGS,

   Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

  Secara umum pada kawasan prioritas digolongkan dalam ekonomi menengah ke bawah, Mata pencaharian mayoritas warga sebagai buruh/karyawan di sektor industri, konstruksi, perdagangan dan dll.

   Kondisi Sosial dan ekonomi :

  Cibinong yaitu 11.730 Jiwa atau sekitar 2.346 KK Miskin.

  Sistem drainase lingkungan belum terkoneksi dengan baik dengan system drainase primer dan umumnya masih merupakan jaringan drainase terbuka. Kondisi jalan lingkungan pada kawasan ini telah di perkeras dengan perkerasan beton dan kondisinya sebagian besar cukup baik. Sistem persampahan di kawasan ini sebagian besar telah di kelola dengan baik oleh warga dan di buang di tempat sampah skala lingkungan atau TPS yang kemudian di angkut oleh truck sampah ke TPA. Pemenuhan kebutuhan air pada kawasan ini sebagian besar menggunakan sumber air tanah dengan kualitas yang cukup baik dan ditunjang dengan adanya setu-setu di sekitar kawasan sebagai sumber air bersih yang dapat di manfaatkan.

  No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

b. Kawasan di Sekitar Rel Kereta Api Pabuaran Kecamatan Cibinong

   Kedudukan Kawasan :

  Kawasan permukiman di sekitar sempadan rel kereta api pabuaran merupakan kawasan permukiman yang letaknya berdekatan dengan ibukota Kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kota Depok.

   Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

  Pada umumnya dukungan infrastruktur pada kawasan ini mengalami ketertinggalan, dengan kondisi permukiman yang berada di dataran yang relative lebih rendah dari sekitarnya menjadikan daerah tersebut menjadi daerah pengaliran beberapa saluran drainase permukiman, dan juga terdapat saluran drainase yang melintasi rel kereta api, serta saluran drainase yang mengalami penyempitan sehingga menimbulkan genangan pada saat musim hujan. Akses jalan menuju Pabuaran dapat di jangkau melalui jalan Pabuaran yang selanjutnya infrastruktur jalan menujun kawasan berupa jalan tanah, sebagian sudah di semenisasi dengan panjang 520 M yang apabila musim hujan menimbulkan genangan sehingga tidak bias di lalui. Sarana pengumpulan sampah di kawasan ini belum berfungsi efektif terdapat tumpukan sampah di beberapa lokasi sehingga pada musim hujan banjir sampah terhanyut ke kawasan permukiman.

  Permasalahan yang muncul di Kawasan Permukiman di Sekitar Rel Kereta Api Pabuaran Kecamatan Cibinong yaitu:Munculnya kawasan permukiman kumuh hal ini di karenakan kebutuhan akan hunian strategis di pusat kota tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan untuk masyarakat MBR, Aksebilitas kawasan sangat rendah hal ini di karenakan tidak adanya dukungan infrastruktur jalan yang memadai sehingga terjadi penyempitan baik untuk askes masuk dank keluar kawasan ini

  1. Perbaikan rumah tidak layak huni.

  2. Penataan tata bangunan.

  3. Perbaikan jalan lingkungan.

  4. Penataan pengelolaan sampah.

  5. Normalisasi saluran drainase.

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin

  kawasan ini sebagian besar menggunakan sumber air tanah dangkal (sumur pompa atau gali) dengan kualitas rata-rata cukup baik, walaupun kondisi sumur pada beberapa MCK sanitasinya buruk sehingga mencemari air, pada lokasi MCK ini tidak memiliki pembuang dan dinding pelindung yang memadai.

  Kondisi hunian secara umum :

   Perumahan yang berkembang di sekitar kawasan ini merupakan perumahan swadaya yang dibangun sendiri olh masyarakat. Beberapa bangunan sudah bersifat permanen (kontruksi dinding bata) tetapi masih banyak kondisi rumah yang belum permanen.

c. Kawasan Permukiman di Belakang BIGS dan LIPI Kecamatan Cibinong Kedudukan Kawasan :

  Permasalahan yang

  1. Peningkatan akses keluar dan

   Kawasan ini merupakan posisi muncul di Kawasan masuk kawasan permukiman. strategis karena berada di jalur utama Permukiman di Belakang 2. Penataan tata letak bangunan. masuk ke ibukota Kab. Garut. BIGS dan LIPI Kel.

  3. Perbaikan jalan lingkungan.

  Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

   Cibinong Kecamatan 4. Perbaikan saluran drainase.

  Di karenakan keterisolasian kawasan Cibinong yaitu:Citra Kota

  5. Pengelolaan system sehingga pelayanan infrastruktur/ Yang Buruk, Kawasan persampahan. prasarana dasar permukiman tidak Permukiman Kumuh bisa melayani kawasan ini. Kondisi dikarenakan lingkungan drainase jalan yang belum di bangun permukiman yang tidak menyebabkan air limpasan hujan terawat mengakibatkan masuk kejalan, sampah yang kawasan ini menjadi dihasilkan di kawasan permukiman ini padat dan tidak teratur, sebagian besar di buang ke Aksebilitas Kawasan Yang sungai/saluran irigasi atau di bakar. Rendah sehingga perlu di Air limbah rumah tangga/ limbah adakan Penataan dan domestic sebagai besar di buang ke perbaikan lingkungan saluran atau lahan terbuka tanpa permukiman di kawasan

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin

  kesehatan lingkungan sehingga berpotensi mencemari air tanah dan sumur. System drainase pada kawasan permukiman belum terbangun sebagaimana mestinya. Walaupun kawasan tersebut tidak mengalami banjir namun pada saat musim hujan terdapat genangan dibeberapa ruas jalan.

  Kondisi hunian secara umum :

  Kepadatan bangunan di kawasan ini sangat tinggi, kualitas bangunan pada kawasan ini sebagian besar sudah cukup baik hanya ada bebrapa rumah yang masih menggunakan dinding bukan dari tembok dan berlantai tanah.

d. Kawasan Permukiman di Gerbang Ibukota Kabupaten Garut – Naggewer Kecamatan Cibinong Kedudukan Kawasan :

  Permasalahan yang

  1. Pengembangan akses jalan

   Kawasan ini berada di kawasan muncul di Kawasan kolektor primer yang perkotaan Cibinong, kawasan ini Permukiman di kawasan dilengkapi juga dengan merupakan kawasan pengembangan Gerbang Ibukota perencanaan detail pada baru yang diarahkan menjadi gerbang – Kabupaten Garut koridor jalan tersebut untuk masuk Ibukota Kabupaten Garut. Naggewer Kecamatan mengantisipasi perkembangan

  Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

   Cibinong dimasa mendatang.

  Pada saat ini akses jalan menuju yaitu:Keterpaduan

  2. Peningkatan layanan kawasan sangat bergantung pada system infrastruktur infrastruktur pada kantong- koridor jalan arteri primer. Sebagian wilayah dengan kantong permukiman yang besar jalan lingkungan pada kawasan infrastruktur minim pelayanan ini telah di perkeras dengan permukiman , Perumahan infrastruktunya. perkerasan beton dengan kondisi yang swadaya dengan kondisi

  3. Perbaikan rumah tidak layak cukup baik. Hanya beberapa lokasi yang buruk, Kondisi Sub huni pada lokasi-lokasi jalan lingkungan yang masih berupa Urban Masyarakat local. perumahan swadaya yang jalan tanah. banyak ditemui rumah tidak

  System drainase pada kawasan ini layak huni. umunya berupa jaringan terbuka dan

  4. Penataan permukiman pada

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin

  dengan limbah domestic rumah terutama pada permukiman di tangga. belakang zona industri.

  System persampahan pada kawasan

  5. Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan local sebagai ini pada umumnya telah dikelola dengan baik oleh warga dan dibuang upaya untuk menggali potensi pada tempat sampah skala lingkungan yang dimiliki penduduk asli. atau TPS yang kemudian diangkut oleh

  6. Implementasi RDTR Kota truck pengangkut sampah ke TPA.

  Cibinong melalui perencanaan Pemenuhan kebutuhan air bersih pada teknis (DED) pada beberapa kawasan ini umumnya menggunakan komponen dan lokasi sumber air tanah dengan kualitas yang pembangunan. cukup baik, yang ditunjang pula dengan keberadaan setu-setu di sekitar kawasan. Selain itu sambungan PDAM pada kawasan ini sudah cukup banyak melayani masyarakat.

  Kondisi hunian secara umum :

   Lingkungan perumahan pada permukiman di kawasan ini memiliki keaneka ragaman antara perumahan swadaya denga peruamah formal yang dikembangkan oleh developer. Pada tahun 2011 jumlah rumah formal tercatat sebanyak 5.706 unit, dan jumlah rumah swadaya 893 unit.

  KawasanPermukiman

a. Kawasan Permukiman Sekitar Industri di Puspanegara Kecamatan Citeureup

  2. Jumlah

  Sekitar Industri di Kondisi Sosial dan ekonomi :

  penduduk Permasalahan –

  1. Penyusunan Rencana Tata

   Puspanegara, dan

  miskin tahun Secara umum pada kawasan prioritas permasalahan yang Bangunan dan Lingkungan

  KawasanPermukiman 2011 pada digolongkan dalam ekonomi muncul pada kawasan ini (RTBL) Kawasan. Sekitar Industri di

  kawasan menengah ke bawah, sebagian besar antara lain :Citra Kota

  2. Penyediaan Ruang Terbuka Citeureup. prioritas kec. bekerja di sektor industri dan Yang Buru (di karenakan Hijau. Kel. Pupanegara Citeureup yaitu perdagangan. perkembangan sektor

  3. Penataan Koridor Pusat Kota Desa Citeureup. 15.599 Jiwa atau Kondisi Infrastruktur Lingkungan : indsutri yang pesat melalui penyediaan street

   Desa Gunung Putri sekitar 3.119 KK. Kawasan puspanegara merupakan menjadikan kawasan furniture, pedestrian yang kawasan pusat kota dengan fungsi perkotaan Citeureup memadai, serta ruang-ruang Kecamatan : sebagai Ibukota Kecamatan Citeureup. menjadi padat dan tidak public.

  Citeureup

  Jalan akses masuk ke lingkungan teratur), Identitas

  4. Revitalisasi kawasan

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin

  gang dengan lebar 3 M, kondisi jalan Menonjol, Pemenuhan lingkungan pada kawasan Kebutuhan Hunian bagi permukiman puspanegara pada Buruh Pabrik dan MBR. umumnya cukup baik dengan permukaan perkerasan beton atau paving block. System drainase pada kawasan ini di banyak lokasi masih berupa saluran alami/tanah dan kualitas air buangan yang buruk karena tercampur oleh Buangan limbah domestic rumah tangga serta pada beberapa lokasi saluran drainase ada yang tercampur dengan sampah yang berpotensi menghambat saluran sehingga dapat mengakibatkan genangan dijalan. System persampahan pada kawasan ini telah dikelola dengan baik dan sarana pengempul sampah berfungsi efektif. Pemenuhan kebutuhan air bersih pada kawasan ini sebagian telah terlayani oleh PDAM dan untuk masyarakat yang jauh dari koridor jalan arteri atau kolektor menggunakan sumber air tanah sebagai sumber air bersih.

  Kondisi Hunian Permukiman SecaraUmum :

  Lingkungan perumahan pada kawasan ini secara umum sudah cukup baik, ini terlihat dari kepadatan bangunan yang terlalu tinggi. Rumah di koridor jalan arteri bercampur dengan bangunan dengan guna lahan perdagangan dan jasa

b. Kawasan Permukiman Sekitar Industri Citeureup – Gunung Putri Kecamatan Citeureup Kedudukan Kawasan

  • – Permasalahan

  1. Penyusunan Rencana Tata 

  No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

  Citeureup merupakan permukiman yang letaknya berdekatan dengan pabrik semen. Kawasan ini termasuk dalam kawasan strtegis industri yang berada pada ruas jalan arteri yang dekat dengan pintu tol citeureup, selain itu akan diaktifkan juga jaringan rel kereta api penumpang yang menuju Nambo.Kawasan ini masuk dalam Desa Citeureup sebagian dan Desa Gunung Putri sebagian.

   Kondisi Sosial dan ekonomi :

  Secara umum pada kawasan prioritas digolongkan dalam ekonomi menengah ke bawah, sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor industri dan perdagangan serta pertanian.  Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

  Kondisi permukiman pada kawasan ini memiliki kompleksitas permasalahan keciptakaryaan yang cukup tinggi. kawasan ini meruapakan daerah rawan banjir dikarenakan drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Umumnya pada drainase kawasan ini merupakan saluran drainase alami sedangkan pada saluran drainase yang permanen tercampur dengan limbah rumah tangga sehingga berpotensi untuk menimbulkan genangnan. System persampahan pada kawasan ini belum di kelola dengan baik, dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi menyebabkan timbunan sampah rumah tangga yang sangat besar. Tempat pembuangan sampah muncul pada kawasan ini antara lain :Citra Kota Yang Buruk (di karenakan perkembangan sektor indsutri yang pesat menjadikan kawasan ini padat dan tidak teratur), Kawasan Permukiman Kumuh (mulculnya kantong-kantong kumuh akibat kualitas dan tingkat pelayanan infrastruktur yang kurang memadai), Pemenuhan Kebutuhan Rumah Bagi Para Buruh (dengan berkembangnya sektor industri mengakibatkan meningkatnya laju migrasi masuk menuju kawasan)

  (RTBL) Kawasan.

  2. Perbaikan Bangunan Rumah Tinggal.

  3. Penataan Tata Letak Bangunan.

  4. Perbaikan Saluran Drainase.

  5. Penataan Sistem Persampahan.

  6. Penataan Sempadan Rel Kereta Api.

  Jumlah Bentuk Penanganan

  

No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan

yang Sudah Dilakukan Miskin

  yang di bangun mengalami kendala dalam pengangkutan karena akses jalan yang sempit, masyarakat lebih banyak membakar sampah akibat tidak terangkut oleh truck sampah. Kebutuhan MCK pada kawasan ini di bagi dalam 2 tipe, pertama masyarakat yang tinggal di perumahanyang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat industri, umumnya mereka telah memiliki MCK sendiri dan letak bangunan lebih tertata. Sedangkan mereka yang tinggal dekat dengan industri pemenuhan MCK lebih banyak di penuhi oleh keberadaan WC umum. Pada umumnya WC umum pada kawasan ini kurang terpelihara karena kemampuan yang minim dari masyarakat untuk memelihara MCK. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat sudah cukup baik yakni dari sumber air tanah dan PDAM dengan kualitas air yang cukup baik. Kondisi jalan lingkungan pada kawasan ini banyak yang belum memenuhi standar. Pada beberapa lokasi kondisi jalan masih berupa jalan tanah dengan lebar jalan yang cukup sempit. Namun kondisi jalan di lingkungan perumahan pada kawasan ini umunya telah di perkeras melalui program CSR dari perusahaan yang di lengkapi pula dengan saluran drainase pada sisi jalan.

  Kondisi Hunian Permukiman SecaraUmum :

  Pada kawasan ini di koridor jalan

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin

  utama bercampur dengan kegiatan jasa dan komersil lainnya. Lingkungan permukiman berada satu lapis di belakang koridor jalan utama yang lebih banyak meruapakan perumahan swadaya yang di bangun oleh masyarakat dengan jumlah 12.828 unit. Padakawasan kepadatan bangunan rendah dengan kualitas bangunan yang cukup baik.

  KawasanPermukiman Kedudukan Kawasan : -

   3. Jumlah Permasalahan yang Kebutuhan penanganan pada

  Sekitar Rel KA dan

  Penduduk Kawasan Bojonggede-Kedungwaringin muncul pada kawasan kawasan ini adalah :

  Sempadan Sungai di

  Miskin di meruapakan kawasan yang berbatasan sempadan rel dan sungai

  1. Penataan tata letak Bojong Gede dan kawasan ini langsung dengan Cibinong sebagai Bojong Gede- bangunan.

  Kedungwaringin.

  pada tahun 2011 Ibukota Kabupaten. Di hubungkan Kedungwaringin adalah :

  2. Sterilisasi kawasan yang Desa Bojong Gede berjumlah dengan jalan kolektor primer jalan

  1. Masih minimnya terlalu berdekatan dengan Desa 10.294 jiwa atau Raya Tegar Beriman menuju jalan pelayanan rel dan sungai. Kedungwaringin. sekitar 2.058 KK. arteri sekunder Bojong Gede. Kawasan infrastruktur.

  3. Perbaikan system air bersih. Kec. Bojong Gede dan ini termasuk pusat sekunder yang (walaupun dekat

  4. Pengelolaan system Kedung Waringin memiliki peran cukup strategis untuk dengan sungai irigasi persampahan. membagi beban pusat primer. namun seringkali kesulitan untuk

  Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

   mendapatkan air) Permukiman formal yang berada di

  2. Debit sungai yang tinggi saat musim belakang koridor jalan utama terkoneksi oleh gang-gang sempit hujan. berukuran 1-2 m, umumnya berupa perkerasan beton atau paving block.

  Pembuangan dari saluran drainase pada kawasan ini di alirkan ke sungai irigasi yakni sungai yang di beri tembok di tepinya. Kondisi drainase di kawasan ini cukup baik dengan lebar 30 cm. Untuk kegiatan MCK penduduk pada kawasan ini umumnya telah mempunyai jamban masing-masing, system pembuangan limbah cair

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin

  saluran drainase.System pengelolaan sampah sudah cukup baik, masing- masing RT telah memiliki TPS yang dikelola oleh RT setempat. Layanan system PDAM di kawasan ini belum bias menjangkau seluruh penduduk di karenakan debit air yang tidak terlalu baik. Penduduk yang tidak mendapatkan layana PDAM umumnya mereka menggunakan sumber air tanah/ sumur gali.

  Kondisi hunian secara umum :

   Kondisi hunian di sekitar sempadan rel dan sungai Bojonggede- Kedungwaringin sangat di pengaruhi oleh aktifitas sekitar stasiun. Secara umum kondisi bangunan cukup baik, sedangkan perumahan yang berada di belakang koridor jalan utama juga menghadap ke sungai dengan jarak hampir 2 m dari sungaikapadatan bangunan pada kawasan ini cukup tinggi, hal ini dilihat dari jarak antar bangunan yang cukup padat.

  4. KawasanPermukiman Jumlah Kedudukan Kawasan : Permasalahan yang Kebutuhan penanganan pada -

   Sekitar Kampus

  Penduduk Kawasan permukiman ini terletak di muncul pada kawasan kawasan ini adalah : Babakan –Dramaga. Miskin di sebelah timur kampus IPB. Kawasan permukiman sekitar

  1. Evaluasi dan review RTBL Kel. Babakan kawasan ini inin berkembang tidak dapat kampus Babakan- Kawasan Babakan-Dramaga. pada tahun 2011 dilepaskan pemenuhan kebutuhan Dramaga ini adalah :

  2. Penataan koridor jalan Kec. Dramaga berjumlah hunian bagi para mahasiswa IPB, 1. Daya dukung dan daya Babakan Raya.

  18.677 jiwa atau sehingga pada kawasan ini cukup tampung kawasan

  3. Manajemen tranportasi sekitar 3.735 KK. banyak ditemui rumah kost, asrama, yang semakin pembatasan moda kendaraan rumah sewaan atau pondokan. menurun. yang masuk ke kawasan, Akses masuk menuju kawasan ini

  2. Sistem transportasi pengaturan alur lalu lintas, melalui jalan raya dramaga belok kiri dan jalur pergerakan penyediaan ruang parkir. menuju jalan babakan raya. yang kurang memadai.

  4. Penguatan kelembagaan

  3. Kepadatan bangunan komunitas local dalam

  Kondisi Infrastruktur Lingkungan :

  

  Jumlah Bentuk Penanganan No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan yang Sudah Dilakukan Miskin Kondisi infrastruktur permukiman yang kurang teratur. kawasan.

  sejauh ini berada pada kondisi yang

  4. Perkembangan sektor

  5. Penataan PKL dan cukup baik. Jalan lingkungan informal yang tidak penyediaan ruang public. umumnya beruapa jalan aspal yang terkendali. dapat dilalui oleh kendaraan roda empat dengan lebar 5m dan dilengkapi dengan drainase di samping kiri dan kanan jalan. Sedangkan gang-gang di kawasan ini di perkeras dengan perkerasan semen atau paving block dan kondisinya cukup baik. Setiap rumah pada kawasan ini telah memiliki jamban masing-masing. Dalam pelayanan air bersih penduduk di kawasan ini telah terlayani oleh PDAM dengan kualitas air yang cukup baik. Demikian pula dengan system persampahan pada kawasan ini telah dikelola dengan baik.

  Kondisi hunian secara umum :

   Kawasan permukiman di sekitar kampus IPB ini merupakan permukiman dengan kepadatan yang sangat tinggi. Fungsi hunian kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi para mahasiswa. Kondisi bangunan pada kawasan ini umumnya memiliki kualitas cukup baik, hal tersebut karena para pemilik bangunan mempertimbangan tuntutan pasar yang menginginkan keamanan dan kenyamanan dalam bermukim. Beberapa bangunan permanen dengan jumlah lebih dari satu lantai banyak dijumpai di sini.

Tabel 4.4 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Garut bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Garut No Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Bentuk Keterlibatan/ Akses Tingkat Partisipasi Perempuan (Jumlah) Kontrol Pengambilan Keputusan oleh Peremuan Manfaat Permasalahan yang Perlu Diantisipasi di Masa Datang

  1 Pemberdayaan Masyarakat

  a. PNPM Perkotaan

  b. PAMSIMAS

  c. PPIP

  d. RIS PNPM

  e. SANIMAS

  2 Non Pemberdayaan Masyarakat

  a. Penyusunan SPPIP

  b. Penyusunan RPKPP

  c. Penyusunan RTBL

  d. Penyusunan SSK

  4.2.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi di Kabupaten Garut tidak banyak mengalami kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi pembangunan kegiatan cipta karya sebagian besar milik Pemerintah Kabupaten Garut, dan tidak ada masalah yang berarti kalaupun ada lahan yang bukan milik Pemerintah Kabupaten Garutitu sudah dibebaskan dengan cara dibayarkan kepada pemilik lahan tersebut. Hanya saja untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka Pemerintah Kabupaten Garut melakukan sosialisasi melalui pemerintah kelurahan setempat dimana lokasi kegiatan Cipta Karya dilaksanakan dan melibatkan warga setempat yang belum mendapatkan pekerjaan untuk bekerja sesuai keahliannya.

  4.2.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat.Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.Hasil identifikasi aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Garut tertuang pada Tabel berikut.

Tabel 4.5 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial

  No Sektor/Program/Kegiatan Lokasi Tahun Pelaks. Jml Pend. yg Memanfaatka n Ket

  c. Pengembangan Unit Pelayanan

  f. Infrastruktur Air Limbah MCK ++/

  IPAL Komunal

  d. Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan e. Infrastruktur Air Limbah MCK ++/

  c. Penyusunan Perda Air Limbah & Pengolahan Lumpur Tinja

  b. Penyusunan Outline plan Sistem Air Limbah Skala Kota/Kabupaten

  a. Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah Skala Kabupaten

  4. Pengembangan PLP

  e. Pemantapan Sistem

  d. Penekanan Kehilangan Air

  b. Pengembangan Unit Produksi dan Distribusi

  Kawasan Rawan Bencana

  a. Pengembangan Unit Air Baku

  3. Pengembangan Air Minum

  (P2KP-PNPM)

  e. Peningkatan dan pemantapan kelembangaan bangunan dan gedung f. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur g. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

  d. Penataan Lingkungan Kawasan Tegar Beriman

  c. Penyediaan RTH

  b. Penyusunan Rencana Tindak dan Revitalisasi Kawasan

  a. Peyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  IPAL Komunal

  Jml Pend. yg Tahun No Sektor/Program/Kegiatan Lokasi Memanfaatka Ket Pelaks. n

  swasta/pelaku bisnis v. Implementasi 3R w. Operasionalisasi Pengangkutan Sampah

  Skala Kawasan x. Operasional Pelayanan

  Kebersihan/Pengangkutan Sampah y. Pembangunan TPS Terpilah z. Pembangunan Stasiun Peralihan

  Antara/TPST aa. Operasionalisasi Pengangkutan Sampah dari SPA ke TPPAS Nambo bb. Optimalisasi TPA Galuga cc. Pembangunan dan Pengelolaan TPA

  Regional Nambo dd. Penyusunan Dokumen Kebijakan Daerah terkait OPD yang menangani drainase saluran drainase utama/drainase permukiman ee. Identifikasi Saluran-saluran Drainase Utama ff. Masterplan Drainase Kabupaten Garut gg. Penyusunan Perda/Peraturan

  Bupati/Surat Keputusan Bupati tentang Master Plan Drainase Kabupaten Garut hh. Pemeliharaan saluran drainase perkotaan / utama ii. Pemeliharaan saluran drainase pemukiman