SKRIPSI PENGGUNAAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN RETENSI LEMAK DAN RETENSI ENERGI KEPITING BAKAU (Scylla serrata)

  SKRIPSI PENGGUNAAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN RETENSI LEMAK DAN RETENSI ENERGI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) Oleh : SITI HADIJAH SURABAYA-JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Siti Hadijah N I M : 141211132003 Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 24 Maret 1994 Alamat : Jalan Ngagel Tirto gang 2 nomer 6 Surabaya

  Telp./HP 0822 3134 9877 Judul Skripsi : Penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada Pakan terhadap

  Kandungan Retensi Lemak dan Retensi Energi Kepiting Bakau (Scylla serrata). Pembimbing : 1. Agustono, Ir., M.Kes.

  2. Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).

  Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.

  XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  SKRIPSI PENGGUNAAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN RETENSI LEMAK DAN RETENSI ENERGI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh : SITI HADIJAH NIM. 141211132003

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  SKRIPSI PENGGUNAAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN RETENSI LEMAK DAN RETENSI ENERGI KEPITING BAKAU (Scylla serrata)

  Oleh: SITI HADIJAH NIM. 141211133068

  Telah diujikan pada Tanggal : 16 Agustus 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Dr. Mirni Lamid, drh., MP Anggota : Dr. M. Anam Al-Arif, drh., MP.

  Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Agustono, Ir., M.Kes Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  RINGKASAN SITI HADIJAH. Penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada Pakan terhadap Kandungan Retensi Lemak dan Retensi Energi Kepiting Bakau (Scylla serrata

  ). Dosen Pembimbing Agustono, Ir., M.Kes. dan Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP.

  Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan biota air payau yang memiliki potensi pasar yang cukup luas di dalam negeri maupun luar negeri, hal tersebut dikarenakan kepiting bakau (Scylla serrata) memiliki rasa yang lezat, enak dan bergizi tinggi. Pakan alami kepiting bakau adalah ikan rucah, salah satu contoh yaitu ikan kuniran yang memiliki kandungan gizi sebesar protein 15,43%, lemak 0,46%, air 84,29% dan abu 0,77%. Kebutuhan lemak pakan kepiting adalah 4,8- 10,8%, namun ikan kuniran memiliki lemak 0,46% sehingga membutuhkan lemak tambahan. Penggunaan lemak dalam pakan ikan sangat penting dalam menunjang laju pertumbuhan ikan. Ikan membutuhkan lemak sebagai sumber energi. Hal inilah yang menyebabkan biaya produksi meningkat untuk penyediaan pakan yang membutuhkan kandungan lemak yang efisien oleh karena itu, perlu dilakukan upaya menambahkan minyak ikan Crude Fish Oil (CFO) yang merupakan salah satu sumber asam lemak kaya manfaat karena terkandung lemak kasar sebesar 55,8791%.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan Crude Fish

  Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap retensi lemak dan retensi energi

  kepiting bakau (Scylla serrata). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. terdiri atas lima perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan Crude Fish Oil (CFO) 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% pada pakan. Analisis data yang digunakan adalah statistik.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa retensi lemak dan retensi energi antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Dari hasil penelitian disimpulkan penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada pakan tidak memberikan peningkatan terhadap retensi lemak dan retensi energi kepiting bakau (Scylla serrata).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  SUMMARY SITI HADIJAH. Addition of Crude Fish Oil (CFO) Towards Feed of the Fat and Energy Retention of Mud Crabs (Scylla seratta). Academic Advisor

Agustono, Ir., M.Kes. and Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP.

  Mud Crab (Scylla serrata) is brackish water organism that has quite big market potential in and out of the country, that because mud crab (Scylla serrata) has tasty flavour and high gizi. Natural feed of mud crab is trash fish, one of the example is kuniran fish that has gizi content such a 15.43% of protein, 0.46% of fat, 84.29% water and ash 0.77%. Crab needed fat in feed as big as 4.8-10.8%, but kuniran fish has 0.46% fat so need additional fat. Uses of fat in fish feed is very important to support fish’s growth rate. Fish need fat as an energy source. That is the reason why production cost increase for feed supply that need efficient fat content so need the addition of fish oil Crude fish Oil (CFO) as one of fatty acids source that have 55.8791% extract ether.

  Purpose of this research is to know Crude Fish Oil (CFO) in feed affect fat retention and energy retention of mud crab (Scylla serrata). Research methods used was experimental methods with randomly complete design, included five treatments and four replication. Treatments used were addition of Crude Fish Oil (CFO) 0%, 2%, 4%, 6% and 8% in feed. Data was analyzed by statistic.

  The result of this reasearch showed that fat retention and energy retention of each treatments has no significantly different (p>0.05). From the results of this study can be concluded that the use of Crude Fish Oil (CFO) in feed didn’t give enhancement to fat retention and energy retention of mud crab (Scylla serrata).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

  Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Skripsi tentang Penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada Pakan terhadap Kandungan Retensi Lemak dan Retensi Energi Kepiting Bakau (Scylla serrata). Laporan ini disusun berdasarkan hasil Penelitian Skripsi yang telah dilakukan selama bulan Maret sampai April 2016. Penulis haturkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang telah mendo’akan, mendidik dan memberikan motivasi hingga terselesaikannya Penelitian Skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Penulis menyadari bahwa Penelitian Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan dan kesempurnaan Penelitian Skripsi ini. Penulis berharap laporan Penelitian Skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi perikanan, khususnya Budidaya Perairan.

  Surabaya, 25 Juli 2016 Penulis ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

  Saya ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan karuniaNya sehingga Penelitian Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dr. Mirni Lamid Ir., MP. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  2. Bapak Prayogo, S.Pi., MP. selaku Dosen Wali yang banyak memberi saran.

  3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Pembimbing utama yang telah memberikan masukan serta bimbingan selama proses berlangsungnya penelitian hingga selesai dan Ibu Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP. selaku dosen pembimbing serta yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, arahan dan nasehat sejak penyusunan usulan penelitian hingga penyelesaian laporan penelitian ini dengan penuh kesabaran.

  4. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP., Bapak Dr. M. Anam Al-Arif, drh., MP. dan Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran.

  5. Seluruh staf pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan selama ini.

  6. Ibunda Foniyem dan Almarhum Ayahanda Soeparlan selaku orang tua dan keluarga yang telah menyayangi, mencintai, mendukung dan memotivasi sepenuh hati.

  7. Seluruh staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga atas segala bantuannya.

  8. Angkatan Barracuda 2012 yang berjuang bersama memberi semangat selama pengerjaan Laporan Penelitian.

  9. Sahabat dan teman-teman yang selalu membantu dalam penyusunan Laporan Penelitian ini terutama Gusti Ragil Pamungkas Kohar, Mustika Alifa, Putri Kumala Eka Dewi, Purnama Cahya Jatmiko, Gigih Bintara Putra, Intan Rizky Gunawan, Ayu Herdianti Primashita, Kemala Hudita,

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Catherine Sabila, Mashita Vivi Mahargiani, Tomi Wijaya, G. Bima, Anggita, Faurina, Ataina, Deni, Elly, Anita, Any, laillatul, Mas Fajar (Kirun), Mbak Shela, Mas Bagus (Jemblung), Rita Ardianti (mbah), Vania Ardelia, Nona Vicky, Alfinaocta, Anggraita Arindra, Cherry Ramadhani, Dina Arie, Mega Laras, Riezka Gianina, Sherty Putri, Yussrina Harmadani, Ika Puji, Dia Ayu, Fitri Yuni, Tawaffa Fifin, Lita Oktasari, Dini Arivina, Ika Helwandi, Vika Jessy, Sabrina, Indah Puspita, Dwi Indah,Lukman, Gumelar, Emir, Iman, Okky dan Rachmat.

  10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan maupun penyelesaian penelitian skripsi. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat-Nya dan membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR ISI Halaman

  RINGKASAN .................................................................................................. v SUMMARY ..................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3

  1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

  1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

  II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

  2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata) ............................................................ 4

  2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ........................................................... 4

  2.1.2 Kandungan Nutrien Kepiting Bakau ........................................... 6

  2.1.3 Kebiasaan Makan Kepiting Bakau ............................................. 7

  2.1.4 Kebutuhan Nutrien Kepiting Bakau ........................................... 7

  2.2 Crude Fish Oil (CFO) Ikan Lemuru ...................................................... 8

  2.3 Retensi Pada Daging Kepiting Bakau ................................................... 10

  2.3.1 Retensi Lemak ............................................................................ 10

  2.3.2 Retensi Energi ............................................................................. 11

  III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS ........... 14

  3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................... 14

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 18

  IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 19

  4.1 Tempat dan Waktu ................................................................................ 19

  4.2 Materi Penelitian ................................................................................... 19

  4.2.1 Peralatan Penelitian ....................................................................... 19

  4.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................ 19

  a. Hewan Uji ..................................................................................... 19

  b. Media Pemeliharaan ...................................................................... 20

  c. Bahan Pakan .................................................................................. 20

  4.3 Metode Penelitian .................................................................................. 20

  4.3.1 Prosedur Kerja ............................................................................... 20

  a. Persiapan Alat dan Bahan ........................................................... 20

  b. Pakan Kepiting Bakau ................................................................ 21

  4.3.2 Rancangan Penelitian..................................................................... 21

  4.3.3 Variabel Penelitian......................................................................... 22

  a. Variabel Penelitian...................................................................... 22

  b. Deskripsi Variabel ...................................................................... 23

  c. Parameter Pendukung ................................................................. 24

  4.3.4 Analisis Data .................................................................................. 24

  V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 26

  5.1 Hasil ..................................................................................................... 26

  5.1.1 Retensi Lemak Kepiting Bakau (Scylla serrata)........................... 26

  5.1.2 Retensi Energi Kepiting Bakau (Scylla serrata) ........................... 26

  5.1.3 Kualitas Air ................................................................................... 27

  5.2 Pembahasan .......................................................................................... 27

  5.2.1 Retensi Lemak Kepiting Bakau (Scylla serrata) ......................... 27

  5.2.2 Retensi Energi Kepiting Bakau (Scylla serata) ........................... 30

  5.2.3 Kualitas Air ................................................................................... 32

  VI SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 34 6. 1Simpulan .............................................................................................. 34 6. 2Saran ..................................................................................................... 34

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35 LAMPIRAN ..................................................................................................... 41

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman

  1. Kandungan asam lemak pada Crude Fish Oil (CFO) ................................. 10

  2. Rata-rata retensi lemak. ............................................................................... 26

  3. Rata-rata retensi energi ................................................................................ 27

  4. Nilai kisaran kualitas air .............................................................................. 27

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

  1. Kepiting Bakau (Scylla serrata)................................................................... 4

  2. Anatomi Kepiting Bakau (Scylla serrata).................................................... 6

  3. Proses perombakan pakan menjadi energi ................................................... 12

  4. Pembagian energi ikan yang diperoleh dari pakan ...................................... 13

  5. Diagram alir kerangka konsep ..................................................................... 17

  6. Denah pengacakan perlakuan ....................................................................... 22

  7. Diagram alir prosedur penelitian .................................................................. 25

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

  1a. Hasil analisis proksimat lengkap daging .................................................... 41 1b. Hasil analisis proksimat dengan disamakan bahan kering ......................... 43

  2. Berat rata-rata kepiting awal, akhir dan pakan yang dikonsumsi ............. 44

  3. Perhitungan retensi lemak dan energi kepiting (scylla serrata) ............... 45

  4. Hasil ANOVA kandungan retensi lemak .................................................. 50

  5. Hasil ANOVA kandungan retensi energi.................................................. 52

  6. Hasil ANOVA transformasi kandungan retensi lemak ............................. 54

  7. Hasil ANOVA transformasi kandungan retensi energi............................. 56

  8. Data berat badan kepiting bakau ............................................................... 58

  9. Hasil ANOVA kandungan berat badan kepiting bakau ............................ 59

  10. Data pakan yang dikonsumsi .................................................................... 61

  11. Kualitas air pemeliharaan Kepitng Bakau ................................................ 62

  12. Dokumentasi penelitian ............................................................................ 64

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Menurut Badan Pusat Statistik/BPS (2016) jumlah penduduk di Indonesia tahun 2015 mencapai 252.370.792, sehingga konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan kebutuhan protein hewani yang meningkat pula. Protein hewani yang berasal dari perairan saat ini berkembang dengan baik.

  Pengembangan budidaya lebih banyak mengarah ke ikan-ikan ekonomi tinggi, sementara di perairan Indonesia masih banyak biota-biota air payau yang dapat dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi salah satunya adalah kepiting bakau. Menurut Pramudya dkk. (2013) kepiting bakau (Scylla serrata) memiliki potensi pasar yang cukup luas di dalam negeri maupun luar negeri, hal tersebut dikarenakan kepiting bakau (Scylla serrata) memiliki rasa yang lezat, enak dan bergizi tinggi.

  a

  Aslamyah dan Fujaya (2010 ) menyatakan bahwa kepiting bakau mempunyai kandungan gizi yaitu abu 30%, protein 37,6%, lemak 6,34%, serat kasar 10,8%, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 14,36% dan glikogen otot 11,42 mg/g. Hasil analisis proksimat pada daging kepiting bakau mengandung protein 44,85-50,58%, lemak 10,52-13,08% dan energi 3,579-3,724 kkal/g (Karim, 2005). Pakan alami kepiting bakau adalah ikan rucah, salah satu contoh yaitu ikan kuniran yang memiliki kandungan gizi antara lain protein 15,43%, lemak 0,46%, air 84,29% dan abu 0,77% (Novian, 2005). Kebutuhan lemak pakan kepiting adalah 4,8-10,8% (Catacutan et al., 2003), namun ikan kuniran memiliki lemak 0,46% sehingga membutuhkan lemak tambahan.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2 Penggunaan lemak dalam pakan ikan sangat penting dalam menunjang laju pertumbuhan ikan. Retensi lemak merupakan perbandingan antara banyaknya lemak yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan dan banyaknya lemak pakan yang dikonsumsi. Ikan membutuhkan lemak sebagai sumber energi dan untuk mempertahankan bentuk dan fungsi-fungsi jaringan. Retensi energi merupakan perbandingan antara banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan dan banyaknya energi dalam pakan yang dikonsumsi (Subekti dkk., 2011). Hal inilah yang menyebabkan biaya produksi meningkat untuk penyediaan pakan yang membutuhkan kandungan lemak yang efisien oleh karena itu, perlu dilakukan upaya menambahkan minyak ikan yang merupakan salah satu sumber asam lemak kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh (Panagan dkk., 2012).

  Kaban dan Daniel (2005) menyatakan bahwa minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh seperti Eicosapentaenoic Acid (EPA), Docosahexaenoic Acid (DHA), dan asam linoleat yang sangat bermanfaat. Hasil analisis Crude Fish Oil (CFO) menunjukkan kandungan lemak kasar sebesar 55,8791%, asam lemak omega-3 EPA sebesar 10,7173% dan DHA sebesar 7,0108% (Lokapirnasari, 2013).

  Kandungan lemak pada minyak ikan diharapkan dapat berpengaruh terhadap retensi lemak dan retensi energi daging kepiting pada penambahan pakan alami kepiting.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3

  1.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1 Apakah penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap retensi lemak kepiting bakau (Scylla serrata)?

  2 Apakah penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap retensi energi kepiting bakau (Scylla serrata)?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Dari latar belakang diatas, tujuan penelitian ini adalah :

  1 Mengetahui pengaruh penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap retensi lemak kepiting bakau (Scylla serrata).

  2 Mengetahui pengaruh penggunaan Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap retensi energi kepiting bakau (Scylla serrata).

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) pakan yang berpengaruh terhadap retensi lemak dan retensi energi kepiting bakau sehingga bisa digunakan oleh pembudidaya kepiting untuk menghasilkan produk yang sehat. Hasil penelitian ini diharapkan bisa diterapkan dalam budidaya kepiting bakau dengan tujuan menghasilkan produk yang aman bagi konsumen.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

  Kepiting bakau memiliki nama latin (Scylla serrata). Klasifikasi kepiting bakau menurut Keenan (1999) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Mandibulata Class : Crustacea Subclass : Malacostraca Ordo : Decapoda Subordo : Pleocyemata Infraorder : Branchyura Superfamili : Portunoidea Famili : Portunidae Genus : Scylla Spesies : Scylla serrata

  Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis crustacea dari famili Portunidae yang mempunyai nilai protein tinggi, dapat dimakan dan merupakan salah satu spesies yang mempunyai ukuran paling besar dalam genus

  Scylla (Kuntiyo, 1994 dalam Agus, 2007). Kepiting bakau (Scylla serrata) terdapat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata) (Monoarfa, 2014). ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5 Menurut Monoarfa (2014) secara umum morfologi kepiting bakau dapat dikenali dengan ciri sebagai berikut: Seluruh tubuhnya tertutup oleh cangkang, terdapat 6 buah duri diantara sepasang mata, 9 duri disamping kiri dan kanan mata, mempunyai sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa cheliped (kaki yang mencapit) dapat mencapai ukuran 2 kali panjang karapas, mempunyai 3 kaki jalan, mempunyai sepasang kaki renang dengan bentuk pipih, kepiting jantan mempunyai abdomen yang berbentuk sedikit lancip menyerupai segi tiga sama kaki, sedangkan pada kepiting betina dewasa sedikit membundar dan melebar, Scylla serrata dapat dibedakan dengan jenis lainnya, karena mempunyai ukuran paling besar, disamping itu Scylla serrata mempunyai pertumbuhan yang paling cepat dibandingkan ketiga spesies lainnya.

  Scylla serrata, memiliki warna relatif sama dengan warna lumpur, yaitu

  warna coklat kehitam-hitaman pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada abdomennya. Propudus bagian atas terdapat sepasang duri yang runcing dan 1 buah duri pada propudus bagian bawah, selain itu habitat kepiting bakau spesies ini sebagian besar di hutan-hutan bakau di perairan Indonesia (Agus, 2007).

  Scylla serrata, memiliki chella dan kaki-kakinya memilki pola poligon

  yang sempurna untuk kedua jenis kelamin dan pada abdomen betina. Warna bervariasi dari ungu, hijau sampai hitam kecoklatan. Duri pada dahi tinggi, sempit, dan agak tumpul, dasar cekungan (lembah) diantara dua duri membulat. Duri pada bagian luar cheliped sepasang duri tajam pada carpus dan dua duri tajam pada

  propodus dibagian tepi atas, di belakang dactilus (Keenan, 1999). Anatomi kepiting bakau (Scylla serrata), dapat dilihat pada Gambar 2.2.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  6 Gambar 2.2 Anatomi Kepiting Bakau (Scylla serrata) (Suryani, 2006).

  Keterangan 1. Lebar karapas, 2. Mata, 3. Kaki jalan, 4. Panjang Karapas, 5. Karapas, 6. Merus, 7. Basiischium, 8. Kaki renang, 9. Carpus, 10. Propodus, 11. Capit.

2.1.2 Kandungan Nutrien Kepiting Bakau

  Kepiting bakau mempunyai kandungan gizi yaitu protein 62,72%, lemak 0,83%, abu 7,5% dan kadar air 9,9% (Sulaiman dan hanafi, 1992 dalam Winestri dkk., 2014). Hasil analisis proksimat (%bahan kering), serta kadar glikogen hepatopankreas dan otot kepiting (mg/g) setelah 15 hari yaitu abu 36,35%, protein 34,56%, lemak 6,54%, serat kasar 12,43%, BETN 10,12%, glikogen hepatopankreas 7,56 mg/g dan glikogen otot 6,36 mg/g (Aslamsyah dan Fujaya,

  b 2010 ). a

  Menurut Aslamyah dan Fujaya (2010 ), kandungan gizi cangkang kepiting yaitu protein 19%, lemak 7%, BETN 55,97%, serat kasar 11,5%, abu 6,53% dan air 7,04%. Kulit kepiting mengandung protein 15,6-23,9%, kalsium karbonat 53,7- 78,4% dan kitin 18,7-32,2% (Darmawan dkk., 2007). ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7

  2.1.3 Kebiasaan Makan Kepiting Bakau

  Kepiting merupakan fauna yang habitat dan penyebaran terdapat di air tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di berbagai kolam di setiap perairan. Sebagian besar kepiting banyak hidup di perairan payau terutama di dalam ekosistem mangrove. Beberapa jenis yang hidup dalam ekosisitem ini adalah Hermit crab, Uca sp., Mud lobster dan kepiting bakau (Prianto, 2007).

  Kepiting bakau baru keluar dari persembunyiannya beberapa saat setelah matahari terbenam dan bergerak sepanjang malam terutama untuk mencari makan.

  Kepiting bakau ketika matahari akan terbit, kembali membenamkan diri sehingga kepiting bakau digolongkan hewan malam (nocturnal). Kepiting bakau dalam mencari makan lebih suka merangkak, walaupun kepiting juga dapat berenang ke permukaan air. Kepiting dewasa dapat dikatakan pemakan segala (omnivora) dan pemakan bangkai (scavanger). Kepiting menggunakan capitnya untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Kepiting mempunyai kebiasaan unik dalam mencari makan, bila di daerah kekuasaannya di ganggu musuh, maka kepiting dapat saja menyerang musuhnya dengan ganas (Soim, 1996).

  2.1.4 Kebutuhan Nutrien Kepiting Bakau

  Pakan dalam usaha budidaya kepiting bakau dapat berupa pakan alami dan pakan buatan. Ikan rucah merupakan pakan alami atau pakan segar yang umumnya digunakan sebagai pakan utama dalam usaha budidaya kepiting bakau, karena dianggap dapat menghasilkan pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan pakan buatan (Aditya dkk., 2012). Keunggulan pakan alami atau ikan rucah ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  8 dibandingkan dengan pakan buatan, diantaranya adalah pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan bobot dan lebar karapas kepiting bakau (Herlinah dkk., 2010).

  Menurut Hartono (2014), ikan yang digunakan untuk pakan alami kepiting adalah ikan kuniran yang memiliki kandungan protein 15,37%, abu 2,0632%, serat kasar 0,0481%, Ca 2,27%, BETN 0,27%, lemak kasar 2,59% dan Metabolizable Energi (ME) 709,53(Kcal/kg). Kebutuhan nutrien kepiting meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Kisaran komposisi kebutuhan nutrien untuk kepiting adalah protein 45%, lemak berkisar 9-12% dan vitamin C 12-24 mg/100g pakan (Suwirya, 2003 dalam Marzuqi dkk., 2006). Hasil penelitian

  b

  Aslamyah dan Fujaya (2010 ) menunjukan bahwa pakan buatan dengan kadar karbohidrat 48,89% dan lemak 7,2% memberikan respon persentase molting tertinggi.

  Ikan rucah memiliki masa simpan yang cukup pendek, tanpa pendingin ikan rucah akan cepat membusuk khususnya didaerah tropis. Bahkan dengan pendingin, nilai nutrisi ikan rucah akan menurun dalam beberapa minggu, sehingga pembudidaya memerlukan freezer untuk menyimpan ikan rucah agar tidak mudah membusuk (Sim et al., 2005).

2.2 Crude Fish Oil (CFO) Ikan Lemuru

  Minyak ikan yang sangat berpotensial di Indonesia adalah minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru merupakan hasil sampingan pembuatan tepung ikan dan pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps). Produksi ikan lemuru di Indonesia rata-rata mencapai ±15,84% pertahun dari produksi total semua jenis ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9 ikan. Muncar sebagai daerah penangkapan utama ikan lemuru, produksi rata-rata pertahun ±81,37% dari total ikan lemuru di Jawa Timur. Kandungan lemak atau minyak dari lemuru sekitar 4,5-11,8% (Bandie, 1982 dalam Rusmana dkk., 2008).

  Salah satu alternatif minyak yang dapat dijadikan pakan sumber energi yang tidak bersaing dengan manusia adalah minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru merupakan limbah atau hasil samping dari proses pengalengan maupun penepungan ikan lemuru. Proses pengalengan ikan diperoleh rendaman berupa minyak sebesar 5% dan proses penepungan sebesar 10%. Pengalengan 1 ton ikan lemuru akan diperoleh 50 kg limbah berupa minyak ikan dan selanjutnya dari 1 ton bahan mentah sisa-sisa penepungan akan diperoleh ±100kg hasil samping berupa minyak ikan lemuru (Setiabudi, 1990 dalam Rusmana dkk., 2010).

  Minyak ikan juga mengandung vitamin A dan D, dua jenis vitamin yang larut dalam lemak dalam jumlah tinggi. Kadar vitamin A dalam minyak ikan 1.000- 1.000.000 SI (Standar Internasional) per gram, sementara vitamin D sekitar 50- 30.000 SI (Standar Internasional) per gram (Komariyah dan Aries, 2009).

  Crude Fish Oil (CFO) menurut Rasyid (2003) adalah minyak ikan yang

  didapatkan dari hasil ekstraksi dan belum dimurnikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Rasyid (2003) bahwa tahapan pertama unutuk menghasilkan minyak ikan yaitu proses pengukusan pada temperatur 95° C dilanjutkan dengan pemisahan fase cair dan fase padat kemudian dilakukan proses pemurnian.

  Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani dan mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah banyak (Agustono dkk., 2015). Crude Fish Oil (CFO) memiliki kandungan 12 asam lemak yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

  10 Tabel 2.1 Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO) (ULP, 2016).

  10. Stearic acid (C18:0) 6,171 11.

  Fungsi secara umum adalah sebagai sumber energi metabolik (Adenosin Trifosfat/ATP), sebagai sumber asam lemak esensial (Essensial Fatty Acid/EFA), ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Subandiyono (2009) menyatakan bahwa lemak merupakan salah satu komponen makro-nutrien dengan kandungan energi terbesar dibandingkan dengan protein maupun karbohidrat. Setiap gram lemak mengandung energi 2,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan energi dalam setiap gram protein maupun karbohidrat. Komponen penting lemak adalah trigliserida, fosfolipid, wax (lilin), sterol dan sfingomielin. Kecernaan lemak bervariasi tergantung jumlah dalam pakan, tipe dari lemak, suhu air, derajat kejenuhan lemak dan panjang rantai karbonnya. Lipida adalah kelompok lemak yang terdapat dalam jaringan tanaman maupun hewan (Fahy et al., 2005).

  16. Docosenoic acid (C22:0) 0,969

  3,556

  Docosahexaenoic acid (C22:6)

  14. Eicosanoic acid (C20:0) 0,363 15.

  13. Eicosenoic acid (C20:1) 0,905

  12. Eicosapentaenoic acid (C20:5) 3,622

  0,379

  Eicosatetraenoic acid (C20:4)

  9. Octadecenoic acid 1,466

  NO Macam Analisis Hasil Analisis

  30,570

  Oleic acid (C18:1)

  7. Linoleic acid (C18:2) 6,886 8.

  6. Margaric acid (C17:0) 0,296

  5. Palmitic acid (C16:0) 35,057

  4. Palmitoleic acid (C16:1) 3,685

  3. Pentadecanoid acid (C15:0) 0,258

  2. Myristic acid (C14:0) 4,937

  0,890

  Lauric acid (C12:0)

  Asam-asam Lemak (%) 1.

2.3 Retensi Pada Daging Kepiting Bakau

2.3.1 Retensi Lemak

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11 merupakan komponen esensial dari membran seluler dan sub-seluler dan sebagai sumber sterol yang berperan dalam fungsi biologis penting seperti mempertahankan sistem membran, transport lemak dan prekursor sebagai hormon steroid (Subandiyono, 2009).

  Retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan (Agustono dkk., 2011). Tingkat kencernaan lemak yang tinggi menghasilkan kecernaan protein yang tinggi pula, begitupula sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena asam lemak yang ada pada lemak yang digunakan dapat memberikan kontribusi pada metabolisme ikan hingga mempengaruhi tingkat kecernaan dari protein (Marzuqi dan Dewi, 2013).

2.3.2 Retensi Energi

  Penggunan lemak dalam pakan ikan sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ikan, lemak merupakan sumber energi yang memiliki nilai yang cukup tinggi dibanding karbohidrat dan protein. Penggunan lemak sebagai sumber energi sebenarnya hanya sebagai “protein sparing” yaitu lemak mempunyai fungsi untuk menggantikan protein sebagai sumber energi, sehingga penggunaan protein dapat dihemat untuk memaksimalkan pertumbuhan (Djajasewaka, 1990 dalam Komariyah dan Aries, 2009).

  Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi terhadap komponen pakan, yaitu protein, lemak dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak dan glukosa) sehingga dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan atau disimpan, apabila akan digunakan ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  12 senyawa tersebut akan mengalami perombakan lagi hingga terbentuk karbondioksida (CO

  2 ), air (H

2 O) dan sejumlah energi dapat dilihat pada gambar 2.3 (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Gambar 2.3 Proses perombakan pakan menjadi energi (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

  Lemak sebagai komponen penyedia energi, aktifitas harian mulai dari berenang, mencari makan, menghindari musuh, metabolisme, pertumbuhan dan ketahanan tubuh memerlukan energi. Lemak mengandung asam-asam lemak dan umumnya ikan tidak dapat membentuknya sendiri sehingga harus diberikan dalam pakan tambahan. Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP) karena itu kebutuhan lemak dalam pakan sangat diperlukan (Komariyah dan Aries, 2009).

  Menurut Haryati dkk. (2011) retensi energi adalah besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh. Linder (1992) dalam Sukmaningrum dkk. (2014) menyatakan energi dalam pakan secara fisiologis digunakan untuk pemeliharaan dan metabolisme, apabila terdapat sisa akan dideposisi sebagai jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan dan untuk sintesa produk reproduksi. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  13 Pembuangan energi melalui urin, insang dan produksi panas tergantung pada makanan dan pemberian pakan. Energi terbuang melalui urin dan insang dari penyerapan nutrien yang tidak dimetabolisme oleh ikan. Energi yang tersimpan digunakan sebagai energi pertumbuhan dan untuk sintesa produk reproduksi (Smith, 1989). Pembagian energi ikan yang diperoleh dari pakan dapat dilihat pada gambar 2.4.

  Energi total dalam pakan Energi fecal Energi yang dapat dicerna Energi urin

  Produk berbentuk gas Energi metabolisme Peningkatan suhu Energi bersih Energi

  Energi pemeliharaan produksi

Gambar 2.4 Pembagian energi ikan yang diperoleh dari pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

  Menurut Badan Pusat Statistik/BPS (2016) jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010-2014 sebanyak 1,4% per tahun. Jumlah penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa per tahun dalam kurun waktu sepuluh tahun ini dengan laju pertumbuhan penduduk (Muntok, 2011).

  Konsumsi masyarakat meningkat, terlihat dari peningkatan jumlah penduduk per tahun. Produksi ikan di Indonesia pada tahun 2012 mencapai lebih dari 15 jutan ton, sementara produksi sumber protein hewani lainnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi ikan. Sumber daya perikanan yang besar ini, menjadikan kepiting berpeluang tinggi dalam memberikan kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia, khususnya sumber protein hewani (Kementrian Kelautan dan Perikanan/KKP, 2016).

  Kepiting bakau termasuk jenis crustacea bernilai ekonomi penting karena harga cukup tinggi dan mempunyai prospek untuk dibudidayakan di tambak (Marzuqi, 2006). Volume ekspor kepiting pada tahun 2014 mencapai 28.090 ton dengan nilai US$ 414,3 juta (Direktur Jendral Perikanan Budidaya/ DJPB, 2014).

  Permintaan kepiting yang terus menerus meningkat dikarenakan daging kepiting bercita rasa lezat serta memiliki kandungan gizi yang tinggi, berdasarkan hasil proksimat diketahui daging kepiting bakau mengandung lemak 0,7g (lemak jenuh 31% dari total lemak, lemak tunggal tidak jenuh 31% dari total lemak dan lemak majemuk tidak jenuh 38% dari total lemak), kolestrol 45 mg dan protein 65,75% (Tunisem dkk., 2010). Pakan alami kepiting bakau adalah ikan rucah jenis

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  15 ikan kuniran yang memiliki kandungan gizi protein 60,8%, lemak 2,9%, abu 4,3% dan kadar air 1,4% (Boris, 2008), namum komposisi kebutuhan nutrien dalam kepiting adalah protein 32-40%, lemak 6-12% dan energi 14,7-17,6 mj/kg (Catacutan, 2002). Kebutuhan lemak pakan kepiting adalah 6-12%, namun ikan kuniran memiliki lemak 2,9% sehingga membutuhkan tambahan lemak.

  Minyak ikan jenis Crude Fish Oil (CFO) atau minyak ikan kasar yang berasal dari ikan lemuru yang salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya manfaat, didalamnya mengandung sekitar 57,9% yang terdiri dari DHA 22,8% dan EPA 35,10% (Hendrasaputra, 2008).

  Menurut Mulyani (2008) triasilgliserol atau trigliserida adalah senyawa lipid utama yang terkandung dalam bahan makanan dan sebagai sumber energi yang penting khususnya bagi hewan. Di usus halus enzim pankreas lipase mendegradasi triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa usus. Dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol disintesis kembali menjadi triasilgliserol. Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target. Dalam sel otot (myocyte) asam lemak dioksidasi untuk energi dan di dalam sel adiposa (adipocyte) asam lemak diesterifikasi untuk disimpan sebagai triasilgliserol.

  Energi diperoleh dari asam lemak dalam sel otot (myocyte) dioksidasi dalam proses oksidasi beta. Asam lemak harus diaktifkan dengan adanya ATP dan Koenzim-A dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (tiokinase) menjadi asil-KoA. Reaksi β-oksidasi terjadi di mitokondria, β-oksidasi terjadi 4 tahapan. 1.

  Dehidrogenasi I, yaitu dehirogenasi asil-KoA oleh enzim asil KoA dehidrogenase.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16

2 Menghasilkan Trans-Δ -Enoil-KoA, FAD bertindak sebagai koenzim direduksi

  menjadi FADH

  2 , FADH 2 dapat menghasilkan 2 ATP. 2. Hidratasi, yaitu ikatan

  rangkap pada enoil-KoA dihidratasi menjadi 3-hidroksiasil-KoA oleh enzim enoil- KoA hidratase. 3. Dehidrogenase II, yaitu 3-hidroksiasil-KoA oleh enzim β-

  • hidroksil-KoA dehidrogenase menghasilkan β-ketoacil-KoA, NAD berti

  sebagai koenzim direduksi menjadi NADH+H , NADH+H dapat menghasilkan 3 ATP. 4. Pemecahan molekul β-ketoacil-KoA dengan enzim β-ketoacil-KoA tiloasi menghasilkan asetil-KoA. Asetil–KoA dalam jalur input akan masuk kedalam siklus asam sitrat sehingga menghasilkan energi (Nugroho, 2009).

  Penambahan Crude Fish Oil (CFO) atau minyak ikan kasar pada pakan alami (ikan rucah) kepiting bakau diharapkan dapat meningkatkan retensi lemak dan retensi energi. Retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan (Agustono dkk., 2011). Retensi energi (RE) menunjukan besarnya kontribusi energi pakan yang dikonsumsi terhadap pertambahan energi tubuh ikan (Haryati dkk., 2011). Kerangka konsep dapat dilihat pada gambar 3.1.

  17 Gambar 3.1 Diagram alir kerangka konsep.

  Pengangkut Karnitin H 2 L(+)-3-Hidroksiasil-KoA Enzim Δ 2 Enoil-KoA Hidratase

  ATP Koenzim A Myocyte dan Hati

  Asam lemak Asil KoA Enzim KoA Sintetase (Tiokinase)

  Mitokondria internal Kilomikron Gliserol

  ATP (Energi) Meningkatkan Retensi Energi Asetil-KoA

  Siklus Asam Sitrat

  Trans-Δ 2 -Enoil-KoA NAD

  • + NADH+ H + Enzim β-hidroksiasil- KoA

  Asil KoA FAD FADH 2 Enzim Asil KoA Dehidrogenasi I

  : Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak di teliti

  Retensi lemak Meningkatkan Adiposa Mitokondria eksternal

  Gliserol Trigliserida Tersimpan Lemak

  Sfingomielin Trigliserida Asam lemak Monogliserida

  Lemak Fosfolipid Wax Sterol

  Upaya peningkatan dengan lemak melalui pakan Penambahan Crude Fish Oil (CFO)