BAB VI PROFIL KOTA AMBON - DOCRPIJM_193e8ddc3e_BAB VIBAB 6 PROFIL KOTA, KAB.pdf

BAB VI PROFIL KOTA AMBON Profil kabupaten/kota merupakan bagian yang penting dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, sebagai dasar perencanaan pembangunan infrastruktur pada masa yang akan datang. Bagian profil kabupaten/kota pada RPI2-JM Bidang Cipta Karya menggambarkan kondisi daerah

  daeri berbagai aspek, yaitu gambaran kondisi geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi

  6.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

6.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

  Kota Ambon secara geografis terletak pada garis lintang 3 ᵒ – 4ᵒ LS dan garis bujur 128ᵒ – 129ᵒ BT dengan Luas Wilayah administratif kota Ambon adalah 377 Km2 atau 2/5 dari luas Wilayah Pulau Ambon yang terdiri dari luas daratan 359,45 Km2 dan lautan seluas 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km (PP No. 13 Tahun 1979). Adapun batas administrasi Kota Ambon sebagai berikut :

   Utara : Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu, Kecamatan Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.  Selatan : Laut Banda  Timur

  

: Petuanan Desa Suli dari Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.

 Barat : Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah.

  Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Wilayah Administrasi Kota Ambon yang sebelumnya 3 kecamatan dimekarkan menjadi 5 Kecamatan, yang terdiri dari 20 Kelurahan dan 30 desa/negeri dapat dilihat pada Tabel I.1 dan gambar I.1.

Tabel 6.1. Wilayah Administrasi Kota Ambon Per Kecamatan

  Jumlah Luas Desa/Kelurahan Ibukota No. Kecamatan Daratan Kecamatan Desa/ Keluraha

  2 (Km ) Negeri n

  1 Nusaniwe Amahusu

  5 8 88,35

  2 Sirimau Karang Panjang

  4 10 86,82

  3 T.A.Baguala Passo

  6 1 40,11 Leitimur

  8 50,50 Selatan

  • 4 Leahari

  5 Teluk Ambon Wayame

  7 1 93,67 Kota Ambon

  30 20 359,45 Sumber : BAPPEKOT Kota Ambon, 2015 Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon 2015

Gambar 6.1. Peta Wilayah Administrasi Kota Ambon

  Hal

  • 2

  6.2 Gambaran Demografi

6.2.1 Jumlah, Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk

  Jumlah penduduk Kota Ambon terus meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena Kota Ambon selain sebagai Ibu Kota Provinsi, sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan aktivitas pemerintahan, sosial, ekonomi, Kota Ambon juga merupakan pusat pendidikan seperti perguruan tinggi yang tumbuh dan semakin berkembang sehingga sangat berpengaruh dan berpotensi besar terhadap pertumbuhan penduduk di Kota Ambon.

  Adapun perkembangan jumlah penduduk Kota Ambon dari tahun 2010 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 6.2.

  Sumber: BPS Kota Ambon 2015

Gambar 6.2. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2010

  • – 2014

  Penduduk Kota Ambon tahun 2014 sebanyak 395.423 jiwa. Ini berarti terjadi pertumbuhan sebesar 4,16 % dari jumlah Penduduk tahun 2013 yang sebesar 379.615 jiwa. Distribusi persebaran penduduk Kota Ambon pada 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Sirimau 167.197 jiwa, Nusaniwe 107.275 jiwa, Teluk Ambon Baguala 63.831 jiwa, Teluk Ambon 45.898 jiwa dan Kecamatan Leitimur Selatan sebanyak 11.222 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Ambon selama tahun 2010-2014 adalah 6,9 persen seperti pada (Tabel 6.3)

Tabel 6.3. Distribusi dan Pertumbuhan Penduduk Kota Ambon Menurut Kecamatan Tahun 2009-2014

  No Kecamatan Penduduk (Jiwa) 2010 2011 2012 2013 2014

  89866 92355 96163 102986 107275

  1 Nusaniwe 140064 143943 149878 160513 167197

  2 Sirimau 53472 54953 57219 61279 63831

  3 Teluk Ambon Baguala 38451 39516 41145 44064 45898

  4 Teluk Ambon 9401 9661 10059 10773 11222

  5 Leitimur Selatan 331254 340428 354464 379615 395423

  Kota Ambon 17,20 4,44 4,35 4,36 4,16

  Pertumbuhan (%) Pertumbuhan 2010-2014 (%) 6,9 Sumber: BPS Kota Ambon 2015

  Selanjutnya jumlah penduduk Kota Ambon per Kecamatan bila dibandingkan dengan luas wilayah

  per Kecamatan maka rata-rata kepadatan penduduk adalah seperti pada (Tabel 6.4)

Tabel 6.4. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2014

  Jumlah Kepadatan Luas Wilayah

No Kecamatan Penduduk Penduduk

  2 Daratan (Km )

  2 (Jiwa) (Jiwa/ Km )

  

1 Nusaniwe 88,35 107.275 1.214,22

  

2 Sirimau 86,81 167.197 1.926,01

  

3 T.A.Baguala 40,11 63.831 1.591,40

  

4 Teluk Ambon 93,68 45.898 489,94

  

5 Leitimur Selatan 50,50 11.222 222,22

Kota Ambon 359,45 395.423 1.100,08

  Sumber: BPS Kota Ambon, 2015

  Dari tabel diatas tergambar kepadatan penduduk per Kecamatan tahun 2014 tertinggi berada pada Kecamatan Sirimau yaitu 1.926,01 jiwa/Km2, disusul Kecamatan TA Baguala 1.591,40 jiwa/Km2, Kecamatan Nusaniwe 1.214,22 jiwa/Km2 dimana Ketiga Kecamatan ini kepadatan penduduk diatas Kota Ambon yang sebesar 1.100,08 jiwa/Km2, sedangkan Kecamatan Teluk Ambon 489,94 Jiwa/Km2 dan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 222,22 jiwa/km2 (Tabel 6.4).

6.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

  Komposisi penduduk Kota Ambon menurut jenis kelamin tahun 2014 yaitu laki-laki sebanyak 197.529 jiwa (49,93%) dan perempuan sebanyak 197.894 jiwa (50,07%) dari total penduduk Kota Ambon dan tersebar pada 5 Kecamatan seperti pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan Tahun 2014

  Jumlah Laki-Laki Perempuan No Kecamatan Penduduk (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

  Nusaniwe 52.839 54.436 107.275

  1 Sirimau 83.314 83.883 167.197

  2 T.A.Baguala 31.404 31.404 63.831

  3 Teluk Ambon 22.517 45.898 45.898

  4 Leitimur Selatan 5.568 5.654 11.222

5 Kota Ambon

  197.529 197.894 395.423 Sumber: BPS Kota Ambon, 2015

6.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Struktur Usia

  Penduduk Kota Ambon tahun 2014 berjumlah 395.423 dari jumlah tersebut bila dikelompokan menurun struktur usia lebih didominasi oleh penduduk usia produktif (usia 15 sampai 59 tahun) yaitu berjumlah 264.525 jiwa (66,90%), diikuti oleh penduduk usia muda (usia 0 sampai 14 tahun) berjumlah 107.698 jiwa (27,23%) dan penduduk yang berusia lanjut (usia 60 tahun ke atas) berjumlah 23.200 jiwa (5,87%). Adapun penduduk Kota Ambon menurut struktur usia tahun 2014 adalah seperti gambar 6.3. berikut :

  1000 3000 2000 Sumber: BPS Kota Ambon Tahun 2015

Gambar 6.3. Jumlah Penduduk Kota Ambon menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014

  6.2.4 Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

  Komposisi penduduk Kota Ambon tahun 2014 bila dikelompokan menurut tingkat pendidikan utama penduduk dan presentasinya adalah SLTA/Sederajat yaitu sebesar 161.031 orang (39,74%), disusul SD/Sederajat 87.853 (21,68%) selanjutnya seperti gambar 6.4. berikut.

  Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2015

Gambar 6.4. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Ambon Tahun 2014

  6.2.5 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan dan Pengangguran

  Penduduk Kota Ambon dilihat dari jenis pekerjan terdiri dari belum/tidak bekerja sebanyak 153.238 jiwa (37,81%); pelajar/mahasiswa sebanyak 87.728 jiwa (21,56%); karyawan swasta/wirausaha sebanyak 72.414 jiwa (17,87); mengurus rumah tangga sebanyak 51.096 jiwa 12,61%); PNS/TNI/Guru/Dosen/Tenaga Medis – Non Medis sebanyak 33.350 jiwa (8,46%); pensiunan sebanyak 7.051 jiwa (1,74%); dan lain-lain sebanyak 379 jiwa (0,09%).

  Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2015

Gambar 6.5. Jenis Pekerjaan Penduduk Kota Ambon Tahun 2014

  Penduduk yang belum/tidak bekerja tahun 2014 sebanyak 153.238 jiwa apabila dikurangi dengan penduduk pra sekolah sebanyak 52.693 jiwa, dan penduduk usia di atas 55 tahun sebanyak 60.634 jiwa, maka terdapat 39.911 jiwa (9,8%) penduduk usia produktif di Kota Ambon yang belum/tidak bekerja atau menganggur.

6.2.6 Penduduk Miskin di Kota Ambon.

  Penduduk Miskin di Kota Ambon tahun 2013 berjumlah 16.900 jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah di tahun 2012 sebanyak 22.000 jiwa. Adapun perkembangan jumlah penduduk miskin Kota Ambon sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 seperti gambar dibawah ini.

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014

Gambar 6.6. Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2009 – 2013.

  Sedangkan presentase penduduk miskin di Kota Ambon sejak tahun 2009 sampai tahun 2013 adalah seperti pada Gambar 6.7. berikut:

  10

  8

  7.67

  7.61

  6.83

  6

  5.98

  4.42

  4

2 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 6.7. Presentase Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2009

  • – 2013

  Sedangkan garis kemiskinan di Kota Ambon sejak tahun 2009 sampai 2013 menunjukan trend yang lebih baik dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.268.913,- meningkat di tahun 2013 menjadi Rp.417.789,- seperti pada Gambar 6.8 dibawah ini.

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Ambon 2014

Gambar 6.8. Garis Kemiskinan Penduduk Kota Ambon 2009-2013

  6.3 Gambaran Topografi

6.3.1 Topografi dan Kemiringan Lerang

  Kota Ambon terletak di Pulau Ambon adalah bagian dari kepulauan Maluku yang merupakan pulau- pulau busur vulkanis, sehingga secara umum Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng. Kondisi topografi wilayah Kota Ambon, sebesar 73% dari wilayah daratan dapat diklasifikasikan berbukit sampai berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Sedangkan 17% wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 20% (Gambar 6.9). Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10% terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai. 2) Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan). 3) Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 20- 30% terdapat pada kawasan perbukitan. 4) Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30% terdapat pada kawasan pegunungan.

  Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.9. Peta Topografi Kota Ambon

  6.4 Gambaran Geohidrologi

6.4.1 Hidrologi

  Kondisi Hidrologi di Kota ambon memiliki karakteristik khusus yaitu terdiri dari banyak sungai kecil DAS yang sempit, sehingga membutuhkan pengelolaan yang baik agar tidak mengakibatkan banjir di musim hujan. Kondisi hidrologis di Kota Ambon ini dapat digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu : Mata Air, Air Tanah, Air Permukaan (Sungai) dan Perairan (Teluk Ambon)

  a. Mata Air Disekitar Kota Ambon terdapat 8 sumber mata air yaitu : sumber air Wainitu, Air Keluar (Kusu- kusu), Air Besar (Soya), Air Panas Wainiu I dan Wainiu II, Air Besar (Halong), Air Besar (halong), Wai Pompa, dan Air Panas. Kondisi sumber-sumber tersebut mengalami penurunan debit air sebagai akibat aktivitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungannya.

  Debit Mata Air pada musim hujan dan musim kemarau sangat fluktuasi. Berdasarkan data, debit mata air pada musim kemarau hanya 60% debit pada saat musim hujan. Sedangkan dari kualitas mata air di Kota Ambon secara fisik relatif bagus. b. Air Tanah Daerah Pusat Kota Ambon merupakan cekungan besar yang memiliki potensi untuk penampungan air tanah. Didaerah ini diperkirakan terdapat 3 akuifer masing-masing akuifer dalam (90m), akuifer tengah (30-50m) dan akuifer dangkal (<10m). Dengan Banyaknya pemanfaatan air tanah melalui pemanfaatan sumur artesis untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka dikuatirkan akan terjadi pencemaran sebagai akibat intrusi air laut.

  Pada daerah datar di Kota Ambon banyak terdapat air tanah dangkal yang hampir merata

  Honipopu, Ahusen, Urimesing 1,50 TA Baguala Wai Tonahitu

  7,80 4,50 6,00 2,50 2,80 9,50

  15,50 Rumah Tiga Hative Besar Hative Besar Hative Besar Hative Besar Tawiri Laha

  7,80 4,50 6,00 2,50 2,80 9,50

  Ambon Wai Lela Wai Pia Kecil Wai Pia Besar Wai Besi Wai Wesa Wai Lawa Wai Sikula

  Wai Heru 6,00 3,50 Teluk

  Wai Heru 6,00 3,50 Passo

  Sirimau Wai Ruhu 9,10 Hative Kecil 4,20 Wai Batu Merah 4,25 Karpan, Batu Merah 3,10 Wai Tomu 4,20 Karpan, Uritelu 1,50

Wai Batu Gajah 3,10 Batu Gajah,

  diseluruh

  1,50 Mangga Dua, Batu Gantung, Waihaong 9,10 Wai Illa 1,50 Amahusu 4,25

  Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km) Daerah yang dilalui Panjang (Km) Nusaniwe Wai Batu Gantung

Tabel 6.6. Sungai yang Melintasi Kota Ambon

  5 Kecamatan dengan debit yang bervariasi. Sebagian sungai-sungai tersebut sudah tidak layak digunakan oleh masyarakat karena telah tercemar buangan air limbah masyarakat, sedimentasi akibat erosi serta menjadi saluran primer.

  Air Permukaan Kondisi Air Permukaan di Kota Ambon sangat tergantung dari aliran sungai yang mengalir dari daerah pegunungan menuju ke arah laut (perairan Teluk Ambon). Di Ambon terdapat 15 sungai dengan panjang antara 1,50 Km hingga 15,50 km dan menyebar di

  c.

  bagian kota. Kedalaman air tanah dangkal ini bervariasi antara 1 s/d 5 meter tergantung musim. Lapisan yang mengandung air tanah berupa lapisan pasir yang berukuran kecil hingga berukuran besar.

  15,50 Sumber: Kota Ambon dalam Angka, 2014 d.

  Perairan (Teluk Ambon) Teluk Ambon merupakan muara dari sungai-sungai yang berada disekitar Kota Ambon. Wilayah ini terdiri dari dua bagian yaitu Teluk Ambon Bagian Luar (±100 km2) dengan kedalaman sekitar

100 meter dan Teluk Ambon Dalam (±60 km2) dengan kedalaman rata-rata sekitar 25 meter.

Kondisi kawasan ini cukup optimum dalam mendukung kehidupan biota laut yaitu ikan, teripang, kerang-kerangan dan terumbu karang serta hutan mangrove, namun akibat tekanan aktivitas masyarakat sulit untuk menghindari akibat negatif yang ditimbulkan yaitu limbah, sedimentasi, abrasi, pencemaran dan rusaknya hutan mangrove.

  Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.10. Peta Hidrologi Kota Ambon

  6.5 Gambaran Geologi

6.5.1 Geologi

  Geologi

  wilayah pesisir dan laut dicirikan oleh kawasan non-vulkanik. Di wilayah ini kebanyakan

ditemukan batuan tua berumur Pra-Tersier yang disebut sebagai batuan Sekis Kristalin. Wilayah

Maluku merupakan daerah pertemuan antar empat lempeng litosfer, yaitu lempeng Eurasia,

Filipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Pertemuan lempeng tersebut mengakibatkan keadaan geologi

Maluku sangat beragam. Batuan yang terbentuk terdiri atas berbagai jenis dengan umur beragam, mulai dari zaman Paleozoikum hingga Kuarter. Akibat benturan lempeng tersebut juga terdapat zona-zona sesar dan deretan gunung api aktif yang memanjang. Busur Banda - Sulawesi dan Halmahera merupakan bagian dari deretan gunung api aktif yang memanjang mulai dari Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara. Zona sesar merupakan zona lemah dan bila terjadi pergerakan lempeng akan terjadi gempa bumi di sepanjang zona lemah tersebut. Kompleksnya topografi dasar laut Maluku disebabkan di kawasan ini terjadi benturan atau gesekan antara empat lempeng litosfer, yakni lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Indo - Australia. Konsep tektonik lempeng menganggap bahwa kerak bumi terdiri atas lempeng-lempeng litosfer yang berada di atas astenosfer dari mantel atas bumi yang plastis dan bergerak relatif terhadap lempengan lainnya. Bentuk wilayah pesisir yang terletak di antara daratan dan lautan selain ditentukan oleh kekerasan batuan dan pola morfologi, juga ditentukan oleh tahapan tektoniknya. Dalam batasan geologi, bentuk pesisir di Kota Ambon terdiri dari bentuk pantai berundak; bentuk pantai terjal, dan bentuk pantai landai. Hampir seluruh wilayah Kota Ambon adalah terbentuk dari jenis batuan Gunung Api Ambon, dan beberapa kawasan di selatan adalah jenis batuan Ultramafik. Beberapa kawasan di pesisir adalah jenis batuan Aluvium; selain itu di beberapa lokasi terdapat jenis batuan Gamping Koral, dan juga jenis Formasi Kanikeh dapat dilihat pada peta 6.11.

  Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.11. Peta Geologi Kota Ambon

6.5.2 Tanah

  Jenis tanah yang tersebar di wilayah Kota Ambon antara lain Regosol, Aluvial, Kambisol, Litosol, Rendzina, dan Gleisol (Gambar 6.12), yaitu:

  1) Regosol; Tanah ini tersebar di sepanjang pesisir pantai dan daerah bertopografi datar di desa

  Passo sampai Poka, Desa Laha, dan Latuhalat. Karakteristik Regosol antara lain bertekstur pasir atau kasar (pasir > 60%) dari bahan-bahan albik tanpa horizon diagnostic kecuali A okrik. Vegetasi penting yang tumbuh di atas tanah ini adalah kelapa, dan tumbuhan semak belukar.

  2) Aluvial; Tanah ini tersebar pada daerah-daerah bertopografi datar terutama di pusat kota

  Ambon, Desa Passo, dan Poka. Aluvial berkembang dari bahan induk alluvium muda mempunyai susunan berlapis atau kadar C-Organik tidak teratur, dan yang tidak mempunyai

  horizon diagnostic kecuali tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru selain horizon A okrik, H

  histik atau sulfuric dengan kadar fraksi pasir < 60% pada kedalaman 25 cm sampai 100 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah ini memiliki solum sedang sampai dalam, dengan tekstur sedang dan ber-drainase agak buruk, berasosiasi dengan Regosol, Kambisol, dan Rendzina. Vegetasi umumnya didominasi oleh kelapa dan tanaman campuran.

  3) Kambisol; Tanah ini umumnya tersebar di daerah perbukitan-pegunungan. Karakteristik

  Kambisol antara lain terdapat horizon B kambik atau horizon A umbrik, A mollik, tanpa memperlihatkan gejala hidromorfik dalam penampang 50 cm dari permukaan. Tanah memiliki solum sedang sampai dalam bertekstur halus sampai agak kasar, dan berdrainase baik, berasosiasi dengan Regosol, Aluvial, dan Litosol. Vegetasi yang ditemukan antara lain semak belukar, tanaman campuran, dan vegetasi hutan.

  4) Litosol; Tanah ini tersebar di lereng-lereng perbukitan yang telah mengalami erosi berat.

  Karakteristik Litosol antara lain mempunyai horizon A umbrik dan tidak lebih dalam dari 25 cm; tidak mempunyai horison diagnostik lainnya. Tanah bertekstur sedang dan ber-drainase baik, solum dangkal, berasosiasi dengan Renzina dan Kambisol. Vegetasi yang dijumpai antara lain tanaman campuran berumur setahun dan semak belukar.

  5) Renzina; Tanah ini tersebar di Desa Halong, Hutumuri, Latuhalat, Seilale, dan Urimessing.

  Karakteristik Renzina antara lain terdapat horizon A mollik dan di bawahnya langsung berupa batu kapur, kadar CaCO3 lebih dari 40%. Bila horizon A mengandung pecahan CaCO3 halus banyak, warna horizon A mollik dapat menyimpang. Tanah memiliki solum dangkal sampai sedang dengan tekstur sedang sampai halus dan ber-drainase baik di atas bahan induk koral, umumnya berasosiasi dengan Litosol dan Kambisol. Vegetasi penting antara lain tanaman campuran, dan semak belukar.

  6) Gleisol; Tanah ini tersebar di daerah-daerah datar yang sering dipengaruhi fluktuasi air tanah,

  seperti di Pusat Kota Ambon, Desa Lateri, Passo sampai Laha. Karakteristik Gleisol antara lain adanya sifat hidromorfik pada penampang tanah sampai kedalaman 50 cm tidak ada horizon diagnostik selain horizon A, horizon histik, umbrik, dan molik.

  Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.12. Peta Jenis Tanah Kota Ambon

6.6 Klimatologi

  Iklim di Kota Ambon adalah iklim tropis dan iklim musim, dimana iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur. Sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan oktober, dimana bulan Nopember merupakan masa transisi ke musim Barat.

  

Sumber: Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2011, 2012 dan 2014, dari BPS Kota Ambon, 2015

Gambar 6.13. Curah Hujan di Kota Ambon Tahun 2011,2012,2014

  Kota Ambon termasuk Tipe Iklim B berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951) yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%.

  Berdasarkan data curah hujan tahun 2006-2010 bersumber dari Stasiun Meteorologi Ambon melalui BPS (Gambar 6.13), curah hujan tertinggi tahunan masih terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 5.041,2 mm dengan 226 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan tahun 2011,2012 dan 2014, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan Mei hingga Agustus seiring dengan berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Mei Tahun 2011 (1467,5 mm), sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan September hingga April seiring dengan berlangsungnya Musim Barat dengan curah hujan terendah di bulan November Tahun 2014 (32 mm). Sementara itu berdasarkan data Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2014, maka rata-rata temperatur di Kota Ambon adalah 26,6°C.

6.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi

6.7.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kinerja ekonomi Kota Ambon yang diukur dengan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (ADHK) terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat menunjukan bahwa geliat aktivitas perekonomian di Kota Ambon menunjukan pertumbuhan yang berkembang maju.

  Pada tahun 2013, PDRB Kota Ambon atas dasar Harga Berlaku mencapai Rp. 5,88 trilyun (Gambar 6.14) meningkat Rp.827,86 milyar lebih atau 14,06% dibanding tahun 2012 yang sebesar Rp. 5,06 trilyun.

  PDRB ADHB KOTA AMBON 2009-2013 (Jutaan Rupiah) 6,000,000 4,000,000 2,000,000

  • 2009 2010 2011 2012 2013 PDRB ADHB 3,003,4 3,441,6 4,179,2 5,060,9 5,888,8 Keterangan:
    • ) Angka Diperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2014

Gambar 6.14. PDRB ADHB Kota Ambon Tahun 2009-2013

  Sementara itu, PDRB Kota Ambon tahun 2013 atas dasar Harga Konstan mencapai Rp.2,19 trilyun, PDRB ini meningkat Rp.1,08 milyar lebih atau 4,92 % dibanding tahun 2012 yang adalah Rp.2,08 trilyun.

PDRB ADHK

  2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000

  500,000

  • 2009 2010 2011 2012 2013 PDRB ADHK 1,690,27 1,802,66 1,921,33 2,089,90 2,198,55

  Keterangan:

  • ) Angka Dperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2014

Gambar 6.15. PDRB ADHK Kota Ambon Tahun 2009-2013

  Mengacu pada PDRB Kota Ambon tahun 2013 atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha sebesar Rp.2,19 Trilyun maka struktur ekonomi Kota Ambon didominasi oleh sektor Jasa-Jasa dengan kontribusi sebesar Rp.594,3 Milyar (27,03%) bagi PDRB Kota Ambon, diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp.543,7 Milyar (24,73%), sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi sebesar Rp.443,8 Milyar (20,18%), sektor Pertanian sebesar Rp.366.41 Milyar (17,45%) dan diikuti oleh sektor-sektor lainnya.

  Hal yang sama tercermin pula pada PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2013, dimana sumbangan sektor Jasa-Jasa merupakan penyumbang terbesar yaitu Rp.1,68 Trilyun (28,62%), disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 1,65 Trilyun (28,02), sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai 1,04 Trilyun (17,70%) serta diikuti sektor-sektor lainnya.

  Tingginya kontribusi sektor Jasa-Jasa adalah karena sumbangan sub sektor Pemerintahan Umum dan Pertahanan sebesar Rp.1,62 Trilyun (27,62%) dari total PDRB. Selanjutnya penyumbang utama untuk Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah sub sektor Perdagangan Besar Eceran yaitu Rp.1,52 Trilyun (25,82%) dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku.

6.7.2 Pertumbuhan Ekonomi.

  Laju pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator makro yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dalam suatu wilayah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Ambon berada pada pertumbuhan yang positif, dimana tahun 2009 adalah 5,58% (Gambar 6.16) dan Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,20 %.

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA AMBON TAHUN 2009-2013

  10

  8

  6

  4

  2 2009 2010 2011 2012 2013 PERTUMBUHAN

  

5.58

  6.65

  6.58

  8.77

  5.2 Keterangan:

  • *) Angka Dperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota

    Ambon, 2014

    Gambar 6.16.

  

Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon Tahun 2009-2013

6.7.3 Pendapatan Perkapita.

  Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang sangat berpengaruh pada pendapatan regional per kapita di Kota Ambon. Selain itu, upaya-upaya Pemerintah Kota Ambon untuk mengembangkan program-program unggulan dan pendekatan penguatan ekonomi masyarakat juga sangat berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat, dan hal ini terlihat jelas dari adanya peningkatan pendapatan domestik regional per kapita di Kota Ambon. Pendapatan domestik regional per kapita tahun 2013 di Kota Ambon berdasarkan Harga Konstan adalah Rp.5.260.001,- dan berdasarkan Harga Berlaku adalah Rp.14.575.477. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, maka pendapatan domestik regional per kapita tahun 2013 berdasarkan Harga Konstan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.389.208,- atau (9,53%) dari tahun sebelumnya. Selanjutnya secara riil pendapatan yang diterima penduduk Kota Ambon tahun 2013 sebesar Rp.5.260.001,- yang berarti pendapatan yang dihitung berdasarkan kondisi tahun 2000, dengan demikian dapat diartikan bahwa Rp.14.575.477,- yang diterima setiap penduduk tahun 2013 setara dengan Rp.5.260.001,- pada tahun 2000.

  Keterangan:

  • ) Angka Dperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2014