BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 77f4ea81e4 BAB VIBAB VI (Repaired) print

  Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1. Pengembangan Permukiman

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

  c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting Permasalahan dan Tantangan

  6.1.3. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

  • Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
  • Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

  Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

  • Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
  • Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
  • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
  • Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
  • Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
  • Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
  • Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  Kabupaten Nunukan merupakan salah satu daerah yang berkembang di wilayah Kalimantan Utara. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat menyebabkan isu permasalahan perkembangan permukiman di Kabupaten Nunukan menjadi kompleks.

  Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

Tabel 6. 1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota

  Lingkungan Permukiman

  dimanfaatkannya organisasi/ kelembagaan yang telah ada seperti Forum Kota dan lain sebagainya.

  8 Kurang

  Sesuai rencana pembangunan Kabupaten Nunukan maka perlu untuk antisipasi kebutuhan permukiman baru di wilayah kota baru di Kecamatan Nunukan dan Nunukan Selatan.

  dan Sarana Umum guna mengantisipasi Perkembangan Permukiman Baru di wilayah Kota Baru

  7 Kebutuhan Prasarana

  Lahan dan Bangunan Seiring dengan perkembangan kota, banyak pembangunan fisik yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah, sehingga masalah kepemilikan lahan mulai muncul sebagai suatu masalah yang harus diantisipasi.

  6 Masalah Kepemilikan

  Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di kawasan permukiman nelayan tepi pantai, terutama di kawasankawasan yang dekat dengan pusat kota seperti di kawasan mamolo dan mansapa

  5 Penurunan Kualitas

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di

  4 Genangan Laut Banyaknya permukiman di pantai yang mana terpengaruh pasang surut air laut.

  yang dibangun di atas badan sungai dan tingginya curah hujan, mengakibatkan aliran sungai meluap pada saat hujan karena tidak dapat tertampung oleh badan sungai yang di Kecamatan Sembakung, Lumbis dan Lumbis Ogong.

  3 Genangan Banjir Semakin banyaknya bangunan milik penduduk

  (PJU), air bersih, pengolahan air limbah, akses jalan lingkungan yang masih minim

  Ketersediaan Prasarana Permukiman yang Memadai prasarana permukiman seperti penerangan jalan

  2 Kurangnya

  lokasi permukiman kumuh di wilayah pantai dan di pusat kota permukiman di sekitar pantai yang cenderung tidak teratur dan menutup akses publik ke arah laut/sungai, bahkan mengintervensi hutan mangrove

  1 Keberadaan beberapa

  No Isu Stragis Keterangan (1) (2) (3)

A. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

  perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.

  Kabupaten Nunukan telah memiliki beberapa peraturan daerah terkait dengan pengembangan permukiman. Tabel 6.2 berikut akan menjelaskan mengenai peraturan daerah Kabupaten Nunukan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan permukiman. Berikut adalah data data eksisting terkait pengembangan permukiman di Kabupaten Nunukan.

  

Tabel 6. 2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman

Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Amanat lainnya Kebijakan No Jenis Produk

  Daerah No. / Tahun Perihal Pengaturan ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) RTRW Kabupaten

  1 Perda No.19 Tahun 2013 Nunukan Sumber : Bappeda Kabupaten Nunukan

  

Tabel 6. 3Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Nunukan Tahun 2014

Lokasi Luas Jumlah Jumlah Jumlah Kawasan Kawasan Rumah Rumah No

  Kumuh Permanen Penduduk

2 Semi

  (M )

  Permanen ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

1 Yamaker 2,5 Ha

  • >2 Sungai Mantri

      11 Ha

      3 Sungai Bolong

    • 12,5 Ha

      4 Pangkalan

      8,5 Ha 5. Kampung Jawa

      2,95

      Ha 6.

    • Jl. Sanusi

      1,39 Ha

      III

      Ha - - -

      13. Tanjung Karang 13,8

      Ha - - -

      18. Setabu 7,5

      3 Ha - - -

      17. Mantikas

      Ha - - -

      16. Binalawan 7,77

      Ha - - -

      15. Bebatu 7,5

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 No Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan

      14. Bambangan 6,18

      Ha - - -

      12. Sungai Pancang 31,9 Ha - - -

      Lokasi RSH Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

      11. Sungai Nyamuk 52,4 Ha - - -

      10. Aji Kuning 21, 7 Ha - - -

      9. Perumahan Nelayan 3,23 Ha - - -

      10 Ha - - -

      8. Mamolo

      7. Pasar Lama 1,17 Ha - - -

      Rumah Semi Permanen Jumlah Penduduk ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

      

    Jumlah

    Rumah

    Permanen

    Jumlah

      )

      2

      (M

      Sumber: Masterplan Bappeda Kabupaten Nunukan

    Tabel 6. 4Data Kondisi RSH Kabupaten Nunukan

    No

      Keterangan : Tidak Terdapat data

    Tabel 6. 5Data Kondisi Rusunawa Kabupaten Nunukan

    No

      Lokasi Rusunawa Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Kondisi Prasarana CK yang Ada ( 1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 )

    1 Jl. Ujang

      Dewa Sedadap 2005 Dinsosna kertrans

      Baik Baik

      Sumber: Dinsosnakertrans

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

    B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

      Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:

      Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

      1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

      2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

      3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

      Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

      1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

      2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

    3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

      Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

      4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

      5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

      6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota. Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat Kab/Kota khususnya Kabupaten Nunukan antara lain:

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

      Kawasan perbukitan didominasi oleh batu lempung dan batu pasir, di mana batu lempung bersifat mudah mengembang, pecahpecah, gembur, lunak, mudah longsor, dan sulit dipadatkan. Sedang batu pasir kuarsa tersemen lemah, mudah terdesintegrasi, mudah terkikis, mudah longsor, dan sulit dipadatkan. Pembukaan kawasan perbukitan akan mengakibatkan erosi dan longsoran, sehingga terjadi banjir lumpur yang akan mendangkalkan sungai atau alur drainase lainnya dan akan menutup kawasan yang lebih rendah.

      3 Aspek Pembiayaan 1) Anggaran Pemerintah Kabupaten tidak mampu membiayai seluruh Pemerintah daerah harus bersaing dengan daerah lain guna mendapatkan dana pengembangan permukiman dari

       Memasukkan urusan pengembangan permukiman menjadi tupoksi salah satu sub bidang di Dinas Pekerjaan Umum

      Untuk membentuk lembaga baru yang khusus menangani pengembangan permukiman membutuhkan anggaran yang besar

      2 Aspek Kelembagaan 1) belum terdapat bidang yang secara khusus menangani pengembangan permukiman

       Perkuatan tebing bukit dan daerah rawan longsor.

       Pengembangan kawasan permukiman baru di daerah dengan kelerengan di bawah 15 .

      1 Aspek Teknis 1) Kondisi Fisik dasar Kabupaten nunukan terkait dengan banyaknya masih permukiman didaerah dekat pantai dan di atas bukit.

    Tabel 6.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Nunukan

      No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif solusi

      IMB  melakukan pendataan rumah yang belum memiliki IMB

       melakukan sosialisasi

      IMB Jumlah polisi bangunan yang dimiliki tidak mampu mengcover seluruh wilayah Kabupaten Nunukan, sehingga kontrol terhadap pembangunan permukiman kurang.

      4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta 1) Banyaknya masyarakat yang membangun tanpa

       menyiapkan data baik berupa perencanaan, DED maupun masterplan dengan lebih rinci

      kegiatan pengembangan permukiman pemerintah pusat

       Melakukan koordinasi untuk usulan rencana pengembangan permukiman

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 Permasalahan Pengembangan No Tantangan Pengembangan Alternatif solusi Permukiman

      

    5 Aspek Lingkungan Permasalahan sanitasi yang buruk Peningkatan kualitas

    permukiman dengan Permukiman di kawasan permukiman perkotaan

    1) Banyaknya permukiman perbaikan PSD yang ada

    dan pesisir yang berada di atas kawasan pasang surut

      Sumber:

    6.1.4. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

      Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

      

    Tabel 6. 7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di

    Perkotaan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun V No Uraian Unit

      Ket

      I II

      III

      IV

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )

      253.721

      1 Jumlah Penduduk Jiwa 269.337 285.914 303.511 322.191 Kepadatan 2 1.011 1.073 1.140 1.210 1.284 Jiwa/Km Penduduk Proyeksi 2 Persebaran

    • Jiwa/Km Penduduk Proyeksi
    • 2 Persebaran Jiwa/Km Penduduk Miskin

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 Sasaran Penurunan

      2 Ha 33,26 23,26 13,26 3,26 Kawasan Kumuh Kebutuhan

      3 TB

      1

      1 Rusunawa

      4 Kebutuhan Unit 300 300 300 300 300 RSH Kebutuhan Pengembangan

      5 Kws

      2

      2

      2

      2

      2 Permukiman Baru Sumber : Hasil Analisa 2014

    6.1.5. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

      Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

      1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

      Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan :

      1) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh 2) Infrastruktur permukiman RSH 3) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

      Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 6.1.

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 Gambar 6. 1 Alur Program Pengembangan Permukiman

      Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012 Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

      Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

    1. Umum • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

    • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
    • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
    • Sudah tersedia DED.
    • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL

      KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

    • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
    • Ada unit pelaksana kegiatan.
    • Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

      Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

    2. Khusus

      Rusunawa

    • Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA dalam rangka penanganan

      Kws. Kumuh

    • Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
    • Ada calon penghuni Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

      1. Vitalitas Non Ekonomi

    • Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
    • Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitasbangunan yang terdapat didalamnya.
    • Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

      2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

    • Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan

      VI-12

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

      Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

    • Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

    3. Status Kepemilikan Tanah • Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

    • Status sertifikat tanah yang ada.

      4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

      5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

    • Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
    • Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasandanlainnya.

    6.1.6. Usulan Program dan Kegiatan

    a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Setelah melalui

      tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan

      VI-13

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

    Tabel 6.8 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

      Volume/ Biaya Kriteria No Program/ Kegiatan Lokasi Satuan (Rp.) Kesiapan ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

      a) Infrastruktur permukiman kumuh

      1. Peningkatan Jalan 16.600.00 Nunukan Lingkungan Kecamatan Nunukan

      2. Peningkatan Jalan 16.600.00 Nunukan Lingkungan Kecamatan Nunukan Selatan

      3. Peningkatan Jalan 16.600.00 Nunukan Lingkungan Kecamatan Sebuku

      4. Peningkatan Jalan 16.000.00 Nunukan Lingkungan Kecamatan Tolin onsoi

      5. Survey dan Pembuatan 320.00 Nunukan Database Jalan Lingkungan Se-Kecamatan Krayan & Krayan Selatan

      6 Peningkatan Jalan 16.600.00 Nunukan Lingkungan Pulau Sebatik

    b) Infrastruktur permukiman RSH

      1. Survey dan Identifikasi 280.00 Nunukan Perumahan Layak Huni

      2. Fasilitasi Rumah Layak Huni 18.600.00 Nunukan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

      3. Sosialisasi dan Bantuan 2.420.00 Nunukan Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Bidang Perumahan

      4. Peningkatan Prasarana, 17.800.00 Nunukan Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Layak Huni

      b) Rusunawa dan infrastruktur pendukung

    1 Pembangunan Rusunawa 40.000.00 Nunukan

      Sumber : Hasil Analisa 2014

    b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

      Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 Program/ Kegiatan APBD APBD Masya-

      

    No APBN Swasta CSR Total

    Prov Kota rakat

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )

      Infrastruktur

      a) permukiman kumuh Peningkatan Jalan Lingkungan

      1. 4.000 4.000 8.600 Kecamatan Nunukan Barat Peningkatan Jalan Lingkungan 2. 4.000 4.000 8.600 Kecamatan Nunukan Tengah Peningkatan Jalan Lingkungan

      3. 4.000 4.000 8.600 Kecamatan Nunukan Timur Peningkatan Jalan Lingkungan 4. 4.000 4.000 8.000 Kecamatan NunukanSelatan Survey dan Pembuatan

      5. Database Jalan 320 Lingkungan Se- Kab/Kota Nunukan

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 Tabel 6. 9 Usulan Pembiayaan Proyek Program/ Kegiatan APBD APBD Masya-

      

    No APBN Swasta CSR Total

    Prov Kota rakat

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )

      b) Infrastruktur permukiman RSH

      1. Survey dan Identifikasi 280,00 Perumahan Layak

      Huni

      2. Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat 5.000,00 2.000,00 11.600,00 Berpenghasilan Rendah (MBR)

      3. Sosialisasi dan Bantuan Teknis Penyelenggaraan 600.00 600.00 1.230,00 Pelayanan Bidang Perumahan

      4. Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum 4.000,00 4.000,00 9.800,00 Perumahan Layak Huni

      c) Rusunawa dan infrastruktur pendukung

      1. Sarana dan 2.000,00 1.493,86 keperluan UPTD Rusunawa

      2. Pembangunan 40.000,00 Rusunawa Sumber : Hasil Analisa 2014

      Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

    Tabel 6.10 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kab/Kota Nunukan OUTPUT

      SUMBER DANA (dalam Juta Rupiah) TAHUN SAT-

    INDIKATOR OUTPUT

      VO APBN No LOKASI MASYA SWAS APBD APBD L UAN

      CSR

      1

      2

      3

      4

      5 MURN PROV KOTA RAKAT TA RINCIAN PHLN

      I

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

      Infrastruktur permukiman kumuh

      a) Nunukan Peningkatan Jalan Lingkungan Nunukan 1. Nunukan 4.000 4.000 8.600 Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan

      2.

      4.000 4.000 8.600 Nunukan Nunukan Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan

      3.

      4.000 4.000 8.600 Nunukan Nunukan Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan

      4.

      4.000 4.000 8.000 Nunukan Nunukan Survey dan Pembuatan Database Jalan

      5.

      320 Lingkungan Nunukan Infrastruktur permukiman RSH b) Nunukan

      Survey dan Identifikasi Perumahan Layak 1.

      280 Huni Nunukan Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi

      5.000 Masyarakat Berpenghasilan Rendah 2.

      2.000 11.600 (MBR) Nunukan Sosialisasi dan Bantuan Teknis

      600 Penyelenggaraan Pelayanan Bidang 3.

      600 1.230 Perumahan Nunukan Peningkatan Prasarana, Sarana dan

      4.

      4.000 4.000 9.,800 Utilitas Umum Perumahan Layak Huni Rusunawa dan infrastruktur pendukung c) Nunukan

    • Sarana dan keperluan UPTD Rusunawa 1. Nunukan

      2.000 1.493,86 Pembangunan Rusunawa 2.

      40.000 Sumber : Hasil Analisa 2014

      2020 - Kabupaten Nunukan Tahun 2016

      6.2 . Penataan Bangunan Dan Lingkungan

    6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

      Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

    1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

      UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

    2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

      UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

      a. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang alas hak;

      b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan.Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

      Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

      4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

      Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut.Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

      5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

      Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.

      Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

      Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan

    • - 2020

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016

      pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

      Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

      a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

      c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

      d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

      e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2.

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020 Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012 Gambar 6.

    2 Ling kup Tugas PBL

      Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

       Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);  Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;  Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

      b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung m  Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;  Pelatihan teknis.

      c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan  Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi.

      2020 - Kabupaten Nunukan Tahun 2016

    6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

    A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

      Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan

      IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota. Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

      Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai

      Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020

      kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat. Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

      1) Penataan Lingkungan Permukiman

      a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

      b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

      c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

      d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

      e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

      f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

      2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

      a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

      b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

      

    3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

      a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;

      Kabupaten NunukanTahun 2016 - 2020

      c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

      

    Tabel 6. 11 Isu-Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Nunukan

    No Kegiatan Sektor PBL Isu Stragis

      (1) (2) (3)

       Permukiman kumuh di kawasan sempadan pantai  kondisi sarana prasarana dasar yang masih minim  Permukiman nelayan pantai barat kurang terlayani oleh fasilitas skala lingkungan dan kota

    1 Penataan Lingkungan Permukiman

      2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara  Perda bangunan gedung yang belum sesuai dengan standar yang diharapkan

      

    Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara

      

    Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan

      3 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

      

    Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan

      Sumber: Hasil Analisa 2014

    B. Kondisi Eksisting

      Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM 10.925 kelurahan/desa.Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak

      2 Kabupaten/Kota,

      9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama. Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non- fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

      Tabel 6. 12 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Perda / Pergub / Perwal / Perbup / Peraturan lainnya No Jenis Produk Amanat No. / Tahun Tentang Pengaturan ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )

    • 1 Perda Kabupaten Bangunan Nunukan Perda Kabupaten RTRW Kabupaten

      2

      19 Tahun 2013 Nunukan Nunukan Sumber : Bappeda dan DPU&TR Kabupaten Nunukan

      Tabel 6. 13 Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tradisional RTH Pemenuhan SPM Penanganan dan Bersejarah Kebakaran

      

    Nama Dukungan Lokasi/ Nama Luas % Ketersediaan % HSBGN Instansi Prasarana

    Infrastruktur RTH Luas

      IMB Kawasan RTH

      IMB Kebakaran (Ha) RTH CK

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 )

    Pemeliharaan

      Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pulau Sebatik Budidaya Tanaman Hias dan Pohon Pelindung

      Penataan Kawasan dan Taman Jalan Lingkar

      Master Plan Kawasan Hutan Kota Kab. Nunukan

      Sumber : DPU & DKPP Kabupaten Nunukan

      Kabupaten NunukanTahun 2016 2020 -

    Tabel 6. 14 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

    Jml BG Negara Status Kondisi Ketersediaan

      No Kawasan Berdasarkan Fungsi Kepemilikan Bangunan Utilitas BG ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) Fungsi Hunian…Unit Fungsi Keagamaan ….Unit Fungsi Usaha ... unit Fungsi Sosial Budaya .... unit Fungsi Khusus ... unit

      Ket : Tidak Terdapat data

    C. Permasalahan dan Tantangan

      Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

      Penataan Lingkungan Permukiman:

       Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;