UPAYA MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI BERMAIN DRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS IV SD NEGERI PANGEBATAN UPK KARANG LEWAS - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri

  serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Orang tidak memiliki percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang memiliki percaya diri dalam kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

  Percaya diri (Mustari 2014: 51) adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Hanya orang yang mempunyai keyakinan pada dirinyalah yang mampu untuk percaya pada orang lain. Percaya diri mengevaluasi pengalaman-pengalaman masa lalu dan merupakan psikologi positif.Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan yang memengaruhi kejadian-kejadian yang memengaruhi kehidupan- kehidupan mereka.

  Taylor dalam Wahyuni, S (2014: 54) menyatakan bahwa rasa percaya diri (self confidence) adalah keyakinan seseorang

  7 akankemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau mencapai target tertentu. TaylorHakim dalam Wahyuni, S (2014: 54) berpendapat sama bahwa percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap beberapa aspek kelebihan yang dimilikidan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan hidupnya.Berdasarkan uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri adalah kemampuan seseorang yang memiliki keyakinan pada kemampuan dirinya sendiri akan kelebihan dan kekurangannya yang bertujuan untuk mencapai tujuan hidupnya yang mempengaruhi pola hidupnya di dalam bermasyarakat.

b. Ciri-ciri Percaya Diri

  Teori Lauster dalam Wahyuni, S (2014: 54) mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu: 1) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu yakin pada diri sendiri terhadap segala sesuatu yang terjadi.

  2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang mampu mengambil keputusan disaat yang tepat dan tidak melibatkan orang lain dalam mengambil keputusan.

  3) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu seseorang memiliki keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya, sehingga tenang dalam menghadapi situasi. 4) Berani mengungkapkan pendapat yaitu seseorang berani mengutarakan pendapat, ide-ide, atau gagasan-gagasannya kepada orang lain tanpa adanya paksaan.

  Berdasarkan uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri percaya diri adalah individu mampu mengambil keputusan sendiri dengan suatu tindakan yang dituntut untuk menghadapi situasi-situasi yang sulit.Individu juga mempu mengungkapkan pendapatnya sendiri sehingga individu ini memiliki sikap positif.

c. Indikator Percaya Diri

  Kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan. Anak yang percaya diri menurut Tama Sofiani dalam Handayani, Ngesti T (2014: 121), yaitu: 1) Bisa menerima dirinya sendiri.Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri sendiri. Sadar dan menghargai potensi yang dimilikinya.

  2) Siap menerima tantangan dalam arti berani mengambil resiko dengan mencoba sesuatu yang baru walaupun tahu kegagalan pasti ada. 3) Tidak takut menyatakan pendapat di depan orang banyak.Menunjukkan keberanian menyampaikan pendapat saat berdiskusi di kelas atau di tempat umum. 4) Dapat menghadapi situasi di dalam pergaulan untuk menangani berbagai dengan lebih mudah. Orang yang percaya diri biasanya akan lebih mudah berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan baik yang baru maupun yang lama.

  Penelitian ini mengukur percaya diri siswa dengan menggunakan indikator percaya diri menurut Ngesti T di atas sebagai patokan atau tolak ukur untuk mengukur apakah kepercayaan diri siswa meningkat atau tidak.

2. Keterampilan Berbicara a. Pengertian Berbicara

  Berbicara salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan erat dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, yaitu antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca. Berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang setiap hari digunakan oleh setiap masyarakat untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial terus dijaga.

  Pembicara yang baik yaitu mereka memandang suatu hal dari segi pandang yang baru, mengambil titik pandang yang tak terduga dari hal-hal biasa yang kita tidak temui. Memiliki cakrawala yang luas, membicarakan isu-isu dan beragam pengalaman diluar kehidupan mereka sehari-hari. Mereka antusias, menunjukkan minat yang besar dengan apa yang mereka perbuat, maupun pada hal-hal yang dilakukan orang lain. Mereka ingin tahu dan menunjukkan empati, mereka memiliki selera humor yang baik, dan mereka mempunyai gaya bicara sendiri.

  Tarigan, H.G (2008:16) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

  Mulgrave dalam Tarigan, H.G (2008: 16) menyatakan bahwa berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahasa pembicaranya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat ia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; apakah ia waspada dan antusias atau tidak.

  Berdasarkan uraian diatas berbicara dapat disimpulkan sebagai suatu alat untuk menyampaikan ide, gagasan, pemikiran, dan perasaan yang telah disusun kemudian diucapkan melalui kata-kata secara langsung apakah pendengar dapat memahami apa yang telah diucapkan oleh pembicara atau tidak dan pembicara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan pendengar.

b. Prinsip Umum Berbicara

  Pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.Pembicara mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara (Tarigan, H.G 2008: 17), antara lain : 1) Membutuhkan paling sedikit dua orang. Kedua belah pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak. 2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.Bahkan andaikata pembicaraan dipergunkan dua bahasa, namun saling pengertian, pemahaman bersama itu juga sangat penting.

  3) Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum. Daerah referensi yang pada umumnya mungkin tidak selalu mudah dikenal/ditentukan, namun pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu di antaranya.

  4) Merupakan suatu pertukaran antara partisipasi. Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan dari sang penyimak atau sebaliknya. 5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera. Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau diharapkan dari sang penyimak atau sebaliknya.

  6) Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengar.

  Hanya dengan bantuan grafik material. 7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaranya (vocal and auditory apparatus). 8) Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus mereka masuki.

c. Konsep-konsep dalam Berbicara

  Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau praktek berbicara. Konsep-konsep dasar yang mendasari pendidikan berbicara dapat dikelompokan kedalam tiga kategori (Tarigan, H. G 2008: 23), yaitu:

  1) Hakikat atau sifat dasar ujaran Proses komunikasi disebabkan terjadi pemindahan pesan dari satu sumber ke sumber lain, dalam artian proses komunikasi terjadi karena adanya pemindahan pesan dari pembicara kepada pendengar.

  2) Proses-proses intelektual Seorang pembicara harus memahami tentang ilmu pengetahuan dan teori terutama tentang berbicara, sehingga bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan ketika melakukan praktek berbicara.

  3) Pencapaianketerampilan berbicara.

  Keterampilan berbicara dapat tercapai dengan baik dengan dukungan dan keterampilan berbicara lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan menulis.

d. Cara Berbicara

  Segi dalam berbicara ada empat jenis. Pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat segi berbicara yang terbaik (Tarigan,H.G 2008: 26), yaitu : 1) Penyampaian secara mendadak (impromptu delivery).

  Penyampaian secara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum.

  Hal ini dapat terjadi karena tuntutan situasi yang memungkinkan seorang pembicara harus melakukan penyampaian mendadak.

  2) Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery).

  Pembicara menyampaikan pembicaraanya secara improvisasi dengan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi pertemuan ini.

  3) Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript).

  Berbicara yang berlandaskan naskah dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepastian umum. Pembicara menyajikan penuh dengan perhatian terhadap respon para pendengarnya.

  4) Penyampaian dari ingatan (delivery from memory).

  Penyampaian berdasarkan ingatan memang banyak kelemahannya, pembicara mungkin lupa akan beberapa isi pidatonya, perhatiannya tidak dapat diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada, pembicara diwajibkan menguasai bahan pembicaraan yang akan disampaikan.

e. Tujuan Berbicara

  Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka pembicaraseharusnya memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya. Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan dalam Cahyani, I (2007: 60) terdapat lima golongan berikut : 1) Mengibur

  Berbicara menghibur biasanya dalam suasana santai dan rileks. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan. Pembicara berusaha membuat pendengarnya senang, gembira dan bersukaria.

  2) Menginformasikan Berbicara menginformasikan dalam suasana serius, tertib dan hening. Pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya. 3) Menstimulasi

  Pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesinambungan. Landasan pembicara adalah rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar. 4) Menggerakkan

  Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan kepada argumentasi dan nalar, logis dan masuk akal, dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi.

f. Ciri Pembicara yang Ideal

  Seorang pembicara memiliki ciri-ciri dalam berbicara. Menurut Rusmiati (Cahyani, I. 2007: 62)menyebutkan ciri-ciri pembicara yang ideal adalah :

  1) Memilih topik yang tepat Pembicara yang baik selalu dapat memilih topik pembicaraan yang menarik, aktual, dan selalu bermanfaat bagi pendengarnya. Topik pembicaraan harus tersusun dengan baik sehingga pendengar cenderung akan meningkatkn antusiasnya.

  Sehingga pembicara disini sangat diperlukan kemampuannya dalam memilih topik yang tepat.

  2) Menguasai materi Seorang pembicara harus mampu menguasai materi yang akan disampaikan, sebelum pembicaraan dimulai seorang pembicara sudah mempelajari materi yang akan disampaikan. Jika pembicara sudah ahli dalam bidang akan disampaikan, maka penguasaan terhadap materi akan lebih tinggi. 3) Memahami latar belakang pendengar

  Suatu pembicaraan yang dilakukan sasaran utamanya adalah pendengar, apabila pembicara telah memahami pendengarnya situasi dan kondisi pembicara yang akan diciptakan menjadi baik, sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi berkenaan dengan pendengarnya.

  4) Mengetahui situasi

  Pembicara yang baik akan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, sarana dan prasarana, dan suasana, sehingga seorang pembicara mengetahui suasana dan situasi apakah tenang, jauh dari keramaian, bising atau gaduh.

  5) Tujuan jelas Setiap aktivitas sudah tentu memiliki tujuan, demikian pula dengan kegiatan berbicara sudah tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai, apabila tujuan pembicaraan sudah di tentukan dengan jelas maka pembicaraan yang dilakukan menjadi jelas dan terarah. 6) Kontak dengan pendengar

  Pembicara yang baik akan selalu berusaha reaksi emosi dan perasaan pendengarnya. Pendengar yang merasa diperhatikan dan dihargai oleh pembicara akan bersikap positif antara pembicara dengan pembicaraannya dan pendengar akan memberikan sikap yang simpatik. 7) Kemampuan linguistiknya (berbahasanya) tinggi

  Pembicara yang baik memiliki kemampuan bahasa (linguistik) yang tinggi sehingga pembicara dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya. Pembicara pun dapat menyajikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang efektif, sederhana dan mudah dipahami serta lancar dalam mengkomunikasikan gagasannya.

  8) Menguasai pendengar Seorang pembicara dengan gaya yang menarik dia mampu menguasai pendengar, pembicara mengarahkan pendengar kepada pembicaraannya. Bila pendengar sudah terpusat, terarah perhatiannya kepada pembicara dan isi pembicaraannya maka pembicara dapat menguasai, mengontrol, dan mempengaruhi pendengarnya.

  9) Memanfaatkan alat bantu Pembicara harus memanfaatkan alat-alat bantu seperti skema, diagram statistik, gambar-gambar, dan sebagainya, agar pendengar lebih memahami penjelasan yang disampaikan. Pembicara harus pandai mencari contoh ilustrasi yang mengena dan sesuai dengan lingkungan pendengarnya. Pembicara juga secara cepat tahu kapan, dimana, dan saat kapan menggunakan alat bantu.

  10) Penampilannya meyakinkan Pembicara yang baik tampil dengan gaya bicara yang menarik. Bahasanya sederhana, mudah dicerna, dan efektif dalam mengkomunikasikan materi. Pembicara tampil dengan percaya diri, anggun, dan berwibawa namun sederhana. Tingkah laku, gerak-gerik, dan cara berpakaian atau berdandan sopan serasi dengan kepribadiannya.

  11) Berencana Pembicara juga harus memiliki sebuah rencana jika ada perubahan situasi, harus berubah pelaksanaan dan bagaimana cara mengatasinya. Walaupun rencananya sudah matang dan pasti yang bersangkutan dapat menyesuaikan pelaksanaan pembicaraannya dengan situasi yang berubah.

  Sebelas ciri yang disebutkan oleh Rusmiati dalam Cahyani, I (2007: 62) tidak harus semua ada dalam diri seorang pembicara.

  Seorang pembicara yang hanya memiliki beberapa ciri pembicara yang ideal sudah mampu menjadi pembicara yang baik. Sehingga pembicara yang ideal hanya membutuhkan beberapa ciri seorang pembicara yang ideal.

g. Hambatan dalam Kegiatan Berbicara

  Rusmiati dalam Cahyani, I (2007: 63) mengemukakan bahwa hambatan dalam berbicara terdiri atas yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).

  1) Hambatan internal Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara, hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut:

  a) Ketidak sempurnaan alat ucap Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurnanya alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar akan menafsirkan, maksud pembicara.

  b) Penguasaan komponen kebahasaan Seorang pembicara harus memiliki komponen kebahasaan berupa dapat berbicara lancar dengan lafal yang benar (lafal), dapat menentukan tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat (intonasi), dapat melakukan penekanan setiap kata yang memerlukan penekanan (tekanan, dan dapat mengucapkan kalimat dengan jelas (artikulasi) c) Penggunaan komponen isi

  Seorang pembicara harus membawakan sebuah berita yang selaras antara isi dengan topik dengan urut-urutan yang struktur atau berurutan. Tentunya isi yang disampaikan oleh pembicara harus bermutu, tidak hanya asal banyak tetapi apa yang disampaikan jauh dari isi atau tema. d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental seorangpembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.

  2) Hambatan eksternal Pembicara selain menghadapi hambatan internal juga akan menghadapi hambatan yang datang dari luar dirinya

  (eksternal). Hambatan itu kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi: a) Suara atau bunyi

  Suara atau bunyi hendaknya pembicara harus berani dan siap mental dalam menghadapi suara-suara sumbang dari para pendengar yang bisa membuat mental turun.

  b) Kondisi ruangan Kegaduhan, keribut-ributan kecil yang terjadi diruangan bisa sedikit membuat konsentrasi buyar. Pembicara harus fokus pada apa yang dibawakannya, harus bisa mengkondisikan pendengar supaya tetap tenang dan tertib. c) Media Pembicara harus menyiapkan media-media pendukung supaya komunikasi berjalan lancar tanpa hambatan dalam penyampaian informasi.

  d) Pengetahuan pendengar Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki para pendengarnya, sehingga apa yang disampaikannya bisa dipahami para pendengarnya dan juga tidak terjadi salah komunikasi.

h. Indikator Berbicara

  1) Pengucapan, seberapa baik siswa dalam mengucapkan satu kata atau kalimat.

  2) Tata Bahasa, seberapa baik siswa menjaga aturan tata berbahasa dalam berbicara.

  3) Kosa Kata, seberapa banyak perbendaharaan kosa kata yang dimiliki dan yang digunakan siswa dalam berbicara.

  4) Kefasihan, seberapa baik tingkat kefasihan siswa dalam berbicara. 5) Pemahaman, seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap komunikasi bahasa yang digunakan.

3. Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa

  Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian bahasa ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa. Bahasa yang diucapkan harus baku.

  Bahasa (Hartati, T. 2006:74) adalah sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan pengetahuan intelektual dan kesusasteraan.Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, serta sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahasa adalah belajar berkomunikasi yang menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

b. Fungsi Bahasa Indonesia

  Fungsi Bahasa Indonesia (Hartati, T. 2006: 75), yaitu: 1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa

  Bahasa Indonesia berfungsi sebagai pemersatu bangsa, dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang terdiri dari berbagai etnis terpupuk. 2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya

  Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki identitas sendiri yang menghubungakn antar budaya dan antar daerah.

  3) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Bahasa Indonesia merupakan alat yang digunakan sebagai bahasa media massa untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.

  4) Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk keperluan menyangkut berbagai masalah Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat vital dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial masyarakat yang berupa perbedaan suku, ras, golongan, dan agama. Bahasa

  Indonesia mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang secara konkrit terdiri dari beragam suku maupun etnis yang masing- masing daerah memiliki bahasa tersendiri sehingga bahasa Indonesia mampu menyelesaikan permasalahan yang ada karena bahasa Indonesia sebagai alat kontrol sosial.

  5) Sarana pengembangan penalaran Implikasi didalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Bahasa Indonesia juga meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan. 6) Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui Khazanah kesustraan Indonesia

  Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.

c. Tujuan Bahasa Indonesia

  Secara umum tujuan Bahasa Indonesia (Hartati, T. 2006: 75) yaitu: 1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan (rasional) dan Bahasa

  Negara

  Menggunakan bahasa rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk, bahasa indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang budaya etnik yang bersangkutan. 2) Memahami makna dan fungsi Bahasa Indonesia

  Mempelajari bahasa Indonesia kita dapat mengetahui apa makna dari bahasa indonesia, sehingga kita mengetahui fungsi itu sendiri dari bahasa indonesia, sehingga kita dapat mengetahui seberapa pentingkah bahasa Indonesia itu.

  3) Bahasa Indonesia meningkatkan kemampuan IPTEK Bidang IPTEK bahasa berfungsi sebagai wahana untuk menyampaikkan informasi dengan cepat, sehingga kita dapat menguasai ilmu tersebut. Bahasa indonesia juga sebagai sarana berpikir juga sarana pendukung pertumbuhan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa adanya bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan berkembang.

  4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis) Bahasa membuat siswa mampu mengutarakan gagasannya, mereka juga mampu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik. Ketika melaksanakan diskusi para siswa terampil mengemukakan pendapat, mempertahankan pendapat, menyanggah pendapat, dan mempengaruhi siswa agar mengikuti alur pemikiran. 5) Sebagai Khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia

  Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.

d. Jati Diri Bahasa Indonesia

  Bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedaannya dengan bahasa-bahasa lainnya, ini baik bahasa asing maupun bahasa daerah.Ciri-ciri umum atau kaidah- kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia. Ciri-ciri umum atau kaidah-kaidah pokok (Muslich, M. 2010: 44) yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

  1) Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk mengungkapkan jenis kelamin Pemakaian Bahasa Indonesia yang disiplin adalah pemakaian Bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian Bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasidan kondisi. Kalau ingin menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan kata keterangan penunjuk jenis kelamin, misalnya: untuk manusia dipergunakan kata laki-laki untuk pria dan wanita untuk perempuan, sedangkan untuk hewan dipergunakan jantan untuk laki-laki dan betina untuk perempuan.

  2) Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak

  Sistem ini pulalah yang membedakkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Misalkan dalam bahasa inggri ada kata boy untuk menyatakan jamak jadi boys, sedangkan dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal jamak seperti itu karena memang bukan kaidah Bahasa indonesia.

  3) Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu Kaidah pokok inilah yang membedakan Bahasa

  Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa inggris misalnya, kita temukan kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau) bentuk kata seperti ini tidak ditemukan dalam Bahasa Indonesia. Bentuk kata makan tidak pernah mengalami perubahan bentuk yang terkait dengan waktu.

  4) Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan- Menerangkan), yaitu kata yang diterangkan (D) dimuka yang menerangkan (M)

  Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar merupakan unsur D-M, oleh karena itu setiap kelompok kata yang diserap bahasa asing harus sesuai dengan kaidah ini.

  5) Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing atau lafal daerah Apabila seseorang menggunakan Bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal, maka lafal orang itu bukan lafal Bahasa Indonesia baku, dengan kata lain lafal Bahasa indonesia harus terbebas dari bahasa daerah atau bahasa lain.

4. Pembelajaran Drama pada Aspek Berbicara

  Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan di kelas IV, dialokasikan pada kemampuan bersastra, komponen berbicara diuraikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Alokasikan Kemampuan Bersastra dan Komponen

  

Berbicara

KOMPETENSI DASAR

  INDIKATOR

  MATERI POKOK

  Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon dengan isi pesan.

  Mampu melakukan pemeranan berdasarkan teks percakapan dan memerankan karakter tokoh yang dibawakan dengan memperhatikan penggunaan lafal, intonasi, nada/tekanan, dan artikulasi yang jelas.

  Teks Percakapan Berdasarkan uraian drama yang sudah diuraikan sebelumnya, bermain drama berarti cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan dengan memerankan karakter tokoh-tokohnya. Supaya permainan drama berjalan dengan lancar maka siswa di harapkan menguasai teks drama yang akan dipentaskan, yaitu dengan membaca, memahami, dan mengerti isi naskah. Agar tujuan pembelajaran berjalan dengan lancar maka dalam pembelajaran drama harus mengetahui prosedur-prosedur pembelajaran drama.

5. Bermain Drama a. Pengertian Drama

  Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen dalam Hassanudin (2009: 2) menyatakan bahwa drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahiran kehendak manusia dengan actiondan perilaku. Moulton dalam Hassanudin (2009: 2) drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.

  Dalam uraian diatas drama dapat disimpulkan sebagai suatu pertunjukan yang dilihat secara langsung yang di tulis dalam bentuk dialog dan memiliki tokoh-tokoh yang menghidupkan cerita tersebut.

b. Fungsi Dialog

  Fungsi dialog sebagai sarana primer didalam drama dijabarkan ke dalam satuan-satuan pikiran, akan didapatkan rumusan-rumusan sederhana sebagaimana yang diuraikan pada pembahasan (Hassanudin, 2009: 23) berikut ini:

  1) Secara universal, dialog sebagai sarana primer di dalam drama berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi, menjelaskan fakta atau ide-ide utama. 2) Adanya hubungan sebab akibat yang disebut dengan alur.Dialog memberikan tuntutn alur kepada penikmat dan penonton, melalui dialoglah penikmat atau penonton mengetahui apa dan bagaimana peristiwa bergulir.

  3) Dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh atau perilaku.Dialog mampu mengungkapkan beberapa karakter tokoh karena situasi serta adanya lawan sehingga mampu memunculkan karakter yang berbeda-beda misalkan antagonis tokoh karkter yang memiliki watak iri dan dengki, sedangkan protagonis memiliki watak yang baik hati.

  4) Menciptakan serta melukiskan suasana merupakan fungsi lainnya dari dialog didalam drama.Suasana ketika sang tokoh sedang menangis menggambarkan kalau suasana di situ sedang sedih.

  Suasana mampu menciptakan atau menumbuhkan karakter seorang tokoh dalam drama.

  5) Dialog juga menentukan dan dapat mengatur tempo permainan.

  Tempo permainan ada yang maju mundur atau mundur maju dalam sebuah drama.

  6) Sebagai suatu genre sastra ada unsur yang baru dapat di tentukan setelah unsur-unsur instrinsik lainya dipahami oleh pembaca atau penonton. Disini biasanya amanat tersirat di akhir sebuah cerita drama. Disini amanat dimunculkan untuk memperlihatkan pesan apa yang akan disampaikan oleh penulis untuk pembaca.

c. Unsur Instrinsik Drama

  Hilangnya unsur pemaparan dan pembeberan tidaklah berarti drama menjadi karya yang terbatas sama sekali. Justru pada aspek ini jugalah letak kekuatan karya drama. Membandingkan unsur instrinsik drama dengan unsur instrinsik fiksi bukan bertujuan untuk melihat kelemahan dan keunggulan masing-masing unsur, melainkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh (Hassanudin, 2009: 92), yaitu:

1) Tokoh atau penokohan

  Tokoh cerita merupakan individu-individu yang memainkan peran, terlibat dalam cerita atau konflik pada sebuah drama. Tokoh biasanya dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan, antagonis (tokoh jahat) dan protagonis (tokoh baik).

  2) Alur atau plot

  Alur disebut sebagai jalan cerita yang disusun sedemikian rupa dari tahapan-tahapan peristiwa sehingga membentuk rangkaian cerita, yaitu berupa tahapan awal (tahapan pengenalan), pemunculan konflik, komplikasi (konflik semakin rumit), klimaks (puncak dari konflik yang dialami tokoh), peleraian (penyelesaian konflik yang dialami tokoh), dan penyelesaian (akhir dari cerita dan konflik dalam drama).

  3) Tema atau amanat

  Tema merupakan ide pokok yanng menjadi dasar atau pokok utama dari drama, sedangkan amanat adalah pesan-pesan moral yang disampaikan dari penulis drama kepada pembaca. Amanat biasanya disampaikan secara tersirat yaitu tidak tertulis tetapi di ambil hikmah dalam alur.

  4) Latar atau setting dan ruang

  Latar merupakan tempat terjadinya suatu peristiwa yang berlangsung dalam alur cerita. Latar mencakup peralatan, waktu, pakaian, budaya, serta yang berhubungan dengan kehidupan para tokoh dengan cerita.

5) Dialog Dialog merupakan serangkaian percakapan dalam cerita.

  Teknik dialog amat penting bagi sebuah cerita. Masing-masing tokoh sangat dikuatkan dengan dialog yang diucapkan serta gaya atau mimik wajah.

6. Penerapan Permainan Drama dalam Materi Percakapan Bahasa Indonesia

  Guru menerapkanpermainan drama dalam materi percakapan Bahasa Indonesia kepada siswa SD Negeri Pangebatan dengan memberikan 4 aspek penilaian, yaitu: lafal, intonasi, nada/tekanan, dan artikulasi. Ketika pembelajaran drama dimulai siswa harus menguasai empat aspek ini untuk menentukan ketuntasannya.

  Langkah-langkah bermain drama(Djamarah 2005: 237) a. Guru menyiapkan naskah percakapan yang ingin di buat drama.

  b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari naskah teks percakapan yang telah di buat jauh sebelum KMB dimulai.

  c. Guru membentuk kelompok peserta didik yang jumlahnya di sesuaikan dengan tokoh yang ada di teks percakapan.

  d. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai. e. Guru memanggil peserta didik yang telah dipilih untuk memerankan tokoh yang ada di teks percakapan yang telah disiapkan.

  f. Masing-masing peserta didik berkumpul sesuai dengan kelompok sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.

  g. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh Maria Leni (2014) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Bermain Peran (role playing) terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 42 Pontianak Kota.

  Menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kemampuan berbicara siswa di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 42 Pontianak Kota . Hal ini relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Hal ini dibuktikan juga oleh peneliti G Cakra (2015) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Bermain Peran Terhadap Sikap Sosial dan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI SD N 29 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2014/2016 bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini Ini terlihat dari rata-rata sikap sosial dan kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa yang mengikuti metode pembelajaran bermain peran lebih baik daripada siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para pengajar bahasa indonesia. Dari kedua penelitian di atas terbukti bahwa pada penelitian yang dilakukan oleh Maria Leni terbukti metode bermain peran efektif meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh G Cakrametode bermain peran dapat menciptakan proses pembelajaran lebih efektif dan memungkinkan peserta didik lebih aktif, kreatif, dan antusias di dalam belajar C.

   Kerangka Berpikir

  Pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan pada semua jenjang pendidikan.Bahasa Indonesia memiliki 4 keterampilan berbahasa yaitu: keterampian menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Siswa menyatakan bahwa empat keterampilan berbahasa yang sulit dikuasai yaitu keterampilan berbicara.Keterampilan berbicara terasa sulit karena kurang memiliki rasa percaya diri untuk mengungkapkan idea yang ada dipikirannya yang ingin diungkapkan dalam sebuah kata-kata. Kepercayaan diri peserta didik masih rendah karena masih banyak siswa yang tidak berani mengemukakan pendapatnya dan maju ke depan kelas, sehingga pada saat mengungkapkan sebuah kata-kata peserta didik cenderung malu.

  Guru kurang dalam menerapkan strategi-strategi atau metode-metode pembelajaran ketika sedang berlangsung proses belajar di kelas.Salah satu strategi yang di gunakan dalam materi percakapan Bahasa Indonesia yaitu bermain Drama.

  Peneliti dan guru memilih menggunakan strategi ini untuk membantu kelangsungan pembelajaran di kelas supaya meningkatkan kemampuan peserta didik terutama dalam aspek keterampilan berbicara.Dengan strategi drama ini mampu membantu peserta didik untuk menuangkan ide-ide yang ingin dituangkan dalam sebuah kata-kata serta mengembangkan idea tau gagasan itu menjadi suatu sastra.

  1. Rendahnya sikap

  1. Penerapan strategi percaya diri drama siswa

  2. Merancang

  2. Rendahnya menggunakan 2 kemampuan siklus

  1. Sikap percaya diri meningkat

  2. Keterampilan berbicara siswa meningkat

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas disusun hipotesis tindakan bahwa menggunakan bermain drama pada materi percakapan dapat meningkatkan sikap percaya diri dan keterampilan berbicara siswa kelas IV pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Pangebatan UPK Karanglewas

Dokumen yang terkait

ENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DALAM MENYAMPAIKAN PENDAPAT DAN GAGASAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI SUMBEREJO 10 KECAMATAN AMBULU

0 5 11

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN T.P 2011/2012

0 14 99

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING ATAS DALAM BERMAIN BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 DADAPAN, SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 6 40

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MEDIA BONEKA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII A DAN B DI SMP NEGERI I NATAR LAMPUNG SELATAN

0 9 23

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

3 13 38

View of MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN “BERGANTI PERAN”

0 0 6

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU MELALUI PI-MTPS KELAS IV SD

0 0 10

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA KOMIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2016 2017

0 0 24

PENGARUH METODE PEMILAHAN KARTU BERBANTU MEDIA POWERPOINT HIPERLINK TERHADAP SIKAP PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYIMAK KELAS V SD NEGERI PASIR WETAN

0 0 16