SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL KEPITING BAKAU (Scylla serrata) PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP
KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH
DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL
KEPITING BAKAU (Scylla serrata)
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
MASHITA VIVI MAHARGYANI
SURABAYA- – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP
KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH
DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL
KEPITING BAKAU (Scylla serrata)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Oleh:
MASHITA VIVI MAHARGYANI NIM. 141211132024 Menyetujui,
Komisi Pembimbing Pembimbing Utama Pembimbing Serta Agustono, Ir., M.Kes. Dr. M. Anam Al Arif, drh. MP NIP. 19570630 198601 1 001 NIP. 19620926 19803 1 004 iii SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP
KANDUNGAN KOLESTEROL, LOW DENSITY LIPOPROTEIN
(LDL), DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL)
KEPITING BAKAU (Scylla serrata
Oleh: MASHITA VIVI MAHARGYANI NIM. 141211132024
Telah diujikan pada Tanggal : 2 Agustus 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Dr. Mirni Lamid., drh. MP Anggota : Muhammad Arief, Ir., M.Kes
Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si Agustono, Ir., M.Kes. Dr. M. Anam Al Arif, drh. MP
Surabaya, 10 Agustus 2016 Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Dekan,
Dr. Mirni Lamid., drh. MP NIP. 19620116 199203 3 001 iv
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
MASHITA VIVI MAHARGYANI. Pemanfaatan Crude Fish Oil (CFO) Pada
Pakan Terhadap Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
lipoprotein (HDL) dan Kolesterol Kepiting Bakau (Scylla serrata). Dosen
Pembimbing Utama Agustono, Ir., M.Kes.. dan Dosen Pembimbing Serta Dr.
M. Anam Al Arif, drh., MP
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Kepiting bakau memiliki kandungan kolesterol yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi para konsumen untuk mengkomsumsi produk yang kurang baik bagi kesehatannya. Crude Fish Oil merupakan minyak limbah pengolahan ikan lemuru yang diperoleh dari daerah Muncar yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Kandungan asam lemak tak jenuh yang terkandung di dalam CFO dianggap dapat menurunkan kandungan LDL dan kolesterol serta meningkatkan kandungan HDL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian CFO pada pakan ikan rucah terhadap kandungan LDL, HDL dan kolesterol kepiting bakau (Scylla
serrata ). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Pada penelitian ini jumlah dosis CFO yang ditambahkan dalam pakan ikan rucah adalah: perlakuan A (0 %), B (2 %), C (4 %), D (6 %), E (8 %). Parameter yang diamati adalah kandungan LDL, HDL dan kolesterol pada daging kepiting bakau. Analisis data menggunakan Analisis Varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan CFO pada pakan ikan rucah selama 33 hari pemeliharaan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kandungan LDL, HDL dan kolesterol kepiting bakau. Kandungan LDL mengalami peningkatan mulai dosis 2
- – 8 %, kandungan HDL mengalami peningkatan mulai dosis 4 - 8 % dan kandungan kolesterol mengalami penurunan pada dosis 4 %.
iv SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
MASHITA VIVI MAHARGYANI. Utilization Of Crude Fish Oil (CPO) On
Feed To Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL)
Cholesterol Content Of Mud Crab (Scylla Serrata). Main Academic Advisor
Agustono, Ir., M.Kes.. and Academic Advisor Dr. M. Anam Al Arif, drh., MP
Mud crab (Scylla serrata) is one of high economic value commodity. Mud crabs has relatively high cholesterol content, that affecting the consumers to consume unhealthy products. Crude Fish Oil are fish lemuru processing oil waste obtained from Muncar areas that contain high unsaturated fatty acids. Unsaturated fatty acids contained in the CFO considered to reduce the content of LDL and cholesterol as well as to increase HDL content.
This research purposed to know gives effect of CFO on trash fish feed to LDL, HDL and cholesterol content of mud crab (Scylla serrata). The method used was experimentally using completely randomized design (CRD) with five treatments and four replications. In this research the number of CFOs are added in trash fish feed are: treatment A (0 %), B (2 %), C (4 %), D (6 %), E (8 %). The parameters measured were the content of LDL, HDL and cholesterol in mud crab meat. Data analysis used variant analysis (ANOVA) followed by Duncan's Multiple Range Test.
The results showed that the addition of CFO on trash fish feed for 33 days of maintenance gives a significantly different effect (P <0.05) to mud crab LDL, HDL and cholesterol content. The content of LDL increased start from dose 2 % - 8 %. Increased HDL in treatment 4
- – 8 %. A decreased of cholesterol content in treatment 4 %.
v SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Segala puji dan syukur penulis pajatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah
- –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang Pemanfaatan Crude Fish Oil (CFO) Pada Pakan Terhadap Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) Dan Kolesterol Kepiting Bakau (S. serrata). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih belum sempurna sehingga masukan dan saran diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.
Surabaya, Agustus 2016 Penulis vi
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Muhammad Arief, Ir., M.Kes selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi dalam bidang akademik dan non akademik.
3. Agustono, Ir., M.Kes selaku Dosen Pembimbing utama dan Dr. M. Anam Al Arif, drh. MP selaku Dosen Pembimbing serta yang telah memberikan arahan, masukan serta bimbingan sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, Muhammad Arief, Ir., M.Kes. dan Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. , selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan skripsi ini.
5. Mama, Adik dan Ayah yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.
7. Tim penelitian scylla Kemala, Catherine, Hadijah dan Tomi yang telah bekerja sama dalam kesuksesan penelitian ini.
8. Rizky yang telah bersedia mengantar jemput selama penelitian di UB Malang serta Yusrina, Anissa, Aning, Kenny, dan Devy yang memberikan tempat tinggal selama saya melakukan pengujian di UB Malang.
9. Mbak mami, Fajar dan Mia yang membantu dalam penyusunan skripsi ini serta teman-teman Barracuda yang telah menemani, memberi semangat, membantu selama 4 tahun ini. vii
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
viii SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. iv SUMMARY .................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
3 1.3 Tujuan ................................................................................................
3 1.4 Manfaat .............................................................................................
4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata) .......................................................
5 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau ..............................
5 2.1.2 Pakan dan Kebiasaan Makan Kepiting Bakau .........................
6 2.2 Kolesterol .........................................................................................
7 2.3 Lemak ................................................................................................
8 2.3.1 Metabolisme Lemak .................................................................
8 2.4 Crude Fish Oil (CFO) Ikan Lemuru .................................................
12 2.5 Mekanisme Penurunan Kolesterol Kepiting .....................................
13
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................
16 3.2 Hipotesis ...........................................................................................
19 IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu .............................................................................
20 4.2 Materi Penelitian ...............................................................................
20 4.2.1 Peralatan Penelitian ..................................................................
20 4.2.2 Bahan Penelitian .......................................................................
20 4.3 Metode Penelitian .............................................................................
21
4.3.1 Prosedur Kerja ........................................................................ 21
A. Persiapan Alat dan Bahan ................................................... 21
B. Pakan Kepiting Bakau ......................................................... 22 4.3.2 Rancangan Penelitian ...............................................................
22 4.3.3 Variabel Penelitian ..................................................................
23 A. Variabel Penelitian .............................................................. 23
B. Deskripsi Variabel .............................................................. 24 C. Parameter Pendukung .........................................................
24 4.3.4 Analisis Data .............................................................................
25 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil .................................................................................................
27 5.1.1 Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) ..........................
27 5.1.2 Kandungan High Density Lipoprotein (HDL) .......................
27 5.1.3 Kandungan Kolesterol .............................................................
28 5.2 Pembahasan .......................................................................................
30 VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................................
36 6.2 Saran ..................................................................................................
36 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
37 LAMPIRAN ................................................................................................... 42 ix SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Tabel Halaman 1. Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO) ...........................
12 2. Rata-rata kandungan LDL dsaging kepiting bakau ................................
27 3. Rata-rata kandungan HDL dsaging kepiting bakau .................................
29 4. Rata-rata kandungan kolesterol kepiting bakau .....................................
30 x
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Gambar Halaman 1. Morfologi kepiting bakau (Scylla serrata) ................................................
6 2. Jalur metabolisme eksogen kolesterol .......................................................
9 3. Jalur metabolisme endogen kolesterol ......................................................
10 4. Jalur reverse cholesterol transport..............................................................
11 5. Diagram Kerangka Konseptual ..................................................................
18 6. Diagram alir penelitian ...............................................................................
26 xi
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran Halaman
1. Hasil pengujian kolesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
lipoprotein (HDL) daging kepiting bakau (S. serrata) dan ikan kuniran (Upeneus sulphureus Cuvier) ......................................................................
42
2. Hasil analisis proksimat ikan kuniran (Upeneus sulphureus Cuvier) dan daging kepiting bakau (S. serrata) ..............................................................
45
3. Analisis statistik data kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) kepiting bakau (S. serrata) ..........................................................................
47
4. Analisis statistik data kandungan High Density Lipoprotein (HDL) kepiting bakau (S. serrata) ..........................................................................
48
5. Analisis statistik data kandungan kolesterol kepiting bakau (S. serrata) .... 49 6. Data kualitas air ...........................................................................................
50 7. Dokumentasi penelitian ..............................................................................
52 xii
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
1.1 Latar Belakang
Kepiting bakau merupakan salah satu sumberdaya hayati perairan bernilai ekonomi tinggi, serta merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk di budidayakan. Jenis biota ini telah dibudidayakan secara komersial di beberapa negara tropis (Sadinar dkk., 2013). Kepiting bakau telah dikenal baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri karena rasa dagingnya yang lezat dan bernilai gizi tinggi yakni mengandung berbagai nutrisi penting seperti mineral dan asam lemak omega-3 (Catacutan, 2002).
Aslamsyah dan Yushinta (2010) menyatakan bahwa kepiting bakau mempunyai kandungan gizi yaitu abu 30%, protein 37,63%, lemak 6,34%, serat kasar 10,8%, BETN 14,36%, glukosa 10,58 mg/100 ml dan glikogen otot 11,42 mg/g. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepiting memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafiq (2008) kepiting bakau mempunyai kandungan kolesterol sebesar 76 mg/100g. Ambang batas konsumsi kolesterol manusia normal sekitar 300 mg/hari (Pramudya dkk., 2013).
Kolesterol sangat dikuatirkan karena dapat menyebabkan ateroklerosis bila dikonsumsi secara berlebih oleh manusia (Rusmana dkk., 2008). Menurunkan kolesterol dapat dilakukan dengan pengurangan konsumsi asam lemak jenuh, pengurangan konsumsi kolesterol dan peningkatan konsumsi asam lemak tak jenuh (Winarno, 1984 dalam Rusmana dkk., 2008). Hasil penelitian Agustono dkk (2015) menunjukkan penurunan kandungan kolesterol pada daging vaname
2 penambahan Crude Fish Oil (CFO) sebesar 6% dan 8% pada pakan.
Crude Fish Oil (CFO) adalah minyak ikan kasar yang memliki kandungan
lemak kasar sebesar 55,8791%, asam lemak omega-3 yang tinggi
Eicosapentaenoic Acid (EPA) sebesar 10,7173%, dan Docosahexaenoic Acid
(DHA) sebesar 7,0108% (Lokapirnasari, 2013). Asam lemak omega-3 dalam bentuk EPA (Eicosa Pentaenoic Acid) dan DHA (Docosa Hexaenoic Acid) saat digunakan pada dosis 3-4 g/hari ditemukan telah memberikan efek terhadap penurunan trigliserida (TG) (Syarif, 2011). Omega-3 dapat menurunkan kadar lipida (kolesterol) dalam serum darah, yaitu dengan jalan menghambat pembentukan protein dan trigliserida dalam Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga VLDL dan LDL dalam serum darah menjadi rendah (Manurung, 2009).
Penelitian tentang penggunaan CFO untuk menurunkan kolesterol pada bidang perikanan belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian CFO pada pakan terhadap penurunan kandungan kolesterol kepiting bakau (Scylla serrata). Penambahan Crude Fish Oil (CFO) diharapkan dapat menurunkan kandungan LDL dan meningkatkan kandungan HDL dan kandungan kolesterol pada kepiting bakau.
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
3 Perumusan masalah
1. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) pada kepiting bakau (S. serrata)?
2. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap peningkatan kandungan High Density Lipoprotein (HDL) pada kepiting bakau (S. serrata)?
3. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap kandungan kolesterol pada kepiting bakau (S. serrata) ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) pada kepiting bakau (S. serrata).
2. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap peningkatan kandungan High Density Lipoprotein (HDL) pada kepiting bakau (S. serrata).
3. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap peningkatan kandungan kolesterol pada kepiting bakau (S.
serrata ).
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap penurunan kandungan Low
Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kandungan High Density Lipoprotein
(HDL) dan penurunan kolesterol total, pada kepiting bakau (S. serrata). Hasil penelitian ini diharapkan bisa diterapkan dalam budidaya kepiting bakau dengan tujuan menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan, sehingga permintaan akan komoditas kepiting bakau yang aman bagi kesehatan dapat terus meningkat.
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Klasifikasi kepiting bakau (Scylla serrata) menurut Keenan (1999) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Mandibulata Class : Crustacea Subclass : Malacostraca Ordo : Decapoda Subordo : Pleocyemata Infraorder : Branchyura Superfamily : Portunoidea Family : Portunidae Genus : Scylla Spesies : Scylla serrata
Menurut Monoarfa (2014), secara umum morfologi kepiting bakau dapat dikenali dengan ciri sebagai berikut: Seluruh tubuhnya tertutup oleh cangkang, terdapat 6 buah duri diantara sepasang mata, 9 duri disamping kiri dan kanan mata, mempunyai sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa cheliped (kaki yang mencapit) dapat mencapai ukuran 2 kali panjang karapas, mempunyai 3 kaki jalan, mempunyai sepasang kaki renang dengan bentuk pipih, kepiting jantan mempunyai abdomen yang berbentuk agak lancip menyerupai segi tiga sama kaki, sedangkan pada kepiting betina dewasa agak membundar dan melebar, S. serrata dapat dibedakan dengan jenis lainnya, karena mempunyai ukuran paling besar. Kepiting bakau (S. serrata) mempunyai duri pada karapas diantara dua mata
6 membulat (Wijaya dkk, 2010).
Gambar 1. Morfologi kepiting bakau (Balai Uji Standar Karantina Ikan, 2011).
2.1.2 Pakan dan Kebiasaan Makan Kepiting Bakau
Kepiting bakau di alam menempati habitat kawasan mangrove dan memakan akar-akarnya (pneumathphore) (Herlinah dkk, 2010). Menurut Cholik (2005), kepiting bakau adalah hewan air pemakan detritus yang cenderung bersifat pemakan daging (karnivora). Selama pemeliharaan di tambak, kepiting bakau (Scylla spp.) diberikan pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput (Iskandar, 2002).
Analisa proksimat ikan rucah kuniran dalam bobot kering, yaitu: kadar air 79,12%, protein 70,05%, lemak 6,50%, kadar abu 0,07%, serat kasar 18,68%, dan BETN 4,70% (Fauzi dkk., 2008). Sejalan dengan pendapat Kuntiyo (2004), menjelaskan bahwa dalam pertumbuhan kepiting membutuhkan protein lebih banyak dari pada hewan darat dan kebutuhan protein bagi kepiting tergantung dari jenis, umur, reproduksi, dan lingkungan hidupnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pakan segar merupakan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan nutrien kepiting meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
7 lemak 4,8-10,8%, serat 2,1-4,3%, BETN 18,7-42,5%, dan abu 0,6-22,0% (Anderson et al. 2004).
Porsi pakan yang lebih banyak pada sore hari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan karena kepiting adalah hewan nokturnal (yang beraktivitas dan mencari makan pada malam hari) (Sagala dkk, 2013). Menurut Fujaya (2006), pada keadaan cukup pakan, ikan akan mengkonsumsi pakan hingga memenuhi kebutuhan energinya, energi tersebut pertama digunakan untuk metabolisme basal (maintenance) selanjutnya energi digunakan untuk aktivitas, produksi, dan pertumbuhan.
2.2 Kolesterol
Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol diproduksi di dalam hati sekitar 80% dan selebihnya diperoleh dari makanan yang kaya kandungan kolesterol (Silalahi, 2006). Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama otak, sumsum tulang belakang, hati dan empedu. Hati membuat kolesterol sangat banyak, sekitar ¾ gram sehari, dari berbagai sumber termasuk asetat, suatu garam organik yang terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang diserap kembali oleh usus halus (Tjay dan Rahardja, 2002).
Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berbentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
8 ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol juga mempunyai makna penting karena menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray dkk., 2009).
Menurut Sheen (2000), bahwa kebutuhan kolesterol pada juvenil kepiting bakau (Scylla serrata) sebesar 0,51% dan pada stadia larva (megalopa) kepiting bakau (Scylla serrata) membutuhkan kolesterol sebesar 0,80% (Holme, 2008).
2.3 Lemak
Lemak adalah suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan 3 asam lemak terikat rantai utamanya. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan dalam sel-sel lemak sebagai cadangan makanan (Guyton dan Hall, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah (Tuminah, 2009).
2.3.1 Metabolisme Lemak
Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Lemak yang berada di plasma darah, akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein disebut lipoprotein. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low
Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL) (Adam, 2009).
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
9 yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur reverse
cholesterol transport atau jalur balik kolesterol (Wahyudi, 2009).
a. Jalur Metabolisme Eksogen
Pada jalur metabolisme eksogen, trigliserida dan kolesterol dari makanan yang masuk kedalam usus dan dicerna. Di dalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hati dan diekskresikan bersama dengan empedu ke usus halus. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Di dalam mukosa usus halus, trigliserida diserap dalam bentuk asam lemak bebas sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Seteah melewati mukosa usus halus, asam lemak diubah kembali menjadi trigliserida dan kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron (Wahyudi, 2009). Skema jalur eksogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd, 2001).
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
10 Hati memiliki kemampuan mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua produk ini disekresikan ke dalam sirklasi darah dalam bentuk lipoprotein Very
Low Density Lipoprotein (VLDL). Trigliserida di VLDL akan dihidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga VLDL berubah menjadi Intermmediate
Density Lipoprotein (IDL). IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian lainnya
akan dihidrolisis kembali ke LPL sehingga berubah menjadi Low Density
Lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung
kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kalenjar adrenal, testis, dan ovarium yang memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagain lainnya akan dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa. Konsentrasi
kolesterol LDL yang banyak dalam plasma darah, akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Kwiterovich, 2000). Skema jalur endogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jalur metabolisme endogen kolesterol (Kwiterovich, 2000).
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
11 Jalur Reverse Cholesterol Transport berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C, E, dan E dan disebut HDL nascent. HDL
nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan
mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag (Adam, 2009).
Kolesterol yang telah diambil HDL akan diesterifikasikan oleh enzim
lecthin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. Kolesterol
ester ini kemudian di transport dalam dua jalur. Pertama, jalur ke hati dan ditangkap oleh reseptor kolesterol HDL. Jalur kedua, kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL dengan bantuan
cholesterol ester transfer protein (CETP) (Kwiterovich, 2000). Skema jalur Jalur
reverse cholesterol transport dapat dilihat pada Gambar 4.Gambar 4. Jalur reverse cholesterol transport (Kwiterovich, 2000).
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
12 SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Minyak ikan yang sangat berpotensial di Indonesia adalah minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru merupakan hasil sampingan pembuatan tepung ikan dan pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps). Produksi ikan lemuru di Indonesia rata-rata mencapai ±15,84% pertahun dari produksi total semua jenis ikam. Muncar sebagai daerah penangkapan utama ikan lemuru, produksi rata-rata pertahun ±81,37% dari total ikan lemuru di Jawa Timur. Kandungan lemak atau minyak dari lemuru sekitar 4,5-11,8% (Bandie, 1982 dalam Rusmana dkk, 2008).
10. Stearic acid (C18:0) 6,171% 11.
Crude Fish Oil (CFO) menurut Rasyid (2003) adalah minyak ikan yang
16. Docosenoic acid (C22:0) 0,969% (Sumber : Hasil analisis ULP Farmasi, 2016)
15. Docosahexaenoic acid (C22:6) 3,556%
14. Eicosanoic acid (C20:0) 0,363%
13. Eicosenoic acid - 11(C20:1) 0,905%
(C20:5) 3,622%
Eicosapentaenoic acid
(C20:4) 0,379% 12.
Eicosatetraenoic acid
9. Octadecenoic acid 1,466%
Tabel 1. Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO).
8. Oleic acid (C18:1) 30,570%
7. Linoleic acid (C18:2) 6.886%
6. Margaric acid (C17:0) 0,296%
5. Palmitic acid (C16:0) 35,047%
4. Palmitoleic acid (C16:1) 3,685%
3. Pentadecanoid acid (C15:0) 0,258%
2. Myristic acid (C14:0) 4,937%
1. Lauric acid (C12:0) 0,890 %
NO Macam Analisis Hasil Analisis Asam-asam Lemak (%)
didapatkan dari hasil ekstraksi dan belum dimurnikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh
13 proses pengukusan pada temperatur 95° C dilanjutkan dengan pemisahan fase cair dan fase padat kemudian dilakukan proses pemurnian.
Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani dan mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah banyak (Agustono dkk, 2015). Hasil analisis yang telah dilakukan di Unit Layanan Pengujian Faklutas Farmasi, Universitas Airlangga (2016), Crude Fish Oil (CFO) memiliki kandungan 16 asam lemak yang dapat dilihat pada tabel 1.
2.5 Mekanisme Penurunan Kolesterol Kepiting
Crustacea memiliki kemampuan metabolisme untuk mengubah beberapa sterol menjadi kolesterol (Lovell, 1998). Crustacea tidak mampu mensintesis sterol secara de novo, namun dapat melakukan biosintesis kolesterol dari sterol lain sep erti β-sitosterol, brassicarterol, ergosterol dan campesterol, dengan demikian kandungan sterol pada crutacea bergantung pada pakan (Teshima and
Kanazawa in Sheen, 2000).
Asam lemak omega-3 sebagai bagian dari PUFA yang berasal dari minyak ikan mempunyai kemampuan menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol darah serta meningkatkan ekskresinya (Estiasih dan Ahmadi, 2009). Pada jalur endogen trigliserida ditransportasikan dalam bentuk lipoprotein yang bernama Very Low
(VLDL). Trigliserida di luar hati dan berada di dalam
Density Lipoprotein
jaringan akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian dimetabolisasi oleh hati menjadi kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) (Graha, 2010). SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
14 terjadi melalui peningkatan pengambilan partikel LDL dari proses sirkulasi oleh liver (Rustan and Drevon, 2005). High Density Lipoprotein (HDL) membawa kolesterol yang sudah tidak digunakan oleh sel menuju liver untuk diperbaiki atau diekskresikan (Colpo, 2005).
Menurut pengujian yang telah dilakukan di Unit Layanan Pegujian, Fakultas Farmasi (2016) CFO juga mengandung oleic acid yaitu sebesar 30,570%. Asam oleat merupakan asam lemak golongan MUFA. Asam lemak ini mempunyai struktur 18:1 dengan rumus molekul CH3(CH2)7C=C(CH2)7COOH, dan merupakan golongan omega-9 karena memiliki ikatan ganda pada posisi 9 dari ujung rantai (Mayes, 2003).
Keberadaan letak ikatan rangkap dalam struktur kimiawi asam lemak mengakibatkan adanya perbedaan konfigurasi bentuk cis dan trans. Bila ikatan rangkapnya terletak pada sisi yang sama dengan gugus hidrogen maka disebut sebagai konfigurasi cis, sedangkan bila ikatan rangkapnya terletak disisi yang berlawanan maka disebut sebagai konfigurasi trans (Nawwar, 1996). Asam lemak oleat dalam daging buah alpukat adalah didominasi oleh konfigurasi cis.
Konfigurasi trans ternyata justru memberikan ri siko terjadinya penyakit jantung koroner. Konfigurasi cis lebih memiliki kemampuan protektif terhadap penyakit degenaratif dibanding lemak trans. Hal ini karena konfigurasi cis dapat menghambat absorbsi kolesterol dalam intestinum dan strukturnya lebih stabil sehingga tidak mudah dioksidasi. Oksidasi asam lemak dapat menyebabkan kerusakan seluluer seperti lipoprotein plasma , sehingga dapat menyebabkan LDL SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
15 (Halliwell,1994).
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
3.1 Kerangka Konseptual
Kepiting bakau termasuk satu diantara komoditas perikanan bernilai ekonomi penting di wilayah Indo-Pasifik. Kepiting bakau dikenal sebagai salah satu sumber pangan yang memiliki nilai gizi cukup tinggi yakni mengandung berbagai nutrien penting dan potensial untuk dibudidayakan (Saputra dkk, 2013).
Permintaan akan komoditas kepiting yang terus meningkat, baik di pasaran dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan organisme ini termasuk salah satu komoditas andalan untuk ekspor mendampingi komoditas udang windu (Bulanin dan Rusdi 2007).
Bagian tubuh kepiting yang bisa dimakan mengandung 65,72% protein, 7,5% mineral, dan lemak 10,52. Bahkan, kandungan protein telurnya lebih tinggi yaitu 88,55%, mineral 3,2% dan lemak 8,16% (Soim 1994). Menurut Karim (2005) bahwa kepiting memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syafiq (2008), kepiting bakau mempunyai kandungan kolesterol sebesar 76 mg/100g.
Ambang batas konsumsi kolesterol manusia normal sekitar 300 mg/hari (Pramudya dkk, 2013). Kepiting konsumsi dengan ukuran antara 250-300 gram mengandung kolesterol sebesar 154-185 mg per ekor, sehingga dengan mengkonsumsi 2 ekor kepiting saja sudah melewati ambang batas konsumsi kolesterol manusia normal. Asam lemak dan kolestrol adalah senyawa esensial yang mempunyai fungsi besar dalam tubuh, namun dibalik itu bermacam-macam penyakit dapat ditimbulkan oleh kedua senyawa tersebut. Perlu diupayakan
17 tidak jenuh, khususnya asam lemak Omega-3 dan Omega-6 tanpa mengurangi kualitas (Sastrodihardjo, 1998).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustono dkk (2015), menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol pada udang melalui penambahan minyak ikan pada ransum pakan. Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani dan mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah yang banyak. Asam lemak Omega-3 dan Omega-6 tidak dapat disintesis oleh tubuh, oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhannya harus disediakan melalui bahan pakan, sehingga upaya untuk memenuhi target tersebut adalah melalui penambahan bahan pakan yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi, seperti minyak ikan lemuru ke dalam ransum pakan (Sastrodihardjo, 1998).
Salah satu sumber asam lemak omega-3 adalah minyak ikan kasar atau
Crude Fish Oil. Hasil analisis yang telah dilakukan di ULP (2016) kandungan
asam lemak esensial pada CFO tinggi yaitu sebesar 51,69% yang terdiri dari berbagai jenis asam lemak tak jenuh. Berkaitan dengan masalah ini, omega-3 dan asam lemak essensial lain dapat menurunkan kadar lipida (kolesterol) tersebut dalam serum darah, yaitu dengan jalan menghambat pembentukan protein dan trigliserida dalam VLDL/LDL sehingga VLDL/LDL dan kolesterol serum darah menjadi rendah pula serta meningkatkan kandungan HDL p (Freeman dan Junge, 2015).
Penambahan Crude Fish Oil (CFO) diharapkan dapat menurunkan kolesterol pada kepiting bakau. Dihasilkannya produk kepiting bakau yang rendah SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
18 kepiting bakau. Kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.
Kepiting bakau (S. serrata) Permintaan kepiting bakau yang meningkat
Kandungan kolesterol kepiting bakau yang tinggi Penambahan Crude Fish Oil Penurunan kolesterol melalui
(CFO) pakan
Asam lemak Tak Jenuh
Asam Lemak Jenuh
Omega-3 Asam Oleat
Menghambat absorbsi Menghambat sintesis Very Meningkatkan High Density kolesterol dalam intestinum Low Density Lipoprotein
Lipoprotein (HDL) (VLDL)
Menghambat sintesis Low Density (LDL)
Lipoprotein Low Density Lipoprotein (LDL) menurun
Kandungan kolesterol berkurang Gambar 5. Diagram Kerangka Konseptual
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
19 SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Hipotesis yang dapat diambil pada penelitian ini adalah :
1. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) kepiting bakau (S.
serrata )
2. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) kandungan kepiting bakau (S.
serrata )
3. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada penurunan kandungan kolesterol kepiting bakau (S. serrata)
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret hingga 28 April 2016 di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya. Analisis proksimat bahan baku pakan dan daging kepiting dilakukan di Laboratorium Pakan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.
Analisis kandungan asam lemak dilakukan di Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya. Analisis kandungan LDL, HDL, VLDL, dan kolesterol total dilakukan di Laboratorium Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi 60 buah akuarium, selang penyipon, aerator, selang aerasi, 60 buah batu aerasi, tandon, bak plastik, gelas ukur, timbangan digital, pH meter, termometer, DO meter dan amonia test kit , mikropetrida, biosense kit, chopper, baki, pisau, telenan, dan sendok.
4.2.2 Bahan Penelitian
A. Hewan uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah kepiting bakau (Scylla
serrata ) dengan ukuran 50-75 gram per ekor sebanyak 60 ekor didapatkan dari
pengepul di daerah Keputih, Surabaya.21 Media pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air payau dengan volume empat liter pada akuarium yang berukuran 25x20x30 cm³ C. Bahan pakan
Pakan yang akan digunakan dalam penelitian adalah ikan rucah jenis ikan kuniran yang di campur dengan crude fish oil dan tepung tapioka.
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Prosedur Kerja
A. Persiapan Alat dan Bahan Persiapan penelitian dengan membersihkan peralatan yang akan digunakan. Air payau yang akan digunakan sebelumnya dilakukan penandonan dengan pemberian aerasi agar meningkatkan oksigen terlarut dan menghilangkan bahan kimia yang tidak diiginkan. Peralatan yang digunakan berupa akuarium pemeliharaan, tong plastik dan baskom dicuci menggunakan sabun dibilas dan dikeringkan. Akuarium yang sudah kering diisi dengan air payau pada setiap akuariumnya. Setelah dilakukan pengkondisian air akuarium maka dilakukan aerasi selama 1x24 jam untuk meningkatkan oksigen terlarut dan menghilangkan bahan kimia yang tidak diinginkan yang masih ada didalam akuarium. Kepiting bakau yang sudah disiapkan dimasukkan kedalam akuarium dan dipuasakan selama satu hari untuk menghilangkan pengaruh pakan yang diberikan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu agar kepiting bakau dapat beradaptasi dengan lingkungan dan pakan yang baru.
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M