BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN - DOCRPIJM 1505364860BAB VI KEUANGAN RENCANA1
BAB VI
KEUANGAN DAN RENCANA
PENINGKATAN PENDAPATAN
6.1. Petunjuk Umum
6.1.1. Komponen Keuangan
Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan
Pendapatan terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan;
dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu
subkomponen Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan
di daerah pada umumnya.
6.1.1.1. Komponen Penerimaan Pendapatan (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD
bersumber dari :
1. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di
atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air
Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain.
Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan; Retribusi
Pelayanan Persampahan; Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman,
Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur
oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan
Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah.
194
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden
BUMD; dan
4. Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai
tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah.
6.1.1.1.
Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan
Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam.
BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi;
sedangkan BHBP atara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
peryambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan
panas bumi.
2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan “Celah Fiskal” yaitu selisih
antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya:
reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.
6.1.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen pengeluaran belanja terdiri dari:
1. Belanja Operasi
2. Belanja Modal
3. Transfer ke Desa/Kelurahan
4. Belanja Tak Terduga
195
Tabel. 6.1
Struktur Pengeluaran Belanja SAP-D yang Baru tahun 2007
No.
2.
Sub-Komponen Belanja
Rp
1 Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
Jumlah
Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
4.
8.733.152.175
38.033.545.166
- Belanja Gedung dan Bangunan
43.868.510.913
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
57.880.045.383
- Belanja Aset tetap lainnya
3.
137.305.180.475,50
82.169.636.827
7.649.385.190
227.124.202.492,50
- Belanja Aset lainnya
Jumlah
Transfer ke desa/kel
- Bagi hasil pajak
- Bagi hasil Retribusi
- Bagi hasil pendapatan lainnya
Jumlah
Belanja tak terduga
Jumlah
931.117.000
149.446.370.637
454.825.102
454.825.102
162.233.085
162.233.085
Sumber : Keuangan Sarolangun
6.1.3 Komponen Pembiayaan
Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
Sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan
(Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata
umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai
196
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali. Contoh konkritnya, di dalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh
pinjaman, pinjaman tersebut diakui sebagai Penerimaan Pendapatan.
Tabel 6.2
Struktur Pembiayaan SAP-D yang Baru
No.
Subkomponen Pembiayaan
1
Penerimaan Pembiayaan
2
Rp
a. Penggunaan SILPA
145.582.543.806,11
b. Pencarian Dana Cadangan
-
c. Pinjaman Dalam negeri-pemerintah pusat
-
d. Pinjaman dalam negeri-pemda lain
-
e. Pinjaman dalam negeri-Bank
-
f. Pinjaman dalam negeri-Non Bank
-
g. Pinjaman dalam negeri-Obligasi
-
h. Pinjaman dalam negeri-lainnya
-
i. Penerimaan kembali pinjaman kpd pers.negara
-
j. Penerimaan kembali pinjaman kpd pers.daerah
-
k. Penerimaan kembali pinjaman kpd pemda lainnya
240.178.240
Jumlah
145.822.722.046,11
Pengeluaran Pembiayaan
a. Pembentukan dana cadangan
-
b. Pembayaran pokok pinjaman DN-Pem.Pusat
500.000.000
c. Pembayaran pokok pinjaman DN-Pemda lain
-
d. Pembayaran pokok pinjaman DN-Bank
-
e. Pembayaran pokok pinjaman DN-Non Bank
-
f. Pembayaran pokok pinjaman DN-Obligasi
-
g. Pembayaran pokok pinjaman DN-lainnya
1.689.389.641
h. Pemberian pinjaman kpd pers. Negara
-
i. Pemberian pinjaman kpd pers.daerah
-
j. Pemberian pinjaman kpd Pemda lainnya
-
Jumlah
2.189.389.641
Total
148.012.111.687,11
197
Selanjutnya,
Penerimaan
Pendapatan
dari
Pinjaman
ini
tidak
mempunyai
konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang
baru, apabila daerah memperoleh Pinjaman, maka diterima sebagai Penerimaan
Pembiayaan yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi
pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima
kembali.
6.2.
Profil Keuangan Kabupaten / Kota
6.2.1. Keuangan Daerah
Keuangan kabupaten/kota dalam penyusunan RPIJM yang bertujuan untuk
membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program
PU-CK kabupaten/kota, meliputi:
Gambaran umum kondisi keuangan daerah selama 5 tahun terakhir, yang
dipergunakan untuk mengetahui: (Lampiran 1 Tabel 6.3 Realisasi dan Proyeksi
APBD)
•
Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), mencakup (i)
Struktur Penerimaan; (ii) Struktur Belanja;
•
Trend perkembangan penerimaan dari: (i) Dana Perimbangan; (ii) Pendapatan
Asli Daerah (PAD); (iii) Penerimaan Daerah Yang Sah;
•
Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah atasan (Pusat
atau Propinsi);
•
Profil dan perkembangan APBD
1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dalam APBD Kabupaten/Kota
2. Perkembangan bantuan Pemerintah Pusat (GOI)
3. Perkembangan kontribusi dan masyarakat
4. Perkembangan dana pinjaman
5. Perkembangan dan public saving
198
6.2.2. Keuangan Perusahaan Daerah
Untuk mendukung sumber pembiayaan dalam komponen proyek cost recovery dan
telah memiliki BUMD (seperti sektor air minum, persampahan dan limbah aspek
keuangannya meliputi kondisi existing, permasalahan , analisa dan proyeksi untuk:
1. N e r a c a (dalam rupiah)
1.1 ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Jumlah tersebut merupakan saldo rekening giro Kas Daerah yang
terdapat pada Rekening Giro BPD Jambi, BNI, dan BRI per 31
Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp.144.860.140.446,84
dan Rp. 142.761.423.740,86 dengan rincian sebagai berikut :
31 Desember 2007
31 Desember 2006
- Rekening Giro BPD Jambi Cabang Sarolangun :
Nomor 0801560001
1.095.975.621,00
32.706.741.414,00
Nomor 0801560004
2.075.856.342,17
27.620.102.720,50
Nomor 0801560006
7.777.226.433,98
5.185.026.268,98
Nomor 0801560007
2.198.557.628,26
1.550.246.030,30
Nomor 0801560016
20.900.000,00
366.575,30
Nomor 0801560024
412.632.508,00
391.855.167,00
Nomor 0801560032
266.294.044,00
682.269.818,10
Nomor 0801560041
1.462.469,00
341.504.942,00
Nomor 0801560059
2.904.288,00
309.322.178,00
Nomor 0801560067
80.920.250,00
32.706.741.414,00
Nomor 0801560075
39.978.409,00
27.620.102.720,50
199
- Rekening Giro BNI KCP Sarolangun :
0089 127 399
354.151.121,00
347.047.990,00
0089 127 402
0089 126 781
1.268.568,00
234.456.666,00
87.337.064,00
708.040.355,00
- BRI Cabang Pembantu Sarolangun :
130.218.648.524,43
0604 01 000045 30.1
72.523.728.414,68
0604 01 000047 30.3
JUMLAH
226.027.176,00
160.715.201,00
144.860.140.446,84
142.761.423.740,86
Saldo rekening per 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar
Rp 144.860.140.446,84 dan Rp. 142.761.423.740,86,- tersebut terdiri
dari:
- Saldo Kas milik Pemda pd BUD
- PPN dan PPh belum disetor
Jumlah
144.711.685.903,84
142.577.538.100,86
148.454.543,00
183.885.640,00
144.860.140.446,84
142.761.423.740,86
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran per tanggal 31 Desember 2007 dan
2006 sebesar Rp. 6.793.712.175,85 dan Rp. 3.005.005.705,25
merupakan sisa UYHD yang belum disetor sampai dengan tanggal 31
Desember 2007 dengan rincian sebagai berikut
31 Desember 2007
31 Desember 2006
Sisa UYHD Tahun 2007
6.580.104.184,00
0,00
Sisa UYHD Tahun 2006
124.386.778,00
2.711.358.384,00
Sisa UYHD Tahun 2005
7.314.224,00
14.245.561,00
Sisa UYHD Tahun 2004
59.401.860,25
59.401.860,25
200
Kas Bon
JUMLAH
Piutang Pajak
22.505.129,60
220.000.000,00
6.793.712.175,85
3.005.005.705,25
31 Desember 2007
31 Desember 2006
0,00
7.241.000,00
56.257.697,00
85.052.022,00
0,00
116.810.065,00
56.257.697,00
209,103,087.00
Piutang Pajak Reklame
Piutang Pajak Galian Gol.C
Piutang Pajak Penerangan Jalan
Jumlah tersebut merupakan tagihan pajak daerah yang telah ditetapkan
namun belum dilunasi/diterima pembayarannya sampai dengan 31
Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp. 56.257.697,00 dan
Rp. 209.103.087,00.
Piutang Retribusi
86.142.000,00
147.265.000,00
Jumlah tersebut merupakan tagihan retribusi daerah yang telah
ditetapkan namun belum dilunasi/diterima pembayarannya sampai
dengan 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006, terdiri dari :
• Retribusi Pasar
66.842.000,00
142.345.000,00
• Retribusi Sewa Ruko Pemda
19.300.000,00
1.800.000,00
0,00
3.120.000,00
• Retribusi Persampahan
Jumlah
Piutang Lainnya
86.142.000,00
4.318.545.458,10
147.265.000,00
2,494,982,136.00
Jumlah Piutang lainnya tersebut terdiri dari:
201
1. Piutang KUPEM:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
• Piutang KUPEM Tahun 2002
0,00
35.318.331,00
• Piutang KUPEM Tahun 2003
0,00
205.703.725,00
• Piutang KUPEM Tahun 2004
0,00
113.359.526,00
• Piutang KUPEM Tahun 2005
0,00
236.836.990,00
• Piutang KUPEM Tahun 2006
0,00
437.753.081,00
• Piutang KUPEM Tahun 2007
0,00
0,00
Sub Jumlah
0,00
1.028.971.653,00
522.971.629,00
97,551,543.00
3.635.573.829,10
1,368,458,940.40
377.663.941`,00
91.501.692,00
2. Piutang BPAB :
3. Piutang Bagi Hasil Provinsi
4.
PKB
BBNKB
1.174.697.550,20
196.417.602,50
PBBKB
2.081.911.940,90
1.075.169.706,90
Air Bawah Tanah
566.214,00
4.675.354,00
Air Permukaan
734.183,00
604.585,00
160.000.000,00
0,00
4.318.545.458,10
2.494.982.136,40
Piutang
Kendaraan
Jumlah
Pelelangan
Per 31 Desember 2007 piutang KUPEM direklasifikasi menjadi Investasi
Non Permanen.
Piutang BPAB merupakan piutang dari hasil penjualan air bersih kepada
masyarakat yang dilakukan oleh Badan Pengelola Air Bersih, yang
sampai dengan 31 Desember 2007 belum dilunasi.
Persediaan
31 Desember 2007
31 Desember 2006
2.889.477.484,57
840.749.386,79
202
Jumlah tersebut merupakan saldo persediaan barang habis pakai per
31
Desember
2007
dan
31
Desember
2006
sebesar
Rp.
2.889.477.484,57 dan Rp. 840.749.386,79 dengan rincian sebagai
berikut:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
2.923.000,00
1.982.700,00
173.712.000,00
213.129.800
4.916.500,00
11.120.000,00
237.758.996,00
0,00
1.541.170.782,00
614.516.886,79
f. Persediaan Obat-obatan RSUD
478.704.660,00
0,00
g. Persediaan Pipa
450.291.546,57
0,00
2.889.477.484,57
840.749.386,79
a. Persediaan ATK
b. Persediaan Benda Berharga
c. Persediaan Bahan Kimia
d. Persediaan Bahan Instalasi
e. Persediaan Obat-obatan GF
Jumlah
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen
Investasi Non Permanen merupakan Kredit Usaha Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat (KUPEM) per 31 Desember 2007 dengan Rincian
Sebagai Berikut:
KUPEM Tahun 2002
31 Desember 2007
35.318.331,00
31 Desember 2006
0,00
KUPEM Tahun 2003
200.583.33,00
00,0
KUPEM Tahun 2004
98.701.915,00
0,00
KUPEM Tahun 2005
173.568.330,00
0,00
KUPEM Tahun 2006
297.649.003,00
0,00
KUPEM Tahun 2007
468.240.354,00
0,00
203
1.274.061.266,00
Jumlah
0,00
Per 31 Desember 2007 terdapat KUPEM yang jatuh tempo sebesar Rp.
508.171.909,00 yaitu KUPEM Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2005,
Investasi Permanen
6.737.000.000,00
6.737.000.000,00
Jumlah tersebut merupakan Investasi Permanen per 31 Desember
2007 dan 31 Desember 2006 berupa Penyertaan Modal Pemerintah
Kabupaten Sarolangun sebesar Rp. 6.737.000.000,00 dan Rp.
6.737.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
-
31 Desember 2007 31 Desember 2006
Saham
nominal
1.250.000.000,00
1.250.000.000,00
Rp 5.000.000,00 sebanyak
-
250 lembar
Saham
nominal
Rp 1.000.000,00 sebanyak
2.487 lembar
Saham
Penyertaan
Tahun 2006
b. P.T Jambi Info Trade Center
c. P.T Serumpun Pseko
-
Jumlah
2.487.000.000,00
2.487.000.000,00
1.500.000.000,00
1.500.000.000,00
500.000.000,00
1.000.000.000,00
6.737.000.000,00
500.000.000,00
1.000.000.000,00
6.737.000.000,00
Catatan : Pemerintah Kabupaten Sarolangun memiliki 100% kepemilikan
pada PD. Serumpun Pseko, Laporan Keuangan PD. Serumpun Pseko
tidak dilampirkan pada laporan ini karena PD. Serumpun Pseko tidak
beroperasi sejak tahun 2004. Investasi dicatat dengan metode biaya.
ASET TETAP
Saldo Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Sarolangun per 31 Desember
2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp. 1.074.078.519.543,50 dan Rp.
204
926.323.777.519,00 dengan rincian :
Tanah
168.824.112.862,50
160.895.574.300,00
Aktiva tersebut merupakan nilai tanah yang dimiliki Pemerintah Kabupaten
Sarolangun, terdiri dari:
- Nilai tanah per 31-12-2006
160.895.574.300,00
- Penambahan tahun 2007
8.733.152.175,00
- Pengurangan tahun 2007
(804.613.612,50)
- Jumlah nilai tanah per 31-122007
Peralatan dan Mesin
168.824.112.862,50
92.133.731.481,00
54.714.186.315,00
Jumlah tersebut merupakan nilai peralatan dan mesin yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Sarolangun pada awal dan akhir tahun 2007, yaitu
:
- Nilai peralatan dan mesin
per 31-12-2006
54.714.186.315,00
- Penambahan tahun 2007
38.033.545.166,00
- Pengurangan tahun 2007
(614.000.000,00)
- Jumlah nilai peralatan dan
mesin per 31-12-2007
92.133.731.481,00
Saldo Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2007 dan per 31
Desember 2006 sebesar
Rp 92.133.731.481,00 dan Rp.
54.714.186.315,00 dengan rincian:
31 Desember 2007
- Alat-alat Besar
- Alat Angkutan
- Alat Bengkel
31 Desember 2006
6.188.750.000,00
620.000.000,00
36.133.806.866,00
21.131.865.000,00
1.853.830.750,00
1.437.235.750,00
205
- Alat Pertanian
- Alat Kantor dan Rmh Tangga
- Alat Studio
- Alat Kedokteran
- Alat Laboratorium
Jumlah
Gedung dan Bangunan
1.241.796.200,00
791.991.200,00
30.120.700.500,00
19.585.390.300,00
3.002.760.000,00
1.201.686.500,00
11.880.203.652,00
8.777.714.152,00
1.711.883.513,00
1.168.303.413,00
92.133.731.481,00
54.714.186.315,00
282.734.737.953,00
234.456.373.558.00
Jumlah tersebut merupakan nilai gedung dan bangunan yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Sarolangun, terdiri dari:
- Nilai gedung dan bangunan per
31-12-2006
234.456.373.558.00
- Penambahan tahun 2007
48.551.379.395,00
- Pengurangan tahun 2007
(273.015.000,00)
- Jumlah nilai gedung dan
bangunan per 31-12-2007
282.734.737.953,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan
518.405.140.472,00
463.512.031.678,00
Jumlah tersebut merupakan nilai Jalan, Irigasi, Jaringan yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Sarolangun pada awal dan akhir tahun 2007, yaitu :
- Nilai jalan, irigasi, dan jaringan
per 31-12-2006
- Penambahan tahun 2007
463.512.031.678,00
54.893.108.794,00
- Jumlah nilai jalan, irigasi, dan
jaringan per 31-12-2007
518.405.140.472,00
206
Saldo Jalan, irigasi dan jaringan per 31 Desember 2007 dan 31
Desember 2006 sebesar Rp. 518.405.140.472,00 dan Rp.
463.512.031.678,00 terdiri dari :
Jalan
Jembatan
Bangunan Air
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
31 Desember 2007
369.017.802.990,00
94.946.861.890,00
26.963.904.000,00
4.008.804.017,00
23.467.767.575,00
31 Desember 2006
339.374.894.231,00
85.892.136.195,00
26.545.011.000,00
3.983.904.017,00
7.716.086.235,00
518.405.140.472,00
463.512.031.678,00
2.759.214.400,00
1.828.097.400,00
Jumlah tersebut merupakan nilai aset tetap lainnya per 31 Desember
2007 yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Sarolangun, terdiri dari:
- Nilai aset tetap lainnya per
31-12-2006
- Penambahan tahun 2007
1.828.097.400,00
931.117.000,00
- Jumlah nilai aset tetap lainnya
per 31-12-2007
2.759.214.400,00
Saldo Aset Tetap lainnya per 31 Desember 2007 dan 31 Desember
2006 sebesar Rp. 2.759.214.400,00 dan Rp. 1.828.097.400,00 tersebut
terdiri dari:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
1.020.033.000,00
861.533.000,00
436.292.000,00
135.290.000,00
1.062.881.900,00
672.301.900,00
Tanaman
114.472.500,00
110.472.500,00
Alat Persenjataan
125.535.000,00
48.500.000,00
Buku Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian
Hewan/ Ternak
2.759.214.400,00
Konstruksi Dalam
9.221.582.375,00
1.828.097.400,00
10.917.514.268,0
207
Pengerjaan
0
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2007 sebesar
Rp 9.221.582.375,00
merupakan
jumlah
keseluruhan
biaya
yang
dibayarkan untuk perolehan asset tetap berupa Jembatan, Jalan dan
Bangunan Gedung yang sampai dengan 31 Desember 2007 masih
dalam proses pengerjaan/pembangunan.
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Dana
Cadangan
0,00
merupakan
alokasi
dana
0,00
yang
dicadangkan
Pemerintah Daerah untuk tujuan tertentu (seperti pembangunan/belanja
modal yang memerlukan dana beberapa tahun anggaran/multi years)
dan dibahas bersama DPRD untuk ditetapkan sebagai Peraturan
Daerah.
Dalam tahun 2007 tidak terdapat dana cadangan yang dialokasikan
oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun.
Aset Lainnya
0,00
0,00
Dalam tahun 2007 tidak terdapat aset milik Pemerintah Kabupaten
Sarolangun yang termasuk dalam kelompok aset lainnya.
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang PFK
31 Desember 2007
31 Desember 2006
- PPn yang belum disetorkan
73.374.602,00
141.591.137,00
- PPh yang belum disetorkan
75.079.941,00
42.294.503,00
148.454.543,00
183.885.640,00
208
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek.
Saldo Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2007 dan 31 Desember
2006 sebesar Rp. 158.855.820.719,39 dan Rp. 149.274.643.415,90
dengan rincian:
151.505.398.079,69
145.766.429.446,11
Cadangan Piutang
4.460.945.155,10
2.851.350.223,00
Cadangan Persediaan
2.889.477.484,57
840.749.386,79
0,00
(183.885.640,00)
Sisa
Lebih
Pembiayaan
Anggaran (SiLPA)
Dana yg Hrs Disediakan utk
Pembayaran Utang Jk. Pendek
JUMLAH
158.855.820.719,36
149.274.643.415,90
EKUITAS DANA INVESTASI
Saldo Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2007 dan 31 Desember
2006 sebesar Rp. 1.082.089.580.809,50 dan Rp. 933.060.777.519,00
dengan rincian:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
8.011.061.266,00
6.737.000.000,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.074.078.519.543,50
926.323.777.519,00
1.082.089.580.809,50
933.060.777.519,00
Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang
JUMLAH
209
2. Arus Kas
Tabel 6.7
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2007
(Dalam Rupiah)
URAIAN
A ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Hibah
Dana Darurat
Bagi Hasil Provinsi
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Catatan
Jumlah
5.1.7.1
1.707.680.135,00
1.146.602.746,00
1.002.339.686,48
9.913.043.857,60
60.663.286.031,00
31.694.632.829,00
240.532.992.000,00
36.621.300.000,00
4.000.000.000,00
11.540.517.076,00
398.822.394.361,08
137.305.180.475,50
82.169.636.827,00
199
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil ke Desa
Jumlah Arus Kas Keluar
7.649.385.190,00
13.762.697.370,00
162.233.085,00
454.825.102,00
241.503.958.049,50
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
B
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN
Arus Kas Masuk
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dan Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dan Penjualan Aset Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Kas Keluar
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar
157.318.436.311,58
5.1.7.2
8.733.152.175,00
38.033.545.166,00
43.868.510.913,00
57.880.045.383,00
931.117.000,00
149.446.370.637,00
200
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investsi Aset Nonkeuangan
C ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Kas Masuk
1 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Arus Kas Masuk
(149.446.370.637,00)
5.1.7.3
240.178.240,00
240.178.240,00
Arus Kas Keluar
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah Arus Kas Keluar
500.000.000,00
1.689.389.641,00
2.189.389.641,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
D ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN
Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Kas Masuk
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Kas Keluar
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas
Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas
(1.949.211.401,00)
5.1.7.4
27.249.821.093,00
27.249.821.093,00
27.285.252.190,00
27.285.252.190,00
(35.431.097,00)
5.887.423.176,58
145.766.429.446,11
151.653.852.622,69
Sumber: Keuangan Kab. Sarolangun
201
6.3.
Permasalahan dan Analisa Keuangan
6.3.1. Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten / Kota
Segala permasalahan yang ada tentang kondisi keuangan daerah pada profil
keuangan daerah.
Pengelompokan permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan pungutan pajak dan
retribusi yang sedikit mempunyai kaitan dengan kapasitas pelayanan yang
diberikan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Mekanisme dan prosedur pungutan daerah terutama kurangnya keterpaduan
fungsi yan efektif antara unit instansi yang bersangkutan.
3. Sarana dan prasrana operasional yang kurang
4. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
5. Dan
hal-hal
lain
yang
berkaitan
dengan
operasionalisasi
perolehan
pendapatan daerah.
6.3.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten/Kota
Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi
keuangannya: (Lampiran 1Tabel 6.3 Realisasi dan Proyeksi APBD)
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
2. Gunakan asumsi dasar sebagai berikut:
a.
Melihat kecenderungan trend historis pertumbuhan rata-rata per tahun
b.
Estimasi pertumbuhan akibat adanya action plan
c.
Adanya kebijaksanaan khusus pemerintahan kabupaten/kota
3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPIJM
4. Perhitungan kemampuan meminjam Pemerintahan Kabupaten/Kota (ambang
batas DCR adalah 1,5)
202
Perhatian terhadap aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM adalah hasil total atau
produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam
proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa
yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima
hasil proyek tersebut.
1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja (Lampiran 1 Tabel 6.5)
Proyeksi penerimaan dihitung:
•
Penghitungan berdasarkan kurun waktu 5
•
Menggunakan asumsi atas dasar pertumbuhan rata-rata, yang disesuaikan
dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota;
•
Dianalisis berapa besar anggaran rutin dibandingkan dengan anggaran
belanja barang dan modal untuk penyelenggaraan bidang kecipta karyaan;
2. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan (lampiran 1.Tabel 6.6)
Kondisi PAD & Dana Perimbangan
•
Struktur dan perkembangan penerimaan rutin, dan belanja barang dan modal,
serta prosentase pertumbuhannya;
1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD rata-rata sebesar 16,97% per tahun.
2. Perkembangan (pertumbuhan) PAD rata-rata 32,55% pe rtahun.
3. Perkembangan (pertumbuhan) PAD terhadap penerimaan daerah sebesar
2,07%.
4. Pengeluaran pembangunan rata-rata tumbuh 32,35% pertahun, dan
perkembangan belanja modal 39,48% per tahun terhadap total
pengeluaran (belanja).
203
•
Kontribusi pajak daerah dan retribusi yang memberikan kontribusi cukup besar
yaitu 56,26% terhadap PAD, terutama untuk menjadi dasar pada penguatan
kapasitas keuangan daerah;
•
Kelompok pajak daerah dan retribusi yang memberikan kontribusi kecil
dikelompokkan dalam unsur penerimaan "lainnya"
•
Analisis kemampuan penerimaan dengan analisis rasio: coverage ratio, yaitu
kemampuan memperoleh PAD dari sumber pajak dan retribusi saja sebesar
56,26% tahun 2007.
•
Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan, antara lain sebagai berikut:
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
2. Menggunakan asumsi atas dasar trend rata-rata pertumbuhan historis, yang
disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
3. Analisis selama kurun waktu proyeksi tersebut unsur PAD dan penerimaan
yang memberikan kontribusi terbesar
3. Proyeksi Public Saving
Kondisi Eksisting Public Saving selama 5 tahun untuk mengetahui:
Public Saving (Tabungan Masyarakat) diperhitungkan dengan rumus:
PS = (PAD + PBB + DBH + DAU + DAK) – Belanja Wajib
Belanja Wajib = Belanja Mengikat + Kewajiban Daerah
4. Gambaran besarnya public saving dan laju pertumbuhannya
5. Besarnya angsuran pinjaman dan bunga
6. Besarnya DSCR, batas ketentuan adalah 2,5
7. Dengan DSCR ditentukan sebesar 2,5 dapat diperoleh besaran maksimum
pinjaman yang dapat diperoleh
204
Perhitungan public saving, antara lain sebagai berikut:
8. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
9. Menggunakan asumsi atas dasar trend pertumbuhan rata-rata historis, yang
disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
10. Alokasi dana public saving untuk kawasan perkotaan dihitung dengan cara
membandingkan penduduk perkotaan sesuai wilayah perencanaan dengan
total penduduk kabupaten;
11. Dihitung dana yang dapat dialokasikan untuk bidang cipta karya, dimana
besaran prosentase dapat mempergunakan trend yang ada atau dengan hasil
diskusi dengan pemerintah kabupaten/kota;
12. Hasil akhir adalah prakiraan dana pembangunan untuk bidang cipta karya dari
public saving selama 5 tahun;
13. Proyeksi belum termasuk perhitungan untuk pinjaman baru (without project
projection)
Tabel 6.7
Publik Saving
Sumber
No Penerimaan
Realisasi
2005
I
II
Penerimaan
1. PAD
2. DBHP
3. DBHBP
4. DAU
5.DAK
Belanja Wajib
1. Pembiayaan
2. Pembelanjaan
Total Publik
Saving
2007
Pertumbuhan
Rata-rata (%)
7.054.112.878
38.160.316.186
14.569.722.184
139.535.000.000
16.254.000.000
13.742.525.465
48.937.983.632
43.269.729.209
240.532.992.000
36.819.075.620
39,58
13,24
72,33
31,29
50,51
12.869.565.856
211.751.755.332
145.363.209.429
2.189.389.641
236,08
-89,83
440.194.472.436
530.854.904.996
353,20
Sumber : Keuangan Kab. Sarolangun
205
6.4.
Analisa Tingkat Ketersediaan Dana
Analisa yang diperlukan adalah terhadap ketersediaan dan Pemerintahan
Kabupaten/Kota yang dpat digunakan dalam pembangunan RPIJM, misalnya indikasi
sumber penerimaan yang harus diperhatikan yakni sebagaimana yang tertera padA
lampiran yang meliputi:
1. Analisa perkembangan masa lalu dengan memperhatikan kebijaksanaan
keuangan pemerintahan maka dibuat proyeksi anggaran pendapatan dan
belanja yang dapat dilihat pada tabel (lampiran)
2. Analisa perkembangan pajak daerah termasuk perkembangan kontribusi per
tahun.
3. Analisa perkembangan PAD per tahun, kontribusi terhadap penerimaan ratarataAnalisa pengeluaran pembangunan berkembang rata-rataporsi ratarataterhadap total pengeluaran , kecenderungan porsi naik/turun.
6.4.1. Analisa terhadap pinjaman yang telah diterima berkembang
dengan porsi
besarnya cicilan sebesar Analisa Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah dapat bersumber dari:
1.
Sumber internal dari pemerintah daerah sendiri (public saving)
2.
Sumber eksternal dari luar pemerintah daerah (pemerintah pusat,
pemerintah propinsi, pinjaman, partisipasi swasta (KPS), dan swadaya
masyarakat)
•
Analisis dan teliti perkembangan sumber pendanaan eksternal untuk
pembiayaan pemerintah pusat dan pemerintah propinsi;
•
Identifikasi perkembangan dana dari partisipasi dan kerjasama swasta;
•
Identifikasi dana partisipasi masyarakat yang dipergunakan untuk
pembangunan khususnya dalam membiayai operasi dan pemeliharaan;
•
Pisahkan biaya operasi dan pemeliharaan dan investasi
206
•
Identifikasi
pinjaman
minimal
yang
dapat
diperoleh
dengan
memperhatikan Debt Service Ratio (DSR)
•
Estimasi sumber dana yang dapat dipergunakan untuk membiayai bidang
cipta karya termasuk kontribusi PDAM untuk pendanaan sektor air
minum;
•
Output dari analisa keuangan adalah total dana yang dapat dialokasikan
untuk membiayai bidang cipta karya selama 5 tahun. (catatan: tabel
estimasi sumber dana bidang cipta karya)
6.4.2. Aspek Keuangan Daerah
Analisis keuangan ini penting untuk dapat menjabarkan arti dari data dan
informasi yang tercantum dalam laporan keuangan. Analisis yang dipergunakan
antara lain:
1. Analisis Prosentase
2. Indikator Debt Service Cost Ratio (DSCR)
6.5.
Rencana Pembiayaan Program
6.5.1. Rencana Pembiayaan
Sumber-sumber pebiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air
minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam
membiayai
adalah
pemerintahan
Kabupaten/Kota,
sebaliknya
pada
penganggulangan bencana , jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih
dominan.
Baik Bantuan Luar Negeri maupun dana pemrintah Pusat ke Pemerintah
kabupaten/Kota sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan harus
207
didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota dan
masyarakat (community based development).
Kerangka kerja pembiayaan disusun bersifat indikatif dan disesuaikan dengan
kapasitas daerah, bersumber dari APBD Kabupaten Sarolangun, APBD Propinsi
Jambi dan APB serta sumber pendanaan lainnya yang sah.
Tabel 6.8
Proyeksi kebutuhan pembiayaan program pembangunan Kabupaten Sarolangun
Tahun 2007-2011
2007
2008
2009
2010
2011
(Rp.000)
(Rp.000)
(Rp.000)
(Rp.000)
(Rp.000)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PROGRAM
(1)
Program Misi Pertama : Meningkatkan infrastruktur jalan, jembatan, dan irigasi serta pencetakan
sawah baru termasuk sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan,
listrik dan air bersih
1.
Program
Pembangunan
jalan
57.521.877
61.548.408
66.472.281
72.454.786
164.209.480
175.704.144
189.760.475
206.838.918
415.000
439.900
470.693
508.348
554.100
250.000
265.000
283.550
306.234
333.795
4.820.000
5.109.200
5.466.844
5.904.192
6.435.569
575.200
609.712
652.392
704.583
767.996
pengembangan kinerja 5.995.000
6.354.700
6.799.529
7.343.491
8.004.406
747.300
799.611
863.580
941.302
dan jembatan
2.
Program
Rehabilitasi
dan peningkatan jalan
dan jembatan
3.
Program pembangunan
saluran drainase
4.
Program pembangunan
turap
5.
Peningkatan pelayanan
angkutan
6.
Lingkungan
sehat
perumahan
7.
54.265.92
2
124.914.6
04
Program
pengelolaan air minum
8.
Pengembangan,
pengelolaan,
dan
konservasi sungai dan
705.000
danau
208
Program Misi Kedua
: Meningkatkan taraf perekonomian daerah dan pendapatan masyarakat
dengan memberikan perhatian utama pada usaha pembangunan
ekonomi perdesaan
1.
Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
perencanaan
289.000
306.340
327.784
354.007
385.867
220.000
233.200
249.524
269.486
293.740
pembangunan
daerah
2.
Program
perencanaan
pembangunan
daerah
Sumber: RPJM-D Kabupaten Sarolangun tahun 2006-2011
6.5.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Setelah melalui proses penilaian RPIJM oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, maka
selanjutnya adalah program sekaligus proses pembiayaannya. Pada pelaksanaan
pembiayaaan, maka semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati antara
Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Pusat, termasuk dana bantuan Luar
Negeri
dirumuskan
dalam
dokumen
Project
Memorandum
(Kesepakatan
Pelaksanaaan Program ( terlampir pada BAB 8).
209
KEUANGAN DAN RENCANA
PENINGKATAN PENDAPATAN
6.1. Petunjuk Umum
6.1.1. Komponen Keuangan
Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan
Pendapatan terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan;
dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu
subkomponen Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan
di daerah pada umumnya.
6.1.1.1. Komponen Penerimaan Pendapatan (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD
bersumber dari :
1. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di
atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air
Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain.
Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan; Retribusi
Pelayanan Persampahan; Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman,
Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur
oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan
Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah.
194
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden
BUMD; dan
4. Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai
tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah.
6.1.1.1.
Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan
Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam.
BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi;
sedangkan BHBP atara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
peryambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan
panas bumi.
2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan “Celah Fiskal” yaitu selisih
antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya:
reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.
6.1.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen pengeluaran belanja terdiri dari:
1. Belanja Operasi
2. Belanja Modal
3. Transfer ke Desa/Kelurahan
4. Belanja Tak Terduga
195
Tabel. 6.1
Struktur Pengeluaran Belanja SAP-D yang Baru tahun 2007
No.
2.
Sub-Komponen Belanja
Rp
1 Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
Jumlah
Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
4.
8.733.152.175
38.033.545.166
- Belanja Gedung dan Bangunan
43.868.510.913
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
57.880.045.383
- Belanja Aset tetap lainnya
3.
137.305.180.475,50
82.169.636.827
7.649.385.190
227.124.202.492,50
- Belanja Aset lainnya
Jumlah
Transfer ke desa/kel
- Bagi hasil pajak
- Bagi hasil Retribusi
- Bagi hasil pendapatan lainnya
Jumlah
Belanja tak terduga
Jumlah
931.117.000
149.446.370.637
454.825.102
454.825.102
162.233.085
162.233.085
Sumber : Keuangan Sarolangun
6.1.3 Komponen Pembiayaan
Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
Sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan
(Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata
umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai
196
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali. Contoh konkritnya, di dalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh
pinjaman, pinjaman tersebut diakui sebagai Penerimaan Pendapatan.
Tabel 6.2
Struktur Pembiayaan SAP-D yang Baru
No.
Subkomponen Pembiayaan
1
Penerimaan Pembiayaan
2
Rp
a. Penggunaan SILPA
145.582.543.806,11
b. Pencarian Dana Cadangan
-
c. Pinjaman Dalam negeri-pemerintah pusat
-
d. Pinjaman dalam negeri-pemda lain
-
e. Pinjaman dalam negeri-Bank
-
f. Pinjaman dalam negeri-Non Bank
-
g. Pinjaman dalam negeri-Obligasi
-
h. Pinjaman dalam negeri-lainnya
-
i. Penerimaan kembali pinjaman kpd pers.negara
-
j. Penerimaan kembali pinjaman kpd pers.daerah
-
k. Penerimaan kembali pinjaman kpd pemda lainnya
240.178.240
Jumlah
145.822.722.046,11
Pengeluaran Pembiayaan
a. Pembentukan dana cadangan
-
b. Pembayaran pokok pinjaman DN-Pem.Pusat
500.000.000
c. Pembayaran pokok pinjaman DN-Pemda lain
-
d. Pembayaran pokok pinjaman DN-Bank
-
e. Pembayaran pokok pinjaman DN-Non Bank
-
f. Pembayaran pokok pinjaman DN-Obligasi
-
g. Pembayaran pokok pinjaman DN-lainnya
1.689.389.641
h. Pemberian pinjaman kpd pers. Negara
-
i. Pemberian pinjaman kpd pers.daerah
-
j. Pemberian pinjaman kpd Pemda lainnya
-
Jumlah
2.189.389.641
Total
148.012.111.687,11
197
Selanjutnya,
Penerimaan
Pendapatan
dari
Pinjaman
ini
tidak
mempunyai
konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang
baru, apabila daerah memperoleh Pinjaman, maka diterima sebagai Penerimaan
Pembiayaan yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi
pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima
kembali.
6.2.
Profil Keuangan Kabupaten / Kota
6.2.1. Keuangan Daerah
Keuangan kabupaten/kota dalam penyusunan RPIJM yang bertujuan untuk
membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program
PU-CK kabupaten/kota, meliputi:
Gambaran umum kondisi keuangan daerah selama 5 tahun terakhir, yang
dipergunakan untuk mengetahui: (Lampiran 1 Tabel 6.3 Realisasi dan Proyeksi
APBD)
•
Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), mencakup (i)
Struktur Penerimaan; (ii) Struktur Belanja;
•
Trend perkembangan penerimaan dari: (i) Dana Perimbangan; (ii) Pendapatan
Asli Daerah (PAD); (iii) Penerimaan Daerah Yang Sah;
•
Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah atasan (Pusat
atau Propinsi);
•
Profil dan perkembangan APBD
1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dalam APBD Kabupaten/Kota
2. Perkembangan bantuan Pemerintah Pusat (GOI)
3. Perkembangan kontribusi dan masyarakat
4. Perkembangan dana pinjaman
5. Perkembangan dan public saving
198
6.2.2. Keuangan Perusahaan Daerah
Untuk mendukung sumber pembiayaan dalam komponen proyek cost recovery dan
telah memiliki BUMD (seperti sektor air minum, persampahan dan limbah aspek
keuangannya meliputi kondisi existing, permasalahan , analisa dan proyeksi untuk:
1. N e r a c a (dalam rupiah)
1.1 ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Jumlah tersebut merupakan saldo rekening giro Kas Daerah yang
terdapat pada Rekening Giro BPD Jambi, BNI, dan BRI per 31
Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp.144.860.140.446,84
dan Rp. 142.761.423.740,86 dengan rincian sebagai berikut :
31 Desember 2007
31 Desember 2006
- Rekening Giro BPD Jambi Cabang Sarolangun :
Nomor 0801560001
1.095.975.621,00
32.706.741.414,00
Nomor 0801560004
2.075.856.342,17
27.620.102.720,50
Nomor 0801560006
7.777.226.433,98
5.185.026.268,98
Nomor 0801560007
2.198.557.628,26
1.550.246.030,30
Nomor 0801560016
20.900.000,00
366.575,30
Nomor 0801560024
412.632.508,00
391.855.167,00
Nomor 0801560032
266.294.044,00
682.269.818,10
Nomor 0801560041
1.462.469,00
341.504.942,00
Nomor 0801560059
2.904.288,00
309.322.178,00
Nomor 0801560067
80.920.250,00
32.706.741.414,00
Nomor 0801560075
39.978.409,00
27.620.102.720,50
199
- Rekening Giro BNI KCP Sarolangun :
0089 127 399
354.151.121,00
347.047.990,00
0089 127 402
0089 126 781
1.268.568,00
234.456.666,00
87.337.064,00
708.040.355,00
- BRI Cabang Pembantu Sarolangun :
130.218.648.524,43
0604 01 000045 30.1
72.523.728.414,68
0604 01 000047 30.3
JUMLAH
226.027.176,00
160.715.201,00
144.860.140.446,84
142.761.423.740,86
Saldo rekening per 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar
Rp 144.860.140.446,84 dan Rp. 142.761.423.740,86,- tersebut terdiri
dari:
- Saldo Kas milik Pemda pd BUD
- PPN dan PPh belum disetor
Jumlah
144.711.685.903,84
142.577.538.100,86
148.454.543,00
183.885.640,00
144.860.140.446,84
142.761.423.740,86
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran per tanggal 31 Desember 2007 dan
2006 sebesar Rp. 6.793.712.175,85 dan Rp. 3.005.005.705,25
merupakan sisa UYHD yang belum disetor sampai dengan tanggal 31
Desember 2007 dengan rincian sebagai berikut
31 Desember 2007
31 Desember 2006
Sisa UYHD Tahun 2007
6.580.104.184,00
0,00
Sisa UYHD Tahun 2006
124.386.778,00
2.711.358.384,00
Sisa UYHD Tahun 2005
7.314.224,00
14.245.561,00
Sisa UYHD Tahun 2004
59.401.860,25
59.401.860,25
200
Kas Bon
JUMLAH
Piutang Pajak
22.505.129,60
220.000.000,00
6.793.712.175,85
3.005.005.705,25
31 Desember 2007
31 Desember 2006
0,00
7.241.000,00
56.257.697,00
85.052.022,00
0,00
116.810.065,00
56.257.697,00
209,103,087.00
Piutang Pajak Reklame
Piutang Pajak Galian Gol.C
Piutang Pajak Penerangan Jalan
Jumlah tersebut merupakan tagihan pajak daerah yang telah ditetapkan
namun belum dilunasi/diterima pembayarannya sampai dengan 31
Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp. 56.257.697,00 dan
Rp. 209.103.087,00.
Piutang Retribusi
86.142.000,00
147.265.000,00
Jumlah tersebut merupakan tagihan retribusi daerah yang telah
ditetapkan namun belum dilunasi/diterima pembayarannya sampai
dengan 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006, terdiri dari :
• Retribusi Pasar
66.842.000,00
142.345.000,00
• Retribusi Sewa Ruko Pemda
19.300.000,00
1.800.000,00
0,00
3.120.000,00
• Retribusi Persampahan
Jumlah
Piutang Lainnya
86.142.000,00
4.318.545.458,10
147.265.000,00
2,494,982,136.00
Jumlah Piutang lainnya tersebut terdiri dari:
201
1. Piutang KUPEM:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
• Piutang KUPEM Tahun 2002
0,00
35.318.331,00
• Piutang KUPEM Tahun 2003
0,00
205.703.725,00
• Piutang KUPEM Tahun 2004
0,00
113.359.526,00
• Piutang KUPEM Tahun 2005
0,00
236.836.990,00
• Piutang KUPEM Tahun 2006
0,00
437.753.081,00
• Piutang KUPEM Tahun 2007
0,00
0,00
Sub Jumlah
0,00
1.028.971.653,00
522.971.629,00
97,551,543.00
3.635.573.829,10
1,368,458,940.40
377.663.941`,00
91.501.692,00
2. Piutang BPAB :
3. Piutang Bagi Hasil Provinsi
4.
PKB
BBNKB
1.174.697.550,20
196.417.602,50
PBBKB
2.081.911.940,90
1.075.169.706,90
Air Bawah Tanah
566.214,00
4.675.354,00
Air Permukaan
734.183,00
604.585,00
160.000.000,00
0,00
4.318.545.458,10
2.494.982.136,40
Piutang
Kendaraan
Jumlah
Pelelangan
Per 31 Desember 2007 piutang KUPEM direklasifikasi menjadi Investasi
Non Permanen.
Piutang BPAB merupakan piutang dari hasil penjualan air bersih kepada
masyarakat yang dilakukan oleh Badan Pengelola Air Bersih, yang
sampai dengan 31 Desember 2007 belum dilunasi.
Persediaan
31 Desember 2007
31 Desember 2006
2.889.477.484,57
840.749.386,79
202
Jumlah tersebut merupakan saldo persediaan barang habis pakai per
31
Desember
2007
dan
31
Desember
2006
sebesar
Rp.
2.889.477.484,57 dan Rp. 840.749.386,79 dengan rincian sebagai
berikut:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
2.923.000,00
1.982.700,00
173.712.000,00
213.129.800
4.916.500,00
11.120.000,00
237.758.996,00
0,00
1.541.170.782,00
614.516.886,79
f. Persediaan Obat-obatan RSUD
478.704.660,00
0,00
g. Persediaan Pipa
450.291.546,57
0,00
2.889.477.484,57
840.749.386,79
a. Persediaan ATK
b. Persediaan Benda Berharga
c. Persediaan Bahan Kimia
d. Persediaan Bahan Instalasi
e. Persediaan Obat-obatan GF
Jumlah
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen
Investasi Non Permanen merupakan Kredit Usaha Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat (KUPEM) per 31 Desember 2007 dengan Rincian
Sebagai Berikut:
KUPEM Tahun 2002
31 Desember 2007
35.318.331,00
31 Desember 2006
0,00
KUPEM Tahun 2003
200.583.33,00
00,0
KUPEM Tahun 2004
98.701.915,00
0,00
KUPEM Tahun 2005
173.568.330,00
0,00
KUPEM Tahun 2006
297.649.003,00
0,00
KUPEM Tahun 2007
468.240.354,00
0,00
203
1.274.061.266,00
Jumlah
0,00
Per 31 Desember 2007 terdapat KUPEM yang jatuh tempo sebesar Rp.
508.171.909,00 yaitu KUPEM Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2005,
Investasi Permanen
6.737.000.000,00
6.737.000.000,00
Jumlah tersebut merupakan Investasi Permanen per 31 Desember
2007 dan 31 Desember 2006 berupa Penyertaan Modal Pemerintah
Kabupaten Sarolangun sebesar Rp. 6.737.000.000,00 dan Rp.
6.737.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
-
31 Desember 2007 31 Desember 2006
Saham
nominal
1.250.000.000,00
1.250.000.000,00
Rp 5.000.000,00 sebanyak
-
250 lembar
Saham
nominal
Rp 1.000.000,00 sebanyak
2.487 lembar
Saham
Penyertaan
Tahun 2006
b. P.T Jambi Info Trade Center
c. P.T Serumpun Pseko
-
Jumlah
2.487.000.000,00
2.487.000.000,00
1.500.000.000,00
1.500.000.000,00
500.000.000,00
1.000.000.000,00
6.737.000.000,00
500.000.000,00
1.000.000.000,00
6.737.000.000,00
Catatan : Pemerintah Kabupaten Sarolangun memiliki 100% kepemilikan
pada PD. Serumpun Pseko, Laporan Keuangan PD. Serumpun Pseko
tidak dilampirkan pada laporan ini karena PD. Serumpun Pseko tidak
beroperasi sejak tahun 2004. Investasi dicatat dengan metode biaya.
ASET TETAP
Saldo Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Sarolangun per 31 Desember
2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp. 1.074.078.519.543,50 dan Rp.
204
926.323.777.519,00 dengan rincian :
Tanah
168.824.112.862,50
160.895.574.300,00
Aktiva tersebut merupakan nilai tanah yang dimiliki Pemerintah Kabupaten
Sarolangun, terdiri dari:
- Nilai tanah per 31-12-2006
160.895.574.300,00
- Penambahan tahun 2007
8.733.152.175,00
- Pengurangan tahun 2007
(804.613.612,50)
- Jumlah nilai tanah per 31-122007
Peralatan dan Mesin
168.824.112.862,50
92.133.731.481,00
54.714.186.315,00
Jumlah tersebut merupakan nilai peralatan dan mesin yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Sarolangun pada awal dan akhir tahun 2007, yaitu
:
- Nilai peralatan dan mesin
per 31-12-2006
54.714.186.315,00
- Penambahan tahun 2007
38.033.545.166,00
- Pengurangan tahun 2007
(614.000.000,00)
- Jumlah nilai peralatan dan
mesin per 31-12-2007
92.133.731.481,00
Saldo Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2007 dan per 31
Desember 2006 sebesar
Rp 92.133.731.481,00 dan Rp.
54.714.186.315,00 dengan rincian:
31 Desember 2007
- Alat-alat Besar
- Alat Angkutan
- Alat Bengkel
31 Desember 2006
6.188.750.000,00
620.000.000,00
36.133.806.866,00
21.131.865.000,00
1.853.830.750,00
1.437.235.750,00
205
- Alat Pertanian
- Alat Kantor dan Rmh Tangga
- Alat Studio
- Alat Kedokteran
- Alat Laboratorium
Jumlah
Gedung dan Bangunan
1.241.796.200,00
791.991.200,00
30.120.700.500,00
19.585.390.300,00
3.002.760.000,00
1.201.686.500,00
11.880.203.652,00
8.777.714.152,00
1.711.883.513,00
1.168.303.413,00
92.133.731.481,00
54.714.186.315,00
282.734.737.953,00
234.456.373.558.00
Jumlah tersebut merupakan nilai gedung dan bangunan yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Sarolangun, terdiri dari:
- Nilai gedung dan bangunan per
31-12-2006
234.456.373.558.00
- Penambahan tahun 2007
48.551.379.395,00
- Pengurangan tahun 2007
(273.015.000,00)
- Jumlah nilai gedung dan
bangunan per 31-12-2007
282.734.737.953,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan
518.405.140.472,00
463.512.031.678,00
Jumlah tersebut merupakan nilai Jalan, Irigasi, Jaringan yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Sarolangun pada awal dan akhir tahun 2007, yaitu :
- Nilai jalan, irigasi, dan jaringan
per 31-12-2006
- Penambahan tahun 2007
463.512.031.678,00
54.893.108.794,00
- Jumlah nilai jalan, irigasi, dan
jaringan per 31-12-2007
518.405.140.472,00
206
Saldo Jalan, irigasi dan jaringan per 31 Desember 2007 dan 31
Desember 2006 sebesar Rp. 518.405.140.472,00 dan Rp.
463.512.031.678,00 terdiri dari :
Jalan
Jembatan
Bangunan Air
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
31 Desember 2007
369.017.802.990,00
94.946.861.890,00
26.963.904.000,00
4.008.804.017,00
23.467.767.575,00
31 Desember 2006
339.374.894.231,00
85.892.136.195,00
26.545.011.000,00
3.983.904.017,00
7.716.086.235,00
518.405.140.472,00
463.512.031.678,00
2.759.214.400,00
1.828.097.400,00
Jumlah tersebut merupakan nilai aset tetap lainnya per 31 Desember
2007 yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Sarolangun, terdiri dari:
- Nilai aset tetap lainnya per
31-12-2006
- Penambahan tahun 2007
1.828.097.400,00
931.117.000,00
- Jumlah nilai aset tetap lainnya
per 31-12-2007
2.759.214.400,00
Saldo Aset Tetap lainnya per 31 Desember 2007 dan 31 Desember
2006 sebesar Rp. 2.759.214.400,00 dan Rp. 1.828.097.400,00 tersebut
terdiri dari:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
1.020.033.000,00
861.533.000,00
436.292.000,00
135.290.000,00
1.062.881.900,00
672.301.900,00
Tanaman
114.472.500,00
110.472.500,00
Alat Persenjataan
125.535.000,00
48.500.000,00
Buku Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian
Hewan/ Ternak
2.759.214.400,00
Konstruksi Dalam
9.221.582.375,00
1.828.097.400,00
10.917.514.268,0
207
Pengerjaan
0
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2007 sebesar
Rp 9.221.582.375,00
merupakan
jumlah
keseluruhan
biaya
yang
dibayarkan untuk perolehan asset tetap berupa Jembatan, Jalan dan
Bangunan Gedung yang sampai dengan 31 Desember 2007 masih
dalam proses pengerjaan/pembangunan.
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Dana
Cadangan
0,00
merupakan
alokasi
dana
0,00
yang
dicadangkan
Pemerintah Daerah untuk tujuan tertentu (seperti pembangunan/belanja
modal yang memerlukan dana beberapa tahun anggaran/multi years)
dan dibahas bersama DPRD untuk ditetapkan sebagai Peraturan
Daerah.
Dalam tahun 2007 tidak terdapat dana cadangan yang dialokasikan
oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun.
Aset Lainnya
0,00
0,00
Dalam tahun 2007 tidak terdapat aset milik Pemerintah Kabupaten
Sarolangun yang termasuk dalam kelompok aset lainnya.
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang PFK
31 Desember 2007
31 Desember 2006
- PPn yang belum disetorkan
73.374.602,00
141.591.137,00
- PPh yang belum disetorkan
75.079.941,00
42.294.503,00
148.454.543,00
183.885.640,00
208
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek.
Saldo Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2007 dan 31 Desember
2006 sebesar Rp. 158.855.820.719,39 dan Rp. 149.274.643.415,90
dengan rincian:
151.505.398.079,69
145.766.429.446,11
Cadangan Piutang
4.460.945.155,10
2.851.350.223,00
Cadangan Persediaan
2.889.477.484,57
840.749.386,79
0,00
(183.885.640,00)
Sisa
Lebih
Pembiayaan
Anggaran (SiLPA)
Dana yg Hrs Disediakan utk
Pembayaran Utang Jk. Pendek
JUMLAH
158.855.820.719,36
149.274.643.415,90
EKUITAS DANA INVESTASI
Saldo Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2007 dan 31 Desember
2006 sebesar Rp. 1.082.089.580.809,50 dan Rp. 933.060.777.519,00
dengan rincian:
31 Desember 2007
31 Desember 2006
8.011.061.266,00
6.737.000.000,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.074.078.519.543,50
926.323.777.519,00
1.082.089.580.809,50
933.060.777.519,00
Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang
JUMLAH
209
2. Arus Kas
Tabel 6.7
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2007
(Dalam Rupiah)
URAIAN
A ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Hibah
Dana Darurat
Bagi Hasil Provinsi
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Catatan
Jumlah
5.1.7.1
1.707.680.135,00
1.146.602.746,00
1.002.339.686,48
9.913.043.857,60
60.663.286.031,00
31.694.632.829,00
240.532.992.000,00
36.621.300.000,00
4.000.000.000,00
11.540.517.076,00
398.822.394.361,08
137.305.180.475,50
82.169.636.827,00
199
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil ke Desa
Jumlah Arus Kas Keluar
7.649.385.190,00
13.762.697.370,00
162.233.085,00
454.825.102,00
241.503.958.049,50
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
B
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN
Arus Kas Masuk
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dan Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dan Penjualan Aset Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Kas Keluar
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar
157.318.436.311,58
5.1.7.2
8.733.152.175,00
38.033.545.166,00
43.868.510.913,00
57.880.045.383,00
931.117.000,00
149.446.370.637,00
200
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investsi Aset Nonkeuangan
C ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Kas Masuk
1 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Arus Kas Masuk
(149.446.370.637,00)
5.1.7.3
240.178.240,00
240.178.240,00
Arus Kas Keluar
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah Arus Kas Keluar
500.000.000,00
1.689.389.641,00
2.189.389.641,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
D ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN
Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Kas Masuk
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Kas Keluar
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas
Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas
(1.949.211.401,00)
5.1.7.4
27.249.821.093,00
27.249.821.093,00
27.285.252.190,00
27.285.252.190,00
(35.431.097,00)
5.887.423.176,58
145.766.429.446,11
151.653.852.622,69
Sumber: Keuangan Kab. Sarolangun
201
6.3.
Permasalahan dan Analisa Keuangan
6.3.1. Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten / Kota
Segala permasalahan yang ada tentang kondisi keuangan daerah pada profil
keuangan daerah.
Pengelompokan permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan pungutan pajak dan
retribusi yang sedikit mempunyai kaitan dengan kapasitas pelayanan yang
diberikan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Mekanisme dan prosedur pungutan daerah terutama kurangnya keterpaduan
fungsi yan efektif antara unit instansi yang bersangkutan.
3. Sarana dan prasrana operasional yang kurang
4. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
5. Dan
hal-hal
lain
yang
berkaitan
dengan
operasionalisasi
perolehan
pendapatan daerah.
6.3.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten/Kota
Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi
keuangannya: (Lampiran 1Tabel 6.3 Realisasi dan Proyeksi APBD)
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
2. Gunakan asumsi dasar sebagai berikut:
a.
Melihat kecenderungan trend historis pertumbuhan rata-rata per tahun
b.
Estimasi pertumbuhan akibat adanya action plan
c.
Adanya kebijaksanaan khusus pemerintahan kabupaten/kota
3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPIJM
4. Perhitungan kemampuan meminjam Pemerintahan Kabupaten/Kota (ambang
batas DCR adalah 1,5)
202
Perhatian terhadap aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM adalah hasil total atau
produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam
proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa
yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima
hasil proyek tersebut.
1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja (Lampiran 1 Tabel 6.5)
Proyeksi penerimaan dihitung:
•
Penghitungan berdasarkan kurun waktu 5
•
Menggunakan asumsi atas dasar pertumbuhan rata-rata, yang disesuaikan
dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota;
•
Dianalisis berapa besar anggaran rutin dibandingkan dengan anggaran
belanja barang dan modal untuk penyelenggaraan bidang kecipta karyaan;
2. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan (lampiran 1.Tabel 6.6)
Kondisi PAD & Dana Perimbangan
•
Struktur dan perkembangan penerimaan rutin, dan belanja barang dan modal,
serta prosentase pertumbuhannya;
1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD rata-rata sebesar 16,97% per tahun.
2. Perkembangan (pertumbuhan) PAD rata-rata 32,55% pe rtahun.
3. Perkembangan (pertumbuhan) PAD terhadap penerimaan daerah sebesar
2,07%.
4. Pengeluaran pembangunan rata-rata tumbuh 32,35% pertahun, dan
perkembangan belanja modal 39,48% per tahun terhadap total
pengeluaran (belanja).
203
•
Kontribusi pajak daerah dan retribusi yang memberikan kontribusi cukup besar
yaitu 56,26% terhadap PAD, terutama untuk menjadi dasar pada penguatan
kapasitas keuangan daerah;
•
Kelompok pajak daerah dan retribusi yang memberikan kontribusi kecil
dikelompokkan dalam unsur penerimaan "lainnya"
•
Analisis kemampuan penerimaan dengan analisis rasio: coverage ratio, yaitu
kemampuan memperoleh PAD dari sumber pajak dan retribusi saja sebesar
56,26% tahun 2007.
•
Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan, antara lain sebagai berikut:
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
2. Menggunakan asumsi atas dasar trend rata-rata pertumbuhan historis, yang
disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
3. Analisis selama kurun waktu proyeksi tersebut unsur PAD dan penerimaan
yang memberikan kontribusi terbesar
3. Proyeksi Public Saving
Kondisi Eksisting Public Saving selama 5 tahun untuk mengetahui:
Public Saving (Tabungan Masyarakat) diperhitungkan dengan rumus:
PS = (PAD + PBB + DBH + DAU + DAK) – Belanja Wajib
Belanja Wajib = Belanja Mengikat + Kewajiban Daerah
4. Gambaran besarnya public saving dan laju pertumbuhannya
5. Besarnya angsuran pinjaman dan bunga
6. Besarnya DSCR, batas ketentuan adalah 2,5
7. Dengan DSCR ditentukan sebesar 2,5 dapat diperoleh besaran maksimum
pinjaman yang dapat diperoleh
204
Perhitungan public saving, antara lain sebagai berikut:
8. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
9. Menggunakan asumsi atas dasar trend pertumbuhan rata-rata historis, yang
disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
10. Alokasi dana public saving untuk kawasan perkotaan dihitung dengan cara
membandingkan penduduk perkotaan sesuai wilayah perencanaan dengan
total penduduk kabupaten;
11. Dihitung dana yang dapat dialokasikan untuk bidang cipta karya, dimana
besaran prosentase dapat mempergunakan trend yang ada atau dengan hasil
diskusi dengan pemerintah kabupaten/kota;
12. Hasil akhir adalah prakiraan dana pembangunan untuk bidang cipta karya dari
public saving selama 5 tahun;
13. Proyeksi belum termasuk perhitungan untuk pinjaman baru (without project
projection)
Tabel 6.7
Publik Saving
Sumber
No Penerimaan
Realisasi
2005
I
II
Penerimaan
1. PAD
2. DBHP
3. DBHBP
4. DAU
5.DAK
Belanja Wajib
1. Pembiayaan
2. Pembelanjaan
Total Publik
Saving
2007
Pertumbuhan
Rata-rata (%)
7.054.112.878
38.160.316.186
14.569.722.184
139.535.000.000
16.254.000.000
13.742.525.465
48.937.983.632
43.269.729.209
240.532.992.000
36.819.075.620
39,58
13,24
72,33
31,29
50,51
12.869.565.856
211.751.755.332
145.363.209.429
2.189.389.641
236,08
-89,83
440.194.472.436
530.854.904.996
353,20
Sumber : Keuangan Kab. Sarolangun
205
6.4.
Analisa Tingkat Ketersediaan Dana
Analisa yang diperlukan adalah terhadap ketersediaan dan Pemerintahan
Kabupaten/Kota yang dpat digunakan dalam pembangunan RPIJM, misalnya indikasi
sumber penerimaan yang harus diperhatikan yakni sebagaimana yang tertera padA
lampiran yang meliputi:
1. Analisa perkembangan masa lalu dengan memperhatikan kebijaksanaan
keuangan pemerintahan maka dibuat proyeksi anggaran pendapatan dan
belanja yang dapat dilihat pada tabel (lampiran)
2. Analisa perkembangan pajak daerah termasuk perkembangan kontribusi per
tahun.
3. Analisa perkembangan PAD per tahun, kontribusi terhadap penerimaan ratarataAnalisa pengeluaran pembangunan berkembang rata-rataporsi ratarataterhadap total pengeluaran , kecenderungan porsi naik/turun.
6.4.1. Analisa terhadap pinjaman yang telah diterima berkembang
dengan porsi
besarnya cicilan sebesar Analisa Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah dapat bersumber dari:
1.
Sumber internal dari pemerintah daerah sendiri (public saving)
2.
Sumber eksternal dari luar pemerintah daerah (pemerintah pusat,
pemerintah propinsi, pinjaman, partisipasi swasta (KPS), dan swadaya
masyarakat)
•
Analisis dan teliti perkembangan sumber pendanaan eksternal untuk
pembiayaan pemerintah pusat dan pemerintah propinsi;
•
Identifikasi perkembangan dana dari partisipasi dan kerjasama swasta;
•
Identifikasi dana partisipasi masyarakat yang dipergunakan untuk
pembangunan khususnya dalam membiayai operasi dan pemeliharaan;
•
Pisahkan biaya operasi dan pemeliharaan dan investasi
206
•
Identifikasi
pinjaman
minimal
yang
dapat
diperoleh
dengan
memperhatikan Debt Service Ratio (DSR)
•
Estimasi sumber dana yang dapat dipergunakan untuk membiayai bidang
cipta karya termasuk kontribusi PDAM untuk pendanaan sektor air
minum;
•
Output dari analisa keuangan adalah total dana yang dapat dialokasikan
untuk membiayai bidang cipta karya selama 5 tahun. (catatan: tabel
estimasi sumber dana bidang cipta karya)
6.4.2. Aspek Keuangan Daerah
Analisis keuangan ini penting untuk dapat menjabarkan arti dari data dan
informasi yang tercantum dalam laporan keuangan. Analisis yang dipergunakan
antara lain:
1. Analisis Prosentase
2. Indikator Debt Service Cost Ratio (DSCR)
6.5.
Rencana Pembiayaan Program
6.5.1. Rencana Pembiayaan
Sumber-sumber pebiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air
minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam
membiayai
adalah
pemerintahan
Kabupaten/Kota,
sebaliknya
pada
penganggulangan bencana , jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih
dominan.
Baik Bantuan Luar Negeri maupun dana pemrintah Pusat ke Pemerintah
kabupaten/Kota sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan harus
207
didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota dan
masyarakat (community based development).
Kerangka kerja pembiayaan disusun bersifat indikatif dan disesuaikan dengan
kapasitas daerah, bersumber dari APBD Kabupaten Sarolangun, APBD Propinsi
Jambi dan APB serta sumber pendanaan lainnya yang sah.
Tabel 6.8
Proyeksi kebutuhan pembiayaan program pembangunan Kabupaten Sarolangun
Tahun 2007-2011
2007
2008
2009
2010
2011
(Rp.000)
(Rp.000)
(Rp.000)
(Rp.000)
(Rp.000)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PROGRAM
(1)
Program Misi Pertama : Meningkatkan infrastruktur jalan, jembatan, dan irigasi serta pencetakan
sawah baru termasuk sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan,
listrik dan air bersih
1.
Program
Pembangunan
jalan
57.521.877
61.548.408
66.472.281
72.454.786
164.209.480
175.704.144
189.760.475
206.838.918
415.000
439.900
470.693
508.348
554.100
250.000
265.000
283.550
306.234
333.795
4.820.000
5.109.200
5.466.844
5.904.192
6.435.569
575.200
609.712
652.392
704.583
767.996
pengembangan kinerja 5.995.000
6.354.700
6.799.529
7.343.491
8.004.406
747.300
799.611
863.580
941.302
dan jembatan
2.
Program
Rehabilitasi
dan peningkatan jalan
dan jembatan
3.
Program pembangunan
saluran drainase
4.
Program pembangunan
turap
5.
Peningkatan pelayanan
angkutan
6.
Lingkungan
sehat
perumahan
7.
54.265.92
2
124.914.6
04
Program
pengelolaan air minum
8.
Pengembangan,
pengelolaan,
dan
konservasi sungai dan
705.000
danau
208
Program Misi Kedua
: Meningkatkan taraf perekonomian daerah dan pendapatan masyarakat
dengan memberikan perhatian utama pada usaha pembangunan
ekonomi perdesaan
1.
Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
perencanaan
289.000
306.340
327.784
354.007
385.867
220.000
233.200
249.524
269.486
293.740
pembangunan
daerah
2.
Program
perencanaan
pembangunan
daerah
Sumber: RPJM-D Kabupaten Sarolangun tahun 2006-2011
6.5.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Setelah melalui proses penilaian RPIJM oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, maka
selanjutnya adalah program sekaligus proses pembiayaannya. Pada pelaksanaan
pembiayaaan, maka semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati antara
Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Pusat, termasuk dana bantuan Luar
Negeri
dirumuskan
dalam
dokumen
Project
Memorandum
(Kesepakatan
Pelaksanaaan Program ( terlampir pada BAB 8).
209