BAB II KAJIAN PUSTAKA - KAJIAN SEMANTIK NAMA DIRI ANAK SD NEGERI (KELAS SATU) DI EKS KOTA ADMINISTRASI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

  9 BAB II

  KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan

  Penelitian tentang penamaan ini telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam rangka penyusunan skripsi. Masalah panamaan dikaji berdasarkan ilmu semantik, yatiu ilmu tentang makna atau tentang arti.

  Penelitian tentang penamaan yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa antara lain:

  1. Penelitian Dian Setyarini (2006) dalam skripsiny a yang berjudul “ Kajian

  Semantik Penamaan Nama Diri Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes.

  ” Dian Setyarini meneliti makna nama diri, tujuan pemberian nama diri, asal bahasa pada nama diri, dan perbedaan penamaan pedagang yang lahir pada tahun 50-60-an di Pasar Jatibarang dengan pedagang yang lahir pada tahun 70- 80-an di Pasar Brebes.

  2. Penelitian Riva Handayani (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Kajian

Semantik Pada Nama-nama Kost-kostan di Daerah Dukuhwaluh Purwokerto.

  ” Riva meneliti jenis makna dan jenis penamaan dari kost yang terdapat didaerah Dukuhwaluh Purwokerto.. Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya adalah sama

  • – sama menggunakan teori semantik dalam penelitian, sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah data penelitian dan pada permasalahan yang dikaji. Data yang digunakan pada penelitian yang telah dilakukan Dian Setya Rini (2006) berupa penamaan nam diri pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes. Hal yang di kaji pada penelitian Dian (2006) ada makna nama diri, tujuan pemberian nama, asal bahasa pada nama diri, perbedaan penamaan pedagang yang lahir pada tahun 50-60-an di Pasar Jatibarang dengan pedagang yang lahir pada tahun 70-80-an di Pasar Brebes, metode yang digunakan cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing, dan teknik lanjutan teknik cakap semuka, dan teknik rekam dan catat.

  Sementara penelitian dari Riva Handayani (2013) Hal yang di kaji pada penelitian Riva Handayani (2013) ada latar belakang pemberian nama-nama kos, jenis penamaan apa yang terkandung pada nama-nama kost, dan makna yang terkandung pada nama-nama kos di dukuhwaluh, metode yang digunakan cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing, dan teknik lanjutan teknik cakap semuka, dan teknik rekam dan catat, metode yang digunakan cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing, dan teknik lanjutan cakap semuka, dan teknik rekam catat. Pada data yang digunakan pada penelitian ini berupa nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas. Penelitian mengenai kajian semantik pada nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas juga belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, sehingga perlu dilakukan penelitian.

  Dalam penelitian ini perbedaannya yaitu terletak pada landasan teori yang digunakan antara lain : (1) Landasan Teori : teori yang digunakan dalam penelitian ini yang berbeda dari penelitian sesudahnya yaitu tentang pengaruh pekerjaan atau kelas sosial orang tua dalam memberikan nama kepada anaknya, serta data yang digunakan oleh peneliti adalah nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas (2) Tujuan Penelitian : sehubungan dengan permasalahannya, tujuannya dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tujuan pemberian nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas, mendeskripsikan jenis makna yang terkandung dalam nama diri anak SDN (kelas satu) eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas, mendeskripsikan Pengaruh kelas sosial dengan kesamaan pemberian nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas.

B. Landasan Teori 1. Pengertian Semantik

  Menurut Kridalaksana (2001:193), pengertian semantik dibagi menjadi dua yaitu: (a) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dan makna ungkapan dan struktur makna suatu wicara, (b) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya. Maksudnya penjelasan diatas bahwa semantik adalah bagian dalam struktur suatu bahasa yang mengkaji tentang ilmu makna dan arti dari suatu bahasa.

  Ali, dkk. (1999:903) menggemukakan pengertian semantik yang terbagi menjadi dua antara lain : (a) Ilmu tentang makna kata, pengetahuan menganai seluk- beluk dan pergeseran arti kata, (b) bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Maksudnya ilmu yang lebih khusus dan detail membahas tentang makna dan arti kata, misalnya pada setiap nama diri anak mempunyai makna yang terkandung di dalam nama diri yang diberikan.

  Dari beberapa pengertian dan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna kata atau teori arti yang merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna serta lambang- lambang seperangkat sistem yang memiliki tatanan, bentuk, dan makna.

2. Penamaan

  Nama adalah kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, dan binatang) (Ali,dkk.1999:681). Nama merupakan hadiah dari orang tua kepada anaknya. Karena kegembiraan mendapatkan seorang anak, orang tua sangat hati-hati dalam memberikan nama. Nama merupakan doa, cita-cita, dan harapan dari orang tuanya. Nama yang diberikan kepada seseorang mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupannya. Nama yang baik merupakan kebanggaan bagi anak jika ia tumbuh dewasa, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang mempunyai nama untuk menjadi orang yang baik, pandai, dan sukses seperti makna pada nama itu sendiri.

  Menurut Aristoteles (dalam Pateda, 2001:63) bahwa pemberian nama adalah soal perjanjian konvensi. Yang dimaksud dengan soal perjanjian bukan berarti bahwa dahulu ada sidang masalah nama untuk sesuatu yang diberi nama. Nama biasanya berasal dari seseorang seperti pakar, ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat yang kemudian dipopulerkan oleh masyarakat baik melalui media masa elektronik maupun nonelektronik atau juga melalui pembicaraan tatap muka. Misalnya : dalam bidang fisika dikenal dengan hokum Boyle dan

  

Archimendes . Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu

  biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari benda itu yang sudah diketahui umum. Contohnya : Anggota ABRI disebut baju hijau karena ciri warna pakaian ABRI adalah hijau.

  Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap mahluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia ini. Nama muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragamnya alam sekitar manusia berjenis-jenis. Maka manusia sulit memberikan label-label terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Seperti nama kelompok, misalnya : binatang, buah-buahan, ikan, burung, rumput, dan tumbuhan- tumbuhan. Nama yang sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya.

  Lambangatau simbol bersisi dua yaitu bentuk dan makna (expression, content,

  

signifier , signified). Lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah suatu objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesutau yang ditunjukan oleh lambang itu.Kata, dengan sesutau benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan wajib di antara keduanya. Misalnya : kata kuda dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai untuk menarik pedati (Chaer, 1990:43).

3. Tujuan Pemberian Nama Diri

  Menurut (Widodo dan Yussof, 2010:260) Kajian tentang nama orang Jawa sangat sempit, kering, dan kurang diminati. Maksudnya nama orang Jawa seharusnya dilihat di dalam paradigma yang lebih lebar dan luas, mencakupi norma, tradisi, agama, sosial, dan budaya masyarakat pemiliknya yang menjadi konteksdari pada nama. Sebuah nama dibina dari unsur-unsur yang memiliki konteks yang berbeda- beda sehingga membentuk satu kesatuan makna.

  Penamaan berdasarkan tujuan adalah jenis penamaan yang memiliki makasud dan tujuan tertentu sesuai dengan keinginan si pemberi nama, dalam hal ini yang menjadi objek pemberian nama ialah anak yang diberikan nama pada saat kelahirinya dan orang tua mempunyai makasud dan tujuan serta doa untuk anaknya melalui nama yang diberikan. Nama diri bagi anak disini dibagai menjadi tiga yaitu sebagai berikut : Menurut Suharno dalam Widodo (2013:83) Tujuan pemberian nama diri pada masyarakat Jawa terdiri dari tiga kriteria yaitu : (a) Memperingati saat kelahiran, (b) Pemberian nama diri dengan tujuan harapan, (c) Pemberian nama diri dengan tujuan religi.

a. Memperingati Saat Kelahiran

  Pada masyarakat Jawa Sumber-sumber nama orang Jawa berasal dari pada kehidupan nyata masyarakat di Jawa (Widodo, 2010: 260). Penyataan ini bersifat terbuka terhadap berbagai bentuk interferensi, pertukaran (silang) budaya, yang mengarah pada bentuk-bentuk baru. Pemberian nama kepada anaknya biasanya selalu dikaitkan dengan peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan yakni saat kelahiran. Salah satu cara untuk mengingat-ingat kelahiran anaknya, yaitu dengan :

  1) Mengaitkan nama anak dengan nama hari saat kelahiran yang terdiri dari nama pasaran (Pahing, Wage, Kliwon, Pon, dan Legi),atau nama bulan Jawa (Sapar, Suro, Ruwah, Mulud, Bakda Mulud, Sadran, dll) dan bulan nasional (Januari, Februari, Maret, April, Mie, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember).

  2) Mengaitkan nama dengan peristiwa penting yang terjadi pada saat anaknya dilahirkan.

  Misalnya : Ramadhani

  Berasal dari bahasa Arab yang berarti nama „Bulan yang suci‟ karena dalam bulan „Ramadhan‟ ini umat Islam melaksakan puasa selama satu bulan penuh dan menjadi bulan yang paling berkah dan baik diantara bulan-bulan yang lain.

  3) Mengaitkan dengan urutan kelahiran dalam lingkungan saudara kandung.

  Penanda urutan kelahiran biasanya dinyatakan dengan kata bilangan atau dengan penunjukan kedudukan seseorang dalam urutan saudara sekandung.

  Misalnya : Eka, Dwi, Tri,Catur, Panca, dan Sapta.

b. Pemberian Nama Diri untuk Mengungkapkan Harapan

  Memberi nama kepada anak adalah salah satu kewajiban orang tua kepada anaknya, namun kewajiban tersebut tidak serta merta harus ditelan bulat bulat tanpa melihat maksud dari pemberian nama. Nama itu adalah doa dengan nama baik orang tua berharap sang Anak Kelak bisa menjadi orang baik. Baik disini bukan hanya terfokus kepada bagusnya dari kedengan nama panggilan sang anak kelak, namun lebih terfokus kepada makna dan maksudnya.

  Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al- Qur‟anul Kariim disebutkan;

  (7) ةروس م يرم

  “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia” (QS. Maryam: 7). Hakikat pemberian nama kepada anak adalah memberikan nama yang mengandung tujuan serta harapan dan agar ia dikenal serta memuliakannya, oleh sebab itu para ulama bersepakat akan wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki dan perempuan. Apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan menjadi seorang yang majhul (tidak dikenal) oleh masyarakat.

  Dan disunahkan memperbagus nama sesuai dengan Hadist (Hasyiyah al- Bajuri)

  berasal dari bahasa Jawa yang berarti „selamat / waras‟ 3) Menjadi orang yang suci

  Fatonah

  dari bahasa Arab yang berarti „cerdas‟

  Nabilah

  Misalnya :

  berasal dari bahasa Arab yang berarti „suci‟ 4) Menjadi orang yang pandai

  Safitri

  berasal dari bahasa Arab yang berarti „suci‟

  Fitri

  Misalnya :

  Selamet

  “Kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka perbaguskanlah nama- nama kalian”.

  berasal dari bahasa Arab yang berarti „merestui / setuju‟

  Ridho

  Misalnya :

  berasal dari bahasa Jawa yang berarti „tenang dan halus‟ 2) Agar hidupnya selamat

  Endang

  berasal dari bahasa Arab yang berarti „yang dihormati‟

  Maulana

  Misalnya :

  Tujuan atau harapan tersebut adalah : 1) Mempunyai sifat baik.

  Dimakruhkan nama-nama yang berarti jelek, seperti himar (keledai) dan setiap nama yang diprasangka buruk (tathayyur) penafian atau penetapannya.

  dari bahasa Arab yang berarti „pandai dan cerdas‟

  5) Menjadi orang mulia Misalnya : dari bahasa Arab yang bera

  Azizah

  rti „mulia‟

  Aqila

  dari bahasa Arab yang berarti „kemuliaan‟

c. Mengaitkan Pemberian Nama Diri dengan Agama yang Dianut

  Pemberian nama diri dengan agama yang dianut berhubungan dengan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan. Setiap agama mempunyai ciri khas untuk nama diri. Memberi nama dengan nama orang-orang shalih di kalangan kaum muslimin terutama nama para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits shahih dari Al-Mughirah bin

  Syu‟bah radhiallahu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Mereka dahulu suka memakai nama para Nabi dan orang-orang shalih yang hidup sebelum mereka.” (HR.

  Muslim no. 2135) Nama diri yang dianut oleh pemeluk agama Islam biasanya diambil dari Al- Qur‟an dan para Nabi atau Rosul, misalanya : Muhammad, Yusuf, Aisyah, Aminah.

  Nama yang dipakai oleh pemeluk agama Kristen, misalnya : Maria, Kristian, Emanuel, Isa, dan Elizabeth.Nama yang dipakai oleh pemeluk agama budha, misalnya : Sidharta. Nama yang dipakai oleh pemeluk agama Hindu, misalnya : Wisnu, Siwa, Dewa, Mahatma, dan Ghandi.

  4. Pengertian Makna

  Menurut Ali, dkk. (1999:619), pengertian makna dibagi menjadi dua yaitu : a) Arti, b) maksud pembicaraan yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

  Maksud penjelasan berikut makna adalah memiliki pengertian arti atau maksud dari pembicaraan yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

  Kridalaksana (2001: 132) menyebutkan bahwa pengertian makna dibagi menjadi empat yaitu: (a) maksud pembicaraan, (b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (c) hubungan dalam arti kesepadanan antara bahasa dengan alam di luar bahasa atau ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, (d) cara menggukan lambang-lambang bahasa.. maksud dari penjelasan diatas makna ialah maksud pembicaraan yang menggunakan lambang- lambang bahasa dan semua hal yang ditujukkannya.

  Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna yaitu arti yang terkandung dalam suatu ujaran dari pembicara yang mempunyai tujuan jelas, serta telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehinga mudah dipahami dan dimengerti.

  5. Jenis Makna a. Makna Sempit

  Makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari semua ujaran (Djajasudarma,2008:7). contoh pada kata bunga mawar maknanya lebih khusus (sempit) dibandingkan dengan kata bunga. Bunga mawar adalah kata yang berasal dari suatu jenis tanaman yang berbunga, sedangkan bunga adalah suatu bagian dari tumbuhan yang memiliki keindahan. Menurut Pateda (2010:126), makna sempit adalah makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran,.

b. Makna Luas

  Makna luas adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipikirkan (Djajasudarma,2008:8). contoh pada kata saudara maknanya lebih luas dibandingkan dengan kata saudara kandung. Saudara adalah sebutan atau panggilan bagi siapa saja, sedangkan saudara kandung adalah sebutan bagi orang yang memiliki hubungan darah yaitu saudara yang satu ayah atau satu ibu. Menurut Pateda (2010:120), makna luas adalah makna yang terkandung pada sebuah kata yang lebih luas dari yang dipertimbangkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna luas adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan, contoh pada kata saudara maknanya lebih luas dibandingkan dengan kata saudara kandung. Saudara adalah sebutan atau panggilan bagi siapa saja, sedangkan saudara kandung adalah sebutan bagi orang yang memiliki hubungan darah yaitu saudara yang satu ayah atau satu ibu.

  c. Makna Konotatif

  Menurut Djajasudarma (2008:9), makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Contoh kata ”putih“ memiliki makna dasar warna seperti yang dimiliki salju, dan kertas, akan tetapi kata putih ternyata juga dapat diacukan pada makna yang lain, misalnya “kesucian”. Acuan makan kata yang pertama merupakan contoh dari makna dasar, sedangkan makna kata yang kedua merupakan contoh dari makna tambahan. Makna konotatif adalah makan yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (Pateda, 2010:112).

  Kesimpulanya bahwa makna konotatif adalah makna yang telah mengalami penambahan makan yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang dilafalkan atau kata yang didengarkan.

  d. Makna Denotatif

  Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif sebenarnya sama dengan makna leksikal (Chaer, 2007:292). Contoh pada kata apel mengandung air serta berkulit lunak yang warnanya merah (kemerah-merahan) atau kuning (kekuning-kuningan), buah dari pohon apel. Menurut Pateda (2010:98), makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya yang bersifat objektif. Kesimpulanya bahwa makna denotatifmerupakan makna yang mengacu pada makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem.

  e. Makna Kognitif

  Makna kognitif adalah makna yang sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan (Djajasudarma,2008:9). contohnya apabila ada seseorang yang mengatakan, pohon kelapa, terlihat secara langsung atau terbayang sebuah pohon kelapa. Menurut pateda (2010:109), makna kognitif adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya. Beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna kognitif merupakan makna yang sebenarnya atau makna yang timbul akibat adanya pengetahuan dan pengalaman yang ditujukan oleh acuanya.

  f. Makna Leksikal

  Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain, makna leksikal ini dimiki unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks (Djajasudarma,2008:13). Contoh pada kata kurma bermakna leksikal yaitu pohon yang banyak tumbuh di dataran Arab dan buahnya manis rasanya. Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita atau makna apa adanya (Chaer,2007:289). Menurut Pateda (2010:199), makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang terdapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu. Kesimpulanya bahwa makna laksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita.

  g. Makna Referansial

  Djajasudarma (2008:11), makan referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan), makan referensial disebut juga makna kognitif, karena memliki acuan. Contoh pada kata biru termasuk kata bermakna referensial karena ada acuanya dalam dunia nyata yaitu warna sperti warna langit. Menurut Chaer (2007:291), sebuah kata disebut bermakna referensial kalau ada referensnya, atau acuannya. Makan referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata (pateda, 2010:125). Kesimpulanya, bahwa makan referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan) yang ditunjuk oleh kata.

  h. Makna Konseptual

  Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas (bebas) dari konteks atau asosiasi apapun (Chaer, 2007:293). Contoh kata nyonya dapat dianalisis menjadi : manusia, dewasa, perempuan. Menurut Pateda (2010:114), makan konseptual disebut juga makna denotatif. Kesimpulanya, makna konseptual adalah makan yang sesuai dengan konsepnya, makan yang sesuai dengan referennya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun.

i. Makna Gramatikal

  Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat (Pateda, 2010: 103). Misalnya proses afiksasi awalan me- pada kata menendang dalam kalimat, “Anto menendang bola” melahirkan makna gramatikal:

  Anto bermakna „pelaku‟, menendang bermakna „aktif‟ dan bola bermakna „sasaran‟.

  Menurut Chaer (2007:290), makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Kesimpulanya adalah makna gramatikal merupakan makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat.

  j. Makna Idesional

  Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep (Djajasudarma, 2008:14).Makna idesional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep (Pateda, 2010: 104). Kesimpulan, makan idesional adalah makan yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang memiliki konsep.Kata partisipasi mengandung makna idesional aktivitas maksimal seseorang untuk ikut serta di dalam suatu kegiatan (sumbangan keaktifan). Dengan makna idesional yang terkandung di dalam kata tersebut, makna orang dapat memikirkan bagaimana cara memotivasi sesorang untuk berpartisipasi, prasayarat apa yang harus dipersiapkan atau dipenuhi seseorang untuk berpartisipasi, sanksi apa yang dapat diberikan kalau seseorang tidak berpartisipasi. Hal tersebut merupakan penalaran kita terhadap makna idesional yang terkandung di dalam kata partisipasi.

  k. Makna Konstruksi

  Makna kontruksi adalah makna yang terdapat di dalam konstruksi (Djajasudarma, 2008:12). Misalnya makna milik yang menyatakan kepunyaan di dalam bahasa Indonesia dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau menggunakan akhiran punya, contoh: rumahnya, tasmu. Makan konstruksi adalah makna yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan (Pateda, 2010:115). Kesimpulannya, makna konstruksi adalah makan yang terdapat di dalam konstruksi kebahasaan.

  l. Makna Proposisi

  Makna proposisi adalah makna yang muncul bila kita mebatasi pengertian tentang sesuatu ( Djajasudarma, 2008: 15). contohnya apabila ada seseorang mengujarkan sudut siku-siku pasti 90 derajat, matahari terbit dari sebelah timur. (Pateda, 2010: 123) Makna proposisi ini biasanya berhubungan dengan matematika atau hal-hal yang sudah pasti. Kesimpulanya, makna proposisi adalah makna yang muncul apabila kita membatasi pengertian tentang sesuatu.

  m. Makna Pusat

  Makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi inti ujaran (Djajasudarma, 2008

  : 15). Contoh apabila yang berkata “Meja itu rusak” maka maknanya berpusat pada kata meja. Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat

  (Pateda, 2010: 123). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi dasar atau inti dari ujaran.

  n. Makna Kiasan

  Kridalaksana (dalam pateda, 2010:108), makna kiasan adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Pada kata bintang yang bermakna benda langit yang berkelip-kelip jika dilihat pada waktu malam hari. Menurut Chaer (2007:290) makna kiasan tidak sesuai dengan kosnep yang terdapat di dalam kata tersebut. Jadi dapat ditarik kesimpulan makna kiasan sudah bergeser dari makna yang sebenarnya, tetapi kadang masih ada kaitanya dengan makna yang tidak sebernanya.

  o. Makna Idiomatik

  Makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

  Sebagian idiom merupakan bentuk baku, artinya kombinasi kata-kata dalam idiom bentuknya tetap (Djajajsudarma, 2008: 16). Makna idiomatik adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsrunya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer, 2007: 296).Kesimpulanya, makna idiomatik adalah makna dari kata baru atau makna yang berlainan, misalnya pada kalimat “ia dibawa ke meja hijau”.

  p. Makna Piktoral

  Makna piktoral adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca (Djajasudarma, 2008: 16). Menurut Shipley ( dalam Pateda, 20010: 122), makna piktoral adalah makan yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang di dengar atau dibaca. Jadi kesimpulanya bahwa makna piktoral adalah makna yang muncul akibat perasaan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca, contohnya apabila kita mengatakan mangga, lawan bicara kita mendengar bunyi yang kita ujarkan itu. Orang yang telah menyebut mangga, akan terbayang pada kita tentang wujud amngga (apakah buahnya, apakah pohonya, bentuknya, warnanya, atau bahkan timbul selera untuk mencicipi nikmatnya rasa mangga).

6. Strata Sosial Masyarakat

  Ilmu yang mempelajari tentang segala lapisan masyarakat. Dengan demikian, kesimpulanya akanterjalin hubungan timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan (Koentjaraningrat, 2009:17). Menurut Kral Marx dan Friedric dalam Supardi (2008:7) antropologi yaitu adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentangtentu.

  Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orangyang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.

  Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip sepertitetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

  . Menurut kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antropologi ialah ilmu yang menjadi membahas tentang lapisan yang ada dilingkungan masyarakat.

  Di dalam antropologi terdapat unsur terpenting yaitu masyarakat karena masyarakat yang menciptakan kebudayaan yang beragam di berbagai belahan dunia.Di dalam masyarakat ada unsur-unsur,yaitu anggota masyarakat sendiri, kategori sosial, golongan sosial, kelompok dan perkumpulan, beragam kelompok dan perkumpulan, ihktisar mengenai beragam wujud kesatuan manusia, interaksi antar individu.

1. Masyarakat

  Masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari dan saling berinteraksi dengan sesama (Koentjaraningrat, 2009: 115). Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu kesatuan manusia itu benar-benar berinteraksi. Sedangkan menurut Supardi (2008: 96). Masyarakat juga sering dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut.Kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan memiliki perilaku dalam kehidupan sehari- hari.

2. Kategori Sosial

  Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia- manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan maksud praktis tertentu. Misalnya dalam masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori warga di atas umur 18 tahun, dan kategori warga di bawah 18 tahun, dengan maksud membedakan anatra warga negara yang memiliki hak pilih dan warga negara yang tidak mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, (Koentjaraningrat, 2009: 120). Menurut Supardi (2008;96) kategori sosial dijelaskan bahwa konsep ini merupakan kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri khas atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia- . manusia itu . Dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kategori sosisal ialah batas umur yang mempunyai ciri khas atau ciri objektif di ambil untuk bisa di data dan mempunyai kartu identitas yang wajib dimiliki.

3. Golongan Sosial

  Golongan sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena suatu ciri yang dikenakan kepada masyarakat yang bersifat spesifik dari pihak luar (Supardi, 2008:97).Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut lapisan atau kelas sosial.Masyarakat kuno misalnya ada lapisan-lapisan seperti lapisan bangsawan, lapisan orang biasa, lapisan budak, dan sebagainya.Untuk masyarakat pada zaman sekarang ini ada lapisan Petani, lapisan buruh, lapisan pegawai, lapisan pegawai tinggi, lapisan cendekiawan, lapisan usahawan, dan sebagainya. Lapisan atau golongan sosial semcam itu terjadi karena manusia-manusia yang dikelaskan kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang khas (Koencjaraningrat, 2009: 124).

  Menurut Aristoteles (dalam Koentjaraningrat,2009:125) membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan yaitu golongan sangat kaya, golongan kaya, golongan miskin. Dan yang termasuk golongan pertama merupakan kelompok kecil mereka terdiri dari bangsawan, pengusaha, tuan tanah dan tokoh-tokoh penting, golongan kedua merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat, mereka ialah pedagang, buruh, dll, golongan ketiga merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat mereka biasanya masyarakat biasa-biasa saja atau sederhana.

  Dalam kategori kelas sosial bawah di katakana orang tua memiliki penghasilan perbulan ≤ 500, kategori kelas sosial menengah ≥ 1.00.000, dan kategori kelas sosial atas ≥ 2.000.000. Kategori ini di ambil menurut survai yang sudah peneliti laksanakan.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA - BAB II

0 4 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka - KAJIAN STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS (SWOT) PADA DEVELOPER REAL ESTATE INDONESIA (REI) DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 17

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. PROFIL MA NEGERI 1 PURWOKERTO - RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMBAYARAN SOP (SUMBANGAN OPERASIONAL PENDIDIKAN) BERBASIS SMS GATEWAY DI MAN 1 PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 1 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KABUPATEN PURWOREJO - SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PERTANIAN KABUPATEN PURWOREJO BERBASIS ANDROID DENGAN GOOGLE MAPS - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KABUPATEN PURBALINGGA - INFORMASI TEMPAT WISATA KABUPATEN PURBALINGGA BERBASIS ANDROID - repository perpustakaan

0 10 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perpustakaan 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah - PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DALAM MENDORONG MINAT BACA SISWA DI SD N 2 KEDUNGMENJANGAN - repository perpustakaan

1 6 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH TERAPI LINGKUNGAN : BERKEBUN TERHADAP PENINGKATKAN HARGA DIRI PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

2 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - HUBUNGAN KARAKTERISTIK KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi - PERSEPSI KEPALA PUSKESMAS TERHADAP PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 4 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 - repository perpustakaan

1 10 39